pola peresepan obat pada penderita hipertensi di apotek sehat

advertisement
POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN
TAHUN 2010
Farida Rahmawati, Anita Agustina
INTISARI
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan
ini bertahan. Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan normal. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan teLanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur
dikedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengobatan pasien
hipertensi di Apotek Sehat Farma Klaten tahun 2010. Untuk mengetahui obat-obat
yang diresepkan pada pasien hipertensi berdasarkan jenis dan golongan obat
hipertensi
Metode penelitian ini menggunakan metode analisis diskriptif. Populasi
diambil dari pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten tahun 2010. Dari hasil
penelitian diperoleh populasi sebanyak 622 kasus hipertensi sehingga diperoleh
sampel sebanyak 243 kasus yang dihitung dengan metode random sampling.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan peresepan obat hipertensi
diperoleh jenis obat hipertensi yaitu: Captropil yang berjumlah 95 obat (20,5%),
Amlodipin yang berjumlah 95 obat (20,5%), Furosemid yang berjumlah 77 obat
(16,6%), Valsartan yang berjumlah 67 obat (14,5%), Bisoprolol yang berjumlah 61
obat (13,2%), Lisinopril yang berjumlah 29 obat (6,3%), Nifedipin yang berjumlah
23 obat (5%), H.C.T yang berjumlah 13 obat (2,8%), Spironolakton yang berjumlah
2 obat(0,4%), dan propanilol yang berjumlah 1 obat (0,2%)
Kata kunci: pola peresepan, penyakit, obat, hipertensi.
Farida Rahmawati, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
46
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Farida Rahmawati, dkk., Pola Peresepan Obat …
PENDAHULUAN
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh
darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi adalah
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)
(Suheni, 2007). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah menjadi naik
dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks (Suheni, 2007).
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan
primer. Hipertensi primer adalah merupakan jenis hipertensi yang tidak diketehui
penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab
spesifiknya dapat diketahui. (Sustrani, 2004).
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi
Beningna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Baligna adalah keadaan hipertensi yang
tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita di cek up.
Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai
dengan keadaan gawat yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak,
jantung dan ginjal (Suheni, 2007).
Faktor Risiko yang mempengaruhi Hipertensi adalah faktor genetika, bobot
badan , Obesitas Pusat dan Sindrom Metabolisme, Denyut Jantung, Faktor
Lingkungan (Anonim, 2001). Penyebab terjadinya Hipertensi, Kehidupan Dini,
Alkohol (minuman keras) Kegiatan Fisik, Asupan Nutrisi (Anonim, 2001).
Dari latar belakang yang telah diterangkan diatas maka saya mengambil judul
ini dengan tujuan agar dapat mengetahui lebih jelas dan terperinci tentang obat-obat
yang digunakan untuk mengobati hipertensi di Apotek Sehat Farma Kabupaten
Klaten tahun 2010
Apotek Sehat Farma merupakan apotek di Kabupaten Klaten yang melayani
pasien Askes, oleh karena itu, semua kalangan masyarakat banyak yang menebus
resepnya di Apotek Sehat Farma dan jika semakin banyak masyarakat yang menebus
resep disana maka data penelitian yang diperoleh akan semakin valid. Sekitar 30%
dari 300 resep yang masuk di Apotek Sehat Farma setiap harinya merupakan resep
untuk pasien hipertensi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
di Apotek Sehat Farma Klaten.
Rumusan masalah : Bagaimana pola peresepan yang banyak digunakan untuk
pengobatan hipertensi di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010
berdasarkan penggolongan obat hipertensi?
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Farida Rahmawati, dkk., Pola Peresepan Obat …
Tujuan Penelitian :Untuk mengetahui pola peresepan obat, jenis obat dan golongan
obat dalam resep yang banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi di
Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010.
Manfaat penelitian : Menyediakan informasi bagi masyarakat tentang penyakit
hipertensi, Memberikan masukan informasi mengenai pengobatan hipertensi.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan analisis deskriptif. Variabel dalam penelitian ini
adalah variabel tunggal yaitu obat yang digunakan pada penyakit hipertensi di
Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010 berdasarkan jenis obat dan
pengolongan obat.
Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah resep yang digunakan untuk penderita
hipertensi yang membeli obat di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun
2010 dengan jumlah 622 populasi. Sampel penelitian ini dilakukan dengan cara
Simple Random Sampling (SRS) pada penderita hipertensi yang membeli obat di
Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010 dengan jumlah 243 sampel.
Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berupa data resep
periode bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2010.
Metode pengumpulan data dengan cara merekap seluruh resep yang
didalamnya merupakan resep penderita hipertensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah penulis lakukan di Apotek Sehat Farma Kabupaten
Klaten diperoleh data-data sebagai berikut:
1. Data Jenis Obat Hipertensi.
Jumlah sampel yang digunakan adalah 243 resep dari jumlah populasi
sebanyak 622 resep didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Obat Hipertensi
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama Obat Hipertensi
Captril
Amlodipin
Furosemid
Valsartan
Bisoprolol
Lisinopril
Nifedipin
Jumlah
95
95
77
67
61
29
23
Prosentase
39,1
39,1
31,6
27,6
25,2
11,9
9,5
47
48
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Farida Rahmawati, dkk., Pola Peresepan Obat …
8
9
10
H.C.T
Spinorolacton
Propanolol
13
2
1
5,3
0,8
0,4
Sumber data: Lembar resep Apotik Sehat Farma Klaten Periode Januari-Desember
2010.
Gambar 4.1 Grafik Persentase Jenis Obat hipertensi
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa obat-obat yang
sering digunakan pasien hipertensi berdasarkan jenis obat hipertensi yaitu :
Captopril (39,1), Amlodipin (39,1), Furosemid (31,6,6), Valsartan (27,6),
Bisoprolol (25,2), lisinopril (11,9), Nifedipin (9,5), H.C.T (5,3), Spinorolacton
(0,8) dan Propanolol (0,4).
2. Data Golongan Obat Hipertensi
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Golongan Obat Hipertensi
No
Golongan obat
Jumlah
Prosentase
1
Penghambat ACE
191
41,5
2
Kalsium Antagonis
118
25,4
3
Diuretik
92
20
4
Beta-Bloker
62
13,1
463
100
Jumlah
Sumber data: Lembar resep Apotik Sehat Farma Klaten Periode Januari Desember
2010.
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Farida Rahmawati, dkk., Pola Peresepan Obat …
Gambar 4.2 Grafik Persentase Golongan Obat Hipertensi
Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat diketahui persentase peresepan obat
hipertensi di Apotek Sehat Farma Klaten berdasarkan golongan obat hipertensi
yaitu : golongan penghambat ACE menduduki urutan pertama dengan persentase
41,5%, kedua golongan kalsium antagonis dengan persentase 25,4%, urutan ketiga
golongan diuretik dengan persentase 20%, urutan keempat golongan Angeotensin
II antagonis dengan persentase 13,1% atau golongan obat hipertensi yang jarang
digunakan di Apotek Sehat Farma Klaten.
3. Data Obat selain Obat Hipertensi
Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Kombinasi Obat Hipertensi
No
Golongan obat
frekuensi
Prosentase (%)
1
Vitamin
138
28,8
2
Analgesik
84
17,5
3
jantung
69
14,4
4
Antasida
55
11,5
5
DM
44
9,19
6
Batuk
29
6,1
7
Penenang
24
5
8
Antihiperlipit
15
3,1
9
Asam urat
7
1,4
10
Antibiotik
6
1,3
11
Alergi
6
1,3
12
Pencahar
1
0,3
13
Asma
1
0,2
Jumlah
479
100
Sumber data: Lembar resep Apotik Sehat Farma Klaten Periode Januari -Desember
2010.
49
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Farida Rahmawati, dkk., Pola Peresepan Obat …
50
Gambar 4.3 Grafik Obat selain Obat Hipertensi
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas dapat diketahui persentase Obat selain Obat
Hipertensi yang diberikan pada pasien Hipertensi di Apotek Sehat Farma Klaten
adalah vitamin (28,8%), analgesik (17,5%), jantung (14,4%), antasida (11,5), DM
(9,19%),batuk (6,1%), penenang (5%), antihiperlipid (3,1%), asam urat (1,4%),
antibiotik (1,3%), alergi (1,3%), pencahar (0,3%) dan asma (0,2%).
Pembahasan
Dalam penelitian ini data yang diolah adalah data resep di Apotek Sehat Farma
Kabupaten Klaten pada periode bulan Januari-Desember tahun 2010. Dan diperoleh
populasi sebesar 622 kasus penyakit hipertensi. Sampel di dapat sebesar 243 dengan
menggunakan metode Sistem Random Sampling.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan dapat diketahui
bahwa obat-obat hipertensi yang diresepkan untuk pasien hipertensi di Apotek Sehat
Farma Kabupaten Klaten adalah golongan penghambat ACE menduduki urutan
pertama dengan persentase 41,5%, kedua golongan kalsium antagonis dengan
persentase 25,4%, urutan ketiga golongan diuretik dengan persentase 20%,
sedangkan urutan keempat adalah golongan beta-bloker dengan persentase 13,1%
atau golongan obat hipertensi yang jarang digunakan di Apotek Sehat Farma
Kabupaten Klaten.
1.
Golongan penghambat ACE.
Golongan penghambat ACE menduduki urutan pertama dengan
persentase 41,5%. Golongan penghambat ACE contoh : captopril dan
lisinopril, karena penghambat ACE bekerja dengan cara menghambat
pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Obat-obat ini efektif dan
pada umumnya dapat ditolerasi dengan baik. Pada beberapa pasien,
penghambat ACE dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cepat.
Karena itu, bila mungkin terapi diuretika dihentikan untuk beberapa hari
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Farida Rahmawati, dkk., Pola Peresepan Obat …
sebelum terapi menggunakan penghambat ACE, dan dosis pertama sebaiknya
diberikan sebelum tidur (Anonim, 2000).
Dari 243 sampel yang diambil penggunaan captopril sebanyak 39,1%.
Captopril Merupakan obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan gagal
jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Cara kerja
renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma
untuk memproduksi angiotensin I yang bersifat inaktif. Angiotensin Converting
Enzyme (ACE) akan mengubah angioensin I menjadi angoitensin II yang
bersifat aktif dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi
aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta
mensekresi kalium. Pemberian captopril akan menghambat kerja ACE,
akibatnya pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi,
penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan
serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan
darah dan mengurangi beban jantung sehingga terjadi peningkatan kerja
jantung.
2.
Golongan Kalsim Antagonis
Golongan kalsium antagonis contoh : nifedipin, Dari 243 sampel yang
diambil penggunaan nifedipin sebanyak 9,5%, H.C.T 5,3%. menduduki urutan
kedua. Golongan ini bekerja dengan cara menghambat influks ion
kalsium trans membran, yaitu mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal
kalsium lambat kedalam sel otot polos, otot jantung dan saraf. Nifedipin
merelaksasikan otot polos vaskuler sehingga mendilatasi arteri koroner dan
perifer. Obat ini lebih berpengaruh pada pembuluh darah. Nifedipin tidak
dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang hipertensi karena menimbulkan
variasi tekanan darah yang besar sehingga menggurangi manfaatnya untuk
mencegah komplikasi (Anonim, 2000).
3.
Golongan diuretik
Urutan ketiga yaitu golongan diuretik contoh : furosemid, hidroklortiazid,
dengan persentase 20%, Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan
cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan
tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan
vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya
diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume
yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah.
Obat-obat diuretik yang digunakan dalam terapi hipertensi yaitu diuretik
golongan tiazid (diuretik kuat). Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan
penurunan volume cairan sehingga menurunkan tekanan darah ( Tan Hoan
Tjay dan Kirana Rahardja, 2002).
51
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Farida Rahmawati, dkk., Pola Peresepan Obat …
52
Dari 243 sampel yang diambil penggunaan nifedipin sebanyak 31,6%.
Furosemide atau ‘pil air’, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi
bengkak/edema dan penyimpanan cairan yang disebabkan oleh berbagai
macam masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung atau hati. Furosemide
juga digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi / hipertensi. Furosemide
bekerja dengan membloking absorpsi garam dan cairan dalam tubulus ginjal,
sehingga menyebabkan peningkatan jumlah urin yang diekskresikan. Efek
diuretik furosemide dapat menyebabkan deplesi cairan tubuh dan elektrolit
dalam
4.
Golongan beta-bloker.
Golongan beta-bloker contoh : bisoprolol, menduduki urutan keempat
dengan persentase 25,5% atau golongan obat yang paling sedikit atau jarang
digunakan di Apotek Sehat Farma Klaten. Beta-bloker yang mempunyai durasi
relatif singkat harus diberikan 2 atau 3 kali sehari. Namun banyak diantaranya
yang tersedia sebagai sediaan lepas lambat, sehingga pemberiannya untuk
hipertensi cukup sekali sehari. Seluruh beta-bloker memperlambat denyut
jantung dan menyebabkan depresi miokard dan mencetuskan gagal jantung.
Karena itu, beta-bloker tidak boleh diberikan pada pasien yang baru mulai
gagal ginjal (Anonim, 2000).
Dari 243 sampel yang diambil penggunaan bisoprolol sebanyak 25,2%.
Secara umum merupakan penghambat beta (beta blocker) yang bekerja di otot
polos (otot jantung, bronkus or saluran pernafasan, pembuluh darah dan otot
polos lain di tubuh kita). Mengingat bahwa salah satu faktor penyebab
timbulnya keluhan kepala dan ketegangan otot leher adalah karena konstriksi
(spasme) pembuluh darah (vascular theory), maka bisoprolol digunakan untuk
menghambat atau mencegah terjadinya spame pembuluh darah di kepala dan
leher yang diduga sebagai pemicu terjadinya keluhan kepala, sehingga
diharapkan keluhan kepala dan otot leher akan berangsur hilang.
Penyakit hipertensi dapat menyebabkan komplikasi penyakit-penyakit
lain. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa obat selain obat hipertensi yang
diberikan pada penderita hipertensi adalah adalah vitamin (58,8%), analgesik
(34,6%), jantung (28,4%), antasida (22,6), DM (18,1%),batuk (11,9%),
penenang (9,9%), antihiperlipid (6,2%), asam urat (2,9%), antibiotik (2,4%),
alergi (2,4%), pencahar (0,4%) dan asma (0,4%).
Dua terbesar pemberian kombinasi dalam hipertensi adalah sebagai
berikut:

Vitamin menduduki urutan pertama dalam kombinasi hipertensi dengan
persentase 28,8%. Vitamin berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan
energi, kesehatan jantung, membantu menurunkan kolesterol, mengurangi
depresi, membantu merawat sistem syaraf dan pembentukan sel darah
CERATA Journal Of Pharmacy Science
Farida Rahmawati, dkk., Pola Peresepan Obat …
merah sehingga diharapkan dengan pemberian vitamin pada pasien
hipertensi dapat membantu dalam menjaga kesehatan tubuh.

Analgesik menduduki urutan kedua dalam kombinasi hipertensi dengan
persentase 17,5%. Hal ini disebabkan karena untuk menghilangkan rasa
panas di muka yang ditimbulkan oleh pemberian nifedipin. Obat panas
yang sering di kombinasikan adalah parasetamol.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Berdasarkan jenis obat yang digunakan pada kasus hipertensi, obat yang
paling banyak digunakan adalah captril dengan persentase sebesar 39,1% dan
amlodipin dengan persentase sebesar 39,1%.
2. Berdasarkan golongan obat yang digunakan pada penderita hipertensi, obat
yang paling banyak digunakan adalah golongan penghambat ACE dengan
persentase sebesar 41,5%.
SARAN : Perlu penelitian lanjut tentang pola peresepan obat pada penderita
hipertensi dengan menggunakan metode penelitian yang lain, perlu
penelitian lanjut tentang interaksi obat hipertensi dengan obat pendukung
atau penyerta lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Informasi Obat Nasional Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2001. Pengendalian Hipertensi. ITB:Bandung.
Suheni Yuliana. 2007. Hubungan antara Kebiasaan merokok Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 tahun ke Atas di Rumah Sakit daerah
Cepu. Skripsi jurusan Ilmu Kesehatan masyarakat, FIK UNES. Semarang.
Sustrani & Lanny. 2004. Hipertensi. PT.gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2002, Obat-Obat penting Khasiat Penggunaan
dan Efek Samping Edisi ke-5, PT Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta
53
Download