1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu pelajaran yang memiliki peran penting dari proses pendidikan. Melalui pembelajaran Penjasorkes yang diarahkan dengan baik, maka siswa akan mengembangkan aspek-aspek dalam diri siswa, baik aspek fisik, sosial dan emosional. Dengan berkembangnya aspek fisik, sosial dan emosional, maka akan memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Agar Penjasorkes memberi kontribusi secara maksimal terhadap tujuan pembelajaran, maka harus diajarkan dengan baik dan benar. Ditinjau dari kurikulum Penjasorkes bahwa, atletik merupakan cabang olahraga yang wajib diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Madasar Aliyah (SMA/SMK/MA). Atletik merupakan cabang cabang olahraga yang wajib diajarkan pada siswa SMA/SMK/MA karena atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga. Hampir semua gerakan dari cabang olahraga terdapat gerakan-gerakan dari cabang olahraga atletik, meliputi pada jalan, lari, lompat dan lempar. Gerakan-gerakan cabang olahraga atletik yang terdapat dalam cabang olahraga lainnya, sehingga cabang olahraga atletik memiliki kontribusi besar terhadap cabang olahraga lainnya. Lompat tinggi gaya straddle merupakan salah satu nomor lompat atletik yang diajarkan pada siswa Sekolah Mengah Atas (SMA) kelas XI semester genap. Kompetensi Dasar (KD) dari materi cabang olahraga atletik lompat tinggi gaya straddle yaitu, (1) Menganalisis dan mengkategorikan keterampilan gerak salah satu nomor atletik (jalan cepat, lari, lompat, dan lempar) serta menyusun rencana perbaikan, (2) Mempraktikkan perbaikan keterampilan salah satu nomor atletik (jalan cepat, lari, lompat, dan lempar) sesuai hasil analisis dan kategorisasi. Kompetensi Inti (KI) dari materi lompat tinggi gaya straddle yaitu: (1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya (2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, 2 kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia, (3) Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, (4) Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Sedangkan indikator dari materi lompat tinggi gaya straddle yaitu: cara melakukan awalan, cara melakukan tolakan, sikap badan di atas mistar dan cara melakukan pendaratan. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti atletik lompat tinggi gaya straddle tersebut, ada tiga aspek yang harus dikembangkan pada diri siswa, yaitu aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Aspek afektif yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran lompat tinggi meliputi aspek spiritual dan sosial. Aspek kognitif yang harus dicapai siswa yaitu: siswa dapat menjelaskan teknik lompat tinggi gaya straddle dengan baik dan benar. Dan aspek psikomotorik yang harus dicapai siswa yaitu: siswa mampu melakukan lompat tinggi gaya straddle dengan baik dan benar. Siswa dikatakan tuntas pada materi lompat tinggi gaya straddle jika nilai aspek afektif, kognitif dan psikomotorik minimal sama atau lebih besar dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu untuk aspek afektif spiritual dan sosial 3.00 sedangkan aspek kognitif dan psikomotorik 2.67. Mencapai nilai minimal KKM dari ketiga aspek tersebut bukan hal yang mudah. Pada umumnya siswa hanya memprioritaskan aspek psikomotorik saja, sedangkan aspek afektif dan kognitif sering diabaikan. Aspek afektif dan kognitif yang diabaikan siswa, karena Penjasorkes tidak diberikan atau tidak diajarkan 3 secara teori di kelas. Selain itu, pada saat apersepsi materi lompat tinggi gaya straddle disampaikan oleh guru Penjasorkes yang bersangkutan siswa kurang memperhatikan. Kondisi inilah yang mengakibatkan siswa tidak mengembangkan aspek afektif dan kurang mampu menjelaskan teknik lompat tinggi gaya straddle. Dari aspek psikomotorik masih banyak siswa yang belum mampu melakukan teknik gerakan lompat tinggi gaya straddle. Para siswa sekolah pada umumnya mengalami kesulitan melakukan teknik gerakan lompat tinggi gaya straddle. Kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle di antaranya: teknik lompat tinggi gaya straddle baik awalan, tolakan, melewati mistar dan pendaratan belum baik, merasa takut, merasa tidak mampu, terlebih lagi bagi siswa perempuan. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle mengakibatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle banyak yang tidak tuntas. Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle seperti di atas terjadi pada siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan jumlah siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 36 orang yang terdiri dari 1 siswa berjenis kelamin putra dan 35 siswa berjenis kelamin putri pada aspek piskomotorik hanya 5 siswa (13.89%) yang tuntas, sedangkan 31 siswa (86.11%) belum tuntas. Dari lima (5) siswa yang tuntas tersebut, nilai yang dicapai dari aspek psikomotorik di atas KKM. Kelima siswa tersebut mampu mempraktikkan teknik-teknik lompat tinggi gaya straddle, baik awalan, tolakan, sikap melewati mistar dan pendaratan meskipun belum baik. Sedangkan 31 siswa yang belum tuntas, aspek psikomotorik nilai yang dicapai di bawah KKM. Berdasarkan nilai lompat tinggi gaya straddle siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 menunjukkan bahwa, tujuan pembelajaran yang telah dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) belum tercapai secara maksimal. Belum tercapainya tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam RPP harus dilakukan evaluasi, baik dari pihak guru, siswa, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, gaya mengajar, sarana pembelajaran, alat, media dan lain 4 sebagainya. Permasalahan pada aspek afektif dan kognitif harus lebih ditekankan kepada siswa agar dikembangkan saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan permasalahan pada aspek psikomotorik, terutama kesulitan siswa melakukan lompat tinggi gaya straddle harus dicarikan solusi yang tepat. Ditinjau dari hasil evaluasi lompat tinggi gaya straddle permasalahan yang dihadapi siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 berbeda-beda. Secara umum siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 telah mengetahui dan telah mendapat pelajaran lompat tinggi gaya straddle saat di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa, sebagian siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 telah mengetahui dan mampraktikkan teknik lompat tinggi gaya straddle, sehingga ada beberapa siswa yang mampu melakukan lompat tinggi gaya straddle, tetapi sebagian besar mengalami kesulitan. Kesulitan yang dihadapi siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 di antaranya: belum menguasai teknik lompat tinggi gaya straddle, takut dan merasa tidak mampu melakukan gerakan lompat tinggi gaya straddle. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam pelaksanaan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle harus dilakukan kreatifitas dan inovasi-inovasi baru agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Kreatifitas atau inovasi dalam membelajaran Penjasorkes dapat dilakukan dari berbagai macam cara, diantaranya dengan penerapan gaya mengajar yang tepat. Berdasarkan kondisi siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016, maka dalam mengajar lompat tinggi gaya straddle harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Hal ini artinya, dalam mengajar lompat tinggi gaya straddle dapat dibuat tingkatan atau tahapantahapan, dari tahapan paling mudah, tahapan sedang dan tahapan paling sulit. Mengajarkan lompat tinggi gaya straddle dengan tahapan dari paling mudah, sedang dan sulit dapat diterapkan dengan gaya mengajar inklusi. Adang Suherman & Agus Mahendra (2001: 151) menyatakan, “Gaya mengajar inklusi (partisipatif/inclusion style) yaitu, guru menentukan tugas pembelajaran yang 5 memiliki target atau kriteria yang berbeda tingkat kesulitannya dan siswa diberi keleluasan untuk menentukan tingkat tugas mana yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian setiap anak akan merasa berhasil dan tidak ada yang merasa tidak mampu”. Mengajar lompat tinggi gaya straddle dengan gaya inklusi, dirancang bentuk-bentuk belajar lompat tinggi dari yang mudah, sedang dan sulit. Sebagai contoh tahapan mudah yaitu: gerakan awalan dengan tujuh langkah, gerakan mengangkat kaki untuk tolakan, gerakan memutar badan untuk melewati mistar dilanjutkan mendarat, tahapan sedang seperti lompat kardus, melompati karet yang dibentangkan, tahapan sulit yaitu: lompat tinggi gaya straddle sebenarnya. Rancangan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan gaya mengajar inklusi tersebut, guru Penjasorkes mengamati kemampuan siswa dan mengarahkan tahapan mana yang harus dilalui sesuai kemampuannya. Siswa juga diberi kesempatan untuk membuat keputusan rancangan pembelajaran mana yang dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Jika rancangan pembelajaran yang telah berhasil, kemudian ditingkatkan pada tahapan atau rancangan pembelajaran berikutnya, hingga mencapai tahapan belajar yang sulit yaitu, lompat tinggi gaya straddle sebenarnya. Jika siswa melakukan pembelajaran pada tahapan yang sulit, maka terus dilakukan secara berulangulang agar teknik lompat tinggi gaya straddle dikuasai dengan baik. Pembelajaran lompat tinggi gaya straddle yang dirancang sesuai dengan permasalahan siswa dengan gaya mengajar inklusi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle. Untuk mengetahui apakah gaya mengajar inklusi dapat meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul, “Meningkatkan Hasil Belajar Lompat Tinggi Gaya Straddle melalui Gaya Mengajar Inklusi pada Siswa Kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016”. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah gaya mengajar inklusi dapat meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016? Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Menggunakan gaya mengajar inklusi adalah kegiatan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle menggunakan gaya mengajar inklusi. 2. Hasil belajar lompat tinggi gaya straddle adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah memperoleh pembelajaran lompat tinggi gaya straddle menggunakan gaya mengajar inklusi. 3. Kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 dengan siswa berjumlah 36 siswa. 1 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan: Meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 menggunakan gaya mengajar inklusi. D. Manfaat Penelitian Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Manfaat bagi guru Penjasorkes SMK Negeri 2 Sukoharjo: a. Untuk meningkatkan kreatifitas guru Penjasorkes dalam pembelajaran Penjasorkes agar diperoleh hasil belajar yang optimal. 7 b. Sebagai bahan masukan guru dalam memilih alternatif pembelajaran Penjasorkes yang akan dilakukan. c. Untuk meningkatkan kinerja guru Penjasorkes dalam menjalankan tugasnya secara profesional, terutama dalam penerapan gaya mengajar Perjasorkes yang tepat. 2. Manfaat bagi siswa kelas XI Kimia Industri (KI) A SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016: a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjasorkes, serta meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle. b. Meningkatkan kemandirian siswa, partisipasi siswa dan kemampuan berpikir dalam mengikuti pembelajaran untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle. 3. Manfaat Bagi Lembaga Pendidikan (Sekolah): a. Sebagai bahan masukan, saran dan informasi terhadap sekolah, instansi, lembaga pendidikan untuk mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan kuantitas hasil belajar siswa. b. Membantu sekolah untuk lebih berkembang, karena adanya peningkatan atau kemajuan pada guru dan siswa yang lebih berprestasi. Peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan.