pengembangan perangkat ajar model core pendekatan metakognitif

advertisement
Jurnal Edumath , Volume 3 No. 1, Januari 2017 Hlm. 15-27
ISSN Cetak : 2356-2064
ISSN Online : 2356-2056
PENGEMBANGAN PERANGKAT AJAR MODEL CORE
PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI KELAS VIII
Daroinis Sa’adah1), Masrukan2), Ary Woro Kuniasih3)
1)
FMIPA, UNNES,
[email protected]
2)
FMIPA, UNNES
[email protected]
3)
FMIPA, UNNES
[email protected]
Abstract
The objectives of this study are to develop teaching aids, to test the validity and
practically teaching aids, and to test the effectiveness of learning process using CORE
(Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending) model with metacognitive
approach to improve the ability in Geometri problem solving. This research and
development design is adapted from Plomp model by using several phases: (1)
preliminary investigation; (2) design; (3) realization/construction; (4) test, evaluation
and revision. This study developed some teaching aids; a part of syllabus, lesson plan,
students book, students’ work sheet, and test of problem solving ability. The subject of
the try out is eighth graders of MTs NU Nurul Huda Kudus. The research data to test
the validity, practically, and effectiveness are collected by: (1) validation sheet; (2)
observation sheet; (3) problem solving test. The results of research showed that
development teaching aids using CORE model with metacognitive approach for
Geometry material of VIII grade is valid and practical, and learning CORE model
with metacognitive approach for Geometry material of VIII grade is effective.
Keywords: teaching aids, CORE model, metacognitive approach, problem solving ability.
menumbuhkan
1. PENDAHULUAN
Matematika
merupakan
mata
pelajaran yang diajarkan sejak jenjang SD
hingga perguruan tinggi. Cabang dari
matematika yang diajarkan di Sekolah
Menengah Pertama diantaranya adalah
Geometri. Menurut Ruseffendi (1991:
24),
mempelajari
geometri
dapat
dan
kemampuan
berpikir
pengalaman
yang
mempelajari
mengembangkan
logis.
Karena
didapat
dalam
geometri
dapat
mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan pemberian alasan serta
mendukung banyak topik lainnya dalam
matematika.
Received 19 October 2016, Published 30 Januari 2017
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath
Edumath
: Jurnal Pendidikan Matematika
15
Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional…
Kemampuan
pemecahan
masalah
2012/2013 yang dihimpun oleh Puspendik
merupakan kemampuan yang penting
Balitbang
dikembangkan pada siswa menengah. Hal
data
tersebut sesuai dengan lima standar proses
menyelesaikan masalah materi bangun
dalam pembelajaran matematika yang
ruang sisi datar di Jawa Tengah mencapai
dirumuskan oleh National Council of
44,15%, sedangkan pada tingkat nasional
Teachers of Mathematics atau NCTM
mencapai 50,92%. Artinya kemampuan
(2000)
pemecahan masalah matematika siswa
yaitu
memecahkan
belajar
masalah;
untuk
(2)
(1)
penalaran
Kemendiknas
daya
SMP/MTs
menunjukkan
serap
di
Jawa
kemampuan
Tengah
kurang
matematis dan pembuktian; (3) belajar
memuaskan. Berdasarkan data dari BSNP
untuk
koneksi
dan hasil survei yang dilakukan oleh
representasi
PISA menunjukkan hal yang sama, yaitu
berkomunikasi;
matematis;
dan
(4)
(5)
matematika.
Hasil
aspek kemampuan pemecahan masalah
survei
oleh
Program
for
International Students Assessment (PISA)
tahun
2012
menunjukkan
peringkat
kurang memuaskan.
Menurut
dikutip
Slameto,
oleh
sebagaimana
Amalia
(2013:
3)
Indonesia dalam matematika turun dari
keberhasilan pembelajaran matematika
urutan 61 dari 65 negara pada tahun 2009,
dapat
menjadi urutan 64 dari 65 negara. PISA
pendekatan yang digunakan oleh guru
mengembangkan
dalam mengajar matematika. Berdasarkan
kemampuan
enam
matematika
kategori
siswa
ditentukan
oleh
strategi
dan
yang
masalah yang telah diuraikan, maka perlu
menunjukkan kemampuan kognitif dari
upaya yang dilakukan oleh semua pihak
siswa. Pada soal level 1 dan 2, siswa
untuk
Indonesia mendapatkan skor rata-rata
tersebut.
75,7 sedangkan pada soal level 5 dan 6
mengembangkan
(level tertinggi), siswa Indonesia hanya
mengunakan model, pendekatan, dan
mendapatkan skor rata-rata 0,3 (OECD:
metode
2013). Artinya kemampuan pemecahan
kemampuan
masalah soal non-routine atau level tinggi
matematika.
mencari
solusi
Antara
yang
dari
lain
masalah
dengan
pembelajaran
dapat
meningkatkan
pemecahan
masalah
siswa Indonesia masih lemah. Laporan
Penelitian yang telah dilakukan oleh
Hasil Ujian Nasional tahun pelajaran
Azizah (2012) diperoleh hasil bahwa
16
Daroinis Sa’adah ...
pembelajaran menggunakan model CORE
pembelajaran yang dirancang sedemikian
berlangsung
penelitian
rupa sehingga mencerminkan keterlibatan
Humaira, et al (2014) juga menunjukkan
siswa secara aktif yang menanamkan
bahwa
kesadaran
efektif.
Hasil
pembelajaran
dengan
model
metakognisi.
CORE lebih baik dari pembelajaran
metakognitif
menggunakan
kelebihan
model
konvensional.
Pendekatan
mempunyai
jika
banyak
digunakan
dalam
Model pembelajaran CORE adalah model
pembelajaran
pembelajaran alternatif yang digunakan
meningkatkan kemampuan pemecahan
untuk
mengaktifkan
matematika
untuk
siswa
dalam
masalah. Pandangan ini didasarkan pada
pengetahuannya
sendiri
pendapat Lester sebagaimana dikutip oleh
(Azizah: 2012). CORE sebagai model
Ozsoy dan Ataman (2009) yaitu kunci
pembelajaran merupakan singkatan dari
sukses dalam pemecahan masalah adalah
empat kata yang memiliki kesatuan fungsi
metakognisi.
dalam
yaitu
kesadaran seseorang pada proses berpikir
connecting, organizing, reflecting, dan
dan kemampuannya untuk mengontrol
extending (Suyatno, 2009: 67). Menurut
proses tersebut.
Calfee et al (2010) model CORE ini
Ekaningsih
membangun
proses
pembelajaran,
Metakognisi
(2012)
berarti
menjelaskan
menggabungkan empat unsur penting
bahwa pembelajaran matematika dengan
konstruktivis,
pendekatan
yaitu
pengetahuan
terhubung
siswa,
ke
mengatur
metakognitif
pembelajaran
adalah
matematika
yang
pengetahuan baru siswa, memberikan
menitikberatkan pada aktivitas belajar,
kesempatan
untuk
membantu dan membimbing peserta didik
memberikan
jika menemui kesulitan, dan membantu
memperluas
mengembangkan
bagi
merefleksikannya,
kesempatan
siswa
dan
siswa
pengetahuan.
pendekatan
pada
metakognisinya, dengan mengembangkan
Menyadari pentingnya suatu strategi
dan
kesadaran
untuk
untuk selalu merancang strategi terbaik
meningkatkan kemampuan pemecahan
dalam memilih, mengingat, mengenali
masalah
kembali, mengorganisasi informasi yang
siswa,
pembelajaran
kesadaran metakognisinya, siswa terlatih
diperlukan
pembelajaran matematika
adanya
yang lebih
dihadapinya,
serta
Pada
menyelesaikan
banyak melibatkan siswa secara aktif
masalah.
pembelajaran,
dalam proses pembelajaran itu sendiri.
CORE sangat tepat jika dipadukan dengan
Hal ini dapat terwujud melalui suatu
pendekatan
metakognitif.
Hal
model
ini
17
Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional…
didasarkan pada hasil penelitian yang
pendekatan
metakognitif
untuk
telah dilakukan oleh Calfee, et al (2010)
meningkatkan kemampuan pemecahan
“metacognition in the Read-Write Cycle
masalah geometri kelas VIII efektif?
occurs at all stages, but particularly in
Tujuan yang ingin dicapai dalam
the Connect, Organize, and Reflect
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
stages. The Extend stage tests the
mengembangkan perangkat ajar model
previous three”.
CORE dengan pendekatan metakognitif
Pengembangan perangkat ajar penting
untuk
meningkatkan
kemampuan
dilakukan oleh guru, karena dengan
pemecahan masalah Geometri kelas VIII;
perangkat ajar yang baik diharapkan
(2) menguji kevalidan dan kepraktisan
membuat pembelajaran di kelas menjadi
perangkat ajar model CORE pendekatan
baik. Untuk mengetahui kualitas hasil
metakognitif
untuk
pengembangan, maka perlu dilakukan
kemampuan
pemecahan
masalah
penilaian. Penilaian tersebut memenuhi
Geometri
VIII;
menguji
tiga kriteria: kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan
keefektifan.
menggunakan perangkat ajar matematika
Berdasarkan uraian latar belakang,
model
kelas
meningkatkan
(3)
pembelajaran
CORE
dengan
matematika
pendekatan
rumusan utama dalam penelitian ini
metakognitif materi bangun ruang sisi
adalah bagaimana pengembangan dan
datar yang dikembangkan.
hasil pengembangan perangkat ajar model
CORE dengan pendekatan metakognitif
untuk
meningkatkan
kemampuan
pemecahan masalah geometri kelas VIII.
Rumusan masalah tersebut dapat dirinci
sebagai
berikut:
pengembangan
(1)
perangkat
apakah
hasil
ajar model
CORE dengan pendekatan metakognitif
untuk
meningkatkan
kemampuan
pemecahan masalah geometri kelas VIII
valid
dan
praktis?;
(2)
apakah
pembelajaran matematika model CORE
2.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan,
karena
penelitian
bertujuan untuk melakukan
pengembangan
dan
penelitian,
pengujian
suatu
produk. Pengembangan perangkat ajar
adalah
proses
kegiatan
untuk
menghasilkan produk berupa perangkat
ajar.
Model pengembangan perangkat
ajar dalam penelitian ini mengacu pada
model Plomp. Plomp sebagaimana dikutip
oleh
Rochmad
(2012)
memberikan
18
Daroinis Sa’adah ...
tahapan dalam penelitian pengembangan,
(2) rencana pelaksanaan pembelajaran; (3)
yaitu:
(preliminary
buku siswa; (4) lembar kerja siswa (LKS);
perancangan
dan (5) tes kemampuan pemecahan
konstruksi
masalah. Instrumen penelitian yang lain
tahap
yaitu lembar validasi perangkat ajar, dan
pengujian, evaluasi, dan revisi (test,
lembar pengamatan guru matematika.
evaluation, and revision), dan tahap
Kegiatan pada tahap realisasi bertujuan
implementasi (implementation). Tetapi
untuk
pada penelitian ini hanya sampai pada
perangkat ajar dan instrumen penelitian
tahap pengujian, evaluasi, dan revisi.
sesuai perancangan yang telah disusun.
investigasi
investigation),
(design),
awal
tahap
tahap
(realization/
realisasi/
construction),
Kegiatan pada tahap investigasi awal
adalah
menghimpun
informasi
menghasilkan
rancangan
awal
Hasil rancangan awal perangkat ajar
meliputi: penggalan silabus; RPP; buku
permasalahan pembelajaran matematika
siswa;
terdahulu dan merumuskan pemikiran
kemampuan
tentang
pentingnya
mengembangkan
matematika; instrumen lembar validasi
model
pembelajaran,
mengidentifikasi
perangkat ajar; dan instrumen lembar
dan mengkaji teori-teori yang melandasi
pengamatan guru. Kegiatan pada tahap
pengembangan model pembelajaran. Pada
pengujian,
tahap ini dilakukan kajian teoritis tentang
diantaranya: tahap validasi prototipe I,
(1) kurikulum mata pelajaran matematika
jika belum valid maka direvisi, kemudian
SMP, meliputi kajian tentang analisis
kembali divalidasi oleh ahli, demikian
materi dan merumuskan kriteria yang
berulang sampai dihasilkan perangkat ajar
akan dicapai melalui pembelajaran; (2)
yang
karakteristik siswa, meliputi kemampuan
pemecahan masalah diujicobakan terlebih
siswa; (3) kompetensi yang harus dicapai
dahulu
siswa. Pada tahap perancangan akan
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
dihasilkan
pembeda
rancangan
matematika
dengan
metakognitif,
memperoleh
perangkat
pendekatan
bertujuan
untuk
siswa;
pemecahan
evaluasi,
valid.
Soal
untuk
soal.
masalah
dan
tes
revisi
kemampuan
menentukan
Hasil
tes
validitas,
revisi
akan
menghasilkan prototipe final yang siap
digunakan sebagai instrumen penelitian.
Perangkat yang telah divalidasi oleh
dikembangkan.
para ahli kemudian diujicobakan di kelas.
Perangkat ajar yang akan dihasilkan
Uji coba perangkat ajar bertujuan untuk
adalah merancang: (1) penggalan silabus;
mengetahui sejauh mana kepraktisan dan
ajar
yang
awal
kerja
dari
perangkat
rancangan
ajar
lembar
19
Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional…
keefektivan penggunaan perangkat ajar
diterapkannya pembelajaran model CORE
yang dikembangkan. Berdasarkan hasil
dengan pendekatan metakognitif. Kelas
uji coba perangkat ajar dan analisis data
kontrol yaitu kelas dengan pembelajaran
hasil uji coba dilakukan revisi sehingga
ekspositori.
diperoleh perangkat ajar yang praktis dan
efektif.
Uji coba dan revisi dapat
dilaksanakan
berulang-ulang
sampai
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan meliputi, metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data siswa
diperoleh produk yang praktis dan efektif.
yang
Perangkat ajar yang telah memenuhi
digunakan untuk memperoleh data hasil
kriteria
kepraktisan
dan
belajar aspek kemampuan pemecahan
menjadi
perangkat
final.
perangkat
ajar
yang
keefektivan
Uji
coba
dihasilkan
dilaksanakan di MTs NU Nurul Huda
Kudus. Populasi dalam penelitian ini
menjadi
sampel,
metode
tes
masalah, dan metode pengamatan untuk
mengetahui
kemampuan
guru
dalam
mengelola pembelajaran.
Data
yang sudah diperoleh dari
adalah semua siswa kelas VIII tahun
penelitian, yaitu data hasil belajar aspek
ajaran 2014/2015 yang berjumlah 232
kemampuan pemecahan masalah, diuji
siswa dan terbagi menjadi 7 kelas.
normalitas
Dengan menggunakan teknik multistage
kesamaan varians (uji F). Kemudian
random sampling, terpilih kelas VIII F
dilakukan
sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII
menggunakan uji proporsi pihak kanan.
G sebagai kelas kontrol.
Uji beda rata-rata menggunakan uji t. Dan
Desain penelitian yang digunakan
adalah True Eksperimental Design tipe
(uji
uji
)
dan
ketuntasan
uji
belajar
uji peningkatan kemampuan pemecahan
masalah menggunakan uji Gain.
Pretest-Posttest Control Group Design.
Pada desain ini terdapat dua kelompok
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dipilih secara random kemudian
Berdasarkan validasi perangkat ajar
diberi pretes untuk mengetahui keadaan
oleh validator ahli, diperoleh hasil sebagai
awal kemudian diberi perlakuan yang
berikut:
berbeda dan yang terakhir diberi postes
penggalan silabus dengan skor 3,76, RPP
(Sugiyono, 2013: 113). Kelas eksperimen
dengan skor 3,83, buku siswa dengan skor
memperoleh
3,89, LKS dengan skor 3,76, dan tes
perlakuan
khusus
yaitu
(1) perangkat ajar valid yaitu
kemampuan pemecahan masalah dengan
20
Daroinis Sa’adah ...
skor
3,73.
Berdasarkan
skor
yang
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan
diperoleh, masing-masing perangkat ajar
sumber
tersebut mendapat skor dengan kategori
dikembangkan oleh satuan pendidikan
baik;
keterlaksanaan
berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar
90%
Kompetensi
(2)
pembelajaran
hasil
sebesar
dengan
belajar.
Penggalan
Lulusan
(SKL),
silabus
serta
kategori baik; (3) hasil uji keefektivan
penyusunan KTSP seperti yang tercantum
menunjukkan: (a) ketuntasan kemampuan
pada Permendiknas no 41 tahun 2007
pemecahan masalah 90%; (b) kemampuan
(Depdiknas,
pemecahan
kelas
pengertian dan manfaat penggalan silabus
eksperimen dengan rata-rata 81,06 lebih
di atas, penilaian umum validator dan
tinggi
pemecahan
revisi terhadap draft 1 penggalan silabus
masalah kelas kontrol dengan rata-rata
lebih ditekankan pada aspek kelengkapan
71,06;
penggalan
dari
masalah
siswa
kemampuan
(c)
adanya
peningkatan
2007).
silabus
Sejalan
dan
dengan
bagaimana
kemampuan pemecahan masalah siswa
mengembangkan kegiatan pembelajaran
antara sebelum dan sesudah mendapat
menggunakan model CORE perdekatan
pembelajaran
metakognitif sesuai dengan karakteristik
menggunakan
perangkat
ajar yang dihasilkan yaitu sebesar 0,754
kemampuan
dengan kriteria peningkatan tinggi.
matematika siswa.
Proses
pengembangan
perangkat
pemecahan
masalah
Perencanaan pembelajaran merupakan
dimulai dengan menyusun draft 1. Draft 1
bagian
selanjutnya divalidasi oleh ahli (validator)
pendidikan
dan dilakukan revisi-revisi sesuai dengan
perencanaan pembelajaran yang baik
masukan validator sehingga diperoleh
(jelas dan terarah), guru akan lebih mudah
draft 2. Draft 2 perangkat tersebut
dalam melaksanakan pembelajaran dan
selanjutnya diuji cobakan. Selama proses
siswa akan lebih terbantu dan mudah
uji coba dilakukan revisi-revisi perangkat
dalam belajar. Perencanaan pembelajaran
sesuai dengan tuntutan lapangan atau
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
masukan-masukan
dan karakteristik siswa, sekolah, mata
pihak
validator
sehingga diperoleh draft final.
penting
di
dalam
pelaksanaan
sekolah.
Melalui
pelajaran, dan sebagainya (Depdiknas,
Penggalan silabus sebagai acuan
2007). Penyusunan RPP merupakan salah
pengembangan RPP memuat indikator
satu
mata
materi
pembelajaran. RPP merupakan panduan
pencapaian
langkah-langkah yang akan dilakukan
pelajaran,
pembelajaran,
SK,
indikator
KD,
bagian
dari
perencanaan
21
Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional…
guru dalam kegiatan pembelajaran yang
lebih pada penyempurnaan ilustrasi pada
disusun dalam skenario kegiatan (Trianto,
buku siswa; (2) dari segi bahasa terjadi
2007:71). Penilaian validator dan revisi
penyempurnaan buku siswa yaitu untuk
terhadap RPP meliputi revisi perencanaan
menghilangkan
penilaian akhir setiap pertemuan serta
bahasa; dan (3) dari segi isi, revisi terkait
kunci jawaban dan pedoman penskoran.
dengan refrensi yang digunakan sebagai
Pada proses uji coba perangkat pada
bahan
pembelajaran
sumber/orang ahli dalam bidang itu. Jadi
yang
berlangsung
ketidak
pulisan
masih
keyakinan penulis terhadap kedua hal
menyesuaikan diri dengan pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model CORE
didasarkan
dari
hasil
yang berusaha
revisi
masukan
berdasarkan RPP 1 terjadi kendala yaitu
banyak siswa
akhir
dan
konsistenan
pada
tersebut.
Pembelajaran
merupakan
proses
pendekatan metakognitif. Pada pertemuan
komunikasi antara guru dan siswa. Proses
selanjutnya, pelaksanaan RPP 2 sampai
komunikasi yang terjadi tidak selamanya
RPP 4 kendala yang ada sudah mulai
berjalan
berkurang. Hal ini karena siswa sudah
komunikasi dapat menimbulkan salah
mulai mengenal model yang dijalankan
pengertian ataupun salah konsep. Untuk
pada pertemuan sebelumnya.
itu guru harus mampu memberikan
lancar,
bahkan
proses
Buku siswa merupakan salah satu
alternatif pembelajaran bagi siswanya
bentuk bahan ajar yang dikemas secara
agar dapat memahami konsep-konsep
utuh dan sistematis, di dalamnya memuat
yang sedang ataupun telah diajarkan. Pada
seperangkat pengalaman belajar yang
penelitian ini LKS disesuaikan dengan
terencana dan didesain/dirancang untuk
langkah-langkah
membantu
CORE pendekatan metakognitif yang
siswa
menguasai
tujuan
pembelajaran
untuk
model
belajar, belajar, dan evaluasi. Buku siswa
berguna
membimbing,
berfungsi sebagai sarana belajar yang
mengarahkan,
bersifat mandiri, sehingga siswa dapat
mengonstruk
belajar sesuai dengan kecepatan masing-
memahami konsep yang dipelajari. Revisi
masing (Azizah, 2012). Pada penelitian
yang dilakukan antara lain penggunaan
ini penilaian validator dan revisi terhadap
huruf dan spasi, perbaikan redaksi pada
dan
membantu
pengetahuannya
dan
buku siswa meliputi: (1) dari segi format,
22
Daroinis Sa’adah ...
LKS
yaitu
disesuaikan
dengan
karakteristik model yang dipilih.
Soal yang digunakan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah diuji
oleh validator ahli untuk mengetahui
validitas isi dan konstruk, kemudian
dilakukan validitas empirik. Pertama, uji
yang dilakukan adalah validasi ahli,
selanjutnya dilakukan uji coba instrumen
tes
kemampuan
pemecahan
masalah
untuk mengetahui validitas, reliabilitas,
daya
beda,
dan
tingkat
kesukaran.
Berpatokan pada keempat kriteria yang
telah ditetapkan selanjutnya dipilih butir
soal yang memenuhi kriteria valid dan
reliabel serta daya beda dan tingkat
kesukaran .Berdasarkan analisis yang
dilakukan didapat bahwa soal yang dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa
sebanyak 3 soal, dan soal ini digunakan
untuk
tes
kemampuan
pemecahan
masalah matematika pada pretes dan
postes.
diperoleh hasil bahwa 90% siswa kelas
eksperimen
dapat
mencapai
nilai
ketuntasan belajar, artinya sebagian besar
hampir
Salah satu faktor yang menyebabkan
hasil
belajar
aspek
kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa
dapat mencapai ketuntasan belajar adalah
tahap-tahap pembelajaran model CORE
yang
mendukung
pengembangan
kemampuan pemecahan masalah. Melalui
tahap connecting, organizing, reflecting,
dan extending, siswa terbantu untuk
menyelesaikan masalah sesuai tahapan-
Berdasarkan uji proporsi pihak kanan,
siswa
Gambar 1. Hasil pekerjaan salah satu
siswa
eksperimen
semua
pemecahan
dapat
kriteria
masalah.
menguasai
kemampuan
Berikut
ini
merupakan salah satu contoh pekerjaan
siswa kelas eksperimen pada Gambar 1.
tahapan yang runtut. Selain itu, dalam
model CORE terdapat kegiatan diskusi.
Siswa
berdiskusi
untuk
menemukan
rumus luas permukaan kubus dan balok
serta volume kubus dan balok. Selain
pembelajaran model CORE, pendekatan
metakognitif
juga
mempunyai
peran
dalam kemampuan pemecahan masalah
matematika.
Penerapan
pendekatan
23
Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional…
metakognitif
pada
kemampuan
membuat
setiap
pemecahan
siswa
lebih
indikator
Menghubungkan suatu konsep yang akan
masalah
dipelajari dengan yang sudah diketahui
memahami
oleh siswa (Dymock: 2005). Organizing
informasi apa saja yang harus mereka
dalam
berikan pada setiap indikator kemampuan
diartikan bahwa siswa mengorganisasikan
pemecahan masalah. Sehinga siswa lebih
informasi-informasi
cermat dalam memecahkan masalah yang
diperolehnya untuk menyusun ide atau
mereka hadapi. Hal tersebut sejalan
rencana.
dengan penelitian Murni yang berjudul
pembelajaran CORE diartikan bahwa
“Pembelajaran
dengan
siswa memikirkan kembali, mendalami,
Berbasis
serta menggali konsep yang dipelajarinya.
Masalah Kontekstual” dan menyimpulkan
Extending dalam model pembelajaran
bahwa pembelajaran di kelas dengan
CORE
pendekatan
memperluas,
Matematika
Pendekatan
Metakognitif
metakognitif
mencapai
ketuntasan belajar.
Berdasarkan
model
pembelajaran
yang
Reflecting
yaitu
CORE
telah
dalam
model
mengembangkan,
menerapkan,
dan
menemukan pengetahuan yang telah di
uji
beda
rata-rata
kemampuan pemecahan masalah kelas
eksperimen dan kelas kontrol disimpulkan
koneksikan,
diorganisasikan,
dan
direfleksikan.
Model CORE merupakan salah satu
bahwa kemampuan pemecahan masalah
model
pembelajaran
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari
diskusi. Dengan diskusi, siswa dapat
kemampuan pemecahan masalah siswa
mengkoneksikan diri untuk belajar, dapat
kelas kontrol. Rata-rata nilai kemampuan
meningkatkan berpikir reflektif, dan dapat
pemecahan masalah matematika siswa
memperluas pengetahuan siswa (Jacob,
kelas eksperimen adalah 80,97 dan kelas
2011).
kontrol adalah 71,06.
menggunakan pembelajaran model CORE
Oleh
dengan
karena
itu,
metode
dengan
Salah satu faktor adanya perbedaan
siswa memiliki kesempatan yang lebih
rata-rata kemampuan pemecahan masalah
besar untuk memperluas kemampuan
matematika antara kelas eksperimen dan
pemecahan masalah. Karena pada fase
kelas kontrol adalah pada penggunaan
Extending
pembelajaran model CORE. Connecting
pemecahan masalah pada soal non rutin.
dapat diartikan dengan menghubungkan.
Selain
itu,
siswa
dilatih
karena
melakukan
pembelajarannya
24
Daroinis Sa’adah ...
menggunakan diskusi kelompok, maka
kemampuan pemecahan masalah. Siswa
siswa dapat saling bertukar pikiran untuk
terbiasa
menyelesaikan
pemecahan
menyelesaikan
masalah
matematika,
sehingga
masalah.
Pendekatan
metakognitif juga merupakan salah satu
kemampuan
faktor
adanya
matematika siswa meningkat. Selain itu
kemampuan
pendekatan metakognitif menuntun siswa
yang
menyebabkan
perbedaan
rata-rata
pamecahan
masalah
masalah
kelas
untuk menyadari kesalahan yang telah
eksperimen dan siswa kelas kontrol.
dilakukan dalam menyelesaikan masalah.
Penerapan pendekatan metakognitif pada
Sehingga terjadi peningkatan kemampuan
setiap kriteria kemampuan pemecahan
pemecahan masalah. Hal tersebut sesuai
masalah membuat siswa lebih memahami
dengan penelitian Ozsoy dan Ataman
informasi apa saja yang harus mereka
yang
berikan pada setiap kriteria kemampuan
Metacognitive
pemecahan masalah. Hal tersebut sesuai
Mathematical
dengan penelitian Ozsoy dan Ataman
Achievement” dan menyimpulkan bahwa
yang
of
pendekatan
on
meningkatkan kemampuan pemecahan
berjudul
Metacognitive
siswa
pemecahan
“The
Strategy
Mathematical
effect
Training
Problem
Solving
berjudul
“The
Strategy
effect
of
Trainng
on
Problem
Solving
metakognitif
dapat
masalah
Achievement” dan menyimpulkan bahwa
pendekatan
metakognitif
dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan
uji
normalitas
Gain
diketahui bahwa terdapat peningkatan
kemampuan
matematika
pemecahan
siswa
masalah
yang
mendapat
pembelajaran menggunakan model CORE
pendekatan metakognitif dilihat secara
klasikal.
diantaranya
Peningkatan
dikarenakan
yang
terjadi
pembelajaran
model CORE dapat menumbuhkan sikap
aktif siswa. Pada tahap extending, siswa
banyak
melakukan
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian,
diperoleh simpulan sebagai berikut: (1)
masalah matematika.
Berdasarkan
4.
latihan
soal
pengembangan
perangkat
ajar
menggunakan model CORE pendekatan
metakognitif
dalam
penelitian
ini
meliputi: penggalan silabus, RPP, buku
siswa, LKS, instrumen tes kemampuan
pemecahan
masalah.
Untuk
mengembangkan perangkat ajar tersebut
dilakukan menggunakan acuan model
pengembangan
Plomp.
Pada
pelaksanaannya model tersebut dapat
dilakukan melalui tahap-tahap investigasi
25
Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional…
awal; perancangan; realisasi/konstruksi;
dan pengujian, evaluasi, dan revisi; (2)
hasil
pengembangan
perangkat
ajar
matematika model CORE pendekatan
metakognitif materi Geometri kelas VIII
valid; (3) hasil pengembangan perangkat
ajar matematika model CORE pendekatan
metakognitif materi Geometri kelas VIII
praktis; (3) pembelajaran matematika
menggunakan
perangkat
ajar
model
CORE pendekatan metakognitif materi
Geometri kelas VIII efektif.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N. F. 2013. Keefektifan Model
Kooperatif Tipe Make A Match dan
Model CPS terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika
dan Motivasi Belajar Kelas X.
Skripsi.
Semarang:
FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
Azizah, L, et al. 2012. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Model
CORE Bernuanasa Konstruktivistik
untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi Matematis. Unnes Journal
of
Mathematics
Education
Research, 2(1): 100-105. Tersedia
di
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.
php/ujmer/article/viewFile/644/624
[diakses 6-1-2015].
Badan Standar Nasional Pendidikan.
2006. Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 22 Tahun
2006 Tanggal 23 Mei 2006 tentang
Standar
Isi.
Tersedia
di
https://asefts63.files.wordpress.com/
2011/01/permendiknas-no-22-
tahun-2006-standar-isi.pdf [diakses
15-1-2015].
Calfee, et al. 2010. Increasing Teachers’
Metacognition Develops Students
Higher Learning during Content
Area Literacy Instruction: Findings
from the Read Write Cycle Project.
Journal of University of California,
Riverside, 19(2):128-151.
Depdiknas. 2007. Penilaian Hasil
Belajar.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan
Nasional.
Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Dymock, S. 2005. Teaching Expository
Text Structure Awareness. New
Zeland: School of Education.
University of Walketo. Tersedia di
http:
//www.myteacherpages.com/webpa
ge/disposisi/filter/exposiroty%20tex
t. Pdf [diakses 25 Februari 2015)].
Ekaningsih, B. 2012. Peningkatan
Kemampuan
Pemahaman
dan
Penalaran Matematis Siswa SMA
melalui
Pendekatan
Kognitif
Berbantuan
Autograph.
Tesis.
Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Humaira, et al. 2014. Penerapan Model
Pembelajaran
CORE
pada
Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas X SMAN 9 Padang. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(1): 3137.
Jacob, C. 2011. Refleksi pada Refleksi
(Suatu Pembelajaran BerbasisMetakognisi). Bandung: Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA
UPI.
26
Daroinis Sa’adah ...
Murni,
A.
2010.
Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan
Metakognitif Berbasis Masalah
Kontekstual.
Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
NCTM. 2000. Principles and Standards
for School Mathematics. Tersedia di
www.nctm.org.
OECD. 2013. PISA 2012 Technical
Report.
Tersedia
di
http://www.oecd.org/pisa/pisaprodu
cts/PISA-2012-technical-reportfinal.pdf [diakses 6 Maret 2015].
Ozsoy, G. & Ataman, A. 2009. The effect
of Metacognitive Strategy Trainng
on Mathematical Problem Solving
Achievement. Electric Journal of
Elementary Education. 1(2): 67-82.
Tersedia
di
http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED50
8334.pdf [diakses 29 Januari 2015].
Rochmad.
2012.
Desain
Model
Pengembangan
Perangkat
ajar
Matematika. Jurnal Kreano Jurusan
Matematika FMIPA. 3(1): 59-72.
Ruseffendi, E. T. 1991. Penilaian dan
Hasil Belajar Siswa Khususnya
dalam Pengajaran Matematika.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka.
Trianto.
2007.
Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi
Pustaka
27
Download