Jurnal Edumath , Volume 3 No. 1, Januari 2017 Hlm. 15-27 ISSN Cetak : 2356-2064 ISSN Online : 2356-2056 PENGEMBANGAN PERANGKAT AJAR MODEL CORE PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI KELAS VIII Daroinis Sa’adah1), Masrukan2), Ary Woro Kuniasih3) 1) FMIPA, UNNES, [email protected] 2) FMIPA, UNNES [email protected] 3) FMIPA, UNNES [email protected] Abstract The objectives of this study are to develop teaching aids, to test the validity and practically teaching aids, and to test the effectiveness of learning process using CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending) model with metacognitive approach to improve the ability in Geometri problem solving. This research and development design is adapted from Plomp model by using several phases: (1) preliminary investigation; (2) design; (3) realization/construction; (4) test, evaluation and revision. This study developed some teaching aids; a part of syllabus, lesson plan, students book, students’ work sheet, and test of problem solving ability. The subject of the try out is eighth graders of MTs NU Nurul Huda Kudus. The research data to test the validity, practically, and effectiveness are collected by: (1) validation sheet; (2) observation sheet; (3) problem solving test. The results of research showed that development teaching aids using CORE model with metacognitive approach for Geometry material of VIII grade is valid and practical, and learning CORE model with metacognitive approach for Geometry material of VIII grade is effective. Keywords: teaching aids, CORE model, metacognitive approach, problem solving ability. menumbuhkan 1. PENDAHULUAN Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan sejak jenjang SD hingga perguruan tinggi. Cabang dari matematika yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama diantaranya adalah Geometri. Menurut Ruseffendi (1991: 24), mempelajari geometri dapat dan kemampuan berpikir pengalaman yang mempelajari mengembangkan logis. Karena didapat dalam geometri dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan pemberian alasan serta mendukung banyak topik lainnya dalam matematika. Received 19 October 2016, Published 30 Januari 2017 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Edumath : Jurnal Pendidikan Matematika 15 Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional… Kemampuan pemecahan masalah 2012/2013 yang dihimpun oleh Puspendik merupakan kemampuan yang penting Balitbang dikembangkan pada siswa menengah. Hal data tersebut sesuai dengan lima standar proses menyelesaikan masalah materi bangun dalam pembelajaran matematika yang ruang sisi datar di Jawa Tengah mencapai dirumuskan oleh National Council of 44,15%, sedangkan pada tingkat nasional Teachers of Mathematics atau NCTM mencapai 50,92%. Artinya kemampuan (2000) pemecahan masalah matematika siswa yaitu memecahkan belajar masalah; untuk (2) (1) penalaran Kemendiknas daya SMP/MTs menunjukkan serap di Jawa kemampuan Tengah kurang matematis dan pembuktian; (3) belajar memuaskan. Berdasarkan data dari BSNP untuk koneksi dan hasil survei yang dilakukan oleh representasi PISA menunjukkan hal yang sama, yaitu berkomunikasi; matematis; dan (4) (5) matematika. Hasil aspek kemampuan pemecahan masalah survei oleh Program for International Students Assessment (PISA) tahun 2012 menunjukkan peringkat kurang memuaskan. Menurut dikutip Slameto, oleh sebagaimana Amalia (2013: 3) Indonesia dalam matematika turun dari keberhasilan pembelajaran matematika urutan 61 dari 65 negara pada tahun 2009, dapat menjadi urutan 64 dari 65 negara. PISA pendekatan yang digunakan oleh guru mengembangkan dalam mengajar matematika. Berdasarkan kemampuan enam matematika kategori siswa ditentukan oleh strategi dan yang masalah yang telah diuraikan, maka perlu menunjukkan kemampuan kognitif dari upaya yang dilakukan oleh semua pihak siswa. Pada soal level 1 dan 2, siswa untuk Indonesia mendapatkan skor rata-rata tersebut. 75,7 sedangkan pada soal level 5 dan 6 mengembangkan (level tertinggi), siswa Indonesia hanya mengunakan model, pendekatan, dan mendapatkan skor rata-rata 0,3 (OECD: metode 2013). Artinya kemampuan pemecahan kemampuan masalah soal non-routine atau level tinggi matematika. mencari solusi Antara yang dari lain masalah dengan pembelajaran dapat meningkatkan pemecahan masalah siswa Indonesia masih lemah. Laporan Penelitian yang telah dilakukan oleh Hasil Ujian Nasional tahun pelajaran Azizah (2012) diperoleh hasil bahwa 16 Daroinis Sa’adah ... pembelajaran menggunakan model CORE pembelajaran yang dirancang sedemikian berlangsung penelitian rupa sehingga mencerminkan keterlibatan Humaira, et al (2014) juga menunjukkan siswa secara aktif yang menanamkan bahwa kesadaran efektif. Hasil pembelajaran dengan model metakognisi. CORE lebih baik dari pembelajaran metakognitif menggunakan kelebihan model konvensional. Pendekatan mempunyai jika banyak digunakan dalam Model pembelajaran CORE adalah model pembelajaran pembelajaran alternatif yang digunakan meningkatkan kemampuan pemecahan untuk mengaktifkan matematika untuk siswa dalam masalah. Pandangan ini didasarkan pada pengetahuannya sendiri pendapat Lester sebagaimana dikutip oleh (Azizah: 2012). CORE sebagai model Ozsoy dan Ataman (2009) yaitu kunci pembelajaran merupakan singkatan dari sukses dalam pemecahan masalah adalah empat kata yang memiliki kesatuan fungsi metakognisi. dalam yaitu kesadaran seseorang pada proses berpikir connecting, organizing, reflecting, dan dan kemampuannya untuk mengontrol extending (Suyatno, 2009: 67). Menurut proses tersebut. Calfee et al (2010) model CORE ini Ekaningsih membangun proses pembelajaran, Metakognisi (2012) berarti menjelaskan menggabungkan empat unsur penting bahwa pembelajaran matematika dengan konstruktivis, pendekatan yaitu pengetahuan terhubung siswa, ke mengatur metakognitif pembelajaran adalah matematika yang pengetahuan baru siswa, memberikan menitikberatkan pada aktivitas belajar, kesempatan untuk membantu dan membimbing peserta didik memberikan jika menemui kesulitan, dan membantu memperluas mengembangkan bagi merefleksikannya, kesempatan siswa dan siswa pengetahuan. pendekatan pada metakognisinya, dengan mengembangkan Menyadari pentingnya suatu strategi dan kesadaran untuk untuk selalu merancang strategi terbaik meningkatkan kemampuan pemecahan dalam memilih, mengingat, mengenali masalah kembali, mengorganisasi informasi yang siswa, pembelajaran kesadaran metakognisinya, siswa terlatih diperlukan pembelajaran matematika adanya yang lebih dihadapinya, serta Pada menyelesaikan banyak melibatkan siswa secara aktif masalah. pembelajaran, dalam proses pembelajaran itu sendiri. CORE sangat tepat jika dipadukan dengan Hal ini dapat terwujud melalui suatu pendekatan metakognitif. Hal model ini 17 Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional… didasarkan pada hasil penelitian yang pendekatan metakognitif untuk telah dilakukan oleh Calfee, et al (2010) meningkatkan kemampuan pemecahan “metacognition in the Read-Write Cycle masalah geometri kelas VIII efektif? occurs at all stages, but particularly in Tujuan yang ingin dicapai dalam the Connect, Organize, and Reflect penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) stages. The Extend stage tests the mengembangkan perangkat ajar model previous three”. CORE dengan pendekatan metakognitif Pengembangan perangkat ajar penting untuk meningkatkan kemampuan dilakukan oleh guru, karena dengan pemecahan masalah Geometri kelas VIII; perangkat ajar yang baik diharapkan (2) menguji kevalidan dan kepraktisan membuat pembelajaran di kelas menjadi perangkat ajar model CORE pendekatan baik. Untuk mengetahui kualitas hasil metakognitif untuk pengembangan, maka perlu dilakukan kemampuan pemecahan masalah penilaian. Penilaian tersebut memenuhi Geometri VIII; menguji tiga kriteria: kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan keefektifan. menggunakan perangkat ajar matematika Berdasarkan uraian latar belakang, model kelas meningkatkan (3) pembelajaran CORE dengan matematika pendekatan rumusan utama dalam penelitian ini metakognitif materi bangun ruang sisi adalah bagaimana pengembangan dan datar yang dikembangkan. hasil pengembangan perangkat ajar model CORE dengan pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah geometri kelas VIII. Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: pengembangan (1) perangkat apakah hasil ajar model CORE dengan pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah geometri kelas VIII valid dan praktis?; (2) apakah pembelajaran matematika model CORE 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, karena penelitian bertujuan untuk melakukan pengembangan dan penelitian, pengujian suatu produk. Pengembangan perangkat ajar adalah proses kegiatan untuk menghasilkan produk berupa perangkat ajar. Model pengembangan perangkat ajar dalam penelitian ini mengacu pada model Plomp. Plomp sebagaimana dikutip oleh Rochmad (2012) memberikan 18 Daroinis Sa’adah ... tahapan dalam penelitian pengembangan, (2) rencana pelaksanaan pembelajaran; (3) yaitu: (preliminary buku siswa; (4) lembar kerja siswa (LKS); perancangan dan (5) tes kemampuan pemecahan konstruksi masalah. Instrumen penelitian yang lain tahap yaitu lembar validasi perangkat ajar, dan pengujian, evaluasi, dan revisi (test, lembar pengamatan guru matematika. evaluation, and revision), dan tahap Kegiatan pada tahap realisasi bertujuan implementasi (implementation). Tetapi untuk pada penelitian ini hanya sampai pada perangkat ajar dan instrumen penelitian tahap pengujian, evaluasi, dan revisi. sesuai perancangan yang telah disusun. investigasi investigation), (design), awal tahap tahap (realization/ realisasi/ construction), Kegiatan pada tahap investigasi awal adalah menghimpun informasi menghasilkan rancangan awal Hasil rancangan awal perangkat ajar meliputi: penggalan silabus; RPP; buku permasalahan pembelajaran matematika siswa; terdahulu dan merumuskan pemikiran kemampuan tentang pentingnya mengembangkan matematika; instrumen lembar validasi model pembelajaran, mengidentifikasi perangkat ajar; dan instrumen lembar dan mengkaji teori-teori yang melandasi pengamatan guru. Kegiatan pada tahap pengembangan model pembelajaran. Pada pengujian, tahap ini dilakukan kajian teoritis tentang diantaranya: tahap validasi prototipe I, (1) kurikulum mata pelajaran matematika jika belum valid maka direvisi, kemudian SMP, meliputi kajian tentang analisis kembali divalidasi oleh ahli, demikian materi dan merumuskan kriteria yang berulang sampai dihasilkan perangkat ajar akan dicapai melalui pembelajaran; (2) yang karakteristik siswa, meliputi kemampuan pemecahan masalah diujicobakan terlebih siswa; (3) kompetensi yang harus dicapai dahulu siswa. Pada tahap perancangan akan reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya dihasilkan pembeda rancangan matematika dengan metakognitif, memperoleh perangkat pendekatan bertujuan untuk siswa; pemecahan evaluasi, valid. Soal untuk soal. masalah dan tes revisi kemampuan menentukan Hasil tes validitas, revisi akan menghasilkan prototipe final yang siap digunakan sebagai instrumen penelitian. Perangkat yang telah divalidasi oleh dikembangkan. para ahli kemudian diujicobakan di kelas. Perangkat ajar yang akan dihasilkan Uji coba perangkat ajar bertujuan untuk adalah merancang: (1) penggalan silabus; mengetahui sejauh mana kepraktisan dan ajar yang awal kerja dari perangkat rancangan ajar lembar 19 Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional… keefektivan penggunaan perangkat ajar diterapkannya pembelajaran model CORE yang dikembangkan. Berdasarkan hasil dengan pendekatan metakognitif. Kelas uji coba perangkat ajar dan analisis data kontrol yaitu kelas dengan pembelajaran hasil uji coba dilakukan revisi sehingga ekspositori. diperoleh perangkat ajar yang praktis dan efektif. Uji coba dan revisi dapat dilaksanakan berulang-ulang sampai Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data siswa diperoleh produk yang praktis dan efektif. yang Perangkat ajar yang telah memenuhi digunakan untuk memperoleh data hasil kriteria kepraktisan dan belajar aspek kemampuan pemecahan menjadi perangkat final. perangkat ajar yang keefektivan Uji coba dihasilkan dilaksanakan di MTs NU Nurul Huda Kudus. Populasi dalam penelitian ini menjadi sampel, metode tes masalah, dan metode pengamatan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Data yang sudah diperoleh dari adalah semua siswa kelas VIII tahun penelitian, yaitu data hasil belajar aspek ajaran 2014/2015 yang berjumlah 232 kemampuan pemecahan masalah, diuji siswa dan terbagi menjadi 7 kelas. normalitas Dengan menggunakan teknik multistage kesamaan varians (uji F). Kemudian random sampling, terpilih kelas VIII F dilakukan sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII menggunakan uji proporsi pihak kanan. G sebagai kelas kontrol. Uji beda rata-rata menggunakan uji t. Dan Desain penelitian yang digunakan adalah True Eksperimental Design tipe (uji uji ) dan ketuntasan uji belajar uji peningkatan kemampuan pemecahan masalah menggunakan uji Gain. Pretest-Posttest Control Group Design. Pada desain ini terdapat dua kelompok 3. HASIL DAN PEMBAHASAN yang dipilih secara random kemudian Berdasarkan validasi perangkat ajar diberi pretes untuk mengetahui keadaan oleh validator ahli, diperoleh hasil sebagai awal kemudian diberi perlakuan yang berikut: berbeda dan yang terakhir diberi postes penggalan silabus dengan skor 3,76, RPP (Sugiyono, 2013: 113). Kelas eksperimen dengan skor 3,83, buku siswa dengan skor memperoleh 3,89, LKS dengan skor 3,76, dan tes perlakuan khusus yaitu (1) perangkat ajar valid yaitu kemampuan pemecahan masalah dengan 20 Daroinis Sa’adah ... skor 3,73. Berdasarkan skor yang kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan diperoleh, masing-masing perangkat ajar sumber tersebut mendapat skor dengan kategori dikembangkan oleh satuan pendidikan baik; keterlaksanaan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar 90% Kompetensi (2) pembelajaran hasil sebesar dengan belajar. Penggalan Lulusan (SKL), silabus serta kategori baik; (3) hasil uji keefektivan penyusunan KTSP seperti yang tercantum menunjukkan: (a) ketuntasan kemampuan pada Permendiknas no 41 tahun 2007 pemecahan masalah 90%; (b) kemampuan (Depdiknas, pemecahan kelas pengertian dan manfaat penggalan silabus eksperimen dengan rata-rata 81,06 lebih di atas, penilaian umum validator dan tinggi pemecahan revisi terhadap draft 1 penggalan silabus masalah kelas kontrol dengan rata-rata lebih ditekankan pada aspek kelengkapan 71,06; penggalan dari masalah siswa kemampuan (c) adanya peningkatan 2007). silabus Sejalan dan dengan bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa mengembangkan kegiatan pembelajaran antara sebelum dan sesudah mendapat menggunakan model CORE perdekatan pembelajaran metakognitif sesuai dengan karakteristik menggunakan perangkat ajar yang dihasilkan yaitu sebesar 0,754 kemampuan dengan kriteria peningkatan tinggi. matematika siswa. Proses pengembangan perangkat pemecahan masalah Perencanaan pembelajaran merupakan dimulai dengan menyusun draft 1. Draft 1 bagian selanjutnya divalidasi oleh ahli (validator) pendidikan dan dilakukan revisi-revisi sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang baik masukan validator sehingga diperoleh (jelas dan terarah), guru akan lebih mudah draft 2. Draft 2 perangkat tersebut dalam melaksanakan pembelajaran dan selanjutnya diuji cobakan. Selama proses siswa akan lebih terbantu dan mudah uji coba dilakukan revisi-revisi perangkat dalam belajar. Perencanaan pembelajaran sesuai dengan tuntutan lapangan atau dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masukan-masukan dan karakteristik siswa, sekolah, mata pihak validator sehingga diperoleh draft final. penting di dalam pelaksanaan sekolah. Melalui pelajaran, dan sebagainya (Depdiknas, Penggalan silabus sebagai acuan 2007). Penyusunan RPP merupakan salah pengembangan RPP memuat indikator satu mata materi pembelajaran. RPP merupakan panduan pencapaian langkah-langkah yang akan dilakukan pelajaran, pembelajaran, SK, indikator KD, bagian dari perencanaan 21 Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional… guru dalam kegiatan pembelajaran yang lebih pada penyempurnaan ilustrasi pada disusun dalam skenario kegiatan (Trianto, buku siswa; (2) dari segi bahasa terjadi 2007:71). Penilaian validator dan revisi penyempurnaan buku siswa yaitu untuk terhadap RPP meliputi revisi perencanaan menghilangkan penilaian akhir setiap pertemuan serta bahasa; dan (3) dari segi isi, revisi terkait kunci jawaban dan pedoman penskoran. dengan refrensi yang digunakan sebagai Pada proses uji coba perangkat pada bahan pembelajaran sumber/orang ahli dalam bidang itu. Jadi yang berlangsung ketidak pulisan masih keyakinan penulis terhadap kedua hal menyesuaikan diri dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model CORE didasarkan dari hasil yang berusaha revisi masukan berdasarkan RPP 1 terjadi kendala yaitu banyak siswa akhir dan konsistenan pada tersebut. Pembelajaran merupakan proses pendekatan metakognitif. Pada pertemuan komunikasi antara guru dan siswa. Proses selanjutnya, pelaksanaan RPP 2 sampai komunikasi yang terjadi tidak selamanya RPP 4 kendala yang ada sudah mulai berjalan berkurang. Hal ini karena siswa sudah komunikasi dapat menimbulkan salah mulai mengenal model yang dijalankan pengertian ataupun salah konsep. Untuk pada pertemuan sebelumnya. itu guru harus mampu memberikan lancar, bahkan proses Buku siswa merupakan salah satu alternatif pembelajaran bagi siswanya bentuk bahan ajar yang dikemas secara agar dapat memahami konsep-konsep utuh dan sistematis, di dalamnya memuat yang sedang ataupun telah diajarkan. Pada seperangkat pengalaman belajar yang penelitian ini LKS disesuaikan dengan terencana dan didesain/dirancang untuk langkah-langkah membantu CORE pendekatan metakognitif yang siswa menguasai tujuan pembelajaran untuk model belajar, belajar, dan evaluasi. Buku siswa berguna membimbing, berfungsi sebagai sarana belajar yang mengarahkan, bersifat mandiri, sehingga siswa dapat mengonstruk belajar sesuai dengan kecepatan masing- memahami konsep yang dipelajari. Revisi masing (Azizah, 2012). Pada penelitian yang dilakukan antara lain penggunaan ini penilaian validator dan revisi terhadap huruf dan spasi, perbaikan redaksi pada dan membantu pengetahuannya dan buku siswa meliputi: (1) dari segi format, 22 Daroinis Sa’adah ... LKS yaitu disesuaikan dengan karakteristik model yang dipilih. Soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah diuji oleh validator ahli untuk mengetahui validitas isi dan konstruk, kemudian dilakukan validitas empirik. Pertama, uji yang dilakukan adalah validasi ahli, selanjutnya dilakukan uji coba instrumen tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Berpatokan pada keempat kriteria yang telah ditetapkan selanjutnya dipilih butir soal yang memenuhi kriteria valid dan reliabel serta daya beda dan tingkat kesukaran .Berdasarkan analisis yang dilakukan didapat bahwa soal yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebanyak 3 soal, dan soal ini digunakan untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematika pada pretes dan postes. diperoleh hasil bahwa 90% siswa kelas eksperimen dapat mencapai nilai ketuntasan belajar, artinya sebagian besar hampir Salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar aspek kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat mencapai ketuntasan belajar adalah tahap-tahap pembelajaran model CORE yang mendukung pengembangan kemampuan pemecahan masalah. Melalui tahap connecting, organizing, reflecting, dan extending, siswa terbantu untuk menyelesaikan masalah sesuai tahapan- Berdasarkan uji proporsi pihak kanan, siswa Gambar 1. Hasil pekerjaan salah satu siswa eksperimen semua pemecahan dapat kriteria masalah. menguasai kemampuan Berikut ini merupakan salah satu contoh pekerjaan siswa kelas eksperimen pada Gambar 1. tahapan yang runtut. Selain itu, dalam model CORE terdapat kegiatan diskusi. Siswa berdiskusi untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok serta volume kubus dan balok. Selain pembelajaran model CORE, pendekatan metakognitif juga mempunyai peran dalam kemampuan pemecahan masalah matematika. Penerapan pendekatan 23 Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional… metakognitif pada kemampuan membuat setiap pemecahan siswa lebih indikator Menghubungkan suatu konsep yang akan masalah dipelajari dengan yang sudah diketahui memahami oleh siswa (Dymock: 2005). Organizing informasi apa saja yang harus mereka dalam berikan pada setiap indikator kemampuan diartikan bahwa siswa mengorganisasikan pemecahan masalah. Sehinga siswa lebih informasi-informasi cermat dalam memecahkan masalah yang diperolehnya untuk menyusun ide atau mereka hadapi. Hal tersebut sejalan rencana. dengan penelitian Murni yang berjudul pembelajaran CORE diartikan bahwa “Pembelajaran dengan siswa memikirkan kembali, mendalami, Berbasis serta menggali konsep yang dipelajarinya. Masalah Kontekstual” dan menyimpulkan Extending dalam model pembelajaran bahwa pembelajaran di kelas dengan CORE pendekatan memperluas, Matematika Pendekatan Metakognitif metakognitif mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan model pembelajaran yang Reflecting yaitu CORE telah dalam model mengembangkan, menerapkan, dan menemukan pengetahuan yang telah di uji beda rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dan kelas kontrol disimpulkan koneksikan, diorganisasikan, dan direfleksikan. Model CORE merupakan salah satu bahwa kemampuan pemecahan masalah model pembelajaran siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari diskusi. Dengan diskusi, siswa dapat kemampuan pemecahan masalah siswa mengkoneksikan diri untuk belajar, dapat kelas kontrol. Rata-rata nilai kemampuan meningkatkan berpikir reflektif, dan dapat pemecahan masalah matematika siswa memperluas pengetahuan siswa (Jacob, kelas eksperimen adalah 80,97 dan kelas 2011). kontrol adalah 71,06. menggunakan pembelajaran model CORE Oleh dengan karena itu, metode dengan Salah satu faktor adanya perbedaan siswa memiliki kesempatan yang lebih rata-rata kemampuan pemecahan masalah besar untuk memperluas kemampuan matematika antara kelas eksperimen dan pemecahan masalah. Karena pada fase kelas kontrol adalah pada penggunaan Extending pembelajaran model CORE. Connecting pemecahan masalah pada soal non rutin. dapat diartikan dengan menghubungkan. Selain itu, siswa dilatih karena melakukan pembelajarannya 24 Daroinis Sa’adah ... menggunakan diskusi kelompok, maka kemampuan pemecahan masalah. Siswa siswa dapat saling bertukar pikiran untuk terbiasa menyelesaikan pemecahan menyelesaikan masalah matematika, sehingga masalah. Pendekatan metakognitif juga merupakan salah satu kemampuan faktor adanya matematika siswa meningkat. Selain itu kemampuan pendekatan metakognitif menuntun siswa yang menyebabkan perbedaan rata-rata pamecahan masalah masalah kelas untuk menyadari kesalahan yang telah eksperimen dan siswa kelas kontrol. dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Penerapan pendekatan metakognitif pada Sehingga terjadi peningkatan kemampuan setiap kriteria kemampuan pemecahan pemecahan masalah. Hal tersebut sesuai masalah membuat siswa lebih memahami dengan penelitian Ozsoy dan Ataman informasi apa saja yang harus mereka yang berikan pada setiap kriteria kemampuan Metacognitive pemecahan masalah. Hal tersebut sesuai Mathematical dengan penelitian Ozsoy dan Ataman Achievement” dan menyimpulkan bahwa yang of pendekatan on meningkatkan kemampuan pemecahan berjudul Metacognitive siswa pemecahan “The Strategy Mathematical effect Training Problem Solving berjudul “The Strategy effect of Trainng on Problem Solving metakognitif dapat masalah Achievement” dan menyimpulkan bahwa pendekatan metakognitif dapat meningkatkan kemampuan pemecahan uji normalitas Gain diketahui bahwa terdapat peningkatan kemampuan matematika pemecahan siswa masalah yang mendapat pembelajaran menggunakan model CORE pendekatan metakognitif dilihat secara klasikal. diantaranya Peningkatan dikarenakan yang terjadi pembelajaran model CORE dapat menumbuhkan sikap aktif siswa. Pada tahap extending, siswa banyak melakukan KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) masalah matematika. Berdasarkan 4. latihan soal pengembangan perangkat ajar menggunakan model CORE pendekatan metakognitif dalam penelitian ini meliputi: penggalan silabus, RPP, buku siswa, LKS, instrumen tes kemampuan pemecahan masalah. Untuk mengembangkan perangkat ajar tersebut dilakukan menggunakan acuan model pengembangan Plomp. Pada pelaksanaannya model tersebut dapat dilakukan melalui tahap-tahap investigasi 25 Pengaruh Penggunaan Permainan Tradisional… awal; perancangan; realisasi/konstruksi; dan pengujian, evaluasi, dan revisi; (2) hasil pengembangan perangkat ajar matematika model CORE pendekatan metakognitif materi Geometri kelas VIII valid; (3) hasil pengembangan perangkat ajar matematika model CORE pendekatan metakognitif materi Geometri kelas VIII praktis; (3) pembelajaran matematika menggunakan perangkat ajar model CORE pendekatan metakognitif materi Geometri kelas VIII efektif. 5. DAFTAR PUSTAKA Amalia, N. F. 2013. Keefektifan Model Kooperatif Tipe Make A Match dan Model CPS terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Motivasi Belajar Kelas X. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang. Azizah, L, et al. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model CORE Bernuanasa Konstruktivistik untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education Research, 2(1): 100-105. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index. php/ujmer/article/viewFile/644/624 [diakses 6-1-2015]. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi. Tersedia di https://asefts63.files.wordpress.com/ 2011/01/permendiknas-no-22- tahun-2006-standar-isi.pdf [diakses 15-1-2015]. Calfee, et al. 2010. Increasing Teachers’ Metacognition Develops Students Higher Learning during Content Area Literacy Instruction: Findings from the Read Write Cycle Project. Journal of University of California, Riverside, 19(2):128-151. Depdiknas. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Dymock, S. 2005. Teaching Expository Text Structure Awareness. New Zeland: School of Education. University of Walketo. Tersedia di http: //www.myteacherpages.com/webpa ge/disposisi/filter/exposiroty%20tex t. Pdf [diakses 25 Februari 2015)]. Ekaningsih, B. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa SMA melalui Pendekatan Kognitif Berbantuan Autograph. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Humaira, et al. 2014. Penerapan Model Pembelajaran CORE pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMAN 9 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1): 3137. Jacob, C. 2011. Refleksi pada Refleksi (Suatu Pembelajaran BerbasisMetakognisi). Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI. 26 Daroinis Sa’adah ... Murni, A. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Tersedia di www.nctm.org. OECD. 2013. PISA 2012 Technical Report. Tersedia di http://www.oecd.org/pisa/pisaprodu cts/PISA-2012-technical-reportfinal.pdf [diakses 6 Maret 2015]. Ozsoy, G. & Ataman, A. 2009. The effect of Metacognitive Strategy Trainng on Mathematical Problem Solving Achievement. Electric Journal of Elementary Education. 1(2): 67-82. Tersedia di http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED50 8334.pdf [diakses 29 Januari 2015]. Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat ajar Matematika. Jurnal Kreano Jurusan Matematika FMIPA. 3(1): 59-72. Ruseffendi, E. T. 1991. Penilaian dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka 27