PENINGKATAN PEMAHAMAN BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK MELALUI MEDIA LEGO DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB WIYATA DHARMA I SLEMAN Artikel Jurnal Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ilmu Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Zukhana Dwi Cahyani NIM 07103241042 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2014 PENGESAHAN Artikel jurnal yang berjudul “PENINGKATAN PEMAHAMAN BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK MELALUI MEDIA LEGO DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB WIYATA DHARMA I SLEMAN” yang disusun oleh Zukhana Dwi Cahyani , NIM 07103241042 ini telah disahkan oleh pembimbing. Yogyakarta, Januari 2014 Pembimbing I N. Praptiningrum, M. Pd NIP. 19590908 198601 2 001 IMPROVING THE UNDERSTANDING OF TECTONIC EARTHQUAKE THRUOGH LEGGO IN INTEGRATED SOCIAL SCIENCE LESSON OF VII GRADE DEAF STUDENTS AT SLB WIYATA DHARMA 1 SLEMAN Oleh : Zukhana Dwi Cahyani, Jurusan Pendidikan Luar Biasa Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman bencana gempa bumi tektonik pada siswa kelas VII dalam pembelajaran IPS SLB Wiyata Dharma I Sleman melalui penggunaan media lego. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua anak. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan metode observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif dengan persentase. Hasil menunjukkan bahwa media lego dapat meningkatkan pemahaman anak mengenai materi gempa bumi pada siswa tunarungu kelas VII di SLB Wiyata Dharma I Sleman dan telah mencapai kriteria ketuntasan 75 %. Peningkatan yang terjadi pada siklus II yakni, persentase pencapaian pada skor meningkat menjadi 80% pada subjek I dari kemampuan awal 40%, dan presentase pencapaian skor meningkat menjadi 88% pada subjek II dari kemampuan awal 28%. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan siswa dapat menjawab/menjelaskan: 1) pengertian gempa bumi tektonik, 2) dampak terjadinya gempa bumi, 3) tindakan jika terjadi gempa bumi, 4) faktor terjadinya gempa bumi tektonik dan 5) membedakan skala kekuatan gempa bumi secara mandiri. Kata kunci : media lego, peningkatan pemahaman, siswa tunarungu. Abstract This study aims to improve the understanding of the tectonic earthquake in class VII social studies learning SLB Wiyata Dharma I Sleman through the use of lego media. This study is a classroom action research was conducted in two cycles . Subjects in this study amounted to two kids. Data collected by the test method and the method of observation. Data analysis in this study uses descriptive qualitative analysis and quantitative descriptive percentages . Results show that the media can increase children's understanding lego regarding earthquakes material on deaf students of class VII in SLB Wiyata Dharma I Sleman and has achieved 75% completeness criteria. Increase occurred in the second cycle, the percentage achievement scores increased to 80 % at the beginning of the ability of the subject I of 40% , and the percentage of achievement scores increased to 88% in the second subject 28% of the initial capability. The increase was shown by students to answer / explain :1 ) understanding of tectonic earthquakes , 2 ) the impact of the earthquake , 3 ) actions in the event of earthquakes, 4 ) factors tectonic earthquakes and 5 ) distinguish the earthquake strength scale independently . Keywords: lego media, improving the understanding, deaf students 1 2 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014 dimiliki. PENDAHULUAN Anak tunarungu adalah Salah dilakukan satu yang untuk dapat mengatasi seseorang yang mengalami kerusakan permasalahan tersebut yaitu dengan atau kehilangan kemampuan mendengar adanya media di setiap pembelajaran. sebagian yang Media yang dapat memudahkan daya diakibatkan oleh tidak berfungsinya tangkap anak terhadap pelajaran yang sebagian diajarkan, misalnya dengan melakukan atau seluruhnya atau seluruhnya pendengaran sehingga menggunakan dalam alat kehidupan berdampak alat tidak dapat pendengarannya sehari-hari, terhadap yang kehidupannya pembelajaran aktif bagi anak, diharapkan anak menjadi tertantang sehingga meninggalkan pengalaman yang menarik dan sulit dilupakan. Media pada tersebut misalnya dengan permainan, alat permainan apapun jenisnya pasti akan komunikasi yang pentingmenurutMurni membuat anak senang. Permainan juga Winarsih (2007: 37). dapat digunakan sebagai sarana untuk secara komplek, kemampuan terutama berbahasa sebagai Keterbatasan pada tunarungu mempelajari sesuatu, misalnya dengan berdampak pada layanan pendidikan permainan edukatif. yang berbeda dari anak normal lainnya, karakteristik anak misalnya mengalami kelemahan dalam materi anak. perkembangan Model intelegensi pembelajaran Salah satu tunarungu yakni bagi pembelajaran yang bersifat verbalisasi tunarungu haruslah disesuaikan dengan yang berhubungan dengan kemampuan kemampuan dan karakteristik anak, kognitif, sehingga diperlukan media dan strategi mengalami gangguan untuk memahami belajar yang lebih mudah dipahami dan hal-hal yang bersifat imajiner, seperti dimengerti. Pendidikan bertujuan untuk mempelajari tentang gempa bumi dalam membawa peserta didik agar mampu pelajaran IPS Terpadu. mengoptimalkan potensi yang dimiliki sehingga anak Berdasarkan tunarungu observasi di sertamampu menumbuhkan kemandirian SLBWiyata anak. ditemukan berbagai permasalahan pada Keterbatasan menjadikan tidak proses Dharma pembelajaran 1 terkait Sleman dengan semua orang dapat berkomunikasi aktif kemampuan pemahaman gempa bumi. dengan anak tunarungu. Hal ini Gempa bumi merupakan suatu getaran pengaruh terhadap yang pada saatnya cukup keras hingga kemampuan verbal dan kosakata yang mampu merusak atau menghancurkan memberikan 3 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014 tanah dan bangunan-bangunan. Sering siswa yang aktif. Kepasifan siswa dalam kali getaran gempa bumi dapat dirasakan belajar dan ada pula yang tidak dapat dirasakan penghambat oleh mengembangkan manusia. Getaran tersebut di kelas masih bagi menjadi guru potensi untuk siswanya. dihasilkan karena adanya batuan yang Kebiasaan guru yang hanya memberikan patah atau disebabkan oleh gelombang- tugas mencatat juga berdampak pada gelombang seismik dari sumber gempa kemampuan di dalam lapisan kulit bumi. Gelombang kemampuan awal, siswa belum mampu ini menjalar menjauhi fokus gempa ke merangkai segala arah di dalam bumi. Ketika Kebiasaan siswa menggunakan bahasa gelombang gempa bumi isyarat, jadi terkesan bingung jika harus permukaan bumi, getarannya mencapai bisa menulis siswa, kata kata karena menjadi yang dari kalimat. diisyaratkan. merusak atau tidak tergantung pada Keterbatasan bahasa isyarat dan tidak kekuatan sumber dan jarak fokus, di selalu dipergunakannya media yang samping itu juga mutu bangunan dan tepat dalam pembelajaran juga menjadi mutu tanah dimana bangungan berdiri. salah Lempeng bumi selalu bergerak dan menimbulkan kesan berkembang, karena berada di atas minat belajar siswa. Akibatnya siswa lapisan astenosfer yang panas dan cair. tidak mendengarkan penjelasan guru Lapisan ini tidak beraturan, mudah yang berubah bentuk dan bergerak sepanjang pemahaman anak tentang gempa bumi tahun.(L. Donn&Florence: 41). khususnya gempa tektonik. satu penghambat, berdampak sehingga kurang menarik pada rendahnya kegiatan Siswa kelas VII belum mampu pembelajaran di kelas VII tunarungu menguasai materi gempa bumi, ketika masih mengalami kendala serius yang ditanya pengertian gempa bumi tektonik, menjadi perhatian adalah kemampuan faktor-faktor penyebab gempa bumi, peserta didik pada mata pelajaran IPS klasifikasi kekuatan gempa bumi serta Terpadu. Selama KBM (kegiatan belajar dampaknya belum mampu menjawab mengajar) suasana dengan benar. Siswa mengetahui bahwa interaksi belajar yang menjadi prinsip gempa itu ada yang bergoyang-goyang, pembelajaran sudah cukup baik, hanya tidak boleh langsung lari keluar dan ada saja keaktifan tersebut tidak terjadi pada rumah yang roboh. Salah satu berlangsung, kedua siswa. Guru yang mengajar juga terkesan berpusat pada salah seorang 4 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014 Berdasarkan Kendala yang selama ini ada di Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata lapangan, pelajaran IPS Terpadu untuk Sekolah pembelajaran Menengah Biasa dalam menunjang kegiatan pembelajaran Tunarungu (SMPLB-B), pembelajaran kurang bervariasi dan membuat siswa IPS untuk kurang bisa memahami materi pelajaran. meningkatkan kemampuan peserta didik Guru belum mampu memberi umpan dalam mengetahui fenomena-fenomena balik kepada siswa sehingga potensi yang terjadi pada lingkungan sekitar. peserta didik belum tampak secara Salah satu kompetensi yang menjadi optimal. Kegiatan pembelajaran yang dasar dalam pelaksanaan pembelajaran hanya mencatat dan menerangkan, tidak adalah menutup kemungkinan anak-anak akan Pertama Terpadu Luar diarahkan kemampuan memahami misalnya saja media yang digunakan guru proses mudah lupa. Kegiatan pembelajaran pembentukan, dan dampaknya terhadap yang menarik dan mengutamakan peran kehidupan, yang salah satu materinya aktif siswa seperti dengan menggunakan yaitu media keragaman bentuk tentang bumi, gempa bumi dan sangat baik apabila dilakukan, sehingga pengetahuan anak semakin dampaknya terhadap kehidupan. Kemampuan dasar dalam proses terasah. Media permainan edukatif pembelajaran siswa tunarungu memiliki seperti lego misalnya dapat dijadikan kelemahan dalam pembelajaran yang sarana pembelajaran. Menurut Arief S. bersifat bagi Sadiman (1986: 6) kata media berasal siswa tunarungu akan lebih bermakna dari bahasa latin yang merupakan bentuk dan siswa jamak dari kata medium yang secara yang harafiah berarti perantara atau pengantar dipelajari bukan hanya mengetahui. pesan dari pengirim ke penerima pesan Salah satu media pembelajaran yang dari pengirim ke penerima pesan abstrak. mudah mengalami Pembelajaran diingat sendiri apabila akan hal sesuai dengan paradigma tersebut adalah Lego merupakan seperangkat menggunakan media nyata yang dapat permainan yang terbuat dari balok-balok dimainkan oleh siswa, sehingga menarik atau plastik yang dapat disusun menjadi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. berbagai bentuk (Maike S.T, 2008: 36). Tujuannya Dengan yakni anak tunarungu media ini, anak dapat mampu memahami pembelajaran yang membentuk sebuah bangunan. Susunan diberikan dengan penerapan langsung rumah dan beberapa benda mainan pada kehidupan nyata kesehariannya. seperti mobil, orang-orangan, dan pohon 5 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014 Berdasarkan diletakkan di atas balok kayu. Balok belakang, kayu yang berjumlah 2 buah itu, maka digambarkan sebagai lempengan bumi. “Bagaimana meningkatkan pemahaman Media ini diharapkan selain sebagai bencana gempa bumi tektonik dalam sarana pelajaran IPS Terpadu pada siswa dalam mempelajari tentang gempa bumi, juga bertujuan untuk mengasah kemampuan rumusan latar masalahnya adalah: tunarungu melalui media lego?” Tujuan penelitian ini yaitu untuk kreatifitas, menumbuhkan daya imajinasi anak, meningkatkan melatih kesabaran dan ketelitian anak. bencana gempa bumi tektonik dalam Media bertujuan pembelajaran untuk membantu ini siswa pemahaman konsep mata pelajaran IPS Terpadu pada siswa tunarungu melalui media lego. mendapatkan makna dari pembelajaran. METODE PENELITIAN Hal ini mendorong siswa tunarungu Jenis Penelitian membuat hubungan antara pengetahuan Pendekatan yang digunakan yang dimiliki dengan penerapan dalam dalam penelitian ini adalah pendekatan kehidupan deskripsi sehari-hari. Media kuantitatif dan kualitatif pembelajaran ini diharapkan mampu dengan jenis penelitian yang digunakan menarik minat dan perhatian siswa yaitu tunarungu dalam kegiatan pembelajaran. kelas/classroom Perhatian siswa akan meningkat dan Menurut Suhardjono pemahaman belajar menjadi lebih baik penelitian tindakan sehingga pengetahuan siswa terhadap penelitian tindakan (action research) bencana gempa bumi dalam pelajaran yang IPS Terpadu dapat meningkat. memperbaiki mutu praktik pembelajaran Berdasarkan dilakukan tindakan action research. (2007: kelas dengan 58) adalah tujuan awal, di kelasnya. Dengan demikian dalam penelitian ini akan memfokuskan pada penelitian tindakan ini mengutamakan penerapan meningkatkan tentang media data penelitian lego untuk adanya pengetahuan siswa pembelajaran bumi memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran gempa peningkatan dengan khususnya gempa bumi tektonik pada praktik. mata pelajaran IPS Terpadu bagi siswa Waktu dan Tempat Penelitian tunarungu kelas VII di SLBWiyata Dharma 1 Sleman. kualitas tujuan Penelitian ini dilaksanakan di SLB Wiyata Dharma 1 yang beralamat di Jl. Magelang KM 17 Margorejo, 6 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014 Tempel, Sleman. Di sekolah ini pernah aktivitas melakukan praktek gempa berlangsung. Tes bumi dan terdapat siswa yang sedang memperoleh hasil menempuh pembelajaran di kelas VII memahami materi yang diberikan dan dan subjek belum mampu menjelaskan dapat dinyatak tuntas ataukah belum. konsep gempa bumi tektonik, seperti Pengamatan belum mampu menjelaskan pengertian, pengambilan data pada saat proses faktor terjadinya, dampak dan tindakan pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan terjadinya gempa bumi. Waktu yang oleh digunakan dalam penelitian ini yaitu check list yaitu penataan data yang bulan November 2012-Januari 2013 dilakukan dalam 6 kali pertemuan dengan @ sebuah daftar yang memuat nama pertemuan 2 jam pelajaran. Tiap jam observen disertai jenis gejala yang pelajaran 2x35 menit. diamati. Lembar pengamatan mencakup Subjek Penelitian pengamatan terhadap: performance guru simulasi Suharsimi Arikunto (2002: 112), siswa pembelajaran dilakukan guna siswa sudah dilakukan peneliti dalam selam dengan dengan untuk menggunakan mempergunakan pelaksanaan pembelajaran, menyatakan bahwa subjek penelitian aktivitas siswa selama pembelajaran IPS adalah subjek yang ingin dituju untuk Terpadu tentang materi gempa bumi diteliti oleh peneliti. Adapun subjek tektonik, dalam anak kesesuaian tindakan guru dengan media tunarungu yang pernah diajarkan tentang yang digunakan. Sedangakan Tes hasil materi bencana gempa bumi. Subjek belajar yang digunakan dalam penelitian ini kemampuan siswa sebelum dan setelah adalah seluruh siswa kelas VII SMP dilaksanakan diSLB Wiyata Dharma 1 Sleman tahun pelajaran IPS Terpadu pada materi ajaran 2012/2013 berjumlah 2 siswa, gempa bumi tektonik. Keberhasilan yaitu DM dan FR. tindakan Teknik Pengumpulan Data membandingkan hasil tes akhir tindakan penelitian ini adalah Teknik pengumpulan data yang dan pengamatan digunakan tindakan kelas pengajaran (pre test). observasi dan pengamatan tes. Observasi atau mata dengan (post test) dengan hasil tes yang telah dilaksanakan adalah mengukur dalam diperoleh dilakukan dalam penelitian tindakan ini untuk terhadap pada awal tindakan ini Tes yang digunakan berupa tes dilakukan untuk acuan tindakan yang pilihan ganda dan tes lisan. Tes ini dilakukan guru dengan instrumen dan digunakan untuk mengetahui dan 7 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014 mengukur pemahaman anak tentang HASIL gempa mata PEMBAHASAN Tes Hasil Penelitian bumi pelajaran tektonik IPS pada Terpadu. PENELITIAN DAN menggunakan pedoman penilaian yang Penelitian yang menggunakan didasarkan pada kemampuan menjawab pendekatan deskripsi kuantitatif dan soal. Parameter yang digunakan untuk kualitatif dapat dilihat dari pengaruh mengukur keberhasilan tindakan adalah media mengikuti ketuntasan belajar yakni nilai pemahaman siswa terhadap bencana rata-rata kelas >75% mampu menjawab gempa bumi tektonik. Ada tidaknya tes dengan benar. pengaruh Instrumen Penelitian peningkatkan pemahaman gempa bumi lego terhadap media peningkatan lego terhadap digunakan tektonik dapat diketahui dari hasil dalam penelitian ini yaitu tes dan perbandingan antara sebelum tindakan pedoman observasi. Pedoman observasi siklus I dan sesudah tindakan siklus II sudah dirinci sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam tabel dan grafik sesuai dengan kegiatan yang dirancang berikut ini : dalam penelitian. Tes digunakan untuk Tabel 1. Instrumen yang mengetahui peningkatan kemampuan Peningkatan Pemahaman Konsep Bencana Gempa Bumi Pretest-Postest II kosakata subjek sedangkan pedoman observasi digunakan untuk memantau Subyek Pretes Postes I Postes II Hasil proses pembelajaran. DM 40 64 80 Tuntas Teknik Analisis Data FR 28 68 88 Tuntas Analisis data dalam penelitian Berdasarkan data di atas, selanjutnya merupakan suatu kegiatan yang sangat dapat disajikan dalam bentuk grafik penting dan memerluan ketelitian serta sebagai berikut : kekritisan dari peneliti (Nurul Zuria, 100% 80% 88% 90% 80% 64% 68% 70% 60% 40% 50% 28% 40% 30% 20% 10% 0% 2005: 198). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan persentase. DM Pretest Postest I Postest II FR Grafik1. Grafik Peningkatan Pemahaman Konsep Bencana Gempa Bumi 8 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014 Tabel merupakan dan hasil grafik skor di atas peningkatan monoton dalam pembelajaran, misalnya ketika pembelajaran pemahaman gempa bumi tektonik pada menggunakan pretes, postes I dan postest II. Data mencatat buku, serta dari siswanya tersebut menunjukkan bahwa dengan sendiri yang masih minim kosakata dan menggunakan dapat cenderung menggunakan bahasa isyarat. siswa Pengetahuan mengenai gempa bumi media meningkatkan lego pemahaman media, jarang siswa hanya terhadap materi gempa bumi tektonik. sangatlah penting, mengingat negara Pembahasan Penelitian Indonesia adalah salah satu negara yang Penelitian ini bertujuan untuk sering dilanda bencana khususnya memberikan penanganan melalui media gempa bumi. Negara Indonesia terletak lego di atas pertemuan 3 lempang bumi, yaitu agar dapat meningkatkan pemahaman mengenai materi gempa eurasia, australia dan lempeng pasifik. Media bumi tektonik pada siswa kelas VII di lego dapat Dengan meningkatkan motivasi belajar siswa. mengkaji hasil analisis dan pengolahan Media lego merupakan model tiruan data yang telah diuraikan sebelumnya dalam ternyata menghasilkan suatu penilaian merupakan representatif atau pengganti bahwa penggunaan media lego dapat dari benda yang sesungguhnya (Nana S. meningkatkan dan A. Rifai, 1989: 3). Permainan ini SLB Wiyata Dharma I. pemahaman mengenai wujud tiga yang materi gempa bumi tektonik pada siswa menjadi kelas VII di SLB Wiyata Dharma I. edukatif. Siswa dituntut untuk kreatif, Fakta di lapangan aktif media dimensi dan pembelajaran imajinatif. yang Media ini menunjukkan bahwa siswa tunarungu membantu siswa untuk belajar lebih kelas keterbatasan asyik dan mudah. Diharapkan subjek bahasa dalam memahami materi gempa tidak mengalami kesulitan lagi dalam bumi tektonik. Subjek sudah mampu memahami materi. Dalam penelitian ini mengenal tanda-tanda terjadinya gempa media bumi, namun masih kurang dalam kemudian disusun bersama-sama dengan memahami pengertian, faktor terjadinya, siswa membentuk suatu bangunan yang dampak serta tindakan jika terjadi diibaratkan bencana. kemudian diletakkan diatas dua buah kurang VII mengalami Hal ini disebabkan oleh inovatifnya guru dalam menyampaikan materi. Guru terkesan balok lego kayu dibawa sebagai oleh peneliti rumah kemudian yang digoyang- 9 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014 goyangkan yang mengibarat-kan seperti Azhar Arsyad (2006: 10) bahwa : gempa bumi tektonik. “Semakin banyak alat indera yang Berdasarkan hasil pada pretes, dipergunakan untuk menerima dan diperoleh hasil bahwa belum adanya mengolah informasi, semakin besar peningkatan selama siklus I, Data hasil kemungkinan penelitian ini menunjukkan bahwa, pada dimengerti dan dapat dipertahankan postest sudah terlihat adanya penigkatan dalam ingatan”. namun masih berada dibawah kriteria KESIMPULAN DAN SARAN ketuntasan. Pada postes II skor yang Kesimpulan didapat oleh siswa informasi tersebut menunjukkan Proses pembelajaran materi peningkatan dan dapat dinyatakan tuntas gempa bumi menunjukkan peningkatan melebihi kriteria ketuntasan minimum. berupa keaktifan. Hasil penelitian Hal tersebut disebabkan oleh berdasarkan perilaku saat tindakan yakni beberapa faktor yang mempengaruhi siswa aktif selama proses tindakan terjadinya perubahan yang lebih baik seperti diantaranya: permainan media lego serta memberikan 1) Pengaturan waktu diperbaiki agar respon tidak menggunakan waktu pelajaran berlangsung. selanjutnya 2) 3) terutama pada antusias dalam selama Pelaksanaan melakukan pembelajaran pembelajaran pertemuan kedua dan ketiga. memberikan pengaruh yang baik, ini Kurangnya latihan menulis dan dijelaskan dengan adanya peningkatan membaca pemahaman gempa bumi tektonik pada membuat pemahaman siswa kurang terlatih. subjek dapat dilihat dari meningkatnya Penjelasan materi gempa bumi kemampuan subjek dalam menjawab yang sehingga soal. Peningkatan pemahaman yang dalam dialami oleh subjek ditunjukkan melalui kurang siswa inovatif kurang jelas memahami materi. naiknya skor yang didapat mulai dari Berdasarkan hasil analisis data pretes hingga postes II. Peningkatan dan pembahasan di atas, menunjukkan tersebut sebesar 40% dan 60%. pelaksanaan media lego mampu efektif Saran memberikan pengaruh terhadap Diharapkan media lego dapat pemahaman gempa bumi tektonik pada digunakan sebagai media pembelajaran subyek yang diteliti. Hal ini sesuai untuk meningkatkan pemahaman gempa dengan pendapat yang disampaikan oleh bumi dalam pembelajaran IPS pada 10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Januari 2014 siswa tunarungu. Guru lebih intensif memberikan bimbingan pada langkah merumuskan masalah dan merumuskan kesimpulan, tetap menggunakan media yang bersifat kongkrit, memberikan kata-kata positif pada siswa dalam proses pembelajarannya, dan reward pada akhir pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arief S Sadiman, dkk. 2006. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Arsyad Media Azhar. 2006. Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Mayke S. Tedjasaputra. 2008. Bermain, Mainan untuk dan Anak Permainan Usia Dini. Jakarta: Grasindo Murni Winarsih. 2007. Intervensi Dini Anak Tunarungu Dalam Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdiknas.