Eksistensi Ma`had Ali dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di IAIN

advertisement
EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 319
Eksistensi Ma’had Ali
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Tuti Indriyani
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak:
Tulisan ini membahas peran Ma’had Ali IAIN STS Jambi
dalam meningkatkan mutu pendidikan di IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Ma’had Ali berdiri pada tahun ajaran
2008/2009 untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
pengembangan kompetensi kemampuan berbahasa asing
(Arab dan Inggris). Peneliti ingin menelusuri bagaimana cara
perekrutan mahasiswa yang menjadi warga Ma’had Ali, sejauh
mana manajemen yang dilaksanakan di Ma’had terhadap
semua kegiatan mahasiswa dan apa perbedaan hasil belajar
mahasiswa yang tinggal di Ma’had Ali dengan mahasiswa
yang tinggal di luar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
warga Ma’had adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan
berbahasa Arab yang kurang, yang ditentukan berdasarkan
nilai yang diperoleh dari tes masuk pertama. Ma’had Ali juga
suda melakukan upaya menciptakan manajeman yang baik
dan bersinergi sehingga tinggal di Ma’had Ali memberikan
hasil belajar yang memuaskan.
Kata Kunci: Ma’had Ali, Mutu Pendidikan, Hasil Belajar.
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
320
TUTI INDRIYANI
Pendahuluan
Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
sebagai perguruan tinggi agama terbesar di provinsi Jambi
diharapkan mampu memberikan layanan yang bermutu kepada
penggunanya, sehingga dapat meningkatkan kualitas lulusan dan
kiprah lulusan atau alumni IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
di tengah-tengah masyarakat. Dalam mewujudkan keinginan
dimaksud, maka salah satu lembaga studi yang dianggap relevan
dan dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
mendirikan asrama mahasiswa yang dipanggil Ma’had al-Jami’ah
al-Aly di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, lembaga
ini diharapkan dapat berperan efektif dalam meningkatkan mutu
pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan kemampuan
berbahasa asing (Arab dan Inggris).
Dari pengamatan awal penulis tidak semua mahasiswa
yang mau tinggal di Ma’had Ali, padahal begitu banyaknya jika
mahasiswa tinggal disitu. Ketika penulis melakukan kunjungan
awal ke Ma’had Ali Putri ingin mengetahui kondisi di sana, penulis
mewawancarai salah satu anggota Ma’had Ali menanyakan keadaan
di situ. Penulis mendapatkan informasi bahwa pengelolaan Ma’had
Ali belum bagus, masih perlu menata ulang jadwal belajar bahasa
asing yang diwajibkan bagi anggota Ma’had Ali.1
Dari latar belakang di atas penulis membuat rumusan masalah:
yaitu bagaimana sistem pengrekrutan mahasiswa yang menjadi
anggota Ma’had Ali; bagaimana manajemen yang dilakasanakan di
Ma’had Ali terhadap semua kegiatan mahasiswa; dan perbedaan
hasil belajar mahasiswa yang tinggal di Ma’had Ali dengan
mahasiswa yang tinggal di luar. Sementara itu, tujuan penelitian
ini untuk mengetahui sistem perekrutan mahasaiswa yang
menjadi anggota Ma’had Ali; untuk mengetagui manajemen yang
dilakasanakan di Ma’had Ali terhadap semua kegiatan mahasiswa;
dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar mahasiswa yang
tinggal di Ma’had Ali dengan yang bukan.
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
para dosen dan mahasiswa yang merupakan warga IAIN Sulthan
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 321
Thaha Saifuddin Jambi. Di samping itu, diharapkan juga bermanfat
bagi peningkatan mutu alumni IAIN di masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para dosen dan
mahasiswa yang merupakan warga IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
Mutu Pendidikan
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam
konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan
output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang
harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Output pendidikan adalah merupakan kinerja
yaitu prestasi yang dihasilkan dari proses/perilaku dapat diukur
dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya,
inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.
Untuk bisa menghasilkan mutu, terdapat empat usaha
mendasar yang harus dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan:
Pertama, menciptakan situasi “menang-menang” (win-win
solution) dan bukan situasi “kalah menang” di antara pihak yang
berkepentingan dengan lembaga pendidikan (stakeholders).
Kedua, perlunya ditumbuh kembangkan adanya motivasi instrinsik
pada setiap orang yang terlibat dalam proses meraih mutu. Ketiga,
setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka
panjang. Keempat, dalam menggerakkan segala kemampuan
lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang ditetapkan,
harus dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur pelaku
proses mencapai hasil mutu.2
Ada konsep mutu yang absolut dan ada konsep mutu yang
relatif. Mutu absolut dapat dipahami sesuatu yang memiliki
keunggulan status, posisi, dan akan membuat pemiliknya
berbeda dari orang lain yang tidak mampu memilikinya. Mutu
relatif adalah mutu bukan sebagai sesuatu atribut produk atau
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
322
TUTI INDRIYANI
layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau
layanan tersebut. Konsep mutu yang absolut adalah sesuatu yang
bermutu merupakan bagian dari tanda yang tidak dapat diungguli.
Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan
sempurna dan dengan biaya mahal. Sebagai contoh mobil yang
bermutu adalah hasil mobil yang mempunyai rancangan istimewa,
mahal, dan memiliki interior dari kulit. Jadi, mutu absolut dapat
dipahami sesuatu yang memiliki keunggulan status, posisi, dan
akan membuat pemiliknya berbeda dari orang lain yang tidak
mampu memilikinya. Dalam konteks pendidikan mutu absolut
adalah elit karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan
pengalaman pendidikan mutu tinggi kepada peserta didik.
Mutu relatif adalah mutu bukan sebagai sesuatu atribut produk
atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk
atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada apa bila sebuah
layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah
cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan
standar atau belum. Produk yang memiliki mutu dalam konsep
ini tidak harus mahal dan eksklusif, tapi harus asli, wajar, dan
familier. Definisi mutu relatif itu harus memiliki aspek penyesuai
diri dengan spesifikasi (sesuai dengan tujuan) dan dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Dalam membicarakan kualitas pendidikan tinggi, definisi
kualitas relatif inilah yang dapat dijadikan tolok ukur yang
menentukan berkualitas atau tidak berkualitasnya suatu institusi
pendidikan. Dalam hal ini adalah pelanggan. Meskipun tidak
ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal,
dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa persamaan,
yaitu dalam elemen-elemen adalah: (1) kualitas meliputi usaha
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan; (2) kualitas
mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan; dan
(3) kualitas merupakan kondisi yang berubah misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang
berkualitas pada masa mendatang.3
Mutu strategis perguruan tinggi dilihat pada kebijakankebijakan strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 323
Departemen Pendidikan Nasional, dan berbagai ketetapan MPR
serta undang-undang yang dibuat oleh DPR. Pada tingkat rektorat
juga ada kebijakan-kebijakan strategis, terlebih-lebih apabila
otonomi perguruan tinggi sudah berjalan sepenuhnya. Mutu
teknis perguruan tinggi dilihat pada unit-unit teknis, seperti biro
administrasi, fakultas, lembaga, dan jurusan.4
Menurut Yamit karakteristik pokok dari produk inti. Features
merupakan aspek kedua dari performa yang menambah fungsi
dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya,
yaitu ciri-ciri atau keistimewaan tambahan,5 atau karakteristik
pelengkap/tambahan. Kehandalan (reliability) berkaitan dengan
kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam
periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Konformitas
(conformance) berkaitan dengan tingkat kesesuain produk
terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
keinginan pelanggan. Daya tahan (durability), berkaitan dengan
berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Kemampuan
pelayanan (serviceability) merupakan karakteristik yang berkaitan
dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta
penanganan keluhan yang memuaskan. Estetika (aesthetics)
merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat
subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan
refleksi dari preferensi atau pilihan individual. Kualitas yang
dipersepsikan (perceived quality), karakteristik yang berkaitan
dengan reputasi (brand name, image).
Sistem Manajemen Mutu
Perguruan tinggi adalah suatu sistem, yaitu struktur yang
terdiri dari berbagai komponen yang berkaitan erat satu sama lain
secara fungsional, sehingga merupakan keterpaduan yang sinergis.
Dalam komponen-komponen itu terjadi proses-proses yang sesuai
dengan fungsi masing-masing, tetapi tidak eksklusif atau sendirisendiri, melainkan saling berkaitan, saling mendukung, dan saling
mempengaruhi satu sama lain.6
Sistem manajemen mutu yang tepat perlu dikembangkan.
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
324
TUTI INDRIYANI
Menurut Tampubolon, dalam manajemen mutu, sudah ada
tiga sistem yang berkembang, yaitu: (1) Pengawasan Mutu; (2)
Jaminan Mutu; dan (3) Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management) dapat didefinisikan dari tiga kata yang dimilikinya,
yaitu: Total (keseluruhan); Quality (kualitas), (derajat/tingkat
keunggulan barang atau jasa); Management (tindakan, seni, cara
menghandel, pengendalian, pengarahan).7
Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah
“sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
(costumer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan sekali
benar (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan
(continous improvement) dan memotivasi karyawan”. Menurut
Yamit menyatakan bahwa, TQM adalah “sistem manajemen
untuk meningkatkan keseluruhan kualitas menuju pencapaian
keunggulan bersaing yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
dengan melibatkan seluruh (total) anggota organisasi”.8 Sedangkan
Ishikawa dalam pawitra, Total Quality Management diartikan
sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah
holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi
lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen
yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi
pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi.9 Santosa mengemukakan bahwa untuk memudahkan
pemahaman, pengertian TQM dapat dibedakan dalam dua
aspek. Aspek pertama menguraikan apa TQM itu dan aspek
kedua membahas bagaimana mencapainya. Management Mutu
Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungannya.10
Menurut Tjiptono total quality approach hanya dapat dicapai
dengan memperhatikan karakteristik TQM berikut ini: (1) fokus
pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal; (2)
memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas; (3) menggunakan
pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 325
pemecahan masalah; (4) memiliki komitmen jangka panjang; (4)
membutuhkan kerja sama tim (teamwork); (5) memperbaiki proses
secara berkesinambungan; (6) menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan; (7) memberikan kebebasan yang terkendali;
(8) memiliki kesatuan tujuan; dan (9) adanya keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan.11
Menurut Ralph G. Lewis mengatakan bahwa ada empat pilar
utama dalam bangunan TQM, yaitu: (1) Kepuasan Pelanggan;
(2) Respek terhadap Setiap Orang; (3) Manajemen Berdasarkan
Fakta; dan (4) Perbaikan Berkesinambungan.12 Sedangkan Kid
Sadgrove, seperti dikutip Yamit menyatakan terdapat lima prinsip
program TQM agar dapat berhasil dalam penerapannya. Kelima
prinsip tersebut dijabarkan berikut: (1) Fokus pada pelanggan
(focus on costumer). Fokus pada pelanggan berarti menempatkan
pelanggan pada pusat kegiatan dan bukan lagi sebagai perusahaan
yang berorientasi pada produksi; (2) Mengerjakan secara benar
(do it right). Mengerjakan secara benar berarti mengerjakan sekali
benar atau menghindari pengerjaan ulang. Untuk itu diperlukan
perbaikan secara terus-menerus dan menjadikan kualitas adalah
sikap bahwa semua orang harus bertanggung jawab terhadap
kualitas; (3) Komunikasikan dan latihlah (communicate and
educate). Komunikasi berarti memberi tahu kepada karyawan
tentang apa yang sedang terjadi. Untuk itu perlu ada perbaikan
saluran komunikasi dan memberikan kemudahan kepada karyawan
untuk menyampaikan sesuatu. Latihan dan pendidikan terhadap
karyawan perlu dilakukan agar diperoleh karyawan yang terampil
dan tanpa berbuat salah; (4) Ukur hasil yang dicapai dan catatlah
(measure and record). Pencatatan hasil yang dicapai berarti
memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk membuat
keputusan berdasarkan pada fakta, dan bukan berdasarkan opini.
Pengukuran dilakukan untuk menjaga standar dan proses agar
berada dalam batas toleransi yang telah disepakati; (5) Kerjakan
secara bersama (do it together). Kerjakan secara bersama berarti
manajemen puncak harus berperan serta dan harus diberdayakan.
Pemberdayaan karyawan perlu didukung dengan membuat
tempat kerja secara nyaman sehingga karyawan terbebas dari rasa
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
326
TUTI INDRIYANI
khawatir dipecat, takut pada pimpinan dan takut berbuat salah.
Fungsi Manajemen Mutu
Dalam manajemen tradisional umumnya, ada tiga fungsi
pokok manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Tetapi bagi Juran seperti dikutip oleh Tambubolon ketiga
fungsi itu adalah: (1) Perencanaan Mutu (Quality Planning); (2)
Pengendalian Mutu (QualityControl); dan (3) Peningkatan Mutu
(Quality Improvement). Ketiga fungsi pokok manajemen itulah
yang disebut dengan Trilogi Juran.13
Langkah pertama dalam setiap kegiatan ialah perencanaan
mutu, yaitu proses identifikasi kebutuhan pelanggan secara
objektif dan setepat mungkin. Penerjemahan kebutuhan itu
menjadi program kegiatan dan penyusunan langkah-langkah
pelaksanaannya. Dan yang dimaksud dengan pengendalian mutu
(prosedur-prosedur) yang telah direncanakan secara terkendali
sehingga pada pokoknya ialah pelaksanaan langkah-langkah
semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu
produk yang direncanakan tercapai dan terjamin. Selama prosesproses pelaksanaan itu, diadakan juga perbaikan-perbaikan
apabila terjadi kesalahan.
Dengan begitu, setiap pelaksana selalu mencek apakah ada
kesalahan pada setiap langkah yang ditempuh. Jika ada, proses
dapat dihentikan sementara, dan kesalahan dianalisis untuk
menemukan sebab serta solusinya. Kemudian proses diteruskan
dengan perbaikan (solusi) yang telah dibuat. Peningkatan mutu
pada dasarnya adalah evaluasi untuk menemukan informasi tentang
dihasilkan, sehingga dapat dilakukan peningkatan (perbaikan)
mutu atau terobosan baru perencanaan dan pengendalian mutu.
Juga tentang produk yang dalam usaha peningkatan mutu.
Kegiatan Pembelajaran di Ma’had Ali
Dalam kegiatan pembelajaran di Ma’had Ali dosen tidak lagi
mengakomodir satu lokal, tetapi memegang satu materi saja,
misalnya pada materi bahasa Arab seorang dosen memberikan
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 327
materi maharatul qir’aah saja pada semua lokal yang sampai
saat ini jumlahnya terus bertambah seiring dengan bertambahnya
jumlah mahasantri yang masuk ke Ma’had Ali.
Proses belajar bahasa Arab dan bahasa Inggris secara klasikal
di Ma’had Ali dilaksanakan setiap hari Senin sampai hari Jum’at,
dimulai dari pukul 14.00-17.30 dengan perincian jam pertama
14.00-15.30, jam kedua 16.00-17.30 WIB. Perkuliahan yang
berlansung di kelas juga didukung oleh kegiatan pembelajaran
kosa kata (mufradat) bahasa Arab dan bahasa Inggris atau shabah
al-lughah yang diberikan oleh mudabbir atau mudabbirah di
asrama, pemberian kosa kata diberikan pada pagi hari pukul
05.30-06.00 kegiatan ini diberikan dengan tujuan menambah
perbendaharaan kosa kata mahasantri sehingga bisa dipraktekkan
dalam komunikasi. Bentuk kegiatan yang diformat untuk
memperbaiki kosa kata, baik Arab maupun Ingggris: contoh
kalimat yang baik dan benar, pembuatan contoh-contoh kalimat
yang lain. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi setelah shalat di
masing-masing unit hunian (asrama putra dan asrama putri).
Upaya peningkatan kompetensi bahasa juga dilakukan dengan
mengkondisikan lingkungan di Ma’had Ali sehingga kondusif untuk
belajar dan praktek berbagai tempat yang strategis, baik berupa
ayat al-Qur’an, Hadits, peribahasa, pendapat pakar dan lain-lain
yang dapat memotivasi penggunaan bahasa Arab maupun Inggris,
layanan berbahasa, labelisasi benda-benda yang ada di unit-unit
hunian dan sekitar Ma’had Ali dengan memberikan nama dalam
bahasa Arab maupun bahasa Inggris, pemberian materi dan
kosa kata kedua bahasa asing tersebut, memberlakukan wajib
berbahasa Arab maupun Inggris bagi semua penghuni Ma’had Ali
serta membentuk mahkamah bahasa yang bertugas memberikan
sanksi terhadap pelanggaran berbahasa.
Selain perkuliahan bahasa Arab dan bahasa Inggris, ada pula
pembelajaran terjemahan kosa kata (mufradat) al-Qur’an dan
kajian kitab-kitab klasik yang diadakan di Masjid al-Jami’ah IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, meliputi materi kekhasan dan
keislaman yang diadakan empat hari dalam seminggu, diberikan
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
328
TUTI INDRIYANI
setelah shalat subuh, materi kajian adalah yang bersumber dari
kitab-kitab tafsir, hadits, akhlak, fiqih, dan sebagainya yang
terfokus pada permasalahan kontektual dan muktahir.
Kegiatan tahfiz al-Qur’an juga diberikan di Ma’had Ali,
mahasantri diwajibkan untuk menyetor hafalan “juz Amma”
setelah (ba’da) magrib dengan target selama 2 semester
mahasantri diwajibkan untuk hafal satu juz Amma dan akan
diberikan sertifikat di akhir tahun, sehingga mahasantri yang
telah mendapatkan sertifikat selama belajar di Ma’had Ali tidak
perlu lagi mengikuti ujian tahfiz yang diwajibkan bagi seluruh
mahasiswa IAIN yang akan ujian akhir (munaqasah) di mana
ujian tahfiz tersebut dilaksanakan oleh Ma’had Ali kemudian
dikeluarkan sertifikat bagi mahasiswa yang telah mengikuti ujian
dan memenuhi kreteria kelulusan. Dengan demikian, terdapat
beberapa kegiatan yang menjadi program khusus di Ma’had Ali
yaitu program bahasa Arab, bahasa Inggris, dan tahfiz al-Qur’an,
di samping itu juga banyak kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
pengembangan bakat mahasantri seperti kegiatan olah raga volly,
sepak bola, futsal, takraw, basket, bat,minton, pidato, dan lain
sebagainya.
Banyak hal yang menjadi nilai lebih dari keberadaan Ma’had
Ali sehingga mampu menjadi solusi terhadap pengajaran bahasa
di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, di antaranaya adalah
sistem boarding school yang menempatkan mahasiswa Ma’had
Ali dalam satu atap yang membentuk satu komunitas berbahasa,
sehingga mempermudah tercapainya tujuan, metodologi,
pengajaran bahasa yang inovatif juga turut memberi andil terhadap
keberhasilan Ma’had Ali. Pembelajaran bahasa Arab dan bahasa
Inggris menggunakan sistem klasikal.
Peranan mudabbir dan musyrif menjadi salah satu komponen
krusial dalam pelaksanakan pola pendidikan ala pesantren yang
dicanangkan, manakala mayoritas aktifitas pengelolaan program
dasar Ma’had Ali berada dalam lingkungan asrama, dan tentu saja
hal ini menuntut peran serta mahasantri senior yang diberikan
kepercayaan sebagai pengurus (mudabbir/musyrif) yang
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 329
terlibat langsung dalam menangani dan mengantisipasi setiap
permasalahan yang muncul sepanjang perjalanan pembelajaran
dan yang ada di Ma’had Ali.
Berdasarkan klasifikasi nilai dan kemampuan berdasarkan
hasil dari placementest yang dilakukan sejak awal penerimaan
mahasantri baru dalam masa sekaligus pekan perkenalan, pada
awal semester. Peranan mudabbir dan musyrif menjadi salah
satu komponen krusial dalam pelaksanakan pola pendidikan
ala pesantren yang dicanangkan, manakala mayoritas aktifitas
pengelolaan program dasar Ma’had Ali berada dalam lingkungan
asrama, dan tentu saja hal ini menuntut peran serta mahasantri
senior yang diberikan kepercayaan sebagai pengurus (mudabbir/
musyrif) yang terlibat langsung dalam menangani dan
mengantisipasi setiap permasalahan yang muncul sepanjang
perjalanan pembelajaran dan pendidikan yang ada di Ma’hadn Ali.
Dengan pola koordinasi berjenjang mulai dari mudabbir
kepada musyrif kemudian kemahasiswaan dan pada gilirannya
pada pimpinan Ma’had Ali, hal ini dipandang perlu walaupun
kapasitas mereka belumlah ideal, mengingat masa pembinaan dan
pendidikan mereka relatif singkat (1 tahun) masa tersebut mereka
diakselerasi untuk tetap dapat menjalankan amanah dengan
penuh rasa tanggung jawab, karena hal tersebut dapat mendidik
mentalitas pemimpin yang penuh bertanggung jawab, peduli,
dan terjalinnya ukhwah islamiyah yang mengakar antara sesama
mahasantri dengan semangat ikhlas beramal dan rasa memiliki
almamater yang proporsional dan profesional.
Kesimpulan
Penelitian ini membuahkan beberapa kesimpulan dari studi
temuan di lapangan yaitu sistem perekrutan mahasiswa yang
menjadi anggota Ma’had Ali adalah melalui tes secara tertulis dan
lisan ditujukan kepada mahasiswa yang memiliki kemampuan
berbahasa Arab yang kurang, yang ditentukan berdasarkan nilai
yang diperoleh dari tes masuk. Manajemen yang dilaksanakan di
Ma’had Ali terhadap semua kegiatan mahasantri adalah: dengan
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
330
TUTI INDRIYANI
pola koordinasi berjenjang mulai dari mudabbir kepada musyrif
kemudian kemahasiswaan yang pada gilirannya pada pimpinan
Ma’had Ali. Pengurus inti La-Pasma menjadi motor penggerak
seluruh tugas dan aktifitas kemudabbiran. Fungsi pembimbingan
dan pendampingan para pengurus dan asatizah dituntut maksimal,
bukan sebatas di kantor dan dalam jam kerja saja, hal ini untuk
menciptakan manajeman yang baik dan bersinergi.
Perbedaan hasil belajar yang tinggal di Ma’had Ali
dengan mahasiswa yang di luar tidak terlalu jauh berbeda dalam
hal hasil belajar akademik. Namun ada Mahasiswa yang tinggal
di Ma’had Ali yang memperoleh IPK 4,00. Ini menunjukkan
bahwa tinggal di Ma’had Ali merupakan hal yang sangat baik yang
dapat memberikan hasil belajar yang memuaskan. Dan mereka
mendapat pelajaran tambahan pada mata kuliah kuliah tertentu,
khusus bahasa Arab, bahasa Inggris dan tahfizh, sedangkan
mahasiswa luar tidak memperoleh pembelajaran tambahan pada
tiga mata kuliah tersebut.
Catatan:
1
2
3
4
5
6
7
8
Wawancara dengan Athaya Ulfa, 2 Februari 2013.
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Remaja RosdaKarya, 1999), hlm. 78.
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2001), hlm. 3.
Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu Paradigma
Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad
Ke-21, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2001), hlm. 91.
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, hlm. 27.
Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, hlm. 79.
Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, hlm. 111.
Nasution M. N, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management),
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), hlm. 181.
9 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, hlm. 4.
10 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, hlm. 4-5.
11 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, hlm. 4-5.
12 Ralph G. Lewis, Total Quality in Higher Education, (USA: Library
of Congres Catologing in Publication Data, 1994), hlm. 91.
13 Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, hlm. 55.
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 331
DAFTAR PUSTAKA
Daulat P. Tampubolon. Perguruan Tinggi Bermutu Paradigma
Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan
Abad Ke-21. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2001.
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Manajemen.
Yogyakarta: Andi Offset, 2001.
Nanang Fattah. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:
Remaja RosdaKarya, 1999.
Nasution M. N. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management). Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001.
Ralph G. Lewis. Total Quality in Higher Education. USA: Library
of Congres Catologing in Publication Data, 1994.
Undang-Undang Republik Indonesia.Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia, 2003.
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
Download