BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2018 telah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 – 2018 sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014. Dengan mempertimbangkan perkembangan dan berbagai kecenderungan masalah kesehatan ke depan, mempertimbangkan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yaitu: “Institusi yang Profesionaal dalam Mewujudkan Kesehatan Paripurna di Jawa Tengah” Profesional dimaknai sebagai pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang sistematis, transparan dan akuntabel dari para pelaku di jajaran Dinas Kesehatan. Kesehatan Paripurna dimaknai sebagai isu kesehatan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperankan oleh semua pelaku kesehatan di Jawa Tengah baik eksekutif, legislatif, yudikatif, dunia usaha dan atau lembaga non pemerintah serta masyarakat secara profesional dan bertanggungjawab termasuk penyediaan sumber daya kesehatan. Dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 – 2018, telah ditetapkan 4 (empat) Misi yaitu : IV - 1 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan Masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan paripurna dengan sebaik – baiknya tanpa membedakan kesenjangan sosial ekonomi maupun geografis, untuk itu penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus bermutu, merata, terjangkau, berkesinambungan dan berkeadilan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat dan swasta. Pelayanan kesehatan baik dasar maupun rujukan yang bermutu, merata dan terjangkau, akan terpenuhi apabila ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan juga bermutu, merata dan terjangkau. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan tersebut, perlu suatu proses yang mencakup aspek penyusunan, implementasi dan monitoring evaluasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara transparan dan partisipatif. Setiap upaya pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Upaya tersebut harus dapat menekan sekecil mungkin dampak negatif yang merugikan kesehatan masyarakat beserta lingkungannya. Untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, perlu peningkatan kemampuan merencanakan, mengatasi, masyarakat dalam mengenali, memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan dirinya sendiri dan lingkungannya sebagai upaya pengendalian dan pencegahan penyakit dan kejadian luar biasa. Dalam penggalian dana guna menjamin ketersediaan sumberdaya pembiayaan kesehatan, perlu advokasi dan sosialisasi kepada semua penyandang dana, baik pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta. IV - 2 Dalam upaya pengelolaan sumberdaya pembiayaan yang efektif dan efisien, khususnya dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, dikembangkan Sistem Jaminan Kesehatan Daerah. 2. Mewujudkan sumber daya manusia kesehatan yang berdaya saing Semakin ketatnya persaingan global termasuk tenaga kesehatan, diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan kompeten (cakap, berkuasa untuk menentukan/ memutuskan sesuai kewenangan) sehingga mampu bersaing dengan tenaga kesehatan asing, baik yang akan bekerja di institusi pelayanan kesehatan dalam negeri maupun luar negeri, diperlukan upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia kesehatan melalui regulasi di bidang kesehatan dan pengembangan profesionalisme dengan menyiapkan kurikulum yang sesuai pada setiap pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan Dinas kesehatan Provinsi harus terakreditasi, baik kurikulum, jumlah peserta, pelatih, penyelenggara pelatihan dan tempat pelatihan (sarana, prasarana pelatihan). 3. Mewujudkan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha serta lembaga terkait, dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan diwujudkan dalam suatu jejaring agar diperoleh sinergisme yang mantap. Untuk itulah diperlukan adanya IV - 3 penggerakkan kemitraan dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. 4. Melaksanakan Pelayanan Publik yang Bermutu Pelayanan publik di lingkungan Dinas Kesehatan meliputi pelayanan informasi dan administrasi baik internal maupun eksternal. Pelayanan internal meliputi administrasi kepegawaian (Penetapan Angka Kredit bagi tenaga fungsional kesehatan di kabupaten/ kota, UPTD dan Rumah Sakit; penempatan bidan PTT), keuangan (termasuk penggajian bidan PTT) dan aset, yang harus dilakukan secara transparan dan akuntabel dalam rangka mewujudkan good governance. Pelayanan administrasi eksternal meliputi pemberian rekomendasi terkait usulan sarana prasarana dari Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, pelayanan perijinan di bidang farmasi dan perbekalan kesehatan, peningkatan kelas dan akreditasi rumah sakit umum dan swasta. Pelayanan informasi terdiri dari pelayanan kehumasan dan informasi publik melalui media elektronik (website, televisi, teleconference, radio, dll) dan media cetak (majalah infokes, leaflet, poster, dll), baliho dan spanduk. Visi dan Misi tidak akan terwujud apabila kondisi penduduk Provinsi Jawa Tengah tidak sehat, sehingga perlu perencanaan strategis yang mampu mengatasi berbagai hambatan dan kendala bidang kesehatan. Pengembangan kebijakan pembangunan kesehatan sangat penting mengingat penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada saat ini semakin kompleks sejalan dengan permasalahan, IV - 4 perkembangan demokrasi, desentralisasi dan tuntutan globalisasi yang semakin meningkat. Kesehatan merupakan sektor yang kompleks dengan banyak pelaku di lembaga pemerintah, masyarakat, dan kelompok swasta. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan di Provinsi Jawa Tengah, terdapat beberapa pelaku antara lain: (1) Pelaku dalam Stewardship mencakup lembaga yang berfungsi sebagai penetap kebijakan dan regulator dalam sistem kesehatan di Provinsi Jawa Tengah. Disamping itu ada Lembaga dan Unit Pemerintah non Dinas Kesehatan yang terkait dengan sektor Kesehatan sebagai pemangku kepentingan atau SKPD Lain yang terkait sektor kesehatan; (2) Pelaku dalam Financing (Sumber Pendanaan Kesehatan) adalah : Kementerian Kesehatan dan berbagai Kementerian teknis terkait kesehatan yang memberikan Anggaran Pemerintah Pusat; Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah yang memberikan Anggaran Pemerintah Provinsi; Masyarakat dan Swasta yang memberikan kontribusi; (3) Pelaku dalam Pelayanan Kesehatan (Healthcare Delivery), mencakup Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta; Lembaga Pelayanan Kesehatan non Rumah Sakit milik Pemerintah; Lembaga Pelayanan Kesehatan non - Rumah Sakit milik Swasta; Lembaga Pelayanan kesehatan penunjang lainnya : Apotik/ Toko Obat, Klinik, Praktek dokter bersama, Rumah Bersalin, laboratorium, praktek komplementer. Disamping itu terdapat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kesehatan dan Organisasi Profesi serta (4) Pelaku dalam Resource Generation adalah berbagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kesehatan Pemerintah dan Swasta. Selanjutnya, untuk dapat menjalankan peran secara optimal maka sektor kesehatan perlu menggunakan konsep good governance secara baik. Dalam konsep good governance, Dinas Kesehatan Provinsi IV - 5 Jawa Tengah memiliki tiga peran kunci, yakni sebagai: (1) sebagai regulator, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah harus menjadi penggerak, institusi paling utama, yang terbaik dan paling tahu tentang kesehatan, sebagai panutan, cakap, mampu, proaktif yang dilandasi dengan pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang sistematis, transparan dan akuntabel dalam sistem pelayanan kesehatan di wilayahnya untuk mencapai status kesehatan masyarakat yang optimal; (2) sebagai pemberi dana, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Kesehatan harus menjamin bahwa layanan kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat dapat diakses oleh seluruh masyarakat, sehingga jika terjadi barier ekonomi dari kelompok masyarakat yang miskin, maka Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah harus menjadi ujung tombak dan bertanggung jawab menyediakan dana dan atau membuat sistem, supaya pelayanan kesehatan dapat diakses oleh penduduk miskin dengan kualitas yang baik; (3) sebagai pelaksana, maka Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah harus menjadi motivator, leader, dan institusi yang menjadi tumpuan pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka menyediakan layanan kesehatan paripurna yang diperankan oleh semua pelaku di Jawa Tengah baik eksekutif, legislatif, yudikatif, dunia usaha dan atau lembaga-lembaga non pemerintahan secara profesional dan bertanggungjawab, termasuk penyediaan sumber daya kesehatan bagi masyarakat yang bermutu, kompeten, cakap dan bertanggung jawab melalui Unit Pelayanan Teknis (UPT), Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas, Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) serta Rumah Sakit Umum dan Khusus. IV - 6 B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah secara umum adalah terwujudnya Institusi yang Profesional dalam Mewujudkan Kesehatan Paripurna di Jawa Tengah yang mampu menggerakkan pembangunan bidang kesehatan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan, pembiayaan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermutu. Untuk mencapai tujuan dimaksud, Visi telah dijabarkan dalam 4 (empat) misi. Dalam rangka mencapai Misi-misi tersebut, maka tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah : 1. Misi I : Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu dan Berkeadilan Untuk mencapai misi ini, maka tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah : a. Tujuan : Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat b. Sasaran : 1) Meningkatnya kesehatan ibu dan anak 2) Terkendalinya penyakit menular dan tidak menular 3) Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar 4) Meningkatnya kuantitas dan kualitas kesehatan pemukiman, tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan 5) Meningkatnya mutu sediaan farmasi, makanan minuman, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). IV - 7 2. Misi II : Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing Untuk mencapai misi ini, maka tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah : a. Tujuan : 1) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kesehatan 2) Meningkatkan pelayanan pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan 3) Mendayagunakan sumber daya manusia kesehatan b. Sasaran : 1) Meningkatnya masyarakat yang mengikuti pendidikan di institusi pendidikan kesehatan 2) Meningkatnya kualitas institusi pendidikan kesehatan 3) Meningkatnya sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan 4) Meningkatnya pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi 5) Meratanya distribusi tenaga kesehatan 3. Misi III : Mewujudkan Peran Serta Masyarakat dan Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan Kesehatan a. Tujuan : 1) Meningkatkan advokasi dan social support pemangku kepentingan b. Sasaran : 1) Meningkatnya peran pemerintah kabupaten/ kota dalam pembangunan kesehatan 2) Meningkatnya peran dunia usaha dalam pembangunan kesehatan IV - 8 3) Meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan 4. Misi IV : Melaksanakan Pelayanan Publik yang Bermutu a. Tujuan : 1) Meningkatkan pelayanan administrasi di bidang kesehatan 2) Meningkatkan pelayanan informasi di bidang kesehatan b. Sasaran : 1) Meningkatnya penerbitan ijin dan registrasi sumber daya kesehatan 2) Meningkatnya tata kelola kepegawaian, kehumasan, aset, keuangan, perencanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan 3) Meningkatnya tata kelola administrasi perkantoran 4) Meningkatnya masyarakat yang memanfaatkan informasi kesehatan C. Strategi dan Kebijakan Untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran maka strategi yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam periode 2013 – 2018 menurut Misi adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan. a. Strategi : 1) Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak melalui upaya : a) Penyelenggaraan pelayanan KIA, yang meliputi : i. penemuan kasus risiko tinggi dan tindak lanjutnya ii. penguatan Distric Team Probling Solving (DTPS) Kab/Kota, IV - 9 iii. pelacakan kematian maternal perinatal, iv. pendampingan KIA kab/kota, v. penguatan pelayanan Antenatal Care (ANC) Perinatal Care (PNC) dan SOP kegawatdaruratan obstetri neonatal, vi. Review program KIA Tk. Provinsi, vii. Review pelaksanaan ANC PNC dan SOP kegawatdaruratan obstetri neonatal, viii. Penguatan manajemen dan jejaring pelayanan persalinan dan rujukan tingkat Regional, ix. Penguatan Program Perencanaan Pertolongan Persalinan dan Komplikasi (P4K) Kab/Kota, x. Pembelajaran hasil rekomendasi Audit Maternal Perinatal (AMP) Kab/Kota, xi. Pertemuan koordinasi perencanaan, evaluasi program Gizi, KIA dan validasi data, xii. Peningkatan penanganan kapasitas dan tenaga pelayanan kesehatan kekerasan dalam terhadap perempuan dan anak (KtPA), xiii. Analisis AMP Kab/Kota xiv. Puskesmas mampu tatalaksana PKPR, xv. Pengembangan screening hipotyroid kongenital. b) Pemantauan Wilayah Setempat KIA, yang meliputi : i. Analisis, penelusuran data kohort dan rencana tindak lanjut, ii. Pembinaan teknis program KIA, reproduksi dan KB iii. Penguatan penyeliaan fasilitatif. c) Peningkatan upaya perbaikan meliputi: IV - 10 gizi keluarga, yang i. Pemantauan pertumbuhan Balita, ii. penatalaksanaan kasus gizi buruk, iii. pemberian suplemen gizi, iv. fasilitasi peningkatan ASI eksklusif, v. pemantauan kasus gizi burk pada Balita, vi. peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana gizi buruk di RS, vii. Peningkatan kapasitas petugas dalam pemantauan pertumbuhan, viii. Peningkatan kapasitas petugas dalam konseling menyusui, ix. Sosialisasi pedoman gizi seimbang, x. Implementasi PP-ASI, xi. Workshop dan lomba kreasi menu seimbang. 2) Pengendalian penyakit menular dan tidak menular melalui upaya: b) Manajemen P2 berbasis wilayah c) Optimalisasi penemuan kasus d) Penguatan tatalaksana kasus e) Peningkatan kualitas SDM f) Penguatan sistem informasi dan Recording Reporting (RR) g) Pengediaan logistik dan perbekalan kesehatan h) Pengendalian faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) i) Pelaksanaan penanggulangan KLB dan Bencana atau krisis kesehatan j) Pelaksanaan program imunisasi IV - 11 k) Pelaksanaan surveilans Penyakit dapat Ditanggulangi dengan Imunisasi (PD3I) l) Pelaksanaan kesehatan haji 3) Peningkatan koordinasi pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang memenuhi standar melalui upaya: a) Fasilitasi puskesmas PONED; b) Fasilitasi pembinaan akreditasi puskesmas (program dasar dan pengembangan); c) Pendampingan TPKJM; d) Peningkatan pelayanan kesehatann wanita pekerja (WUS dan Bumil) bagi perusahaan/ tempat kerja; e) Penerapan standar pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) rujukan; f) Standarisasi PONEK Rumah Sakit; g) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan; h) Pengembangan sistem informasi dalam pelaporan RS; i) Pelayanan kesehatan komunitas. 4) Peningkatan kuantitas dan kualitas kesehatan pemukiman, tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan melalui upaya: a) Pengawasan kualitas air dan sanitasi dasar meliputi: i. Surveilans kualitas air; ii. Pembinaan jejaring penyelenggaraan air minum (PDAM, DAMIU, BP SPAM); iii. Pengembangan desa Masyarakat (STBM); IV - 12 Sanitasi Total Berbasis iv. Pendampingan bantuan keuangan desa bidang kesehatan; v. Pengadaan peralatan surveilans kualitas air. b) Pengawasan Hygiene Sanitasi (HS) TTU dan TPM meliputi: i. Pengawasan HS Sarana fasyankes; ii. Pengawasan HS di embarkasi; iii. Pengembangan pasar sehat; iv. Peningkatan HS di pondok pesantren; v. Pembinaan pengawasan TPM; vi. Pengadaan food contamination test kit. 5) Peningkatan mutu sediaan farmasi, makanan minuman, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) melalui kegiatan: a) Koordinasi dan pembinaan pengawasan dan distribusi sediaan farmasi dan berbekalan kesehatan meliputi: i. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan obat; ii. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan obat tradisional; iii. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan kosmetika; iv. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan alat kesehatan; v. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan PKRT; b) Koordinasi dan pembinaan dan pengawasan Makanan Minuman meliputi: i. Fasilitasi dan pembinaan pengawasan makanan dan pembinaan pengawasan sertifikasi minuman; ii. Fasilitasi industri makanan minuman dan rumah tangga. IV - 13 b. Arah Kebijakan 1) Menurunkan kematian ibu, bayi dan anak balita dan meningkatkan status gizi ibu, bayi dan anak balita 2) Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit menular, mengendalikan faktor risiko penyakit menular dan tidak menular serta meningkatkan surveilans 3) Meningkatkan sarana prasarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sesuai standar dan pemenuhan sumber daya manusia kesehatan. 4) Meningkatkan cakupan sanitasi dasar dan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat 5) Meningkatkan distribusi pengawasan sediaan farmasi, kualitas makanan penyediaan dan minuman, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) 2. Mewujudkan sumber daya manusia kesehatan yang berdaya saing a. Strategi 1) Peningkatan pendayagunaan lulusan institusi pendidikan kesehatan melalui kegiatan koordinasi organisasi profesi kesehatan, meliputi: a) Optimalisasi peran organisasi profesi dalam pembangunan kesehatan; b) Fasilitasi sertifikasi dan registrasi tenaga kesehatan; c) Fasilitasi dan pembinaan kuallitas tenaga kesehatan strategis; IV - 14 d) Fasilitasi peningkatan kompetensi SDM Kesehatan. 2) Peningkatan kualitas institusi pendidikan melalui upaya fasilitasi penyelenggaraan institusi pendidikan kesehatan meliputi : a) Rapat koordinasi institusi pendidikan kesehatan, b) Evaluasi pelaksanaan pengabdian masyarakat, c) Fasilitasi sumpah tenaga kesehatan, d) Pemetaan lulusan tenaga kesehatan, e) Fasilitasi pelaksanaan kuliah umum di institusi Diknakes. 3) Peningkatan SDM Kesehatan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan melalui upaya penyelenggaraan pelatihan SDM Kesehatan meliputi : a) Koordinasi pelaksanaan pelatihan teknis Dinas Kesehatan; b) Quality control pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. 4) Peningkatan pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi melalui upaya pelaksanaan akreditasi pelatihan, 5) Pemerataan distribusi tenaga kesehatan b. Arah Kebijakan 1) Menjalin kerjasama/ jejaring antara institusi pendidikan kesehatan dengan pengguna tenaga kesehatan 2) Akreditasi institusi pendidikan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) 3) Memfasilitasi sumber daya manusia kesehatan untuk peningkatan kapasitas dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan IV - 15 4) Akreditasi pelatihan bidang kesehatan di Provinsi dan Kab/kota 3. Mewujudkan Peran Serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan a. Strategi 1) Peningkatan peran pemerintah kabupaten/ kota dalam pembangunan kesehatan melalui upaya: a) Advokasi/ sosialisasi program kesehatan meliputi: i. Advokasi penyusunan regulasi kesehatan (KTR, ASI Eksklusif dan PSN) ii. Pasar dengan garam beryodium b) Pembiayaan kesehatan meliputi: i. Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ii. Pembiayaan kesehatan c) Peningkatan kemitraan kesehatan meliputi : kerjasama bidang kesehatan antar provinsi MPU dan daerah lintas batas 2) Peningkatan peran dunia usaha dalam pembangunan kesehatan melalui upaya: a) kemitraan dengan dunia usaha dan LSM dalam penanganan masalah kesehatan b) kemitraan dengan institusi diknakes dalam pengembangan desa siaga aktif 3) Peningkatan peran masyarakat dalam kesehatan malalui upaya: a) Pemberdayaan Masyarakat, meliputi: i. Peningkatan kualitas desa siaga ii. Revitalisasi dan pengembangan UKBM IV - 16 pembangunan iii. Pembudayaan PHBS b) Peningkatan Kemitraan Kesehatan, meliputi: i. Kemitraan dengan institusi Diknakes dalam pengembangan desa siaga aktif ii. Kemitraan dengan organisasi massa, organisasi pemuda, PKK dalam peningkatan kualitas desa siaga b. Arah Kebijakan 1) Menjadikan pembangunan kesehatan sebagai program prioritas daerah 2) Menjalin kemitraan, dunia usaha, ormas dan LSM dalam mengatasi masalah kesehatan 3) Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat 4. Melaksanakan pelayanan publik yang bermutu a. Strategi 1) Peningkatan mutu pelayanan penerbitan ijin dan registrasi sumber daya kesehatan melalui upaya koordinasi organisasi profesi kesehatan, meliputi : a) optimalisasi peran organisasi profesi, b) Fasilitasi sertifikasi dan registrasi tenaga kesehatan 2) Peningkatan tata kelola kepegawaian, kehumasan, aset, keuangan, perencanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan melalui upaya perencanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan, meliputi : a) Sinkronisasi dan koordinasi perencanan, penganggaran dan evaluasi Pembangunan kesehatan antara pusat, provinsi dan kabupaten/ kota, IV - 17 b) Penyusunan dokumen perencanaan, penganggaran dan evaluasi pembangunan kesehatan Provinsi Jawa Tengah, c) Fasilitasi dan pendampingan penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan ke Dinas kesehatan kabupaten/ kota, Rumah Sakit Kabupaten/ kota dan UPT, 3) Peningkatan tata kelola administrasi perkantoran melalui upaya penyediaan jasa surat menyurat, penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan perkantoran, penyediaan jasa kebersihan, penyediaan alat tulis kantor, penyediaan barang cetak dan penggandaan, penyediaan peralatan rumah tangga, penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan, penyediaan bahan logistik kantor, penyediaan makanan minuman, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi di dalam dan luar daerah, Peningkatan sarana dan prasarana aparatur, peningkatan disiplin aparatur, peningkatan kapasitas smber daya aparatur, peningkatan jasa pelayanan kesehatan 4) Peningkatan masyarakat yang memanfaatkan informasi kesehatan melalui upaya: a) Penyebarluasan informasi melalui meliputi: Penyebarluasan informasi berbagai media, melalui media cetak, media elektronik dan media luar ruang b) Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, meliputi: i. Penyusunan buku Profil Kesehatan ii. Penyusunan buku saku kesehatan IV - 18 iii. Penyusunan buku Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan kab/Kota iv. Penyusunan buku Data Dasar Puskesmas dan RS b. Arah Kebijakan a) Mempermudah dan menyederhanakan penerbitan ijin dan registrasi sumber daya kesehatan melalui pelayanan satu pintu. b) Meningkatkan tata kelola kepegawaian, kehumasan, aset, keuangan, perencanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan sesuai standar dan berbasis teknologi informasi c) Meningkatkan tata kelola administrasi perkantoran dan pembiayaan kesehatan sesuai standar dan berbasis teknologi informasi d) Meningkatkan kualitas berbasis web. IV - 19 layanan informasi kesehatan