827 TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 18 MAKASSAR *Maria Kurni Menga* Dosen tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa Makassar ABSTRAK Sampai saat ini penyakit menular seksual masih merupakan masalah yang kesehatan, social, ekonomi di berbagai Negara di dunia. Peningkatan insiden penyakit menular seksual dan penyebarannya diseluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat paling tidak insidennya relative tetap. Angka penyebarannya masih sulit ditelusuri sumbernya sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap jumlah penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang terdata hanya sebagian kecil dari sesungguhnya. Tingginya kasus penyakit menular seksual terutama pada kelompok remaja salah satu penyebabnya adalah tingkat pengetahuan remaja yang masih rendah. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi sikap para siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa tentang Penyakit Menular Seksual Di SMA Negeri 18 Makassar. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMA Negeri 18 Makassar yang berjumlah 882. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 90 dengan tingkat ketepatan(d) 0,1%.Pengambilan sampel menggunakan tekhnik random sampling.Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisioner dan analisa data menggunakan analisa univariat dengan uji statistic spss versi 20.0. Hasil penelitian tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 18 Makassar berada pada kategori baik sebanyak 79 orang (87,8%), di ikuti kategori cukup sebanyak 11 orang (12,2%), dan kategori kurang tidak ada (0%) dan hasil penelitian sikap Siswa SMA Negeri 18 Makassar berada pada kategori sikap yang baik yaitu sebanyak 89 responden (98,9%) dan paling rendah kategori sikap kurang yaitu sebanyak 1 responden (1,1%) Dari hasil peneitian tersebut di harapkan para Siswa berupaya untuk meningkatkan pengetahuannya tentang penyakit menular seksual dengan mengakses berbagai informasi tentang penyakit menular seksual di berbagai media massa seperti internet. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Penyakit Menular Seksual PENDAHULUAN A. Latar Belakang Generasi muda Indonesia kini menjadi tak terbantahkan. Budaya barat telah membunuh paksa budaya ketimuran kita yang terkenal beradab. Tidak menyebut budaya barat tidak beradab, tetapi ada begitu banyak perbedaan budaya yang terlampau jauh sehingga bangsa Indonesia mengalami pergeseran budaya. Selain pergaulan remaja, perubahan gaya hidup juga mempengaruhi terjadinya Penyakit Menular Seksual (PMS) pada masyarakat. Penyakit menular seksual umumnya terjadi karena adanya perubahan pola hidup masyarakat. Di sisi lain, JKSH.SK / Volume 1 / Nomor 2 / September 2015 meningkatnya pelayanan kesehatan menyebabkan adanya perubahan pola epidemiologi berupa peningkatan usia harapan hidup dan prevalensi usia lanjut, termasuk lansia dengan penyakit menular seksual. Akan tetapi, tidak semua orang memiliki risiko tinggi tertular PMS karena tidak semua gaya hidup dapat memicu risiko terjadinya penularan PMS. Ada sejumlah perilaku tertentu yang dapat meningkatkan risiko tertular PMS yaitu : berganti-ganti pasangan, mengenal seks sejak dini tanpa edukasi yang baik, pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat-obat terlarang, melakukan hubungan seks karena butuh uang untuk gaya hidup, 828 minum pil KB untuk cegah PMS, (Admin, 2011). Masa remaja adalah masa transisi dalam kehidupannya dan memiliki emosional yang masih labil cenderung untuk meniru dan mengikuti budaya barat yang sebenarnya sangat bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat Indonesia. Tentunya generasi muda bangsa Indonesia tidak ingin memiliki generasi muda yang tidak bermoral hanya karena terpengaruh budaya barat tersebut. Adanya norma yang berkembang di masyarakat, sebagai aset peninggalan leluhur, serta agama sebagai pedoman hidup diharapkan mampu menekan dan menjadi benteng dalam melindungi moral generasi muda, (Syarif, 2010). Remaja masa pencarian jati diri yang Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2013) terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi paling sering ditemukan adalah infeksi gonore, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi human immodeficiency virus (HIV) yang dapat ditularkan melalui darah dan jaringan tubuh, dari ibu ke anaknya selama kehamilan. Pada tahun 2013 di dunia terdapat 333 juta kasus baru PMS. Golongan umur penderita berkisar 14 – 49 tahun. Penyebabnya adalah trikomoniasis (167,2 juta orang), klamidia (89,1 juta orang), gonore (63,2 juta orang), dan sifilis (12,2 juta orang). WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta penderita baru PMS di negaranegara berkembang seperti di Afrika, Asia, Asia Tenggara,dan Amerika Latin, (WHO,2011) Berdasarkan data dari dinas kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, epidemi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dari suatu tingkat epidemi yang rendah yaitu prevalensi < 1 % ke arah tingkat epidemi terkonsentrasi dimana pada kelompok risiko tinggi tertentu telah melebihi angka 5%. Penularan HIVAIDS di Sulawesi Selatan sudah sampai pada taraf epidemic terkonsentrasi JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 dengan prevalensi HIV lebih 5 % secara konsisten pada kelompok Injecting Drug User (IDUs), pada kelompok pekerja seks komersial. Kasus yang meningkat pesat dari tahun ke tahun perlu di intervensi dengan program kegiatan yang lebih intensif dengan melibatkan seluruh sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta. Prevalensi penyakit menular seksual di Indonesia sangat tinggi ditemukan di kota Bandung, yakni dengan prevalensi infeksi gonorrhea sebanyak 37,4%, chlamydia 34,5%, dan syphilis 25,2%; Di kota Surabaya prevalensi infeksi chlamydia 33,7%, syphilis 28,8% dan gonorrhea 19,8%. Sedangkan di Jakarta prevalensi infeksi gonorrhea 29,8%, syphilis 25,2% dan chlamydia 22,7%, (Lestari,2008). Penaggulangan HIV-AIDS merupakan salah satu program dalam pencapaian target MDGS (target 6A), dengan tujuan umum meningkatkan pengendalian HIV-AIDS dan IMS secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, dan tujuan khusus GETTING THREE ZEROES yaitu zero new infection (menurunkan jumlah kasus baru HIV), zero discrimination (Menurunkan stigma & diskriminasi), zero AIDS related deaths (Menurunkan angka kematian AIDS). Dari hasil modeling tahun 2012 kita ketahui trend peningkatan infeksi baru HIV kedepannya terjadi pada 3 kelompok utama yaitu lelaki seks dengan lelaki (LSL), kalangan ibu rumah tangga dan lelaki beresiko tinggi (lelaki pembeli seks), sedangkan peningkatan infeksi baru pada populasi kunci seperti (WPS, Penasun, dan trans gender) tidak terjadi peningkatan yang terlalu signifikan. Tantangan tersebut tentu menuntut kita merespon dengan cepat untuk dapat segera melakukan upaya-upaya yang dilakukan mulai dari Hulu sampai ke Hilir agar epidemi ini tidak berkembang kearah yang lebih buruk. Upaya di Hulu yang dapat kita lakukan adalah pencegahan bagi mereka yang belum berisiko, upaya pencegahan pada populasi yang tetap melakukan 829 perilaku berisiko. Upaya ini dengan memperhatikan jalur-jalur transmisinya seperti transmisi seksual, transmisi melalui alat suntik pada pengguna napza, dan transmisi melalui penularan dari ibu kepada anaknya, (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2014). B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diperolehnya gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMA Negeri 18 Makassar. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran pengetahuan siswa tentang Penyakit Menular Seksual pada SMA Negeri 18 Makassar. b. Diketahuinya gambaran sikap siswa tentang Penyakit Menular Seksual pada SMA Negeri 18 Makassar. C. Manfaat Penelitian 1. Responden/Siswa Sebagai bahan untuk memberikan informasi dan pengetahuan serta meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran remaja tentang penyakit menular seksual. 2. Ilmu Pengetahuan Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan guna memperluas wawasan tentang ilmu pengetahuan. 3. Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi pendidikan guna memperoleh referensi tentang penyakit menular seksual. 4. Peneliti Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, serta hasil penelitian dapat dijadikan bahan penyuluhan bagi masyarakat. 5. Institusi Terkait Dapat menjadi masukan bagi institusi terkait tentang keadaan siswa di wilayah setempat, sehingga dapat menjadi upaya pencegahan bila ada kasus penyakit menular seksual. JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) 1. Pengertian penyakit menular seksualitas Penyakit menular seksual(PMS) adalah penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri virus, parasit atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya, (Daili,2010). Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan seks (oral, anal, vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang di tularkan melalui hubungan seks yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa gejala dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak serta organ tubuh lainnya misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B (Ambarwati dan Rismintari, 2010) Penyakit menular seksual didapatkan akibat berhubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi sebelumnya. Setiap orang yang telah melakukan hubungan seksual mempunyai risiko untuk terkena penyakit menular seksual. Risiko akan semakin tinggi apabila seseorang berhubungan seksual dengan banyak pasangan yang berbeda atau pasangan mempunyai banyak partner yang berbeda atau melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, (American Academy of Family Physcians, 2010). 2. Tanda dan gejala penyakit menular seksual Menurut admin 2011 karena bentuk dan letak alat kelamin lakilaki berda diluar tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain: a. Berupa bintil-bintil berisi cairan b. Lecet atau borok pada penis/alat kelamin c. Luka tidak sakit 830 3. d. Keras dan berwarna merah pada kelamin e. Adanya kutil atau tumbuh daging sperti jengger ayam f. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin g. Rasa sakit yang hebat pada saat kencing h. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk i. Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok. Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain: a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah c. Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin sekitarnya e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk dan gatal f. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual g. Bintil-bintil berii cairan h. Lecet atau borok pada alat kelamin Cara Penularan Menurut Ambarwati dan Rismintari (2010) penularan PMS pada umumnya adalah melalui hubungan seksual (95%) yang tidak terlindung dengan pengidap HIV, baik melalui vagina, anal, maupun oral sedangkan cara lain yaitu melalui transfusi darah,jarum suntik, plasenta (dari ibu kepada anak yang di kandunganya). Sumber penularan utama adalah WTS (80%). Faktor Biologi yang memudahkan berpengaruh dalam penularan PMS, (Pinem, 2010) adalah sebagai berikut: a. Usia Perempuan muda mempunyai mukosa vagina jaringan serviks yang mudah terinfeks. b. Jenis kelamin Perempuan lebih mudah tertular daripada laki-laki karena JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 permukaan alat kelamin perempuan lebih luas. c. Pengaruh khitan Laki-laki yang tidak di khitan lebih mudah terinfeksi daripada tidak di khitan. B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi dan genetika. Bimo Walgito (2003), berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif. Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan kedokteran. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, 831 perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. 2. Karakteristik Perilaku a. Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan dan dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakunya. b. Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu : frekuensi, durasi, dan intensitas. c. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang yang terlibat dalam perilaku tersebut. d. Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial. e. Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful). Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa diobservasi oleh orang lain, sedangkan perilaku yang tidak tampak merupakan kejadian atau hal pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh individu itu sendiri atau individu lain yang terlibat dalam perilaku tersebut. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan. Demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi individu, demikian sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam perspektif psikologi, perilaku manusia (human behavior) dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks, (Bandura, 1977; Azwar, 2010). JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap suatu objek yang diteliti. Sedangkan menurut bentuk pelaksanaannya penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif yang merupakan penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu fenomena yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variable yang menyangkut masalah yang diteliti, (Suyanto, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa(i), yang pada saat ini tercatat sebagai Siswa(i) di SMA Negeri 18 Makassar yang berjumlah 882 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (Suyanto, 2011).Sampel dalam penelitian ini adalah siswa(i) SMA Negeri 18 Makassar yang berjumlah 90 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling yaitu sampel tersebut diambil secara acak, (Suyanto, 2011). 3. Sampling Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada, (Ridwan, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan tekhnik random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Ridwan (2010) sebagai berikut: 832 Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi d² = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%) Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Karateristik Responden Karateristik responden yang didefenisikan dalam penelitian ini pembahasannya tidak untuk mencari gambaran antara pengetahuan dan sikap dengan karateristik, namun untuk mengetahui karateristiknya saja. a. Usia Hasil penelitian menunjukan bahwa usia responden antara 15,16,17 dan 18 tahun, sesuai dengan tahap perkembangan usia terbanyak yaitu perkembangan pada usia remaja, masa ini merupakan masa perubahan atau transisi dari remaja menuju dewasa. b. Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin perempuan merupakan responden terbanyak dan sebagian besar telah mengetahui tentang penyakit menular seksual. 2. Variabel yang diteliti Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap Siswa Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) Di SMA Negeri 18 Makassar, maka pembahasan hasil penelitian dapat di uraikan sebagai berikut : a. Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian di dapat bahwa pengetahuan siswa terhadap penyakit menular seksual paling banyak berada dalam kategori baik sebanyak 82 orang (91,1%), di ikuti JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 kategori kurang sebanyak 8 orang (8,9%). Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2010), pengetahuan siswa terhadap penyakit menular seksual masih rendah. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian ini. Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ini juga tidak sesuai dengan penelitian Chiuman (2010) dan Rahayu (2010) yang mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan siswa terhadap penyakit menular seksual berada dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan ada 82 responden (91,1%) yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang penyakit menular seksual. Baiknya pengetahuan responden tentang penyakit menular seksual karena sebelumnya responden pernah mendapatkan informasi tentang penyakit menular seksual melalui berbagai media massa. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan dapat dimiliki jika seseorang telah mempelajari sebelumnya. Pengetahuan siswa tentang penyakit menular seksual juga dapat diperoleh melalui berbagai cara salah satunya dengan cara bertanya kepada tenaga kesehatan ketika berkunjung ke sarana kesehatan sehingga pengetahuan remaja menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil penelitian di temukan ada 8 responden (8,9%) yang berpengetahuan kurang terhadap penyakit menular seksual. Kurangnya pengetahuan responden tentang penyakit menular seksual karena masih kurangnya rasa ingin tahu responden mencari informasi di media massa tentang penyakit menular seksual karena pengetahuan dapat dihasilkan jika seseorang memiliki rasa ingin tahu akan sesuatu hal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadulloh (2007) dalam Rahayu (2012) bahwa berbagai jenis 833 pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan tingkat kemampuan dan rasa ingin tahunya. Kurangnya pengetahuan juga sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2009), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek-objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sesuai pula dengan pendapat Shahibul (2012) pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. 1. Sikap Berdasarkan hasil analisa data di dapat bahwa sikap terhadap penyakit menular seksual paling banyak berada dalam kategori sikap yang baik yaitu sebanyak 89 responden (98,9%) dan paling rendah kategori sikap kurang yaitu sebanyak 1 responden (1,1%). Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2010) dan penelitian Chiuman (2010) sikap remaja tentang penyakit menular seksual masih rendah. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian di temukan ada 89 responden (98,9%) yang bersikap baik terhadap penyakit menular seksual. Responden yang bersikap baik karena mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang penyakit menular seksual. Hal ini sejalan dengan apa yang di kemukakan Walgito (2010) bahwa faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah faktor pengetahuan, dimana sikap seseorang sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuannya. JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 Semakin baik pengetahuannya semakin baik pula sikapnya. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian di temukan ada 1 responden (1,1%) yang bersikap kurang baik terhadap penyakit menular seksual. Responden yang bersikap kurang baik terhadap penyakit menular seksual karena kurangnya motivasi responden untuk mengolah sumber informasi yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Chiuman (2010) yang mengemukakan bahwa sikap adalah tanggapan berdasarkan hasil penalaran atau pengolahan terhadap sumber informasi serta keyakinan yang ada. Sikap juga di tentukan oleh seberapa baik penalaran responden untuk memilah atau mengolah informasi mana yang benar dan mana yang salah.Hal tersebut sesuai juga dengan pendapat Purwanto (2010) bahwa salah satu komponen sikap adalah kognitif yang terbentuk dari informasi yang diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan sesuatu keputusan untuk bertindak. 834 A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap Siswa SMA Negeri 18 Makassar tentang penyakit menular seksual maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 18 Makassar tentang penyakit menular seksual mayoritas paling banyak berada dalam kategori baik sebanyak 82 orang, di ikuti kategori kurang sebanyak 8 orang. 2. Sikap Siswa SMA Negeri 18 Makassar tentang penyakit menular seksual mayoritas berada dalam kategori sikap yang baik yaitu sebanyak 89 responden dan paling rendah kategori sikap kurang yaitu sebanyak 1 responden. B. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil tersebut diatas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Responden/Siswa Diharapkan kepada para siswa berupaya untuk dapat meningkatkan pengetahuannya tentang penyakit menular seksual dengan mengakses berbagai informasi tentang penyakit menular seksual di berbagi media massa seperti internet. 2. Ilmu Penegetahuan Perlu penekanan informasi kepada Siswa tentang pentingnya untuk mengetahui penyakit menular seksual dan akibat yang ditimbulkan dengan memberikan penyuluhan kepada orang – orang yang beresiko tinggi . 3. Institusi Pengetahuan Diharapakan agar pihak sekolah mendukung siswa agar lebih berminat mengetahui tentang penyakit menular seksual yakni dengan menambah buku-buku di perpustakaan yang membahas penyakit menular seksual pada khususnya. 4. Peneliti Perlu penelitian lebih lanjut tentang penyakit menular seksual dengan instrument dan pengukuran yang tepat sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal. JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 DAFTAR PUSTAKA Alimul, Azis. (2010). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Ed.2, Jakarta : Salemba Ambarwati,R,E dan Rismintari,S,Y. 2010. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Muha Medika Arikunto,S.2010.Manajemen Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta Azwar, S. 2010. Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.2009.Lomba Karya Tulis Ilmiah KRR (Online).(http://www.bkkbn.go.id/p opus/print.php) diakses 5 april 2015 Daili, dkk. (2011). Infeksi Menular Seksual.Edisi kedua. Jakarta:FKUI. Febri,Monika.2009.Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang PMS sebelum dan sesudah Penyuluhan.(http :// www.juptinimus-gdl-monikafebri6025-2-babii-pdf-adobe rider) di akses 10 April 2015 Harianto,A.2009. Dampak Perilaku Seks Pada Remaja.(http://virgojo.blogspot.co m//2009/11/dampak -perilaku-sekspada-remaja.html) di akses 10 April 2015 Hidayat A. A, 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medik Karwati,dkk.2011.Askeb V( Kebidanan Komunitas). Jakarta : CV Trans Info Media Lestari,Cinta. 2008. Penyakit Menular Seksual. (http://cintalestari.wordpress.com/2 008/0906/penyakit-menularseksual/html.) di akses 10 april 2015 Notoatmodjo,S.2010.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.