PERILAKU SOSIAL Macaca tonkeana DI PUSAT

advertisement
PERILAKU SOSIAL Macaca tonkeana DI PUSAT PRIMATA
SCHMUTZER (PPS) TAMAN MARGASATWA RAGUNAN,
JAKARTA
SORAYA VALLENTI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ABSTRAK
SORAYA VALLENTI. Perilaku Sosial Macaca tonkeana di Pusat Primata Schmutzer (PPS)
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Dibimbing oleh DYAH PERWITASARI dan ENTANG
ISKANDAR.
Macaca tonkeana atau boti adalah monyet hitam yang mempunyai habitat di bagian
tengah Pulau Sulawesi, Indonesia, yaitu di kabupaten/kota Uru, Palopo, Tonkean, Labua Sore, dan
Parigi. Macaca tonkeana adalah hewan sosial yang hidup berkelompok. Di dalam suatu
kelompok, setiap individu akan berinteraksi dengan individu lain di dalam kelompoknya. Bentuk
interaksi sosial antar individu meliputi perilaku selisik, agonistik, bermain, dan seksual.
Pengamatan perilaku dilakukan mulai pukul 08.00-15.30 WIB. Metode yang digunakan yaitu
Metode Ad Libitum Sampling untuk perilaku harian dan Focal Animal Sampling untuk perilaku
sosial. Perilaku harian yang paling sering dilakukan yaitu lokomosi dan makan. Perilaku agonistik
paling banyak dilakukan oleh betina dewasa terhadap orang dengan persentase 69,2%. Perilaku
selisik paling banyak dilakukan oleh betina dewasa terhadap betina remaja dengan persentase
88,9%. Pada perilaku seksual, betina tidak hanya menerima tetapi juga menolak kopulasi dengan
persentase 37,5%. Perilaku bermain paling sering dilakukan oleh remaja berupa menggigit,
berguling, dan bergulat. Di dalam permainan juga ditemukan pembelajaran seksual.
Kata kunci: Macaca tonkeana, perilaku sosial, Pusat Primata Schmutzer (PPS)
ABSTRACT
SORAYA VALLENTI. Social behavior of Macaca tonkeana at Schmutzer Primate Center (PPS)
Ragunan Zoo, Jakarta. Guided by DYAH PERWITASARI and ENTANG ISKANDAR.
Macaca tonkeana or boti is black monkeys inhabit in the central part of the island of
Sulawesi, Indonesia, in the districts of Uru, Palopo, Tonkean, Labua Sore, and Parigi. Macaca
tonkeana are social animals living in groups. In a group, each individual will interact with others.
Social interaction between individuals include grooming, agonistic, playing, and sexual behaviors.
Behavioral observation was conducted starting at 08:00 am to 03:30 pm. Ad Libitum sampling and
Focal animal sampling were used for daily behavior and social behavior observation respectively.
Daily behavior most frequently performed was locomotion and feeding. Agonistic behavior was
mostly done by adult females toward people with the percentage 69,2%. Grooming behavior was
mostly carried out by adult female toward juvenile female with the percentage 88,9%. On sexual
behavior, females are not only accepted but also refused copulation by a percentage 37,5%.
Playing behavior was mostly made by juvenile in the form of biting, rolling and wrestling. In the
game also found sexual learning.
Key words: Macaca tonkeana, social behavior, Schmutzer Primate Center (PPS)
PERILAKU SOSIAL Macaca tonkeana DI PUSAT PRIMATA
SCHMUTZER (PPS) TAMAN MARGASATWA RAGUNAN,
JAKARTA
SORAYA VALLENTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul Skripsi : Perilaku Sosial Macaca tonkeana di Pusat Primata Schmutzer (PPS)
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta
Nama
: Soraya Vallenti
NRP
: G34080016
Disetujui :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc
NIP 19660403 199003 2001
Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si
NIP 19670619 200701 1002
Diketahui :
Ketua Departemen Biologi
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
NIP 19641002 198903 1 002
Tanggal lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian dengan judul “Perilaku sosial Macaca tonkeana di Pusat Primata Schmutzer (PPS)
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta” ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan Juni
2012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari M.Sc dan Dr. Ir.
Entang Iskandar, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran serta bantuan
selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Prof. Dr. Ir. Alex Hartana selaku penguji karya ilmiah yang telah memberikan banyak saran dan
kritik yang sangat bermanfaat. Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada
orang tua atas perhatian, kasih sayang dan do’a yang selalu diberikan. Ungkapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada pihak Taman Margasatwa Ragunan Jakarta, terutama untuk Ibu Mega
dan Pak Hairul, serta perawat satwa di PPS yaitu Mbak Asri, Pak Ratno, Pak Naeman, Pak Namin,
Mas Helmi, dan yang lainnya yang mungkin tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis sangat berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Soraya Vallenti
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 9 Maret 1990 dari pasangan Amirudin dan
Rita Suryani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis
menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Muara Enim dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk
IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Penulis aktif dalam organisasi mahasiswa daerah (omda) Ikamusi Sumatera Selatan. Penulis
pernah menjadi anggota LDK Al-Hurriyyah IPB dan Himpunan Mahasiswa Biologi. Penulis juga
pernah menjabat sebagai sekretaris departemen Sains dan Teknologi Badan Eksekutif Mahasiswa
FMIPA periode 2011. Penulis pernah meraih juara 1 lomba penulisan resensi buku yang diadakan
oleh LDF SERUM-G FMIPA tahun 2010. Penulis juga pernah menjadi pemenang ke-3 lomba
penulisan puisi yang diadakan oleh Sersan Pulpen Feat. Serdadu TPB IPB tahun 2009.
Selama menempuh studi di Departemen Biologi, penulis melakukan studi lapang di
Pangandaran dengan judul “Status Populasi Lutung (Trachipithecus auratus) di Pangandaran”
pada tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis melakukan praktik lapangan di perkebunan hidroponik
Parung Farm Bogor dengan judul “Bercocok Tanam Tanaman Bayam (Amaranthus sp.) Secara
Hidroponik dengan Teknik NFT (Nutrient Film Technique)”. Penulis pernah mendapatkan
beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) tahun 2009-2012.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................................1
Tujuan ................................................................................................................................2
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat ..............................................................................................................2
Bahan dan Alat ..................................................................................................................2
Metode Penelitian
Habituasi dan Identifikasi Individu ...........................................................................2
Kondisi Lingkungan ..................................................................................................2
Pengamatan Perilaku
Metode Ad Libitum Sampling untuk Perilaku Harian .......................................2
Metode Focal Animal Sampling untuk Perilaku Sosial ....................................2
Analisis Data......................................................................................................................2
HASIL
Habituasi dan Identifikasi Individu ....................................................................................2
Perilaku Harian ..................................................................................................................2
Hirarki sosial......................................................................................................................4
Perilaku Sosial
1. Agonistik ............................................................................................................5
2. Selisik .................................................................................................................5
3. Seksual ...............................................................................................................5
4. Bermain ..............................................................................................................6
PEMBAHASAN
Habituasi dan Identifikasi Individu....................................................................................8
Perilaku Harian ..................................................................................................................8
Perilaku Sosial
1. Agonistik ............................................................................................................8
2. Selisik .................................................................................................................8
3. Seksual ...............................................................................................................9
4. Bermain ..............................................................................................................9
SIMPULAN ...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................9
LAMPIRAN ........................................................................................................ 11
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Individu M. tonkeana di PPS Ragunan .................................................................................3
Persentase perilaku harian kelompok M. tonkeana...............................................................4
Persentase perilaku harian M. tonkeana berdasarkan umur dan jenis kelamin .....................4
Persentase perilaku agonistik M. tonkeana ...........................................................................5
Frekuensi dan persentase perilaku selisik M. tonkeana dari tiga pelaku terbesar .................6
Persentase perilaku seksual M. tonkeana ..............................................................................7
Jenis permainan dan pasangan bermain M. tonkeana ...........................................................7
DAFTAR LAMPIRAN
1
Frekuensi dan persentase perilaku selisik yang dilakukan oleh
semua individu M. tonkeana ......................................................................................12
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Macaca tonkeana merupakan salah
satu spesies primata endemik yang ada di
Pulau Sulawesi, Indonesia. Macaca tonkeana
ditemukan di bagian tengah Pulau Sulawesi,
yaitu di kabupaten/kota Uru, Palopo,
Tonkean, Labua Sore, dan Parigi (Groves
1980). Di Sulawesi terdapat tujuh spesies
endemik monyet, yaitu Macaca nigra, M.
nigrescens, M. hecki, M. tonkeana, M.
maurus, M. ochreata, dan M. brunnescens
(Fooden 1980). Klasifikasi monyet Sulawesi
juga dibagi menjadi empat spesies. Keempat
spesies tersebut adalah: M. maura,
M.ochreata (dengan sub spesies M.o.
ochreata dan M.o. brunnescens), M. tonkeana
(dengan sub spesies M.t. tonkeana dan M.t.
heckii), dan M. nigra dengan sub spesies M.n.
nigra dan M.n. nigrescens) (Groves 1980).
Macaca tonkeana termasuk ke dalam
kingdom Animalia, filum Chordata, ordo
Primata, famili Cercopithecidae, dan genus
Macaca, dengan nama lokal boti. Macaca
tonkeana memiliki morfologi dengan ciri-ciri
tubuh berwarna hitam, kepala ditutupi rambut
yang berbentuk seperti mahkota, dengan pipi
yang berwarna pucat (abu-abu). Ischial
callosites atau bantalan duduk berbentuk oval
dan berwarna jingga (Groves 1980).
Macaca tonkeana merupakan hewan
sosial yang hidup berkelompok. Di dalam
suatu kelompok, setiap individu akan
berinteraksi dengan individu lain di dalam
kelompok. Bentuk interaksi sosial antar
individu meliputi perilaku selisik, agonistik,
seksual, dan bermain (van Schaik et al.
1983). Selisik didefinisikan sebagai perilaku
membersihkan kulit atau rambut pasangan
oleh seekor individu. Kotoran diambil
menggunakan tangan, mulut, gigi atau lidah
(Thierry et al. 1994). Agonistik merupakan
perilaku penyerangan yang dilakukan oleh
individu terhadap individu lain (Thierry
1985). Perilaku ini ditandai dengan ancaman
mimik muka, memburu, baku hantam, dan
diakhiri dengan kekalahan lawan. Ancaman
mimik muka diketahui dari raut muka yang
menunjukkan gigi (taring). Memburu
ditunjukkan dengan mengejar lawan,
sedangkan baku hantam ditandai dengan
adanya kontak fisik dengan lawan (Bismark
1994). Perilaku seksual diawali dengan
pendekatan jantan dewasa terhadap betina
selama beberapa hari dan dilanjutkan dengan
perkawinan secara berkali-kali (Thierry et al.
1994). Perilaku bermain meliputi kejar-
kejaran, tarik-menarik ekor atau badan, saling
menggigit dan berguling sambil bergulat atau
pergulatan serta aktivitas yang dilakukan
sendiri seperti berayun dan memainkan
ranting (Bismark 1994).
Hirarki sosial merupakan keseluruhan
susunan individu dominan (hirarki tinggi) dan
subordinan (hirarki yang lebih rendah) dalam
suatu kelompok (Martin & Bateson 1999).
Hirarki sosial mempengaruhi aktivitas harian
individu dalam kelompok. Individu dengan
hirarki tinggi atau individu dominan adalah
individu
yang
menguasai
akses
lingkungannya, serta memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk melakukan aktivitas
makan, seksual dan menerima selisik. (Eimerl
& DeVore 1981). Hirarki pada jantan bersifat
tetap, sedangkan pada betina bersifat dinamis
karena dipengaruhi oleh siklus estrus dan
kehadiran anak (Eimerl & DeVore 1981).
Tahapan hidup primata berdasarkan
Bennet et al. (1995) meliputi:
1. Bayi atau infant, secara morfologi
ditandai oleh pertumbuhan gigi susu
yang bersamaan dengan perkembangan
wajah. Periode ini ditandai peningkatan
aktivitas dan penyapihan.
2. Masa muda (juvenile) merupakan masa
antara penyapihan dan masa remaja.
Individu sudah mampu bergerak sendiri,
tidak bergantung lagi pada induknya.
Secara
fisik,
ditandai
dengan
tumbuhnya gigi permanen pertama serta
pertumbuhan ukuran lengan dan kaki.
3. Dewasa muda atau pra dewasa (young
adulthood), merupakan masa antara
kematangan seksual dan kematangan
morfologi tubuh. Pada kebanyakan
primata, kematangan seksual terjadi
lebih dahulu, lalu diikuti dengan
matangnya pertumbuhan gigi dan
rangka badan, sehingga akhirnya
mencapai ukuran tubuh dewasa.
4. Dewasa pertengahan (middle adulthood)
ditandai dengan kestabilan morfologi
tubuh,
yang telah mengalami
perkembangan secara bertahap selama
beberpa tahun. Usia ini berhubungan
dengan
perkembangbiakan
atau
perkawinan.
5. Dewasa akhir (adulthood) merupakan
fase terakhir dari siklus hidup primata.
Pada usia ini, kondisi kesehatan mulai
menurun. Selain itu, ditandai dengan
penurunan
ukuran
tubuh,
dan
berkurangnya
keberhasilan
dalam
menghasilkan keturunan.
2
Pembagian kelas umur monyet pada
M. fascicularis, M. mulatta, dan Saimiri
sciureus berdasarkan Andrade et al. 2004
terdiri dari:
1. Bayi (0- 6 bulan)
2. Infant, setelah penyapihan (7-18 bulan)
3. Remaja (19-31 bulan)
4. Monyet muda (32-44 bulan)
5. Dewasa (ditandai dengan kematangan
seksual) (45-192 bulan).
Tujuan
bertujuan untuk
Penelitian ini
mengidentifikasi perilaku sosial M. tonkeana
di Pusat Primata Schmutzer (PPS), Taman
Margasatwa Ragunan, Jakarta.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari sampai dengan Juni 2012 di PPS,
Taman Margasatwa Ragunan.
Bahan dan Alat
Objek penelitian berupa tujuh ekor M.
tonkeana yang terdiri dari dua ekor jantan
dewasa, dua ekor betina dewasa, satu ekor
betina pra dewasa, satu ekor jantan remaja,
dan satu ekor betina remaja. Alat yang
digunakan yaitu alat tulis, pengukur waktu
(jam), stopwatch, termometer, higrometer,
dan kamera digital.
Metode Penelitian
Habituasi dan Identifikasi Individu
Habituasi
merupakan
proses
pembiasaan
objek
dengan
kehadiran
pengamat secara teratur dan berulang kali
pada individu yang sama. Identifikasi
dilakukan
dengan
mendokumentasikan
gambar dan mengamati ciri-ciri fisik masingmasing individu.
Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan diketahui dengan
mengukur suhu, kelembaban, dan banyaknya
hari hujan selama pengamatan.
Pengamatan Perilaku
Perilaku yang diamati adalah perilaku
harian dan perilaku sosial. Perilaku yang
diamati terlebih dahulu adalah perilaku harian
yang terdiri dari perilaku makan, minum,
istirahat, lokomosi, urinasi, dan defekasi serta
perilaku sosial yang terdiri dari perilaku
agonistik, selisik, seksual, dan bermain
(Widiani 2010).
Pengamatan dimulai pukul 08.00
hingga 15.30 WIB. Metode yang digunakan
dalam penelitian berdasarkan Martin dan
Bateson (1999):
1. Metode Ad Libitum Sampling
Metode
ini
digunakan
untuk
mengamatai perilaku harian secara umum.
Pengamatan dilakukan dengan mencatat
sebanyak mungkin perilaku dari individu
yang diamati.
2. Metode Focal Animal Sampling
Perilaku sosial diamati menggunakan
metode focal animal sampling secara
kontinyu dengan mengikuti satu individu
setiap tahap pengamatan. Pengamatan
dilakukan selama 15 menit untuk setiap
individu dalam satu kali pengamatan.
Perilaku sosial yang diamati yaitu selisik,
seksual, agonistik, dan bermain.
Analisis Data
Data yang diambil berupa jenis
perilaku, frekuensi (kali), dan persentase
perilaku yang dilakukan oleh setiap individu.
Untuk perilaku seksual dan bermain
dilakukan juga pengambilan data berupa
durasi perilaku dalam satuan detik.
Penentuan hirarki sosial berdasarkan
pengamatan perilaku sosial seperti selisik,
agonistik, dan seksual.
HASIL
Habituasi dan Identifikasi Individu
Kelompok M. tonkeana di PPS
Ragunan terdiri dari tujuh ekor individu
dengan komposisi empat ekor betina dan tiga
ekor jantan (Tabel 1). Beberapa individu
yang berusia lebih tua diperoleh dari hasil
sitaan. Sedangkan individu muda lahir di
penangkaran PPS Ragunan.
Pengamatan perilaku harian dan sosial
berlangsung dari bulan Februari hingga Juni
2012 dengan jumlah jam pengamatan
sebanyak 351 jam 20 menit. Kisaran suhu
udara antara 24,33 0C – 33 0C dengan ratarata 28 0C. Kelembaban udara memiliki nilai
terendah 48,33% dan tertinggi mencapai
71,5% denagn rata-rata 61,94%.
Perilaku Harian
Perilaku harian kelompok M. tonkeana
meliputi makan, minum, istirahat, lokomosi,
agonistik, selisik, seksual, bermain, urinasi,
dan defekasi (Tabel 2). Perilaku harian yang
paling banyak dilakukan yaitu lokomosi
sebesar 26,8% disusul dengan makan sebesar
3
Tabel 1 Individu M. tonkeana di PPS Ragunan
Gambar
Nama
Jenis
Kelamin
Tipe
Perolehan
Induk
sitaan
Tanggal
Datang/
Lahir
1994
Digo
jantan
Godes
Perkiraan Usia
Saat Penelitian
liar
Dewasa:
18 tahun
jantan
lahir
09-06-2005
Digo-Desy*
Dewasa:
7 tahun
Dely
betina
sitaan
1995
liar
Dewasa:
17 tahun
Iyos
betina
lahir
24-02-2005
Digo-Dely
Dewasa:
7 tahun
4 bulan
Elly
betina
lahir
09-11-2007
Digo-Dely
Muda/pra
dewasa:
4 tahun
7 bulan
Dede
jantan
lahir
24-01-2010
Digo-Dely
Remaja:
2 tahun
5 bulan
Godel
betina
lahir
Februari
2011*
Digo-Dely
Remaja:
1 tahun
4 bulan
Keterangan:
a. Data diperoleh dari dokumen inventaris satwa Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.
b. * Desy mati tahun 2011
c. ** Data kelahiran diperoleh dari penjaga satwa. Catatan kelahiran tidak ditemukan.
4
Perilaku seksual dilakukan oleh jantan
dewasa, betina dewasa, dan betina pra
dewasa. Persentase terbesar perilaku seksual
ditemukan
pada
jantan dewasa, yaitu
sebesar 0,46%. Perilaku selisik paling banyak
dilakukan oleh betina dewasa sebesar 6,7%.
Perilaku bermain hanya dilakukan oleh
individu pra dewasa dan remaja. Betina
remaja paling banyak bermain bengan
persentase sebesar 2,09%. Perilaku minum,
defekasi, dan urinasi ditemukan sedikit sekali
dilakukan oleh kelompok M. tonkeana di PPS
Ragunan (Tabel 3).
Tabel 2 Persentase perilaku harian kelompok
M. tonkeana
Frekuensi
Persentase
(kali)
(%)
makan
minum
istirahat
lokomosi
agonistik
seksual
selisik
bermain
defekasi
urinasi
3970
42
3147
4197
142
146
3353
585
11
73
25,30
0,27
20,10
26,80
0,91
0,93
21,40
3,73
0,07
0,47
Total
15666
100
Aktivitas
Hirarki sosial
Hirarki sosial ditentukan berdasarkan
perilaku selisik, agonistik, dan seksual. Digo
dapat dikatakan sebagai jantan hirarki tinggi,
karena paling sering melakukan agonistik
terhadap individu lain, paling banyak
melakukan perilaku seksual terhadap betina,
dan merupakan jantan dewasa yang sering
menerima selisik dari betina dewasa. Dely
merupakan individu betina dewasa yang
paling sering melakukan perilaku seksual,
tetapi paling banyak menelisik karena
memiliki anak. Namun, ketika estrus Iyos
paling sering melakukan agonistik dan paling
banyak menerima selisik dari jantan dewasa.
Selama pengamatan Iyos mengalami estrus
sebanyak empat kali. Ketika estrus Iyos
menjadi lebih agresif dan lebih sering
menerima selisik dari individu lainnya.
25,3%, selisik/grooming 21,4% dan istirahat
20,1%.
Berdasarkan umur dan jenis kelamin,
perilaku makan paling banyak dilakukan oleh
betina dewasa sebanyak 7,07%. Perilaku
istirahat paling banyak dilakukan oleh jantan
yaitu sebesar 7,9%. Agonistik paling sering
dilakukan oleh betina dewasa dengan
persentase 0,43% (Tabel 3).
Tabel 3 Persentase perilaku harian M. tonkeana berdasarkan umur dan jenis kelamin
Persentase (%)
Perilaku
dewasa
pra dewasa
remaja
remaja
betina
jantan
betina
Total
jantan
betina
makan
5,64
7,07
3,61
4,92
4,12
25,30
minum
0,15
0,03
0,02
0,04
0,03
0,27
istirahat
7,90
5,15
3,20
2,26
1,57
20,10
lokomosi
7,35
6,59
3,38
4,70
4,76
26,80
agonistik
0,31
0,43
0,10
0,04
0,01
0,91
seksual
0,46
0,39
0,08
0
0
0,93
selisik
5,25
6,70
2,90
3,39
3,17
21,40
bermain
0
0
0,81
0,84
2,09
3,73
defekasi
0,02
0,02
0,03
0
0,01
0,07
urinasi
0,19
0,15
0,08
0,05
0
0,47
Total
100
5
Perilaku Sosial
Pengamatan perilaku sosial dilakukan
dari bulan April hingga Juni 2012. Perilaku
sosial yang diamati meliputi agonistik,
selisik, seksual, dan bermain.
1. Agonistik
Perilaku agonistik yang sering terjadi
berupa membuka mulut, membuka mulut dan
menunjukkan taring, mengeluarkan suara,
memburu atau mengejar, baku hantam, dan
mengejar bunyi yang berupa bunyi angin dan
pesawat terbang yang melintas (Tabel 4).
Perilaku agonistik dilakukan oleh
individu jantan dan betina dari semua kelas
umur. Individu yang menjadi penerima
agonistik yaitu individu dewasa, individu pra
dewasa, remaja, dan orang (penjaga,
pengunjung, dan peneliti).
2. Selisik
Perilaku selisik dilakukan oleh semua
individu. Individu dewasa merupakan
individu yang paling sering menjadi pelaku
selisik. Betina dewasa yang paling banyak
menelisik yaitu Dely (Tabel 5).
Dely paling sering melakukan selisik
terhadap Godel, betina remaja, sebanyak 40
kali dengan persentase 88,9%.
Jantan dewasa yang paling sering
menerima selisik dari Dely yaitu Digo
dengan persentase 88,9%. Betina dewasa
yang paling banyak menerima selisik dari
Digo (jantan dewasa) yaitu Iyos sebesar
45,5%.
Tabel 4 Persentase perilaku agonistik M. tonkeana
Jenis agonistik
Membuka mulut
Membuka mulut dan
menunjukkan taring
Total
Mengeluarkan suara
Total
Memburu/mengejar
Penerima
Orang
Individu dewasa
Individu pra dewasa
Individu remaja
Orang
Individu dewasa
Individu remaja
Orang
Individu dewasa
Individu pra dewasa
Total
Baku hantam
Total
Mengejar bunyi
(pesawat dan angin)
Total keseluruhan
Individu dewasa
Individu pra dewasa
Pelaku (%)
Dely Iyos Elly
-
Dede
33,3
Godel
-
40
40
20
20
-
50
50
100
-
3,85
7,69
11,50
7,69
7,69
69,20
84,60
3,85
3,85
50
50
50
50
-
33,33
33,33
66,67
-
50
50
100
-
40
100
100
100
100
100
100
Digo
-
Godes
-
5,88
11,80
17,60
29,40
11,80
41,20
5,88
5,88
11,80
5,88
5,88
11,80
17,60
100
Individu betina yang paling sering
melakukan agonistik adalah Iyos. Perilaku
agonistik Iyos berupa mengeluarkan suara
terhadap orang sebesar 69,2%. Digo
merupakan individu jantan yang paling sering
melakukan agonistik. Digo paling sering
mengeluarkan suara terhadap individu
dewasa dengan persentase 29,4%.
3. Seksual
Perilaku seksual yang dilakukan
berupa memegang betina, mencium kelamin
betina, kopulasi, menerima kopulasi, menolak
kopulasi, dan selisik pasca kopulasi. Perilaku
seksual hanya terjadi pada individu dewasa
dan pra dewasa. Individu jantan dewasa yang
paling banyak melakukan perilaku seksual
6
Tabel 5 Frekuensi dan persentase perilaku selisik M. tonkeana dari tiga pelaku terbesar
Pelaku
Penerima
Jantan
Jantan
Digo
Frekuensi (kali)
Persentase (%)
2
100
2
100
Dely
14
25,50
Iyos
25
45,50
Elly
9
16,40
Godel
7
12,70
55
100
Digo
16
88,90
Godes
1
5,56
Dede
Total
Betina
Total
Betina
Dely
Jantan
Dede
1
5,56
18
100
5
11,10
40
88,90
45
100
2
22,20
7
77,80
9
100
Dely
3
21,40
Elly
7
50
4
28,60
14
100
Total
Betina
Iyos
Godel
Total
Iyos
Jantan
Digo
Dede
Total
Betina
Godel
Total
adalah Digo. Dely menerima semua kopulasi
dari Digo yaitu sebesar 100%. Iyos tidak
hanya menerima kopulasi dari jantan, tetapi
juga menolak sebanyak tiga kali dengan
persentase 37,5%. Iyos dan Elly melakukan
selisik terhadap jantan setelah
kopulasi
(Tabel 6).
4. Bermain
Perilaku bermain yang sering
dilakukan
berupa
berkejar-kejaran,
menggigit, berguling, dan bergulat, dan
belajar seksual (Tabel 7). Perilaku bermain
dilakukan oleh individu remaja dan pra
dewasa. Jenis permainan yang paling sering
dilakukan yaitu menggigit, berguling, dan
bergulat. Di dalam permainan juga ditemukan
pembelajaran seksual. Permainan berupa
belajar
seksual dilakukan oleh Dede
(individu remaja) terhadap semua betina di
kelompoknya, yaitu Dely, Iyos, Elly, dan
Godel. Bentuk permainan belajar seksual ini
mirip tingkah laku kopulasi, tetapi tidak
terjadi proses memasukkan penis ke dalam
kelamin betina. Penis jantan remaja hanya
didorong dan ditempelkan di ke alat kelamin
betina.
7
Tabel 6 Persentase perilaku seksual M. tonkeana
Perilaku
a
Memegang
betina
Mencium
kelamin
betina
Kopulasi
Menerima
kopulasi
Menolak
kopulasi
Selsik
pasca
kopulasi
Total
Digo
b
c
Godes
a
b
c
a
Individu
Dely
b
c
a
Iyos
b
c
a
Elly
b
c
34,5
-
10
60
-
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
24,1
-
7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
31
7,3
9
40
6,5
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
100
7,4
8
25
8,5
2
50
3
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
37,5
-
3
-
-
-
10,3
31,3
3
-
-
-
-
-
-
37,5
160,7
3
50
52
1
100
38,6
29
100
6,5
5
100
7,4
8
100
169,2
8
100
55
2
Keterangan: a = Persentase (%); b = Rataan durasi (detik); c = Frekuensi (kali)
Tabel 7 Jenis permainan dan pasangan bermain M. tonkeana
Jenis permainan
Pelaku
Pasangan
Berkejar-kejaran
Dede
Godel
Godel
Elly
Dede
Total
Total
Menggigit,berguling dan bergulat
Elli
Total
100
6,83
6
100
6,83
1
33,33
10
2
66,67
10,50
3
100
20,50
2
28,57
30,50
71,43
21,80
7
100
52,30
2
20
15
Elly
8
80
12,37
10
100
27,37
Elly
8
47,06
25,62
Dede
9
52,94
27,22
17
100
52,84
Dely
1
10
6
Iyos
3
30
3,33
Elly
1
10
6
Godel
5
10
50
100
3,60
18,93
Total
Dede
6
5
Godel
Belajar seksual
Rataan durasi
(detik)
Dede
Total
Godel
Persentase
(%)
Godel
Total
Dede
Frekuensi
(kali)
8
PEMBAHASAN
Habituasi dan Identifikasi Individu
Habituasi tidak sulit dilakukan karena
satwa yang berada di PPS sudah terbiasa
dengan kehadiran manusia, baik pengunjung,
penjaga, dan pengamat atau peneliti.
Identifikasi individu dilakukan dengan
mendokumentasikan gambar dan mengamati
ciri-ciri fisik untuk mengenali masing-masing
individu. Selain itu, dicatat juga jenis kelamin
dan usia dari setiap individu yang diamati.
Kelompok
M. tonkeana di PPS
Ragunan terdiri dari tujuh ekor individu
dengan komposisi empat ekor individu
dewasa, satu ekor individu muda/pra dewasa,
dan dua ekor individu usia remaja. Individu
jantan dewasa yaitu Digo (18 tahun) dan
Godes (7 tahun); individu betina dewasa
yaitu Dely (17 tahun) dan Iyos (7 tahun 4
bulan); individu pra dewasa yaitu Elly (4
tahun 7 bulan); individu remaja yaitu Dede (2
tahun 5 bulan) dan Godel (1 tahun 4 bulan).
Elly dikategorikan ke dalam usia muda atau
pra dewasa karena belum mengalami
menstruasi. Dede dikategorikan ke dalam
usia remaja karena Dede masih dalam tahap
belajar dalam melakukan perilaku seksual
dan masih sering bermain.
Perilaku Harian
Perilaku harian yang dilakukan oleh
kelompok M. tonkeana di PPS meliputi
perilaku makan, minum, istirahat, lokomosi,
agonistik, selisik, seksual, bermain, defekasi,
dan urinasi. Perilaku yang paling sering
dilakukan adalah lokomosi atau bergerak
dengan persentase 26,8%, perilaku makan
(25,3%), perilaku selisik (21,4%), dan
istirahat (20,1%). Perilaku harian yang paling
sering dilakukan secara berurutan yaitu
makan, berpindah, istirahat dan sosial
(Saroyo et al. 2006). Sedangkan pada M.
fascicularis, perilaku harian yang paling
sering dilakukan secara berurutan yaitu
bergerak, makan, istirahat, dan selisik
(Widiyani 2001). Hal tersebut menunjukkan
bahwa secara umum perilaku harian yang
paling sering dilakukan oleh genus Macaca
adalah bergerak dan makan.
Selama pengamatan, terjadi hujan
lebat sebanyak empat kali. Hujan kecil dan
gerimis tidak berpengaruh besar terhadap
perilaku satwa. Satwa tetap melakukan
aktivitas seperti biasanya. Namun, ketika
hujan turun sangat deras, satwa lebih memilih
untuk berteduh, diam, atau tidur. Curah hujan
tinggi, badai dan suhu siang hari yang tinggi
meningkatkan
waktu
istirahat
dan
mengurangi kegiatan sosial satwa (Pombo
2004).
Perilaku Sosial
1. Agonistik
Jenis perilaku agonistik yang terjadi
meliputi membuka mulut, membuka mulut
dan menunjukkan taring, mengeluarkan
suara, memburu atau mengejar, baku hantam,
dan mengejar bunyi pesawat dan angin.
Penerima agonistik meliputi individu dewasa,
individu pra dewasa, remaja, dan orang
(penjaga, pengunjung, dan pengamat). Semua
individu dalam kelompok M. tonkeana yang
diamati melakukan perilaku agonistik.
Perilaku agonistik dalam kelompok M.
tonkeana terjadi pada beberapa kombinasi
individu, tanpa memperhatikan umur dan
jenis kelamin (Thierry 1985). Tidak hanya
individu dewasa saja yang memulai agresi
atau penyerangan, tetapi juga individu muda.
Seekor jantan dewasa bisa saja ditantang atau
diserang oleh seekor individu betina dewasa
atau individu remaja (Thierry 1985). Jantan
dewasa yang paling sering melakukan
agonistik yaitu Digo. Betina dewasa yang
paling sering melakukan agonistik yaitu
Iyos. Selama pengamatan Iyos mengalami
estrus sebanyak empat kali, sehingga menjadi
lebih aktif dan lebih sering menyerang
individu lain.
2. Selisik
Perilaku selisik pada M. tonkeana
terjadi di antara berbagai tingkatan usia
(Thierry et al. 1990). Berdasarkan hasil
pengamatan, perilaku selisik dilakukan oleh
semua individu dari berbagai kelas umur, dan
yang banyak melakukan selisik adalah
individu dewasa (Lampiran 1). Dely (betina
dewasa) paling sering menelisik anaknya,
Godel (betina remaja). Pada M. fascicularis,
monyet dewasa lebih sering menjadi pelaku
selisik sedangkan remaja lebih sering
menerima selisik (Nugraha 2006). Digo
(jantan dewasa) paling sering menelisik Iyos
(betina dewasa). Ketika ertrus, Iyos terlihat
lebih menarik dan sering didekati oleh jantan.
Pada M. tonkeana, di antara betina
dewasa, selisik menunjukkan pengaruh status
individu antara penerima dan pelaku yang
rendah (Thierry et al. 1990). Individu hirarki
tinggi dan individu yang hirarkinya lebih
rendah keduanya bisa menjadi pelaku dan
penerima selisik. Iyos, betina yang paling
banyak menerima selisik, bukan betina
dengan hirarki tertinggi. Namun, Iyos masih
9
sering mengalami estrus sehingga hirarkinya
bisa menjadi lebih tinggi. Betina yang sedang
estrus mampu menguasai akses yang
seharusnya dikuasai oleh betina hirarki
tinggi.
3. Seksual
Individu jantan dominan dapat
mengawini semua betina di dalam
kelompoknya. Sistem perkawinan poligami
dan poliandri juga telah diamati pada M.
fascicularis, bahwa jantan dan betina
melakukan perkawinan tidak hanya dengan
seekor individu saja (Karimullah & Anuar
2011).
Dely (betina dewasa) menerima semua
kopulasi (perkawinan) yang dilakukan oleh
Digo. Iyos (betina dewasa) tidak hanya
menerima tetapi juga menolak kopulasi yang
dilakukan oleh jantan. Pada kera mangabey
pipi abu-abu (Lophocebus albigena) dari
famili Cercopithecidae, betina tidak hanya
menerima kopulasi dari jantan, tetapi juga
menolak serta aktif mendekati dan meminta
jantan melakukan perkawinan (Arlet et al.
2007). Iyos paling sering menolak Digo
daripada Godes. Jantan hirarki tinggi lebih
sering melakukan pendekatan terhadap
betina, tetapi juga lebih banyak ditolak oleh
betina daripada jantan lainnya (Arlet et al.
2007). Betina memiliki pilihan sesuai dengan
keinginannya atau biasa dikenal dengan
female choice. Jantan peringkat tinggi selalu
berusaha untuk memonopoli akses seksual
terhadap betina. Namun, betina juga bisa
memilih jantan lain dengan peringkat rendah
dan jantan yang bermigrasi ke dalam
kelompoknya. Penolakan tersebut disebabkan
oleh
beberapa
faktor,
yaitu
untuk
menghindari inbreeding atau perkawinan
sedarah, menghindari agresi jantan terhadap
remaja, juga karena daya tarik jantan lain
(Arlet et al. 2007). Betina M. mulatta (Famili
Cercopithecidae, genus Macaca) mencoba
melakukan perkawinan dengan sebanyak
mungkin jantan. Betina lebih sering
mendekati jantan hirarki rendah, karena
jantan hirarki rendah terhalangi oleh jantan
dominan atau hirarki tinggi untuk mendekati
betina.
Sementara,
untuk
melakukan
perkawinan dengan jantan dominan, betina
hanya menunggu mereka datang mendekati
(Manson 1992).
4. Bermain
Jenis perilaku bermain yang sering
dilakukan yaitu berkejar-kejaran, menggigit,
berguling, dan bergulat (pergulatan), serta
belajar seksual. Melalui permainan, anak
monyet belajar menyesuaikan diri di dalam
kelompoknya (Eimerl dan DeVore 1981).
Pelajaran yang diperoleh dari bermain di
antaranya adalah agresivitas dan seksual
(Eimerl dan DeVore 1981). Belajar seksual
dilakukan oleh Dede terhadap semua individu
betina yaitu Dely, Iyos, Elly, dan Godel.
Pada monyet Jepang (M. fuscata) dan
M. nigra, jantan bermain dalam waktu yang
lebih lama daripada betina, dan permainan
yang paling sering dilakukan yaitu bergulat
(Petit et al. 2008). Hasil penelitian perilaku
bermain mendukung pendapat tersebut,
bahwa jenis permainan yang paling sering
dilakukan yaitu pergulatan (Petit et al. 2008).
Pada kelompok yang memiliki banyak
anak, jantan akan memilih bermain bersama
jantan, betina akan bermain dengan betina
(Petit et al. 2008). Namun, hasil pengamatan
menunjukkan
perbedaan.
Di
dalam
permainan, jantan dan betina M. tonkeana
yang diamati bermain bersama. Hal ini
mungkin disebabkan jumlah anak yang
sedikit di dalam kandang.
SIMPULAN
Bentuk perilaku sosial M. tonkeana di
PPS Ragunan yaitu agonistik, selisik, seksual,
dan bermain. Jantan dewasa dan betina
dewasa paling sering melakukan agonistik
yaitu sebesar 29,4% dan 69,2%. Perilaku
menelisik paling banyak dilakukan oleh
individu betina dewasa terhadap betina
remaja sebesar 88,9%. Perilaku seksual hanya
terjadi antara individu dewasa dan pra
dewasa. Jantan hirarki tinggi paling banyak
melakukan perilaku seksual. Betina tidak
hanya menerima tetapi juga menolak kopulasi
sebesar 37,5%. Perilaku bermain dilakukan
oleh individu pra dewasa dan remaja. Di
dalam permainan ditemukan pembelajaran
seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Andrade MCR et al. 2004. Biologic Data of
Macaca mulatta, Macaca fascicularis,
and Saimiri sciureus Used for Research
at the Fiocruz Primate Center. Mem Inst
Oswaldo Cruz 6: 581-589.
Arlet ME, Molleman F, Chapman C. 2007.
Indications for female mate choice in
grey-cheeked mangabeys Lophocebus
albigena johnstoni in Kibale National
Park, Uganda. Acta Ethologica 10:8995.
10
Bennet BT, Abee CR, Henrickson R, editor.
1995.
Nonhuman
Primates
In
Biomedical Researches (Biology and
Management). California: Academic
Press.
Bismark M. 1994. Studi ekologi makan
bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di
Hutan
Taman
Nasional
Kutai,
Kalimantan Timur [disertasi]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Eimerl S, DeVore I. 1981. Primata. Timan
Th S, penerjemah. Jakarta: Tira Pustaka.
Terjemahan dari: The Primates.
Fooden J. 1980. Classification and
distribution of living Macaques
(Macaca Lacepede, 1799). Di dalam:
Linburg DG, editor. The Macaques:
Studies in Ecology, Behavior and
Evolution. New York: Van Nostrand
Reinhold. Hlm 1-9.
Groves CP. 1980. Speciation in Macaca: the
view from Sulawesi. Di dalam: Linburg
DG, editor. The Macaques: Studies in
Ecology, Behavior and Evolution. New
York: Van Nostrand Reinhold. hlm 84124
Karimullah, Anuar S. 2011. Determination
of sexual behaviors in Macaca
fascicularis.
Communication
at
International Conference on Medical,
Biological and Pharmaceutical Sciences,
Pattaya.
Manson JH. 1992. Measuring female mate
choice in Cayo Santiago rhesus
macaques. Animal Behavior 44: 405416.
Martin P, Bateson P. 1999. Measuring
Behaviour: An Introductory Guide.
Second Edition. Cambridge: Cambridge
University Press.
Nugraha K. 2006. Aktivitas grooming
(selisik) monyet ekor panjang di situs
Ciung Wanara, Ciamis Jawa Barat
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Petit O, Bertrand F, Thierry B. 2008. Social
play in Crested and Japanese macaques:
Testing the covariation hypothesis. Dev
Phychobiol 50:399-407.
Pombo RAE. 2004. Daerah jelajah, perilaku
dan pakan Macaca tonkeana di Taman
Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah
[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Saroyo, Mansjoer SS, Tarumingkeng RC,
Solihin DD, Watanabe K. 2006.
Aktivitas harian monyet hitam Sulawesi
(Macaca nigra) di Cagar Alam
Tangkoko-Batuangus, Sulawesi Utara.
Boisfera 23:44-49.
Thierry B. 1985. Patterns of agonistic
interactions in three species of macaque
(Macaca mulatta, M. fascicularis, M.
tonkeana). Aggressive Behavior 11:223233.
Thierry B, Gauthier C, Peignot P. 1990.
Social grooming in tonkean macaques
(Macaca tonkeana). Int J Primatol
11:357-375.
Thierry B, Anderson JR, Demaria C,
Desportes C, Petit O. 1994. Tonkean
macaque behaviour from the perspective
of the evolution of Sulawesi macaques.
Curr Primatol 2:103-117.
van Schaik CP, van Noordwijk MA, de Boer
RJ, den Tonkelaar I. 1983. The effect of
group size on time budgets and social
behaviour in wild long-tiled macaques
(Macaca fascicularis). Behav Ecol
Sociobiol 13:173-181.
Widiani WD. 2010. Perilaku sosial Bekantan
(Nasalis larvatus) di Taman Safari
Indonesia Cisarua – Bogor [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Widiyani DR. 2001. Aktivitas harian monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis) dan
pengaruhnya terhadap pengelolaan
lahan hutan rakyat (studi kasus di dusun
Nyemani, desa Sidoharjo, kabupaten
Kulon Progo, Yogyakarta) [skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
12
LAMPIRAN
12
Lampiran 1 Frekuensi dan persentase perilaku selisik yang dilakukan oleh semua individu M. tonkeana
Pelaku
Penerima
Jantan
Jantan
Digo
Dede
Frekuensi
(kali)
Persentase
(%)
2
100
2
100
Dely
14
25,5
Iyos
25
45,5
Elly
9
16,4
Godel
7
12,7
Total
55
100
Iyos
1
50
Elly
1
50
2
100
5
100
5
100
Iyos
4
80
Elly
1
20
5
100
16
88,9
Total
Betina
Godes
Betina
Total
Dede
Jantan
Digo
Total
Betina
Total
Betina
Dely
Jantan
Digo
Godes
1
5,56
Dede
1
5,56
18
100
Iyos
5
11,1
Godel
40
88,9
Total
45
100
Digo
2
22,2
Dede
7
77,8
9
100
Dely
3
21,4
Elly
7
50
Godel
4
28,6
Total
14
100
Total
Betina
Iyos
Jantan
Total
Betina
13
12
Lampiran 1 (Lanjutan)
Pelaku
Penerima
Elli
Jantan
Frekuensi
(kali)
Persentase
(%)
Digo
3
42,9
Dede
4
57,1
7
100
Iyos
4
36,4
Godel
7
63,6
Total
11
100
Digo
3
30
Godes
5
50
Total
Betina
Godel
Jantan
Dede
2
20
10
100
Delli
9
52,9
Iyos
5
29,4
Elli
3
17,6
17
100
Total
Betina
Total
Download