EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 319 Eksistensi Ma’had Ali dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tuti Indriyani IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak: Tulisan ini membahas peran Ma’had Ali IAIN STS Jambi dalam meningkatkan mutu pendidikan di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Ma’had Ali berdiri pada tahun ajaran 2008/2009 untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan kompetensi kemampuan berbahasa asing (Arab dan Inggris). Peneliti ingin menelusuri bagaimana cara perekrutan mahasiswa yang menjadi warga Ma’had Ali, sejauh mana manajemen yang dilaksanakan di Ma’had terhadap semua kegiatan mahasiswa dan apa perbedaan hasil belajar mahasiswa yang tinggal di Ma’had Ali dengan mahasiswa yang tinggal di luar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warga Ma’had adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan berbahasa Arab yang kurang, yang ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh dari tes masuk pertama. Ma’had Ali juga suda melakukan upaya menciptakan manajeman yang baik dan bersinergi sehingga tinggal di Ma’had Ali memberikan hasil belajar yang memuaskan. Kata Kunci: Ma’had Ali, Mutu Pendidikan, Hasil Belajar. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 320 TUTI INDRIYANI Pendahuluan Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai perguruan tinggi agama terbesar di provinsi Jambi diharapkan mampu memberikan layanan yang bermutu kepada penggunanya, sehingga dapat meningkatkan kualitas lulusan dan kiprah lulusan atau alumni IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi di tengah-tengah masyarakat. Dalam mewujudkan keinginan dimaksud, maka salah satu lembaga studi yang dianggap relevan dan dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mendirikan asrama mahasiswa yang dipanggil Ma’had al-Jami’ah al-Aly di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, lembaga ini diharapkan dapat berperan efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan kemampuan berbahasa asing (Arab dan Inggris). Dari pengamatan awal penulis tidak semua mahasiswa yang mau tinggal di Ma’had Ali, padahal begitu banyaknya jika mahasiswa tinggal disitu. Ketika penulis melakukan kunjungan awal ke Ma’had Ali Putri ingin mengetahui kondisi di sana, penulis mewawancarai salah satu anggota Ma’had Ali menanyakan keadaan di situ. Penulis mendapatkan informasi bahwa pengelolaan Ma’had Ali belum bagus, masih perlu menata ulang jadwal belajar bahasa asing yang diwajibkan bagi anggota Ma’had Ali.1 Dari latar belakang di atas penulis membuat rumusan masalah: yaitu bagaimana sistem pengrekrutan mahasiswa yang menjadi anggota Ma’had Ali; bagaimana manajemen yang dilakasanakan di Ma’had Ali terhadap semua kegiatan mahasiswa; dan perbedaan hasil belajar mahasiswa yang tinggal di Ma’had Ali dengan mahasiswa yang tinggal di luar. Sementara itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem perekrutan mahasaiswa yang menjadi anggota Ma’had Ali; untuk mengetagui manajemen yang dilakasanakan di Ma’had Ali terhadap semua kegiatan mahasiswa; dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar mahasiswa yang tinggal di Ma’had Ali dengan yang bukan. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para dosen dan mahasiswa yang merupakan warga IAIN Sulthan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 321 Thaha Saifuddin Jambi. Di samping itu, diharapkan juga bermanfat bagi peningkatan mutu alumni IAIN di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para dosen dan mahasiswa yang merupakan warga IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Mutu Pendidikan Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Output pendidikan adalah merupakan kinerja yaitu prestasi yang dihasilkan dari proses/perilaku dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Untuk bisa menghasilkan mutu, terdapat empat usaha mendasar yang harus dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan: Pertama, menciptakan situasi “menang-menang” (win-win solution) dan bukan situasi “kalah menang” di antara pihak yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan (stakeholders). Kedua, perlunya ditumbuh kembangkan adanya motivasi instrinsik pada setiap orang yang terlibat dalam proses meraih mutu. Ketiga, setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang. Keempat, dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang ditetapkan, harus dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu.2 Ada konsep mutu yang absolut dan ada konsep mutu yang relatif. Mutu absolut dapat dipahami sesuatu yang memiliki keunggulan status, posisi, dan akan membuat pemiliknya berbeda dari orang lain yang tidak mampu memilikinya. Mutu relatif adalah mutu bukan sebagai sesuatu atribut produk atau Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 322 TUTI INDRIYANI layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Konsep mutu yang absolut adalah sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari tanda yang tidak dapat diungguli. Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya mahal. Sebagai contoh mobil yang bermutu adalah hasil mobil yang mempunyai rancangan istimewa, mahal, dan memiliki interior dari kulit. Jadi, mutu absolut dapat dipahami sesuatu yang memiliki keunggulan status, posisi, dan akan membuat pemiliknya berbeda dari orang lain yang tidak mampu memilikinya. Dalam konteks pendidikan mutu absolut adalah elit karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan mutu tinggi kepada peserta didik. Mutu relatif adalah mutu bukan sebagai sesuatu atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada apa bila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum. Produk yang memiliki mutu dalam konsep ini tidak harus mahal dan eksklusif, tapi harus asli, wajar, dan familier. Definisi mutu relatif itu harus memiliki aspek penyesuai diri dengan spesifikasi (sesuai dengan tujuan) dan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam membicarakan kualitas pendidikan tinggi, definisi kualitas relatif inilah yang dapat dijadikan tolok ukur yang menentukan berkualitas atau tidak berkualitasnya suatu institusi pendidikan. Dalam hal ini adalah pelanggan. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen adalah: (1) kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan; (2) kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan; dan (3) kualitas merupakan kondisi yang berubah misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang.3 Mutu strategis perguruan tinggi dilihat pada kebijakankebijakan strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 323 Departemen Pendidikan Nasional, dan berbagai ketetapan MPR serta undang-undang yang dibuat oleh DPR. Pada tingkat rektorat juga ada kebijakan-kebijakan strategis, terlebih-lebih apabila otonomi perguruan tinggi sudah berjalan sepenuhnya. Mutu teknis perguruan tinggi dilihat pada unit-unit teknis, seperti biro administrasi, fakultas, lembaga, dan jurusan.4 Menurut Yamit karakteristik pokok dari produk inti. Features merupakan aspek kedua dari performa yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya, yaitu ciri-ciri atau keistimewaan tambahan,5 atau karakteristik pelengkap/tambahan. Kehandalan (reliability) berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Konformitas (conformance) berkaitan dengan tingkat kesesuain produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Kemampuan pelayanan (serviceability) merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta penanganan keluhan yang memuaskan. Estetika (aesthetics) merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), karakteristik yang berkaitan dengan reputasi (brand name, image). Sistem Manajemen Mutu Perguruan tinggi adalah suatu sistem, yaitu struktur yang terdiri dari berbagai komponen yang berkaitan erat satu sama lain secara fungsional, sehingga merupakan keterpaduan yang sinergis. Dalam komponen-komponen itu terjadi proses-proses yang sesuai dengan fungsi masing-masing, tetapi tidak eksklusif atau sendirisendiri, melainkan saling berkaitan, saling mendukung, dan saling mempengaruhi satu sama lain.6 Sistem manajemen mutu yang tepat perlu dikembangkan. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 324 TUTI INDRIYANI Menurut Tampubolon, dalam manajemen mutu, sudah ada tiga sistem yang berkembang, yaitu: (1) Pengawasan Mutu; (2) Jaminan Mutu; dan (3) Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) dapat didefinisikan dari tiga kata yang dimilikinya, yaitu: Total (keseluruhan); Quality (kualitas), (derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa); Management (tindakan, seni, cara menghandel, pengendalian, pengarahan).7 Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah “sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan sekali benar (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi karyawan”. Menurut Yamit menyatakan bahwa, TQM adalah “sistem manajemen untuk meningkatkan keseluruhan kualitas menuju pencapaian keunggulan bersaing yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh (total) anggota organisasi”.8 Sedangkan Ishikawa dalam pawitra, Total Quality Management diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.9 Santosa mengemukakan bahwa untuk memudahkan pemahaman, pengertian TQM dapat dibedakan dalam dua aspek. Aspek pertama menguraikan apa TQM itu dan aspek kedua membahas bagaimana mencapainya. Management Mutu Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.10 Menurut Tjiptono total quality approach hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik TQM berikut ini: (1) fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal; (2) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas; (3) menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 325 pemecahan masalah; (4) memiliki komitmen jangka panjang; (4) membutuhkan kerja sama tim (teamwork); (5) memperbaiki proses secara berkesinambungan; (6) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; (7) memberikan kebebasan yang terkendali; (8) memiliki kesatuan tujuan; dan (9) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.11 Menurut Ralph G. Lewis mengatakan bahwa ada empat pilar utama dalam bangunan TQM, yaitu: (1) Kepuasan Pelanggan; (2) Respek terhadap Setiap Orang; (3) Manajemen Berdasarkan Fakta; dan (4) Perbaikan Berkesinambungan.12 Sedangkan Kid Sadgrove, seperti dikutip Yamit menyatakan terdapat lima prinsip program TQM agar dapat berhasil dalam penerapannya. Kelima prinsip tersebut dijabarkan berikut: (1) Fokus pada pelanggan (focus on costumer). Fokus pada pelanggan berarti menempatkan pelanggan pada pusat kegiatan dan bukan lagi sebagai perusahaan yang berorientasi pada produksi; (2) Mengerjakan secara benar (do it right). Mengerjakan secara benar berarti mengerjakan sekali benar atau menghindari pengerjaan ulang. Untuk itu diperlukan perbaikan secara terus-menerus dan menjadikan kualitas adalah sikap bahwa semua orang harus bertanggung jawab terhadap kualitas; (3) Komunikasikan dan latihlah (communicate and educate). Komunikasi berarti memberi tahu kepada karyawan tentang apa yang sedang terjadi. Untuk itu perlu ada perbaikan saluran komunikasi dan memberikan kemudahan kepada karyawan untuk menyampaikan sesuatu. Latihan dan pendidikan terhadap karyawan perlu dilakukan agar diperoleh karyawan yang terampil dan tanpa berbuat salah; (4) Ukur hasil yang dicapai dan catatlah (measure and record). Pencatatan hasil yang dicapai berarti memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk membuat keputusan berdasarkan pada fakta, dan bukan berdasarkan opini. Pengukuran dilakukan untuk menjaga standar dan proses agar berada dalam batas toleransi yang telah disepakati; (5) Kerjakan secara bersama (do it together). Kerjakan secara bersama berarti manajemen puncak harus berperan serta dan harus diberdayakan. Pemberdayaan karyawan perlu didukung dengan membuat tempat kerja secara nyaman sehingga karyawan terbebas dari rasa Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 326 TUTI INDRIYANI khawatir dipecat, takut pada pimpinan dan takut berbuat salah. Fungsi Manajemen Mutu Dalam manajemen tradisional umumnya, ada tiga fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tetapi bagi Juran seperti dikutip oleh Tambubolon ketiga fungsi itu adalah: (1) Perencanaan Mutu (Quality Planning); (2) Pengendalian Mutu (QualityControl); dan (3) Peningkatan Mutu (Quality Improvement). Ketiga fungsi pokok manajemen itulah yang disebut dengan Trilogi Juran.13 Langkah pertama dalam setiap kegiatan ialah perencanaan mutu, yaitu proses identifikasi kebutuhan pelanggan secara objektif dan setepat mungkin. Penerjemahan kebutuhan itu menjadi program kegiatan dan penyusunan langkah-langkah pelaksanaannya. Dan yang dimaksud dengan pengendalian mutu (prosedur-prosedur) yang telah direncanakan secara terkendali sehingga pada pokoknya ialah pelaksanaan langkah-langkah semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan tercapai dan terjamin. Selama prosesproses pelaksanaan itu, diadakan juga perbaikan-perbaikan apabila terjadi kesalahan. Dengan begitu, setiap pelaksana selalu mencek apakah ada kesalahan pada setiap langkah yang ditempuh. Jika ada, proses dapat dihentikan sementara, dan kesalahan dianalisis untuk menemukan sebab serta solusinya. Kemudian proses diteruskan dengan perbaikan (solusi) yang telah dibuat. Peningkatan mutu pada dasarnya adalah evaluasi untuk menemukan informasi tentang dihasilkan, sehingga dapat dilakukan peningkatan (perbaikan) mutu atau terobosan baru perencanaan dan pengendalian mutu. Juga tentang produk yang dalam usaha peningkatan mutu. Kegiatan Pembelajaran di Ma’had Ali Dalam kegiatan pembelajaran di Ma’had Ali dosen tidak lagi mengakomodir satu lokal, tetapi memegang satu materi saja, misalnya pada materi bahasa Arab seorang dosen memberikan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 327 materi maharatul qir’aah saja pada semua lokal yang sampai saat ini jumlahnya terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah mahasantri yang masuk ke Ma’had Ali. Proses belajar bahasa Arab dan bahasa Inggris secara klasikal di Ma’had Ali dilaksanakan setiap hari Senin sampai hari Jum’at, dimulai dari pukul 14.00-17.30 dengan perincian jam pertama 14.00-15.30, jam kedua 16.00-17.30 WIB. Perkuliahan yang berlansung di kelas juga didukung oleh kegiatan pembelajaran kosa kata (mufradat) bahasa Arab dan bahasa Inggris atau shabah al-lughah yang diberikan oleh mudabbir atau mudabbirah di asrama, pemberian kosa kata diberikan pada pagi hari pukul 05.30-06.00 kegiatan ini diberikan dengan tujuan menambah perbendaharaan kosa kata mahasantri sehingga bisa dipraktekkan dalam komunikasi. Bentuk kegiatan yang diformat untuk memperbaiki kosa kata, baik Arab maupun Ingggris: contoh kalimat yang baik dan benar, pembuatan contoh-contoh kalimat yang lain. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi setelah shalat di masing-masing unit hunian (asrama putra dan asrama putri). Upaya peningkatan kompetensi bahasa juga dilakukan dengan mengkondisikan lingkungan di Ma’had Ali sehingga kondusif untuk belajar dan praktek berbagai tempat yang strategis, baik berupa ayat al-Qur’an, Hadits, peribahasa, pendapat pakar dan lain-lain yang dapat memotivasi penggunaan bahasa Arab maupun Inggris, layanan berbahasa, labelisasi benda-benda yang ada di unit-unit hunian dan sekitar Ma’had Ali dengan memberikan nama dalam bahasa Arab maupun bahasa Inggris, pemberian materi dan kosa kata kedua bahasa asing tersebut, memberlakukan wajib berbahasa Arab maupun Inggris bagi semua penghuni Ma’had Ali serta membentuk mahkamah bahasa yang bertugas memberikan sanksi terhadap pelanggaran berbahasa. Selain perkuliahan bahasa Arab dan bahasa Inggris, ada pula pembelajaran terjemahan kosa kata (mufradat) al-Qur’an dan kajian kitab-kitab klasik yang diadakan di Masjid al-Jami’ah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, meliputi materi kekhasan dan keislaman yang diadakan empat hari dalam seminggu, diberikan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 328 TUTI INDRIYANI setelah shalat subuh, materi kajian adalah yang bersumber dari kitab-kitab tafsir, hadits, akhlak, fiqih, dan sebagainya yang terfokus pada permasalahan kontektual dan muktahir. Kegiatan tahfiz al-Qur’an juga diberikan di Ma’had Ali, mahasantri diwajibkan untuk menyetor hafalan “juz Amma” setelah (ba’da) magrib dengan target selama 2 semester mahasantri diwajibkan untuk hafal satu juz Amma dan akan diberikan sertifikat di akhir tahun, sehingga mahasantri yang telah mendapatkan sertifikat selama belajar di Ma’had Ali tidak perlu lagi mengikuti ujian tahfiz yang diwajibkan bagi seluruh mahasiswa IAIN yang akan ujian akhir (munaqasah) di mana ujian tahfiz tersebut dilaksanakan oleh Ma’had Ali kemudian dikeluarkan sertifikat bagi mahasiswa yang telah mengikuti ujian dan memenuhi kreteria kelulusan. Dengan demikian, terdapat beberapa kegiatan yang menjadi program khusus di Ma’had Ali yaitu program bahasa Arab, bahasa Inggris, dan tahfiz al-Qur’an, di samping itu juga banyak kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengembangan bakat mahasantri seperti kegiatan olah raga volly, sepak bola, futsal, takraw, basket, bat,minton, pidato, dan lain sebagainya. Banyak hal yang menjadi nilai lebih dari keberadaan Ma’had Ali sehingga mampu menjadi solusi terhadap pengajaran bahasa di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, di antaranaya adalah sistem boarding school yang menempatkan mahasiswa Ma’had Ali dalam satu atap yang membentuk satu komunitas berbahasa, sehingga mempermudah tercapainya tujuan, metodologi, pengajaran bahasa yang inovatif juga turut memberi andil terhadap keberhasilan Ma’had Ali. Pembelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris menggunakan sistem klasikal. Peranan mudabbir dan musyrif menjadi salah satu komponen krusial dalam pelaksanakan pola pendidikan ala pesantren yang dicanangkan, manakala mayoritas aktifitas pengelolaan program dasar Ma’had Ali berada dalam lingkungan asrama, dan tentu saja hal ini menuntut peran serta mahasantri senior yang diberikan kepercayaan sebagai pengurus (mudabbir/musyrif) yang Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 329 terlibat langsung dalam menangani dan mengantisipasi setiap permasalahan yang muncul sepanjang perjalanan pembelajaran dan yang ada di Ma’had Ali. Berdasarkan klasifikasi nilai dan kemampuan berdasarkan hasil dari placementest yang dilakukan sejak awal penerimaan mahasantri baru dalam masa sekaligus pekan perkenalan, pada awal semester. Peranan mudabbir dan musyrif menjadi salah satu komponen krusial dalam pelaksanakan pola pendidikan ala pesantren yang dicanangkan, manakala mayoritas aktifitas pengelolaan program dasar Ma’had Ali berada dalam lingkungan asrama, dan tentu saja hal ini menuntut peran serta mahasantri senior yang diberikan kepercayaan sebagai pengurus (mudabbir/ musyrif) yang terlibat langsung dalam menangani dan mengantisipasi setiap permasalahan yang muncul sepanjang perjalanan pembelajaran dan pendidikan yang ada di Ma’hadn Ali. Dengan pola koordinasi berjenjang mulai dari mudabbir kepada musyrif kemudian kemahasiswaan dan pada gilirannya pada pimpinan Ma’had Ali, hal ini dipandang perlu walaupun kapasitas mereka belumlah ideal, mengingat masa pembinaan dan pendidikan mereka relatif singkat (1 tahun) masa tersebut mereka diakselerasi untuk tetap dapat menjalankan amanah dengan penuh rasa tanggung jawab, karena hal tersebut dapat mendidik mentalitas pemimpin yang penuh bertanggung jawab, peduli, dan terjalinnya ukhwah islamiyah yang mengakar antara sesama mahasantri dengan semangat ikhlas beramal dan rasa memiliki almamater yang proporsional dan profesional. Kesimpulan Penelitian ini membuahkan beberapa kesimpulan dari studi temuan di lapangan yaitu sistem perekrutan mahasiswa yang menjadi anggota Ma’had Ali adalah melalui tes secara tertulis dan lisan ditujukan kepada mahasiswa yang memiliki kemampuan berbahasa Arab yang kurang, yang ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh dari tes masuk. Manajemen yang dilaksanakan di Ma’had Ali terhadap semua kegiatan mahasantri adalah: dengan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 330 TUTI INDRIYANI pola koordinasi berjenjang mulai dari mudabbir kepada musyrif kemudian kemahasiswaan yang pada gilirannya pada pimpinan Ma’had Ali. Pengurus inti La-Pasma menjadi motor penggerak seluruh tugas dan aktifitas kemudabbiran. Fungsi pembimbingan dan pendampingan para pengurus dan asatizah dituntut maksimal, bukan sebatas di kantor dan dalam jam kerja saja, hal ini untuk menciptakan manajeman yang baik dan bersinergi. Perbedaan hasil belajar yang tinggal di Ma’had Ali dengan mahasiswa yang di luar tidak terlalu jauh berbeda dalam hal hasil belajar akademik. Namun ada Mahasiswa yang tinggal di Ma’had Ali yang memperoleh IPK 4,00. Ini menunjukkan bahwa tinggal di Ma’had Ali merupakan hal yang sangat baik yang dapat memberikan hasil belajar yang memuaskan. Dan mereka mendapat pelajaran tambahan pada mata kuliah kuliah tertentu, khusus bahasa Arab, bahasa Inggris dan tahfizh, sedangkan mahasiswa luar tidak memperoleh pembelajaran tambahan pada tiga mata kuliah tersebut. Catatan: 1 2 3 4 5 6 7 8 Wawancara dengan Athaya Ulfa, 2 Februari 2013. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 1999), hlm. 78. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), hlm. 3. Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad Ke-21, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2001), hlm. 91. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, hlm. 27. Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, hlm. 79. Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, hlm. 111. Nasution M. N, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), hlm. 181. 9 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, hlm. 4. 10 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, hlm. 4-5. 11 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, hlm. 4-5. 12 Ralph G. Lewis, Total Quality in Higher Education, (USA: Library of Congres Catologing in Publication Data, 1994), hlm. 91. 13 Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, hlm. 55. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013 EKSISTENSI MA’HAD ALI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ... 331 DAFTAR PUSTAKA Daulat P. Tampubolon. Perguruan Tinggi Bermutu Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad Ke-21. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2001. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset, 2001. Nanang Fattah. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja RosdaKarya, 1999. Nasution M. N. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001. Ralph G. Lewis. Total Quality in Higher Education. USA: Library of Congres Catologing in Publication Data, 1994. Undang-Undang Republik Indonesia.Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013