12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan Laporan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari
pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut digunakan
untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana
dengan hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil
keputusan. Dengan demikian untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan diperlukan adanya laporan
keuangan dari perusahaan bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut SAK no.1 (2002:2) adalah:
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya sebagai arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga.
Menurut Munawir (2000:2) menyatakan bahwa “Laporan keuangan adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.”
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi atau suatu
proses pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang dilaksanakan oleh suatu
12
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Dalam proses ini diidentifikasikan berbagai transaksi atau peristiwa
yang merupakan aktivitas ekonomi perusahaan yang dilakukan melalui
pengukuran, pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran sedemikian rupa
sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang
lainnya mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan
perusahaan.
1. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan dalam
mengambil keputusan.
Menurut Mamduh (2004:79) tujuan laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
a. Menyajikan informasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
b. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal
untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian (yang
berarti risiko) penerimaan kas yang berkaitan .
c. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu pihak
eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidak
pastian aliran kas masuk bersih perusahaan.
d. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi
perusahaan dan klaim-klaim atas sumber daya tersebut yang
meliputi: hutang dan modal saham.
e. Memberikan informasi mengenai prestasi perusahaan selama
periode tertentu untuk membantu pihak eksternal menetukan
harapannya (expectation) mengenai prestasi perusahaan pada
masa-masa mendatang. Atau dengan kata lain memberikan
informasi mengenai pendapatan dan komponen-komponennya.
f. Memberikan informasi mengenai aliran kas perusahaan,
bagaimana perusahaan menerima kas dan mengeluarkan kas,
mengenai pinjaman dan pelunasan pinjaman, mengenai transaksi
13
Universitas Sumatera Utara
permodalan termasuk dividen yang dibayarkan dan mengenai
faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi likuiditas perusahaan.
2. Manfaat Laporan Keuangan
Manfaat laporan keuangan berdasarkan pihak penggunanya dapat dibagi dua
yaitu:
a. Manfaat internal dari hasil interpretasi laporan keuangan dapat berupa
tingkat kesehatan keuangan perusahaan untuk pemilik perusahaan, kondisi
kesehatan keuangan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan saingan,
efektivitas manajemen dalam pengoperasian dan lain sebagainya tingkat
kesehatan keuangan perusahaan dapat diketahui melalui analisis atau
interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat
diketahui
potensi-potensi
dan
kelemahan-kelemahan
yang
dimiliki
perusahaan sehingga pihak-pihak internal yang berkepentingan dengan
perusahaan
dapat
mempergunakannya
sebagai
pertimbangan
dalam
pengabilan keputusan.
b. Manfaat eksternal dari hasil interpretasi laporan keuangan misalnya bagi
investor, untuk membantu pengambilan keputusan untuk menanamkan atau
menarik modalnya pada perusahaan sedangkan bagi kreditur untuk
membantu dalam pengambilan keputusan dalam hal pemberian pengamana
pada perusahaan.
14
Universitas Sumatera Utara
B. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan adalah sampai sejauh mana prestasi
peningkatan posisi kesehatan atau performance dari nilai perusahaan yang diukur
melalui laporan keuangan baik melalui neraca, maupun laporan laba rugi yang
dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu.
Bagi pihak investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat
digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka
di perusahaan tersebut atau harus mencari alternative investasi lain. Selain itu,
kinerja juga memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau
masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik.
Kinerja perlu diukur, dievaluasi untuk menentukan sejauh mana
keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tertentu. Dua aspek yang sering
digunakan dalam menilai kinerja adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi
menggambarkan hubungan antara input dan output, sedangkan efektivitas
mencerminkan hubungan output pada suatu tujuan tertentu.
Pengukuran kinerja merupakan kunci penting dalam infrastruktur organisasi.
Istilah tersebut mencakup suatu set kebijakan organisasional, sistem dan praktek
yang mengkoordinasi tindakan serta transfer informasi untuk mendukung seluruh
siklus manajemen. Manajemen menggunakan sistem pengukuran sebagai
mekanisme untuk mengimplementasikan strategi.
15
Universitas Sumatera Utara
1. Alat Ukur Penilaian Kinerja
Salah satu langkah di dalam tahap persiapan penilaian kinerja adalah
menentukan kriteria penilaian yang dibuat untuk para mananjer perusahaan.
Menurut Warsono (2003:24), “ Analisis laporan keuangan merupakan analisis
dengan menggunakan laporan keuangan dan informasi keuangan lainnya untuk
mengatahui posisi dan kinerja keuangan serta menilai kinerja keuangan di masa
depan”. Analisis laporan keuangan dapat menggunakan beberapa alat ukur yang
disesuaikan dengan kondisi perusahaan, seperti:
a. Analisis Rasio Keuangan
b. Analisis Laporan Keuangan yang dimodifikasi
c. Economic Value Added (EVA)
d. Analisis CAMEL
e. Balanced Scorecard
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada sudut pandang
yang diambil dan tujuan analisis. Tujuan umum penilaian kinerja perusahaan
adalah untuk mengevaluasi perubahan-perubahan atas sumber daya yang dimiliki
perusahaan.
Rudianto (2006:313) terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu :
a. Kriteria tunggal, yaitu ukuran penilaian kinerja yang hanya
menggunakan suatu patokan saja. Misalnya, jumlah penjualan bagi
manajer pemasaran, volume produksi bagi manajer produksi, dan
sebagainya. Kelemahan dari motode ini adalah diabaikannya ukuran
kinerja lainnya, seperti mutu produksi, dan pemeliharaan peralatan
bagi manajer produksi.
b. Kriteria beragam, yaitu ukuran penilaian kinerja dengan
menggunakan bermacam ukuran. Tujuan dari penggunaan kinerja
16
Universitas Sumatera Utara
beragam adalah supaya manajer divisi mengarahkan kinerjanya pada
berbagai ukuran kinerja seperti profitabilitas, pangsa pasar,
pengembangan karyawan, tanggungjawab masyarakat dan
sebagainya. Masing-masing ukuran diberikan penilaian yang
tersendiri dan terpisah.
c. Kriteria gabungan, yaitu ukuran penilaian kinerja dengan
menggunakan metode penilaian gabungan antara beberapa ukuran
seperti profitabilitas dan pangsa pasar untuk manajer pemasaran.
Bobot kinerja profitabilitas ditetapkan sebesar 4 dan pangsa pasar
sebesar 6. Dengan ukuran nilai 80 untuk profitabilitas dan 70 untuk
pangsa pasar maka masing-masing nilai dikalikan dengan bobotnya,
dan kemudian dijumlahkan sebagai dasar penilaina keseluruhan
Adapun kriteria yang digunakan perusahaan di dalam menilai kinerja para
manajernya, sebaiknya hal tersebut dipahami dan disepakati dengan baik oleh
seluruh anggota organisasi yang terlibat.
2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam
proses perencanaan dan pengendalian. Melalui pengukuran kinerja, perusahaan
dapat melakukan perencanaan serta memilih strategi yang akan dilaksanakan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum, tujuan suatu perusahaan dalam mengadakan pengukuran
kinerja adalah sebagai berikut:
a. Menentukan kontribusi masing-masing divisi atau perusahaan secara
keseluruhan atau atas kontribusi masing-masing sub divisi dari suatu divisi
(evaluasi ekonomi atau evaluasi segmen).
b. Memberikan daftar untuk mengevaluasi kualitas kerja masing-masing
manajer divisi (evaluasi manajerial).
17
Universitas Sumatera Utara
c. Memotivasi para manajer divisi supaya konsisten mengoperasikan
divisinya sehingga sesuai dengan tujuan pokok perusahaan (evaluasi
operasi).
Penilaian kinerja pada suatu organisasi sebaiknya menjadi syarat mutlak
bagi penempatan sumber daya ketika akan melaksanakan kegiatan baru,
memperhitungkan pendapatan dan biaya serta investasi suatu proyek.
Menurut Mulyadi (2001:415), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh
manajemen untuk:
a. Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui memotivasi
karyawan secara maksimal.
b. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
c. Menidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program
pelatihan karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasan menilai
kinerja mereka.
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
3. Tahapan Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama, yaitu tahap persiapan
dan tahap penilaian.
Tahap persiapan terdiri dari:
a. Penentuan
daerah
pertanggungjawaban
dan
manajer
yang
bertanggungjawab.
b. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.
c. Pengukuran kinerja yang sesungguhnya.
18
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan tahap penilaian terdiri dari:
a. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan
sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.
b. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari
yang ditetapkan dalam standar.
c. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk
mencegah perilaku yang tidak diharapakan.
Pembahasan berikutnya adalah kinerja keuangan perusahaan, maka
persiapan penilaian kinerja dilakukan pada saat pertanggungjawaban laporan
keuangan.
C. Economic Value Added (EVA)
Menurut Stewart III (1990:118), pencetus EVA pertama kali, mendefinisikan
EVA sebagai berikut:
EVA is a residual income measure that substracts the cost of capital from
the operating profits generated in the business. It’s measure to account
properly for all of the ways in which corporate value may be added or lost.
EVA will increase if operating profit can be made to grow without tying
up any more capital, if new capital is diverted or liquidated from business
activities that do not cover their cost of capital.
Definisi EVA menurut Dess (1996:12) adalah “EVA or the wealth a firm’s
creates fork’s owners is simply the traditional financial measure of after tax
operating profits minus the total cost of capital”.
Menurut Rudianto (2006:340), “EVA adalah suatu sistem manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercapai jika perusahaan mampu
19
Universitas Sumatera Utara
memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).
Hansen (2005:829) menyatakan bahwa “ nilai tambah ekonomi (EVA) merupakan
laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal”.
Menurut Young (2001:32) “EVA merupakan suatu aliran, sebab ia
mengukur laba dan semua pengukuran laba merupakan aliran”.
Laba ekonomis menurut Young (2001:95) “adalah laba yang diperoleh dari
suatu tindakan ekonomis bertentangan dengan perspektif akuntansi yang
mensyaratkan perusahaan dapat menetapkan tidak hanya biaya operasi tetapi juga
biaya modal”. Perbedaan utama EVA dengan pengukuran laba konvensional
adalah:
1. Menurut Young (2001:32),” EVA merupakan laba ekonomi kebalikan dari
laba akuntansi”.
2. Menurut Brigham (2006:96),” EVA memperhitungkan pengurangan biaya
modal,
sedangkan
pengukuran
laba
konvensional
tidak
memperhitungkannya”.
3. Menurut Djawahir (2005:30):
EVA memasukkan semua investasi baik berwujud maupun tidak
berwujud dalam neraca, sedangkan para akuntan menghapus investasi
tidak berwujud pada tahun tertentu dengan pencatatan sebagai biaya
bukan sebagai asset atau dalam EVA dilakukan juga penyesuaian
akuntansi seperti akuntansi upaya berhasil (successful efforts
accountants), penelitian dan pengembangan (R&D), pajak yang
ditangguhkan, depresiasi goodwill, dan lain-lain yang ditujukan untuk
perhitungan yang lebih akurat jika penyesuaian-penyesuaian tersebut
materil.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa EVA
merupakan keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya modal
20
Universitas Sumatera Utara
atau dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual
income) yang mengurangi biaya modal terhadap laba operasi. EVA ditentukan
oleh dua hal yaitu laba bersih setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi
setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan value dalam perusahaan,
sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan
dalam penciptaan value tersebut.
1. Sejarah Economic Value Added (EVA)
Gagasan mengenai EVA telah lama ada, pada tahun 1920-an, Alfred Sloan
melaksanakan sistem seperti EVA (mengurangi biaya modal dari laba yang
diperoleh) untuk divisi operai GM. Matsushita menciptakan sistem serupa pada
tahun 1930-an sebagaimana halnya GE pada tahun 1950. pada zaman tersebut
disebut dengan pendapatan residual (residual income) atau laba ekonomi
(economic profit). Konsep EVA pertama kali diperkenalkan oleh Gorge Bennet
Stewart III, salah seorang managing partner dari sebuah parusahaan konsultan
management terkemuka yaitu Stern Stewart and Company yang berkantor pusat di
New York yang termuat dalam bukunya yang berjudul “The Quest for Value”
pada tahun 1980.
Perusahaan pertama yang sukses
menerapkan EVA adalah Coca Cola
Company pada tahun 1990. Berkat penerapan EVA perusahaan tersebut dapat
meningkatkan efisiensi operasi sehingga harga sahamnya naik dari US$ 3 menjadi
US$ 42 atau naik sebesar 14 kali lipat. Tahun 1995 perusahaan SPX juga
menerapkan EVA, dan hasilnya cukup mengagumkan. Perusahaan yang
21
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya mengalami kinerja buruk selama bertahun-tahun dengan laba rendah,
berubah menjadi pencipta nilai yang tinggi. Tahun 1996 perusahaan tersebut
berhasil mencetak EVA sebesar US$ 27 juta. Kemudian pada tahun 1998
meningkat menjadi US$ 60 juta dan tahun 1999 naik lagi menjadi US$ 130.
perusahaan ini berhasil memperbaiki kinerja dengan menerapkan konsep EVA.
EVA banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.
Beberapa diantaranya yaitu Briggs and Statton, AT&T, CSX, Quaker Oats
(Nasser 2003:25). Di Indonesia konsep EVA juga telah diterapkan oleh beberapa
perusahaan untuk menilai kinerja manajemennya. Perusahaan yang pertama kali
menerapkan EVA di Indonesia adalah PT. United Tractors, Tbk pada tahun 1996.
2. Elemen-elemen EVA
a. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Bodie (2005) menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM)
merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern. Capital Asset Pricing
Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah
aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Walaupun Capital Asset
Pricing Model belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital Asset Pricing
Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model akurasi yang
cukup pada aplikasi penting.
Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah
perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama
mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal.
22
Universitas Sumatera Utara
Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal
adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak
ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara
umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah
yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk
free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya
identik. Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan
ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio.
Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing
Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau
portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien
beta.
Keinginan
utama
dari
investor
adalah meminimalkan risiko dan
meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum
bahwa investor individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko
(risk aversive), sehingga investasi yang berisiko harus dapat menawarkan tingkat
perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat
membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan
hubungan antara risk dan return. Dalam penilaian mengenai risiko biasanya
saham biasa digolongkan sebagai investasi yang berisiko. Risiko sendiri berarti
kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang diharapkan
23
Universitas Sumatera Utara
(possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah dari
kemungkinan fluktuasi (amount of potential fluctuation).
Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portfolio menjadi investasi
yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan
mengurangi risiko sistematis (systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi
risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Unsystematic risk adalah bagian
dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan.
Systematic risksystematic risk adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang
berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.
Informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan dapat membantu dalam
menentukan jumlah
Investor biasanya menghindari risiko, investor menginginkan perolehan
tambahan (additional returns) untuk menanggung risiko tambahan (additional
risks). Saham berisiko tinggi (High-risk securities) harus mempunyai harga yang
menghasilkan perolehan lebih tinggi daripada perolehan yang diharapkan dari
saham berisiko lebih rendah
b. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Menurut Stewart III (1991:86) Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
didefenisikan sebagai berikut: “NOPAT is the profit derived from company’s after
taxes but before financing cost and non cash-book-keeping entries. As such,
NOPAT also is the total poll of profits available to provide a cash return to all
financing providers of capital to the firm”.
24
Universitas Sumatera Utara
Peak (2001:6) menjelaskan NOPAT sebagai Net Operating Income
(NOI),”NOI is the amount of money generated exclusively from operation.” Peak
menjelaskan bahwa Net Operating Income adalah jumlah uang yang khusus atau
hanya dihasilkan dari operasi utama perusahaan, tanpa ada tambahan lainnya yang
sifatnya tidak rutin seperti penjualan asset.
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laba bersih dari operasi
setelah pajak atau NOPAT adalah laba yang didapatkan dari operasi perusahaan
setelah pajak tetapi belum membiayai biaya-biaya (costs) dan memasukkan
pembukuan yang bukan tunai. Dengan demikian, NOPAT adalah jumlah laba yang
tersedia untuk memberikan pengembalian (return) tunai kepada penyedia dana
untuk modal perusahaan.
c. Capital dan Invested Capital
Dalam konsep EVA, nilai capital terdiri atas ekuitas (nilai buku ekuitas dan
cadangan) ditambah utang berbunga (interest bearing debt) yang diambil dari
pasiva neraca (tidak termasuk utang dagang dan biaya terutang; accrued
expenses).
Menurut Sartono (2001:101), “Invested capital merupakan hasil reorganisasi
neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh
kreditor dan pemodal”. Dilihat dari segi investor, jumlah modal yang ditanamkan
mengidikasikan besarnya nilai yang ditanam oleh investor di dalam perusahaan
melalui pembelian surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan emiten.
25
Universitas Sumatera Utara
Semakin besar jumlah yang diinvestasikan, semakin besar pula tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor.
d. Rate of Return (r)
Menurut Stewart III (1991:85) yang dimaksud dengan rate of return (r)
dalam konsep EVA adalah,”Rate of return is the return that should be used to
assets corporate performance. Computed by dividing a firm’s net operating profit
after tax (NOPAT) by the total capital employed in operating.” Dari defenisi ini,
rate of return dihitung dengan cara membagi laba operasi perusahaan setelah
pajak (NOPAT) dengan total modal yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Rate of return ini mengukur produktivitas modal yang digunakan tanpa
memandang metode pembiayaan dan terbebas dari distorsi akuntansi yang timbul
dari pencatatan akuntansi akrual, dan kecenderungan untuk menilai modal terlalu
rendah. Rumusnya adalah sebagai berikut
r=
NOPAT
Capital
e. Biaya Modal (Cost of Capital)
Konsep cost of capital dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya
biaya riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana untuk
kemudian menetukan biaya modal rata-rata (average cost of capital) dari
26
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan dana yang digunakan di dalam perusahaan yang merupakan tingkat
biaya penggunaan modal perusahaan (the firm’s cost of capital).
Pengertian cost of capital menurut Young (2001:148) menjelaskan biaya
modal sebagai berikut:
1) Biaya modal berdasarkan pengembalian yang diharapkan, bukan pada
pengembalian histories
2) Biaya modal adalah biaya kesempatan yang mencerminkan pengembalian
yang diharapkan investor dari investasi lain dengan risiko yang serupa
Biaya modal perusahaan merupakan opportunity cost yaitu total
pengembalian yang diharapkan oleh penanam modal perusahaan jika uang mereka
diinvestasikan dalam saham dan obligasi yang memiliki tingkat risiko yang
sebanding. Biaya modal didasari oleh trade off antara risiko dan keuntungan.
Semakin besar risiko perusahaan yang ditanggung investor, semakin besar pula
tingkat pengembalian yang harus dicapai.
Jenis-jenis biaya modal menurut Houston (2006:589) adalah sebagai
berikut:
1) Cost of Debt (Kd)
Biaya penggunaan utang (cost of debt) adalah tingkat bunga yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan bila mendapatkan dana dengan melakukan
pinjaman dari pihak lain. Untuk menghitung besarnya biaya penggunaan
utang (Kd), maka kita harus mencari nilai Kb (cost of debt before tax) dari
persamaan berikut:
27
Universitas Sumatera Utara
Ct
M
Kb =
Maka
Kd = Kb (1 - T)
Keterangan:
Kb : biaya utang sebelum pajak
T : tingkat pajak
Ct : besarnya bunga yang harus dibayar per tahun
M : nilai jatuh tempo dari utang
Kd : biaya bunga setelah pajak
2) Cost of Common Stock (Ks)
Biaya modal saham berkaitan dengan trade off risiko dan imbalan yang
diharapkan
dalam
investasi,
artinya
suatu
perusahaan
harus
mengkompensasikan pemegang saham dengan pengembalian ekonomi dalam
peramalan di masa mendatang yang mungkin berbeda dengan masa lalu.
Alasan perhitungan biaya modal saham biasa lebih sulit karena adanya unsur
ketidakpastian atas pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa. Cost
of Common Stock untuk perusahaan-perusahaan yang normal dalam arti tidak
mengalami pelonjakan harga saham yang signifikan,
menggunakan rumus Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai berikut:
Ks = Rf + β (Rm – Rf )
Keterangan:
28
Universitas Sumatera Utara
Ks
: required return of common stock
Rf
: tingkat bunga bebas risiko
Rm
: Perkiraan tingkat harga minimum dalam pasar secara keseluruhan
β
: Koefisien beta
Untuk perusahaan yang mengalami lonjakan harga saham yang signifikan
(booming), rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Ks =
D1
P
xg
Keterangan:
D1 : dividen yang harus dibayar
P : harga saham
g : tingkat pertumbuhan dividen
3) Cost of Preffered Stock (Kp)
Saham preferen memiliki karakteristik campuran antara utang dengan saham
biasa. Seperti halnya utang, saham preferen mengandung kewajiban yang
tetap, yaitu mengadakan pembayaran secara periodik dan apabila perusahaan
dilikuidasi, maka pemegang saham preferen memiliki hal didahulukan
sebelum para pemegang saham biasa.
Cost of Preffered Stock (Kp) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kp =
dp
Np
29
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
Kp : cost of preffered stock
Dp : dividen yang dibayar
Np : net proceeed (penerimaan bersih dari jumlah saham preferen)
4) Cost of Retained Earning (Kr)
Apabila perusahaan menggunakan dana yang berasal dari laba ditahan
(retained earning), maka biaya modalnya adalah sebesar rate of return yang
diharapkan akan diterima oleh investor saham biasa apabila mereka
menginvestasikan sendiri dana tersebut sebesar rate of return yang mereka
harapkan dari sahammnya.
f. Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Para investor membutuhkan pengembalian yang lebih tinggi untuk
pembelian saham dalam suatu perusahaan tertentu daripada ketika mereka
memberikan pinjaman karena investasi dalam saham lebih berisiko. Oleh karena
itu biaya modal suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada biaya utang dan
pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing itu dimiliki
struktur modal. Tujuan pokok menghitung biaya modal rata-rata tertimbang
adalah untuk digunakan dalam mengambil keputusan tentang investasi modal baru
yang dinilai berdasarkan standar pengembalian yang cukup memadai untuk
menkompensasikan semua penyedia modal.
30
Universitas Sumatera Utara
WACC adalah tingkat return minimum berdasarkan porsi masing-masing
instrumen pembiayaan dalam struktur modal perusahaan yang harus dihasilkan
perusahaan untuk memenuhi ekspektasi dari kreditur dan pemegang saham selaku
penyedia modal. Pembobotan dilakukan berdasarkan jenis pembiayaan dalam
perusahaan karena setiap pembiayaan memiliki risiko yang berbeda-beda bagi tiap
investor. Umumnya pembiayaan terdiri dari dua kelompok yaitu utang dan
ekuitas. Hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang
(WACC) dari perusahaan tersebut yang dihitung dengan rumus:
WACC = Wd x Kd + Ws x Ks + Wp x Kp
Keterangan:
WACC
: biaya modal rata-rata tertimbang
Wd
: bobot utang jangka panjang dalam struktur modal
Kd
: cost of debt
Ws
: bobot jumlah saham dalam struktur modal
Ks
: cost of common stock
Wp
: bobot jumlah saham preferen dalam struktur modal
Kp
: cost of preffered stock
g. Sruktur Modal
Struktur modal merupakan komposisi antara sumber dana jangka panjang
beruapa utang jangka panjang dan ekuitas. Struktur modal ini menunjukkan
proprosi pendanaan dalam perusahaan untuk menjalankan perusahaan. Bagi
31
Universitas Sumatera Utara
perusahaan besar umumnya struktur sebagian berasal dari pihak luar perusahaan
apakah dari investor maupun kreditur.
Struktur modal perusahaan berbeda-beda, tetapi pada umumnya struktur
modal sebuah perusahaan terdiri atas utang dan modal sendiri dalam bentuk
saham. Perbedaan struktur modal ini mengakibatkan biaya modal yang berbeda
pula. Karena masing-masing memiliki biaya dalam penggunaanya yaitu bunga
pinjaman apabila modal berbentuk utang dan return atau tingkat pengembalian
yang diharapkan investor jika modal berbentuk saham.
Menurut Warsono (2003:236), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan di masa yang akan
datang
2) Struktur kompetitif dalam industri
3) Struktur asset dari perusahaan sendiri
4) Risiko bisnis yang dihadapi perusahaan
5) Status kendali dari para pemilik dan manajemen
6) Sikap para kreditor modal terhadap industri dan perusahaan
7) Posisi pajak perusahaan
8) Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal
dalam kondisi yang tidak baik
9) Konservatisme dan agresivitas manajerial.
Hal-hal tersebut akan mempengaruhi keputusan manajemen dalam
memutuskan struktur modalnya.
32
Universitas Sumatera Utara
3. Penghitungan EVA
Berdasarkan
penjelasan
yang
telah
disebutkan
sebelumnya,
maka
penghitungan EVA mencakup tiga variabel penting, yaitu NOPAT, CoC, dan EVA
itu sendiri. Langkah-langkah atau proses penghitungan EVA adalah sebagai
berikut:
a. NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
NOPAT atau laba bersih setelah pajak dapat dihitung dengan rumus:
NOPAT = EBIT (1 – Tax)
EBIT adalah Earning Before Interest and Tax atau laba sebelum bunga dan
beban pajak. Dalam penghitungan EVA terlebih dahulu kita harus mengetahui
nilai NOPAT perusahaan yang diteliti. Jika pada laba akuntansi laba dikurang
dengan biaya operasional saja, maka EVA mengurangkan laba setelah
pajak
dengan biaya hutang dan biaya modal. Sehingga semua biaya yang dikeluarkan
untuk operasi benar-benar telah dihitung.
b. WACC (Weighted Average Cost of Capital)
WACC dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
WACC = Ki x Wi + Ke x We
WACC atau biaya modal rata-rata adalah rata-rata biaya modal yang
dikeluarkan perusahaan sesuai dengan struktur modalnya. Young (2001:149)
mengatakan untuk menghitung WACC perlu diketahui hal-hal berikut:
1) Jumlah utang dalam struktur modal, pada nilai pasar
33
Universitas Sumatera Utara
2) Jumlah ekuitas dalam struktur modal, pada nilai pasar
3) Biaya utang
4) Tingkat pajak
5) Biaya ekuitas
Struktur modal perusahaan sudah tentu pasti berbeda satu dengan yang lain.
Pada umumnya struktur modal perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri
dalma bentuk saham, untuk saham ada yang saham biasa (common stock) dan
saham preferen. Perbedaan struktur modal ini mengakibatkan biaya modal yang
berbeda pula. Karena masing-masing ada biaya dalam penggunaannya, yaitu
bunga pinjaman untuk modal yang berasal dari utang, dan expected return atau
tingkat pengembalian yang diharapkan untuk modal yang berasal dari saham.
Menurut Warsono (2003:236), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan di masa yang akan
datang.
2) Struktur kompetitif dalam industri.
3) Susunan aset dari perusahaan sendiri.
4) Risiko bisnis yang dihadapi perusahaan.
5) Status kendali dari para pemilik dan manajemen.
6) Sikap para kreditor modal terhadap industri perusahaan.
7) Posisi pajak perusahaan.
8) Fleksibilias keuangan perusahaan atau kemampuan untuk
menerbitkan modal dalam kondisi yang tidak baik.
9) Konservatisme atau agresivitas manajerial
c. Biaya Utang
Young (2001:150) menyatakan bahwa “biaya utang adalah tingkat
sebelum pajak yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemberi pinjaman. Jika
34
Universitas Sumatera Utara
perusahaan memiliki beberapa sumber pembiayaan utang, masing-masing dengan
tingkat berbeda, biaya utang yang digunakan adalah rumus WACC”.
Menurut Warsono (2003:239),” Utang perusahaan dapat berupa utang pada
bank atau utang obligasi. Biaya utang bank adalah sebesar bunga yang
dibayarkan. Dan perlu diingat bahwa penghitungan bunga secara umum ada dua,
yaitu simple interest dan compund interest (bunga berbunga)”. Secara umum
biaya utang dapat dihitung dengan rumus:
Beban Bunga
Kd =
x 100%
Jumlah Utang
Kd
: Biaya utang sebelum pajak
Sedangkan untuk utang yang berasal dari obligasi, rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut (Martono:204)
Kdo =
1+(N-Nb)/n
Nb+N/2
Keterangan:
Kdo
: Biaya utang obligasi
N
: Harga nominal obligasi atau nilai obligasi pada akhir umurnya.
N
: Jangka waktu obligasi
I
: Bunga obligasi satu tahun dalam Rupiah
Nb
: Nilai bersih penjualan obligasi.
35
Universitas Sumatera Utara
Rumus ini tidak memasukkan beban pajak. Besarnya biaya utang setelah
pajak menurut Brigham (2006:470) adalah:
Ki = Kd (1-T)
Keterangan:
Ki
: Biaya utang setelah pajak
Kd
: Biaya utang sebelum pajak
T
: Tingkat pajak
Indonesia
menganut sistem pajak progresif berlapis dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Laba sebelum pajak < Rp 25,00 juta = 10 %
2. Kelebihan laba sebelum pajak antara Rp 25,00 juta – Rp 50,00 juta = 15%
3. Kelebihan laba sebelum pajak > Rp 50,00 juta = 30%
d. Biaya Ekuitas
Menurut Young (2005:150), “biaya ekuitas adalah pengembalian yang
diminta oleh investor untuk membuat investasi ekuitas dalam perusahaan itu”.
Selain dari menerbitkan obligasi perusahaan juga dapat menggunakan laba
ditahan (retained earning) dan menerbitkan saham biasa yang baru sehingga biaya
ekuitas dapat berasal dari modal saham baik saham biasa maupun saham preferen
serta dari laba ditahan.
36
Universitas Sumatera Utara
e. Saham Preferen
Saham preferen memiliki ciri-ciri yang khusus, yaitu mirip dengan utang
karena adanya penghasilan tetap bagi para pemiliknya walaupun perusahaan
tersebut tidak berlaba atau rugi. Pendapatan ini berupa dividen saham yang harus
dibayarkan setiap tahun. Saham preferen tidak ada masa jatuh temponya seperti
yang dimiliki oleh obligasi. Biaya untuk saham preferen dapat dihitung dengan
rumus:
Kps =
Dps
Vps
Keterangan:
Kps
: tingkat pengembalian minimum yang diisyaratkan oleh pemegang saham
Preferen
Dps
: dividen saham preferen
Vps
: Harga saham preferen
Menurut Tampubolon (2005:175), ada tiga teknik pendekatan dalam
menghitung biaya modal saham biasa sebagai ekuitas di dalam perusahaan, yaitu:
1) The Gordon’s Growth Model
Po =
DI
r-g
Keterangan:
Po
: Nilai saham biasa
DI
: Penerimaan dividen dalam satu tahun
r
: Rate of return yang diinginkan investor
37
Universitas Sumatera Utara
g
: Growth yaitu tingkat pertumbuhan yang diasumsikan konstan
setiap tahun.
2) Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh William Sharpe dengan
mengembangkan teori keseimbangan yang menghubungkan antara risiko dan
return. Menurut Martono (2001:11),” return suatu saham merupakan fungsi
dari tingkat keuntungan bebas risiko (risk free rate), tingkat keuntungan yang
diisyaratkan agar portofolio pasar (market return ) dan koefisien β (beta)”.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ke = Rf + {(Rm – Rf) x β }
Keterangan:
Ke
: Biaya ekuitas perusahaan
Rf
: Pengembalian bebas risiko, pada penelitian ini digunakan
besarnya Rata-rata SBI selama satu tahun
Rm
: Tingkat pengembalian pasar, yang dihitung dengan cara
Menjumlahkan return pasar selama satu tahun
β
: Risiko sistematis (risiko individual) saham perusahaan yang
dihitung dengan cara mencari nilai rata-rata beta saham untuk
satu tahun.
Tingkat pengembalian suatu saham biasa yang diinginkan investor sama
dengan tingkat risiko saham perusahaan yang dikenal dengan istilah beta (β). Beta
38
Universitas Sumatera Utara
merupakan alat ukur risiko individual saham yang dikaitkan dengan tingkat return
yang diinginkan atau diharapkan investor.
Menurut Naftali (2007:4), “β adalah ukuran dari hubungan paralel dari
sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham. Bila β > 1.00 artinya
saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. β < 1.00 artinya
saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum
(general market index)”. Bila nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna
dengan kinerja seluruh pasar seperti yang diukur indek pasar (market index),
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai β suatu saham adalah:
β=
Rm =
Ri =
n ∑x ∑y - ∑x ∑y
n ∑x2 - (∑x)2
IGSG t - IHSG t-1
IHSG t-1
Pn - Pn-1 + Dn
Pn - 1
Keterangan:
n
: Banyaknya periode pengamatan
x
: tingkat pengembalian pasar (Rm)
y
: Tingkat pengembalian saham i pada periode t (Ri)
IGSG t
: IHSG pada tahun t
39
Universitas Sumatera Utara
IHSG t-1
: IHSG pada tahun t-1
Pn
: Harga saham pada periode t
Pn-1
: Harga saham pada periode t-1
Dn
: Dividen yang diperoleh
3) The Bond Plus Approach
Ke = Long Term Bond + Risk Premium
Ke = Kd (1-T) + Risk Premium
Keterangan:
Ke
: Biaya Ekuitas
Kd
: Biaya utang sebelum pajak
T
: Tax atau pajak
f. Laba Ditahan
Menurut Warsono (2003:146), ”ada tiga pendekatan untuk menghitung
biaya laba ditahan. Penghitungan biaya laba ditahan hampir sama dengan
penghitungan biaya saham biasa”. Tetapi dalam penerapannya ada kemungkinan
menghasilkan biaya laba ditahan yang berbeda karena menggunakan dasar dan
asumsi yang berbeda. Untuk menjustifikasinya maka dicari hasil perhitungan rataratanya. Ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut:
40
Universitas Sumatera Utara
1) Model Arus Diskonto
Ks =
D1
Po
+g
Keterangan:
Ks
: Biaya laba ditahan
D1
: Dividen yang diharapakan (expected) pada tahun pertama
Po
: Harga pasar saham biasa
G
: Tingkat pertumbuha dividen tahunan
2) Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Ks = Rf + { ( Rm – Rf ) x β
Keterangan:
Ks
: Biaya laba ditahan
Rf
: Tingkat pengembalian bebas risiko
β
: Beta, yaitu risiko sistematis saham
Rm
: Tingkat pengembalian pasar
3) Model Premi Risiko
Ks = Ki + RP
Keterangan:
Ks
: Biaya laba ditahan
Ki
: Biaya utang setelah pajak
RP
: Risk Premium atau premi risiko.
41
Universitas Sumatera Utara
Setelah biaya utang dan biaya ekuitas diperoleh, maka biaya modal rata-rata
tertimbang dapat kita hitung. Langkah-langkah dalam menghitung biaya modal
rata-rata tertimban (WACC) adalah sebagai berikut:
1) Penentuan komponen biaya modal
Komponen biaya modal ditentukan berdasarkan pada rencana sumber
pembiayaan yang akan digunakan. Komponen biaya modal terdiri dari biaya
modal, biaya saham preferen, dan biaya saham biasa.
2) Penentuan besarnya proporsi dari setiap sumber pembelanjaan.
Penentuan proporsi masing-masing komponen biaya dalam pembelanjaan
suatu perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Proporsi Utang Bank
=
Utang Bank
Total Modal
Proporsi Utang Obligasi
=
Utang Obligasi
Total Modal
Proporsi Modal Saham Preferen
=
Modal Saham Preferen
Total Modal
Proporsi Modal Saham Biasa
=
Modal Saham Biasa
Total Modal
Proporsi Laba Ditahan
=
Laba Ditahan
Total Modal
42
Universitas Sumatera Utara
Penentuan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang
Menurut Warsono (2003:153), biaya modal rata-rata tertimbang dapat
dihitung dengan rumus:
WACC = Ki x Wi + Ke x We
Keterangan:
Ki
: Biaya utang setelah pajak
Wi
: Proporsi utang jangka panjang atas kewajiban dan ekuitas
Ke
: Biaya ekuitas
We
: Proporsi ekuitas atas kewajiban dan ekuitas
g. Cost of Capital
Tampubolon (2005:170),” biaya modal (the cost of capital) adalah sebagai
tingkat pengembalian (rate of return) berdasarkan nilai pasar dari suatu korporasi
yang dilihat dari saham yang beredar (price of the firm’s stock)”. Cost of capital
adalah biaya modal dalam bentuk nominal yang diperoleh dengan mengalikan
biaya modal rata-rata tertimbang dengan jumlah utang dan ekuitas yang dimiliki
sebuah perusahaan.
CoC = WACC x Jumlah utang dan Ekuitas
Keterangan:
CoC
: Besarnya biaya modal tertimbang perusahaan dalam nilai nominal
WACC
: Biaya modal rata-rata tertimbang
43
Universitas Sumatera Utara
h. Economic Value Added (EVA)
EVA dapat dihitung dengan rumus:
EVA = NOPAT - CoC
Keterangan:
EVA
: Economic Value Added
NOPAT
: Laba bersih setelah pajak
CoC
: Biaya modal
Hasil dari penghitungan tersebut akan diperoleh nilai EVA. Hasil penelitian
kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan ukuran EVA menurut Rudianto
(2006:348) dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori yang berbeda, yaitu:
1) Nilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil
menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan
2) Nilai EVA = 0
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada pada dalam
titik impas. Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi tidak
mengalami kemajuan secara ekonomi
3) Nilai EVA < 0 atau EVA bernilai negatif
Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses pertambahan nilai
ekonomis bagi perusahaan. Dalam arti laba yang dihasilkan tidak
memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham (investor)
44
Universitas Sumatera Utara
4. Keunggulan dan Kelemahan EVA
a. Keunggulan EVA
Beberapa alasan mengapa Economic Value Added lebih tepat digunakan
adalah:
1) Konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibandingkan dengan
perusahaan sejenis ataupun membuat suatu analisis kecenderungan dengan
tahun sebelumnya.
2) Konsep ini menyajikan ukuran yang secara adil mempertimbangkan
harapan-harapan kreditur dan pemegang saham
3) Konsep ini sangat membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan
manajemen secara tepat seperti penetapan tujuan, penganggaran modal,
penilaian kinerja, dan komunikasi dengan karyawan, lebih tepatnya EVA
dapat digunakan sebagai dasar untuk menerapkan sistem manajemen
keuangan yang terintegrasi secara lengkap.
Menurut Rudianto (2006:352) keunggulan yang dimiliki EVA antara lain
sebagai berikut:
1) EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dalam kepentingan
pemegang saham dimana EVA digunakan sebagai ukuran
operasional dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan
perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham
atau investor.
2) EVA memberikan pedoman bagi manjemen untuk meningkatkan
laba operasi tanpa tambahan dana/modal, mengeksposur
pemberian pinjaman (piutang), dan menginvestasikan dana yang
memberikan imbalan tinggi.
3) EVA dapat merupakan sistem manajemen yang dapat memecahkan
semua masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakan sampai
keputusan operasional sehari-hari.
45
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suryadi (1999:89) EVA sebagai alat ukur kinerja perusahaan
memiliki keunggulan , ia menyimpulkan sebagai berikut:
1) EVA dalam segi ekonomis mengukur kinerja perusahaan secara
adil dengan memperhatikan harapan-harapan para kreditur dan
investor. Yang mana derajat keadilannya dinyatakan dengan ratarata tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman
pada nilai pasar bukan nilai buku.
2) EVA mempunyai kegiatan yang berfokus pada kegiatan
memaksimalkan nilai perusahaan, agar para pemegang saham
mendapat penghasilan yang maksimal. Fokus ini sangat membantu
mengurangi serendah mungkin konflik yang umum terjadi antara
pihak manajemen dan pemilik perusahaan.
3) EVA bisa berdiri sendiri tanpa perlu adanya pembanding dengan
perusahaan sejenis yang pada prakteknya seringkali tidak tersedia.
4) EVA menjadikan perusahaan untuk lebih memperhatikan
kebijaksanaan strukur modalnya.
5) EVA sangat membantu dalam identifikasi kegiatan atau proyek
yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal.
Menurut Peak (2001:3), keuntungan penerapan EVA sebagai pengukur
keberhasilan perusahaan, antara lain:
1) EVA makes financial performance more relevant to all employees
2) EVA emphasizes managing the whole business and creating value.
3) EVA directs our efforts toward growing our business and producing
long term value through additional investments. It causes us to
challenge existing deployments of capital and turn our focus toward
continuous profitability improvement.
4) EVA helps all employees to do their jobs better and thus the business
runs more effectively.
46
Universitas Sumatera Utara
b. Kelemahan Economic Value Added
Kelemahan yang dimiliki Economic Value Added (EVA) diantaranya
adalah:
1) EVA hanya menggambarkan penetapan nilai pada suatu tahun tertentu.
Nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur
perusahaan , bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA positif pada
tahun tertentu tetapi nilai perusahaanya rendah karena EVA di masa
datangnya negatif. Hal ini mungkin terjadi untuk jenis perusahaan yang
memerlukan pengembalian yang cukup lama. EVA pada awal tahun
operasi negatif sedangkan EVA pada akhir masa proyek positif. Maka
dalam menggunakan EVA untuk menilai kinerja harus melihat EVA pada
masa kini dan masa yang akan datang.
2) Perhitungan EVA yang sesungguhnya cukup rumit.
Secara konseptual EVA memang unggul daripada pengukuran dengan
rasio, tetapi secara praktis belum tentu EVA dapat diterapkan dengan
mudah, karena perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal
yang cukup sulit dilakukan dengan tepat, terutama bagi perusahaan yang
belum go public. Biaya modal atas hutang umumnya lebih mudah
diperkirakan karena bisa diperoleh dari tingkat bunga setelah pajak yang
harus dibayar perusahaan jika perusahaan harus melakukan pinjaman.
Sebaliknya karena keterbatasan data, tidak mudah memperkirakan biaya
modal atas ekuitas. Berbagai estimasi ini dapat menyebabkan kesalahan
47
Universitas Sumatera Utara
dalam perhitungan biaya modal yang pada akhirnya akan mengurangi
manfaat dari EVA itu sendiri.
Menurut Young (2001:84), kelemahan EVA diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Umumnya para eksekutif mengkhawatirkan EVA dan biaya modal
yang dikenakan pada semua aktiva, akan mengecilkan hati manajer
untuk melakukan investasi karena peningkatan biaya modal
menurunkan EVA.
2) Pengukuran EVA lebih sulit, terlebih jika penggunaan EVA
menggunakan penyesuaian akuntansi. Penyesuaian ini serta
perhitungan WACC dalam EVA sulit untuk diputuskan apakah
EVA dapat diterapkan dalam setiap jenjang manajemen.
Menurut Keys (2001:5), EVA memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai
berikut:
1) EVA is easy to manipulate.
2) Managers will have never fewer choices in financing operations.
3) Risky projects will be accepted and moderately risky project will be
rejected.
4) EVA is too complex.
5) EVA should not be used for capital budgeting
6) EVA is a short term measure.
Walaupun laba secara EVA lebih baik dari laba akuntansi, EVA masih juga
terkait dengan akuntansi. Karena angka yang dipakai dalam perhitungan EVA
berasal dari laporan keuangan yang berdasarkan pada Standar Akuntansi
Keuangan. EVA dapat dengan mudah dimanipulasi karena perhitungan EVA
berdasarkan metode akuntansi konvensional seperti penerapan biaya akrual,
sehingga perhitungannya mempertimbangkan taksiran-taksiran seperti amortisasi,
jumlah piutang tak tertagih, tingkat penyusutan, dan taksiran lainnya. Bagi para
48
Universitas Sumatera Utara
manajer yang menerapkan EVA akan memiliki pilihan yang sedikit dalam hal
pembiayaan dalam kegiatan operasi karena pengukuran EVA memfokuskan pada
struktur modal yang baik di mana biaya modal saham akan lebih tinggi daripada
biaya hutang, sehingga EVA akan meningkat apabila rasio Debt to Equity juga
meningkat. Keadaan ini yang menjadikan bagian pengungkit (leverage) dalam
struktur modal tidak lagi penting dalam menentukan kinerja perusahaan.
Biaya modal yang besar mengindikasikan harapan pengembalian yang besar
pula,
sebaliknya
investasi
yang
sedikit
berisiko
menunjukkan
tingkat
pengembalian rata-rata. Perusahaan yang menerapkan EVA tentu akan memilih
investasi dengan modal besar dengan tingkat risiko besar, tindakan ini akan dapat
membahayakan going concern perusahaan. Selain itu, perhitungan EVA juga
termasuk rumit karena pelaksana harus memahami pendapatan akuntansi dan
ekuitas perusahaan serta elemen-elemen EVA dalam formulasinya. EVA sebaiknya
tidak digunakan dalam penganggaran modal, untuk tujuan ini perusahaan lebih
baik menggunakan metode internal rate of return (IRR) dan net present value
(NPV) karena perhitungannya mempertimbangkan nilai dari arus kas. Begitu pula
dalam hal keputusan investasi jangka panjang, EVA menyebabkan keengganan
manajer untuk melakukan investasi karena sifat pengukuran EVA hanyalah potret
jangka pendek.
49
Universitas Sumatera Utara
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No.
1
Nama
Stern
Tahun
1991
Stewart III
Judul
Kesimpulan
The Quest for
EVA merupakan
Value
pendekatan dalam
penilaian kinerja keuangan
perusahaan yang memiliki
korelasi kuat terhadap
penciptaan nilai pemegang
saham.
2
Rischa
Carolina
2006
Penerapan
Konsep EVA memberikan
Konsep EVA
penilaian kinerja keuangan
sebagai Alat Ukur yang lebih akurat daripada
Kinerja Keuangan analisis kinerja
pada PT. Indosiar
berdasarkan pada laba
Media Karya,
akuntansi. Hal ini
Tbk
dibuktikan dari hasil
penelitian EVA yang
bernilai negatif pada tahun
2003, meskipun secara
akuntansi perusahaan
tersebut berlaba. Hal
tersebut disebabkan karena
EVA memperhitungkan
semua biaya modal,
sedangkan laba akuntansi
tidak memperhitungkan
biaya modal.
50
Universitas Sumatera Utara
3
Lidia K.
2007
Sianturi
Analisis
PT. Telkom Indonesia,
Penerapan EVA
Tbk memiliki laba yang
sebagai Alat Ukur meningkat setiap tahunnya
Penilaian Kinerja
yang diikuti dengan
Keuangan pada
naiknya harga saham
PT. Telkom
perusahaan serta diikuti
Indonesia, Tbk
nilai EVA yang positif dan
meningkat setiap tahunnya
4
Elvira
Leman
2008
Pengaruh EVA
Secara parsial ada
dan Rasio
pengaruh yang signifikan
Profitabilitas
antara variabel EVA dan
terhadap Harga
Earning Price Ratio
Saham
terhadap harga saham
Perusahaan
infrastruktur yang terdaftar
Infrastruktur di
di Bursa Efek Jakarta
Bursa Efek
(BEJ)
Jakarta (BEJ)
51
Universitas Sumatera Utara
Download