25 BAB II KEDUDUKANTHE UNITED NATIONS ON DRUGS AND

advertisement
BAB II
KEDUDUKANTHE UNITED NATIONS ON DRUGS
AND CRIME (UNODC)
A. Sejarah The United Nations on Drugs and Crime (UNODC)
UNODC adalah mengatur dan mengawasi perdagangan legal narkotika,
psikotropika dan terakhir prekursor, yakni zat-zat kimia yang dapat digunakan
untuk memproduksi narkotika dan psikotropika. 31 Ketika melihat lebih jauh lagi
hasil yang telah dicapai berdasarkan laporan tahunan Kantor PBB untuk Obat
Obatan dan Kejahatan UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime)
disebutkan bahwa produksi opium global telah turun 78% antara periode
1906/1907 dan 2007. Hal itu juga menunjukkan bahwa rezim pengawasan obat
obatan global berhasil menahan (contain) masalah narkoba terhadap 0,6%dari
seluruh populasi dewasa dunia (umur 15-64 tahun), yakni sebesar 25 juta orang.
Bila dibandingkan dengan produksi tembakau yang tidak diawasi, narkoba 'hanya'
merenggut sebanyak 200.000 nyawa per tahun dan tembakau sebanyak 5 juta.
Argumen itu menunjukkan bahwa eksistensi sistem pengawasan global dapat
menahan' laju pertumbuhan penyalahgunaan narkoba.
Selain itu, argumen lain menunjukkan bahwa rezim pengawasan global
juga mendapat dukungan (universal adherence) yang cukup berarti dari
negaranegara anggota PBB. Konvensi PBB mengenai narkoba (2002) dan telah
diratifikasi 186 negara sebesar 96% dari total 192 negara-negara anggota PBB.
Konvensi PBB mengenai psikotropika (2003) telah diratifikasi 183 negara dan
31
Kerjasama Asean-Deplu, “Dalam Membahas Masalah Perdagangan Ilegal Narkotika
Dan Obat-Obatan Barbahaya, Jakarta, 2000.
25
Universitas Sumatera Utara
26
Konvensi PBB mengenai pengedaran gelap narkoba dan psikotropika (2003) juga
telah diratifikasi 182 negara.20 Tunduknya negara-negara terhadap ketiga
instrumen internasional memperlihatkan suatu sisi ketaatan yang signifikan
terhadap instrumen-instrumen global lainnya. Salah satunya adalah Kolombia,
dimana negara tersebut memproduksi kokain dalam jumlah besar di dunia,
merupakan salah satu negara anggota PBB yang ikut serta meratifikasi ketiga
instrumen tersebut, ketimbang dengan instrumen internasional lainnya, antara lain
terkait dengan masalah terorisme ataupun nuklir. Terhadap masalah narkoba
Kolombia telah melengkapi kewajiban internasionalnya, walaupun masalah
pelaksanaan atau implementasi terhadap ketiga instrumen narkoba tersebut : 32
1. Masih banyaknya sindikat kejahatan ataupun kejahatan terorganisir yang
tergiur untuk mengendalikan pasar gelap obat-obatan terlarang.
2. Terjadinya policy displacement dalam masalah kokain dan sejenis narkoba
lainnya, di mana kebijakan publik lebih banyak terarah pada public security
ketimbang public health. Contoh kedua erat sekali dengan pemahaman di
negaranegara berkembang, seperti Kolombia yang melihat masalah kokain
sebagai masalah penegakan hukum ketimbang masalah kesehatan.
3. Terjadinya geographical displacement yang diakibatkan efek balon, ketika
upaya containment di satu wilayah dapat menyebabkan pembengkakan pada
wilayah lain. Sebagai contoh, penurunan penanaman gelap di wilayah Segitiga
Emas mengakibatkan peningkatan penanaman gelap di Golden Crescent
(wilayah Bulan Sabit Emas).
32
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
27
4. Terjadinya substance displacement dengan perubahan, baik dari sisi suplai
maupun permintaan di mana suatu zat yang dicontain akan berpindah ke zat
lain yang memiliki psikoaktif efek yang sama dan tidak secara ketat diawasi
ataupun sulit diawasi seperti penyalahgunaan kokain yang berpindah dengan
menggunakan amfetamin.
5. Permasalahan negara dalam menghadapi penyalahgunaan obat-obatan. Hal itu
terkait
erat
dengan
upaya
negara
untuk
menanggulangi
masalah
penyalahgunaan obat-obatan. Salah satu dari tiga pilar utama kerja dari
UNODC adalah menjalin kerjasama dan program pelatihan kepada para
negara anggota dalam menghadapi peredaran obat-obatan terlarang,
perdagangan manusia, terorisme dan tindak pelanggaran hukum lainnya. Hal
ini dilakukan dengan melakukan supply reduction (menekan pasokan) dan
demand reduction (menekan kebutuhan).
Didalam sistem PBB sendiri sebenarnya telah diupayakan untuk
mengarusutamakan pendekatan demand reduction yang dimulai dengan
munculnya istilah comprehensive multidisciplinary outline (CMO) yang disahkan
pada konferensi internasional penyalahgunaan narkoba dan pengedaran gelap
pada 1987. 33 CMO itu sendiri merupakan gagasan untuk mengintegrasikan supply
reduction dan demand reduction sebagai suatu pendekatan yang komprehensif dan
berimbang.
Lebih lanjut lagi, pada 1998 telah dikeluarkan guiding principles on drug
demand reduction yang disahkan sesi khusus sidang majelis umum PBB, yang
juga menekankan pada pendekatan komprehensif dan berimbang serta memajukan
33
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
28
isu demand reduction sebagai upaya untuk mencegah, mengobati, merehabilitasi,
serta mencegah dampak buruk terhadap kesehatan dan sosial dari penyalahgunaan
kokain. Guiding principles itulah yang sampai sekarang merupakan dasar bagi
negara-negara anggota PBB untuk melaksanakan program dan strategi demand
reduction nasionalnya Namun, setelah 10 tahun disahkannya guiding principles
namun pada kenyataannya demand reduction belum mendapat perhatian yang
layak.
UNODC menilai bahwa hal itu disebabkan karena guiding principles tidak
mengikat, seperti ketiga konvensi internasional yang terkait dengan pengawasan
narkoba dan kecenderungan negara-negara untuk melaksanakan kewajibankewajiban traktatnya saja. Selain itu, pada saat ketiga konvensi dibentuk, masalah
kesehatan belum mencapai taraf yang memprihatinkan, seperti sekarang ini baik
dengan adanya HIV/AIDS maupun penyakit menular lainnya dan keterkaitannya
dengan penyalahgunaan obat-obatan. 34
Hal itulah yang mendasari pemikiran UNODC agar masalah kokain dan
jenis narkoba lainnya, dikembalikan pada fitrahnya, yakni sebagai masalah
kesehatan publik. Dalam hal ini, maka UNODC menawarkan suatu pendekatan
komprehensif dengan melaksanakan program supply reduction dan demand
reduction secara bersamaan, yakni pertama, menegakkan hukum dengan tetap
mengacu pada ketiga konvensi kedua, mencegah penyalahgunaan obat-obatan,
ketiga, mengobati dan rehabilitasi penyalah guna obat-obatan, dan keempat,
mengurangi dampak buruk akibat dari penyalahgunaan obat-obatan pada
komunitas berisiko terbatas yang berujung pada kebijakan abstinensi.
34
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
29
Bila dilihat kembali, yang ditawarkan UNODC tidak lain adalah hal yang
sama dan pernah dikumandangkan CMO (1987) serta guiding principles (1998).
Hanya kali ini UNODC merangkai pendekatan berimbang dengan pendekatan
yang mengedepankan aspek kesehatan publik serta aspek hak asasi manusia untuk
mendapatkan akses pada pelayanan kesehatan. Hal itu dilihat dari pendekatan
UNODC untuk menengarai pengobatan dan rehabilitasi penyalah guna narkoba
sebagai upaya yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak buruk akibat dari
penyalah guna obat-obatan.
Konsekuensinya muncul paradigma baru, yakni dengan melihat penyalah
guna obat-obatan sebagai korban (victim) yang membutuhkan perawatan serta
munculnya pendekatan-pendekatan baru yang masih kontroversial di percaturan
dunia internasional, seperti harm reduction yang antara lain menyangkut langkah
pemberian jarum suntik bersih aga rpenyalahguna narkoba tidak menggunakan
jarum suntik yang terkontaminasi virus HIV/AIDS, substitution treatment dengan
menggantikan pola penyuntikan dengan zat-zat psikoaktif lain melalui cara oral
dan distribusi kondom dalam upaya untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di
kalangan perilaku seks bebas. 35
B. Pengertian The United Nations on Drugs andCrime (UNODC)
Saat ini negara-negara di dunia tengah memperingati 100 tahun
terbentuknya rezim global tentang pengawasan obat-obatan (drug control) di
bawah naungan Konferensi Shanghai China yang berdiri semenjak 1909.
35
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
30
Munculnya rezim itu merupakan suatu perkembangan dari bentuk kolonialisme
barat akan kebutuhan obat pengurang rasa sakit yang berasal dari kokain dan
sejenisnya
serta
manifestasinya
terhadap
sosio-ekonomi
masyarakat
yangmerupakan 'korban' penjajahan dan perdagangan kokain dan narkotika. 36
Manifestasi yang paling jelas terlihat dan berdampak buruk adalah
meningkatnya masyarakat dunia akan penyalahgunaan kokain dan obat
(klasifikasi dari turunan opium, seperti heroin, morfin, dan candu) serta timbulnya
perdagangan gelap kokain dan sejenisnya karena merupakan pasar yang sangat
lucrative (menggiurkan) dengan keuntungan finansial.
Banyak orang yang menginginkan dapat mengkonsumsinya membuat
permintaan pasar yang berkaitan dengan kokain meningkat. Hal tersebut
menyebabkan muncul kesadaran dunia untuk mengelola dan mengawasi
perdagangan kokain dan zat terlarang lainnya, untuk kepentingan medis dan
pengetahuan, bukan untuk kepentingan rekreasi pribadi yang diprakarsai
Konferensi Shanghai China. Selanjutnya, secara perlahan pengawasan obat-obatan
mulai tertuang dalam perjanjian-perjanjian internasional yang berawal dari
Konvensi Den Haag (1912). Perlahan juga perjanjian-perjanjian pengawasan obatobatan, khususnya narkotika mulai di-broker (dikembangkan) organisasi
internasional, seperti Liga Bangsa-Bangsa (LBB) setelah Perang Dunia pertama
dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah Perang Dunia kedua. Saat ini
terdapat tiga perjanjian internasional yang berada di bawah naungan PBB dan
ditaati negara-negara anggota PBB, yakni Single Convention on Narcotic Drugs
(1961 yang diamendemen dengan Protokol 1972), UN Convention on
36
Ibid , hal.19.
Universitas Sumatera Utara
31
Psychotropic Substances (1971), dan UN Convention against Illicit Traffic in
Narcotic Drugs and Psychotropic Substances (1988). 37
Permasalahan obat-obatan terlarang merupakan sebuah ancaman serius
bagi setiap negara, untuk itu bersama dengan negara-negara di dunia, PBB
melakukan pertemuan terkait permasalahan obat-obatan terlarang di New York
pada tahun 1961 yang disebut dengan Single Convention On Narcotics Drugs.
Konvensi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk : 38
1.
Menciptakan satu konvensi internasional yang dapat diterima oleh
negaranegara di dunia dan dapat mengganti peraturan mengenai pengawasan
internasional terhadap penyalahgunaan narkotika yang terpisah-pisah di 8
bentuk perjanjian internasional.
2.
Menyempurnakan cara-cara pengawasan peredaran narkotika dan membatasi
penggunaannya khusus untuk kepentingan pengobatan dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
3.
Menjamin adanya kerjasama internasional dalam pengawasan peredaran
narkotika untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diatas.
Setelah konvensi berjalan, banyak jenis obat-obatan baru yang dilarang
peredarannya dan semakin banyak negara-negara yang meratifikasi hasil dari
konvensi tersebut. Kemudian di tahun 1997, PBB membentuk sebuah badan yang
bernama United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC), yang merupakan
penggabungan dari United Nation Drug Control Program dan The Centre For
37
Ibid.
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negri R.I,”Kerjasama
ASEAN Dalam Menanggulangi Kejahatan lintas negara, Khususnya Penyalahgunaan Narkotika
dan Obat Berbahaya dan Obat Berbahaya”. Jakarta. 2000, hal.42.
38
Universitas Sumatera Utara
32
International Crime Prevention. 39 UNODC bertugas untuk mengontrol kejahatan
obat terlarang serta memerangi kejahatan internasional lainnya seperti organisasi
kejahatan internasional, terorisme, pencucian uang, penjualan manusia dan
penyelundupan barang-barang palsu atau bajakan diseluruh dunia. Misi dari
UNODC adalah untuk berkontribusi terhadap pencapaian keamanan dan keadilan
bagi semua orang dengan membuat dunia lebih aman dari narkoba, kejahatan,
korupsi dan terorisme.
Ketiga
konvensi
internasional
tersebut
merupakan
dasar
hukum
internasional dari rejim pengawasan obat-obatan internasional yang, antara lain
mengatur dan mengawasi perdagangan legal narkotika, psikotropika dan terakhir
prekursor, yakni zat-zat kimia yang dapat digunakan untuk memproduksi
narkotika dan psikotropika.
Sejak 1960-an terbentuk lembaga internasional yang disebut United
Nations Office on Drugs and Crime atau disingkat UNODC dan International
Narcotics Control Board (INCB) yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan
ketiga konvensi dimaksud United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC)
adalah kantor perwakilan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berada dibawah
naungan Dewan Ekonomi dan Sosial dalam menangani permasalahan obat-obatan
terlarang dan kejahatan yang melewati batas-batas wilayah bangsa dan negara
serta melaksanakan program-program dan konvensi PBB dalam melawan
kejahatan yang terorganisir dan korupsi.
39
Kerjasama Asean-Deplu, Dalam Membahas Masalah Perdagangan Ilegal Narkotika
Dan Obat-Obatan Barbahaya, Jakarta, 2000, hal.25.
Universitas Sumatera Utara
33
Tujuan utama United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC)
dalam memerangi tindak pidana korupsi adalah sebagai penjagankonvensi
antikorupsi agar dapat diterapkan negara anggota dengan benar, yang cakupannya
berada pada kawasan Asia Pacifik, Asia Selatan, Eropa, Afrika, Amerika Latin.
Didirikan pada tahun 1997, UNODC memiliki sekitar 500 anggota staf di seluruh
dunia. Kantor pusatnya terletak di Wina dan mengoperasikan 20 kantor lapangan,
serta kantor penghubung di New York dan Brussels. 40
Ruang lingkup kegiatan UNODC tertuju pada masalah atau topik yang
menjadi trend dalam bidang keamanan internasional, yang terdiri dari program
pembangunan
berkelanjutan, HIV/AIDS, Korupsi, pencegahan terhadap
narkotika, peradilan pidana, reformasi penjara, pencegahan terhadap kejahatan,
Money laundry,Organized Crime, Human Trafficking serta Pembajakan yang
berskala internasional. Pada tahun 2002, Majelis Umum menyetujui program yang
kegiatannya diperluas kepada Pencegahan kejahatan Teroris yang merupakan
cabang baru bagi UNODC.
Awal mula keberadaaan UNODC di kawasan Asia Pasifik ditandai dengan
adanya program Alternative Development pada tahun 1971 untuk mengganti
tanaman alternatif terhadap petani candu (opium) di kawasan segi tiga emas yang
berfokus pada negara Thailand. Hingga PBB memutuskan untuk mendirikan
kantor perwakilan di Thailand sebagai kantor pusat untuk kawasan Asia Timur
dan Pasifik. Selanjutnya pada tahun 1986, PBB memberikan bantuan dana untuk
program kontrol/pengawasan penyalahgunaan narkoba dengan mendirikan sebuah
40
Elvira Febrian Palimbongan,, Jurnal Hubungan Internasional, Upaya ASEAN Dalam
Menananggulangi Perdaganagan Dan Peredaran Narkotika Illegal Di Kawasan Asia Tenggara,
Jakarta, 2013, hal.51
Universitas Sumatera Utara
34
badan yaitu United Nations Fund for Drug Abuse Control (UNFDAC) yang
dimana lebih bersifat field-office dengan asumsi bahwa badan tersebut melakukan
sebuah aplikasi secara langsung di lapangan, sehingga tanggung jawab yang
diembannya lebih luas dan besar. 41
Tahun 1991, United Nations International Drug Control Programme
(UNDCP) sebagai badan yang menaungi badan UNFDAC kedepannya
memperluas mandat geografis sebagai kantor pusat regional yang terletak di
Thailand yang cakupannya hanya tertuju pada kawasan Asia Timur. Pada tahun
1998, PBB memperluas mandat badan UNDCP menjadi United Nations Office for
Drug Control and Crime Prevention (UNODCCP) yang kajiannya meliputi
pengendalian dan pencegahan obat-obatan dan kejahatan pada wilayah regional
asia timur dan pasifik.
Pada tahun 2002 kantor United Nations Office for Drug Control and
Crime Prevention (UNODCCP) berganti nama menjadi United Nations Office on
Drugs and Crime (UNODC) sebagai kantor pusat regional perwakilan yang
berada di wilayah Kawasan Asia Timur dan Pasifik (Asia-Pasifik) Bangkok,
Thailand. Pada tanggal 1 Juli 2009, kantor Pusat mengawasi kegiatan UNODC
yang ada di 34 negara pada teritorial kawasan Asia Timur dan Pasifik, dalam
melaksanakan program dari kantor perwakilan yang ada di Laos, Myanmar, serta
Vietnam. Saat ini UNODC juga memiliki proyek pada negara Kamboja, China,
dan Indonesia. 42
41
Ibid.
Ibid.
42
Universitas Sumatera Utara
35
UNODC sebagai badan yang mendapat mandat PBB dalam menjaga
stabilitas kawasan Asia dan Pasifik dari segala bentuk kejahatan memiliki
beberapa fungsi diantaranya : 43
1. Menjalankan mandat yang diberikan PBB dalam mencegah segala
bentukkejahatan transnasional.
2. Sebagai penjaga dalam Konvensi, treaty maupun protokol PBB yang
telahditetapkan agar dapat dilaksanakan oleh negara anggota.
3. Mempromosikan program-program yang dibuat kepada negara anggotauntuk
diterapkan.
4. Mendampingi negara anggota dalam merealisasikan Konvensi untuk
dapatditerapkan sesuai standar Konvensi ke dalam undang-undang nasional.
5. UNODC menjadi founding bagi negara anggota dalam upaya mencegahbentuk
kejahatan yang bersifat transnasional.
Selain memiliki tugas dan tanggung jawab UNODC juga memiliki
wewenang dalam menjalankan fungsinya yaitu : 44
1. Menyelenggarakan forum regional dalam melakukan evaluasi terhadap
program yang telah berjalan.
2. Memberikan saran maupun rekomendasi kepada lembaga anti korupsi dalam
melakukan kebijakan pemberantasan korupsi.
3. Mengadakan pertemuan, pelatihan, workshop sebagai upaya menigkatkan
integritas penyelenggara negara.
43
Kerjasama Asean-Deplu, Op.Cit, hal.54.
Ibid.
44
Universitas Sumatera Utara
36
C. Kedudukan Hukum LembagaThe United Nations on Drugs and Crime
(UNODC) dalam Penanganan Kasus Narkoba.
UNODC (United Nations on Drugs and Crime) sebagai suatu organisasi
internasional yang mempunyai tugas untuk melawan berbagai macam bentuk
permasalahan narkoba dan kejahatan internasional.
Menurut Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian 1969,
organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah. Definisi yang
diberikan Konvensi ini adalah sempit, karena membatasi diri hanya pada
hubungan antara pemerintah. Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek
hukum internasional sekarang tidak diragukan lagi. 45 Organisasi Internasional
mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi
internasional yang merupakan semacam anggaran dasarnya. 46
Para sarjana hukum internasional pada umumnya mendefinisikan
organisasi internasional dengan memberikan kriteria-kriteria, serta elemen-elemen
dasar atau syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama
organisasi internasional. Hal inilah yang menyulitkan untuk didapatkannya suatu
definisi yang umum. Boer Mauna menyebutkan, organisasi internasional adalah
suatu perhimpunan Negara-negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan
untuk mencapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu
sendiri. 47 J.G. Starke membandingkan fungsi, hak, dan kewajiban serta wewenang
berbagai organ lembaga internasional dengan negara yang modern. Starke
menegaskan pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak,
45
Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit, hal. 101
Ibid.
47
Boer Mauna, Op.Cit, hal. 458-461
46
Universitas Sumatera Utara
37
kewajiban, dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu
diatur oleh hukum nasional yang dinamakan Hukum Tata Negara sehingga
dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan
negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi internasional. 48
Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan
subjek hukum internasional setelah negara. Negara-negaralah sebagai subjek asli
hukum internasional yang mendirikan organisasi-organisasi internasional.
Walaupun organisasi-organisasi ini baru lahir pada akhir abad ke-19, akan tetapi
perkembangannya sangat cepat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Fenomena
ini berkembang bukan saja pada tingkat universal tetapi juga pada tingkat
regional. 49
Kehadiran organisasi internasional, memiliki kaitan yang sangat erat
dengan hukum internasional yang diterapkan di era modern saat ini. Status
organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional yang membantu
proses pembentukan hukum internasional itu sendiri, dapat dikatakan sebagai alat
untuk memaksakan agar kaidah hukum internasional ditaati. Hukum internasional
secara umum dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang sebagian besar
terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negaranegara merasa dirinya terikat untuk menaati, dan karenanya, benar-benar ditaati
secara umum dalam hubungan negara satu sama lain. 50
48
J.G. Starke, Op.Cit, hal. 1.
Boer Mauna, Op.Cit, hal. 52.
50
J.G. Starke, Op.Cit, hal.2.
49
Universitas Sumatera Utara
38
Adapun beberapa syarat sebuah organisasi disebut sebagai organisasi
internasional adalah sebagai berikut: 51
1. Tujuannya haruslah merupakan tujuan internasional
2. Harus mempunyai anggota, dimana setiap anggota mempunyai hak suara
3. Didirikan berdasarkan pada anggaran dasar dan harus mempunyai markas
besar (headquarters) demi kelangsungan organisasi
4. Pejabat/pegawai yang mempunyai tugas menjalankan pekerjaan organisasi
harus terdiri dari berbagai bangsa/negara.
5. Organisasi harus dibiayai oleh anggota yang berasal dari berbagai
negara/bangsa. Organisasi harus berdiri sendiri (independent) dan harus masih
aktif. Organisasi yang tidak aktif lebih dari lima tahun tidak diakui lagi.
Pengertian organisasi internasional salah satunya dapat ditemukan dalam
Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional dan Konvensi Wina 1986
tentang Hukum Perjanjian Antar Negara dan Organisasi Internasional atau Antara
Organisasi Internasional bahwa organisasi internasional merupakan suatu
organisasi antar pemerintah. 52
Secara umum berdasarkan Piagam PBB bahwa ada dua jenis organisasi
internasional yaitu: 53
a. Organisasi internasional antar pemerintah atau International Governmental
Organizations (IGOs)
b. Organisasi non pemerintah atau Non Governmental Organizations (NGOs).
51
Ibid, hal.4
Pasal 2 ayat 1(i) Konvensi Wina 1969 dan 1986
53
Pasal 71 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
52
Universitas Sumatera Utara
39
Organisasi
internasional
antar
pemerintah
atau
International
Governmental Organizations (IGOs) adalah organisasi permanen yang dibentuk
oleh dua negara atau lebih dengan membawa aktivitas yang menjadi kepentingan
bersama. 54 Menilik dari catatan sejarah, organisasi, IGOs mengambil tempat
dalam perhatian hukum internasional ketika tidak memadainya sistem konferensi
ad hoc untuk memecahkan masalah politik yang timbul dari hubungan
internasional, bahkan bagi pengaturan hubungan antara kelompok rakyat sebuah
negara yang berbeda dari kepentingan.
Selain pembentukan International Governmental Organizations (IGOs),
saat itu diwarnai juga dengan pembentukan organisasi-organisasi non-pemerintah
atau International Non-Governmental Organizations (IGOs (NGOs). Data Union
of International Associations mencatat berdampingan dengan perkembangan
IGOs yang berjumlah 7 pada tahun 1970-an menjadi 37 pada 1909, perkembangan
NGOs lebih cepat dengan pencapaian 176 pada waktu yang sama. 55
Non Governmental Organisations (NGO's) adalah suatu lembaga yang
didirikan atas prakarsa swasta atau non-pemerintah. Menurut Yearbook of
International Organizations kini terdapat lebih dari 6.500 NGOs yang memiliki
Schwarzenberger menyatakan bahwa berdasarkan fungsinya organisasi
internasional dibagi dalam lima (5) klasifikasi sesuai dengan: 56
a. Durasi atau lamanya; adhoc, provisional dan organisasi yang permanen
54
Clive Archer, “International Organizations”, (1983), hal.35: mendefinisikan organisasi
antar pemerintah sebagai struktur formal berkesinambungan yang didirikan berdasarkan perjanjian
antar anggota (pemerintahan maupupun bukan pemerintahan) dari dua negara berdaulat atau lebih
dengan tujuan yang menjadi kepentingan bersama”.
55
Boer Mauna, Op.Cit, hal.460
56
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 1990,
hal.113
Universitas Sumatera Utara
40
b. Sifat kekuasaannya; judicial, conciliatory, governmental, admininistrative,
co-operative dan legislative. Jika memberikan bantuan sepenuhnya tergolong
comprehensive tetapi jika sebaliknya maka tergolong non-comprehensive.
c. Sifat homogen atau heterogen sasarannya yakni organisasi yang memiliki satu
atau beberapa maksud dan tujuan sejalan dengan sifat sesungguhnya, juga
tujuannya adalah politis dan fungsional yang disebutkan dalam ekonomi,
sosial, kemanusiaan dan kelembagaan
d. Bidang yurisdiksinya: personal scope menyangkut universal, universalist dan
sectional, geographical scope berupa global, regional dan local, substantive
scope berupa general dan limited, temporal scope berupa limited dan
unlimited
e. Tingkat integrasi yang meliputi lembaga internasional dan lembaga
supranasional.
Hal yang membedakan antara organisasi internasional dengan negara ialah
organisasi internasional merupakan himpunan dari negara-negara bukanlah subjek
asli (mengingat predikat par excellence yang melekat pada negara). Organisasi
internasional ialah subjek hukum “buatan” yang dibuat oleh negara-negara yang
menciptakannya melalui perjanjian internasional. Menurut segi kewenangan-pun
organisasi internasional cenderung lebih sempit dibanding negara-negara. 57
Organisasi internasional sebagai subyek hukum internasional dapat
melakukan hubungan bukan saja antara mereka sendiri, tetapi juga dengan subyek
hukum internasional lain. Organisasi-organisasi internasional dapat juga
57
Ibid
Universitas Sumatera Utara
41
menggunakan pengaruhnya dan menerapkan batasan-batasan terhadap kebijakankebijakan dan cara-cara negara-negara anggotanya. 58
Urgensi dari keberadaan subjek hukum internasional ialah kejelasan
mengenai pertanggungjawaban hukum dalam kancah hubungan internasional.
Berbicara mengenai pertanggungjawaban maka personalitas hukum (legal
personality) menjadi hal penting yang harus dipastikan melekat padanya. 59
Personalitas dari suatu subjek hukum internasional adalah ukuran dari
kapasitasnya untuk bertindak. Beberapa negara, seperti individu-individu dalam
hukum nasional, memiliki personalitas hukum yang berukuran penuh. Lainnya,
seperti perusahaan dalam hukum nasional, hanya memiliki personalitas hukum
sesuai yang disetujui terhadap mereka. 60
Begitu juga dengan organisasi internasional dalam kiprahnya di dunia
internasional, maka persyaratan akan personalitas hukum menjadi hal yang mutlak
dimiliki
agar
mampu
bertindak
dalam
hubungan
internasional,
untuk
melaksanakan fungsi hukum seperti membuat kontrak, membuat perjanjian
dengan suatu negara atau mengajukan tuntutan dengan negara lainnya.
Tanpa personalitas hukum, sebuah organisasi internasional tidak dapat
bertindak secara sah menurut hukum. Hukum yang dimaksud baik personalitas
hukum terhadap hukum nasional terkait dengan kekebalan dan keistimewaan bagi
organisasi internasional itu sendiri di wilayah negara anggota berikut juga pejabatpejabat sipil organisasi tersebut. maupun hukum internasional. 61
58
Margaret P Karns, International Organizationz: The Politics and The Process of Global
Governance, Lynne Rienner, London, 2004, hal.8
59
Boer Mauna, Op.Cit, hal.78
60
Ibid
61
Sumaryo SuryokusumoOp.Cit, hal.72
Universitas Sumatera Utara
42
Personalitas organisasi internasional semakin diakui setelah adanya kasus
“ Reparation For Injuries Case”, dimana Majelis Umum PBB berdasarkan
Resolusi 258 (III) meminta pendapat hukum tentang apakah PBB memiliki
kemampuan hukum (legal capacity) untuk mengajukan tuntutan kepada
pemerintah yang bertanggung jawab atau tidak. Dalam kesimpulannya,
Mahkamah Internasional memberikan Advisory Opinion yang terkenal tanggal 11
April 1989 berjudul: “Reparation for Injuries Suffered in the Service of the United
Nations” yang menempatkan PBB sebagai pribadi internasional yang dapat
mempertahankan haknya dengan jalan mengajukan tuntutan atau klaim
internasional. 62
Sebuah studi yang dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional menyatakan
personalitas hukum sebuah organisasi internasional berbeda dengan negara-negara
yaitu adanya pembatasan prinsip spesialitas. Ini berarti organisasi internasional
hanya dapat melaksanakan kapasitas yuridik yang dimiliki dalam tujuan tetap
piagam konstitutif organisasi itu. 63
Berdasarkan uraian diatas, dapat dielaborasi secara teoritis dan akademis
mengenai kapasitas yang lekat pada kepemilikan personalitas dalam beberapa
aspek berikut: 64
a. Organisasi-organisasi internasional dapat membuat perjanjian internasional
dengan negara anggota, negara lain atau organisasi internasional lainnya
62
Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit, hlm 7.
Ibid, hal.9
64
Boer Mauna, Op.Cit.,hlm 480-482
63
Universitas Sumatera Utara
43
seperti termaktub dalam Pasal 6 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian
antara Negara-Negara dan Organisasi- Organisasi Internasional
b. Organisasi-organisasi
internasional
memiliki
hak
legasi
pasif untuk
mengadakan hubungan dengan misi-misi tetap negara anggota yang
menghendaki dan hak legasi aktif untuk melaksanakan misi diplomatik di
negara atau bahkan organisasi internasional tertentu seperti yang dilakukan
PBB dan Uni Eropa.
c. Organisasi internasional memiliki hak untuk mengajukan pengaduan
internasional atas kerugian yang diderita.
d. Organisasi internasional memiliki otonomi keuangan dan kapasitasnya untuk
mempunyai anggaran belanja sendiri.
Apabila pada konstitusi organisasi internasional tidak menyatakan secara
eksplisit akan personalitas hukum dari organisasi tersebut, maka personalitas
hukum masih akan dinikmati oleh organisasi tersebut ketika adanya kesediaan
dari suatu negara untuk mengadakan sebuah perjanjian dengan organisasi tersebut,
maka dapat dianggap sebagai pengakuan terhadap personalitas hukumnya.
Kaitannya dengan kedudukan hukum lembagathe united nations on drugs
and crime (UNODC) dalam penanganan kasus narkoba adalah UNODC (United
Nations on Drugs and Crime) sebagai suatu organisasi internasional yang
mempunyai tugas untuk melawan berbagai macam bentuk permasalahan narkoba
dan kejahatan internasional memainkan perannya untuk berupaya menanggulangi
permasalahan narkoba. UNODC diberikan mandat agar dapat menolong para
negara anggotanya dalam memerangi peredaran obat-obatan terlarang, kejahatan
Universitas Sumatera Utara
44
dan
terorisme.
UNODC
menganggap
permasalahan
narkoba
sebagai
permasalahan yang serius. Keseriusan ini dituangkan ke dalam beberapa konvensi
yang dimaksudkan untuk menciptakan satu konvensi internasional yang dapat
diterima oleh negara-negara di dunia, menyempurnakan cara-cara pengawasan
peredaran narkotika dan membatasi penggunaannya khusus untuk kepentingan
pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta menjamin adanya
kerjasama internasional dalam pengawasan peredaran narkotika.
Munculnya berbagai masalah dan hambatan yang ditimbulkan oleh
penyalahgunaan dan perdagangan ilegal obat-obatan berbahaya ini membuat
keberadaan suatu organisasi internasional seperti UNODC dapat menanggulangi
masalah tersebut dirasakan sangat perlu. Kerjasama antar negara dalam
pemberantasan peredaran gelap narkoba harus dikembangkan karena tidak
mungkin suatu negara dapat memberantas peredaran gelap narkoba berdimensi
internasional sendirian.
UNODC diharapkan mampu untuk memberikan dukungan terhadap
pemerintah negara-negara dari ancaman penggunaan obat-obatan terlarang.
Keberdaan narkoba dapat merusak kondisi masyarakat sehingga secara tidak
langsung human security negara akan terganggu dengan adanya narkoba. Human
security merupakan keadaan aman dari ancaman. Adanya narkoba tentu saja
menyebabkan ketidakamanan dalam masyarakat. Kondisi ini tentu saja menjadi
perhatian bagi UNODC sehingga berupaya untuk mengatasi masalah peredaran
narkoba di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
45
Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba baik di
tingkat nasional, regional dan global sejak lama telah menjadi kejahatan luar biasa
yang terus mengancam dan telah merusak sendi-sendi kehidupan manusia,
berbangsa dan bernegara. Narkoba menjadi penghambat yang mengancam tumbuh
dan kembang generasi suatu bangsa. Permasalahan narkoba ini merupakan
ancaman keamanan terhadap negara yang bersifat transnasional atau melibatkan
sejumlah negara, oleh karena itu penanganannya harus berupa kerjasama
internasional. Kejahatan peredaran gelap narkotika merupakan salah satu
kejahatan berdimensi internasional yang memiliki ciri-ciri terorganisir (organized
crime) berupa sindikat yang terdiri dari produsen, pengedar dan pemakai dimana
terdapat suatu dukungan dana yang besar dan peredarannya memanfaatkan
teknologi yang canggih.
Universitas Sumatera Utara
Download