BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 TEORI TENTANG RADIO DAN TELEVISI Radio dapat di definisikan sebagai teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara). Sedangkan Televisi dapat didefinisikan sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi. Berdasarkan Badan Kepemilikannya , Radio dan Televisi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Radio dan Televisi milik badan pemerintahan adalah pelayanan telekomunikasi yang di miliki oleh badan pemerintah , contohnya TVRI (Televisi) dan RRI (Radio). 2. Radio dan Televisi milik swasta adalah pelayanan telekomunikasi yang di miliki oleh badan swasta , contohnya Indosiar , TransTV , GlobalTv dll (Televisi) , DJFM , IstaraFM , HardrockFM , dll (Radio) 2.2 FREQUENCY RADIO Radio dibagi dalam beberapa daerah band frekuensi yang berbeda, sesuai dengan karakteristik propagasi mereka, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1. 7 NAMA Very Low Frekuensi Low Frekuensi Medium Frekuensi High Frekuensi Very High Frekuensi Ultra High Frekuensi Super High Frekensi Extremly High Freq FREKUENSI VLF Kurang dari 30 KHz PANJANG GELOMBANG Lebih dari 10 km LF 30 -300 KHz 1 – 10 km MF 300 - 3000 KHz 3 – 30 Mhz 100 – 1000 m HF 300 10 – 100 m Gelombang Myriametrik Gelombang kilometer Gelombang Hektometer Gelombang Dekameter Gelombang meter VHF 30 – MHz UHF 300 - 3000 MHz 10 – 100 cm Gelombang Decimeter SHF 3 – 30 GHz 1- 10 cm Gelombang Sentimeter EHF 30 – GHz 1 – 10 mm Gelombang Milimeter 300 1 – 10m NAMA Tabel 2.1 Band Frekuensi Radio Berikut adalah penjelasan dari pembagian band frekuensi radio : 2.2.1 Radio Frekuensi Rendah (VLF, LF, MF) Pada frekuensi- frekuensi ini, energi gelombang radio meninggalkan antena pemancar dan mengikuti bentuk atau kurva dari permukaan bumi dalam semua arah, yang dikenal sebagai gelombang permukaan bumi (Ground Wave). Untuk berkomunikasi dengan menggunakan media gelombang tanah, maka gelombang harus terpolarisasi secara vertikal, karena bumi akan menghubungsingkatkan medan listriknya bila berpolarisasi horisontal. 8 Perubahan kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap gelombang tanah. Redaman gelombang tanah berbanding lurus terhadap impedansi pemukaan tanah dimana impedansi ini merupakan fungsi dari konduktifitas dan frekuensi. Jika bumi mempunyai konduktifitas tinggi, maka redaman (penyerapan energi gelombang) akan berkurang. Dengan demikian, propagasi gelombang tanah di atas air, terutama air garam (air laut) jauh lebih baik dari pada di tanah kering (berkonduktivitas rendah), seperti padang pasir. Rugi-rugi (redaman) tanah akan menigkat dengan cepat seiring besarnya frekuensi. Sehingga gelombang tanah sangat tidak efektif pada frekuensi diatas 2 MHz. Namun demikian, gelombang tanah sangat handal bagi hubungan komunikasi. Penerimaan gelombang tidak terpengaruh oleh perubahan harian maupun musiman, sebagaimana yang terjadi pada gelombang langit (gelombang ionosfir). Propagasi gelombang tanah merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi di dalam lautan. Untuk memperkecil redaman laut, maka digunakan frekuensi yang sangat rendah, yaitu band ELF (Extremely Low Frequency), yaitu antara 30 hingga 300 Hz. Dalam pemakaian tertentu dengan frekuensi 100 Hz, redamannya hanya sekitar 0,3 dB per meter. Redaman ini akan meningkat drastis bila frekuensinya makin tinggi, misalnya pada 1 GHz redamannya menjadi 1000 dB per meter. 2.2.2 Radio Frekuensi Tinggi (HF) Pada frekuensi tinggi atau daerah HF, yang mempunyai range frekuensi 3 – 30 MHz, gelombang dapat dipropagasikan menempuh jarak yang jauh akibat dari pembiasan dan pemantulan lintasan pada lapisan ionospher. Gelombang yang berpropagasi melalui lapisan ionosfir ini disebut sebagai gelombang ionosfir (ionospheric wave) atau juga disebut gelombang langit (sky wave). Aksi pembiasan pada lapisan ionosfir dan permukaan bumi tersebut disebut dengan skipping. Ilustrasi dari efek skipping ini dapat dilihat pada gambar 2.2. Gelombang radio yang dipancarkan dari pemancar (transmitter) melalui antena menuju ionofir dan dibiaskan/dipantulkan kembali pada titik B ke permukaan bumi pada titik C. Kemudian oleh permukaan tanah dipantulkan kembali ke ionosfir dan sekali lagi 9 dibiaskan bumi kembali pada titik D menuju penerima (receiver) di titik E pada permukaan bumi. Pada frekuensi ini, gelombang permukaan bumi diserap atau berkurang dengan cepat, tetapi di samping itu juga terjadi radiasi ke atas sampai mencapai ionosfer, yang berada kira-kira 50 – 400 km diatas permukaan bumi. Dalam ionosfer, gas-gas yang ada mengalami radiasi ultraviolet Molekul-molekulnya kemudian melepaskan atau kehilangan beberapa elektron-elektron dan dengan demikian menjadi ion-ion bermuatan positif. Pada lapisan ionisasi, gelombang radio dibiaskan dengan sudutsudut tertentu sedemikian rupa sehingga mereka akan dikembalikan ke bumi pada jarak yang sama dari antene pemancar. Dengan menggunakan antena pemancar yang dapat diarahkan, gelombang angkasa dapat diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu pada jarak yang jauh meskipun dengan menggunakan daya yang kecil dibandingkan dengan daya yang dipergunakan untuk gelombang permukaan bumi pada jarak yang sama. 2.2.3 Radio dengan Frekuensi – frekuensi sangat Tinggi Pada frekuensi-frekuensi ini energi gelombang radio dipancarkan melalui ruang angkasa dalam garis lurus, sebagaimana energi cahaya. Dengan menggunakan antena yang dapat diarahkan, sinyal energi dapat diarahkan langsung ke horison (kaki langit), sehinga menghasilkan suatu lintasan perambatan yang sesuai dengan garis pandangan mata. Gelombang ruang angkasa (space wave) dapat diarahkan ke bawah, ke permukaan bumi, dimana kemudian ia akan dipantukan, dan karena itu ia dapat mencapai antena penerima. Gelombang pantulan ini dapat menghasilkan suatu interferensi (gangguan) pada gelombang yamg dipancarkan langsung. Propagasi troposfir bisa dianggap sebagai kasus dari propagasi gelombang langit. Gelombang tidak ditujukan ke ionosfir, tetapi ditujukan ke troposfir. Batas troposfir hanya sekitar 6,5 mil atau 11 km dari permukaan bumi. Frekuensi yang bisa digunakan adalah sekitar 35 MHz sampai dengan 10 GHz dengan jarak jangkau mencapai 400 km. Dengan menempatkan antena pemancar maupun penerima di daerah dataran tinggi atau menara akan memberikan kelebihan tersendiri pada 10 gelombang ruang angkasa saat menempuh jarak dari pemancar ke penerima. Ketinggian antena dan kelengkungan permukaan bumi merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada gelombang ini. Jenis propagasi lain dalam frekuensi ini adalah propagasi garis pandang atau yang lebih dikenal dengan sebutan line of sight (LOS), yang mempunyai keterbatasan pada jarak pandang penglihatan. Jadi ketinggian antena dan kelengkungan permukaan bumi merupakan faktor pembatas. Jarak jangkauannya sangat terbatas, kira-kira 30 – 50 mil per link, tergantung topologi dari permukaan buminya. Propagasi garis pandang, disebut dengan propagasi dengan gelombang langsung (direct wave), karena gelombang yang terpancar dari antena pemancar langsung berpropagasi menuju antena penerima dan tidak merambat di atas permukaan tanah. Oleh karena itu, permukaan bumi/tanah tidak meresamnya. Band frekuensi yang digunakan pada jenis propagasi ini sangat lebar, yaitu maliputi band VHF, UHF, SHF, dan EHF, yang sering dikenal dengan band gelombang mikro. Aplikasi untuk pelayanan komunikasi, antara lain : untuk televisi, komunikasi data, komunikasi suara, radar, komunikasi satelit. 2.3 FREQUENCY TV Agar di dunia ini dibidang pertelevisian tidak timbul kekacauan atau saling mengganggu dan agar dapat bekerja sama, maka pertelevisian di dunia ini diatur oleh badan dunia yang bernama International Telecommunication Unit (ITU). Pada dasarnya Televisi berwarna terdapat 3 sistem bebas yang membedakan satu sama yang lain adalah banyaknya garis dan frekuensi. 1) PAL (Phase Alternating Line) Th. 1961 2) NTSC (National Television Standard Committee) Th. 1948 3) SECAM (Sequential a’Memo) Th. 1957 Standar TV di Indonesia: VHF: PAL-B, UHF: PAL-G Pengelompokan kanal frekuensi TV UHF Di Indonesia : 11 Tabel 2.2 kanal frekuensi TV Sedangkan Untuk Wilayah Jawa Timur , Pembagian saluran frekuensi TV Di Jawa Timur adalah sebagai berikut Gambarl 2.1 pembagian saluran frekuensi di Jawa Timur Keterangan : 12 kanal Stasiun televisi 22 Trans TV 24 ANTV 26 TVRI 28 Indosiar 30 RCTI 32 TPI 34 SCTV 50 Global TV 52 TV One 54 Metro TV 56 Trans 7 58 TV Anak 60 JTV 62 SBO Tabel 2.3 saluran TV berdasarkan pembagian kanal 2.3.1 Pemancar TV 13 Menurut Departemen Perhubungan , Letak lokasi pemancar dan ERP di rencanakan sebagai berikut : o Di dalam suatu daerah layanan, sebaiknya pemancar televisi baru berada co-located dengan pemancar televisi dan radio FM-VHF yang ada, dan juga sebaiknya dapat menggunakan fasilitas (menara, antena) secara bersama terutama jika layanan yang akan diberikan berada pada daerah yang sama. o Apabila beberapa stasiun pemancar berada dalam satu lokasi tetapi tidak menggunakan fasilitas antena dan menara secara bersama, maka jarak orientasi dan tingginya harus dibuat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya refleksi dan reradiasi. Direncanakan seperti itu supaya mencapai kuat medan maksimum sebagaimana yang dipersyaratkan, dan tidak menimbulkan gangguan interferensi di daerah layanan lain. Sebagai catatan layanan penyiaran televisi dengan daya yang tinggi dapat menyebabkan interferensi yang serius pada layanan komunikasi, meskipun layanan televisi telah memenuhi semua persyaratan teknis seperti radiasi di luar band, dan telah dipisahkan dengan baik dari layanan lain. 2.3.2 Jangkauan TV Gambarl 2.2 skema jangkauan 2.4 WEB – GIS Web-GIS merupakan Sistem Informasi Geografi berbasis web yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait. Web - GIS 14 merupakan gabungan antara design grafis pemetaan, peta digital dengan analisa geografis, pemrograman komputer, dan sebuah database yang saling terhubung menjadi satu bagian web design dan web pemetaan. Berikut adalah contoh aplikasi Web-GIS: Gambar 2.3. Aplikasi WEB - GIS Nama lain untuk Web-GIS sendiri bermacam-macam yang diantaranya adalah sebagai berikut : - Web-Based GIS - Online GIS - Distributed GIS - Internet Mapping Dimana sebuah Web - GIS yang potensial merupakan aplikasi GIS atau pemetaan untuk pengguna di seluruh dunia, tidak memerlukan software GIS , tidak tergantung pada platform ataupun sistem operasi. Web - GIS mempunyai beberapa kelebihan , disamping kekurangan yang diantaranya sebagai berikut : 1. Kelebihan Web-GIS : o Satu data yang terpusat o Biaya lebih murah untuk hardware dan software o Penggunaan lebih mudah o Pengaksesan yang lebih luas terhadap data GIS dan fungsi- fungsinya 2. Kekurangan Web-GIS : o Waktu akses tergantung pada komputer server, computer client, koneksi internet, traffic web-site, dan efisiensi data o Resolusi dan ukuran display perlu diperbaiki 15 o o diantaranya adalah support dual monitor, high resolution setting , toolbar dan menu browser, layout yang efisien Variasi dari teknologi terbaru Kompleksitas dan ketahanannya . 2.5 MAPSERVER 2.5.1 Pengenalan MapServer MapServer merupakan aplikasi freeware dan open source yang memungkinkan kita menampilkan data spasial (peta) di web. Aplikasi ini pertama kali dikembangkan di Universitas Minesota, Amerika Serikat untuk proyek ForNet (sebuah proyek untuk manajemen sumber daya alam) yang disponsori NASA (Nasional Aeronautics and Space Administration). Dukungan NASA dilanjutkan dengan dikenbangkan proyek TerraSIP untuk manajemen data lahan. Saat ini, karena sifatnya yang terbuka (open source), pengembangan MapServer dilakukan oleh pengembangan dari berbagai Negara. Pengembangan MapServer menggunakan berbagai aplikasi open source atau freeware seperti Shapelib untuk baca/tulis format data Shapelib, FreeType untuk merender karakter, GDAL/OGR untuk baca/tulis berbagai format data vector maupun raster dan Proj.4 untuk menangani beragam proyeksi peta. Pada bentuk paling dasar, MapServer berupa sebuah program CGI (Common Gateway Interface). Program tersebut akan dieksekusi di web server dan berdasarkan beberapa parameter tertentu (terutama konfigurasi dalam bentuk file *.MAP) akan menghasilkan data yang kemudian akan dikirim ke web browser, baik dalam bentuk gambar peta atau bentuk lain. MapServer mempunyai fitur-fitur berikut : o Menampilkan data spasial dalam format vector seperti : Shapefile (ESRI), ArcSDE (ESRI), PostGIS dan bebagai format data vector lain dengan menggunakan library OGR. o Menampilkan data spatial dalam format raster seperti : TIFF/GeoTIFF, EPPL7 dan berbagai format data raster lain dengan menggunakan library GDAL. 16 o Menggunakan quadtree dalam indexing data spatial, sehingga operasi-operasi spatial dapat dilakukan dengan cepat. o Dapat dikembangkan (customizable), dengan tampilan keluaran yang dapat diatur menggunakan file-file template. o Dapat melakukan seleksi objek berdasar nilai, titik, area atau sebuah objek spatial tertentu. o Mendukung rendering karakter berupa font TrueType. o Mendukung penggunaan data raster maupun vector yang di-tiled (dibagi-bagi menjadi sub bagian yang lebih kecil sehingga proses untuk mengambil dan menampilkan gambar dapat dipercepat). o Dapat menggambarkan elemen peta secara otomatis : skala grafis, peta indeks dan legenda peta. o Dapat menggambarkan peta tematik yang dibangun menggunakan ekspresi logic maupun ekspresi regular. o Dapat menampilkan label dari objek spatial dengan label dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling tumpang tindih. o Konfigurasi dapat diatur secara on the fly melalui parameter yang ditentukan pada URL. o Dapat menangani beragam system proyeksi secara on the fly. Saat ini, selain dapat mengakses MapServer sebagai program CGI, dapat juga mengakses MapServer sebagai modul MapScript melalui barbagai bahasa skrip : PHP, Perl, Phyton atau Java. Akses fungsi-fungsi MapSever melalui skrip akan lebih memudahkan pengembangan aplikasi. Pengembang dapat memilih bahasa yang paling familiar. 2.5.2 Instalasi Mapserver Extract file – file yang diperlukan untuk mapserver sebagai berikut : ms4w_2.2.7.zip pmapper-3.2.0-ms4w.zip lalu setelah di extract ,pindahkan ke direktiro C:/ , atau direktori yang di gunakan untuk program, buka folder ms4w_2.2.7 , lalu klik ’apache-install.bat ’ , untuk mnegecek apakah mapserver telah terinstall, maka buka http://localhost , apabila telah terinstall , maka tampilan web browser, akan tampil seperti ini : 17 Gambar 2.4 Tampilan web apabila telah terinstall ms4w lalu setelah mengisntall ms4w nya, di lanjutkan menginstall, pmapper pmapper-3.2.0-ms4w, caranya, setelah extract folder pmapper copi isi foldernya , yang berisi apache, apps, http.d copy ke dalam folder C:/ ms4w , lalu replace, untuk mengecek , silahkan buka browser ,ketik http://localhost , dan tampilannya sebagai berikut : 18 Gambar 2.5 Tampilan web apabila telah terinstall pmapper 2.5.3 Arsitektur Umum Aplikasi Pemetaan di Web Bentuk umum arsitektur aplikasi berbasis peta di web dapat dilihat pada Gambar 2.7. Gambar 2.6 Arsitektur Umum Aplikasi Pemetaan Berbasis Web Pada gambar di atas, interaksi antara klien dengan server berdasar skenario request dan respon. Web browser di sisi klien mengirim request ke server web karena server web tidak memiliki kemampuan pemrosesan peta, maka akan diteruskan oleh server web ke server aplikasi dan MapServer. Hasil pemrosesan akan dikembalikan lagi melalui server web, terbungkus dalam bentuk file HTML atau apllet. Arsitektur aplikasi pemetaan di web dibagi menjadi dua pendekatan sebagai berikut : 19 o Pendekatan Thin Client Pendekatan ini memfokuskan diri pada sisi server. Hampir semua proses dan analisis data dilakukan berdasar request di sisi server. Data hasil pemrosesan kemudian dikirimkan ke klien dalam format standart HTML, yang di dalamnya terdapat file gambar dalam format standart (misalnya GIF, PNG atau JPG) sehinga dapat dilihat menggunakan sembarang web browser. Kelemahan utama pendekatan itu menyangkut keterbatasan opsi interaksi dengan user yang kurang fleksibel. o Pendekatan Thick Client Pada pendekatan ini, pemrosesan data dilakukan di sisi klien menggunakan beberapa teknologi seperti kontrol ActiveX atau apllet. Kontrol ActiveX atau apllet akan dijalankan di klien untuk memungkinkan web browser dengan format data yang tidak dapat ditangani oleh web browser dengan kemampuan standart. Dengan adanya pemrosesan di klien maka transfer data antara klien dengan web server akan berkurang. MapServer menggunakan pendekatan thin client. Semua pemrosesan dilakukan di sisi server. Informasi peta dikirimkan ke web browser di sisi klien dalam bentuk file gambar (JPG, PNG, GIF atau TIFF). Saat ini kelemahan pendekatan thin client dalam hal interaksi dengan user sudah jauh berkurang dengan adanya framework aplikasi seperti Chameleon atau CartoWeb. 2.5.4 Komponen Pembentuk MapServer Pengembangan MapServer sebagai sebuah aplikasi open source banyak memanfaatkan aplikasi lain yang juga bersifat open source. Sedapat mungkin menggunakan aplikasi yang sudah tersedia jika memang memenuhi kebutuhan untuk menghemat sumber daya dan waktu pengembangan. 2.5.4.1 Komponen Untuk Akses Data Spatial Komponen pada kelompok ini bertugas untuk menangani baca/tulis data spatial, baik yang tersimpan sebagai file maupun tersimpan pada DBMS. o Shapelib 20 Shapelib merupakan library yang ditulis dalam bahasa C, untuk keperluan baca/tulis format data Shapelib (*.shp) yang didefinisikan ESRI (Environmental System Research Institute). Format Shapelib umum digunakan oleh berbagai aplikasi GIS untuk menyimpan data vektor simple (tanpa topologi) dengan atribut. Pada MapServer, format data Shapelib merupakan format data default. o GDAL/OGR GDAL (Geographic Data Abstraction Library) merupakan library yang berfungsi sebagai penerjemah untuk berbagai format data raster. Library ini memungkinkan abstraksi untuk semua format data yang didukung, sehingga beragam format data tadi akan terlihat sebagai sebuah data model abstrak. Keberadaan data model abstrak tunggal akan memudahkan pengembang aplikasi karena dapat menggunakan antarmuka yang seragam untuk semua format data. OGR merupakan library dengan fungsionalitas yang identik untuk beragam format data vektor. Kode OGR sekarang ini digabung dalam kode library GDAL. 2.5.3.2 Komponen Untuk Akses Data Peta MapServer akan mengirimkan tampilan peta berupa gambar. Beberapa komponen di bawah ini berperan dalam membentuk gambar peta yang dihasilkan oleh MapServer : o Libpng Libpng merupakan library yang digunakan untuk baca/tulis gambar dalam format PNG. o Libjpeg Libjpeg merupakan library yang digunakan untuk baca/tulis gambar dalam format JPG/JPEG. o GD Library GD digunakan MapServer untuk menggambar objek geografisseperti garis, polygon atau bentuk geometris lain. GD juga dapat digunakan untuk menghasilkan gambar dalam format PNG, JPEG selain menggunakan libpng atau libjpeg secara langsung. 21 o FreeType FreeType merupakan library yang digunakan MapServer untuk menampilkan tulisan menggunakan font TrueType. 2.5.3.3 Komponen Untuk Menangani Proyeksi Peta Library Proj4 digunakan MapServer untuk menangani sistem proyeksi peta. Aplikasi ini dikembangkan pertama kali oleh Gerald Evenden. 2.5.3.4 Komponen Pendukung o Zlib Zlib dibutuhkan oleh library GD untuk keperluan kompresi data gambar. o Regex Library ini digunakan MapServer untuk keperluan menangani ekspresi reguler. 2.5.5 Struktur File Map MapServer menggunakan file *.MAP (file dengan akhiran .map, misalnya jawa.map) sebagai file konfigurasi peta. File ini akan berisi komponen tampilan peta seperti definisi layer, definisi proyeksi peta , pengaturan legenda , skala dsb. Secara umum file *.map memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : o Berupa file teks. o Tidak case sensitive (tidak membedakan antara karakter yang ditulis dengan huruf besar atau kecil), sebagai contoh : kata “LAYER”, “layer” maupun “Layer” memiliki arti yang sama pada file *.map. Hal ini tidak berlaku bagi penamaan atribut, misalnya nama field pada sebuah Shapelib (file *.shp). Nama field harus dituliskan persis seperti yang tertulis pada sumbernya. Meskipun tidak case sensitive, sebaiknya menentukan aturan penggunaan huruf besar atau kecil untuk menjaga konsistensi. Pada umumnya digunakan huruf besar untuk menuliskan isi file *.map. o Teks yang mengandung karakter bukan alfanumerik (huruf dan angka), harus berada di dalam tanda petik, misalnya : “/opt/webgis/map” (karena ‘/’ bukan karakter alfanumerik). 22 Meskipun keharusan ini hanya berlaku untuk teks yang mengandung karakter bukan alfanumerik, sebaiknya secara konsisten menggunakan tanda petik untuk setiap variable teks. o Pada kondisi normal, jumlah definisi layer pada sebuah file *.map maksimum sebanyak 50 buah. o Komentar pada MapServer dimulai dengan karakter ’#’. Teks yang berada setelah karakter tersebut akan diabaikan, kecuali jika karakter ’#’ berada di dalam tanda petik dan menjadi bagian dari variabel teks. o Terdiri dari definisi objek dengan struktur yang hirarkis (berbentuk tree) dengan objek MAP pada hirarki tertinggi. Setiap definisi objek di dalam file *.map akan diawali oleh nama objek dan diakhiri dengan kata kunci END. Berikut ini adalah contoh kerangka sebuah file *.map dalam bentuk hirarki Gambar 2.7 Contoh kerangka file .*map 2.5.6 Pemrograman dengan PHP/MapScripts MapScript adalah antarmuka pemrograman MapServer. Saat ini MapScript tersedia dalam beberapa bahasa pemrograman : PHP, Perl, Phyton dan Ruby. Antarmuka MapScript menggunakan bahasa pemrograman PHP disebut dengan PHP/MapScript. PHP/MapScript memungkinkan untuk melakukan akses terhadap MapSCript API (Application Programming Interface) dari lingkungan PHP dengan menggunakan berbagai kelas PHP. PHP/MapScript tersedia sebagai sebuah modul PHP dalam bentuk file DLL (Dynamic Linked Library) pada platform Windows atau dalam bentuk ahared objek pada platform Linux. Seperti juga bahasa pemrograman PHP itu sendiri, modul PHP/MapScript disusun menggunakan pendekatn pemrograman 23 berorientasi objek atau OOP (Object Oriented Programming). Jadi, ketika bekerja dengan PHP/MapScript, kita akan bekerja dengan berbagai kelas, di samping beberapa fungsi dan variable khusus. Berikut beberapa deskripsi singkat kelas-kelas pada PHP/MapScript : o ClassObj Mengatur kelas-kelas pada sebuah layer. o ColorObj Mengatur tampilan warna. o ErrorObj Manajemen kesalahan (error). MapServer akan secara otomatis menginisiasi ErrorObj ketika terjadi kesalahan. o ImageObj Mengatur penggambaran peta pada file. o LabelObj Mengatur kenampakan label. o LayerObj Mengatur operasi-operasi yang berhubungan dengan layer pembuatan, penggambaran dan query. o LegendObj Mengatur tampilan legenda. o LineObj Mengatur objek peta berupa garis. o MapObj Mengatur karakteristik peta yang akan ditampilkan. o PointObj Mengatur objek berupa titik. 2.6 POSTGRESQL 2.6.1 TENTANG POSTGRESQL PostgreSQL merupakan hubungan Data Base Manajemen System (DBMS) yang membantu sebuah model data yang terdiri dari kumpulan named relation (hubungan nama) dan berisikan sebuah atribut dari sebuah tipe yang spesifik. System yang ditawarkan PostgreSQL dapat mencukupi untuk proses aplikasi data masa depan. PostgreSQL juga menawarkan tambahan kekuatan besar, yaitu class, inheritance, type, dan function. Tambahan keistimewaan lain yang tidak 24 dimiliki database management system yang lain berupa constraint, triggers, rule, dan transaction integrity. Dengan adanya keistimewaan tersebut, maka para pemakai dapat dengan mudah mengimplementasikan dan menyampaikan system ini. Berbagai keistimewaan dari PostgreSQL sanggup membuat database ini melebihi database lain dari berbagai sudut pandang. 2.6.2 KELEBIHAN POSTGRESQL Berbeda dengan database yang lain, PostgreSQL menyediakan begitu banyak dokumentasi sehingga para pembaca bisa dengan mudah mempelajari dan mengimplementasikannya. Tidak hanya itu, berbagai dokumentasi yang bertebaran di internet maupun mailing list dapat kita ambil dan kita pelajari. PostgreSQL memiliki keluwesan dan kinerja yang tinggi. Hal ini sesuai dengan niat awal para pembuat PostgreSQL bahwa database yang mereka buat harus melebihi database lain dan ini terbukti pada arsitekturnya. Dengan arsitektur yang luwes, maka sebuah user PostgreSQL mampu mendefinisikan sendiri SQL-nya. Hal ini yang membuat PostgreSQL berbeda dengan database relasional standar. Disamping mendefinisikan sendiri SQL-nya, PostgreSQL juga memungkinkan setiap user membuat sendiri object file yang dapat diterapkan untuk mendefinisikkan tipe data, fungsi dan bahasa pemrograman yang baru sehingga PostgreSQL sangat mudah dikaembangkan maupun diimplementasikan pada tingkat user. 2.6.3 INSTALASI DATABASE POSTGRESQL Database yang digunakan pada proyek akhir ini adalah PostGIS yang merupakan spatial database yang ditambahkan pada PostgreSQL server database relasional. Karena itu sebelum melakukan instalasi PostGIS terlebih dahulu dilakukan instalasi PostgreSQL dengan menjalankan aplikasi postgresql-8.2.msi dan menentukan pilihan bahasa yang akan digunakan. 25 Gambar 2.8 Memilih Bahasa Kemudian mengikuti seluruh intruksi yang ada sampai muncul pilihan instalasi seperti yang terlihat pada gambar berikut . Gambar 2.9 Pilihan Instalasi Memilih pilihan instalalsi yang tersedia dengan menghilangkan tanda silang dan dilanjutkan dengan memasukkan Account Domain dan Account Password yang digunakan untuk menjalankan program database server PostgreSQL. Seperti pada gambar berikut . Gambar 2.10 Memasukkan Account Domain dan Account Password 26 \Selanjutnya akan muncul informasi bahwa user yang dimasukkan belum ada dan apakah Account tersebut ingin dibuat seprti gambar 3.84 dan muncul informasi berikutnya yang menanyakan apakah password yang dimasukkan diganti dengan password baru yang disediakan oleh installer, seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 2.11 Membuat Account Domain Gambar 2.12 Membuat Account Password Membuat inisialisai kelompok database dengan memasukkan password. Sebagai contoh passwordnya adalah postgres seperti pada ganbar 3.86 di bawah ini. Gambar 2.13 Inisialisasi kelompok database 27 Berikutnya memilih modul apa saja yang ingin ditambahkan dengan memberi tanda centang pada check box untuk modul yang ingin ditambahkan (Gambar 3.87). Menunggu beberapa saat hingga tampil instruksi yang menyatakan bahwa PostgreSQL sukses diinstalasi maka instalasi PostgreSQL telah berhasil. Gambar 2.14 Memilih modul yang ingin ditambahkan 2.7 ARCGIS 2.7.1 TENTANG ARCGIS ArcGIS adalah sistem yang lengkap untuk pembuatan, pelayanan dan penggunaan informasi geografis. Software GIS ini merupakan koleksi yang terpadu untuk membangun atau yang sedang membuat sistem informasi geografis yang lengkap sesuai kebutuhan, dalam desktop, server, web bahkan di lapangan. Apapun kebutuhannya baik itu analisis keruangan, mengatur data spasial yang sangat banyak atau menghasilkan peta peta yang secara kartografi terpenuhi sebagai pembuat keputusan. ArcGIS bisa digunakan sebagai salah satu dasar untuk semua kebutuhan Sistem Informasi yang bersifat Geografis. Sebagai sistem informasi geografis yang lengkap, dengan ArcGIS sangatlah mudah untuk membuat data, peta dan model dalam desktop dan menggunakannya melalui web, desktop atau perangkat mobile. 28 ArcGIS menyediakan perangkat yang lengkap untuk model informasi geografis. Sebagai alat yg mendukung pengambilan keputusan secara pintar dan cepat, ArcGIS bisa digunakan untuk : • menemukan dan penentuan karakteristik pola geografi • membuat model dan menganalisa semua data geografi • mengoptimalkan jaringan dan alokasi sumber • membuat alur kerja otomatis model lingkungan secara visual . 2.7.2 KEMAMPUAN ARCGIS ArcGis memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai macam proses dalam SIG. Kemampuankemampuan ArcGis tersebut secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pertukaran data. ArcGis dapat melakukan pembacaan dan penulisan data dari dan ke dalam format perangkat lunak SIG lainnya. 2. Melakukan analisis statistik dan operasi-operasi matematis. ArcGis dapat melakukan perhitungan matematik yang digunakan untuk mengolah data, yang dapat disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan grafik-grafik yang menarik. 3. Menampilkan informasi (basisdata) spasial maupun atribut. ArcGis dapat mengakses dan menampilkan basis data eksternal (Basis data atribut yang dapat dibuat dengan menggunakan perangkat lunak DBMS relasional yang ada : misal: Ms. Access, Dbase, Oracle, dan sebagainya) 4. Menjawab query spasial maupun atribut. Menghubungkan informasi spasial dengan atribut-atributnya yang terdapat (disimpan) didalam basis data atribut: 1.Memilih feature (entitas) spasial, muncul informasi spasialnya. 2. Memilih data atribut dari basis data atribut, muncul representasi spasial feature yang dipilih. 3. Memilih data atribut, muncul data atribut-atribut lainnya yang terdapat di dalam basis data tersebut. 4. Memilih suatu feature spasial, muncul feature spasial lainnya yang terkait. 29 5. Melakukan fungsi-fungsi dasar SIG. Menyediakan alat bantu analitis spasial sederhana yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah SIG.Misalnya: mencari jumlah sumur bor yang terdapat di dalam suatu area pertambangan, mencari jumlah rumah yang terdapat di dalam buffer (area) 50 meter dari pinggir sungai. 6. Membuat peta tematik. Menyediakan pustaka simbol dan warna (feature) untuk pembuatan peta tematik. Keuntungan-keuntungan jika bekerja dengan menggunakan data spasial ArcGis adalah sebagai berikut: - Proses penggambaran (draw) atau penggambaran ulang (redraw) dari features petanya dapat dilakukan dengan relatif cepat. - Informasi atribut dan geometriknya dapat di edit. - Dapat dikonfersikan kedalam format-format data spasial lainnya. - Memungkinkan untuk proses on-sceen digitizing. 2.7.3 GEOPROCESSING Geoprocessing adalah suatu cara yang dapat ditempuh dalam membuat data (spasial) yang baru berdasarkan existing layer(s) di dalam objek data. Berikut beberapa operasi spasial yng dapat dengan mudah dilakukan ArcGis : 1) Mereduksi jangkauan atau luas sebuah layer o Clip, digunakan untuk ‘memotong’ dan ’menggunting’ suatu layer (layer yang bertindak sebagai objek) berdasarkan (batasbatas yang di miliki oleh) layer yang lain yang bertipe poligon (layer yang bertindak sebagai pemotong/cutter). o Intersect, layer hasil operasi merupakan data spasial irisan kedua layer yang menjadi masukkannya layer overlay sebagai batas intersecting-nya. 2) Mengkombinasikan unsur-unsur spasial dengan ciri tertentu (kesamaan pada nilai field tertentu) pada sebuah layer.. 30 o Dissolve, menyatukan (menghilangkan batas-batas) unsureunsur spasial yang tepat bersebelahan, memiliki suatu nilai atribut yang sama, dan terdapat di dalam layer yang sama. 3) Mengkombinasikan unsur-unsur spasial yang terdapat di dalam layer yang berbeda. o Union, menghasilkan layer yang baru dengan cara mengkombinasikan dua layer yang bertipe poligon. o Merge, merupakan kombinasi dari beberapa layer tetapi , unsur-unsur spasial tersebut tidak saling memotong (intersect). 4) Menggunakan data milik sebuah layer di dalam layer yang lain o Assign, menandai suatu data (spasial) berdasarkan lokasinya dengan menggunakan relasi spasial untuk menggabungkan suatu layer ke dalam layer yang lain. 2.7.4 BUFFERING Buffer digunakan untuk mendefinisikan fungsi-fungsi kedekatankedekatan secara spasial suatu objek terhadap objek-objek lain yang berada di sekitarnya. Gambar 2.15 Contoh tampilan buffer (Peta Jarak) untuk jangkauan pemancaran 31 2.8 QUANTUM GIS Merupakan aplikasi desktop SIG yang mendukung format data vector , raster dan database (PostGIS dan oracle). Berikut ini merupakan langkah – langkah cara penginstallan Quantum GIS : 1. Extract file yang berisi installer quantum GIS , lalu klik setup-nya , tampilannya sebagai berikut : Gambar 2.16 instalasi awal Quantum Gis 2. Lalu klik NEXT Gambar 2.17 instalasi step-2 Quantum Gis 32 Gambar 2.18 instalasi step-3 Quantum Gis 3. Setelah proses install selesai klik finish Gambar 2.19 akhir instalasi Quantum Gis Quantum GIS mempunyai beberapa fitur , fitur- fiturnya di bagi menjadi dua bagian , yaitu fitur inti dan plugins. Fitur intinya, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Raster dan vektor didukung oleh pustaka OGR 2. Mendukung kemungkinan tabel - tabel PostgreSQL dengan menggunakan PostGIS 3. Penyempurnaan GRASS, termasuk pandangan, edit, dan analisa 4. Digitizing GRASS dan OGR/SHAPEFILE 5. Map Composer / Penggubah Peta 6. OGC Support 7. Overview Panel / Panel ikhtisar 8. Spatial Bookmarks 9. Identify/Select features 10. Edit / View / Search Attributes 11. Labeling feature 12. Proyeksi diudara 13. Save and restore projects 33 14. Ekspor ke file peta Mapserver 15. Merubah vektor dan raster symbology 16. Arsitektur plugin yang dapat diperlukan Sedangkan pluginsnya adalah sebagai berikut : 1. Add WFS Layer 2. Add Delimited Text Layer 3. Dekorasi-dekorasi (Copyright Label, North Arrow and Scale Bar) 4. Georeferencer 5. GPS Tools (sistem penentu posisi global) 6. GRASS 7. Graticule Creator 8. Fungsi-fungsi PostgreSQL Geoprocessing 9. SPIT Shapefile ke PostgreSQL / PostGIS Import Tool 10. PYTON Console 11. openModeller 34