Analisis Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitas Arus Kas

advertisement
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Piutang
Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan)
dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau
organisasi sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar
perusahaan. Sedangkan pengertian piutang secara khusus adalah suatu perkiraan
yang timbul akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam pemberian
kredit.
Munawir (2002) menyebutkan bahwa piutang dagang adalah tagihan
kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya
penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak
hanya karena penjualan bagarng dagangan secara kredit, tetapi karena hal-hal lain
misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan saham secara
angsuran atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya.
Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam neraca
secara informatif.
Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap
pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Piutang
biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan
(Niswonger et al, 1999).
Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa manajemen piutang
dimulai dengan keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam
manajemen piutang juga ada cara-cara piutang perusahaan dibentuk dan beberapa
cara alternatif untuk memantau piutang. Sistem pemantauan digunakan, karena
jika tidak piutang akan menumpuk menjadi suatu yang berlebihan, arus kas
menurun dan piutang tak tertagih menutupi laba dari penjualan. Manajemen
piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata
saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan
jumlah hari rata-rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung
pada kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung
8
resiko berupa kegagalan penagihan atau biasa disebut bad debts, kemungkinan
resiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya melakukan penjualan
kredit kepada pelanggan yang terkuat saja. Resiko piutang adalah tidak tertagih
dan akan menimbulkan credit cost (biaya kredit). Biaya kredit tersebut adalah :
1. Kegagalan memenuhi default (kewajiban) atau kerugian piutang macet
2. Biaya penelitian dan penagihan yang lebih tinggi.
3. Bertambah besarnya modal dan biaya modal yang terkait dalam
rekening-rekening piutang yang kurang layak (mereka yang membayar
lambat, sehingga rata-rata jangka waktu penagihan menjadi bertambah
panjang.
Kebijaksanaan kredit suatu perusahaan merupakan suatu alat persaingan
dengan perusahaan-perusahaan lain. Perluasan pemberian kredit ini hampir sama
dengan kebijaksanaan pengurangan harga perusahaan. Antara kebijaksanaan
kredit suatu perusahaan dengan tingkat penjualannya terdapat hubungan yang erat.
Manajemen keuangan dari perusahaan itu yang menetapkan kebijaksanaan kredit.
Menurut Riyanto (2001) kebijakan manajemen kredit suatu perusahaan ada tiga
variabel utama yaitu :
1. Credit Standart
Menentukan siapa yang pantas untuk diberikan kredit
2. Credit Terms
Menentukan kondisi dimana waktu kredit dapat diperpanjang, contoh :
perpanjangan waktu sampai 60 hari credit terms 30 hari
3. Collection Policies
Menentukan seberapa agresif perusahaan tersebut akan mengejar orang
yang tidak membayar hutang atau tterlambat membayar hutangnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang
Dalam rangka memperbesar volume penjualan, perusahaan menjual
produknya secara kredit. Penjualan kredit tidak langsung menambah kas, tetapi
menimbulkan piutang dan baru kemudian pada waktu jatuh tempo baru terjadi
aliran cash flow. Oleh karena itu piutang merupakan elemen modal kerja yang
selalu berputar secara terus menerus dalam perputaran modal kerja.
9
Dalam keadaan normal dan penjualan dilakukan secara kredit, piutang
mempunyai tingkat likuiditas yang jauh lebih tinggi daripada inventory, karena
perputaran piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja. Menurut Riyanto
(2001) menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi
dalam piutang adalah
a.
Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan maka
semakin besar jumlah investasi dalam piutang. Semakin besar volume
penjualan kredit dari setiap tahun berarti perusahaan itu harus
menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Semakin besar
jumlah piutang maka semakin besar resiko.
b.
Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat ini dapat bersifat ketat atau lunak. Jika perusahaan menetapkan
pembayaran ketat berarti perusahaan lebih mementingkan keselamatan
kredit daripada profitabilitas.
c.
Ketentuan tentang pembatasan kredit
Perusahaan dalam hal ini dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit
yang diberikan pelanggan. Semakin besar batas maksimal yang diberikan
maka semakin besar dana yang diinvestasikan dalam piutang.
d.
Kebijakan dalam mengumpulkan piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam mengumpulkan piutang
secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini
secara aktif mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai
kegiatan pengumpulan piutang tersebut dibandingkan perusahaan yang
menjalankan secara pasif.
e.
Kebiasaan membayar dari para pelanggan
Ada pelanggan yang suka membayar dengan menggunakan cash discount
dan ada juga pelanggan yang tidak menggunakan kesempatan ini. Hal ini
tergantung dari cara penilaian mereka mana yang lebih menguntungkan
dari kedua alternatif tersebut.
10
Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih
Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih adalah prosedur
yang ditempuh untuk memperoleh pembayaran dan rekening-rekening yang jatuh
tempo (Sawir, 2001). Usaha penagihan piutang juga sebaiknya ditingkatkan
karena akan mengurangi investasi dan pengeluaran piutang ragu-ragu serta akan
meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan piutang sebagai
sumber dana yaitu melalui factoring maupun pledging dari piutang.
a. Factoring (Anjak Piutang)
Pengertian anjak piutang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
448/KMK.017/2000 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan
atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri
b. Pledging (Penggandaan Piutang)
Pledging hampir sama dengan factoring, hanya dalam pledging perusahaan
menggandaikan piutangnya kepada lembaga keuangan untuk memperoleh
dana bagi kelangsungan perusahaannya.
Sumber dana dari piutang merupakan kesepakatan legal antara penjual
barang atau jasa dengan lembaga keuangan. Kesepakatan itu dinyatakan dalam
suatu prosedur yang harus dijalani oleh kedua belah pihak. Setelah itu perusahaan
yang menggadaikan piutang mendapatkan faktur dari lembaga keuangan.
Setelah itu lembaga keuangan mempelajari faktur tersebut dan membuat
penilaian. Faktur perusahaan yang memenuhi syarat standar kredit lembaga
keuangan, tidak dapat menggadaikan piutangnya.
Kebijaksanaan pemberian piutang
Menurut Barlian dan Sundjaja (2003), kebijakan kredit adalah suatu
penetapan dalam penyelesaian pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit.
Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan seseorang/perusahaan
akan memberikan kerdit kepada pelanggannya dan jumlah kredit yang diberikan.
11
Lima dimensi utama yaitu :
1. Character (Karakter)
Karakter yaitu melihat dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status
sosial dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan keinginan
untuk membayar.
2. Capacity (Kemampuan)
Kemampuan yaitu melihat kemampuan pimpinan perusahaan beserta
stafnya dalam memperoleh penjualan ataupun pendapatan yang dapat
diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang
dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
membayar.
3. Capital (Kapital)
Kapital adalah mengukur posisi keuangan secara umum dengan
memperhatikan kapital atau modal yang dimiliki perusahaan dan juga
perbandingan utang dan kapital.
4. Collateral (Kolateral)
Kolateral artinya mngukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai
jaminan atas kredit
5. Condition (Kondisi)
Kondisi disini maksudnya adalah memperhatikan kondisi perekonomian
pada umumnya serta kecenderungan (trend) perekonomian yang akan
mempengaruhi terhadap jalannya perusahaan.
Analisis kredit memberi perhatian utama terhadap karakter dan
kemampuan karena merupakan dasar yang utama dalam memberikan kredit.
Pertimbangan terhadap 3K yang lain penting dalam menyusun rencana kredit serta
dalam membuat keputusan, yang juga dipengaruhi oleh pengalaman dan
pertimbangan dari analisis kredit.
Informasi untuk memperoleh kredit biasanya diberikan bersamaan dengan
formulir yang terdiri dari data keuangan, informasi kredit dan referensi. Itu juga
bisa dibilang sebagai permohonan. Jika perusahaan sudah pernah memberikan
kredit kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi
pembayarannya. Sumber dari luar yang termasuk informasi lain diantaranya
12
laporan keuangan, lembaga pemeringkat kredit, lembaga informasi kredit,
assosiasi bisnis serta bank.
Perusahaan tidak hanya menentukan kemampuan kredit dari pelanggan
tetapi juga harus memperhatikan jumlah maksimum kredit yang diberikan. Selain
itu perusahaan harus membuat batas kredit yaitu jumlah maksimum pelanggan
yang dapat diberikan kredit.
Stabilitas Kas
Menurut Munawir (2002), pengertian kas adalah tunai yang dapat
digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas
adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank
dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat
diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).
Menurut Ross (1998) dalam Octavia (2004), siklus kas adalah periode
waktu antara pengeluaran kas dan penerimaan kas atas kas yang telah dikeluarkan
tersebut. Atau dapat juga dikatakan sebagai selisih antara siklus operasi dengan
periode hutang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Siklus Kas = Siklus Operasi – Periode Piutang …………..(1)
Likuiditas
Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih menurut
Riyanto
(2001)
tentang
masalah
likuiditas
menyatakan
bahwa
masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang akan segera harus
dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu
perusahaan pada saat tertentu merupakan kemampuan membayar dari perusahaan
yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan membayar
belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang harus segera
dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai
kemampuan membayar.
13
Menurut Riyanto (2001) juga, likuiditas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Sedangkan untuk
mengukur likuiditas tersebut digunakan rasio likuiditas. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan likuiditas adalah perbandingan antara
jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai disatu
pihak dengan jumlah hutang lancar dan pengeluaran-pengeluaran rutin untuk
penyelenggaraan perusahaan dilain pihak. Atau dapat pula dikatakan bahwa
likuiditas adalah kecepatan dan kemudahan suatu aktiva untuk diubah menjadi
kas.
Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitas Kas Perusahaan
Menurut Riyanto (2001), guna menjalankan aktivitas perusahaan, kas
sangat penting kedudukannya karena kas merupakan unsur modal kerja dan juga
merupakan bagian dari investasi. Operasional kas harus benar-benar mencukupi
dalam aktivitas perusahaan tersebut, karena dengan adanya kas yang cukup maka
dapat menunjang kegiatan operasional dan sebaliknya apabila kas yang tersedia
tidak mencukupi akan mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional
perusahaan itu sendiri. Operasional kas yang dimaksud adalah bagaimana caranya
perusahaan dalam menjalankan aktivitas keuangan sesuai dengan produksi yang
telah ditetapkan.
Pada Riyanto (2001) juga disebutkan, arus kas masuk dan arus kas keluar
harus diupayakan seimbang, artinya tidak terjadi saldo kas yang berlebihan
ataupun keuntungan. Saldo kas yang berlebihan dari kebutuhan akan
mengorbankan kegiatan operasional perusahaan karena tertanam jumlah uang kas
yang tidak produktif. Tetapi sebaliknya saldo kas yang defisit akan menyebabkan
perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik dan akibat selanjutnya kegiatan
perusahaan dapat terganggu karena kurangnya pembiayaan. Sehingga diperlukan
adanya penyusunan anggaran penerimaan dan pengeluaran kas yang baik,
sehingga menghasilkan jumlah saldo yang optimal agar dapat menunjang aktivitas
perusahaan. Jumlah kas yang optimal berarti dapat membiayai operasi perusahaan
sehari-hari dan kewajiban finansial perusahaan tetap pada saat ditagih.
14
Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Perusahaan
Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka maka
makin liquidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin
pendek. Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah
piutang itu. Demikian juga halnya dengan persediaan, hutang, dan kas.
Pada Riyanto (2001) juga menyebutkan bahwa siklus operasi perusahaan
mempengaruhi kelikuiditasan operasi perusahaan tersebut. Dan bahwa semakin
panjang siklus operasi perusahaan, maka operasi perusahaan juga semakin illikuid
(tidak likuid), karena kecepatan berubahnya aktiva menjadi kas menjadi semakin
lambat akibat semakin panjangnya siklus operasi perusahaan. Dengan semakin
pendeknya suatu siklus operasi perusahaan, maka aktiva perusahaan dapat dengan
cepat diubah menjadi kas dan dapat dengan cepat pula digunakan untuk siklus
operasi perusahaan yang berikutnya.
Penelitian Terdahulu
Susilo (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Manajemen
Piutang PT. Sucofindo (Persero) Jakarta” bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis cara pengelolaan piutang, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya piutang serta menganalisis dan mengetahui investasi
dalam piutang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio, analisis
horizontal, analisis investasi piutang, analisis biaya dan analisis regresi dengan
SPSS versi 10. Hasil penelitian ini adalah pengelolaan piutang perusahaan
tersebut tidak efektif dan faktor yang berpengaruh signifikan adalah usaha
penagihan.
Maya (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Piutang dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro Klasifikasi
Indonesia (persero)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek
manajemen piutang pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia, mengidentifikasi dan
menganalisis keefektifan manajemen piutang terhadap profitabilitas. Pengolahan
data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi adalah analisis horizontal,
analisis vertikal, analisis rasio dan analisis profitabilitas. Dari hasil penelitian
menyatakan pengelolaan piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia kurang baik, hasil
15
yang diperoleh dari setiap analisis yang ada hasilnya dibawah standar umum yang
ditetapkan dan adapun beberapa saran yaitu membentuk kelompok khusus dari
staf-staf untuk mengikuti pelatihan agar dapat memantau piutang dan melakukan
penagihan dan pemberian insentif karyawan yang berhasil menagih piutang.
Agustina (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektivitas
Manajemen Piutang (studi kasus PT. Unitex Tbk Bogor)”, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang, menganalisis
kinerja manajemen piutang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya piutang serta mengetahui keefektivan pengelolaan manajemen piutang.
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa jika dilihat dari rasio keuangan, analisis
vertical, analisis horizontal dan analisis investasi piutang hasil yang diperoleh
dibawah standart yang telah ditentukan dengan beberapa saran yang diberikan
yaitu membentuk kelompok khusus untuk dapat memantau piutang dan
melakukan penagihan agresif serta percepatan penerbitan surat klaim terhadap
produk yang rusak agar pembayaran piutang dari pelanggan bisa disegerakan.
Download