BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Pertanggungjawaban Bendahara

advertisement
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat
Pada setiap awal tahun anggaran, setiap OPD mengajukan anggaran yang
dibutuhkan dan kemudian dituangkan ke dalam Dokumen Pagu Anggaran (DPA),
guna membiayai pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang memerlukan dana. Setelah
dana tersebut cair kemudian digunakan untuk keperluan kantor, maka Kepala
Badan selaku Pengguna Anggaran (PA) sebagai pejabat mengelola keuangan,
harus mempertanggungjawabkan kepada Kepala Daerah selaku Pemegang
Kekuasaan Pengelola Keuangan Daerah (PKPKD). Dimana pertanggungjawaban
tersebut dibuat oleh bendahara pengeluaran yang diberi kewenangan oleh
Pengguna Anggaran.
Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh setiap bendahara berupa laporan
keuangan daerah yang dilakukan secara periodik. Menurut Peraturan Pemerintah
No 24 Tahun 2005, laporan keuangan
merupakan laporan yang terstruktur
mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan.Berdasarkan waktu yang dilakukan untuk sebuah pelaporan,
maka pelaporan keuangan dibagi menjadi 4, yaitu laporan keuangan bulanan,
laporan keuangan triwulan, laporan keuangan semester, dan laporan keuangan
tahunan.
34
35
Laporan keuangan bulanan adalah laporan yang dilakukan oleh setiap
bendahara untuk mempertanggungjawabkan atas uang yang dikelolanya pada
setiap bulan. Laporan keuangan triwulan adalah laporan keuangan yang dilakukan
oleh bendahra setiap 3 bulan sekali. Sedangkan laporan keuangan semesteran
adalah laporan pertaggungjawaban bendahara yang dilakukan pada setiap 6 bulan
sekali. Dan laporan keuangan tahunan adalah laporan yang dilakukan oleh
bendahara setiap tahun dan laporan tahunan ini merupakan laporan kumulatif dari
laporan keuangan bulanan, triwulan, dan semester.
Dalam hal ini, Pengguna Anggaran (PA) melimpahkan sebagian
kewenangannya kepada KPA yang dalam hal menatausahakannya dibantu oleh
bendahara pengeluaran pembantu yang berada di setiap bidang untuk
melaksanakan sebagian tugas dan wewenang bendahara pengeluaran Badan.
Laporan pertanggungjawaban (SPJ) yang dilakukan terdiri dari SPJ Administratif
yaitu pertanggungjawaban bendahara pengeluaran kepada pengguna anggaran,
dan SPJ Fungsional yang disampaikan kepada PPKD/BUD yang disampaikan
selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya.Selain itu terdapat laporan
pertanggungjawaban yang dibuat bendahara pengeluaran guna sebagai persyaratan
pengajuan SPP Ganti Uang (GU). Laporan dimaksud adalah Laporan
pertanggungjawaban Uang Persediaan, dan Laporan pertanggungjawaban
Tambahan Uang. Kedua laporan ini disusun sebesar SPJ yang telah disahkan dari
penggunaan dana Uang persediaan dan Tambahan Uang yang tercantum dalam
SPJ.
36
Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang daerah,sesuai dengan
Permendagri No 55 Tahun 2008 tentang Tatacara Penatausahaan dan Penyusunan
Laporan Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya, dokumen
laporan pertanggung-jawaban yang disampaikan mencakup:
a. Buku kas umum pengeluaran.
b. Ringkasan pengeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti-bukti
pengeluaran yang sah atas pengeluaran dari setiap rincian obyek yang
tercantum dalam ringkasan pengeluaran per rincian obyek dimaksud.
c. Bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara.
d. Laporan penutupan kas.
e. SPJ bendahara pengeluaran pembantu
Dalam uraian di atas, yang dimaksud dengan Buku Kas Umum (BKU) yang
ditutup
setiap bulan dengan sepengetahuan dan persetujuan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran.
Dalam membuat sebuah pertanggungjawaban yang dilakukan pertama
adalah membuat pertanggungjawaban administratif. Dimana pertanggungjawaban
administratif dibuat oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu yang berada di setiap
bidang. Kemudian setelah membuat pertanggungjawaban administratif baru
Bendahara Pengeluaran membuat pertanggungjawaban fungsional. Diamana
pertanggungjawaban fungsional merupakan rekapan dari pertanggungjawaban
administratif dan LRA (Laporan Realisasi Anggaran) yang kemudian diserahkan
kepada PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah).
37
Bendahara Pengeluaran dalam membuat sebuah pertanggungjawaban
bulanan, menghasilkan output yang kemudian dijadikan sebagai bukti dari
pertanggungjawaban. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber,
output tersebut terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja;
Laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja ini berupa surat
pertanggungjawaban 1 (SPJ 1), surat pertanggungjawaban 2 (SPJ 2), dan
surat pertanggungjawaban 3 (SPJ 3). Dimana di setiap SPJ tersebut
meliputi, BKU, rincian objek belanja, dan gabungan antara balanja
keseluruhan.
b. Surat Pertanggungjawaban Fungsional;
Surat Pertanggungjawaban Fungsional adalah pertanggungjawaban
yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran atas perintah Pengguna anggaran untuk
dilaporkan ke PPKD selaku BUD sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas
terhadap pengelolaan keuangan daerah. Surat Pertanggungjawaban Fungsional
terdiri dari Buku Kas Umum (BKU) dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Berikut penulis sajikan alur penatausahaan dalam membuat sebuah
pertanggungjawaban:
38
Bagan 4.1
Alur Pertanggungjawaban
MULAI
Pencairan SP2D
BKU BP
BPP mengumpulkan
kwitansi-kwitansi
belanja
Laporan Realisasi
Anggaran (LRA)
SPJ Fungsional
AKHIR
BKU BPP
Perincian perobyek
SPJ
Administratif
39
4.1.1 Pencairan SP2D
Sebelum SP2D cair, yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran terlebih
dahulu yaitu pengajuan SPP UP/GU/TU/LS. Di dalam SPP tersebut terdapat
rincian belanja. Pengajuan yang diajukan, sesuai dengan kebutuhan belanja OPD.
Setelah SPP UP/GU/TU/LS diajukan, Bendahara Pengeluaran membuat SPM dan
disahkan oleh PA untuk mencairkan SP2D UP/GU/TU/LS. Setelah di validasi
oleh bagian Kasda dan disetujui oleh PPKD selaku Bendahara Umum Daerah
(BUD), maka SP2D tersebut dapat dicairkan. SP2D UP/GU/TU dimasukan ke
dalam buku pembantu simpanan bank Bendahara Pengeluaran terlebih dahulu.
Setelah itu baru dimasukan ke dalam Buku Kas Umum (BKU) Bendahara
Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu. Setelah SP2D cair dan
dibagikan
ke
Bendahara Pengeluaran Pembantu, maka SP2D tersebut
dibelanjakan dan bukti dari belanja tersebut dikumpulkan sebagai bahan
pembuatan pertanggungjawaban administratif.
4.1.2
Buku Kas Umum (BKU) Bendahara Pengeluaran Pembantu
Bendahara Pengeluaran Pembantu membuat BKU yang di dalamnya
mencatat bukti belanja/BPK (Bukti Pengeluaran Kas), pungutan pajak yang
dilakukan dalam belanja, kemudian pungutan pajak tersebut disetorkan kembali
ke kas negara melalui Bendahara Pengeluaran. Setiap transaksi belanja yang
dilakukan, maka Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib mencatatnya ke dalam
BKU BPP. Setiap pembelian yang memungut pajak dan kemudian disetorkan ke
40
kas negara, Bendahara Pengeluaran juga mencatat ke dalam BKU di kolom
penerimaan dan pengeluaran. Berikut penulis sajikan contoh BKU BPP:
Gambar 4.1
BKU BPP
Buku Kas Umum diatas dibuat oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu
yang disetujui oleh Kabid di setiap bidang selaku KPA. BKU tersebut yang
nantinya dilaporkan kepada PA melalui Bendahara Pengeluaran. BKU ini lah
yang disebut dengan SPJ 1.
41
4.1.3
Perincian Per Obyek
Setelah BKU selesai dibuat, maka BPP membuat SPJ 2 (rincian per
obyek). Dimana rincian perobyek tersebut terdiri dari rincian per belanja. Rinian
perobyek memudahkan Bendahara Pengeluaran Pembantu dalam meyusun Surat
Pertanggungjawaban yang dikutip dari Buku Kas Umum (BKU). Buku pembantu
ini hanya menggambarkan obyek belanja saja, sehingga untuk pencatatan obyek
belanja per program dan kegiatan diperlukan catatan tersendiri untuk masingmasing program/kegiatan.
Gambar 4.2
Perincian Per Obyek
42
Buku pembantu rincian per obyek diatas disebut sebagai SPJ 2. Karena
buku pembantu rincian per obyek merupakan rekapitulasi dari BKU yang
digolongkan sesuai dengan kegiatan. SPJ 2 tersebut ditandatangani oleh KPA,
Bendahara Pengeluaran Pembantu, dan Bendahara Pengeluaran. SPJ ini dibuat
setiap akhir bulan, begitu juga dengan SPJ 1, SPJ 3 (administratif), dan SPJ
fungsional.
4.1.4
Pertanggungjawaban Administratif dan Penyampaiannya
Pertanggungjawaban
secara
administratif
dibuat
oleh
bendahara
pengeluaran dan disampaikan kepada pejabat pengguna anggaran/pengguna
barang atau kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang paling lambat
tanggal 5 (lima) bulan berikutnya. Pertanggungjawaban administratif tersebut
berupa surat pertanggungjawaban (SPJ) yang menggambarkan jumlah anggaran,
realisasi dan sisa pagu anggaran baik secara kumulatif maupun per kegiatan. SPJ
ini dibuat oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu yang diketahui oleh Kuasa
Pengguna anggaran (KPA) dan Bendahara Pengeluaran.
Dalam proses pelaksanaan belanja, dibutuhkan dokumen-dokumen yang
diberikan oleh PPTK yang dicatat oleh bendahara dalam buku-buku sebagai
berikut:
a. Buku Kas Umum Pengeluaran
b. Buku Pembantu Pengeluaran per rrincian obyek
c. Buku Pembantu kas tunai
d. Buku pembantu simpanan/bank
43
e. Buku pembantu panjar
f. Buku pembantu pajak
Berdasarkan 6 (enam) dokumen tersebut, ditambah dengan SPJ
pengeluaran pembantu yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu,
Bendahara pengeluaran membuat SPJ pengeluaran. SPJ Pengeluaran tersebut
dibuat rangkap empat, satu untuk arsip, satu untuk BUD dan dua untuk
diverifikasi PPK-SKPD. Apabila disetujui, maka PPK-SKPD menyampaikan satu
kopi SPJ pengeluaran kepada Kepala SKPD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya, dan satu kopi SPJ lainnya dicatat pada register Penerimaan SPJ
Pengeluaran. Apabila ditolak, maka PPK-SKPD mengembalikan satu kopi SPJ
Pengeluaran kepada bendahara pengeluaran untuk diperiksa ulang, sementara satu
kopi lainnya dan dicatat pada Register Penolakan SPJ Pengeluaran. Kepala SKPD
mengesahkan SPJ Pengeluaran. Surat Pengesahan SPJ dibuat dua rangkap, satu
diregister dalam arsip, sementara yang satu lagi diserahkan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk dijadikan dasar atas pengajuan SPP bulan berikutnya.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu
dalam membuat pertanggungjawaban administratif adalah sebagai berikut:
1. Bendahara Pengeluaran Pembantu mengumpulkan kwitansi-kwitansi
sebagai bukti yang sah atas transaksi pengeluaran yang dilakukan dalam
suatu kegiatan.
2. Kemudian Bendahara Peneluaran Pembantu membuat Buku Kas Umum
(BKU) yang dilandasi dengan kwitansi-kwitansi tersebut yang kemudian
disebut sebagai SPJ 1.
44
3. Setelah membuat BKU, maka Bendahara Pengeluaran Pembantu membuat
Rincian Per Obyek (SPJ 2) yang di dalamnya hanya dikelompokkan
berdasarkan nama rekening.
4. Kemudian Bendahara Pengeluaran Pembantu membuat SPJ 3 yaitu SPJ
administratif yang merupakan SPJ kumulatif dari SPJ 1 dan SPJ 2 dan
dirinci berdasarkan jenis Belanja.
5. Setelah membuat SPJ administratif, Bendahara Pengeluaran Pembantu
meminta persetujuan dari KPA untuk disetujui dan kemudian SPJ
administratif tersebut diserahkan kepada Bendahara Pengeluaran untuk
diketahui kemudian diverifikasi oleh PPK-SKPD.
6. Setelah mendapat verifikasi, maka SPJ adminstratif dilaporkan kepada
Pengguna Anggaran sebagai bentuk pengesahan.
Berikut penulis sajikan contoh format SPJ Administratif:
Tabel 4.1
SPJ Administratif
45
SPJ Administratif dibuat oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu. Dimana
SPJ tersebut terdiri dari kode rekening, uraian, jumlah anggaran, SPJ LS barang
dan jasa, SPJ UP/GU/TU, jumlah SPJ, dan sisa pagu anggaran. Kolom kode
rekening diisi sesuai dengan jenis belanja. Setiap jenis belanja, pasti memiliki
kode rekening guna memudahkan untuk dikelompokkan. Kemudian uraian nama
kode rekening diisi sesuai kelompok jenis belanja. Jumlah anggaran yang
ditetapkan dalam APBD atas masing-masing kode rekening. Kolom SPJ LS
Barang dan Jasa, digunakan untuk mengisi SP2D atas pembayaran LS-gaji dan
tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan bulan lalu, bulan ini, sampai
dengan bulan ini. SPJ UP/GU/TU digunakan untuk pembayaran LS-Pihak Ketiga
yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan bulan lalu, LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ bulan ini, sampai dengan bulan ini, penggunaan dana UP/GU/TU
sampai dengan bulan lalu, bulan ini, sampai dengan bulan, penggunaan dana
LS+UP/GU/TU sampai dengan bulan ini, penggunaan dana LS=UP/GU/TU
sampai dengan bulan ini.
SPJ Administratif hanya merinci transaksi perkegiatan. Jadi di dalam SPJ
Adminisratif transaksi yang dilakukan, diuraikan lebih rinci. Karena SPJ
Administratif merupakan rekapan dari Buku Kas Umum (SPJ 1) dan rincian per
46
obyek (SPJ 2).
SPJ Administratif ditandatangani oleh KPA, Bendahara Pengeluaran
Pembantu, dan Bendahara Pengeluaran. Karena SPJ Administratif hanya
dilaporkan kepada Pengguna Anggaran (PA) sebagai bukti pertanggungjawaban
KPA yang diberi kuasa oleh PA.
4.1.5
Buku Kas Umum (BKU) Bendahara Pengeluaran
Bendahara
pengeluaran
melakukan
pencatatan
SPJ
yang
telah
disetujui/ditolak oleh PA dan memasukkan data tersebut ke dalam dokumen
berikut sesuai peruntukannya. Dokumen yang digunakan dalam menatausahakan
pertanggungjawaban pengeluaran mencakup:
a. Register laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ)
b. Register pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran
c. Surat penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran
d. Register penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran
e. Register penutupan kas
Pertanggungjawaban yang dikatakan sah, apabila telah melalui beberapa
tahap persetujuan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tahapan tersebut dimulai
dari pembuatan BKU (SPJ 1), rincian objek (SPJ 2), dan keseluruhan
pengeluaran/SPJ administratif (SPJ 3) oleh bendahara pengeluaran pembantu dan
SPJ-SPJ tersebut akan diketahui oleh bendahara pengeluaran dan kemudian
dilaporka oleh PA.
47
Setelah Bendahara Pengeluaran Pembantu memberikan SPJ diatas telah
disetujui oleh PA, maka Bendahara Pengeluaran membuat buku kas umum
bendahara pengeluaran. Di dalam BKU bendahara pengeluaran, terdapat rekapan
dari SPJ 1, SPJ 2, dan SPJ Administratif yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran
Pembantu dan disesuaikan dengan bukti-bukti transaksi yang sah berupa kwitansikwitansi belanja yang dilampirkan.
Gambar 4.3
BKU BP
48
Di dalam BKU Bendahara Pengeluaran terdapat kolom no. BKU, tanggal,
no. Dokumen, uraian, kode rekening, penerimaan, pengeluaran, dan saldo. Karena
BKU Bendahara Pengeluaran merupakan rekapan dari SPJ-SPJ yang telah dibuat
oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu yang sudah dijelaskan di atas.
Perbedaan antara BKU Bendahara Pengeluaran dengan Bendahara
Pengeluaran Pembantu adalah, jika di BKU Bendahara Pengeluaran terdapat
kolom no. Dokumen dan saldo. Sedangkan di BKU Bendahara Pengeluaran
Pembantu tidak ada. Di BKU Bendahara Pengeluaran harus lebih rinci dalam
merekap SPJ-SPJ yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu, karena
hanya BKU Bendahara Pengeluaran saja yang dilaporkan kepada PPKD sebagai
pertanggungjawaban Pengguna Anggaran terhadap penggunaan APBN. Di BKU
Bendahara Pengeluaran, yang menandatangani adalah kepala Badan selaku PA
49
dan Bendahara Pengeluaran yang mengelola keuangan.
4.1.6
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan Realisasi Anggaran dibuat oleh Bendahara Pengeluaran untuk
dilaporkan ke PPKD selaku BUD. Laporan Realisasi Anggaran merupakan
laporan tentang anggaran yang digunakan oleh BKD Provinsi Jawa Barat yang di
dalam nya terdiri dari kode rekening, uraian, anggaran, realisasi pada tahun
berjalan, sisa anggaran pada tahun sampai dengan tahun berjalan, prognosis, dan
keterangan. Keterangan tersebut menjelaskan tentang jumlah uang yang
digunakan sesuai dengan jenis pencairannya.
Gambar 4.4
Laporan Realisasi Anggaran
50
Laporan Realisasi Anggaran tersebut dibuat oleh Bendahara Pengeluaran
yang disahkan oleh PPK-SKPD selaku verifikator dan disetujui oleh Pengguna
Anggaran. Bendahara Pengeluaran membuat Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
berdasarkan penggunaan jenis belanja.
4.1.7
Pertanggungjawaban Fungsional dan Penyampaiannya
Pertanggunjawaban fungsional dibuat oleh bendahara pengeluaran yang
disampaikan kepada pejabat pengguna anggaran/pengguna barang atau kuasa
pengguna anggaran/kuasa pengguna barang paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan berikutnya. Pertanggungjawaban fungsional tersebut berupa rekapitulasi
dari SPJ administratif dan laporan penutupan kas. SPJ tersebut dilampiri dengan
Buku Kas Umum dan Laporan Penutupan Kas. Pertanggungjawaban fungsional
pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir
51
bulan tersebut. Pertanggungjawaban tersebut harus dilampiri bukti setoran sisa
uang persediaan.
Dalam membuat Pertanggungjawaban Fungsional, langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran adalah:
1. Bendahara Pengeluaran menyiapkan laporan penutupan kas.
2. Bendahara Pengeluaran melakukan rekapitulasi jumlah-jumlah belanja dan
item terkait lainnya yang ada dalam pertanggungjawaban administratif
berdasarkan BKU dan buku pembantu BKU lainnya (Buku Pembantu
Panjar, Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Simpanan/Bank, dan
Buku Pembantu Pajak) serta khususnya buku pembantu rincian per obyek
untuk mendapatkan nilai belanja per rincian obyek.
3. Kemudian rekapitulasi tersebut dimasukan ke dalam BKU bendahara
pengeluaran yang kemudian menjadi SPJ Fungsional.
4. Kemudian SPJ Fungsional dan LRA tersebut dilaporkan kepada PPKD
selaku BUD sebagai wujud pertanggungjawaban Pengguna Anggaran
dalam mengelola keuangan daerah.
Pada dasarnya SPJ Fungsional adalah wujud pertanggungjawaban Pengguna
Anggaran kepada BUD atas pengelolaan keuangan daerah. Sedangkan SPJ
Administratif adalah wujud pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran yang
diberi wewenang dalam mengelola keuangan yang kemudian dilaporkan kepada
Pengguna Anggaran. Berikut penulis sajikan contoh format SPJ Fungsional:
52
Tabel 4.2
SPJ Fungsional
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN
(SPJ BELANJA FUNGSIONAL)
SKPD
Pengguna Anggaran
Bendahara Pengeluaran
Tahun Anggaran
Bulan
:
:
:
:
:
Jumlah
Anggaran
Uraian
1
2
3
s.d.
Bulan
Lalu
4
Bulan
ini
5
(dalam rupiah)
SPJ UP/GU/TU
SPJ – LS Barang – Jasa *)
SPJ – LS Gaji
Kode
Rekening
s.d.
Bulan
ini
6=(4+5)
s.d.
Bulan
Lalu
7
s.d.
Bulan
ini
9=(7+8)
Bulan
ini
8
s.d.
Bulan
Lalu
10
Bulan
ini
s.d. Bulan
ini
11
12=(10+11)
Jumlah SPJ
(LS+UP/GU/TU)
s.d. Bulan ini
Sisa Pagu
Anggaran
13=(6+9+12)
14 = (3+13)
JUMLAH
Penerimaan
- SP2D
- Potongan Pajak
a. PPN
b. PPh 21
c. PPh 22
d. PPh 23
- Lain-lain
Jumlah Penerimaan
SPJ – LS Barang – Jasa *)
SPJ – LS Gaji
Kode
Uraian
Rekening
1
SPJ UP/GU/TU
Jumlah
Anggaran
2
3
s.d.
Bulan
Lalu
4
Bulan
ini
5
s.d.
s.d.
Bulan
ini
6=(4+5)
Bulan
Lalu
7
Bulan
ini
8
s.d.
s.d.
Bulan
ini
9=(7+8)
Bulan
Lalu
10
Bulan
ini
s.d. Bulan
ini
11
12=(10+11)
Jumlah SPJ
(LS+UP/GU/TU)
s.d. Bulan ini
Sisa Pagu
13=(6+9+12)
14 = (3+13)
Anggaran
Pengeluaran
- SPJ (LS +
UP/GU/TU)
- Penyetoran Pajak
a. PPN
b. PPh 21
c. PPh 22
d. PPh 23
- Lain-lain
Jumlah Pengeluaran
Saldo Kas
Menyetujui :
Pengguna Anggaran
(Tanda Tangan)
(Nama Jelas)
NIP.
................, tanggal ........
Bendahara Pengeluaran
(Tanda Tangan)
(Nama Jelas)
NIP
SPJ Fungsional dibuat oleh Bendahara Pengeluaran, untuk dilaporkan ke
PPKD selaku BUD. SPJ Fungsional terdiri dari kode rekening, uraian nama kode
rekening, jumlah anggaran yang ditetapkan dalam APBD atas masing-masing
kode rekening, jumlah SP2D atas pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah
53
diterbitkan/SPJ sampai dengan bulan lalu, SPJ bulan ini, jumlah SP2D atas
pembayaran LS-gaji dan tunjangan yang telah diterbitkan/SPJ sampai dengan
bulan ini, jumlah SP2D atas pembayaran LS-Pihak Ketiga yang telah
diterbitkan/SPJ sampai dengan bulan lalu, SPJ bulan ini, SPJ sampai dengan bulan
ini, jumlah SPJ atas penggunaan dana UP/GU/TU sampai dengan bulan lalu,
bulan ini, sampai dengan bulan ini, jumlah SPJ atas penggunaan dana
LS+UP/GU/TU sampai dengan bulan ini, jumlah SPJ atas penggunaan dana
LS=UP/GU/TU sampai dengan bulan ini.
Didalam SPJ Fungsional tidak secara rinci dijelaskan perkegiatan, namun
diuraikan sesuai jenis belanjanya. SPJ Fungsional juga merupakan rekapan dari
SPJ Administratif dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Karena SPJ
Fungsional untuk dilaporkan ke PPKD.
SPJ Fungsional juga dapat dikatakan sebagai pertanggungjawaban yang
utama. Karena pertanggungjawaban ini adalah bentuk pertanggungjawaban
Kepala Badan selaku PA terhadap Gubernur Jawa Barat selaku Pemegang
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKPKD) dalam mengelola keuangan
daerah. Pertanggungjawaban yang dilaporkan tidak hanya pertanggungjawaban
fungsional saja, namun harus disertakana dengan Laporan Realisasi Anggaran
(LRA).
54
4.2 Hambatan
Yang
Dihadapi
dalam
Proses
Pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran Pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Jawa Barat
Di dalam melaksanakan proses pertanggungjawaban bendahara pengeluaran
terdapat beberapa hambatan. Menurut hasil wawancara dengan salah satu staf
subbagian keuangan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat, hambatanhambatan tersebut adalah:
1. Pertanggungjawaban dari masing-masing Bendahara Pengeluaran
Pembantu tidak tepat pada waktunya.
Sebelum membuat pertanggungjawaban, bendahara pengeluaran
harus menunggu pertanggungjawaban dari setiap bendahara pengeluaran
pembantu yang berada di setiap bidang yang berupa SPJ 3. Jika SPJ 3
tersebut belum diserahkan kepada bendahara pengeluaran, maka
bendahara
pengeluaran
tidak
dapat
membuat
laporan
pertanggungjawaban.
2. Pengaruh sistem jaringan internet yang tidak stabil.
Dalam proses penatausahaan sampai proses pertanggungjawaban,
bendahara pengeluaran tidak lagi menggunakan secara manual,
melainkan melalui sistem yang sudah tersedia yang dinamakan dengan
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). Dimana
sistem tersebut harus terhubung dengan jaringan internet. Jika jaringan
internet yang digunakan mengalami ketidakstabilan, maka hal ini dapat
menghambat proses penatausahaan maupun proses pertanggungjawaban.
55
Sehingga, kegiatan yang dilakukan sering tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan atau sering terlambat.
3. Dalam proses penandatanganan, Kepala Badan selaku Pengguna
Anggaran tidak selalu berada di ruangan.
Setiap proses pertanggungjawaban harus ditandatangani oleh
Kepala Badan selaku Pengguna Anggaran sebagai bukti telah disetujui
pertanggungjawaban tersebut dan sebagai bukti pengeluaran yang telah
dilakukan oleh Badan Kepegawain Daerah Provinsi Jawa Barat.
4. Kurangnya operator sistem di setiap bidang.
Mulai tahun 2011, kegiatan di setiap lingkungan OPD Provinsi
Jawa Barat, sudah menggunakan sistem jaringan yang disebut dengan
SIPKD. Didalam pelaksanaannya, SIPKD harus ada satu operator guna
menangani seluruh kegiatan yang dilakukan oleh staf yang ada di
ruangan. Akan tetapi, di BKD Provinsi Jawa Barat, hanya terdapat satu
operator saja, dan hanya dibagian keuangan. Akan tetapi, di bagian lain
tidak ada satu orang operator. Sehingga, jika terjadi kendala atau
masalah dalam sistem, akan mengalami kesulitan dan menghambat
dalam pekerjaan.
5. Bendahara
Pengeluaran
Pembantu
kurang
menguasai
sistem
komputerisasi.
Di era zaman modern seperti saat ini, komputer sudah banyak
digunakan oleh setiap kantor, tidak terkecuali di Badan Kepegawaian
Daerah Provinsi Jawa Barat. Sehingga, jika komputer tidak berfungsi
56
atau terjadi suatu masalah, maka dapat menghambat pekerjaan. Dan
komputer juga tidak terlepas dari para pegawai BKD sebagai pengguna
dari komputer tersebut. Akan tetapi, tidak sedikit pula pegawai yang
kurang menguasai tentang sistem komputerisasi ini. Sehingga, pekerjaan
yang harus selesai dengan waktu yang sudah ditargetkan, akan terjadi
keterlambatan dalam penyelesaiaan pekerjaan tersebut. Terutama
bendahara
pengeluaran
pembantu
yang
kegiatannya
dilakukan
menggunakan sistem komputer. Namun, banyak bendahara pengeluaran
pembantu
yang
tidak
menguasainya,
sehingga
dalam
proses
pertanggungjawaban pun dapat terhambat.
4.3
Upaya untuk mengatasi hambatan dalam Proses Pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Jawa Barat
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa di dalam pelaksanaan proses
pertanggungjawaban bendahara pengeluaran terdapat beberapa hambatan, maka
upaya yang dilakukan oleh bagian keuangan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Jawa Barat dalam mengatasi hambatan tersebut diantaranya adalah:
1. Bendahara pengeluaran pembantu yang ada di setiap bidangsetelah
melakukan transaksi, hendaknya segera membuat SPJ yang akan
diserahkan
kepada
Bendahara
Pengeluaran.
Sehingga,
pertanggungjawaban yang akan dibuat oleh bendahara pengeluaran,
57
tidak mengalami keterlambatan dan dapat segera dilaporkan kepada
Pengguna Anggaran.
2. Jika sistem jaringan yang terkadang tidak stabil, membuat para pegawai
khusunya di bagian keuangan, sulit untuk melakukan pekerjaannya.
Namun, menurut pegawai yang ada di bagian keuangan, mereka hanya
dapat menunggu sampai sistem jaringan yang ada dapat stabil kembali.
Karena ketidakstabilan tersebut terjadi dari pusatnya.
3. Jadi Kepala badan selaku pimpinan memberikan jadwal untuk
penyelesaian akhir atas pertanggungjawaban kepada pegawai bagian
keuangan khususnya bendahara pengeluaran yang diberi wewenang
untuk mengelola keuangan daerah dan membuat pertanggungjawaban
atas pengelolaan keuangan tersebut. Sehingga secara pasti pimpinan
dapat memberikan persetujuan dan mengetahui atas penggunaan
anggara. Dan pertanggungjawaban tersebut tidak terlambat untuk
dilaporka ke Biro Keuangan Bagian Akuntansi dan Pelaporan.
4. Kurangnya operator sistem di setiap bidang, merupakan kendala atau
hambatan yang cukup serius. Karena dapat menghambat pekerjaan yang
harus diselesaikan. Menurut narasumber, lebih baik di setiap bidang
diberi
satu
operator
saja.
Namun,
operator
tersebut
mampu
mengoperasikan jaringan komputerisasi dan internet. Sehingga, jika
terjadi
masalah
di
sistem
jaringan,
operator
tersebut
dapat
memperbaikinya dan pekerjaan yang dikerjakan, tidak terhambat terlalu
lama.
58
5. Komputer di era zaman sekarang, merupakan barang elektronik yang
sudah menjadi kebutuhan setiap orang terutama di setiap kantor. Karena
komputer merupakan alat elektronik yang dapat membantu pekerjaan.
Sehingga tidak memakan waktu lama dalam pengerjaannya. Namun,
tidak sedikit pula orang yang mampu mengoperasikan komputer
tersebut. Hal tersebut terjadi di BKD Provinsi Jawa Barat, terutama
bendahara pengeluaran pembantu. Seharusnya, seorang bendahara
pembantu pengeluaran, dapat mampu menjalankan komputerisasi
sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak terhambat. Upaya yang dapat
dilakukan adalah memberi pelatihan khusus bagi bendahara pengeluaran
pembantu dalam mengoperasikan sistem komputerisasi. Karena
bendahara pengeluaran pembantu merupakan seseorang yang penting
dalam kegiatan penatausahaan terutama dalam hal pertanggungjawaban.
Karena, pertanggungjawaban dikerjakan menggunakan sistem aplikasi
yang terdapat dalam komputer, tidak secara manual. Sehingga
pertanggungjawaban pun dapat selesai dengan tepat waktu untuk
dilaporkan.
Download