PENTAKOSTA PADA MASA KINI? - Sinclair B. Fergusson

advertisement
Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
PENTAKOSTA PADA
MASA KINI?
Sinclair B. Fergusson
Sinclair B. Fergusson adalah asisten profesor Teologia Sistematika
di Westminster Theological Seminary, Philadelphia, USA. Artikel
ini disadur dari tulisannya berjudul "Countours of Christian
Theology."
Turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta harus dilihat sebagai
peristiwa kristologis. Karena itu, pengertian karya Roh Kudus harus
dipahami dari karya Kristus. Namun timbul satu pertanyaan: Apakah
Pentakosta memiliki pengaruh yang menetap bagi kehidupan gereja?
Perjanjian Baru membukakan rincian dari titik-titik penting dalam
karya Kristus, yakni: kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya (Rm. 6:1;
Gal. 2:20; Kol. 2:11-3:4). Demikian pula dengan peristiwa pencurahan
Roh Kudus: 'Kita semua dibaptis oleh satu Roh ke dalam satu tubuh -- baik
Yahudi maupun Yunani, budak maupun orang merdeka' (1Kor. 12:13).
Kata-kata ini sama dengan kata-kata yang digunakan dalam peristiwa
Pentakosta (Luk. 3:16 dan Kis. 1:5, 11:16).
Pernyataan Paulus bersifat mencakup semua orang. Sebagaimana
Paulus menulis kepada jemaat Korintus, hal ini juga berlaku bagi kita dan
setiap orang percaya (melalui baptisan Roh, kita masuk ke dalam satu
tubuh di mana semua orang percaya termasuk di dalamnya) dan semua
jenis orang percaya (Yahudi, Yunani, budak, orang merdeka).
Page 1 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
Beberapa pertanyaan penting muncul di sini -- untuk membangun
sebuah teologi tentang pengalaman gereja masa kini bersama Roh Kudus:
1. Apakah hubungan antara Pentakosta dan pengalaman terdahulu dari
pada murid Yesus dan Roh Kudus?
2. Apakah hubungan antara Pentakosta dan pengalaman bersama Roh
Kudus yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, di Samaria (Kis. 8:425), di rumah Kornelius (Kis. 10:1), dan di Efesus (Kis. 19:1-7) -dalam ketiga-tiganya, nampaknya turunnya Roh Kudus menyusul
setelah terjadi pertobatan. Apakah ini berarti adanya berkat kedua
setelah pertobatan?
3. Apakah hubungan antara Pentakosta dan baptisan Roh Kudus yang
Paulus tuliskan dalam 1Kor. 12:13?
4. Unsur-unsur manakah dari Pentakosta yang tidak dapat terulangi,
hanya satu kali terjadi? Manakah unsur-unsur yang dapat terulang,
bahkan menjadi norma atau ketetapan bagi gereja masa kini?
Pentakosta dan Para Murid
Murid-murid yang berkumpul bersama setelah Yesus bangkit, adalah
orang-orang yang sungguh percaya (Mat. 16:15-20); mereka sudah
dibersihkan dan dipersekutukan dengan Kristus (Yoh. 15:1-11). Dengan
demikian, ini adalah buah pekerjaan Roh Kudus dalam hidup mereka.
Tetapi jelas bahwa mereka belum menerima baptisan Roh yang dijanjikan
(Kis. 1:5). Pengalaman mereka bersama Roh Kudus bersifat progresif.
Dari hal ini, tidak mungkin kita menyimpulkan bahwa pengalaman
para murid harus menjadi pengalaman kita juga pada masa kini.
Pengalaman mereka bersifat unik karena mereka hidup dalam masa
transisi dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Pengalaman mereka
hanya terjadi satu kali dan tidak menjadi pola bagi kita untuk masa kini.
Sebab masuknya mereka ke dalam kepenuhan Roh Kudus terjadi dalam
dua tahap yang berbeda: mencerminkan sebuah pola kesinambungan
dengan kita (Roh yang sama), dan pola ketidaksambungan dengan kita
Page 2 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
(hanya dalam Pentakosta, Roh Kudus datang dalam tugas dan pelayananNya sebagai Roh Kristus yang dimuliakan). Pola demikian didasarkan atas
munculnya zaman baru dari zaman lama. Jadi terdapat keistimewaan
dalam pengalaman murid-murid, sama seperti pengalaman mereka
bersama Yesus.
Kaisarea, Samaria, Efesus
Bagaimana dengan turunnya Roh Kudus di Samaria (Kis. 8:9-25), di
rumah Kornelius (Kis. 10:44-48), dan di Efesus (Kis. 19:1-7)? Yang paling
mencolok adalah yang terjadi di rumah Kornelius karena istilah-istilah
yang digunakan di dalamnya juga digunakan dalam Pentakosta. Misalnya:
pencurahan (Kis. 2:17-18, 33; 10:45); baptisan (Kis. 1:5; 11:16); dan
karunia (Kis. 2:38; 11:17). Fenomena berbahasa roh juga terjadi lagi di
sini (Kis. 2:4; 10:6). Lebih lanjut, Petrus melihat kesamaan antara kedua
peristiwa: 'Roh Kudus telah datang kepada mereka seperti kepada kita
dahulu. Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: 'Yohanes
membaptis...kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus...;...Allah memberikan
karunia kepada mereka sama seperti Ia telah berikan kepada kita...' (Kis.
11:15-17).
Pengertian Petrus terhadap kejadian ini, sejalan dengan rencana
dalam Kis. 1:8. Turunnya Roh Kudus kepada seisi rumah Kornelius
menandai tersebarnya Injil ke daerah orang non-Yahudi. Ini ditegaskan
oleh Gereja Yerusalem: 'Ketika mereka mendengar ini, mereka tidak lagi
berkeberatan dan memuji Tuhan, katanya: "Jadi, Allah juga
mengaruniakan pertobatan kepada orang non-Yahudi" (Kis. 11:18).
Kejadian ini dilihat sebagai kejadian yang hanya terjadi satu kali dan
memang direncanakan secara khusus dan unik. Jadi ia lebih bersifat
programatik daripada paradigmatik.
Namun demikian, dalam kasus Samaria dan Efesus, nampak adanya
tahap kedua dalam pengalaman mereka dengan Roh Kudus. Orang-orang
Samaria percaya ketika Filipus memberitakan Injil Kerajaan Allah dan
Page 3 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
nama Yesus Kristus, dan dibaptis; tetapi hanya ketika Petrus dan Yohanes
datang, barulah mereka didoakan agar mereka menerima Roh Kudus
karena sampai saat itu Roh Kudus belum datang atas mereka; mereka
hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Maka Petrus dan Yohanes
menumpangkan tangan atas mereka, dan mereka menerima Roh Kudus
(Kis. 8:12, 15-17). Kemudian, Paulus bertanya kepada orang Efesus,
'Apakah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu percaya?' Jawabannya
mengherankan: 'Kami bahkan belum pernah mendengar bahwa ada Roh
Kudus.' Setelah memberitakan Kristus kepada mereka, 'Paulus
menumpangkan tangannya atas mereka, Roh Kudus turun atas mereka dan
mereka berbahasa roh dan bernubuat' (Kis. 19:1-7).
Sering dikatakan, berdasarkan pengalaman para rasul di hari
Pentakosta dan juga pengalaman di Samaria dan Efesus, maka Lukas dan
Kisah Para Rasul mengajarkan dua tahap untuk masuk ke dalam
kepenuhan Roh. Kira-kira pemikirannya seperti ini:
1. Kelahiran kembali oleh Roh Kudus (pertobatan)
2. Baptisan Roh
Jadi selama Yesus hidup di dunia, para murid hanya baru dilahirkan
kembali. Nanti, pada hari Pentakosta, barulah mereka mengalami karya
Roh Kudus: mereka dibaptis dan dipenuhi dengan Roh dan berbahasa
roh sebagai bukti bahwa mereka sudah menerima Roh Kudus. Berdasarkan
pengertian ini, di Samaria dan Efesus, kita menemukan orang-orang
percaya (yang sudah dilahirkan kembali), namun belum menerima (belum
dibaptis) dengan Roh Kudus. Tahap yang kedua ini dianggap berbeda
dengan kelahiran kembali.
Kita sudah melihat sekalipun pengalaman para rasul terbagi dalam
dua tahap, hal ini bukan menjadi contoh bagi kita. Namun bukankah
seharusnya pengalaman para rasul juga menjadi pengalaman kita juga pada
masa kini?
Pandangan dua tahap dari karya Roh Kudus bukan hanya dianut oleh
golongan Pantekosta dan Karismatik, tetapi juga oleh Katolik. Dalam
Katolik, seseorang dianggap masuk dalam persekutuan dengan Roh
melalui penumpangan tangan (Kis. 8:17; 9:16). Dalam Pentakosta dan
Page 4 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
Karismatik, baptisan Roh diwujudkan dengan berbahasa roh, dan ini
merupakan pengalaman kedua setelah pengalaman pertama (pertobatan).
Dalam Lukas dan Kisah Rasul, Pentakosta digambarkan sebagai kisah
sejarah penebusan. Penafsirannya tidak boleh secara eksistensial dan
pneumatologis, tetapi harus secara eskatologis dan kristologis. Secara
mendasar, peristiwa Pentakosta bersifat terjadi satu kali saja sebagaimana
seluruh kejadian dalam hidup Yesus (kematian, kebangkitan, dan
kenaikan-Nya ke surga). Dalam konteks ini, Kisah Para Rasul, bukanlah
kisah Roh Kudus, tetapi kisah Yesus Kristus melalui Roh Kudus
(implikasi dari Kis. 1:1-4 adalah bahwa kejadian yang dijanjikan dalam
Kis. 1:5 menandai sebuah era baru di mana Yesus sendiri sebagai Tuhan
yang mulia, akan bekerja dan mengajar).
Dipahami dalam kerangka pikir demikian, kejadian-kejadian di
Samaria dan Kaisarea menandai dimulainya tahap kedua dan tahap ketiga
dari penyebaran kerajaan Kristus seperti tertera dalam Kis. 1:8:
1. Injil tiba di Yerusalem pada hari Pentakosta
2. Injil tiba di Samaria. Kis. 8 menggambarkan terjadinya kebangunan
iman melalui pelayanan Filipus, diikuti oleh kunjungan Petrus dan
Yohanes sebagai utusan rasuli (Kis. 8:14), dan pencurahan Roh
Kudus setelahnya. Peristiwa-peristiwa ini dapat dipahami jika
dimengerti dalam konteks tahap penyebaran Injil seperti dijanjikan
oleh Yesus. Karena itulah, kita tidak perlu berpikir bahwa orangorang Samaria belum bertobat, sekalipun ada kemungkinan
demikian.
3. Injil sampai ke Kaisarea sebagai wakil dari dunia non-Yahudi ('ujung
bumi', Kis. 1:8; khususnya Kis. 11:18). Banyaknya ayat yang
membahas hal ini dalam Kisah Para Rasul (66 ayat) menunjukkan
pentingnya peristiwa ini bagi Lukas. Hal ini lebih dari sekadar 'kisah
pertobatan mendadak', sebuah paradigma yang berlaku bagi setiap
zaman. Sebaliknya, peristiwa ini merupakan sebuah perkembangan
yang spesifik dan strategis dari rencana misi dalam Kis. 8.
Page 5 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
Kejadian-kejadian di Efesus berbeda dengan Samaria dan Kaisarea.
Kelompok yang bertemu dengan Paulus, yang disebut sebagai 'beberapa
murid' (Kis. 19:1), merupakan sesuatu yang unik. Lukas memberikan
kesan kepada kita bahwa ia tidak melihat orang-orang ini sebagai 'orang
Kristen' sesuai konsep Perjanjian Baru:
1. Peristiwa tersebut terjadi dalam konteks pemahaman yang kurang
utuh terhadap Injil, di mana hal ini juga terjadi dalam permulaan
pelayanan Apolos; Lukas membeberkan fakta di mana 'ia hanya
mengetahui baptisan Yohanes' (Kis. 18:25).
2. Mereka yang hanya mengenal baptisan Yohanes merupakan
kelompok yang khusus di Efesus. Mereka disebut sebagai 'beberapa
murid' dengan asumsi bahwa banyak orang Kristen lainnya di Efesus.
Lukas menyatakan dengan jelas bahwa hanya ada 12 orang dalam
kelompok itu. Dengan demikian, kita tidak mungkin mengatakan
bahwa semua orang Kristen harus seperti mereka. Dalam
kenyataannya, mereka adalah para murid dari Yohanes Pembaptis.
3. Mereka belum menerima baptisan Kristen. Hanya melalui baptisan
Kristen dan penumpangan tangan, barulah Roh Kudus turun atas
mereka dan mereka 'berbahasa roh dan bernubuat' (Kis. 19:6). Ini
merupakan tanda tibanya Perjanjian Baru. Sebagaimana murid-murid
pertama pada hari Pentakosta, banyak yang hanya menerima baptisan
Yohanes. Jadi ke-12 orang ini berada dalam tahap transisi dari tahap
penantian kepada tahap penggenapan.
Kadang-kadang untuk melawan doktrin dua tahap, kita perlu kembali
kepada prinsip dasar hermeneutik, yaitu: kita tidak boleh menyusun
doktrin dari Kisah Para Rasul sebagaimana juga dari kitab Raja-raja. Kita
harus menyusun doktrin dari bagian Alkitab lainnya, sementara Kisah Para
Rasul (sebagai salah satu contoh kisah sejarah) menjadi ilustrasi bagi
doktrin tersebut. Ini merupakan prinsip yang penting. Struktur teologi
Kristen harus didasarkan dalam pemaparan teologis dan norma-norma
dalam Alkitab, bukan diambil dari kejadian tertentu dalam sejarah (yang
memang terjadi, tetapi tidak mutlak, dan harus ditafsirkan lebih lanjut
secara teologis). Tetapi prinsip ini tidak terlalu relevan bagi pembelaan
kita. Sebab Kisah Para Rasul sendiri menegaskan bahwa kejadian-kejadian
Page 6 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
yang ada tidak boleh dianggap sebagai paradigma, tetapi sebagai kejadian
yang unik dan terulang (sui generis).
Kisah Rasul tidak pernah mewajibkan kita mengalami pengalaman
dua tahap seperti yang dialami para rasul. Pembelaan Petrus terhadap
kejadian di Kaisarea bisa memberikan solusi. Ia menyamakan pengalaman
seisi rumah Kornelius dengan pengalaman murid-murid pada hari
Pentakosta (Kis. 11:15: 'Roh Kudus turun atas mereka seperti Ia telah
turun atas kita pada mulanya') dan memahami kejadian ini dalam
pengertian berikut ini: 'Tuhan memberikan kepada mereka karunia yang
sama seperti yang telah diberikan-Nya kepada kita yang percaya dalam
Tuhan Yesus Kristus' (Kis. 11:17). Memang para murid sudah percaya
kepada Yesus sebelum hari Pentakosta, tetapi yang baru dan berbeda
dalam iman mereka adalah obyek iman; sebelumnya mereka tertuju
kepada Kristus yang sedang mengosongkan diri-Nya, kini iman mereka
tertuju kepada Kristus sebagai Tuhan yang mulia sesuai janji Mesias
(Mzm. 110:1).
Karena sejarah penebusan terus bergulir, maka dahulu rasul-rasul
harus mengalami pengalaman dua tahap. Iman percaya tertuju kepada
Kristus sebagai Tuhan, dan percaya kepada-Nya berani menerima karunia
yang sama seperti yang diterima murid-murid pertama pada hari
Pentakosta, yaitu: Roh Kudus. Bahasa roh dan nubuat yang digambarkan
dalam Kis. 10:46; 19:6 dan mungkin 8:17, bukanlah bukti bagi
pengalaman kedua, tetapi merupakan tanda-tanda bergulirnya sejarah
penebusan kepada zaman perjanjian baru lebih lanjut. Perjanjian Baru
tidak mengatakan bahwa Pentakosta memberikan kepada kita paradigma
dua tahap untuk pengalaman pribadi kita dengan Roh Kudus. Sebaliknya,
pada titik iman itu, kita menerima berkat turunnya Roh Kudus pada hari
Pentakosta.
Abraham Kuyper memberikan sebuah analogi untuk menggambarkan
perbandingan antara pengalaman bersama Roh Kudus sebelum dan
sesudah Pentakosta, dan menjelaskan turunnya Roh Kudus kemudian.
Karena keterbatasannya, analogi tersebut menegaskan bahwa Pentakosta
dan kejadian-kejadian berikutnya membutuhkan sebuah metode penafsiran
yang benar:
Page 7 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
Ada sebuah kota di mana penduduknya minum dari pompanya
masing-masing. Kini mereka hendak membuat sebuah PAM untuk
menyediakan kebutuhan air bagi setiap rumah. Ketika pekerjaan itu
selesai, air mengalir melalui sistem pusat dan pipa kepada setiap
rumah...Dalam kota itu terdapat dataran rendah dan dataran tinggi,
keduanya harus disuplai oleh PAM yang sama. Pada saat acara
pembukaan, penyaluran air di kota yang lebih tinggi, meskipun luar biasa,
tetapi merupakan akibat dari peristiwa pembukaan sebelumnya...
Pada hari Pentakosta, Ia (Roh Kudus) dicurahkan kepada semua
orang percaya, tetapi hanya untuk menghilangkan dahaga satu bagian,
yaitu: orang Yahudi. Inilah pencurahan original di Yerusalem pada hari
Pentakosta, dan pencurahan tambahan di Kaisarea, bagi orang-orang nonYahudi; kedua-keduanya sama, tetapi masing-masing memiliki
karakternya.
Di samping itu, ada pencurahan Roh Kudus yang khusus, terjadi
melalui penumpangan tangan oleh para rasul. Dari waktu ke waktu,
saluran baru dibuat antara rumah-rumah penduduk dan PAM, sehingga
bagian-bagian baru dalam tubuh Kristus ditambahkan dari luar ke dalam
gereja. Ke dalam inilah, Roh Kudus dicurahkan dari tubuh kepada
anggota-anggota baru.
Apa yang terjadi di Samaria, di rumah Kornelius, dan di Efesus harus
dimengerti dalam konteks keunikan sejarah dan latar belakang gereja
mula-mula. Peristiwa Pentakosta tidak terulang, sama seperti kebangkitan
Kristus. Namun kita memasukinya dengan cara demikian, sehingga Roh
Kudus dicurahkan ke dalam hati kita melalui iman dalam Kristus (Rm.
5:5). Masing-masing minum dari Roh untuk dirinya (1Kor. 12:13). Hal ini
semakin jelas ketika kita melihat Pentakosta sebagai salah satu aspek karya
Kristus, bukan sebuah peristiwa yang terpisah dari-Nya, atau sekadar
tambahan. Ini adalah bukti nyata sebuah kemenangan. Peristiwa-peristiwa
pada hari Pentakosta adalah pernyataan secara umum dari realita yang
terselubung, yaitu: Kristus telah ditinggikan sebagai Tuhan yang mulia.
Kini sebagai Pengantara bagi kita, permohonan-Nya agar turunnya Roh
Kudus, telah dikabulkan.
Page 8 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
Seperti kita tahu, ungkapan Petrus dalam Kis. 2:33 menunjuk kepada
penggenapan dari janji Mesias dalam Mzm. 2:6-8: 'Aku telah melantik
raja-Ku di Zion, gunung-Ku yang kudus...Mintalah kepada-Ku, dan Aku
akan memberikan bangsa-bangsa sebagai bagian-Mu, seluruh bumi
sebagai milik-Mu'). Kristus yang telah naik ke surga, memohon agar Roh
Kudus turun sebagai penggenapan janji yang sudah diberikan (Gal. 3:1314; Yer. 31:31; Yoh. 14:16). Permohonan Kristus dikabulkan. Pentakosta,
seperti peristiwa lainnya, pada diri-Nya bersifat unik. Pentakosta tidak bisa
diulangi, seperti juga kematian, kebangkitan, atau kenaikan Yesus juga
tidak bisa diulangi. Ia merupakan sebuah peristiwa (event) dalam sejarah
penebusan (historia salutis), dan tidak boleh dipaksa menjadi peristiwa
keselamatan pribadi (ordo salutis).
Turunnya Roh Kudus adalah bukti dari pelantikan Kristus, sama
seperti kebangkitan-Nya adalah bukti kemenangan dalam kematian Kristus
sebagai kurban tebusan (Rm. 4:24). Ini tidak berarti Pentakosta tidak
memiliki dimensi ekstensial atau relevansi. Tetapi ini berarti kita tidak
mungkin mengharapkan Pentakosta bagi diri kita secara pribadi, sama
seperti kita tidak mungkin mengharapkan terjadi lagi baptisan di sungai
Yordan, pencobaan di Padang Gurun, pergumulan di Getsemani, atau
penyaliban di Golgota dalam hidup kita. Jika kita berusaha mengulangi
apa yang tidak bisa terulang, sama saja kita menyangkali kuasa dan
signifikasi dari peristiwa tersebut.
Baptisan Roh yang Berbeda-beda?
Apakah hubungan antara baptisan Roh dalam Kis. 2 dan baptisan Roh
dalam surat Paulus 1Kor. 12:13? Perjanjian Baru menekankan prinsip
bahwa kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus membawa dampak
pengaruh bagi pengalaman kita kini. Orang-orang percaya mendapatkan
manfaat dari peristiwa sejarah penebusan seperti kematian, penguburan,
kebangkitan, dan kenaikan Kristus (Rm. 6:1; Gal. 2:20; Kol. 2:9-3:4). Jadi
meskipun Pentakosta hanya satu kali terjadi, baptisan Roh yang terjadi saat
itu terus bergulir kepada zaman-zaman berikutnya. Sama seperti darah
Kristus membersihkan orang dari setiap suku, bahasa, dan bangsa (Why.
5:9), maka Roh Kudus mengalir dari jasa Kristus pada hari Pentakosta ke
Page 9 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
Yerusalem, dan dari sana terus menyebar ke seluruh Yudea,
mengumpulkan momentum ke Samaria sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).
Semua yang datang dan percaya kepada Kristus sebagai Tuhan, menerima
karunia yang sama seperti yang diterima murid-murid. Akibatnya, orangorang percaya masuk ke dalam manfaat dari Pentakosta, sama seperti
mereka masuk ke dalam manfaat dari kematian, kebangkitan, dan kenaikan
Kristus: 'Kita semua telah dibaptisan oleh satu Roh ke dalam satu tubuh'
(1Kor. 12:13).
Ada yang berpendapat bahwa di sini Paulus berbicara mengenai
baptisan Roh yang berbeda dengan baptisan Roh yang dijanjikan oleh
Yohanes dan Yesus pada hari Pentakosta. Dalam baptisan Roh yang
dimasudkan oleh Yohanes dan Yesus, Kristuslah Sang Pembaptis, dan Roh
adalah elemen baptisan; sedangkan dalam baptisan Roh dalam 1Kor.
12:13, Rohlah Sang Pembaptis, dan kita dibaptis ke dalam tubuh Kristus.
Tetapi James Dunn mengatakan:
Dalam Perjanjian Baru kata 'en' dengan 'baptizein' tidak pernah
menunjuk kepada orang yang membaptis; sebaliknya, ia selalu menunjuk
elemen yang melaluinya baptisan itu dilakukan, kecuali jika ia merupakan
bagian dari frase yang lebih panjang...
Sangat bertentangan dengan penafsiran umum jika kita membaca
bahwa Yesus membaptis dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Mat.
3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16; Yoh. 1:33; Kis. 1:5, 11:16) seolah-olah
menunjukkan perbedaan kronologis dan perbedaan jenis baptisan.
Dalam 1Kor. 12:13, Paulus menunjukkan bahwa semua orang
percaya dibaptis dengan Roh dan minum dari air Roh. Elemen dari
peristiwa Pentakosta diulang kembali dalam hidup orang percaya pada
setiap zaman. Tetapi bagaimana kita bisa membedakan aspek sejarah
penebusan (yang tidak terulang) dengan aspek eksistensial (yang bisa
terulang)?
Beberapa elemen dari Pentakosta jelas merupakan aspek dari
peristiwa yang tidak terulang (once-for-all event). Contohnya penantian
para murid. Sama seperti munculnya bunyi angin dan lidah-lidah api. Ini
bahkan tidak diulangi dalam Kisah Para Rasul. Sedangkan berbahasa roh
Page 10 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
diulangi dalam seisi rumah Kornelius (Kis. 10:46), dan di Efesus (Kis.
19:6). Banyak penafsir meyakini melalui penampakan Roh Kudus di
Samaria (Kis. 8:7-18), bahasa roh juga terjadi di situ. Bahasa roh pada hari
Pentakosta diulangi. Tetapi seperti kita tahu, tiga kejadian ini harus dilihat
sebagai unik dan tiada bandingnya (idiosyncratic) dalam kitab Kisah Para
Rasul. Fenomena ini tidak tercatat dalam kasus-kasus lainnya (mis. sidasida dari Etiopia, Saulus dari Tarsus, Lydia, kepala penjara Filipi).
Pengulangan ini adalah aspek-aspek dari signifikasi yang khusus dari apa
yang terjadi. Samaria dan Kaisarea adalah posko-posko yang termasuk
dalam program Kis. 1:8; Efesus menandai transisi dari dunia Perjanjian
Lama dan dunia baptisan Yohanes, kepada dunia Perjanjian Baru dan
baptisan Roh yang datang dari Kristus. Di dalam Kisah Para Rasul (sama
seperti dalam seluruh Perjanjian Baru), bahasa roh pada hari Pentakosta
tidak pernah dilihat sebagai 'dapat terulang' dalam pengalaman orangorang percaya pada waktu-waktu selanjutnya.
Tetapi ada aspek lebih lanjut dari Pentakosta. Yesus menjanjikan
murid-murid-Nya, bahwa turunnya Roh Kudus akan membawa 'kuasa'.
Sebagai akibatnya mereka akan menjadi saksi-saksi-Nya sampai ke ujung
bumi (Luk. 24:49; Kis. 1:8). Pada hari Pentakosta, murid-murid dipenuhi
dengan Roh Kudus sehingga mereka berbahasa roh. Sementara berbahasa
roh jarang disebut lagi dalam Kisah Para Rasul, kekuatan (empowerment)
di mana Roh Kudus memenuhi seseorang diulangi dalam banyak kejadian.
Lukas dan Kisah Para Rasul berbicara mengenai dipenuhi Roh Kudus
sebagai syarat yang berlaku terus, tetapi juga menggambarkan situasi
khusus ketika seseorang mengalami kepenuhan yang unik (berbeda).
Sebagai syarat yang berlaku terus, kata 'pleroo' digunakan (band. Luk. 4:1;
Kis. 6:3; Ef. 5:18); sedangkan sebagai pengalaman khusus digunakan kata
'pimplemi' (Luk. 1:41, 67; Kis. 2:4, 4:8, 31, 9:17). Dalam pengertian yang
pertama, dipenuhi Roh Kudus menunjuk kepada menghasilkan buah Roh
dalam kehidupan, di mana Roh Kudus memerintah atas orang itu (Ef.
5:18). Sedangkan dalam pengertian yang kedua, ini menunjuk kepada
pemberian kemampuan dan kuasa khusus untuk melayani kerajaan Allah.
Ini yang terdapat dalam Kis. 1:8, juga dalam Kis. 2:4. Yang menarik
adalah, ini terkait dengan kata-kata dari orang yang dipenuhi Roh Kudus.
Mereka menerima kuasa untuk menjadi saksi-saksi Kristus.
Page 11 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
Pemberian kuasa pada hari Pentakosta, dan kepenuhan Roh, sekalipun
luar biasa, bukanlah fenomena yang tersendiri dalam Kisah Para Rasul.
Pengulangannya tidak selalu sama. Jadi dari karya Roh Kudus, aspek ini
nampak dapat terulang.
Kebangunan
Aspek yang berhubungan dengan Pentakosta adalah 'kebagunan
rohani'. Kebangunan rohani adalah orang-orang percaya dibangkitkan dan
orang-orang non-Kristen dibawa kepada kerajaan Allah dalam jumlah
besar-besaran. Masing-masing menyadari dosanya dan kebutuhannya akan
Tuhan. Semua ini terjadi karena kehadiran dan kuasa Roh Kudus. Dalam
beberapa hal, Pentakosta boleh disebut sebagai kebangunan rohani pada
zaman Perjanjian Baru. Tentu saja ada kesadaran akan dosa, kekaguman
(Kis. 2:43) yang ditimbulkan, dan model bagaimana seharusnya sebuah
gereja itu. (Kis. 2:44-47). Inilah kebangunan rohani. Mengingat ilustrasi
mengenai pipa air, kita dapat mengatakan bahwa kebangunan rohani
adalah energi Roh Kudus yang tidak terhenti.
Dalam konteks ini, mengikuti pola Pentakosta, proklamasi orangorang Kristen memiliki 'kuasa' sebagaimana Roh Kudus menyaksikan
Kristus bersama dengan para murid (Yoh. 19:26-27; band. Kis. 4:33; 6:8;
10:38). Ini terbukti dalam misi Filipus di Samaria. Surat-surat Paulus
menunjukkan bahwa ia mengalaminya dalam beberapa pelayanannya
(1Kor. 2:4; 1Tes. 1:5). Turunnya kuasa Roh Kudus tidaklah menyelesaikan
semua masalah. Kebangunan rohani yang terjadi selalu memiliki dampak
yang bercampur, yaitu: rawan terhadap kesombongan rohani seperti di
Korintus. Ini juga terjadi dalam kebangunan rohani pada waktu-waktu
berikutnya. Karena itu, hal ini tidak mengejutkan kita.
Jonathan Edwards, teolog kebangunan rohani dari New England, bisa
keliru karena ekstrim (over-emphasis). Ia menulis:
Harus diperhatikan, semenjak kejatuhan manusia sampai sekarang,
karya penebusan dilaksanakan oleh Roh Kudus. Meskipun ada karya Roh
Page 12 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
Kudus yang konstan atau tetap, namun hal-hal yang terbesar yang telah
dikerjakan selalu terjadi dalam waktu-waktu khusus, waktu kemurahan.
Kesempatan demikian sesuai dengan kata-kata Petrus dalam Kis.
3:19: 'Bertobatlah dan berbaliklah kepada Allah sehingga dosa-dosamu
dihapuskan, sehingga waktu-waktu pemulihan datang dari Tuhan, dan Ia
mengutus Kristus...' Urutan kalimat di sini (pengampunan, pemulihan,
kedatangan Kristus) menegaskan waktu-waktu pembaharuan dan
kebangunan yang dimaksudkan oleh Petrus.
Kita menemukan dua fenomena dalam Kisah Para Rasul. Kita
mendapatkan 'kasus khusus' dalam karya Roh Kudus melalui kelahiran
kembali dan pertobatan. Tetapi melalui kuasa Roh Kudus (pertama kali
dalam Pentakosta) terjadilah peristiwa monumental dalam Kerajaan
Kristus. Pencurahan Roh Kudus menciptakan gelombang di seluruh dunia
ketika Roh Kudus terus bekerja dengan kuasa. Pentakosta adalah pusat,
tetapi gempa bumi memberikan guncangan lanjutan. Suara-suara tersebut
terus berlanjut pada setiap zaman. Pentakosta sendiri tidak terulang; tetapi
teologi Roh yang tidak memasukkan doa untuk kebangunan rohani,
bukanlah teologi Roh Kudus yang benar.
Tujuan
Kita telah melihat bahwa ada dua dimensi dari Pentakosta: sejarah
penebusan dan pengalaman pribadi. Yang pertama hanya satu kali dan
tidak terulangi; sedangkan yang kedua adalah pelayanan Roh Kudus yang
terus-menerus sampai sekarang.
Sebagai tambahan, tugas Roh Kudus adalah mengembalikan
kemuliaan kepada ciptaan yang sudah jatuh dalam dosa. Seperti Calvin
katakan, dunia ini diciptakan sebagai sebuah teater untuk kemuliaan Allah.
Sepanjang sejarah, dunia ini selalu menampilkan kesempurnaan Allah
yang tidak nampak. Khususnya di dalam pria dan wanita, gambar dan rupa
Allah, kemuliaan ini harus dipancarkan. Tetapi mereka menolak
Page 13 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
memuliakan Allah (Rm. 1:21); mereka menajiskan diri sendiri (Rm. 1:28),
dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23).
Tetapi kini, di dalam Kristus yang adalah cahaya kemuliaan Allah
(Ibr. 1:3) kemuliaan itu dipulihkan. Ia telah berinkarnasi bagi kita, dan kini
Ia dimuliakan di dalam tubuh kemuliaan. Ciptaan ini sedang menuju
kepada eskatologi, dan semua ini sudah dimulai dengan diri Kristus
sebagai buah sulung. Kini Ia mengutus Roh Kudus, rekan kerja yang akrab
dalam seluruh hidup-Nya di dunia ini, untuk mengembalikan kemuliaan
dalam kita. Sehingga kita, yang dengan wajah yang tak terselubung
memancarkan kemuliaan Allah, diperbarui serupa dengan gambar-Nya
dengan kemuliaan yang semakin bertambah, yang datang dari Tuhan, yang
adalah Roh (2Kor. 3:18). Tujuan diberikannya Roh Kudus tidak lain
adalah untuk pemulihan gambar Allah kembali, yaitu: transformasi menuju
keserupaan dengan Kristus yang adalah Gambar Allah. Menerima Roh
Kudus berarti dibangkitkan ke dalam kuasa pelayanan-Nya senantiasa.
Menerima Roh Kudus
Perjanjian Baru menggambarkan persekutuan dengan Roh Kudus dari
dua sudut pandang: karunia Allah dan penerimaan manusia. Roh Kudus
diberikan oleh Bapa (Luk. 11:13). Tetapi Roh Kudus juga diterima oleh
individu (Yoh. 7:39, Kis. 19:2; Rm. 8:15; Gal. 3:2). Dalam satu konteks di
mana ia merenungkan mengenai keadaan jiwa kita, Paulus menegaskan
bahwa ini terjadi 'melalui apa yang kamu dengar.' Ini dikontraskan dengan
'memelihara Taurat' (Gal. 3:2, 5). Roh Kudus diterima dalam konteks
seseorang beriman kepada Kristus sebagai Tuhan. Bagi Paulus, dalam
pengalaman normal di dunia non-Yahudi, Roh Kudus diterima tidak
terpisah dari iman kepada Kristus. Hanya dengan percaya kepada Kristus,
Roh Kristus diterima. Karena percaya kepada Kristus berarti menerima
Dia dan kediaman-Nya dalam kita. Ini adalah realita yang satu dan sama
dengan penerimaan Roh Kudus dan kediaman-Nya, karena di dalam dan
melalui-Nya, Kristus datang untuk tinggal di dalam kita. Interaksi antara
kediaman Kristus dan kediaman Roh Kudus dalam kita, Rm. 8:8-9
menjelaskan bahwa kedua realita tersebut adalah satu dan dialami oleh
satu individu. Tidak ada cara lain untuk menerima Roh Kudus kecuali
Page 14 Pentakosta Pada Masa Kini? – Sinclair B. Fergusson
melalui iman kepada Kristus. Memiliki Kristus adalah memiliki Roh
Kudus. Bagaimana ini terjadi, dan apa implikasinya, merupakan topik
pembahasan yang berbeda.
Sumber: Majalah MOMENTUM No. 40 - Juli 1999
Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan:
Dikutip dari
http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/pkskini.html
Page 15 
Download