DPR: Target Pajak Tak Akan Tercapai

advertisement
DPR: Target Pajak
Tak Akan Tercapai
Rabu, 12 Maret 2008
JAKARTA (Suara Karya): Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengatakan, target
penerimaan pajak tahun 2008 sudah pasti tidak akan tercapai. Ini terjadi seiring dengan
melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Menurut Ketua Panitia Anggaran DPR Emir Moeis di Jakarta, kemarin, berbagai faktor
eksternal dan internal akan semakin mempersulit pemerintah untuk mencapai
targetnya. "Hampir dipastikan, tahun ini target penerimaan pajak lebih jelek dari
tahun lalu yang tidak tercapai," kata Emir.
Menurut dia, ketika keadaan ekonomi dihadapkan pada resesi, perlambatan
pertumbuhan ekonomi justru salah disikapi pemerintah. Buktinya, bukan
melonggarkan target pajak, pemerintah justru meningkatkannnya, bahkan hingga
mencapai 25 persen. Direktorat Jenderal Pajak sendiri mematok target penerimaan
pajak tahun ini sebesar Rp 500 triliun, 25 persen lebih besar dari tahun lalu Rp 420
triliun.
Emir menjelaskan, sektor riil yang diharapkan dapat menyumbang penerimaan dari
pajak juga terseok-seok. Pada hampir semua sektor, keadaan tidak lebih baik dari
tahun lalu.
"Bagaimana penerimaan pajak dapat digenjot kalau dunia usaha tidak jalan. Dalam
keadaan sekarang, justru pemerintah dihadapkan pada meningkatnya inflasi, harga
yang menggila, dan daya beli masyarakat menurun. Sumber pajak pemerintah
sedang berjuang tetapi dibebani dengan pajak, sulit," katanya.
Asian Agri
Di sisi lain Ketua Komisi XI DPR Awal Kusuma mengingatkan Menteri Keuangan dan
Ditjen Pajak harus segera melaksanakan instruksi Presiden Yudhoyono untuk
menyelesaikan sengketa pajak sebaik-baiknya, fair, transparan dan akuntabel,
termasuk yang dialami Asian Agri Group (AAG). "Tidak ada alasan lagi bagi Dirjen
Pajak
Darmin
Nasution,
untuk
memperlambat
atau
menunda-nunda
penyelesaiannya," ujar Awal Kusuma di Jakarta, Selasa seperti dilansir Antara.
Apalagi, Awal menambahkan, proses penanganan dugaan penggelapan pajak yang
dituduhkan kepada AAG sebesar Rp 1,3 triliun rupiah, sudah mencapai rentang
waktu yang cukup lama, yakni hampir dua tahun.
Menurut dia, dalam kurun waktu itu seharusnya kasus sudah bisa diputuskan atau
bisa diketahui apakah AAG bersalah atau tidak.
"Kata Presiden SBY, laporan yang diterimanya semua perinciannya cukup jelas. Jadi
apalagi yang ditunggu? Menkeu dan Dirjen Pajak harus meyelesaikan secepatnya,"
ujar Awal Kusuma.
Awal menambahkan, jika berbagai kasus pajak dibiarkan berlarut-larut, maka iklim
usaha di Indonesia tidak akan kondusif, kepastian usaha tidak ada dan, yang jelas,
merugikan kalangan pengusaha. Dampak lainnya adalah masyarakat akan skeptis
karena mereka juga ingin tahu siapa sebenarnya yang patut membayar pajak
dengan semestinya. "Bagi Ditjen Pajak sendiri juga akan timbul persepsi negatif
karena akan dicap tidak bisa bekerja dengan benar dan profesional atau bahkan
dicap membuka ruang intervensi," katanya.
Mantan Dirjen Pajak Fuad Bawazier juga meminta Dirjen Pajak Darmin Nasution agar
menyelesaikan kasus-kasus pajak yang menjadi sorotan publik dengan
menggunakan wewenangnya. "Apakah itu dengan mekanisme pengadilan maupun di
luar pengadilan," kata Fuad. Menurut dia, kasus yang dialami AAG sebenarnya
tinggal mengeluarkan surat ketetapan pajak dan jika sudah menemukan bukti
pelanggaran, maka akan ada sanksi sesuai undang-undang. Apakah nantinya kasus
diselesaikan di luar pengadilan atau out of court settlement, Fuad menyatakan,
Ditjen Pajak harus terlebih dahulu menetapkan besarnya pajak dan menempuh
tahapan sanksi sesuai prosedur. (Indra)
Download