BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:162), peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikan ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Hal ini bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Hal ini pun dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer. Berdasarkan tekniknya, metode peramalan dapat dikategorikan ke dalam dua pendekatan umum untuk peramalan sebagaimana ada dua cara mengatasi semua model keputusan, yaitu : 1. Metode kualitatif, terdapat lima metode yang berbeda, antara lain juri dari opini eksekutif, gabungan armada penjualan, metode Delphi, survey pasar konsumen. 2. Metode kuantitatif, suatu set data historis (masa lalu) digunakan untuk mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua kelompok besar metode kuantitatif, antara lain metode ‘Time Series’ dan metode ‘Associative’. 2.1.1 Metode Time Series Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:168), model time series membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:169), prosedur peramalan dengan metode time series adalah sebagai berikut : 1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan apakah pola data. 2. Mencoba beberapa metode time series yang sesuai dengan pola permintaan yang ada untuk melakukan peramalan. Pada masing-masing metode, sebaiknya dilakukan peramalan dengan parameter yang berbeda-beda. 3. Mengevaluasi error masing-masing metode yang telah dicoba. Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE, MAPE, dan TS. Sebaiknya nilai tingkat kesalahan tersebut ditentukan terlebih dahulu. 4. Memilih metode forecast terbaik di antara metode-metode yang telah dicoba, yang menghasilkan tingkat kesalahan terkecil dibandingkan metode yang lainnya dan masih berada di dalam batas toleransi kesalahan yang telah ditetapkan. 5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik tersebut. 6. Melakukan validasi dan implementasi hasil dari peramalan. 2.1.2 Parameter Hasil Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:177), akurasi keseluruhan dari setiap metode peramalan rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, atau lainnya, dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nilai aktual atau nilai yang sedang diamati. Ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model 5 6 6 peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Ada 5 perhitungan yang biasa digunakan, yaitu : 1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD) MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau kecil dibandingkan kenyataanya. Secara matematis MAD dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : A = Permintaan aktual pada periode – t Ft = Permalan permintaan (forecast) pada periode – t n = Jumlah periode peramalan yang terlibat 2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE) MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut : 3. Rata-rata Persentase Kesalahan (Mean Absolute Percentage Error = MAPE) MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau rendah. Secara sistematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut : 4. Tracking Signal (TS) rasio dari bias dan MAD sehingga didapatkan 7 Nilai TS diantara nilai -6<TS<6. Sehingga jika data dibawah -6 maka disebut underforecasting dan jika nilai TS diatas dari 6 maka disebut overforecasting. 2.2 Teori Antrian Menurut Ofyar Z. Tamin (2003:298), teori antrian (queueing theory) sangat perlu dipelajari dalam usaha mengenal perilaku pergerakan arus lalu lintas baik manusia maupun kendaraan. Hal ini disebabkan sangat banyak kejadian yang terjadi di sektor transportasi dan permasalahan lalu lintas yang terjadi sehari-hari pada sistem jaringan jalan dapat dijelaskan dan dipecahkan dengan bantuan analisis teori antrian. Suatu kegiatan dapat menyebabkan gangguan pada proses pergerakan arus sehingga menyebabkan terjadinya antrian dimana pada suatu kondisi, antrian tersebut akan dapat mengakibatkan permasalahan baik buat pengguna maupun pengelola. Bagi pengguna biasanya hal yang selalu dipermasalahkan adalah waktu menunggu selama proses mengantri. Pengguna akan selalu berpikir bagaimana cara agar dapat menyelesaikan antrian secepatnya. Sedangkan bagi pengelola, hal yang selalu dipermasalahkan biasanya adalah panjang antrian yang terjadi. Menurut C.S Papacostas dan P.D Prevedouros (2001:611), antrian adalah sebuah garis tunggu. Oleh karena itu sistem yang terlibat didalam sebuah garis tunggu disebut sistem antrian dan deskripsi secara matematika dari sistem antrian dikenal sebagai model antrian. Sistem transportasi sering terlibat dalam antrian. Contohnya, perhitungan kendaraan pada sebuah persimpangan selama lampu merah bisa disebut sebagi membentuk sebuah garis tunggu menunggu untuk dilayani selama menunggu lampu hijau. Sama juga seperti kendaraan transit tiba di sebuah stasiun dapat juga membentuk sebuah baris tunggu selama mereka menaikkan dan menurunkan penumpang, yang membentuk antrian untuk memasuki atau keluar dari kendaraan, membeli tiket, berputar pada sebuah putaran, dan lain-lain. Contoh lainnya seperti pada antrian kendaraan pada sebuah pompa bensin untuk mengisi bahan bakar, pesawat menunggu izin untuk mendarat atau lepas landas, jadwal pasien untuk menggunakan ruang operasi rumah sakit, part komponen yang ditumpuk pada line assembly menunggu untuk dirakit, pekerjaan komputer menunggu untuk dikerjakan atau dicetak, kendaraan pada sebuah persimpangan jalan, dan lain-lain. Proses yang berkelanjutan bisa juga dijelaskan sebagai sistem antrian, seperti : air minum di penampungan air “menunggu” untuk digunakan oleh pengkonsumsi. 2.2.1 Komponen Antrian Menurut Ofyar Z. Tamin (2003:299), diperlukan 3 (tiga) penjelasan mengenai komponen utama dalam teori antrian yang harus benar-benar diketahui dan dipahami, yaitu : 1. Tingkat kedatangan, dinyatakan dengan notasi , adalah jumlah kendaraan atau manusia yang bergerak menuju satu atau beberapa tempat pelayanan dalam satu satuan waktu tertentu. 2. Tingkat pelayanan, dinyatakan dengan notasi , adalah jumlah kendaraan atau manusia yang dapat dilayani oleh satu tempat pelayanan dalam satu satuan waktu tertentu. Selain tingkat pelayanan, juga dikenal waktu pelayanan (WP) yang dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh satu tempat pelayanan untuk dapat melayani satu kendaraan atau manusia, sehingga bisa disimpulkan bahwa: 8 WP = 8 Selain itu, dikenal juga notasi yang didefinisikan sebagai nisbah antara tingkat kedatangan ( ) dan tingkat pelayanan ( ), dengan persyaratan bahwa nilai tersebut harus selalu harus lebih kecil dari 1. = <1 Jika nilai >1, hal ini berarti bahwa tingkat kedatangan lebih besar dari tingkat pelayanan. Jika hal ini terjadi, maka dapat dipastikan akan terjadi antrian yang akan bertambah panjang (tidak terhingga). 3. Disiplin antrian, mempunyai pengertian tentang bagaimana tata cara kendaraan atau manusia mengantri. Dalam hal ini, kita akan lebih mengkhususkan untuk membahas sistem antrian FIFO (First In First Out). Disiplin antrian ini sangat sering digunakan di bidang transportasi dimana kendaraan atau manusia yang pertama tiba dalam antrian yang akan dilayani pertama. 2.2.2 Parameter Antrian Menurut Ofyar Z. Tamin (2003:303), terdapat 4 parameter utama yang selalu digunakan dalam menganalisis antrian, yaitu n, q, d, dan w. Definisi dari setiap parameter tersebut adalah : n = Jumlah kendaraan atau manusia didalam sistem. q = Jumlah kendaraan atau manusia didalam antrian. d = Waktu kendaraan atau manusia didalam sistem. w = Waktu kendaraan atau manusia didalam antrian. Berikut merupakan persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung n, q, d, dan w, untuk disiplin antrian FIFO(First In First Out). n= q= = = d= w= =d- Menurut C.S Papacostas dan P.D Prevedouros (2001:613), dalam setiap buku referensi tentang teori antrian, dapat dikonsultasikan untuk bukti secara matematika bahwa kondisi yang tetap dari sebuah sistem ketika mean arus kedatangan ( ) lebih kecil dari mean tingkat pelayanan ( ) adalah dengan : r= 9 dimana nilai yang diharapkan yang adalah angka rata-rata dari customer di dalam sistem pada sebuah waktu, adalah : E[X] = 2.3 Investasi Menurut Kuswadi (2007:6), investasi adalah suatu keputusan yang diambil oleh manajemen untuk mengalokasikan sumber daya perusahaan yang didasarkan atas pertimbangan yang sejalan dengan sasaran jangka panjang atau kebijakan manajemen dengan tujuan memaksimalkan nilai atau kekayaan perusahaan di masa mendatang. Menurut D. Agus Marjito dan Martono (2014:145), investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa tahun atau beberapa periode dimasa yang akan datang. Kunci kesuksesan suatu investasi terletak pada ketepatan dalam pengambilan keputusan tentang dimana dana harus diinvestasikan. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk berinvestasi, seorang investor perlu melakukan analisis yang dapat memberikan nilai dari kriteria ekonomi yang dapat digunakan untuk menilai potensi keuntungan/kerugian dari suatu investasi serta membandingkan konsekuensi finansial dari setiap alternatif investasi yang dipertimbangkan. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan akan menentukan apakah suatu investasi layak dilaksanakan oleh perusahaan atau tidak. Pengambilan keputusan tersebut mempertimbangkan aliran kas keluar (cash outflow) yang akan dikeluarkan perusahaan dan aliran kas masuk (cash inflow) yang akan diperolehnya berkaitan dengan investasi yang diambil. Menurut A.P. Waghmare dan S.S. Pimplikar (2012:3166), Studi kelayakan proyek dipakai guna mencari alternatif-alternatif yang dapat memberikan keuntungan yang terbaik. Analisa kelayakan proyek juga memberikan informasi mengenai nilai investasi dan keuntungan yang para investor akan dapatkan. 2.3.1 NPV (Net Present Value) Menurut Steven Fredrik Josef Manopo, J. Tjakra, R.J.M. Mandagi, M. Sibi (2013:378), NPV (Net Present Value) adalah suatu teknik capital budgeting yang dalam mengukur profitabilitas rencana investasi proyek mempergunakan faktor nilai waktu uang. Kriteria NPV didasarkan atas dasar konsep diskonto semua arus kas dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian dihitung angka bersihnya dan akan diketahui selisih dengan memakai dasar yang sama yaitu harga pasar saat ini. Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu nilai waktu dari uang dan selisih besar arus kas masuk dan keluar. Menurut Salengke (2012:201), analisis NPV pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah suatu investasi akan memberi tingkat pengembalian melebihi atau kurang dari tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (MARR). Metode analisis ini akan memberi informasi apakah suatu investasi akan menguntungkan atau tidak. Selain itu, analisis NPV juga akan memberikan nilai yang dapat digunakan untuk membandingkan profitabilitas berbagai alternatif investasi yang sedang dipertimbangkan sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan investasi. Analisis ini dilakukan dengan mengkonversi semua aliran kas ke nilai ekuivalennya pada titik waktu nol, yaitu titik 10 waktu dimana investasi mulai dilakukan. Dengan demikian metode ini mengharuskan kita mendiskonto setiap aliran kas yang terjadi setelah titik waktu nol (awal periode investasi) sehingga diperoleh nilai ekuivalen masing-masing aliran kas tersebut pada titik waktu nol. Analisis NPV merupakan analisis yang menghitung perbedaan antara nilai sekarang dari semua kas masuk dengan nilai sekarang dari semua kas keluar dari suatu proyek investasi. Dengan kata lain, NPV merupakan total nilai sekarang dari semua aliran kas yang terjadi selama life cycle suatu proyek atau investasi. Kriteria utama yang digunakan dalam pengambilan keputusan investasi adalah : Sebuah peluang investasi layak diterima dan dilaksanakan apabila nilai NPV lebih besar atau sama dengan nol dan ditolak apabila nilai NPV lebih kecil dari nol. Keterangan : NPV = Nilai bersih sekarang (Net Present Value) ∑PVBenefit = Total nilai sekarang dari semua penerimaan ∑PVCosts = Total nilai sekarang dari semua biaya Adapun cara lain yang lebih umum digunakan para analis dalam menghitung nilai NPV adalah : NPV = initial investment Dan indikator NPV yaitu: 1. Jika NPV > 0 (positif), maka bisnis layak untuk dilaksanakan. 2. Jika NPV < 0 (negatif), maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan. 2.3.2 Payback Period Menurut Salengke (2012:407), Metode payback period merupakan metode analisis yang dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah periode (bulan atau tahun) yang dibutuhkan pada tingkat suku bunga nol persen agar investasi yang dikeluarkan pada suatu proyek atau bisnis dapat kembali.Analisis ini memiliki beberapa keunggulan. Pertama, metode ini sangat mudah dilakukan dan kesimpulan yang diperoleh sangat mudah dimengerti bagi pembaca. Kedua, pada kasus dimana kondisi masa depan seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan umur layanan, sulit diperkirakan secara akurat, analisis kelayakan dengan metode yang lebih kompleks mungkin tidak lebih akurat dibanding metode ini karena dasardasar analisisnya kemungkinan juga tidak akurat. Dalam situasi seperti ini, metode payback period ini sudah cukup. Ketiga, informasi tentang metode payback period ini sangat penting bagi bisnis atau proyek yang membutuhkan aliran kas yang cepat. 11 Keterangan : CFt = Aliran kas bersih setiap periode I = Biaya investasi n = Periode Pengembalian Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi itu layak secara ekonomis atau tidak, diperlukan suatu kriteria. Dalam metode payback period ini, rencana investasi dikatakan layak jika jumlah periode pengembalian lebih kecil dari umur investasi (k ≤ n), dan sebaliknya jika jumlah periode pengembalian lebih besar dari umur investasi (k ≥ n) maka investasi tersebut dianggap tidak layak. 2.3.3 IRR (Internal Rate of Return) Menurut Agus Ristono dan Puryani (2011:119), IRR (Internal Rate of Return) atau ROR (Rate of Return) didefinisikan sebagai laju pengembalian bunga pada pinjaman yang dikembalikan dengan jadwal pembayaran sehingga memberikan ekivalensi nilai present yang saling meniadakan atau selisih antar keduanya (jumlah pengeluaran yang diekivalensi dengan waktu sekarang dan jumlah pemasukan yang diekivalensi dengan waktu sekarang) sama dengan nol. Definisi yang lain adalah tingkat suku bunga yang akan menyebabkan nilai ekivalensi biaya atau investasi sama dengan nilai ekivalensi penerimaan, sehingga dikenal juga dengan istilah laju pengembalian. 12 Menurut Salengke (2012:283), IRR (Internal Rate of Return) adalah tingkat suku bunga atau tingkat diskonto atas pinjaman yang belum terbayar atau tingkat pengembalian atas nilai investasi yang belum kembali dimana apabila pembayaran terakhir diterima, maka nilai ekuivalen dari semua pengeluaran akan sama dengan nilai ekuivalen dari semua penerimaan. Hubungan antara nilai IRR dengan NPV dapat dilihat dari tingkat suku bunga atau tingkat diskonto yang dicari dalam analisis ini merupakan tingkat suku bunga yang mengakibatkan NPV dari proyek atau investasi bernilai nol. Dengan demikian IRR merupakan tingkat diskonto tertinggi yang menyebabkan suatu proyek hanya mencapai titik impas (breakeven point). Dengan menggunakan metode trial-error, mencari nilai IRR dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Tetapkan nilai i dan hitung nilai NPV dari keseluruhan aliran kas. 1. 2. 3. Apabila nilai NPV > 0, tingkatkan nilai i dan apabila nilai NPV < 0, maka turunkan nilai i dan hitung ulang nilai NPV. Proses ini diulangi hingga diperoleh sebuah interval nilai i (iA, iB) yang mengakibatkan nilai NPV berubah tanda dari positif ke negatif, maupun dari negatif ke positif. Perubahan tanda ini menunjukan bahwa dalam interval tersebut terdapat nilai i dimana NPV = 0. Perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan metode pencarian berjenjang (incremental search) atau setara dengan menggunakan metode bisection untuk mendapat nilai i dimana NPV mendekati 0. Dengan demikian , nilai IRR pada NPV = 0 (NPV breakeven atau NPVBE) dapat dihitung sebagai berikut : 12 IRR = iA + x (iB – iA) Dimana: iA = Nilai i pada perhitungan NPV pertama iB = Nilai i pada perhitungan NPV kedua NPVBE = Nilai NPV pada kondisi breakeven = 0 NPVA = Nilai NPV pada perhitungan pertama NPVB = Nilai NPV pada perhitungan kedua Dan indikator IRR yaitu: 1. Jika IRR >MARRmaka bisnis layak untuk dilaksanakan. 2. Jika IRR <MARR maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan. 3. Jika IRR = MARR maka keputusan bisnis tegantung kepada kebijakan lebih lanjut manajemen perusahaan. 2.3.4 Sensitivity Analysis Menurut I Nyoman Pujawan (2009:145), Sensitivity Analysis dilakukan dengan mengubah nilai dari suatu parameter pada suatu saat untuk selanjutnya dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap akseptabilitas suatu alternatif investasi. Faktor yang biasanya berubah dan perubahannya bisa mempengaruhi keputusan dalam studi ekonomi teknik adalah ongkos investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat pajak, dan umur investasi. Menurut Salengke (2012:391), analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai dari suatu parameter pada suatu parameter dalam kisaran yang diinginkan, dan mengamati perubahan yang terjadi atas nilai NPV dan IRR. Dengan mengubah secara bergantian nilai setiap perameter dalam kisaran yang diinginkan, kita dapat menemukan parameter yang sangat berpengaruh terhadap nilai setiap indikator kelayakan ekonomi tersebut. Dengan demikian, kita dapat menentukan parameter-parameter apa saja yang harus menggunakan data akurat dan parameter apa yang dapat menggunakan data perkiraan kasar. Data yang digunakan dalam analisis ekonomi sebagian besar diperoleh berdasarkan proyeksi atau perkiraan, sehingga ketelitiannya mungkin perlu dipertimbangan pengaruhnya terhadap keputusan yang diambil. Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana keputusan tersebut dipengaruhi oleh variasi data perlu dilakukan evaluasi yang disebut sebagai analisis sensitivitas. Metode analisis sensitivitas yang sering diterapkan oleh para analis ada tiga yaitu metode grafik sensitivitas, analisis titik impas (breakeven analysis), dan analisis skenario. Untuk mengetahui seberapa sensitif suatu keputusan terhadap perubahan faktor-faktor atau parameter-parameter yang mempengaruhi maka setiap pengambilan keputusan pada ekonomi teknik hendaknya disertai dengan analisa sensitivitas. Analisa ini akan memberikan gambaran sejauh mana suatu keputusan akan cukup kuat berhadapan dengan perubahan faktor-faktor atau parameter-parameter yang mempengaruhi. Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai dari suatu parameter pada suatu saat untuk selanjutnya dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap akseptabilitas suatu alternatif investasi. Parameter-parameter yang biasanya berubah dan perubahannya bisa mempengaruhi 13 keputusan-keputusan dalam studi ekonomi teknik adalah ongkos investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, dan sebagainya. Analisa sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-berubah. Tujuan analisis sensitivitas antara lain: 1. Menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. 2. Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. 3. Analisis paska kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Teknik analisis sensitivitas harus diperhatikan oleh analisis yang menilai kelayakan suatu bisnis akibat dari perubahan-perubahan yang mempengaruhi kelayakan bisnis tersebut. Teknik analisis sensitivitas antara lain: 1. Lakukan identifikasi faktor-faktor perubahan (penurunan produksi, penurunan harga output, dan kenaikan biaya atau harga input) yang mungkin atau dapat saja terjadi pada bisnis tersebut. 2. Perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi berapa besar pengaruh pada aliran kas perusahaan, apakah manfaat ataupun biayanya. Bila suatu pilihan alternatif ternyata berubah akibat perubahan data tertentu maka dikatakan bahwa keputusan tersebut sensitif terhadap perkiraan data dan sebaliknya bila suatu pilihan alternatif tidak berubah terhadap berbagai perubahan data, maka dapat dikatakan bahwa keputusan tersebut tidak sensitif. 2.3 Pengambilan Keputusan Menurut Salengke (2012:13), proses pengambilan keputusan yang logis dan sistematis akan sangat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang penting diperhatikan untuk menghasilkan keputusan yang terbaik. Dengan menggunakan pendekatan yang terukur dan sistematis, kita dapat terhindar dari kesalahan yang diakibatkan oleh terabaikannya faktorfaktor yang harus dipertimbangkan sehingga kita dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan agar dalam proses pengambilan keputusan yang baik dari segi aspek analisis ekonomi teknik secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi dan perumusan masalah. 2. Pengembangan alternatif penyelesaian atas masalah tersebut. 3. Uji setiap alternatif yang ada berdasarkan kriteria-kriteria kunci yang disetujui bersama. 4. Analisa dengan menggunakan konsep dan metode analisis ekonomi teknik. 5. Pemilihan alternatif terbaik berdasarkan analisis yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya dan implementasikan. 6. Analisis dan evaluasi pasca implementasi keputusan. 14 Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting karena semakin banyak alternatif yang dapat dipertimbangkan, maka akan semakin baik dan semakin lebih komprehensif keputusan yang akan diambil. Ketika kita berusaha mengidentifikasi semua alternatif aksi yang mungkin diambil, kita memaksa diri kita untuk memikirkan lebih dalam masalahmasalah yang dihadapi dan mencoba melihatnya dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, kita dapat menemukan lebih banyak alternatif penyelesaian sehingga memungkinkan kita membuat keputusan yang terbaik.