PENENTUAN WAKTU OPTIMUM PRODUKSI ANTIMIKROBA DAN

advertisement
ISSN 2085-0050
PENENTUAN WAKTU OPTIMUM PRODUKSI ANTIMIKROBA DAN UJI
FITOKIMIA EKSTRAK KASAR FERMENTASI BAKTERI ENDOFIT
Pseudomonas sp. DARI UMBI TANAMAN DAHLIA (Dahlia variabilis)
1*
2
Elita A. , Saryono S. , Christine J.
2
1
Mahasiswi Prodi S1 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
Abstract
Dahlia’s tuber have been known to be potential as the sources of
secondary metabolite compound as antimicrobial. Some of endophytes
could produced certain phytochemicals originally characteristic of the
host. A total number of four endophyte bacteria Pseudomonas stutzeri
LBKURCC53, Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, Pseudomonas
cepacia LBKURCC47, and Pseudomonas stutzeri or Pseudomonas
cepacia LBKURCC50 were isolated from Dahlia’s tuber in Padang Luar,
West Sumatera. Optimization time of fermentation is necessary to obtain
optimum products of antimicrobial compound. Therefore, the study was
conducted to determine the effect of bacterial growth time on the
production of antimicrobial compounds by endophyte bacteria.
Antimicrobial activity examination was carried out through agar diffusion
method by measuring inhibition zone growth against two pathogen
bacteria, Escherichia coli and Staphylococcus aureus and then the
phytochemicals were qualitatively estimated. The research results
indicated that two of the endophyte bacterial isolates, Pseudomonas
stutzeri LBKURCC44 and Pseudomonas cepacia LBKURCC47 have
antibacterial activity. Optimum time of fermentation for production of
antimicrobial compounds by Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, and
Pseudomonas cepacia LBKURCC47 was obtained at 72 hours. The
inhibition zone of this compounds against Escherichia coli were (9,16 ±
0,28) mm and (8,73 ± 0,17) mm, and Staphylococcus aureus were (9,66
± 0,28) mm and (8,63 ± 0,33) mm. The qualitative phytochemicals
identification of antibacterial compounds produced by endophyte bacteria
Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 and Pseudomonas cepacia
LBKURCC47 showed positive result for saponin.
Key words: Endophyte bacteria, Dahlia variabilis, antimicrobial activity.
PENDAHULUAN
Sampai saat ini seperempat dari obatobat modern yang beredar di dunia berasal
dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tanaman (Radji, 2005).
Pemanfaatan metabolit secara langsung dari
tanamannya banyak menemui kendala dikarenakan jumlahnya yang terbatas dan
siklus hidup tumbuhan yang relatif lama
(Prihatiningtias, 2007). Oleh karena itu,
memerlukan alternatif lain yaitu dengan
memanfaatkan bakteri endofit dalam jaringan
tanaman yang dapat memproduksi senyawa
metabolit sekunder sejenis yang terdapat
dalam tanaman (Strobel, 2003).
Umbi tanaman dahlia telah diketahui
menghasilkan metabolit sekunder golongan
fenolik, flavonoid, dan saponin yang memiliki
aktivitas anti-mikroba (Suryadi, 2007). Pada
penelitian sebelumnya telah diisolasi bakteri
endofit Pseudomonas stutzeri LBKURCC53,
Pseudomonas stutzeri LBKURCC44, Pseudomonas cepacia LBKURCC47, dan Pseudomonas stutzeri atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50 dari umbi tanaman Dahlia
(Dahlia variabilis) berbunga ungu, kuning,
merah hati, dan orange dari Padang Luar,
Sumatera Barat. Senyawa metabolit sekunder terutama senyawa antimikroba oleh isolat
bakteri endofit ini dapat diproduksi dengan
cara menumbuhkannya pada media fermentasi Mueller-Hinton Broth (Utami, 2011) dan
56
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Penentuan Waktu Optimum Produksi Antimikroba
salah satu faktor yang mempengaruhi produksi metabolit sekunder yaitu waktu pertumbuhan bakteri tersebut (Pratiwi, 2008).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh waktu pertumbuhan bakteri pada
produksi antimikroba dari ekstrak kasar
media fermentasi bakteri endofit Pseudomonas stutzeri LBKURCC53, Pseudomonas
stutzeri LBKURCC44, Pseudomonas cepacia
LBKURCC47, dan Pseudomonas stutzeri
atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50.
Waktu optimum fermentasi ditetapkan
dengan menentukan aktivitas antimikroba
tertinggi yang ditimbulkan oleh filtrat hasil
fermentasi. Pengujian aktivitas antimikroba
dilakukan menggunakan metode difusi agar
terhadap dua bakteri patogen Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. Berdasarkan waktu optimum produksi antimikroba
oleh bakteri endofit tersebut kemudian dilakukan uji fitokimia terhadap ekstrak kasar
media fermentasi bakteri endofit untuk
mengetahui kandungan metabolit sekunder
yang diharapkan sama dengan tanaman
inangnya.
BAHAN DAN METODA
Persiapan inokulum bakteri endofit Pseudomonas sp.
Produksi metabolit antibakteri oleh
bakteri
endofit
Pseudomonas
stutzeri
LBKURCC53,
Pseudomonas
stutzeri
LBKURCC44,
Pseudomonas
cepacia
LBKURCC47, dan Pseudomonas stutzeri
atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50
dilakukan dengan cara menumbuhkannya
dalam medium cair. Untuk fermentasi bakteri
endofit digunakan medium Mueller-Hinton
Broth (MHB). Masing-masing koloni bakteri
endofit yang telah diinkubasi pada medium
o
NA selama 24 jam pada suhu 37 C, diambil 1
ose dan dipindahkan ke dalam 10 mL
medium MHB. Media diinkubasi selama 24
o
jam, suhu 37 C kemudian digunakan sebagai
starter inokulum.
Penentuan waktu fermentasi optimum
bakteri endofit Pseudomonas sp.
Sebanyak 1 mL inokulum koloni
bakteri endofit (OD600nm=0,1) diinokulasi ke
dalam 150 mL media fermentasi MHB, dan
diinkubasi pada temperatur ruang dengan
rotary shaker kecepatan 150 rpm selama 96
jam. Pengukuran waktu pertumbuhan 0 jam
dimulai pada saat inokulasi pertama kultur
bakteri endofit ke dalam media fermentasi.
Setiap 0, 6, 24, 30, 48, 54, 72, 78, dan 96
jam waktu inkubasi produksi metabolit
antibakteri; pertumbuhan bakteri endofitik ini
diukur
ODnya
dengan
menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang
600 nm.
Penentuan waktu optimum produksi
antimikroba ini digambarkan dalam bentuk
kurva pertumbuhan bakteri endofitik. Setiap
24 jam waktu produksi (24, 48, 72, dan 96
jam) dilakukan uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri Gram-negatif Escherichia coli
dan bakteri Gram-positif Staphylococcus
aureus untuk mengetahui waktu optimum
produksi antimikroba. Kultur bakteri endofit
hasil fermentasi disentrifugasi pada keo
cepatan 3800 rpm, suhu 4 C selama 20
menit (Utami, 2011) untuk memisahkan
supernatan dari massa selnya. Supernatan
disaring steril dengan millipore syringe filter
0,22 m yang kemudian digunakan sebagai
ekstrak kasar fermentasi dalam uji antimikroba dan analisis fitokimia. Semua
perlakuan dilakukan secara aseptik dan
diulangi sebanyak tiga kali.
Uji aktivitas metabolit antibakteri
Isolat bakteri uji patogen Esche-richia
coli dan Staphylococcus aureus ditumbuhkan
pada media lempeng NA (Nutrient Agar) dan
o
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C.
Isolat yang sudah tumbuh diambil masingmasing 1 ose dan diinokulasi ke dalam 10
mL media NB (Nutrient Broth). Media
o
diinkubasi selama 24 jam, suhu 37 C
kemudian digunakan sebagai inokulum.
Pengenceran inokulum bakteri patogen
dengan air salin (NaCl 0,85%) dilakukan
apabila OD600nm setelah 24 jam lebih besar
dari 0,1 (Cappuccino & Sherman, 2011).
Inokulum bakteri patogen (OD600nm 0,1
7
setara dengan 10 CFU/mL) (Martins et al.,
2011) di-inokulasi sebanyak 1 mL ke dalam
tabung reaksi yang berisi media MHA cair
o
sebanyak 15 mL (suhu ± 50 C) kemudian
divortex dan dituangkan ke dalam cawan
petri, agar dibiarkan memadat.
Ekstrak kasar fermentasi steril isolat
bakteri
endofit
Pseudomonas
stutzeri
LBKURCC44, dan Pseudomonas cepacia
LBKURCC47 sebanyak 50 L diteteskan
pada kertas cakram steril (diameter 6 mm)
dan dibiarkan mengering. Kontrol positif yang
®
digunakan adalah Amoxan 30 g dan kontrol
negatif yang digunakan adalah media
fermentasi steril. Kemudian kertas cakram
diletakkan di atas media MHA yang telah
diinokulasi bakteri uji (Escherichia coli atau
Staphylococcus aureus). Selanjutnya cawan
o
petri diinkubasi pada suhu 37 C dengan
kondisi cawan petri dibalikkan. Diameter
zona bening disekitar kertas cakram diukur
setelah inkubasi selama ± 24-48 jam.
57
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Penentuan Waktu Optimum Produksi Antimikroba
Uji fitokimia ekstrak kasar fermentasi
Pseudomonas sp.
Ekstrak kasar media fermentasi steril
bakteri endofit Pseudomonas sp. yang
memiliki aktivitas antimikroba dilakukan uji
fitokimia pada waktu optimum produksi
antimikroba (Devi et al., 2012) untuk
mengetahui kandungan senyawa metabolit
sekunder yang dihasilkan.
1.
Uji terpenoid/steroid
Ekstrak kasar media fermentasi steril
bakteri endofitik Pseudomonas sp. dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dicampur
kloroform beramoniak kemudian ditambahkan H2SO4 2 N ke dalam tabung dan dikocok
kuat. Campuran didiamkan hingga terbentuk
dua lapisan yaitu lapisan asam (atas) dan
lapisan kloroform (bawah). Lapisan kloroform
diletakkan di plat tetes dan dibiarkan menguap lalu ditambahkan asam asetat anhidrat
dan asam sulfat pekat (pereaksi LiebermanBurchard). Apabila terbentuk warna hijau-biru
menandakan adanya senyawa steroid dan
warna merah menandakan adanya senyawa
terpenoid
2.
Uji alkaloid
Lapisan asam diambil dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer.
Hasil dinyatakan positif mengandung alkaloid
apabila terjadi perubahan warna menjadi
jingga
setelah
penambahan
pereaksi
Dragendorff dan warna putih setelah
penambahan pereaksi Mayer.
3.
Uji fenolik
Ekstrak kasar fermentasi diletakkan di
atas plat tetes dan ditambahkan larutan besi
(III) klorida. Hasil positif dinyatakan dengan
adanya perubahan warna larutan menjadi
biru-hitam.
4.
Uji flavonoid
Ekstrak kasar fermentasi dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 70% dan dipanaskan. Campuran
ditambahkan lempeng logam magnesium
dan setetes asam klorida pekat. Hasil positif
mengandung flavonoid bila terjadi perubahan
warna larutan menjadi merah muda.
5.
Uji saponin
Akuades ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi ekstrak kasar
fermentasi dan dipanaskan hingga mendidih.
Kemudian larutan dikocok kuat dan apabila
terbentuk busa yang stabil selama ±10 menit
maka sampel dinyatakan mengandung saponin.
Data pengukuran pertumbuhan isolat
bakteri endofitik digambarkan sebagai kurva
pertumbuhan. Hasil uji antimikroba disajikan
secara statistik deskripsi dengan Uji Duncan
Jarak Berganda untuk mengetahui perbandingan zona hambat yang dihasilkan oleh
ekstrak kasar fermentasi isolat bakteri
endofitik Pseudomonas stutzeri LBKURCC53, Pseudomonas stutzeri LBKURCC44,
Pseudomonas cepacia LBKURCC47, Pseudomonas stutzeri atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50 yang diisolasi dari umbi
dahlia (Dahlia variabilis).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan waktu fermentasi optimum
Pseudomonas sp.
Penentuan waktu fermentasi optimum
untuk produksi antimikroba oleh ekstrak
kasar isolat bakteri endofit Pseudomonas
stutzeri LBKURCC53, Pseudomonas stutzeri
LBKURCC44,
Pseudomonas
cepacia
LBKURCC47, dan Pseudomonas stutzeri
atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50;
ditentukan dengan pembuatan kurva pertumbuhan isolat bakteri endofit dan uji
aktivitas antimikroba setiap waktu produksi
24 jam.
Pada penelitian ini, fase adaptasi
pertumbuhan isolat Pseudomonas stutzeri
LBKURCC44 dan Pseudomonas cepacia
LBKURCC47 berlangsung hingga 6 jam dan
setelah fermentasi selama 6 jam terjadi fase
pertumbuhan logaritmik. Produksi senyawa
antimikroba belum terjadi hingga jam ke-48
dan mulai menunjukkan adanya aktivitas
antimikroba setelah proses fermentasi
berlangsung selama 72 jam
Uji aktivitas metabolit antibakteri
Waktu optimum produksi antimikroba
oleh ekstrak kasar media fermentasi bakteri
endofit Pseudomonas sp. ditentukan dengan
pembuatan kurva hubungan antara waktu
inkubasi, pengukuran Optical Density (OD)
isolat bakteri endofit setiap waktu produksi
0, 6, 24, 30, 48, 54, 72, 78, dan 96 jam serta
uji aktivitas antimikroba setiap waktu
produksi 24 jam (24, 48, 72, dan 96 jam). Uji
aktivitas antimikroba dilakukan dengan
metode difusi agar sebanyak tiga kali
pengulangan dengan volume sebesar 50
µL/cakram. Kontrol positif yang digunakan
®
yaitu Amoxan dengan konsentrasi 30 µg
(b/v). Kontrol negatif yang digunakan yaitu
media fermentasi steril.
58
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Penentuan Waktu Optimum Produksi Antimikroba
Rata-rata diameter zona hambat yang
ditimbulkan oleh filtrat isolat LBKURCC44
dan LBKURCC47 pada kultur umur 72 jam
terhadap E. coli dapat dilihat pada Tabel 1
serta terhadap S. aureus dapat dilihat pada
Tabel 2. Pada kultur umur 96 jam terlihat
pertumbuhan sel telah memasuki fase kematian, diameter zona hambat yang ditimbulkan oleh filtrat isolat Pseudomonas
stutzeri LBKURCC44 dan Pseudomonas
cepacia LBKURCC47 mengalami penurunan
dengan rata-rata diameter dapat dilihat pada
Tabel 1 dan
Tabel 2 baik terhadap
Escherichia coli ataupun terhadap Staphylococcus aureus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dua isolat bakteri endofit P. stutzeri
LBKURCC44 dan P. cepacia LBKUR-CC47
memiliki aktivitas penghambatan terhadap
E.coli dan S.aureus sedangkan dua isolat
lainnya P. stutzeri LBKURCC53 dan P.
stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50 tidak
memiliki aktivitas penghambatan. Hubungan
antara pertumbuhan bakteri endofit P.
stutzeri LBKURCC44 dan P. cepacia
LBKURCC47 dan aktivitas antimikroba
terhadap S.aureus dan E.coli dapat dilihat
pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Hasil
penelitian
ini
sejalan
dengan
pernyataan Pelczar et al. (1986), bahwa
metabolit sekunder (antimikroba) dihasilkan
oleh mikroorganisme pada akhir fase
stasioner pertumbuhannya. Hal ini disebabkan karena metabolit sekunder biasanya
disintesis pada akhir siklus pertumbuhan sel,
yaitu pada fase stasioner saat populasi tetap
karena jumlah sel yang tumbuh sama
dengan jumlah sel yang mati. Sintesis
metabolit sekunder dimulai pada saat
beberapa zat gizi di dalam media pertumbuhan mikroorganisme telah habis. Keterbatasan
zat gizi tersebut menyebabkan terakumulasinya induser enzim metabolit sekunder dan
terlepasnya gen-gen untuk sintesis metabolit
sekunder (Pratiwi, 2008).
Gambar 1. Hubungan antara pertumbuhan bakteri endofit (a) Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 dan (b)
Pseudomonas cepacia LBKURCC47 dan aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus.
Gambar 2. Hubungan antara pertumbuhan bakteri endofit (a) Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 dan (b)
Pseudomonas cepacia LBKURCC47 dan aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli.
59
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Penentuan Waktu Optimum Produksi Antimikroba
Tabel 1. Aktivitas antimikroba ekstrak kasar P. stutzeri LBKURCC53, P. stutzeri LBKURCC44, P.
cepacia LBKURCC47, P. stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50 terhadap Escherichia
coli.
Rata-rata diameter hambat (mm)
24 jam
48 jam
72 jam
96 jam
®
b
b
a
b
Amoxan
(11,95 ± 0,07)
(11,96 ± 0,06)
(12,85 ± 0,24)
(11,61 ± 0,15)
Kontrol (-)
LBKURCC53
c
c
LBKURCC44
(9,16 ± 0,28)
(8,85 ± 0,13)
c
d
LBKURCC47
(8,73 ± 0,17)
(8,68 ± 0,02)
LBKURCC50
Catatan: *Diameter hambat ekstrak kasar P.stutzeri LBKURCC53, P.stutzeri LBKURCC44, P.cepacia
LBKURCC47, P.stutzeri /P.cepacia LBKURCC50. Pangkat huruf yang sama menyatakan tidak
berbeda secara nyata pada tingkat 5% (p>0,05) berdasarkan uji Duncan jarak berganda .
Tabel 2. Aktivitas antimikroba ekstrak kasar P. stutzeri LBKURCC53, P. stutzeri LBKURCC44, P.
cepacia LBKURCC47, P. stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50 terhadap
Staphylococcus aureus.
Rata-rata diameter hambat (mm)
24 jam
48 jam
72 jam
96 jam
®
a
a
a
b
Amoxan
(12,43 ± 0,05)
(11,96 ± 0,06)
(12,91 ± 0,07)
(11,36 ± 0,31)
Kontrol (-)
LBKURCC53
c
c
LBKURCC44
(9,66 ± 0,28)
(9,47 ± 0,13)
d
d
LBKURCC47
(8,63 ± 0,33)
(8,52 ± 0,02)
LBKURCC50
Catatan: *Diameter hambat ekstrak kasar P. stutzeri LBKURCC53, P. stutzeri LBKURCC44, P. cepacia
LBKURCC47, P. stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50. Pangkat huruf yang sama menyatakan
tidak berbeda secara nyata pada tingkat 5% (p>0,05) berdasarkan uji Duncan jarak berganda.
Identifikasi senyawa fitokimia bakteri
endofit Pseudomonas sp.
Uji fitokimia dilakukan terhadap ekstrak kasar media fermentasi bakteri endofit
Pseudomonas sp. yang memiliki aktivitas
antimikroba yaitu P. cepacia LBKURCC47
dan P. stutzeri LBKURCC44 yang telah
diinkubasi di dalam media fermentasi
Mueller-Hinton Broth selama 72 jam. Kontrol
yang digunakan sebagai pembanding yaitu
media fermentasi steril. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kasar media
fermentasi bakteri endofit P. cepacia
LBKURCC47 dan P. stutzeri LBKURCC44
mengandung metabolit sekunder golongan
saponin (Tabel 4).
Uji fitokimia yang telah dilakukan oleh
Suryadi (2007) terhadap umbi dahlia
menunjukkan bahwa umbi dahlia mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid,
fenolik, dan saponin. Saponin adalah
senyawa aktif yang menimbulkan busa jika
dikocok dalam air sehingga bersifat seperti
sabun, memiliki molekul yang dapat menarik
air atau hidrofilik dan molekul yang dapat
melarutkan lemak atau lipofilik sehingga
dapat mengganggu permeabilitas membran
sel bakteri, mengubah struktur dan fungsi
membran, dan akhirnya menyebabkan membran sel akan rusak dan lisis (Arabski et al.,
2012).
Menurut Tan & Zou (2001), mikroba
endofit
memang
dapat
menghasilkan
senyawa bioaktif yang karakternya mirip atau
sama dengan inangnya. Contohnya adalah
senyawa Oleandrin sebagai senyawa antikanker, selain dihasilkan oleh tanaman
Nerium indicum, ternyata juga dihasilkan
oleh mikroba endofit yang diisolasi dari daun
Nerium indicum (Prihatiningtias, 2007).
Endofit juga memiliki kemampuan untuk
mentransformasi komponen kimia dalam
tanaman inangnya (Agusta, 2009) seperti
bakteri endofit Bacillus polymixa yang
diisolasi dari tumbuhan Artemisia annua
dengan kemampuan untuk memproduksi
senyawa biotransformasi artemisinin sebagai
senyawa bioaktif antimalaria (Simanjuntak et
al., 2004). Oleh karena itu, kemungkinan
komponen fenolik dan flavonoid yang
terdapat dalam umbi tanaman dahlia
mengalami transformasi menjadi struktur
kimia yang lain oleh bakteri endofit P.
cepacia LBKURCC47 dan P. stutzeri
LBKURCC44.
60
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Penentuan Waktu Optimum Produksi Antimikroba
2
6
6
3
3
3
1
1
5
2
2
2
3
1
6
5
4
4
(a)
Gambar 3.
Keterangan :
5
4
5
4
6
1
(b)
Skrining isolat P. stutzeri LBKURCC53, P. stutzeri LBKURCC44, P. cepacia LBKURCC47,
dan P. stutzeri atau P. cepacia LBKURCC50 pada jam (a) ke-72, (b) ke-96 terhadap
Escherichia coli (kiri) dan Staphylococcus aureus (kanan)
1 (kontrol positif), 2 (kontrol negatif), 3 (Pseudomonas stutzeri LBKURCC53), 4
(Pseudomonas cepacia LBKURCC47), 5 (Pseudomonas stutzeri LBKURCC44), 6
(Pseudomonas stutzeri atau Pseudomonas cepacia LBKURCC50).
Tabel 3. Uji fitokimia ekstrak kasar isolat bakteri endofitik P. cepacia LBKURCC47 dan P. stutzeri
LBKURCC44
Bahan uji
Alkaloid
Metabolit sekunder
Flavonoid
Terpenoid
Fenolik
Saponin
Kontrol
-
-
-
-
-
LBKURCC44
-
-
-
-
+
LBKURCC47
-
-
-
-
+
Keterangan: “+” = terdeteksi, “-” = tidak terdeteksi
KESIMPULAN DAN SARAN
Produksi metabolit antimikroba oleh
bakteri endofit dilakukan dengan cara
fermentasi dalam medium cair MuellerHinton Broth (MHB). Salah satu faktor yang
mempengaruhi produksi metabolit sekunder
yaitu waktu pertumbuhan bakteri tersebut.
Indikator waktu optimum produksi antimikroba adalah waktu dimana senyawa antimikroba diproduksi secara maksimal yang
ditandai dengan terbentuknya zona hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Gram-negatif
Escherichia coli dan bakteri Gram-positif
Staphylococcus aureus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dua isolat bakteri endofitik Pseudomonas
stutzeri LBKURCC44 and Pseudomonas
cepacia LBKURCC47 menunjukkan aktivitas
antibakteri dengan rata-rata diameter zona
hambat pada kultur umur 72 jam masingmasing yaitu sebesar (9,16±0,28) mm dan
(8,73±0,17) mm terhadap E. coli serta (9,66
±0,28) mm dan (8,63±0,33) mm terhadap S.
aureus. Hal ini mengindikasikan bahwa kultur
umur 72 jam (hari ke-3) merupakan waktu
optimum produksi senyawa antibakteri terhadap bakteri patogen E. coli dan S. aureus.
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kasar media fermentasi bakteri endofit
LBKURCC47
dan
LBKUR-CC44
mengandung metabolit sekunder golongan
saponin. Melihat potensi anti-bakteri yang
dihasilkan oleh isolat bakteri endofit P.
stutzeri LBKURCC44 dan P. cepacia
LBKURCC47 sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang isolasi dan
identifikasi senyawa aktif antimikrobial dari
ekstrak kasar media fermentasi isolat bakteri
endofit ini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai oleh “Hibah
Pasca DIKTI 2011” atas nama Prof. Dr.
Saryono, M.Si.
61
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Penentuan Waktu Optimum Produksi Antimikroba
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. 2009. Biologi dan Kimia Jamur Endofit. Bandung: ITB.
Arabski M, Wegierek-Ciuk A, Czerwonka G, Lankoff A, & Kaca W. 2012. Effect of saponin againts
Clinical E.coli strains and eukaryotic cell lines. Journal of Biomedicine and Biotechnology
20(12): 1-6.
Cappuccino JG & Sherman N. 2011. Microbiology a Laboratory Manual. Ed. 9. San Francisco:
Benjamin Cummings.
Devi NN, Prabakaran JJ, & Wahab F. 2012. Phytochemical analysis and enzyme analysis of
endophytic fungi from Centella asiatica. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine
20(12): 1-5.
Martins IM, Cortés JCG, Munoz J, Moreno MB, Ramos M, Clemente-Ramos JA. 2011. Differential
activities of three families of specific β(1,3)glucan synthase inhibitors in wild-type and
resistant strains of fission yeast. The Journal of Biological Chemistry 5(286): 3484-3496.
Pelczar MJ & Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: Universitas Indonesia.
Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Prihatiningtias W. 2007. Prospek mikroba endofit sebagai sumber senyawa bioaktif. Majalah Obat
Tradisional 12(42).
Radji M. 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit Dalam Pengembangan Obat Herbal.
Majalah Ilmu Kefarmasian 2(3): 113-126.
Simanjuntak P, Bustanussalam, Otovina DM, Rahayuningsih M, & Said EG. 2004. Isolasi dan
identifikasi artemisinin dari hasil kultivasi mikroba endofitik dari tanaman Artemisia annua.
Majalah Farmasi Indonesia 15(2): 68-74.
Strobel G & Daisy B. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes and Their Natural Products.
Microbiology and Molecular Biology Reviews 67: 491-502.
Suryadi AE. 2007. Ekstraksi dan Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Umbi Dahlia (Dahlia variabilis).
Skripsi FMIPA Universitas Riau. Pekanbaru.
Tan RX, & Zou WX. 2001. Endophytes: a rich source of functional metabolites. Nat. Prod. Rep. 18:
448–459.
Utami U. 2011. Isolation, Identification and Antimicrobial Activities Selection of Endophytic Bacterial
from Mangrove Plantation Brugulera gymnorrhiza. International Journal of Academic
Research 1(3): 187-194.
62
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Download