BAB 4 FUNGSI A. PENGERTIAN Unsur-unsur yang membentuk sebuah fungsi (biasanya) terdiri dari variabel-variabel dan konstanta. Variabel fungsi adalah unsur yang harus ada dan yang membentuk suatu fungsi, yang menggambarkan faktor tertentu yang nilainya dapat berubah-ubah dalam suatu fungsi. Menurut keberadaannya, variabel fungsi dibedakan menjadi variabel terikat (dependent variable, yaitu variabel yang nilainya tergantung oleh variabel lain, serta variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung oleh variabel yang lain. Konstanta fungsi adalah unsur yang nilainya tetap pada suatu fungsi. Menurut keberadaannya konstanta dibedakan mcnjadi konstanta variabel fungsi, yaitu konstanta yang melekat pada suatu variabel fungsi; serta konstanta bebas, yaitu konstanta yang berdiri sendiri, dan yang hanya kadangkadang saja turut membentuk suatu fungsi. Contoh 2.1: y = f(x) = 2x + 3 Bentuk di atas merupakan suatu fungsi untuk nilai-nilai variabel y, adalah fungsi dari nilai-nilai variabei x atau nilainya tergantung pada nilainilai x. Bilangan 2 (dua) dan 3 (tiga) adalah konstanta yang akan mengubah nilai-nilai y secara tetap, jika terdapat perubahan pada variabel x. B. JENIS-JENIS FUNGSI Menurut bentuknya fungsi dapat dibedakan menjadi seperti Gambar yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Gambar 2. 1: Jenis-jenis Fungsi a. Fungsi Polinom adalah fungsi yang mempunyai satu atau banyak suku dan variabel bebas. Bentuk umumnya: y = a0 + a1x + a2x2 + ........ + anxn Untuk n = bilangan bulat positif b. Fungsi Linier adalah fungsi polinom yang variabel bebasnya hanya sampai derajat satu. Bentuk umumnya : y = ax + b c. Fungsi Kuadrat adalah fungsi polinom yang variabel bebasnya berderajat dua. Bentuk umumnya: y = ax2 + bx + c d. Fungsi Kubik dan Fungsi Bi Kuadrat bcrturut-turut adalah fungsi polinom yang pangkat tertinggi (derajat) variabel bebasnya adalah tiga dan empat. Bentuk umumnya: y = ax3 + bx2 + cx + d y = ax4 + bx3 + cx2 + dx + e e. Fungsi Pangkat ialah fungsi yang (hanya mempunyai satu suku) berupa variabel bebas berderajat bilangan rill. Bentuk umumnya: y = xn n = bilangan rill f. Fungsi Eksponen adalah fungsi dari konstanta berderajat variabel bebas. Bentuk umumnya: y = nx n = bilangan riil, x = bilangan negatif / positif g. Fungsi Logaritma adalah fungsi invers (balikan) dari fungsi eksponen, variabel bebasnya sebagai bilangan logaritma. Bentuk umumnya: y = nlog x h. Fungsi Trigonometri adalah fungsi yang variabel bebasnya terkait dalam bentuk-bentuk goneometri. Bentuk umumnya: y = Cos 2x i. Fungsi Hiperbolik atau disebut juga Fungsi Siklometri adalah fungsi yang variabel bebasnya terkait dengan balikan (invers) dari bentuk-bentuk goneometri, atau dengan kata lain fungsi hiperbolik adalah balikan dari fungsi trigonometri Bentuk umumnya: y = arc Cos 2x Atau y = Cosh 2x Cosh = kosinus hiperbolikus j. Fungsi Tak Rasional Irrasional adalah akar dari fungsi polinom. Bentuk umumnya Y m n0 a1 x a2 x 2 ... a0 x n Untuk m, n = bilangan rill / nyata k. Fungsi Rasional dapat juga berupa Fungsi Pecah adalah fungsi dari hasil bagi dua polinom. Bentuk umumnya: a0 a1 x a2 x 2 ... an x n Y b0 b1 x b2 x 2 ... bn x n Untuk n = bilangan bulat tak negatif Di samping fungsi yang telah disebutkan di atas, fungsi dapat dibedakan pula menjadi fungsi eksplisit dan implisit. Fungsi Eksplisit adalah fungsi yang variabel bebas dan variabel terikatnya tidak terdapat dalam satu sisi dan jelas atau mudah dibedakan. Fungsi Implisit adalah fungsi yang variabel bebas dan variabel terikatnya berada pada satu sisi dan tidak dengan mudah dapat dibedakan. Contoh bentuk umum dari kedua fungsi tersebut adalah : Fungsi Eksplisit: y = f(x) y = ax + b Fungsi Implisit: f(y,x) = 0 y = ax – b = 0 Dengan melihat bentuk tersebut di atas, maka fungsi eksplisit dapat diubah bentuknya menjadi fungsi implisit. Tetapi pengubahan dari fungsi implisit ke fungsi eksplisit dapat menghasilkan dua kemungkinan. yaitu dalam bentuk y = f(x) = ax + b atau dalam bentuk x = f(y) = ( 1/a)y - b/a C. PENGENALAN FUNGSI 1. Cara Notasi Matematis (Lambung) Cara ini paling banyak dipakai dalam pembahasan matematika, oleh karena jelas, mudah diketahui (dipahami) bentuknya, singkat serta mudah dalam pengoperasian antar fungsi. Kelemahan dengan cara ini adalah tidak dapat mengetahui pengaruh setiap perubahan suatu variabel terhadap variabel yang lain dengan cepat. . Contoh 2.2: - Fungsi Linier : y = 2x + 5 - Fungsi Kuadrat : y = x2 - 3x + 2 2. Cara Daftar (Lajur) Untuk mengatasi kelemahan pada cara notasi (lambang) matematis, maka cara daftar dipakai untuk melengkapi pengetahuan tentang suatu fungsi. Cara ini dilakukan dengan membuat daftar nilai variabel bebas yang mungkin terjadi dan kemudian dipasangkan dengan nilai-nilai variabel terikatnya berdasarkan pada bentuk fungsinya. Contoh 2.3: Dari masing-masing bentuk fungsi pada contoh cara notasi sebelumnya (Contoh 2.2), dapat dibuat daftar pasangannya sebagai berikut : X Y 2 1 1 3 0 1 2 3 5 7 9 11 X Y 2 12 1 6 0 1 2 3 2 0 0 2 Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa setiap harga variabel x, sebagai variabel bebas dan unsur utama, hanya mempunyai satu pasangan dan variabel y, sebagai variabel terikat dan unsur kedua. Pada variabel x yang tidak boleh mempunyai harga yang sama, tetapi pada variabel y harga yang sama itu dimungkinkan adanya. Hal itu sesuai dengan definisi fungsi di muka. 3. Cara Penggambaran (Grafik) Pengenalan fungsi dengan cara ini dapat dilakukan dengan bantuan dua cara sebelumnya, terutama sekali pada cara daftar (lajur), yang tidak lain adalah untul lebih memudahkan dan akuratnya (tepatnya) gambar atau grafik fungsi tersebut. Contoh 2.4: Berdasarkan pada dua hasil contoh diatas (Contoh 2.2 dan Contoh 2.3), maka dapat dibuat grafiknya seperti yang terlihat pada gambar 2.2 FUNGSI LINIER A. PENGERTIAN Seperti telah disebutkan di muka bahwa bentuk umum fungsi atau persamaan linier adalah y = ax - b, untuk x sebagai variabel bebas dan y adalah fungsi dari x, atau y merupakan variabel terikat yang tergantung pada nilai x. Sedangkan a adalah koefisien variabel x, yang merupakan gradien, slope, kecondongan, lereng, curam, koefisien arah, atau garis fungsi dengan Sumbu horizontal x. Nilai a adalah sebesar : d tg y y 2 y1 x x2 x1 Hal itu berarti jika gradien a bernilai positif, maka garis akan condong ke kanan atau naik dari kiri bawah ke kanan atas, sedangkan jika gradien a bernilai negatif, maka garis fungsi akan condong ke kiri atau turun dari kiri atas ke kanan bawah b adalah nilai y pada saat fungsi memotong sumbu vertikal atau sumbu y. Dalam hal b = 0, maka garis fungsi akan memotong titik pangkal. Jika b bernilai negatif, maka garis akan memotong sumbu Y positif atau di atas titik pangkal. Dari keterangan tersebut, maka dapat digambarkan berbagai kemungkinan bentuk-bentuk fungsi linier seperti yang terlihat pada gambar 3. 1: B. PEMBENTUKAN FUNGSI LINIER 1. Cara Dwi koordinat Pembentukan persamaan linier dengan cara ini mengharuskan adanya dua buah titik dengan koordinat yang berlainan. Jadi jika diperoleh dua buah titik A(x1,y1) dan B (x2 , y2) , maka persamaan liniernya adalah : y y1 x x1 y 2 y1 x2 x1 Apabila dimodifikasikan ke dalam persamaan linier sesungguhnya menjadi : y x x1 y 2 y1 y1 x2 x1 Dapat pula koordinat dua buah titik tersebut dimasukkan ke dalam persamaan atau bentuk umumnya, dan kemudian dieliminasikan sebagai berikut: Bentuk umum : y = ax + b Persamaan I. A(X1 ,Y1) : y1 = ax1 +b Persamaan II, B(X2 ,Y2) : y2 = ax2 + b(-) Menjadi : y1 – y2 = a(x1 – x2 ) a y1 y 2 y x1 x2 x , yang tidak lain adalah tg Kemudian dengan memasukkan harga pada salah satu titik A atau B dan slope dari a tersebut ke bentuk umum y = ax + b kembali, atau dengan rumus b = y1 -2x1, maka dapat diperoleh persamaan linier yag dicari. Contoh 3.1: Diketahui dua buah titik dari suatu persamaan linier A(2,1) dan B(4,5). Bentuklah persamaan linier tersebut. Jawab : Dengan rumus : y x x1 y 2 y1 y1 x2 x1 y x2 5 1 1 42 y x2 4 1 2 maka : A(2,1) dan B(4.5) : y 2x 4 1 y 2x 3 Dengan memasukkan ke bentuk umum : Maka : A(2,1) dan B(4,5) : a y1 y x1 x 2 a 1 5 4 24 2 a2 Jika pcrsamaan linier y = ax + b, maka pada A(2,1 ) dan a = 2 akan menjadi : 1 = 2 (2) + b b = -3 Jadi persamaan liniernya adalah y = 2x - 3. 2. Cara Slope-Koordinat. Pembentukkan persamaan linicr dengan cara ini memcrlukan adanya koefisien arah dan sebuah titik koordinat (x,y). Dengan kedua hal tersebut dapat diperoleh persarnaan liniernya, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: y – y1 = a(x-x1) Apabila rumusan di atas dimodifikasikan dapat menjadi sebagai berikut: y = a(x – x1) + yl Contoh 3.3: Buatlah sebuah persamaan linier yang melalui titik A(4,5) dan mempunyai lereng garis fungsi 4 (empat). Jawab: y = a(x – x1) + y1 y = 4(x – 4) + 5 y = 4x – 16 + 5 y = 4x - 11 Untuk memperoleh kebenaran persamaan linicr yang telah berhasil dibuat, mska absis atau harga x dari titik yang bersangkutan dunasukkan ke dalam persamaan. Jika hasilnya sesuai dengan ordinatnya atau harga y, maka dapat disimpulkan bahwa pcrsamaan tersebut sudah benar. Dari contoh 3.1 y = 2x - 3 - Pada A (2,l) y = 2.2 - 3 y = 1 - Pada B (4,5) y= 2.4 - 3 y = 5 Jadi persamaan tersebut sudah benar. Dari fungsi II : x–1 y 4.1 8 y6 2 x–2 y 4.2 8 y 8 2 x–3 y 4.3 8 y 10 2 Dari perhitungan pembuktian tersebut terlihat bahwa untuk nilainilai x tertentu mengakibatkan hasil nilai y yang sama besarnya antara fungsi pertama dan fungsi kedua. Sehingga kedua fungsi terebut jika dibuatkan dalam satu gambar akan seperti yang tercermin pada gambar 3.2. Gambar 3.2 : Hubungan Dua Fungsi Linier Berhimpit 2. Sifat Hubungan Sejajar Hubungan sejajar ini dapat terjadi jika terdapat suatu fungsi yang mempunyai lereng (slope) yang sama dengan lereng fungsi yang lain, sedangkan konstanta bebas kedua fungsi berbeda nilainya. Hal itu berarti bahwa a1 = a2 dan b1 b2. Contoh 3.5 : Fungsi I : y=x+1 Fungsi II : 2x – 2y + 6 = 0 Kedua fungsi sejajar karena pada fungsi kedua dapat diperoleh 2y = 2x + 6, dan akan menjadi y = x + 3. Bukti : Dari Fungsi I : y=x+1 x=0 : y=0+1 y=1 x=1 : y=1+1 y=2 x=2 : y=2+1 y=3 Dari Fungsi II : y=x+3 x=0 : y=0+3 y=3 x=1 : y=1+3 y=4 x=2 : y=2+3 y=5 Dari pembuktian tersebut terlihat bahwa nilai-nilai perubahan x mengakibatkan perubahan nilai-nilai y dari fungsi pertama dan kedua secara tetap dengan selisih 2. sehingga kedua fungsi tersebut jika dipetakan dalam satu gambar akan menjadi seperti yang terlihat pada gambar 3.3: Gambar 3.3 : Hubungan Dua Fungsi Linier Sejajar 3. Sifat Hubungan Berpotongan Tegak Lurus Hubungan kedua fungsi linier ini dapat terjadi jika lereng fungsi pertama merupakan kebalikan dan bertanda berlawanan (kebalikan negatif) dengan lereng fungsi kedua. Hal itu berarti bahwa a1 a2, dan a1 = -1/ a2 atau a1.a2 = -1 Contoh 3.6: Fungsi I : y = 0.5x + 4 Fungsi II : y = -2x + 4 Kedua fungsi berpotongan tegak lurus karena a1.a2 = -1 0,5 (-2) = -1 Bukti -1 = -1 Dari Fungsi I y = 0,5x + 4 X=0: y = 0,5(0) + 1 y=1 X=1: y = 0,5(1) + 1 y = 1,5 X=2: y = 0,5(2) + 1 y=2 Dan Fungsi II y = -2 y + 4 X=0: y = -2(0) + 4 y=4 X=1: y = -2(1) + 4 y=2 X=2: y = -2(2) + 4 y=0 Kedua fungsi tersebut di atas jika digambarkan akan tereermin seperti nampak pada gambar 3.4. Gambar 3.4 : Hubungan Dua Fungsi Linier Berpotongan Tegak Lurus 3. Sifat Hubungan Berpotongan Kedua fungsi linier akan berpotongan jika lereng fungsi pertama bukan kebalikan negatif, serta tidak sama dengan lereng fungsi kedua. Hal itu berarti bahwa a1.a2 -1, dan a1 a2. Contoh 3.7 : Fungsi 1 :y=x-2 Fungsi 11 : y = -3x + 1 Kedua fungsi berpotongan, tetapi tidak tegak lurus karena : a1 a2 3 dan a1 a2 -1 l - 1.-3 - 1 Bukti : Dari Fungsi I y=x-2 X=0: y=0-2 y = -2 X=1: y=1-2 y = -1 X=2: y=2-2 y=0 Dan Fungsi II y = -3x + 1 X=0: y = -3.0 + 1 y=4 X=1: y = -3.1 + 1 y=2 X=2: y = -3.2 + 1 y=0 Sehingga kedua fungsi linier tersebut di atas dapat digambarkan, menjadi seperti nampak pada gambar 3.5. Gambar 3.5: Hubungan Dua Fungsi Linier Berpatongan (Tidak Tegak Lurus) A. PENERAPAN DALAM EKONOMI Di dalam teori ekonomi, fungsi linier eukup luas dipergunakan untuk menjelaskan suatu masalah, yang berhubungan dengan dua variabel ekonomi yang saling mempengaruhi, terutama yang menyangkut ekonomi mikro, ekonomi makro dan produksi. Di bawah ini akan dibahas beberapa di antaranya seperti fungsi permintaan dan penawaran, fungsi biaya dan penerimaan, fungsi pendapatan disposabel dan pendapatan nasional, dan optimal grafis. a. Permintaan dan Penawaran Dalam pembahasan ekonomi, konsep permintaan dan penawaran mendapat porsi yang eukup penting, karena menyangkut kegiatan manusia yang mendasar, dalam hal pemenuhan kebutuhannya atas barang dan jasa. Fungsi permintaan menyangkut hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, misalnya harga barang tersebut, harga barang lain, daya beli, selera konsumen dan pengaruh orang lain. Mengingat Banyaknya variabel Yang mempengaruhi tersebut dalam agar dapat dijabarkan ke dalam suatu bentuk linier dua variabel, maka fungsi permintaan biasanya dianggap hanya dipengaruhi oleh tingkat harga saja, sedangkan variabel yang lain dianggap tetap atau tidak berubah (eeteris paribus). Hukum permintaan menyatakan bahwa jika harga suatu barang naik (Citeris paribus), maka jumlah yang diminta akan turun. Dan apabila harga turun, maka jumlah barang yang diminta akan naik oleh karena itu tujuan pengamanan fungsi permintaan adalah untuk mengetahui jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga barang. Meskipun demikian, pada kondisi khusus. misalnya untuk transaksi barang dengan sistem paket, dimungkinkan konsumen bersedia membayar pada harga tertentu sesuai dengan permintaan Jumlah barang yang diinginkannya; yakni mereka bersedia membayar barang dengan harga yang lebih mahal, jika produsen dapat menjual sebagian barang saja antara barang-barang yang semestinya dijual dalam satu paket. jika demikian halnya, maka kalau harga ditunjukkan oleh P dan jumlah barang dinotasikan sebagai Q, dapat dibuat bentuk umum fungsi permintaan menjadi bentuk Q = f(P) atau P = (Q), Yaitu: Q = -aP + b atau P = -aQ + b Nilai a dan b pada kedua persamaan tersebut tentu saja berbeda karena kedua bentuk persamaan itu saling menggantikan satu dengan yang lainnya. Penjelasan tersebut di atas dapat lebih mudah dipahami, apahiia digambarkan da!am suatu grafik seperti yang nampak dalam gambar 3.6: Gambar 3.6: Bentuk Umum fungsi Permintaan Adapun untuk membentuk fungsi permintaan tersebut dapat dipergunakan rumus-rumus pembentukan fungsi linier yang telah dibahas di muka, namun dengan terlebih dahulu menggantikan nilai absis (x) dan ordinat (y) pada rumus tersebut dengan jumlah barang yang diminta atau ditawarkan (Q) dan harga barang bersangkutan (P). Contoh : 3.11: Seseorang mempunyai pola permintaan barang X sebagai berikut: pada harga Rp. 100,- per unit, barang yang diminta adalah 100 unit dan 200 unit jika harga barang berubah menjadi Rp. 50,- per unit. Tentukanlah pola permintaan barang X orang tersebut. Jawab : Data-data di aias dapat dimanipulasi dalam bentuk dua buah titik, yaitu menjadi A(100,100) dan B(200,50). jika bentuk umum pola atau fungsi linier adalah P = aQ + b, maka: a 1 2 100 50 50 Q Q1 Q2 100 50 100 a = - 0,5 b = P – aQ Bila A (100,100) : b - 100 - (- 0,5)100 - 100 + 50 - b - 150 Dengan menggunakan rumus metode yang lain dapat pula dicari fungsi permintaanya yang akan menghasilkan bentuk yang sama. Jadi jika : y x x1 y2 y1 y1 x2 x Akan menjadi : Q Q1 2 1 1 Q2 Q1 Q 100 50 100 100 200 100 Q 100 50 100 100 P = - 0,5Q + 50 + 10 P = -0,5 + 150 Jadi pola atau fungsi permintaan barang X dari orang tersebut adalah P = -0,5 Q + 150 atau Q = -2P + 300 Hampir sama seperti pada fungsi permintaan, fungsi penawaran menyangkut hubungan antara jumlah yang ditawarkan dengan variabelvariabel yang mempengaruhinya, seperti teknik produksi, modal kerja, pajak dan subsidi serta harga barang tersebut maupun harga barang lain. Hukum penawaran menyatakan bahwa jika harga barang naik (eeteris paribus), maka jumlah yang ditawarkan akan naik, dan apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan turun pula. Sebaliknya, pada saat kondisi permintaan barang oleh konsumen melonjak, maka produsen akan menaikkan harga penawarannya, dan apabila permintaan konsumen turun produsen akan menaikkan harga penawaran barangnya. Kedua kemungkinan harga dan jumlah barang penawaran tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk matematis sebagai berikut : Q = aP - b atau P = aQ + b Apabila fungsi tersebut digambarkan dalam sebuah grafik akan terlihat seperti halnya pada gambar 3.7. Gambar 3.7. Bentuk Umum Fungsi Penawaran Contoh 3.12: Di suatu pasar diketahui pada harga Rp. 50,- per unit perusahaan ABC menawarkan produksinya 200 unit, sedangkan pada harga Rp. 100,per unit yang ditawarkan adalah 400 unit. Dari data tersebut, tentukankan pola atau fungsi penawaran barang dari perusahaan ABC tersebut. Jawab: Jika data tersebut dapat dianggap sebagai koordinat titik C (200,50) dan D (400, 100), maka pembentukan fungsi penawarannya adalah: Q Q1 2 1 1 Q2 Q1 Q 200 100 50 50 400 200 Q 200 50 50 200 P = - 0,25Q + 50 + 50 P = 0,25 atau Q = 4P Atau jika bentuk umum fungsi permintaan adalah P = aQ + b, Maka: a 1 2 50 100 50 Q Q1 Q2 200 400 200 a = - 0,5 b = P – aQ Pada C (200,50) : b - 50 - (- 0,25) 200 - 50 – 50 b=0 Jadi fungsi penawarannya adalah P = 0,25 Q, yang bentuknya sama seperti pada hasil perhitungan sebelumnya. b. Keseimbangan Pasar Barang. Apabila permintaan dan penawaran suatu barang dihubungkan akan diperoleh kesepakatan atau keseimbangan tentang harga (equilibrium price) dan keseimbangan jumlah (equilibrium quantity) dari barang yang diminta oleh konsumen, dan yang ditawarkan oleh produsen. Secara matematis, maka keseimhangan itu dapat ditunjukkan dengan kesamaan Qd = Qs atau dapat pula Pd = Ps, yang apabila digambarkan akan menjadi seperti gambar 3.8. Gambar 3. 8: Bentuk Umum Keseimbangan Pasar Barang Barang 3.8 tersebut menunjukkan bahwa Qd sebagai jumlah barang yang diminta, Qs adalah jumlah barang yang ditawarkan, Pd merupakan harga barang yang diminta, Ps yaitu harga barang yang ditawarkan, E sebagai titik keseimbangan pasar, Qe menunjukkan jumlah keseimbangan barang, dan Pe adalah harga keseimbangan barang. Contoh 3.13: Dengan mempergunakan hasil pada contoh 3.11 dan contoh 3.12 di muka dapat diperoleh Qd = -2P + 300 dan Qs = 4P, sehingga dengan cara eliminasi dapat diperoleh keseimbangan harga dan jumlah barang sebagai berikut: Qs 2 P 300 Qd 4 P 300 0 6 P 300 P 50 Untuk : Q = 4P Pada P - 50 : Q 4(50) Q200 Jadi keseimbangan permintaan dan penawaran barang dicapai pada harga Rp. 5O,- per unit dan jumlah barang 200 unit, atau dalam bentuk titik adalah E : (200,50). Sebaliknya dari segi konsumen, jika ia menganggap bahwa harga keseimbangan yang terjadi untuk sejumlah barang tertentu terlalu mahal, maka ia akan meminta produsen untuk menekan harga lebih rendah lagi, atau untuk harga yang sama konsumen akan meminta jumlah barang yang lebih sedikit Kedua gejala tersebut akan membuat fungsi permintaan turun ke bawah, yang pada akhirnya akan mengubah keseimbangan pasar bergeser ke kiri bawah. Contoh 3. 14 Untuk fungsi permintaan yang sama pada contoh sebelumnya produsen akan menawarkan unit barangnya pada harga Rp.15,- per unit lebih mahal dari harga sebelumnya. hitunglah keseimbangan barunya. Jawab: Fungsi penawaran mula-mula : Q= 4P atau P = 0,25Q Fungsi penawaran baru : P = 0,25Q + 15 atau: Q = 4P - 60 Keseimbangan baru menjadi : Qs = 4P - 60 Qd = -2p + 300 0 = 6P - 360 Qd = -2P + 300 Od =-2(60) 1 300 P = 60 Qd - 180 Jadi keseimbangan permintaan dan penawaran baru dari barang ‘X’ tercapai pada harga Rp. 60,- per unit dan jumlah barang sebanyak 180 unit, atau E’(180,60). Selengkapnya hasil-hasil perhitungan di atas dapat digambarkan seperti pada gambar 3.9. Gambar : 3.9: keseimbangan Baru Pasar Barang Karena Harga Naik Rp.15,Per Unit. c. Kebijakan Pajak dan Subsidi Fungsi penawaran dibentuk dengan anggapan bahwa faktor-faktor selain harga seperti pajak dan subsidi adalah tetap tidak berubah (ceteris paribus). Dengan demikian jika pajak dikenakan dan atau subsidi diberikan kepada produsen, maka faktor-faktor tersebut dapat merubah fungsi penawarannya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pula keseimbangan pasar yang sebelumnya telah terbentuk. Pernbahasan berikut akan membicarakan keseimbangan pasar setelah dipengaruhi oleh pajak dan subsidi, baik berdasarkan unit yang ditawarkan maupun secara proporsional. a. Pajak Per Unit Pajak yang dikenakan kepada barang yang dihasilkan oleh produsen, misalnya sebesar t, pada awalnya merupakan biaya bagi produsen, tetapi karena produsen pada umumnya tidak bersedia mengurangi laba yang akan diterimanya, maka beban pajak tersebut berusaha untuk dibebankan kepada konsumen. ha itu mengakibatkan fungsi penawaran akan bergeser ke kiri atas, sebab untuk jumlah barang yang sama produsen akan meminta harga yang lebih tinggi, yang ditunjukkan oleh fungsi penawaran baru, yaitu : Pt = P + t Pt = (aQ + b) Pt = aQ + ( b + t ) Akibatnya selanjutnya adalah bahwa pada keseimbangan pasar yang baru, tingkat harga keseimbangan akan lebih tinggi, tetapi jumlah keseimbangan barang rnenjadi lebih rendah dari sebelumnya. Selanjutnya pengenaan kebijakan pajak akan mempengaruhi tiga pihak, yaitu konsumen, produsen dan pemerintah, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.10 Gambar 3.10 : keseimbangan pasar sesudah pajak per unit Keterangan : S : Penawaran sebelum pajak S1 : Penawaran sesudah pajak D : Permintaan konsumen E : Keseimbangan pasar sebelum pajak Et : Keseimbangan pasar sesudah pajak PtEtAP : Besarnya pajak konsumen PAB PsQt : Besarnya pajak produsen PtEtB PsQt : Pajak diterima pemerintah Dengan melihat gambar diatas, maka dapat diketahui bahwa konsumen akan memperoleh akibat pengenaan pajak dari barang yang. Dibelinya Karena harga yang dibebankan kepadanya menjadi lebih tinggi dari sebelumnya sedangkan jumlah barang yang diperolehnya menjadi lebih rendah beban pajak keseluruhan (total) yang harus ditanggung oleh konsumen adalah sebesar selisih dan harga keseimbangan baru dan lama (pajak per unit ditanggung konsumen) dikalikan jumlah barang dari keseimbangan baru, yaitu : Tkons = (Pt - P)Qt Untuk Atau Pt - harga keseimbangan baru (sesudah pajak) P - harga keseimbangan sebelum pajak Ot - jumlah keseimhangan baru (sesudah pajak) jumlah pajak yang akan diterma pemerintah setelah dikurangi dengan pajak yang dibayar produsen, yaitu : Tkons = Ppem - Pprod Beban pajak yang ditanggung oleh produsen adalah sebesar sisa pajak yang belum dibayarkan oleh konsumen (pajak per unit ditanggung Produsen) dikalikan dengan jumlah barang pada keseimbangan baru, yaitu Tprod = (t- (Pt – P))Qt Atau selisih antara harga keseimbangan sebelum pajak dengan harga dari fungsi penawaran sebelum pajak pada jumlah keseimbangan barang yang baru yang kemudian dikalikan dengan jumlah keseimbangan yang baru tersebut, sehingga menjadi : Tprod = (P - PsQt – P)Qt Atau, jumlah pajak yang akan diterima pemerintah setelah dikurangi dengan pajak yang dibayar konsumen, yaitu : T prod = Ppem - Pkons Kebijaksanaan pajak merupakan usaha pemerintah untuk memperoleh pendapatan dari wajib pajak (masyarakat, badan usaha). Dalam konteks keseimbangan pasar di atas, maka besarnya pendapatan pemerintah adalah sebesar beban pajak per unit dikalikan jumlah barang pada keseimbangan yaitu : T pem = t. Qt Atau, selisih antara harga kesimbangan sesudah pajak (Pt) dengan harga dari fungsi penawaran sebelum pajak pada jumlah keseimbangan yang baru tersebut, sehingga diperoleh : Tpem = (Pt - PS.Qt) Qt Atau, Jumlah pajak yang akan dibayar produsen ditambah dengan pajak yang dibayar konsumen, yaitu : Tpem – Tprod – Tkons Contoh 3.15: Keseimbangan pasar suatu barang sebelum pajak dari fungsi permintaan P = -0,50Q + 150 dan fungsi penawaran P = 0,25Q adalah Rp.50,- per unit dan 200 unit. Setelah barang tersebut dikenakan pajak Rp.75,- per unit, berapakah keseimbangan baru barang tersebut total pajak yang harus dibayarkarn konsumen dan produsen, serta total pajak yang akan diterima pemerintah ? Jawab : - Fungsi penawaran sebelum pajak : P = 0,25Q - Fungsi penawaran sesudah pajak : P = 0,25Q + 75 - Keseimbangan baru adalah : Pd = -0,50Q + 150 Ps = 0,25Q + 75 (-) 0 = -0,75Q + 75 Ps = -0,25Q + 75 Ps = - 0,25 (100) + 75 Q = 100 P – 100 Dengan Cara yang lain : - Fungsi penawaran sebelum pajak : P = 0,250 Atau : Q = 4P - Fungsi penawaran sesudah pajak : Q = 4P - P (75) karena : a - 0,25 – 1/4 - Fungsi permintaan menjadi : Q = -2P / 300 - Keseimbangan baru adalah : Qd = -2P + 300 Qs = 4 P - 300 0 = -6 + 600 Qs = 4P - 300 Qs = 4(100)-300 Q = 100 Q = 100 Jadi keseimbangan baru pasar barang ‘X’ tereapai pada harga Rp. 100,per unit dan jumlah barang 100 unit, atau E (100,100). Apabila hasil-hasil tersebut digambar akan nampak seperti pada Gambar 3.11: Gambar 3.11 : Keseimbangan Pasar Sesudah Pajak Per-unit Rp.75,Dari Gambar 3.11 tersebut, maka dapat diketahui total pajak yang akan dibayarkan konsumen dan produsen, serta yang akan diterima pemerintah, sebagai berikut : - Pajak dibayar konsumen = Tkons Tkons = (Pt - P) Qt = (100 - 50)100 = 5.000 Jadi pajak yang dibayar konsumen sebesar Rp. 5.000 - Pajak dibayar produsen = Tprodusen Tprod = (t - (Pt - P)) Qt = {75 - (100-50)) 100 = (25) 100 - 2.500 Atau : Tprod = (P - Ps - Qt) Qt = {50 - (0,25.100)) 100 = (50 - 25) 100 = 2.500 jadi pajak yang dibayar produsen sebesar Rp. 2.500 - Pajak dihavar konsumen = Tpem Tpem = t.Qt = 75 (100) - 7.500 Atau : Tpem = (Pt - Ps.Qt) Qt = (100 – (0,25.100)) 100 = 75 (100) -7.500 Atau : Tpem = T prod + T kons = 2.500 + 5000 = 7.500 jadi pajak yang di terima pemerintah sebesar Rp. 7.500 Contoh 3.16 : Dari suatu penelitian diketahui bahwa permintaan radio di suatu pasar dapat diformulasikan sebagai P = -2Q + 40 sedangkan penawarannya adalah P – 0,5Q. Apabila pada keadaan tersebut pemerintah bermaksud mengenakan pajak sebesar Rp. 10,- maka hitunglah : a. Keseimbangan pasar sebelum pajak b. Keseimbangan pasar sesudah pajak c. Pajak yang diterima produsen d. Pajak yang dibayar konsumen e. Pajak yang dibayar pemerintah Jawab : a. Keseimbangan Pasar Sebelum Pajak Fungsi penawaran : P – 0,5Q Fungsi permintaan : P – -2Q + 40 0 – 2,5Q + 40 Pada : Q = 16 ; Q - 16 P = 0,5Q = 0,5(16) P=8 Jadi keseimbangan pasar sebelum pajak adalah (16,8) b. Keseimbangan pasar sesudah pajak Fungsi penawaran : P = 0,5Q + 10 Fungsi perrnintaan : P = -2Q + 40 Q – 12 0 = 2,5Q - 30 Pada : Q = 12 ; P = 0,5 Q + 10 = 0,5(12) + 10 P=8 Jadi keseimbangan pasar sesudah pajak adalah (12,16) c. Pajak yang diterima produsen = T prod T prod = (P – Ps.Qt) Qt = (8 - 0,5 ( 12 ) T prod =24 jadi pajak yang dibayar produsen sebesar Rp. 24,- d. Pajak yang dibayar konsumen = T kons T kons = (Pt - P) Qt = (16 - 8) 12 T kons = 96 jadi pajak yang dihayar konsumen sebesar Rp. 96,- e. Pajak yang dibayar pemerintah T pem = t.Qt = 10 ( 12) T pem = 120 Jadi pajak yang diterima pemerintah sebesar Rp. 12O,- b. Pajak Proporsional Selain pajak per unit yang jumlahnya atau besarnya tetap, pemerintah juga dapat mengenakan pajak proporsional terhadap harga barang yang ditetapkan oleh produsen. Jumlah pajak yang akan diterima pemerintah adalah sejumlah tertentu dari harga. Dengan demikian semakin tinggi harga yang ditetapkan oleh produsen, maka semakin tinggi pula pajak yang diterima oleh pemerintah. Jika penawaran diidentifikasikan sebagai P = aQ + b, maka Pt = P + t.P Pt = ( 1 + t )P Pt = ( 1 + t ) ( aQ + b ) Untuk : Pt = harga baru setelah pajak dikenakan t = pajak proporsional, dalam prosentase (%) Dari rumus tersebut dapat diduga bahwa untuk jumlah yang lama, maka harga akan mengalami kenaikan dari harga sebelum pajak. Sedangkan jika harga tetap tidak berubah, maka jumlah barang, yang ditawarkan semakin sedikit. Demikian pula jumlah keseimbangannya. hal itu ditunjukkan oleh rumus berikut P = (1 + t)(aQ + b) aQ b 1 t Q1 b (1 t )a a Konsep tersebut di atas, dan akibat pengenaan pajak proposional terhadap konsumen dan pemerintah dapat digambarkan seperti yang terlihat pada Gambar Gambar 3.12 : Keseimbangan pasar baru sesudah pajak proposional Berdasarkan Gambar 3.12 tersebut,maka jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh konsumen adalah Pt, Et, AP, yang dibayarkan produsen sebesar P A Bs.Qt, serta yang akan diterima pemerintah yaitu P4, E4, B, Ps.Qt, sehingga secara matematis masing-masing dapat di hitung sebagai berikut : T kom = ( Pt - P )Q, T kom = T pem - T prod T prod = ( P - Ps.Qt ) Q1 T prod = T pem - T kom T pem = ( tPtQt ) : ( 1 + t ) T pem = ( t.P s.Qt )Q1 T pem = ( Pt- P s.Qt ) Qt T pem = T kom + T prod Untuk : t = Pajak proporsional (%) P = Harga keseimbangan sebelum pajak Pt = Harga keseimbangan baru (sesudah pajak) Qt = Jumlah keseimbangan baru P s.Qt = Harga penawaran sebelum pajak pada jumlah keseimbangan baru Gambar 3.17: Dari fungsi penawaran P = 0,25Q dan fungsi permintaan P = -0,50Q + 150 seperti pada Contoh 3.14 pemerintah mengenakan pajak sebesar 20% dari harga penawaran produsen. Tentukanlah keseimbangan sesudah pajak maupun pajak yang dibayarkan konsumen dan produsen. serta pajak yang akan diterima pemerintah. Jawab. - Fungsi penawaran sebelum pajak : P - 0,25Q - Fungsi penawaran sesudah pajak : P = ( 1 + 20% ) 0.25Q = 0,30Q - Keseimbangan baru menjadi : Pd = -0,50Q + 150 Ps = -0,30Q 0 = -0,80Q + 150 Ps = 0,30Q (+) = 0,30( 187,5) Q = 187,5 P = 56,25 Apabila hasil tersebut digambarkan, maka akan nampak seperti yang tersaji pada Gambar 3.14 Gambar 3.13: Keseimbangan Pasar Sesudah Pajak Proporsiona1 20 % Pajak yang diterima pemerintah, serta yang dibayarkan oleh konsumen dan produsen adalah : - Pajak pemerintah = T pem T pem = ( t.Pt.Qt ) : ( 1 + t ) = { 20% (56,25)187,5 } : ( 1 + 20% ) T pem = 1.757,8 Atau : T pem = t.( Ps.Qt ).Qt = 20% {0,25(187,5)} 187,5 T pem = 1 .757,8 Atau juga : T pem = ( Pt - Ps.Qt ).Qt = {56,25 - 0,25(187,5)} 187,5 T pem = 1.757,8 Jadi pajak yang diterima pemerintah sebesar Rp. 1.757,8,- Pajak konsumen = Tkons Tkons = (Pt.P).Qt = (56,25 - 50)187,5 Tkons = 1.171,9 Jadi pajak yang dibayar konsumen sebesar Rp. 1.171,9,- Pajak produsen = Tprod Tprod = Tpem - Tkons = 1.757,8 – 1.171,9 Tprod = 585,9 atau : Tprod = (P – PsQt).Qt = {(50 – 0,25)(187,5)}.187,5 Tprod = 585,9 Jadi pajak yang dibayar produsen sebesar Rp. 585,9, Contoh 3.18: Diketahui fungsi permintaan sepeda motor adalah Q = -2P + 240, sedangkan fungsi penawarannya adalah P = 4Q + 7,5. Jika pemerintah memungut pajak sebesar 10% dari tingkat harga penawaran, hitunglah : a. Keseimbangan pasar sebelum pajak b. Keseimbangan pasar sesudah pajak c. Pajak yang diterima pemenintah d. Pajak yang dibayar konsumen e. Pajak yang dibayar produsen Jawab: a. Keseimbangan pasar sebelum pajak : Fungsi permintaan : Q = -2P + 240 Atau: P = O,5Q + 120 Fungsi penawaran: P = 4Q + 7,5 (-) 0 = -4,5Q + 112,5 Pada Q = 25; P = 4Q + 7,5 Q = 25 P = 4(75) + 7,5 P = 107,5 Jadi keseimbangan sebelum pajak adalah (25; 107,5) b. Keseimbangan pasar sesudah pajak : f ungsi penawaran sesudah pajak adalah: P = (1 + 0,1)(4Q + 7,5) P = 4,4Q + 8.25 Fungsi permintaan: P = -0,5Q + 120 0 = 4,9Q - 111,75 Pada: Q = 22,8: P = -0,5Q + 120 Q = 22,8 P = -0,5(22,8) + 120 P = 108,6 Jadi keseimbangan sesudah adanya pengenaan pajak adalah (22,8; 108,6). c. Pajak diterima pemerintah = Tpem Tpem = L(Ps.Qt) = 10%.{4(22,8)+7,5)22,8 Atau: Tpem Tpem = 225,04 = (t.Pt.Qt) : (1 + t) = { 10%(108,6)22,8} : (1 + 10%) Tpem = 225,04 Jadi pajak yang diterima pemerintah sebesar Rp. 224,04,d. Pajak dibayar konsumen = Tkons Tkons = (P, - F).Qt = (108,6 - 107,5).22,8 Tkons = 25,08 Jadi pajak yang dibayar konsumen sebesar Rp. 25,08,e. Pajak dibayar produsen = Tprod Tprod = Tpem - Tkons = 225,04 - 25,08 Tprod =199,96 Jadi pajak yang dibayar produsen sebesar Rp. 199,96,- c. Subsidi Per Unit Kebijaksanaan pemberian subsidi atas suatu barang oleh pemerintah dimaksudkan agar produsen dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih rendah dari yang seharusnya, sehingga konsumen dapat memenuhi kebutuhan barang tersebut dengan harga yang terjangkau. Subsidi yang berfungsi sebagai pengurang biaya poduksi akan membuat harga barang menjadi lebih murah. Hal itu akan mengakibatkan fungsi penawaran bergeser ke kanan bawah, sehingga dengan jumlah barang yang sama produsen mampu mengenakan harga baru yang lebih rendah dari yang sebelumnya. Penjelasan tersebut dapat dikonfirmasikan ke dalam bentuk matematis menjadi: Ps = P – s Ps = (aQ + b) – s Ps = aQ + (b – s) Notasi Ps adalah harga penawaran produsen sesudah ada subsidi, P sebagai harga penawaran sebelum subsidi dan s menunjukkan besarnya subsidi per unit barang. Akibat adanya subsidi bagi keseimbangan pasar adalah bahwa keseimbangan harga akan menjadi lebih rendah, sedang jumlah barang keseimbangan menjadi lebih banyak. Di samping itu, sebagaimana halnya pada pembahasan pengenaan pajak pada kebijaksanaan pemberian subsidi ini akan menyangkut kepentingan konsumen, produsen dan pemerintah, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 114. S = Penawaran sebelum subsidi Ss = Penawaran sesudah subsidi D = Permintaan Ps.QsPBA = suibsidi produsen subsidi PPsEsB = subsidi konsumen Ps.QsPsEsA = subsidi pemerintah Gambar 3.14 : keseimbangan Pasar Sesudah Subsidi Per Unit Dari Gambar 3. 14 tersebut bahwa besarnya total subsidi yang akan dinikmati oleh konsumen adalah sebesar selisih harga keseimbangan lama dan baru (subsidi konsumen per unit) dikalikan dengan jumlah barang pada keseimbangan baru, yaitu: Skons = (P – Ps) Qs Dengan ketentuan P adalah harga keseimbangan pasar sebelum subsidi, Ps sebagai harga keseimbangan pasar sesudah subsidi dan Qs yaitu jumlah keseimbangan pasar sesudah subsidi. Di samping itu perhitungan dapat juga dilakukan berdasarkan pada selisih subsidi yang dibayar pemerintah dengan subsidi yang telah dinikmati produsen, yaitu menjadi: Skons = Spem - Sprod Sedangkan total subsidi yang dinikmati oleh produsen sebesar sisa dari seluruh subsidi yang tidak dinikmati oleh konsumen (subsidi produsen per unit) dikalikan dengan jumlah barang dalam keseimbangan baru, yaitu: Sprod = {s – (P – Ps)}Qs Subsidi produsen juga dapat dihitung dari selisih harga dari fungsi penawaran pada jumlah keseimbangan barang sesudah subsidi (Ps.Qs) dengan harga keseimbangan sebelum subsidi, dikalikan dengan jumlah keseimbangan barang yang baru, sehingga menjadi: Sprod = (Ps.Qs – P) Qs Di samping itu dapat pula dihitung dari selisih subsidi yang dibayar pemerintah dengan subsidi yang telah dinikmati konsumen, yaitu: Sprod = Spem – Skons Adapun total jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah adalah sebesar jumlah subsidi per unit dikalikan dengan jumlah barang dalam keseimbangan baru, yaitu: Spem = s.Qs Atau; berdasarkan selisih harga dari fungsi penawaran pada jumlah keseimbangan barang sesudah subsidi (Ps.Qs) dengan harga keseimbangan sesudah subsidi, dikalikan dengan jumlah keseimbangan barang yang baru; sehingga menjadi: Spem = (Ps.Qs – Ps) Qs Atau melalui cara perhitungan sederhana, yaitu dengan menjumlah subsidi yang telah dinikmati produsen dan konsumen sebagai berikut: Spem = Sprod + Skons Contoh 3.19. Dengan menggunakan contoh sebelumnya tentang pola penawaran Q = 4P dan pola permintaan barang yang sama Q = -2P + 300, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp. 37,50. Tentukanlah harga dan jumlah keseimbangan pasar yang baru, subsidi yang akan dinikmati konsumen dan produsen serta subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah Jawab: - Fungsi penawaran sebelum subsidi: Q = 4P menjadi: P = 0,25Q - Fungsi penawaran sesudah subsidi: P = 0,25Q = 37,5 - Fungsi permintaan: Q = -2P + 300 menjadi: P = -0,5Q + 150 - Keseimbangan baru menjadi: PD = -0,50Q + 150 Ps = 0,25Q - 37,5 - 0 = 0,75Q +187,5 Q = 250 P = 0,25Q + 37,5 = 0,25(250) - 37,5 P = 25 Jadi keseimbangan baru barang `X' tercapai pada harga Rp. 25,per unit dan jumlah barang sebanyak 250 unit, atau (250,25) Apabila hasil keseimbangan pasar sebelum dan sesudah subsidi tersebut di atas digambarkan akan nampak seperti pada Gambar 3.15. Gambar 3.15 : Keseimbangan Pasar Sesudah Subsidi Rp. 37,50 Dari gambar 3.15 tersebut, maka subsidi yang diterima konsumen dan produsen, serta yang dibayar oleh pemerintah dapat dihitung sebagai berikut: - Subsidi dinikmati konsumen = Skons Skons = (P - Ps)Qs = (50 - 25) 250 Skons = 6.250 Jadi subsidi yang dinikmati konsumen sebesar Rp. 6.250,- - Subsidi dinikmati produsen = Sprod Sprod = {s - (P - Ps) }Qs = {37,5 - (50 - 25)} 250 Sprod = 3.125 = {0,25(250) - 50} 250 Sprod = 3.125 = (12,5 )250 Atau: Sprod = (Ps.Qs – P)Qs Jadi subsidi yang dinikmati produsen sebesar Rp. 3.125 - Subsidi dibayar pemerintah = Spem Spem = S.Qs = 37,5(250) Spem = 9,375 Atau: Spem = (Ps.Qs – Ps) Qs = {0,25(250) – 25}250 Spem = 9,375 Atau : Spem = Sprod + Skons = 3.125 -+ 6.250 Spem = 9,375 Jadi subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp. 9.375,Contoh 3.20 : Diketahui fungsi penawaran ban kendaraan angkutan adalah. P = 0,50Q + 20 dan fungsi permintaannya P = 0,25Q + 50. Jika pada keadaan tersebut pemerintah memberi subsidi kepada barang tersebut sebesar Rp. 15, per unit, maka tentukanlah: a. Keseimbangan sebelum adanya subsidi b. Keseimbangan sesudah adanya subsidi c. Subsidi per unit yang dinikmati konsumen dan produsen Jawab : a. Keseimbangan sebelum subsidi : Fungsi penawaran: P = 0,50Q + 20 Fungsi permintaan: P = -0,25Q + 50 (-) O = 0,75Q - 30 Q = 40 F = 40 Pada Q = 0 P = 0,50Q + 20 P = 0,50(40) + 20 Jadi keseimbangan pasar sebelum adanya subsidi dan pemerintah adalah (40,40). b. Keseimbangan sesudah subsidi : Fungsi penawaran sesudah subsidi : P = (0,50Q + 20) – 15 P = 0,50Q + 5 Keseimbangan pasar yang baru: P = 0,50Q + 5 P = -0,25Q + 5 O = 0,75Q – 35 (-) Q = 60 Pada: P = 0,50Q + 5 = 0,50(60) + 5 P = 35 Jadi keseimbangan pasar setelah adanya subsidi dari pemerintah adalah (60,35). c. Subsidi per unit diterima konsumen = Skons Skons = P – Ps = 40 - 35 Skons = 5 Subsidi per unit diterima produsen = Sprod Sprod – Spem – Skons – 15 = 5 Sprod = 10 d. Subsidi Proporsional Pada umumnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyatnya atau lnstitusi tertentu kepada karyawannya akan berupa subsidi per unit, namun karena pertimbangan tertentu pemberian subsidi kadangkala diberikan dalam bentuk proporsional dari harga barang yang ditawarkan oleh produsen. Jika demikian halnya, maka seperti subsidi per unit yang penerapannya hampir sama dengan pajak per unit, maka untuk subsidi proporsional ini penerapannya juga hampir sama dengan pajak proporsional Jika fungsi penawaran sebelum adanya subsidi proporsional diidentifikasikan sebagai P = aQ + b, maka sesudah adanya subsidi fungsi penawaran akan berubah menjadi sebagai berikut: Ps =P - sP Ps = (1 - s)P Ps = (1 – s)(aQ+b) Rumus tersebut untuk menunjukkan bahwa dengan adanya subsidi proporsional, maka harga barang bersangkutan akan menjadi lebih murah sebesar proporsi subsidi yang diberikan. Selanjutnya dengan menggunakan rumusan di atas dan kemudian dilakukan manipulasi matematis, maka dapat dilakukan perhitungan, untuk memperoleh keseimbangan pasar barang dengan jumlah yang lebih banyak, yaitu seperti yang ditunjukkan dengan menggunakan rumus berikut : P (1 s)( aQ b) P aQ b 1 s Qs P b (1 s)a a Sedangkan pengaruh subsidi proporsional bagi pemerintah, konsumen dan produsen dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : - Subsidi yang dibayarkan pemerintah == Spem S pem ( S .Ps.Qs ) : (1 s ) S pem S .( Ps.Qs )Qs S pem ( Ps.Qs Ps )Qs S pem S kons S prod - Subsidi yang akan dinikmati konsumen = Skons Skons ( P Ps )Qs S kons S pem S prod - Subsidi yang dinikmati oleh produsen = Sprod S prod ( Ps.Qs P)Qs S prod S pem S kons Contoh 3.21: Dari pola penawaran P = 0,25Q dan pola permintaan barang P = -0,50Q : 150 seperti pada contoh sebelumnya, pemerintah akan memberikan subsidi terhadap barang tersebut sebesar 60% dari harga yang ditawarkan produsen ke pasar. Dari data tersebut, hitunglah: Jawab : a. Keseimbangan Baru (sesudah subsidi): - Fungsi penawaran sebelum subsidi: P = 0,25Q - Fungsi penawaran sesudah subsidi: Ps = (1- 60%)0,25Q - Keseimbangan baru menjadi: Ps = 0,10Q P = -0,50Q + 150 O = 0,60Q + 150 Q = 250 Ps = 0,10Q Pada Q = 250 : Ps = 0,10Q = 0,10(250) Ps = 25 Jadi keseimbangan pasar yang baru terjadi pada (250,25) b. Subsidi yang dibayar pemerintah dapat dihitung sebagai berikut: - Subsidi pemerintah = Spem Spem = (S.Ps.Qs) : (1 – s) = 60%(25)(250) : (1 - 60%) Spem = 9.375 Spem = 9.375 Spem = 9.375 Atau : Spem = s( Ps.Qs – Ps)Qs = 60%{0,25.(250)}250 Atau juga : Spem = (Ps.Qs - Ps)Qs ={0,25(250) - 25}250 Jadi subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp. 9.375,c. Besarnya subsidi yang akan diterima oleh konsumen dan produsen adalah: - Subsidi konsumen = Skons Skons = (P - Ps)Qs = (50 - 25)250 Skons = 6.250 Jadi subsidi yang diterima konsumen sebesar Rp 6.250,Subsidi produsen Sprod Sprod (Ps Qs P)Qs (0.25(2.50) 50)250 Sprod 3.125 Atau Sprod - Spem – Skons - 9.375 – 6.250 Sprod 3.125 Jadi subsidi yang dinikmati produsen sebesar Rp. 3.125,Berdasarkan pada hasil-hasil tersebut di atas, maka selengkapnya dapat dibuat grafiknya Seperti yang tercermin pada gambar 3 16: Gambar 3.16 Keseimbangan pasar baru sesudah subsidi 60% Fungsi penawaran suatu bahan bakar ditunjukkan oleh formulasi : P = - 5Q + 500. sedangkan permintaan dari para pemakai adalah P = - 50Q + 500. Apabila pemerintah memberi subsidi terhadap bahan bakar tersebut scbesar 20 % dari harga penawaran produsen, maka tentukanlah: a. Berada subsidi yang dinikmati produsen dan konsumen. b. Berapa subsidi yang akan dibayarkan oleh pemerintah. Jawab: a. Keseimbangan sebelum subsidi: Fungsi penawaran: P = 50 + 500 Fungsi permintaan: P - -50Q + 1.500 0 - 10Q + 1.000 (-) Q – 1000 Pada Q -100 : P=-5Q + 500 P-5(100) + 500 P-1.000 Fungsi punawaran baru : P – 4Q + 400 P - ( 4 - 20% )(5Q + 500) Keseimbangan sesudah subsidi: Pada Q = 122.22 : P = 4Q + 400 P = 4(122.22) + 400 P- 888,88 Sehingga : Subsidi produsen - Sprod Sprod = (Ps.Qs - P)Qs = (5.122,22 + 500) + 1.000 122,22 = 111,1(122,22) Sprod = 13.578,64 Jadi subsidi yang dinikmati produsen sebesar Rp 13.578,64 - Subsidi konsumen = Skons Skons = (P - Ps)Qs = ( 1.000 - 888,88)122,22 Skons = 13.581.09 Jadi subsidi yang dinikmati konsumen sebesar Rp. 13.581,09 - Subsidi pemerintah = Spem Spem = (S. Ps.Qs) : (1 – s ) = 20%( 888,88)(122,22) : (1 : 20% ) Spem = 27.159,73 Jadi subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp. 27.159,73 4. Keseimbangan pasar dua barang Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya bahwa pada kenyataanya permintaan akan suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga barang tersebut, tetapi juga oleh faktor-faktor lain yang bkarena untuk penyederhanaan dalam pembahasan dan perhitungan dianggap tetap (ceteris paribus) untuk mengetahui hubungan suatu barang dengan barang yang lain misalnya efek substitusi (menggantikan) atau komplementer (melengkapi), perlu ditambahkan variabel harga barang, lain pada fungsi permintaan atas barang tersebut dengan demikian permintaan masing-masing barang yang ingin diketahui hubunganya adalah fungsi dari harga dua macam barang tersebut, yang dapat dinotasikan menjadi : Qx – f(Px,Py) = -aPx bPy + c Qy – f(Py, Px) = -aPx bPy + c Untuk : Qx = permintaan barang X Oy = permintaan barang Y a = koefisien harga barang X c = konstanta bebas barang X dan Y Px = harga barang X Py = harga barang Y . Dari kedua persamaan (fungsi) tersebut bila diketahui penawaran masingmasing barang, maka dapat dicari keseimbangan pasar masing - masing barang tersebut, Yaitu dengan mempersamakan antara funrsi permintaan dan penawaran barang yang sama (Qxd = Qxs dan Qyd = Qys) dan kemudian hasil - hasilnya dapat diselesaikan dengan etode eliminasi atau substitusi, sehingga dapat diperoleh akar-akar dari harga dan jumlah keseimbangan pasar masing - masing barang. Di samping keseimbangan pasar tersebut, dapat dicari pula hubungan antara kedua barang tersebut, yaitu berupa hubungan substitusi atau komplementer. Kedua barang dikatakan mempunyai hubungan substitusi jika salah satu harga barang naik, misalnya Px, sedangkan harga barang yang lain tetap tidak berubah, misalnya Py, maka akan menyebabkan jumlah barang x (Qx) menjadi turun, tapi jumlah barang Y(Qy) mengalami kenaikan demikian pula jika Px turun dan Py tetap, maka akan mengakibatkan Qx naik tetapi Qy turun. Sedangkan hubungan kedua barang dikatakan komplementer jika salah satu harga barang turun (Px), sedangkan harga barang yang lain tetap tidak berubah (Py), maka akan mengakibatkan kenaikan permintaan pada kedua barang tersebut (X dan Y). jadi jika Px turun dan Py tetap maka akan mengakibatkan Qx dan Qy turun. Contoh 3.23: Diketahui bahwa pennintaan konsumen untuk barang X dan Y di suatu pasar adalah Qx = -3Px + 3Py + 5 dan Qy = 2Px 4Py + 10, sedangkan penawaran barang X dan Y yang dilakukan oleh penjual adalah Qx = 3Px - 6 serta Qy – 2Py + 8. dari data tersebut tentukanlah harga dan jumlah keseimbangan pasar masingmasing barang serta hubungan antara kedua barang. Jawab : Keseimbangan pasar barang X : Qxd = Qxs -3Px + 3Py + 5 = 3Px - 6 -6Px + 3Py = -11.......................(1) Keseimbangan pasar barang Y : Qyd = Qys 2Px - 4Py + 10 = 2Py – 8 2Px - 6Py + 10 = – 18................(2) Eliminasi : (1) (2) -6Px + 3Py = -11 (x2) 12Px + 6Py = -22 2Px - 6Py = - 11 (x1) 2Px + 6Py = -18 -10x = - 40 - 6Px + 3Py = -11 - 6(4) + 3Py = -11 3Py = -13 Qx = 3Px – 6 = 3 (4) – 6 Qy Py = 4,33 Qy = 6 = 2Py – 8 = 2(4,33) – 8 Qy = 0,66 Jadi keseimbangan dasar X dan Y adalah (6,4) dan (0,66) untuk mengetahui hubungan kedua barang, maka jika Px = 4 tetap dan Py = 3 akan mengakibatkan perubahan jumlah permintaan barang X dan Y sebagai berikut : Qx = -3Px + 3Py + 5 = -3(4) + 3(3) + 5 Qx Qx = 2 = 2Px - 4Py + 10 = 2(4) - 4(3) + 10 Qy = 6 Jadi kesimpulan dari hubungan antara kedua barang X dan Y tersebut adalah efek substitusi. Karena pada Py = 3 (turun Rp. 1,33 dari harga sebelumya) mengakibatkan Qy = 6 (naik sebanyak 5,44 unit) dan Qx = 2 (turun sebanyak 4 unit dari permintaan sebelumnya) Contoh 3.24 : Permintaan barang A dan B diformulasikan sebagai berikut Qa = -2Pa 3Pb + 20 dan Qb = -4Pa 4Pb - + 35, sedangkan penawaranya adalah : Qa = Pa + -2Pb - 10, serta Qb = 2Pa + Pb - 10. Berdasarkan data tersebut, hitunglah : a. Keseimbangan harga dan jumlah barang A dan B b. jika Pa = 3 dan Pb dianggap tetap, hubungan apa yang terjadi antara kedua barang. Jawab : a. Keseimbangan harga dan jumlah barang A dan B adalah : - Keseimhangan barang A : Qad - Qas -2Pa - 3Pb + -20 = Pa + 2Pb – 10 -3Pa - 5Pb = - 30 ................... (1) - Keseimbangan barang B : Qba - -4Pa + 3Pb + -20 = 2Pa + Pb – 10 -6Pa + 5Pb = - 45 ................... (2) eliminasi : ( 1 ) (2) -3Pa - 5Pb = -30 Qbs -6Pa - 5Pb = -45 3 Pa = 15 Pa = 5 -3Pa - 5 Pb = -30 -3(5) - 5Pb = -30 - 15 – 5Pb = -30 Pb – 3 Untuk pola permintaan Qa = -2Pa – 3Pb + 20 = -2(5) – 3(3) + 20 = -10 – 9 + 20 Qb Qa = 1 = -4Pa – 4Pb + 35 = -4(5) – 4(3) + 35 = -20 – 12 + 35 Qa = 3 Jadi keseimbangan pasar dari barang A dan B adalah (1,5) dan (11,3) b. Hubungan kedua barang dapat diketahui dengan porosedur sebagai berikut jika Pa = 3 dan Pb (tetap), maka : Qa = -2Pa – 3Pb + 20 = -2(3) – 3(3) + 20 = -6 – 9 + 20 Qb Qa = 5 = -4Pa – 4Pb + 35 = -4(3) – 4(3) + 35 = -12 – 12 + 35 Qa = 11 jadi barang A dan B tersebut mempunyai efek komplementer karena jika Pa turun sebesar Rp. 2,- (Pb tetap atau tidak berubah), maka akan mengakibatkan Qa dan Qb naik masing-masing sebanyak 4 unit dan 8 unit. 5. Fungsi biaya dan Penerimaan Dalam hubungannya dengan unit yang diproduksi atau dijual oleh suatu perusahaan, pengertian biaya dapat dibagi menjadi biaya total, biaya Variabel dan biaya tetap. biaya total (total cost = C ) adalah seluruh modal atau dana yang, barus dikeluarkan perusahaan untuk melaksanakan operasinya. biaya total terdiri dari hinya variabel total (variabel cost = VC) yaitu biaya yang sampai pada tingkat tertentu secara konstan berubah sesuai dengan perubahan jumlah yang diproduksi (dijual), dan hinya tetap total (fixed cost = FC) yaitu biaya yang sampai pada tingkat tertentu besarnya tetap dan tidak tergantung pada jumlah barang yang dihasilkan (dijual). Dengan demikian antara biaya variabel dan biaya tetap mempunyai sifat yang berbeda biaya variabel yang jumlah totalnya selalu berubah searah dengan perubahan unit yang diproduksi (dijual) itu disebabkan karena biaya variabel per unit besarnya adalah tetap biaya ini dapat terdiri dari biaya bahan langsung (bahan baku), upah tenaga kerja langsung di bagian produksi atau biaya pemasaran langsung. Adapun biaya tetap sebaliknya, karena secara total besarnya tidak berubah, maka biaya tetap per unit akan semakin rendah (kecil) jika unit yang dipruduksi (dijual) oleh perusahaan semakin besar jumlahnya biaya ini berupa biaya bahan tidak langsung (penolong), upah tenaga kerja tidak langsung di bagian produksi (mandor dan teknisi), biaya overhead pabrik, biaya administrasi atau biaya pemasaran langsung. Pernyataan berikut di atas bila dibuat notasi matematisnya sebagai berikut : Biaya tetap FC - k Biaya variabel VC - f(Q) = aQ Biaya total : - FC + VC atau C – k + aQ C a + biaya variabel perunit Apabila pengertian dan fungsi biaya-biaya tersebut diatas digambarkan, maka akan nampak sebagai berikut : Gambar 3.17: Hubungan biaya-biaya produksi Dari Gambar 3.17 dapat dijelaskan bahwa biaya variabel total bertolak dari titik origin, karenajika tidak ada unit yang diproduksi dan dijual, maka perusahaan tidak akan mengeluarkan biaya variabel ini. Namun pada saat perusahaan tidak melakukan produksi dan penjualan, maka perusahaan tetap akan mengeluarkan biaya tetap. Contoh 3.25: Kalkulasi biaya di perusahaan PRES-LIAT yang menghasilkan genteng adalah biaya tetap sebesar Rp. 200.000,- dan biaya variabel per unit sebesar Rp. 50,- dari data tersebut, tentukanlah a. Fungsi biaya totalnya b. Biaya totalnya jika diproduksi genteng 5.000 unit c. jumlah yang diproduksi jika biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 400.000,dan Rp.500.000,d. Gambar hasil-hasil tersebut Jawab : a. Biaya tetap : C = FC + VC = k + aQ C = 200.000 + 50Q Jadi fungsi biaya totalnya adalah C = 200.000 + 50Q b. Jika Q = 5.000 C = 200.000 + 50Q = 200.000 + 50(5.000) Q = 450.000 Jadi biaya total untuk memproduksi 5.000 unit adalah Rp. 450,000, c. Jika C = 400.000 C 400.000 Jika C = 500.000 C 500.000 = 200.000 + 50Q = 200.000 + 50Q Q = 4.000 = 200.000 + 50Q = 200.000 + 50Q Q = 6.000 Jadi jumlah produksi pada biaya Rp. 500.000 adalah Rp. 6000,d. Hasil-hasil tersebut diatas apabila dibuat grafiknya akan nampak seperti pada gambar 3.18 : Gambar 3.18 : Fungsi Biaya total C = 200. 000 + 50Q Kebalikan dari biaya adalah penerimaan/penghasilan (Revenue = R), yang merupakan besaran atau nilai dari hasil kali jumlah unit yang berhasil dijual oleh perusahaan dengan harga jual produk tersebut. dalam hal ini variabel harta (P) merupakan variabel yang mempunyai nilai tetap, sedangkan variabel barang (unit = Q) adalah variabel yang berubah-ubah besarnya. Dengan demikian berarti jumlah penerimaan adalah fungsi dari jumlah barang, sehingga (1) semakin besar jumlah barang yang terjual, maka akan semakin besar pula penerimaannya serta, (2) fungsi bertolak dari titik pangkal, karena pada penjualan nol maka penerirnaannya juga nol. Berdasarkan pernyataan di atas, maka notasi matematis fungsi penerimaan atau penghasilan penjulan barang adalah sebagai berikut : R = f(Q) = PQ Adapun jika pernyataan dan rumusan matematis diatas diukiskan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti pada Gambar 3.19. Gambar 3.19 : Fungsi penerimaan Contoh 3.26 Pada suatu jangka waktu tertentu perusahaan PRES-LIAT berhasil menjual genteng produksinya dengan harga Rp. 90,- per unit. berdasarkan data tersebut, tentukanlah a. Fungsi penerimaanya b. Jumlah penerimaan pada penjualan 5.000 unit c. Jumlah unit vang terjual jika penerimaannya adalah sebesar Rp. 300.000 dan Rp. 540.000 d. Gambarlah hasil-hasil tersebut di atas jawab : a. Fungsi penerimaan : R - PQ R = 90Q b. Pada Q R = 90Q = 5000 = 90 (5.000) c. Jika R = 360.000 R = 90Q 360.000 = 90Q Jika R = 540.000 R = 450.000 Q = 4.000,- R = 90Q 540.000 = 90Q Q = 6.000,- Jadi jumlah unit yang terjual jika penerimaannya, Rp. 360.000,- adalah 4.000 unit. d. Gambar hasil-hasil tersebut di atas seperti yang terlihat pada gambar 3.20 Gambar 3.20 : Fungsi Penerimaan R= 90Q 6. Hubungan Biaya dan Penerimaan Biaya dan penerimaan yang telah disinggung dimuka adalah persamaan yang merupakan fungsi linier dari jumlah produk. dengan asumsi bahwa jumlah yang diproduksi dapat dijual semua dan bahwa jumlah produk merupakan variabel independen, sedangkan biaya dan penerimaan sebagai variabel independen, maka kedua persamaan fungsi tersebut dapat dipertemukan untuk mencari jumlah penerimaan penjualan barang yang dapat menutup seluruh biaya produksinya atau mencapai titik impas (break even point R = C). Atau jumlah biaya dan penerimaan penjualan yang menghasikan efek mengutungkan (R = C), maupun yang menghasilkan efek merugikan dengan demikian konsep biaya dan penerimaan ini atau lebih dikenal dengan Analisis Break Even, dapat digunakan untuk merencanakan penjualan agar perusahaan : 1. Tidak mengalami rugi atau laba (titik impas). 2. Memperoleh laba atau mengalami rugi pada tingkat tertentu Keterangan tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.21. Gambar 3.21: Hubungan Biaya dan Penerimaan (1) Titik impas (Break Even Point = BEP) Titik impas terjadi pada saat fungsi penerimaan sama dengan fungsi biaya (R = C), atau efek laba (L) adalah sebesar nol. pada saat tersebut,jumlah produk dan total rupiah pada biaya dan penerimaan dalam keseimbangan. dengan demikian, maka : L =R-C=0 R =C PQ = k + aQ PQ-aQ = k (P-a)Q = k Hasil lebih lanjut dan proses matematis tersebut adalah dapat diperoleh titik impas dalam jumlah barang (Q), sehingga dapat dibuat rumusnya sebagai berikut : BEP = Q = k pa Kemudian dengan memasukkan hasil BEP dalam Q tersebut ke dalam salah satu persamaan penerimaan atau biaya, maka dapat diperoleh jumlah rupiah dalam keseimbangan (BEP). Atau dengan rnenggunakan rumus : BEP(Rp) = k a 1 P Dengan menggunakan asumsi Yang berbeda dari unsur-unsur penyusun rumus diatas, maka dapat dibuat variasi rumus yang lain melalui modifikasi matematis sebagai berikut Jika diketahui biaya variabel dalam presentase (%a) dari harga, maka : BEP(Rp) = Q = k (1 %a) P Jika diketahui biaya variabel dalam total rupiah, maka: BEP(Rp) = k VC 1 R Contoh 3.27 : Dengan menggunkan contoh soal biaya dan penerimaan di muka dapat diketahui masing-masing fungsi adalah C = 200.000 + 50Q dan R = 90Q. Hubungkanlah kedua fungsi tersebut untuk memperoleh a. Titik Break Even (Unit dan Rupiah) b. Keadaan pada penjualan 4.000 dan 6.000 unit c. BEP jika Biaya variaibel adalah 60% dari harga d. BEP jika total penerimaan Rp. 500.000,- sedangkan biaya variabel adalah Rp. 400.000,e. Gambar dari hasil-hasil a dan b Jawab : a. BEP dalam unit BEP = Q = k pa = 200.000 90 50 Q = 5.000 BEP dalam rupiah : R = PQ = 90 (5.000) R = 450.000 Atau : C = k : 50Q = 200.000 + 50(5.000) C = 450.000 Atau juga : BEP = = k 1 a 200.000 50 1 90 BEP = BEP = 450.000 Q = 5.000 Jadi tilik impasnya terjadi pada saat (5.000 - 450.000) b. Q = 4.000, maka =R–C I.(Ru) = 90Q – (200.000 + 50Q) = 90(4.000) - 200.00 + 50Q(4.000) = -40.000 Q = 6.000, maka =R–C I.(Ru) = 90Q – (200.000 + 50Q) = 90(6.000) - 200.00 + 50Q(6.000) = -40.000 Jadi pada saat terjadi jumlah produksi (penjualan) sebanyak 4.000 unit perusahaan mengalami rugi Rp. 40.000,- dan pada tingkat produksi (penjualan) 6.000 unit dapat diperoleh laba sebesar Rp. 40.000,c. VC – 60% (P), BEP = ? BEP = = k (1 %a ).P 200.000 (1 60%) 90 BEP = 5.556 Jadi jika variabel 60% dari harga maka BEP adalah Rp. 5.556,d. VC = 400.000,- R = 500.000, BEP = ? BEP = k VC 1 R 200.000 BEP = BEP = 1.000.000 1 400.000 500.000 Jadi jika total penerimaan Rp. 500.000,- dan biaya variabel Rp. 400.000,- maka BEP adalah Rp. 1.000.000 e. Hasil-hasil perhitungan butir a dan b dapat dibuatkan gambarnya seperti pada Gambar 3.22 (2) Memperoleh Laba Tertentu Perusahaan yang berproduksi dengan fungsi biaya tertentu, dan menjualnya dengan fungsi penerimaan tertentu dapat menentukan sejumlah laba atau keuntungan dari operasinya tersebut. Laba yang ingin dicapai akan mengakibatkan jumlah penerimaan penjualan produk yang dibutuhkan akan semakin besar, yaitu menjadi sebesar biaya total ditambah dengan laba tersebut, atau R = C + Laba. Jika laba ditentukan berdasarkan sejumlah rupiah tertentu dan dengan biaya variabel per unit, maka jumlah penjualan yang harus untuk mencapai laba tersebut ialah : PQ = k + Aq + L (P-a) =k +L Q = kL Pa Jika laba dan biaya variabel ditetapkan berdasarkan tiap unit yang dijual atau diproduksi (1 dan a), maka jumlah penjualan yang harus dicapai adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Q= k PaL Sedangakan jika laba ditentukan berdasarkan prosentase (proporsional) terhadap harga (penerimaan/profil margin ), maka jumlah penjualan yang harus dicapai adalah : PQ = k + a.Q + 1% PQ PQ - a.Q - %PQ - k Q= k (1 %1) P a Dengan ketentuan bahwa (1 - %.L).P > a jika besarnya penjualan dalam bentuk satuan uang rupiah, sedangkan labanya berupa prosentase tertentu dari harga barang (%1). maka rumusannya berubah menjadi k Q= 1 a %1 P Adapun jika biaya variable dan laba diketahui berdasarkan prosentase tertentu dari harga tertentu dari harga. Maka jumlah penjualan yang barus dicapai perusahaan adalah : Q= k (1 %a %1) P Contoh 4.28 Berdasarkan data pada contoh 4.25. yaitu fungsi biaya : C = 200.000 + 50Q dan fungsi R = 90Q, tentukanlah a. Jumlah penjualan ( Q dan Rp ), jika diinginkan laba Rp. 40.000,b. Jumlah penjualan ( Q dan Rp ). jika diinginkan laba 10% dan 40% dari harga. c. Jumlah penjualan ( Q dan Rp ). jika biaya variabel adalah 60% dan laba yang ingin dicapai 10% dari harga jual. d. Jumlah penjualan ( Q dan Rp ), jika biaya variabel adalah Rp. 60,-dan laba yang ingin diperoleh Rp. 10,- per Unit. Jawab : a. jika L Q = 40.000 = kL Pa = 200000 40000 90 50 Q = 6.000 Jika jumlah penjualan adalah 6.000 unit atau Rp. 540.000,- b. Jika L = 10%. P : Q = k (1 %1) P a = 200000 (1 10%) 90 50 Q = 6,425 R = 90Q = 90 (6.452) R= 580.645 Jadi Jumlah penjualan adalah 6.452 unit atau Rp. 580.645 Jika Q L = 40%.P = k (1 %1) P a = 200000 (1 40%) 90 50 R = 90Q = 90 ( 50000 ) Q = 50.000 R= 4.500.000 Jadi jumlah penjualan adalah 50.000 unit atau Rp. 4.500.000,c. a = 60%P dan L = 10%P Q = k (1 %a %1) P = 200000 (1 60% 10%) 90 R = 90Q = 90 (7407) Q = 7.407 R = 666.630 Jadi jumlah penjualan adalah 7 7,407 unit atau Rp 660 630,d. Jika a = 60 dan 1 – 10 Q = k ( P a 1) = 200000 90 60 10 R = 90Q = 90 (10000) Q = 10.000 R = 900.000 Jadi jumlah penjualan adalah 10.000 unit atau Rp.900.000,- 7. Pendapatan Dispoabel dari Pendapatan Nasional Konsumsi dan tabungan dari suatu masyarakat suatu negara adalah cermin dari pendistribusian pendapatan disposabelnya, yaitu pendapatan masyarakat yang secara riil dapat dibelanjakan oleh masyarakat tersebut. semakin besar pendapatan disposabelnya, maka semakin besar pula konsumsi dan tabungan masyarakat tersebut. Bentuk umumnya hubungan antara ketiga variabel tersebut adalah sebagai berikut : Yd = C + S Untuk Yd = pendapatan disposabel C = consumption ( konsumsi ) S = saving ( tabungan ) Besarnya konsumsi masyarakat adalah fungsi dari pendapatan disposabelnya, dengan bentuk umumnya sebagai berikut : C - f(Yd) = a + b + Yd Untuk : a = autonomous consumption = jumlah konsumsi ( yang tetap ada ) pada saat pendapatan disposabel sebesar nol b = marginal propensity to consume (MPC) = keinginan konsumsi marjinal = tambahan konsumsi yang terjadi dikarenakan adanya tambahan pendapatan disposabel. = ( C / Yd ), yang besarnya antara 0 sampai dengan 1 Sedangkan jumlah tabungan masyarakat (S) diperoleh dari pendapatan disposabel yang tidak digunakan untuk konsumsi, yaitu sebagai berikut : Yd = C + S S =Yd - C S = Yd – {a + b(Yd)} S = Yd - a - b(Yd) S = -a + (1 - b) Yd Untuk : a = autonoms saving = jumlah tabungan pada saat pendapatan disposibel adalah nol (1 – b) = (1 – MPC) = Marginal propensity to save (MPS) keinginan menabung marginal. = tambahan tabungan yang terjadi karena adanya tambahan pendapatan disposibel ( S / Yd ). Oleh karena ketiga fungsi diatas merupakan fungsi yang mempunyai lereng positif, maka garis-garis fungsi akan condong kekanan, atau bergeser dari kiri bawah kekanan atas, yang jika digambarkan akan melihat seperti pada gambar 4.23. Persamaan garis Yd = C + S adalah garis yang membentuk sudut 450, yang membelah tepat diantara sumbu horizontal Yd dengan sumbu vertikal C dan S, yang mempunyai arti bahwa untuk sembarang nilai Yd besarnya akan sama dengan penjumlahan nilai C dan S, jika S = 0 dan Yd =50, maka seluruh pendapatan akan dialokasikan untuk konsumsi yaitu sebesar C= 50, sehingga fungsi C akan memotong fungsi Yd tepat di titik E (50, 50). Jika Y1 kurang dari 50 ( misalnya 40 ), maka jumlah konsumsi akan lebih besar dari pendapatan. Kekurangan untuk konsumsi tersebut diambilkan dari tabungan yang ada, sehingga jumlah tabungan menjadi negatif (dissaving). Sebaliknya, jika Yd > 50, maka C < Y1 dan akan mengakibatkan tindakan untuk menabung (saving), sehingga tabungan menjadi positif. Pendapatan diposabel pada dasarnya hanya merupakan bagian dari perhitungan pendapatan nasional, oleh karena pendapatan nasional merupakan penjumlahan secara keseluruhan pendapatan unit-unit atau sektor-sektor di dalam suatu negara jika dihuhungkan dengan pendapatan nasional maka pendapatan disposabel setelah dikurangi dengan kewajiban pajak yang barus dibayarkan oleh masyarakat bersangkutan (T) dan ditambah dengan pembayaran alihan yang diberikan oleh pemerintah R. Atau dengan kata lain, pendapatan nasional masyarakat suatu negara adalah pendapatan dispusabel ditambah dengan pajak dan dikurangi dengan pembayaran alihan, yakni sebagai berikut : Yd = Y - T + R Y = Yd + T - R Selanjutnya dengan ditambahkanya variabel pajak dan pembayaran alihan tersebut, maka fungsi komsumsi dapat dimodifikasi menjadi sebagai berikut : C = a + b.Yd C = a + b. (Y - T + R ) Demikian pula fungsi tabungan akan berubah menjadi : S = -a + (1 - b) Yd S = -a + (1 - b)(Y - T + R) Seandainya pajak dan pembayaran alihan tidak ada (diabaikan), maka seluruh pendapatan nasional akan dipergunakan untuk konsumsi dan tabungan. jadi jika : Yd = Y- T + R Yd = Y- 0 + 0 Yd + Y Sehingga : C = a + 1 + bY dan S = -a + (1 + b)Y Jumlah pajak yang dikenakan oleh pemerintah dan pembayaran alihan (misalnya subsidi) yang dibayarkan pemerintah dalam bentuknya dapat berupa nilai tertentu yang besarnya konstan (tetap) dan atau dalam bentuk proposional (presentase) dari pendapatan Contoh 4.29 Diketahui fungsi konsumsi masyarakat suatu negara adalah C = 50 + 0,6 Yd, jika pada tingkat pendapatan nasional RP. 410,- pemerintah menarik pajak Rp. 50,- namun juga memberikan pembayaran alihan Rp. 40, maka hitunglah a. Total pendapatan riil masyarakat tersebut. b. Jumlah konsumsi c. Jumlah tabungan jawab : a. Total pendapatan rill masyarakat - Yd Yd =Y–T+R = 410 - 50 + 40 Yd - 4100 Jadi total pendapatan riil masyarakat adalah Rp. 400,b. Jumlah konsumsi = C C = 50 + 0.6 Yd = 50 + 0.6 (400) C = 290 Jadi jumlah konsumsi adalah Rp. 290,c. Jumlah tabungan = S S = Yd – C = 400 -290 S = 110 Atau S = -a + (1 + b)Yd = -50 + (1 + 0.6) Jadi jumlah tabungan adalah Rp. 110,Contoh 4.30 S = 110 Fungsi konsumsi masyarakat suatu negara di cerminkan oleh C = 0,4Yd + 170, sedangkan fungsi dari pajaknya adalah T = 0.1 Yd : 100 dari data tersebut hitunglah: a. Pendapatan nasional yang menghasilkan jumlah konsumsi sama besarnya dengan jumlah tabungan. b. Pendapatan disposabel. c. Jumlah konsumsi, tabungan dan pajak : Jawab : a. Perhitungan pendapatan national dan adalah : Yd = Y + T + R Y = (0,1Y + 100) + 0 Fungsi konsumsi Yd + 0,9Y + 100 C + 0.4Yd + 170 0.4(0.9Y + 100 ) + 170 Fungsi konsumsi C = 0.36Y + 130 S = Yd - C 0.9Y - 100 – (0.36Y + 130) S = 0.54Y - 230 Pada C = S, maka : 0,36 + 130 = 0,54Y - 230 - 0,18Y = 360 Y - 2.000 Jadi jumlah konsumsi dan tabungan akan sama besarnya, apabila pendapatan nasional dapat tercapai Rp. 2.00,b. Pendapatan disposabel adalah : Yd = 0,9Y - 100 = 0,9( 2.000 ) 100 Yd -1.700 jadi pada pendapatan nasional sebesar Rp. 1.700,- maka pendapatan disposabelnya adalah RP. 1.700,c. Konsumsi adalah : C = 0,36Y + 130 = 0. 36(2.000) + 130 C = 850 Atau C = 0,4Yd + 170 = 0,4( 1.700) + 170 C = 850 Tabungannya adalah : S = Yd - C = 1. 700 - 850 S = 850 Atau S = 0.54Y - 230 = 05,4(2.000) + 100 T = 300 Pajaknya adalah : T = 0.4Y + 100 = 0.4(2.000) + 100 T = 300 Jadi pada saat pendapatan nasional dapat sebesar RP. 2.00,- maka besarnya konsumsi Rp. 850,- tabungan Rp. Rp. 850,- dan pajak adalah R p. 3.00,Jika pendapatan nasional dihubungkan dengan seluruh pengeluaran dari sektor- sektor perekonomian yang, berlangsung digunakan untuk kegiatan produksi, maka pendapatan dapat diformulasikan sebagai berikut : Y=C : Untuk perekonomian satu sektor dari rumah tangga (RT). Y = C + BU : Untuk perekonomian dua sektor dari RT dan investasi badan usaha (BU). Y = C + BU +G : Untuk perekonomian tiga sektor dari RT, BU dan pengeluaran pemerintah G. Y = C + BU + G +(N – M) : Untuk perekonomian empat sektor dan RT, BU, G dan perdagangan internasional berupa ekspor (X dan impor M) Seperti halnya pada variabel pajak dan pembayaran alihan dipembahasan didepan, maka masing-masing variabel pendukung perhitungan pendapatan nasional tersebut diatas dapat berupa konstanta (tetapan) tertentu maupun fungsi dari variabel yang bersangkutan, misalnya saja C = a + bY. Contoh 4.31 Jika diketahui funngsi konsumsi nasional suatu bangsa adalah C = 0,8 Yd + 25 serta pajak Rp. 13,- pembayaran alihan Rp. 8,- dan investasi Rp. 20,- maka pada perekonomian dua sektor, hitunglah a. Pendapatan nasional dan pendapatan disposabel. b. Konsumsi pada saat pendapatan nasional tersebut. Jawab : a. Perhitungan pendapatan nasional adalah Yd =Y–T+R = Y – 13 + 8 Yd = Y – 5 Pada perekonomian dua sektor : Y =C+1 = (0,8Yd + 25) + 20Y = 0.8(Y – 5) + 45 0,2Y = 41 Y =205 Pendapatan disposabel adalah : Yd = Y - 5 = 205 Yd = 200 jadi pada pendapatan nasional sebesar Rp. 205,- maka pendapatan disposabelnya adalah Rp. 200, b. Konsumsinya adalah : C = 0.8Yd + 25 = 0.8(200) + 25 C = 185 Jadi konsumsi masyarakat pada saat pendapatan nasional sebesar Rp. 205,adalah Rp. 185,-. Contoh 4.32 Diketahui pasangan ilimpunan antara pendapatan disposabenya dengan konsumsi suatu masyarakat adalah (20,10).(40,15).(60,20) jika investasi oleh badan usaha sebesar Rp. 10,- sedangkan nilai ekspor dan import negara tersebut adalah Rp. 30,- dan Rp. 25,- maka tentukanlah : a. Fungsi konsumsinya. b. Posisi neraca perdagangan internasionalnya. c. Pendapatan nasional. d. Konsumsinya. Jawab : a. Menghitung, MPC = b MPC = ΔC/ΔYd = (C2 – C1) : (Yd2 – Yd1) = (15 – 10) : (40 – 20) MPC + B = 0,25 Menghitung autonomous consumtion : a C = a + bYd = (20.10) : 10 = a + 0.25(20) Atau C a=5 = a + bYd = (40.15) : 15 = a + 0.25(40) a=5 Sehingga fungsi konsumsinya : C = 5 + 0.25Yd b. Posisi neraca perdagangan internasional dicerminkan oleh selisih antara jumlah ekspor dengan impor jika X = M maka terjadi surplus perdagangan bagi negara tersebut dan jika X = M maka terjadi defisit dengan demikian neraca perdagangan negara tersebut : NP = X – M = 30 – 25 = 5 Jadi posisi neraca perdagangan negara tersebut adalah surplus Rp 5,c. pendapatan nasional = Y Y = C +1 + G + (X – M) = (5 + 0,25 Yd) + 55 + 10 + (30 – 25) = 0,25Yd + 75 Oleh karena tidak ada pajak dan pembayaran alihan, maka Y sehingga : Y = 0,25Yd + 75 Y = 0,25Y + 75 = 0,75Y – 75 Y = 100 Jadi pendapatan nasional yang dimaksud adalah Rp. 100,d. konsumsi = C C = 5 + 0,25Yd (padahal Yd = Y) = 5 + 0,25(100) C = 30 Jadi konsumsi masyarakat pada saat pendapatan nasional Rp. 100,- adalah Rp. 30,- DAFTAR PUSTAKA 1. Allen, R. G. D. 2006. Mathematical Economics, Fift Edition, Mc Millan, New York. 2. Chiang, Alpha C. 2007. Fundamental Methods of Mathematical Economics, Mc Graw Hill, New York. 3. Cissell, Robert and Anggeman, Thomas J. 2002. Mathematics for Business and Economics. Honghton Mifflin Company, Boston. 4. Daus, Paul H. 2008. Introduction to Mathematical Analysis, With Application to Problem of Economics, Addison Wesley Publishing Company. Inc. New Jersey. 5. Dayan Anto. 1994. Pengantar Matematika dan Statistika Jilid 1 dan 2, Edisi Kelima, LP3ES, Jakarta. 6. Draper, Jean E., and Klingman, Jean S. 2007. Mathematical Analysis Business and Economics Applications, Harper and Row, New York. 7. Huang, Davis S. 2004. Introduction to the Use of Mathematics in Economics Analysis, Sixth Edition, John Wiley,New York. 8. M. Johanes, Boediono, Sri Handoko. 2004. Pengantar Matematika untuk Ekonomi, Edisi Kesembilan, LP3ES, Jakarta.