8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1

advertisement
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
1.
Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca”
dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober
2000, tahun 2001 oleh Lina Destiyani
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan berbahasa pada Surat
Pembaca. Data penelitian ini adalah wawancara “Surat Pembaca” dan sumber data
berupa Tabloid Mingguan Bintang, Nova, dan Nyata. Pada tabloid Bintang berjumlah
70 surat pembaca, Nova 42 surat pembaca, dan Nyata 62 surat pembaca. Jenis
penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif, sedangkan tahap penelitiannya
terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.
Pengumpulan data menggunakan teknik simak catat, yang dilakukan dengan
menyimak bacaan dengan mencatat kesalahan bahasa. Tahap analisis menggunakan
metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan
melihat data yang sudah diklasifikasikan.
2.
Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca”
Suara Merdeka Edisi Maret sampai April 2012, tahun 2013 oleh Febrianto
Nugroho mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dari segi
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantis pada “Surat Pembaca” surat kabar Suara
Merdeka edisi Maret sampai April Tahun 2012. Data yang digunakan adalah wacana
“Surat Pembaca” pada Suara Merdeka yang terdiri dari 28 surat pembaca yakni 12
wacana dengan jumlah 36 kalimat untuk bulan Maret dan 16 wacana dengan jumlah
7
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
9
92 kalimat untuk bulan April. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif
kulitatif, sedangkan tahap penelitiannya terdiri dari: pengumpulan data, analisis data,
dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan teknik baca catat,
yang dilakukan dengan mencatat kesalahan berbahasa. Tahap analisis menggunakan
metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan
melihat data yang sudah diklasifikasikan.
Berdasarkan dua penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedua
penelitian itu berbeda dengan penelitian yang saya kaji mengenai analisis kesalahan
morfologis dan sintaktis dalam karangan argumentasi pada siswa kelas X
Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto tahun pelajaran 2014-2015.
Perbedaan dalam penelitian yang saya kaji dengan penelitian sebelumnya terletak
pada permasalahan yang dianalisis. Permasalahan tersebut adalah bagaimana
kesalahan morfologis, dan sintaktis? kemudian perbedaan lainnya terletak pada objek
penelitian. Objek yang dijadikan penelitian ini adalah siswa kelas X Keperawatan
SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto, dan data yang digunakan adalah kalimat-kalimat
dalam karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3
Purwokerto. Sumber data yang digunakan adalah wacana karangan argumentasi siswa
kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto Tahun pelajaran 20142015, yang di dalamnya terdapat kesalahan berbahasa secara morfologis dan sintaktis.
Tahap pengumpulan data yang digunakan adalah peneliti meminta siswa untuk
menyusun karangan argumentasi. Selanjutnya persamaan penelitian sebelumnya ialah
terletak pada kajian yang digunakan yakni sama mengkaji analisis kesalahan
berbahasa. Selain itu, persamaan lainnya terletak pada metode dan teknik analisis data
yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan deskriptif kualitatif dengan tahap
penelitian terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
10
data. Tahap analisis data menggunakan teknik lesap, ganti dan tenik sisip, dan tahap
penyajian hasil analisis data menggunakan penyajian informal.
B. Bahasa
1.
Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan sarana komunikasi. Segala yang berkaitan dengan
komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai
ilmu pengetahuan. Seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara
sistematis dan teratur, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa. Hal ini, bahasa
berarti berperan penting untuk menumbuhkan suatu komunikasi. Semua orang
menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan
lumpuh tanpa bahasa (Keraf, 2004: 1). Bahasa adalah sistem bunyi lambang bunyi
yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu, masyarakat untuk bekerja sama,
beriteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Depdiknas, 2008: 116). Para pakar linguistik
deskriptif bahasa mendefinisikan sebagai lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang
kemudian lazim ditambah dengan sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi
dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2012: 32).
Jadi dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa bahasa merupakan
sistem lambang bunyi yang arbitrer. Bahasa yang digunakan oleh anggota suatu,
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Bahasa ialah
kunci pokok dari sebuah kehidupan manusia. Karena fungsi bahasa untuk berinteraksi
dengan orang lain dapat memperoleh ilmu berbagai bidang. Bahasa dapat digunakan
apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan
bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
11
berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan
penutur baik lisan maupun tulis.
2.
Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Suatu pemakaian bahasa dapat dikatakan salah, apabila pemakaian tersebut
menyimpang dari pola umum bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang
sering terjadi harus dikurangi. Jika bisa kesalahan tersebut dihapuskan sama sekali,
sehingga tidak dapat digunakan kembali. Pengurangan dan penghapusan kesalahan
akan tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam.
Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang dinamakan dengan analisis kesalahan
(anakes).
Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur kerja,
anakes mempunyai langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut ialah
metodologi anakes. Anakes biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang
meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam
sampel dan penjelasan kesalahan tersebut. Pengklasifikasian kesalahan itu
berdasarkan penyebab, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan
itu (Ellis dalam Tarigan, 1995: 68).
3.
Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa atau “language errors” beraneka ragam jenisnya dan
dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara kita memandangnya. Dengan kata lain,
setiap sudut pandang akan menghasikan sudut pandang tertentu. Chomsky dalam
Tarigan (1995: 143) membedakan jenis kesalahan menjadi dua yaitu kesalahan
mistake dan error. Kesalahan pertama kesalahan yang disebabkan oleh faktor
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
12
kelelahan, keletihan, dan kurangnya permormasi kesalahan tersebut biasanya disebut
“mistakes”. Kesalahan kedua kesalahan yang diakibatkan karena kurang pengetahuan
mengenai kaidah bahasa yakni sering dibilang sebagai faktor kompetensi atau
“errors”.
Berdasarkan kedua kesalahan tersebut diantaranya kekeliruan (mistake) yang
disebabkan oleh faktor keterbatasan mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan
kekeliruan dalam menghafal bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau
kalimat. Kesalahan lain yakni kesalahan (errors) disebabkan oleh faktor kompetensi.
Artinya belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannnya. Sering
dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan
sistem bahasa yang dipelajarinya ternyata kurang maka kesalahan sering terjadi, dan
kesalahan akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat.
Penjelasan di atas mengenai kesalahan berbahasa peneliti hanya mengambil
kesalahan berbahasa (errors). Kesalahan berbahasa itu diambil dari pemerolehan data
karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan di SMK Muhammadiyah 3
Purwokerto. Setelah data diperoleh kesalahan berbahasa tersebut dikelompokkan
berdasarkan kriteria tertentu. Pengelompokan data kesalahan berbahasa pada bidang
morfologi dan sintaksis dalam karangan argumentasi siswa, berdasarkan komponen
taat bahasa. Berdasarkan komponen tata bahasa, kesalahan bahasa meliputi: morfologi
dan sintaksis (Tarigan, 1995: 198-199).
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
13
a.
Morfologi
1) Pengertian Morfologi
Morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari morfem dan
kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana, 2009: 159).
Bagian dari struktur bahasa
yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem. Sedangkan Putrayasa
(2010: 3) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
atau mempelajari seluk-beluk kata. Serta pembentukan kata terkecil dan seluk-beluk
kata, serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata.
Menurut Ramlan (2012: 21) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa
yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan morfologi merupakan
cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Pengertian lain
bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan bentuk
kata itu, baik secara gramatis maupun semantis. Kata morphologie terbentuk dari kata
morphe berarti „bentuk‟ dan logos berarti „ilmu‟ jadi morfologi adalah ilmu tentang
bentuk kata (Soegi, 1989: 4).
2) Bentuk-Bentuk Morfologis
Bentuk-bentuk bahasa terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik
(Chaer, 2012: 100-324).
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
14
1) Bentuk linguistik yang berwujud morfem ialah bentuk berulang yang paling kecil
beserta artinya. Jika menentukan sebuah satuan bentuk morfem, harus
membandingkan bentuk tersebut dengan bentuk lain. jika bentuk tersebut ternyata
bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah
morfem. Menurut Alwi (2003: 28) morfem ialah bentuk kata yang paling kecil
yang tidak bisa dipotong. Artinya jika suatu kata dipotong-potong hingga tidak
mempunyai makna dinamakan morfem. Ramlan (2012:32) morfem adalah satuan
gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain
sebagai unsurnya.
2) Bentuk linguistik yang berwujud almorf ialah variasi bentuk suatu mofem.
Artinya alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah
morfem. Setiap morfem tentu mempunyai beberapa alomrf. Morf adalah nama
semua bentuk yang diketahui statusnya. Sedangkan alomorf adalah nama untuk
bentuk yang sudah diketahui status morfemnya. Bentuk-bentuk men-, mem,
meng, dll disebut morf (Ramlan, 2005: 5).
3) Bentuk linguistik yang berwujud kata adalah satuan ujaran bebas terkecil yang
bermakna. Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, dan
mempunyai arti. Maksudnya terkecil ialah tidak dapat disegmentasikan lagi
menjadi yang lebih kecil tanpa merusak makna dan bebas maksudnya satuan yang
disebut kata tersebut dapat berdiri sendiri di dalam kalimat. Menurut Alwi (2003:
30) pengertian mengenai kata adalah terbentuk dari dasar tertentu dan dapat
menjadi dasar pembentuk kata turunan lain. morfem adala satuan bebas yang
paling kecil, dengan kata lain, setiap satu-satuan bebas merupakan kata (Ramlan,
2005).
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
15
3) Proses Morfologis
Proses morfologik terdiri dari afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Ramlan,
2012: 53).
a) Afiksasi
Afiks adalah bentuk terikat. Artinya dalam bentuk tuturan biasa, bentuk
tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis. Bentuk terikat ini selalu
menempel pada bentuk lain. Chaer (2012: 177) mengatakan afiks adalah sebuah
bentuk morfem terikat. Menurut Alwi (2003: 31) bentuk terikat yang dipakai untuk
menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan. Morfem terikat selalu diikuti atau
diimbuhkan pada bentuk dasar dalam proses pembentukan kata. Imbuhan morfem
terikat sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya. Bentuk tersebut tidak dapat berdiri
sendiri. Morfem terikat secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain. Afiks dapat
dibedakan menjadi empat: prefiks (awalan), infiks (sisipan), surfiks (akhiran), dan
konfiks (gabungan awalan dan akhiran). Contoh prefiks menurut (Ramlan, 2012: 60)
yang terletak di depan bentuk dasar (meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe, se-, per-, pra-, ke), infiks ( -el-, -er-, -em-), dan Surfiks (-kan, -an, -i, -nya, -wan, -wati, -is, -man, -da, w).
b) Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar. Macammacam reduplikasi di antaranya mengulang dalam bentuk secara keseluruhan,
sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2012: 182). Ramlan
(2012: 65) mengatakan reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak. Reduplikasi atau kata
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
16
ulang tidak semua dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Pertama
pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata, maksudnya bahwa
bentuk dasar bagi kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua
bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
Berdasarkan bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat macam
yakni: pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi
dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem
(Ramlan, 2012: 70-76).
a) Pengulangan seluruh: adalah pengulangan seluruh bentuk dasar. Pengulangan ini
terjadi tanpa perubahan fonem. Pengulangan seluruh juga tidak berkombinasi
dengan proses pembubuhan afiks. Contoh pada kata sepeda-sepeda, kata tersebut
terbentuk dari pengulangan keseluruhan dari kata dasar sepeda. Pengulangan
bentuk lainya yakni pada kata buku-buku juga merupakan terbentuk dari
pengulangan kata seluruh dari kata dasar buku.
b) Pengulangan sebagian: adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.
Pengulangan ini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Semua bentuk dasar
pengulangan golongan ini berupa bentuk dasar kompleks. Bentuk dasar kompleks
berupa bentuk tunggal kata lelaki di bentuk dari bentuk dasar laki. Apabila
bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks kemungkinan-kemungkinan bentuk
dasarnya sebagai berikut:
a) Bentuk meN-. misalnya:
mengambil
membaca
mengambil-ambil
membaca-baca
b) Bentuk di-. misalnya:
ditarik
dikemasi
ditarik-tarik
dikemas-kemasis
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
17
c) Bentuk ber-. misalnya:
berjalan
berjalan-jalan
bertemu
bertemu-temu
d) Bentuk ter-. misalnya:
terbantuk
tersenyum
terbatuk-batuk
tersenyum-senyum
e) Bentuk ber-an. misalnya:
berlarian
berlari-larian
berhamburan berhambur-hamburan
f) Bentuk –an. misalnya
minuman
minum-minuman
makanan
makan-makan
g) Bentuk ke-. misalnya:
kedua
kedua-dua
ketiga
ketiga-tiga
c)
Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Pengulangan golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi
dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama
dengan proses pembubuhan dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi.
Berdasarkan penentuan bentuk dasar ialah bahwa bentuk dasar itu selalu berupa
satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Contoh kata ulang kereta-keretaan
dapat ditentukan bentuk dasar yakni bentuk dasar kereta diulang dan mendapat
bubuhan afiks –an. Jika kata ulang kereta-kereta berarti bermakna banyak, sedangkan
kereta-keretaan bermakna sesuatu yang menyerupai kereta. Kemudian contoh kata
ulang kehitam-hitaman dari bentuk dasar hitam. Kata hitam diulang dan mendapat
afiks –an. Jika kata ulang hitam-hitam berarti bermakna banyak, sedangkan hitamhitaman bermakna sesuatu yang seperti atau menyerupai warna hitam.
d) Pengulangan dengan perubahan fonem: Kata ulang yang pengulangannya
termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Contoh kata bolak-balik di
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
18
bentuk dari bentuk dasar bolak-balik yang diulang seluruh dengan perubahan
fonem dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/. Kemudian kata gerak-gerik
dari kata dasar gerak. Kata ulang gerak-gerik dibentuk dari bentuk dasar gerak
yang diulang seluruh dengan perubahan fonem dari /a/ menjadi /i/. Kata ulang
robak-rabek dari kata dasar robek. Kata ulang robak-robek dibentuk dari kata
dasar robek, yang diulang seluruh dengan perubahan fonem /a/ menjadi /e/.
c)
Komposisi
Menurut Chaer (2012, 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan
morferm dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga
terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang
baru. Selanjutnya komposisi menurut Verhaar (2012: 154) merupakan proses
morfemis yang menggabungkan dua morferm dasar (pradasar) menjadi satu kata, yang
namanya “kata majemuk” atau “kompaun”. Komposisi selalu bersifat derivasional,
tidak paradigmatis. Ramlan (2012: 77) mengatakan bahwa kata majemuk adalah kata
yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Contoh: mata kaki dan kursi malas .
b.
Sintaksis
1) Pengertian Sintaksis
Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata dalam
kalimat (Verhaar, 2012: 11). Kridalaksana (2008: 223) mengatakan bahwa sintaksis
adalah pengaturan atau hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan
yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih itu dalam bahasa. Istilah secara
langsung terambil dari bahasa Belanda syntaxis, sedangkan dalam bahasa Inggris
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
19
digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan
seluk-beluk wacana, kalimat, klausa dan frase (Ramlan 2005: 18). Tata bahasa yang
membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan cabang
linguistik yang menyangkut penyusunan kata dalam kalimat. Proses penyusunan
tersebut berhubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih
besar hingga menjadi kelompok kata. Hubungan antarkata dalam tuturan (bahasa)
Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal
di dalam kata. Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frasa, klausa,
dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam
bentuk kalimat.
2) Bentuk-bentuk Sintaktis
a) Frasa
Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 2005: 138). Frasa juga gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frasa atau frase tidak
memiliki makna baru, melainkan makna sintaktis atau makna gramatikal bedanya
dengan kata majemuk yaitu kata majemuk sebagai komposisi yang memiliki makna
baru atau memiliki satu makna. Batasan frasa di atas ialah mempunyai dua sifat yakni
frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dua kata atau lebih dan frasa
merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Maksud dari tidak
melebihi batas fungsi frasa adalah frasa itu termasuk dalam satu fungsi klausa yakni S,
P, O, Pel, dan Ket. Cotohnya: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di
perpustakaan.
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
20
b) Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan
Ket ataupun tidak (Ramlan, 2005: 79). Unsur inti klausa ialah S dan P. Satuan
sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam
konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa, yang befungsi sebagai predikat;
dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa dapat
berpotensi menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis
wajib, yaitu subjek dan predikat. Contoh klausa: Luri makan
c)
Kalimat
Kalimat adalah kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran
atau perasaan; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (Depdiknas: 2008:
609). Sedangkan menurut Ramlan (2005: 23) kalimat adalah satuan gramatik yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Chaer
(2009: 44) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari
konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Konstituen dasar dan intonasi final
menjadi penting atau yang menjadi dasar kalimat, sedangkan konjungsi hanya ada
kalau diperlukan. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu (1)
intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, (2)
intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya, dan
(3) intonasi seru, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru. Contoh
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
21
kalimat: Luri ambilkan makan(.) Luri ambilkan makan(?) Luri ambilkan makan(!)
d) Wacana
(1) Pengertian Wacana
Wacana sebagai satuan tertinggi dari kalimat. Wacana mempunyai pengertian
yang lengkap atau utuh, dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat. Wacana
dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat artinya sebuah wacana mungkin hanya
terdiri dari sebuah kalimat. Wacana mungkin juga terdiri sejumlah kalimat.
Pembentukan sebuah wacana yang utuh, kalimat-kalimat dipadukan oleh alat-alat
pemandu, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantik
(Chaer, 2009: 46). Douglas dalam Mulyana (2005: 3) mengatakan wacana berasal dari
bahasa Sansekerta wac/wak.vak, artinya „berkata‟ atau „berucap‟. Kata wac dalam
lingkup morfologi bahasa Sansekerta, termasuk kata kerja bersifat aktif yaitu
„melakukan tindakan ujar‟. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi
wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah surfiks (akhiran), yang
bermakna „membedakan‟ jadi kata wacana dapat diartikan sebagai „perkataan‟ atau
„tuturan‟. Tarigan dalam Mulyana (2005: 4) mengemukakan bahwa wacana adalah
satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki
kohesis dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas,
berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Dari penjelasan wacana di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan
bahasa yang lengkap atau utuh. Satuan bahasanya tersebut lebih tinggi dari klausa dan
kalimat, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, unsur semantik dan dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana argumentasi yang diteliti ini
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
22
merupakan bahasa dalam bentuk tulisan. Wacana argumentasinya adalah karangan
argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto.
(2) Wacana Argumentasi
Kedudukan wacana berada paling tinggi, artinya dalam satuan kebahasaan,
kedudukan wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang ada
di bawah seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat. jika wacana di lihat dari
asal bahasanya berarti „perkataan‟ atau „tuturan‟ sering digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang lain untuk berbahasa. komunikasi itu dapat
menggunakan bahan lisan dapat pula menggunakan bahan tulisan (Samsuri dalam
Soburs, 2000: 10). Wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan proposisi
satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah
makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya Tarigan dalam Mulayan
(2005: 6) menjelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan
tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang
tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan dan tertulis. Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi
alasan-alasan kuat untuk membuktikan data dan fakta (Iskak, 2006: 67).
Berdasarkan media penyampaiannya wacana dapat dibagi menjadi dua yaitu
wacana tulis dan wacana lisan. Kedua jenis wacana tersebut dalam penelitian ini
khususnya, peneliti hanya mengambil wacana tulis. Karena peneliti menganalisis data
berupa karangan argumentasi pada siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah
3 Purwokerto yaitu wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf,
atau karangan yang utuh yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
23
berorientasi pada jenis wacana tulis. Wacana tulis sendiri adalah jenis wacana yang
disampaikan melalui tulisan. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang
utuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana argumentasi ialah satuan bahasa yang
terdiri dari kalimat-kalimat guna memaparkan alasan-alasan mengenai sesuatu hal.
C. Karangan
1) Pengertian karangan dan Jenis-Jenis Karangan
Menurut Moelino (2007: 506) mengarang adalah perbuatan atau pekerjaan
mengarang (tulis-menulis dsb). Sedangkan menurut Finoza (2009: 234) mengatakan
bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk
menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir
berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir
berupa rangkaian bunga). Menurut Widyamartaya dalam Damlan (2014: 85)
mengarang adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia yang hendak menggunakan
kandungan jiwanya kepada orang lain atau diri sendiri dalam tulisan. Karangan
diartikan dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk
tulisan yang teratur. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Mengarang dengan
mengungkapkan suatu pendapat, gagasan yang disertai dengan bukti serta contohcontoh yang meyakinkan orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengarang
adalah suatu proses pengungkapan buah pikiran, perasaan, pengalaman, pelukisan,
tentang suatu objek yang diinginkan. Suatu karya tulis dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikan perasaan tujuannya dalam bentuk tulisan
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
24
kepada pembaca. Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan
mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konversional
yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan
kesatuan makna yang utuh. Mengarang ini merupakan mengungkapkan gagasan atau
buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain
untuk membacanya.
a) Jenis-Jenis Karangan
(1) Karangan Deskripsi
Deskripsi atau lukisan adalah karangan yang melukiskan atau menggambarkan
suatu peristiwa tertentu (Dalman, 2014: 135 ). Karangan ini melukiskan atau
menggambarkan sesuatu yakni dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga
si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami langsung apa yang
dideskripsikan oleh penulis. Deskripsi diambil dari bahasa inggris description yang
tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan bahasa).
Deskripsi juga berupa uraian yang berusaha menggambarkan suatu masalah yang
seolah-olah masalah tersebut di depan mata pembaca secara konkret. Contohnya
adalah mendeskripsikan hewan atau seseorang.
(2) Karangan Narasi
Karangan narasi adalah cerita yang berusaha menciptakan mengisahkan
sebuah peristiwa (Dalman, 2014: 135 . Karangan narasi ini cerita yang merangkaikan
tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
25
ke waktu. Di dalam karangan narasi juga terdapat tokoh yang menghadapi suatu
konflik. Peristiwa tersebut yang disusun dengan alur secara sistematis. Contoh narasi
diantaranya biografi, novel, cerpen dan lain-lain.
(3) Karangan Eksposisi
Kata eksposisi diambil dari kata bahasa Inggris exposition yang berarti
„membuka atau memahami‟. Karangan eksposisi merupakan karangan yang
menjelaskan atau memaparkan pendapat, gagasan, keyakinan, yang memerlukan fakta
(Dalma, 2014: 136). Fakta-fakta tersbut dapat diperkuat dengan angka, stastistik, peta
dan grafik, tetapi tidak bersifat memengaruhi pembaca. Karangan ini bertujuansematamata untuk menyampaikan informasi tertentu dan menambah wawasan pembaca.
Contoh karangan eksposisi ialah artikel-artikel yang ada di surat kabar atau majalah.
(4) Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan
pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, tingkah laku tertentu.
Karangan argumentasi juga suatu karangan yang berisikan pendapat atau gagasan
mengenai
suatu
hal.
Pembuktian-pembuktian
tersebut
digunakan
untuk
mempengaruhi pembaca agar mengubah sikap merekan dan menyesuaikan dengan
sikap penulis. Agar pembaca yakin dengan apa yang dikatakan, penulis membuktikan
dengan bukti tabel, gambar dan lain sebagainya (Dalman, 2014: 137). Contoh jenis
karangan ini adalah kampanye pemilihan umum, tulisan-tulisan tentang alasan
pengangkatan, pemberitahuan, dan pengangkatan seseorang.
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
26
(5) Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuat pembaca
percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal (Dalma, 2014: 138). Karangan yang
dikomunikasikan berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan atau
perasaan seseorang. Jenis karangan ini isinya bertujuan membujuk, merayu, atau
mengajak pihak pembaca. Karangan ini bertujuan agar pembaca mengikuti apa yang
dikehendaki oleh pihak penulis. Contoh jenis karangan ini adalah uraian tentang
penawaran jenis obat, kosmetik, atau jenis produk lain.
2) Karangan Argumentasi
Untuk dapat menyusun karangan argumentasi orang perlu banyak membaca,
khususnya bacaan yang berhubungan dengan penyususnan karangan argumentasi.
Karangan argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain (Keraf, 2007: 3). Bentuk karangan
tersebut agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang di
inginkan oleh penulis. Selanjutnya menurut Iskak (2006: 67) mengatakan bahwa
argumentasi merupakan jenis karangan yang berisi alasan-alasan kuat untuk
membuktikan data dan fakta. Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan
meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan
tingskah laku tertentu (Finoza dalam Dalman, 2014: 137). Argumentasi berasal dari
kata argumen atau alasan. Melalui argumen penulis berusaha merangkaikan faktafakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan suatu pendapat yang benar
atau tidak.
Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa karangan argumentasi merupakan
jenis karangan atau sebuah paragraf yang membentuk retorika untuk mempengaruhi
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
27
pembaca, dengan mengungkapkan berbagai alasan, contoh dan bukti-bukti yang kuat
dan meyakinkan pembaca. Penulis dapat mempengaruhi dan meyakinkan dengan
bukti yang logis guna untuk membuktikan kebenaran atas suatu pendapat yang
didasarkan data dan fakta melalui karangan argumentasi. Untuk dapat mempengaruhi
dan meyakinkan pembaca, maka harus ada intruksi untuk membuat karangan tersebut
diantaranya tema atau topik, kerangka karangan, pengembangan kerangka, dan yang
paling penting mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dan fakta-fakta untuk
menunjang karangan yang baik, benar dan dipercaya oleh pembaca. Dengan demikian
pembaca ikut terdorong untuk melakukan dengan apa yang dibahas.
3) Ciri-ciri karangan Argumentasi
Finoza dalam Dalman (2014: 139) mengatakan ciri-ciri karangan argumentasi
adalah sebagai berikut.
1) Penulis mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan
memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
2) Penulis mengusahakan pemecahan suatu masalah, dan
3) Penulis mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian.
Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015
Download