8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca” dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000, tahun 2001 oleh Lina Destiyani Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan berbahasa pada Surat Pembaca. Data penelitian ini adalah wawancara “Surat Pembaca” dan sumber data berupa Tabloid Mingguan Bintang, Nova, dan Nyata. Pada tabloid Bintang berjumlah 70 surat pembaca, Nova 42 surat pembaca, dan Nyata 62 surat pembaca. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif, sedangkan tahap penelitiannya terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan teknik simak catat, yang dilakukan dengan menyimak bacaan dengan mencatat kesalahan bahasa. Tahap analisis menggunakan metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan melihat data yang sudah diklasifikasikan. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca” Suara Merdeka Edisi Maret sampai April 2012, tahun 2013 oleh Febrianto Nugroho mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantis pada “Surat Pembaca” surat kabar Suara Merdeka edisi Maret sampai April Tahun 2012. Data yang digunakan adalah wacana “Surat Pembaca” pada Suara Merdeka yang terdiri dari 28 surat pembaca yakni 12 wacana dengan jumlah 36 kalimat untuk bulan Maret dan 16 wacana dengan jumlah 7 Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 9 92 kalimat untuk bulan April. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif kulitatif, sedangkan tahap penelitiannya terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan teknik baca catat, yang dilakukan dengan mencatat kesalahan berbahasa. Tahap analisis menggunakan metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan melihat data yang sudah diklasifikasikan. Berdasarkan dua penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian itu berbeda dengan penelitian yang saya kaji mengenai analisis kesalahan morfologis dan sintaktis dalam karangan argumentasi pada siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto tahun pelajaran 2014-2015. Perbedaan dalam penelitian yang saya kaji dengan penelitian sebelumnya terletak pada permasalahan yang dianalisis. Permasalahan tersebut adalah bagaimana kesalahan morfologis, dan sintaktis? kemudian perbedaan lainnya terletak pada objek penelitian. Objek yang dijadikan penelitian ini adalah siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto, dan data yang digunakan adalah kalimat-kalimat dalam karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto. Sumber data yang digunakan adalah wacana karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto Tahun pelajaran 20142015, yang di dalamnya terdapat kesalahan berbahasa secara morfologis dan sintaktis. Tahap pengumpulan data yang digunakan adalah peneliti meminta siswa untuk menyusun karangan argumentasi. Selanjutnya persamaan penelitian sebelumnya ialah terletak pada kajian yang digunakan yakni sama mengkaji analisis kesalahan berbahasa. Selain itu, persamaan lainnya terletak pada metode dan teknik analisis data yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan deskriptif kualitatif dengan tahap penelitian terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 10 data. Tahap analisis data menggunakan teknik lesap, ganti dan tenik sisip, dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan penyajian informal. B. Bahasa 1. Pengertian Bahasa Bahasa merupakan sarana komunikasi. Segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu pengetahuan. Seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa. Hal ini, bahasa berarti berperan penting untuk menumbuhkan suatu komunikasi. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa (Keraf, 2004: 1). Bahasa adalah sistem bunyi lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu, masyarakat untuk bekerja sama, beriteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Depdiknas, 2008: 116). Para pakar linguistik deskriptif bahasa mendefinisikan sebagai lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambah dengan sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2012: 32). Jadi dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer. Bahasa yang digunakan oleh anggota suatu, masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Bahasa ialah kunci pokok dari sebuah kehidupan manusia. Karena fungsi bahasa untuk berinteraksi dengan orang lain dapat memperoleh ilmu berbagai bidang. Bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 11 berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan penutur baik lisan maupun tulis. 2. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Suatu pemakaian bahasa dapat dikatakan salah, apabila pemakaian tersebut menyimpang dari pola umum bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering terjadi harus dikurangi. Jika bisa kesalahan tersebut dihapuskan sama sekali, sehingga tidak dapat digunakan kembali. Pengurangan dan penghapusan kesalahan akan tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang dinamakan dengan analisis kesalahan (anakes). Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur kerja, anakes mempunyai langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut ialah metodologi anakes. Anakes biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel dan penjelasan kesalahan tersebut. Pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebab, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Ellis dalam Tarigan, 1995: 68). 3. Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa atau “language errors” beraneka ragam jenisnya dan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara kita memandangnya. Dengan kata lain, setiap sudut pandang akan menghasikan sudut pandang tertentu. Chomsky dalam Tarigan (1995: 143) membedakan jenis kesalahan menjadi dua yaitu kesalahan mistake dan error. Kesalahan pertama kesalahan yang disebabkan oleh faktor Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 12 kelelahan, keletihan, dan kurangnya permormasi kesalahan tersebut biasanya disebut “mistakes”. Kesalahan kedua kesalahan yang diakibatkan karena kurang pengetahuan mengenai kaidah bahasa yakni sering dibilang sebagai faktor kompetensi atau “errors”. Berdasarkan kedua kesalahan tersebut diantaranya kekeliruan (mistake) yang disebabkan oleh faktor keterbatasan mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam menghafal bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat. Kesalahan lain yakni kesalahan (errors) disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannnya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang dipelajarinya ternyata kurang maka kesalahan sering terjadi, dan kesalahan akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat. Penjelasan di atas mengenai kesalahan berbahasa peneliti hanya mengambil kesalahan berbahasa (errors). Kesalahan berbahasa itu diambil dari pemerolehan data karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan di SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto. Setelah data diperoleh kesalahan berbahasa tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu. Pengelompokan data kesalahan berbahasa pada bidang morfologi dan sintaksis dalam karangan argumentasi siswa, berdasarkan komponen taat bahasa. Berdasarkan komponen tata bahasa, kesalahan bahasa meliputi: morfologi dan sintaksis (Tarigan, 1995: 198-199). Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 13 a. Morfologi 1) Pengertian Morfologi Morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana, 2009: 159). Bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem. Sedangkan Putrayasa (2010: 3) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk kata. Serta pembentukan kata terkecil dan seluk-beluk kata, serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Menurut Ramlan (2012: 21) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan morfologi merupakan cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Pengertian lain bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik secara gramatis maupun semantis. Kata morphologie terbentuk dari kata morphe berarti „bentuk‟ dan logos berarti „ilmu‟ jadi morfologi adalah ilmu tentang bentuk kata (Soegi, 1989: 4). 2) Bentuk-Bentuk Morfologis Bentuk-bentuk bahasa terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik (Chaer, 2012: 100-324). Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 14 1) Bentuk linguistik yang berwujud morfem ialah bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya. Jika menentukan sebuah satuan bentuk morfem, harus membandingkan bentuk tersebut dengan bentuk lain. jika bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah morfem. Menurut Alwi (2003: 28) morfem ialah bentuk kata yang paling kecil yang tidak bisa dipotong. Artinya jika suatu kata dipotong-potong hingga tidak mempunyai makna dinamakan morfem. Ramlan (2012:32) morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. 2) Bentuk linguistik yang berwujud almorf ialah variasi bentuk suatu mofem. Artinya alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah morfem. Setiap morfem tentu mempunyai beberapa alomrf. Morf adalah nama semua bentuk yang diketahui statusnya. Sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk yang sudah diketahui status morfemnya. Bentuk-bentuk men-, mem, meng, dll disebut morf (Ramlan, 2005: 5). 3) Bentuk linguistik yang berwujud kata adalah satuan ujaran bebas terkecil yang bermakna. Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, dan mempunyai arti. Maksudnya terkecil ialah tidak dapat disegmentasikan lagi menjadi yang lebih kecil tanpa merusak makna dan bebas maksudnya satuan yang disebut kata tersebut dapat berdiri sendiri di dalam kalimat. Menurut Alwi (2003: 30) pengertian mengenai kata adalah terbentuk dari dasar tertentu dan dapat menjadi dasar pembentuk kata turunan lain. morfem adala satuan bebas yang paling kecil, dengan kata lain, setiap satu-satuan bebas merupakan kata (Ramlan, 2005). Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 15 3) Proses Morfologis Proses morfologik terdiri dari afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Ramlan, 2012: 53). a) Afiksasi Afiks adalah bentuk terikat. Artinya dalam bentuk tuturan biasa, bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis. Bentuk terikat ini selalu menempel pada bentuk lain. Chaer (2012: 177) mengatakan afiks adalah sebuah bentuk morfem terikat. Menurut Alwi (2003: 31) bentuk terikat yang dipakai untuk menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan. Morfem terikat selalu diikuti atau diimbuhkan pada bentuk dasar dalam proses pembentukan kata. Imbuhan morfem terikat sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya. Bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Morfem terikat secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain. Afiks dapat dibedakan menjadi empat: prefiks (awalan), infiks (sisipan), surfiks (akhiran), dan konfiks (gabungan awalan dan akhiran). Contoh prefiks menurut (Ramlan, 2012: 60) yang terletak di depan bentuk dasar (meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe, se-, per-, pra-, ke), infiks ( -el-, -er-, -em-), dan Surfiks (-kan, -an, -i, -nya, -wan, -wati, -is, -man, -da, w). b) Reduplikasi Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar. Macammacam reduplikasi di antaranya mengulang dalam bentuk secara keseluruhan, sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2012: 182). Ramlan (2012: 65) mengatakan reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak. Reduplikasi atau kata Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 16 ulang tidak semua dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Pertama pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata, maksudnya bahwa bentuk dasar bagi kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Berdasarkan bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat macam yakni: pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem (Ramlan, 2012: 70-76). a) Pengulangan seluruh: adalah pengulangan seluruh bentuk dasar. Pengulangan ini terjadi tanpa perubahan fonem. Pengulangan seluruh juga tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Contoh pada kata sepeda-sepeda, kata tersebut terbentuk dari pengulangan keseluruhan dari kata dasar sepeda. Pengulangan bentuk lainya yakni pada kata buku-buku juga merupakan terbentuk dari pengulangan kata seluruh dari kata dasar buku. b) Pengulangan sebagian: adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Pengulangan ini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk dasar kompleks. Bentuk dasar kompleks berupa bentuk tunggal kata lelaki di bentuk dari bentuk dasar laki. Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks kemungkinan-kemungkinan bentuk dasarnya sebagai berikut: a) Bentuk meN-. misalnya: mengambil membaca mengambil-ambil membaca-baca b) Bentuk di-. misalnya: ditarik dikemasi ditarik-tarik dikemas-kemasis Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 17 c) Bentuk ber-. misalnya: berjalan berjalan-jalan bertemu bertemu-temu d) Bentuk ter-. misalnya: terbantuk tersenyum terbatuk-batuk tersenyum-senyum e) Bentuk ber-an. misalnya: berlarian berlari-larian berhamburan berhambur-hamburan f) Bentuk –an. misalnya minuman minum-minuman makanan makan-makan g) Bentuk ke-. misalnya: kedua kedua-dua ketiga ketiga-tiga c) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks Pengulangan golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Berdasarkan penentuan bentuk dasar ialah bahwa bentuk dasar itu selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Contoh kata ulang kereta-keretaan dapat ditentukan bentuk dasar yakni bentuk dasar kereta diulang dan mendapat bubuhan afiks –an. Jika kata ulang kereta-kereta berarti bermakna banyak, sedangkan kereta-keretaan bermakna sesuatu yang menyerupai kereta. Kemudian contoh kata ulang kehitam-hitaman dari bentuk dasar hitam. Kata hitam diulang dan mendapat afiks –an. Jika kata ulang hitam-hitam berarti bermakna banyak, sedangkan hitamhitaman bermakna sesuatu yang seperti atau menyerupai warna hitam. d) Pengulangan dengan perubahan fonem: Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Contoh kata bolak-balik di Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 18 bentuk dari bentuk dasar bolak-balik yang diulang seluruh dengan perubahan fonem dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/. Kemudian kata gerak-gerik dari kata dasar gerak. Kata ulang gerak-gerik dibentuk dari bentuk dasar gerak yang diulang seluruh dengan perubahan fonem dari /a/ menjadi /i/. Kata ulang robak-rabek dari kata dasar robek. Kata ulang robak-robek dibentuk dari kata dasar robek, yang diulang seluruh dengan perubahan fonem /a/ menjadi /e/. c) Komposisi Menurut Chaer (2012, 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morferm dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Selanjutnya komposisi menurut Verhaar (2012: 154) merupakan proses morfemis yang menggabungkan dua morferm dasar (pradasar) menjadi satu kata, yang namanya “kata majemuk” atau “kompaun”. Komposisi selalu bersifat derivasional, tidak paradigmatis. Ramlan (2012: 77) mengatakan bahwa kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Contoh: mata kaki dan kursi malas . b. Sintaksis 1) Pengertian Sintaksis Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata dalam kalimat (Verhaar, 2012: 11). Kridalaksana (2008: 223) mengatakan bahwa sintaksis adalah pengaturan atau hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih itu dalam bahasa. Istilah secara langsung terambil dari bahasa Belanda syntaxis, sedangkan dalam bahasa Inggris Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 19 digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa dan frase (Ramlan 2005: 18). Tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut penyusunan kata dalam kalimat. Proses penyusunan tersebut berhubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar hingga menjadi kelompok kata. Hubungan antarkata dalam tuturan (bahasa) Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata. Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frasa, klausa, dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat. 2) Bentuk-bentuk Sintaktis a) Frasa Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 2005: 138). Frasa juga gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frasa atau frase tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktis atau makna gramatikal bedanya dengan kata majemuk yaitu kata majemuk sebagai komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna. Batasan frasa di atas ialah mempunyai dua sifat yakni frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dua kata atau lebih dan frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Maksud dari tidak melebihi batas fungsi frasa adalah frasa itu termasuk dalam satu fungsi klausa yakni S, P, O, Pel, dan Ket. Cotohnya: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan. Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 20 b) Klausa Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak (Ramlan, 2005: 79). Unsur inti klausa ialah S dan P. Satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa, yang befungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa dapat berpotensi menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Contoh klausa: Luri makan c) Kalimat Kalimat adalah kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran atau perasaan; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (Depdiknas: 2008: 609). Sedangkan menurut Ramlan (2005: 23) kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Chaer (2009: 44) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Konstituen dasar dan intonasi final menjadi penting atau yang menjadi dasar kalimat, sedangkan konjungsi hanya ada kalau diperlukan. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu (1) intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, (2) intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya, dan (3) intonasi seru, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru. Contoh Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 21 kalimat: Luri ambilkan makan(.) Luri ambilkan makan(?) Luri ambilkan makan(!) d) Wacana (1) Pengertian Wacana Wacana sebagai satuan tertinggi dari kalimat. Wacana mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh, dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat. Wacana dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat artinya sebuah wacana mungkin hanya terdiri dari sebuah kalimat. Wacana mungkin juga terdiri sejumlah kalimat. Pembentukan sebuah wacana yang utuh, kalimat-kalimat dipadukan oleh alat-alat pemandu, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantik (Chaer, 2009: 46). Douglas dalam Mulyana (2005: 3) mengatakan wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak.vak, artinya „berkata‟ atau „berucap‟. Kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansekerta, termasuk kata kerja bersifat aktif yaitu „melakukan tindakan ujar‟. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah surfiks (akhiran), yang bermakna „membedakan‟ jadi kata wacana dapat diartikan sebagai „perkataan‟ atau „tuturan‟. Tarigan dalam Mulyana (2005: 4) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesis dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Dari penjelasan wacana di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap atau utuh. Satuan bahasanya tersebut lebih tinggi dari klausa dan kalimat, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, unsur semantik dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana argumentasi yang diteliti ini Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 22 merupakan bahasa dalam bentuk tulisan. Wacana argumentasinya adalah karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto. (2) Wacana Argumentasi Kedudukan wacana berada paling tinggi, artinya dalam satuan kebahasaan, kedudukan wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang ada di bawah seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat. jika wacana di lihat dari asal bahasanya berarti „perkataan‟ atau „tuturan‟ sering digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain untuk berbahasa. komunikasi itu dapat menggunakan bahan lisan dapat pula menggunakan bahan tulisan (Samsuri dalam Soburs, 2000: 10). Wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan proposisi satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya Tarigan dalam Mulayan (2005: 6) menjelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis. Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi alasan-alasan kuat untuk membuktikan data dan fakta (Iskak, 2006: 67). Berdasarkan media penyampaiannya wacana dapat dibagi menjadi dua yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Kedua jenis wacana tersebut dalam penelitian ini khususnya, peneliti hanya mengambil wacana tulis. Karena peneliti menganalisis data berupa karangan argumentasi pada siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto yaitu wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf, atau karangan yang utuh yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 23 berorientasi pada jenis wacana tulis. Wacana tulis sendiri adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana argumentasi ialah satuan bahasa yang terdiri dari kalimat-kalimat guna memaparkan alasan-alasan mengenai sesuatu hal. C. Karangan 1) Pengertian karangan dan Jenis-Jenis Karangan Menurut Moelino (2007: 506) mengarang adalah perbuatan atau pekerjaan mengarang (tulis-menulis dsb). Sedangkan menurut Finoza (2009: 234) mengatakan bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga). Menurut Widyamartaya dalam Damlan (2014: 85) mengarang adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia yang hendak menggunakan kandungan jiwanya kepada orang lain atau diri sendiri dalam tulisan. Karangan diartikan dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Mengarang dengan mengungkapkan suatu pendapat, gagasan yang disertai dengan bukti serta contohcontoh yang meyakinkan orang lain. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah suatu proses pengungkapan buah pikiran, perasaan, pengalaman, pelukisan, tentang suatu objek yang diinginkan. Suatu karya tulis dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikan perasaan tujuannya dalam bentuk tulisan Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 24 kepada pembaca. Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konversional yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh. Mengarang ini merupakan mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain untuk membacanya. a) Jenis-Jenis Karangan (1) Karangan Deskripsi Deskripsi atau lukisan adalah karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu peristiwa tertentu (Dalman, 2014: 135 ). Karangan ini melukiskan atau menggambarkan sesuatu yakni dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan oleh penulis. Deskripsi diambil dari bahasa inggris description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan bahasa). Deskripsi juga berupa uraian yang berusaha menggambarkan suatu masalah yang seolah-olah masalah tersebut di depan mata pembaca secara konkret. Contohnya adalah mendeskripsikan hewan atau seseorang. (2) Karangan Narasi Karangan narasi adalah cerita yang berusaha menciptakan mengisahkan sebuah peristiwa (Dalman, 2014: 135 . Karangan narasi ini cerita yang merangkaikan tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 25 ke waktu. Di dalam karangan narasi juga terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik. Peristiwa tersebut yang disusun dengan alur secara sistematis. Contoh narasi diantaranya biografi, novel, cerpen dan lain-lain. (3) Karangan Eksposisi Kata eksposisi diambil dari kata bahasa Inggris exposition yang berarti „membuka atau memahami‟. Karangan eksposisi merupakan karangan yang menjelaskan atau memaparkan pendapat, gagasan, keyakinan, yang memerlukan fakta (Dalma, 2014: 136). Fakta-fakta tersbut dapat diperkuat dengan angka, stastistik, peta dan grafik, tetapi tidak bersifat memengaruhi pembaca. Karangan ini bertujuansematamata untuk menyampaikan informasi tertentu dan menambah wawasan pembaca. Contoh karangan eksposisi ialah artikel-artikel yang ada di surat kabar atau majalah. (4) Karangan Argumentasi Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, tingkah laku tertentu. Karangan argumentasi juga suatu karangan yang berisikan pendapat atau gagasan mengenai suatu hal. Pembuktian-pembuktian tersebut digunakan untuk mempengaruhi pembaca agar mengubah sikap merekan dan menyesuaikan dengan sikap penulis. Agar pembaca yakin dengan apa yang dikatakan, penulis membuktikan dengan bukti tabel, gambar dan lain sebagainya (Dalman, 2014: 137). Contoh jenis karangan ini adalah kampanye pemilihan umum, tulisan-tulisan tentang alasan pengangkatan, pemberitahuan, dan pengangkatan seseorang. Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 26 (5) Karangan Persuasi Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal (Dalma, 2014: 138). Karangan yang dikomunikasikan berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan atau perasaan seseorang. Jenis karangan ini isinya bertujuan membujuk, merayu, atau mengajak pihak pembaca. Karangan ini bertujuan agar pembaca mengikuti apa yang dikehendaki oleh pihak penulis. Contoh jenis karangan ini adalah uraian tentang penawaran jenis obat, kosmetik, atau jenis produk lain. 2) Karangan Argumentasi Untuk dapat menyusun karangan argumentasi orang perlu banyak membaca, khususnya bacaan yang berhubungan dengan penyususnan karangan argumentasi. Karangan argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain (Keraf, 2007: 3). Bentuk karangan tersebut agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang di inginkan oleh penulis. Selanjutnya menurut Iskak (2006: 67) mengatakan bahwa argumentasi merupakan jenis karangan yang berisi alasan-alasan kuat untuk membuktikan data dan fakta. Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingskah laku tertentu (Finoza dalam Dalman, 2014: 137). Argumentasi berasal dari kata argumen atau alasan. Melalui argumen penulis berusaha merangkaikan faktafakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan suatu pendapat yang benar atau tidak. Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa karangan argumentasi merupakan jenis karangan atau sebuah paragraf yang membentuk retorika untuk mempengaruhi Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015 27 pembaca, dengan mengungkapkan berbagai alasan, contoh dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan pembaca. Penulis dapat mempengaruhi dan meyakinkan dengan bukti yang logis guna untuk membuktikan kebenaran atas suatu pendapat yang didasarkan data dan fakta melalui karangan argumentasi. Untuk dapat mempengaruhi dan meyakinkan pembaca, maka harus ada intruksi untuk membuat karangan tersebut diantaranya tema atau topik, kerangka karangan, pengembangan kerangka, dan yang paling penting mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dan fakta-fakta untuk menunjang karangan yang baik, benar dan dipercaya oleh pembaca. Dengan demikian pembaca ikut terdorong untuk melakukan dengan apa yang dibahas. 3) Ciri-ciri karangan Argumentasi Finoza dalam Dalman (2014: 139) mengatakan ciri-ciri karangan argumentasi adalah sebagai berikut. 1) Penulis mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya. 2) Penulis mengusahakan pemecahan suatu masalah, dan 3) Penulis mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian. Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015