bab 1 pendahuluan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hipertensi sering tidak menimbulkan gejala hingga tahap
perkembangan lanjut, dan jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi
organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. (Kemenkes,
2013; Kumar et al., 2003).
Hipertensi merupakan faktor resiko dari penyakit jantung koroner dan satu –
satunya faktor resiko terpenting dari stroke. Dimana hipertensi menyebabkan 50%
kasus stroke iskemik dan meningkatkan resiko dari stroke hemorrhagic. Selain itu,
data juga menunjukkan bahwa hipertensi bertanggungjawab atas setidaknya 45%
kasus kematian akibat penyakit jantung dan 51% kasus kematian akibat stroke.
(World Heart Federation, 2015; WHO, 2013).
Beberapa penelitian mencatat peningkatan tekanan darah sebagai penyebab
utama dari morbiditas di seluruh dunia, dan merupakan kontributor utama dari
peyakit
kardiovaskular.
Secara
global,
tekanan
darah
tinggi
diperkirakan
mengakibatkan 7,1 juta kematian, sekitar 13% dari keseluruhan. Sekitar 62%
1
2
penyakit cerebrovascular dan 49% penyakit jantung iskemik disebabkan oleh tekanan
darah suboptimal (sistolik > 155mmHg). (Jervase, 2013; Tesfaye et al., 2007).
Di seluruh dunia, terdapat setidaknya 970 juta orang dengan tekanan darah
tinggi (hipertensi); 330 juta pada negara maju dan 640 juta pada negara berkembang.
Pada tahun 2008, di seluruh dunia, ditemukan sekitar 40% orang dewasa berumur ≥
25 tahun terdiagnosa hipertensi; angka tersebut meningkat dari 600 juta pada tahun
1980 menjadi 1 juta pada tahun 2008. Prevalensi dari hipertensi tersebut ditemukan
tertinggi di regional Afrika, sebanyak 46%, dan terendah di regional Amerika
sebanyak 35%. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa negara negara dengan pendapatan tinggi memiliki prevalensi hipertensi yang lebih rendah
dibandingkan negara – negara dengan pendapatan yang lebih rendah . (World Heart
Federation, 2015; WHO, 2013).
Di Amerika, sekitar 77,9 juta (satu dari tiga) orang dewasa mengalami tekanan
darah tinggi. Data dari NHANES tahun 2007 – 2010 (National Health and Nutrition
Examination Survey) menunjukkan bahwa 81,5% penderita sadar memiliki hipertensi,
74,9% penderita dalam pengobatan, 52,5% penderita dengan hipertensi terkendali,
47,5% dengan hipertensi tidak terkendali. (American Heart Association, 2014).
Beberapa penelitian terbaru mencatat prevalensi hipertensi di beberapa negara
Asia Selatan, yaitu: Bangladesh: 17,9%; India: 31,4%; Maldives: 31,5%; Nepal:
33,8%; Pakistan: 25%; dan Sri Lanka: 20,9%. Data dari WHO juga mencatat
3
prevalensi hipertensi pada regional Asia Tenggara sebesar 38%. (Neupane et al.,
2014; WHO, 2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada
umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
Prevalensi hipertensi di Sumatera Utara tercatat sebanyak 24,7%. (Kemenkes, 2013).
Indeks massa tubuh (IMT) berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas
hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe II, dan penyakit kronik
lainnya. Statistik menunjukkan bahwa 58% diabetes dan 21% penyakit jantung
iskemik disebabkan oleh IMT > 21 kg/m2. (Tesfaye et al., 2007; World Heart
Federation, 2014).
Peningkatan indeks massa tubuh adalah faktor resiko pasti bagi beberapa
penyebab kematian, termasuk penyakit jantung iskemik, stroke, dan kanker saluran
pencernaan besar, ginjal, endometrium, dan payudara postmenopausal. Di seluruh
dunia, setidaknya terdapat 2,8 juta orang meninggal tiap tahunnya akibat overweight
atau obesitas. (Prospective Studies Collaboration, 2009; WHO, 2015a).
Pada tahun 2008, 35% orang dewasa berumur ≥ 20 tahun mengalami
overweight (IMT ≥ 25 kg/m2) (34% pria dan 35% wanita). Prevalensi obesitas di
dunia hampir meningkat sebanyak dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008. Pada
tahun 2008, 10% pria dan 14% wanita mengalami obesitas (IMT ≥ 30 kg/m 2),
4
sedangkan 5% pria dan 8% wanita mengalami obesitas pada tahun 1980. Sekitar 205
juta pria dan 297 juta wanita berumur lebih dari 20 tahun mengalami obesitas. (WHO,
2015a).
Prevalensi overweight dan obesitas tertinggi terdapat di regio WHO Amerika
(62% untuk overweight dan 26% untuk obesitas) dan terendah terdapat di regio WHO
Asia Tenggara (14% untuk overweight dan 3% untuk obesitas). Menurut data terbaru
oleh WHO, prevalensi overweight di Amerika Serikat mencapai 66,9% dan obesitas
mencapai 33,9%. Sedangkan pada beberapa negara lainnya, tercatat prevalensi
overweight (IMT ≥ 25 kg/m2) sebagai berikut: Australia: 49,0%; Kanada: 59,1%;
Cina: 18,9%; Jerman: 66,9%; Ghana: 11,2%; Afrika Selatan: 45,1%; Turki: 56,4%;
India: 4,5%; Jepang: 23,2%; Thailand: 31,5%; dan Indonesia 13,4%. Prevalensi
obesitas (IMT ≥ 30 kg/m2) pada beberapa negara menurut data terbaru WHO adalah
sebagai berikut: Australia: 16,4%; Kanada: 23,1%; Cina: 2,9%; Jerman: 12,9%;
Ghana: 3,1%; Afrika Selatan: 21,6%; Turki: 16,1%; India: 0,7%; Jepang: 3,1%;
Thailand: 7,8%; dan Indonesia: 2,4%. (WHO, 2015a; WHO, 2015b).
Hubungan positif antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah telah
dicatat pada populasi di Asia, Amerika Latin, Amerika Serikat, dan Kanada. Pada
penelitian terhadap tiga populasi di Afrika dan Asia ditemukan korelasi positif antara
IMT dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Resiko hipertensi
meningkat pada populasi overweight dan obesitas (IMT ≥ 25 kg/mm2). (Tesfaye et al.,
2007).
5
Selain itu, dalam penelitian pada lima populasi Amerika Latin dan tujuh
populasi Asia, ditemukan hubungan positif antara indeks massa tubuh dan tekanan
darah, walaupun terdapat perbedaan rata – rata level indeks massa tubuh antara
populasi – populasi yang diteliti. ( Tesfaye et al., 2007). Hasil penelitian dari
Rachmawati dan Permanasari (2011) juga mendapatkan orang dengan overweight dan
obesitas memiliki faktor risiko masing – masing 1,85 kali dan 2,5 kali lebih besar
mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan yang memiliki indeks
massa tubuh normal.
Dari latar belakang yang telah disampaikan, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana hubungan indeks massa tubuh terhadap tekanan darah pada
mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Medan tahun masuk
2011.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada
mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Medan tahun masuk
2011?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
6
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa
tubuh dengan tekanan darah.
1.3.2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui indeks massa tubuh pada mahasiswa Pendidikan Bahasa
Inggris Universitas Negeri Medan tahun masuk 2011.
b.
Untuk mengetahui tekanan darah pada mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa
Inggris Universitas Negeri Medan tahun masuk 2011.
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1.4.1. Sebagai bahan untuk melakukan penyuluhan kepada mahasiswa Prodi
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Medan tentang pengaruh
indeks massa tubuh terhadap tekanan darah.
1.4.2. Sebagai masukan bagi pihak kesehatan untuk memungkinkan mencegah
hipertensi pada individu usia dini.
1.4.3. Sebagai informasi kepada pihak Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
Negeri Medan tentang kesehatan terutama indeks massa tubuh dan tekanan
darah pada mahasiswa yang diteliti.
7
1.4.4. Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman nyata bagi peneliti
khususnya tentang indeks massa tubuh, dan tekanan darah, serta sebagai
syarat untuk mendapatkan Sarjana Kedokteran.
Download