BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang menyerang
manusia yang disebabkan oleh berbagai macam mikroba patogen, salah
satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan
antibiotika. Namun dewasa ini, penggunaan antibiotika yang berlebihan dapat
menyebabkan berbagai macam masalah, salah satunya yaitu timbulnya
resistensi terhadap sebagian besar bakteri patogen yang ada (WHO 2014).
Saat ini sebagian besar penggunaan antibiotik terjadi di rumah sakit
sehingga menyebabkan angka resistensi antibiotik di rumah sakit menjadi
sangat tinggi dibandingkan dengan infeksi di masyarakat. Bahkan, angka
resistensi di Ruang Perawatan Intesif (Intensive Care Unit=ICU) beberapa
kali lebih tinggi daripada di pelayanan rumah sakit lainnya (Radji et al. 2011).
Di Ruang Perawatan Intensif Anak (Paediatric Intensive Care Unit=PICU),
penggunaan antibiotik sebagai terapi empiris bahkan mencapai sekitar 71%.
Dari keseluruhan pasien yang diberikan antibiotik, sepertiga di antaranya
menggunakan lebih dari satu macam antibiotik, terutama pasien dengan
penyakit infeksi berat (Wahyudhi & Triratna 2010).
2
Kebanyakan pasien ICU mendapatkan penyakit infeksi dikarenakan
penggunaan alat invasif, seperti kateter dan ventilator mekanik (Shulman &
Ost 2005). Kematian pasien di ICU akibat terinfeksi bakteri pun lebih tinggi
dua kali lipat daripada pasien non-infeksi (Radji et al. 2011). Prevalensi
infeksi nosokomial pada negara berkembang bervariasi antara 5,7% - 19,1%
dengan rata-rata lebih dari 10% angka kejadian (WHO 2010).
Di Indonesia, angka kejadian penyakit infeksi bakteri pada tingkat
layanan Rawat Inap Tingkat Lanjut sampai dengan Desember 2014 mencapai
148.703 kasus (Kemenkes RI 2015). Di Jawa Tengah, angka infeksi
nosokomial di RSUD Setjonegoro mengalami peningkatan dari tahun 20102011 (dari 0,37% menjadi 1,48% kasus) (Nugraheni et al. 2012).
Di Makassar, dilakukan sebuah penelitian di instalasi COT (Central
Operating Theatre), OK (Operatie Kamer), IRD (Inap Rawat Darurat), dan
ICU RSUP Dr. Wahidin Sudiro tahun 2011 dan menunjukkan resistensi
bakteri Providencia alkalifaciens, Alkaligenes faecalis, E. Coli, Proteus
mirabilis, Klebsiella pneumonia, dan Enterobater aglumerans sebanyak
100% terhadap sebagian besar antibiotik (Noer 2012).
Di Palembang, dilakukan penelitian pada PICU RS Dr. Mohammad
Hosein tahun 2010 didapatkan sebagian besar kuman Gram positif sensitif
terhadap imipenem (75%) dan gentamicin (100%) (Wahyudhi & Triratna
2010). Pada tahun 2013 dilakukan penelitian di lokasi yang sama dan
didapatkan bakteri terbanyak pada hasil kultur adalah Acinetobacter
calcoaceticus (22,5%), Klebsiella pneumonia (16,9%), dan Pseudomonas
aeruginosa (12,7%) (Tjekyan 2015).
3
Di Lampung sendiri sudah dilakukan penelitian pada bulan Oktober –
Desember 2011 di ruang Rawat Inap bagian Bidan dan Kebidanan RSUD
Abdul Muluk Bandar Lampung. Didapatkan bakteri penyebab infeksi sesuai
urutan sebagai berikut Pseudomonas sp. 25%, Escherichia coli 19,44%,
Klebsiella sp. 16,67%, Staphylococcus epidermidis 13,89%, Staphylococcus
auerus 8,32%, Enterobacter sp. 5,56%, Staphylococcus saprophyticus
2,78%, Proteus mirabilis 2,78%, Alcaligenes sp. 2,78%, dan Providencia
2,78. Didapatkan juga pola resistensi sesuai urutan sebagai berikut Penisilin
G 97,2%, Eritromisin 66,6%, Kloramfenikol 55,6%, Cefotaxim 38,9%,
Gentamisin 38,9%, Ciprofloksasin 36,1%, Ceftazidim 25%, dan Amikasin
19,4% (Samuel 2013).
Pemberian antibiotika sebagai terapi berbeda baik pada dewasa maupun
pada anak. Penelitian terhadap pola resistensi bakteri pada ruang rawat
intensif dan ruang rawat intensif anak sangat dibutuhkan sehingga
pengontrolan dan pengawasan terhadap antibiotika dapat dilaksanakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti dan
mengetahui bagaimana perbedaan pola resistensi bakteri Ruang Perawatan
Intesif dan Ruang Perawatan Intesif Anak Rumah Sakit Abdoel Moeloek
(RSAM), kota Bandar Lampung.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apakah terdapat perbedaan pola resistensi bakteri pada Ruang
Perawatan Intesif dan Ruang Perawatan Intesif Anak RSAM dalam
kurun waktu Januari 2013 – Desember 2014?
4
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan pola resistensi bakteri pada Ruang
Perawatan Intesif dan Ruang Perawatan Intesif Anak.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap pasien yang
dirawat di Ruang Perawatan Intesif dalam kurun waktu Januari
2013 – Desember 2014 di RSAM;
2.
Untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap pasien yang
dirawat di Ruang Perawatan Intesif Anak dalam kurun waktu
Januari 2013 – Desember 2014 di RSAM;
3.
Untuk mengetahui perbedaan pola resistensi bakteri pada Ruang
Perawatan Intesif dan Ruang Perawatan Intesif Anak dalam kurun
waktu Januari 2013 – desember 2014 di RSAM.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti:
-
Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi salah satu bahan
pembelajaran dan pengetahuan tambahan;
-
Penilitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang didapat selama perkuliahan;
-
Penelitian ini untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana
kedokteran.
5
1.4.1. Bagi Rumah Sakit:
- Sebagai dasar untuk membuat tata laksana yang efektif dari
penggunaan antibiotika di ruang rawat intensif rumah sakit
Abdoel Moeloek Bandar Lampung;
- Sebagai dasar terapi awal antibiotika di ruang rawat intensif
sehingga pelayanan kepada pasien dapat ditingkatkan;
1.4.2. Bagi Masyarakat:
- Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran pola
kepekaan kuman sehingga dapat mencegah terjadinya resistensi
tingkat tinggi;
1.4.3. Bagi peneliti lain:
- Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian
selanjutnya.
Download