Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui Metakognitif Terhadap Pelajaran PAI Di SMP Al Falah (Studi Pada Pelajaran PAI Di SMP Al Falah Bekasi) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) Oleh: ABDILLAH 105011000001 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Sebagai suri teladan yang sempurna bagi kita semua. Selama masa perkuliahan hingga tahap akhir penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. Sebagai tanda syukur atas terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI METAKOGNITIF TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Pada pelajaran PAI Di SMP Al Falah Bekasi)”. Maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Bahrissalim, M. Ag. 3. Dosen pembimbing skripsi Bapak Yudhi Munadi, M. Ag. yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan merupakan suatu kesenangan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis berada di bawah bimbingan beliau. 4. Dosen pembimbing Akademik Dr. Hj. Siti Salmiah M.A. yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan. 5. Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yang telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi. 6. Kapala sekolah, dan para guru SMP Al Falah Bekasi yang telah memberikan ijin penelitian dan kerjasama yang baik kepada penulis terutama kepada guru Pendidikan Agama Islam. 7. Secara khusus penulis juga mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada Almarhum ayahanda semoga diampuni semua dosanya dan bangga atas keberhasilan anaknya. Dan kepada ibunda tercinta yang senantiasa mengasuh, membimbing membiayai dan memotivasi penulis dengan tulus, serta selalu mendoakan penulis agar penulis selalu sukses dalam segala hal. Semua yang telah mereka berikan tidak akan dapat tergantikan dengan apapun di dunia ini. 8. Keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan juga semangat, serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat dan teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama islam, Arbi Putra Musawi, Arifin, Muhammad Nur, Jon Umang Khoirul Badriyah yang senantiasa membangkitkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Istriku tercinta Suci Lastari ST, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungannya kepada penulis baik berupa moril, tenaga, maupun materi. 11. Dan tidak terlupakan pula terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini yang penulis tidak dapat sebutkan namanya satu per satu. Penulis tidak mempunyai daya upaya untuk membalas semua kebaikan ini hanyalah do’a yang dapat penulis panjatkan, semoga segala kebaikan semua pihak yang turut membantu dalam kelancaran penulisan skripsi dicatat sebagai amal sholeh, selanjutnya penulus juga berharap mudah-mudahan semua yang telah penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin. Bila ada kekurangan itu datangnya dari pribadi penulis sendiri dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Jakarta 15 Pebuari 2011 Penulis ABDILLAH DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah .................................................................. 6 D. Perumusan Masalah ................................................................... 6 BAB II E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7 KAJIAN TEORI A. Pengertian Efektivitas ................................................................. 8 B. Pengertian Teori Belajar.............................................................. 9 C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ......... 10 1. Faktor Exsternal siswa ....................................................... 10 2. Faktor Internal Siswa ......................................................... 10 D. Kognitif Dan Metakognitif ....................................................... 11 1. Teori Kognitif ...................................................................... 11 2. Tokoh Dan Pemikiran Ahli Teori kognitif ........................... 12 3. Pengertian Metakognitif ....................................................... 22 E. Media Audio Visual ................................................................. 24 1. Pengertian Media ............................................................... 24 2. Media Audio Visual. .......................................................... 31 3. Vidio .................................................................................. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 37 B. Metode Penelitian .................................................................... 38 C. Objek Penelitian....................................................................... 40 D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40 E. ................................................................................................. Te knik Analisis Data .................................................................... 44 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Informan ........................................................................ 45 B. Interaksi Sosial ........................................................................ 48 C. Kondisi sarana Dan Prasarana .................................................. 49 D. Pelaksanaan Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual .... 52 E. Hasil Uji Efaktifitas Pembelajaran ........................................... 58 F. Pencapaian Tingkat Kognitif Siswa .......................................... 62 G. Pengamatan Metakognitif ........................................................ 64 H. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual .......................... 67 I. BAB V Upaya SMP Al Falah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan . 69 PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 70 B. Saran ......................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar menurut aliran psikologi dianggap sebagai suatu proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan : "Learning is the process by with an activity, originates or changed through training procedure (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not atributable to training. " Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.1 Henry Garrett dalam General psikology mengatakan “Learning is The process which, as result of training and experience, leads to new or changed respo”n. Menurut Henry Garrett, belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses Pendidikan, ( Jakarta: kencana prenada media group, 2006), cet. I, h.112. tertentu.2 Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku. Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke dan hakikat manusia menurut Leibnitz. Menurut John Locke, manusia itu merupakan organisme yang pasif dengan teori tabularasanya. Locke menganggap bahwa anak yang baru lahir itu seperti kertas putih bersih yang belum ditulisi, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya, artinya pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan karakter anak. 3 Dari pandangan yang mendasar tentang hakikat manusia itu, memunculkan aliran belajar behavioristik Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indra dengan kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon. Berbeda dengan pandangan locke, Leibnitz menganggap bahwa manusia organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber dari segala kegiatan. Pada hakekatnya manusia bebas untuk berbuat dan bebas untuk membuat suatu keputusan dalan situasi tertentu. Pandangan hakekat manusia menurut Leibnitz ini kemudian melahirkan aliran belajar kognitif. Menurut aliran kognitif belajar bukan hanya sekedar hubungan antara stimulus dan respon saja bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar dan memerlukan pengaturan kegiatan kognitif. 4 Metakognitif merupakan kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif. 5 Kemampuan metakognitif sangat penting dalam proses pembelajaran 2 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : Uhamka Press, 2003 ), Cet. III, h. 27. 3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. VIII, h. 15. 4 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses Pendidikan …, h.114 5 http://sahabatguru.wordpress.com/2008/12/11/metakognitif-belajar-bagaimana-untuk-belajar. karena keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam melakukan metakognitif. Siswa yang metakognitifnya baik akan lebih mandiri dalam belajar , kreatif, dan mampu mengeksplorasi pengetahuan tanpa batas. Bila di tinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi karena dalam peoses komunikasi terdapat komunikator, komunikan, dan pesan yang disampaikan. Pesan atau informasi yang disampaikan berupa pengetahuan, keahlian, skill, nilainilai, ide, pengalaman, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Yudhi Munadi. “ Proses pendidikan adalah proses komunikasi, karena dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan dan pesan (message), yakni sebagai komponen yang dikomunikasikan ”.6 Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain kedalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal maupun simbol non-verbal atau visual. Proses penuangan pesan kedalam simbolsimbol komunikasi itu disebut enconding. Selanjutnya penerima pesan (siswa, peserta latihan ataupun guru) menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut deconding.7 Melalui proses komunikasi, pesan atau informasi dapat diserap dan dihayati oleh siswa. Namun pada kenyataannya seringkali terjadi kegagalan dalam proses komunikasi pembelajaran. Kegagalan komunikasi pembelajaran ini ditandai dengan kurang berhasilnya siswa dalam memahami, salah paham, atau tidak mengerti sama sekali tentang apa yang telah dijelaskan oleh gurunya. Ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran disekolah belum berjalan dengan efektif (tepat sasaran). Kegagalan komunikasi ini terjadi karena adanya gangguan ketika proses pembelajaran berlangsung. Gangguan yang menghambat proses komunikasi tersebut biasa dikenal dengan istilah noises. Gangguan-gangguan tersebut dapat di identifikasikan dari faktorfaktor sebagai berikut : 6 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, ( Jakarta: Gaung Persada Press), cet.1, h. 13-114. hlm. 7 Arif S. Sadiman, Dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), cet. I, h. 6-7. 1. Faktor raw input, yakni faktor siswa itu sendiri, bahwa setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda-beda baik kondisi fisiologis maupun psikologis. 2. Faktor environmental input, yakni faktor lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. 3. Faktor instrumental input, diantaranya meliputi kurikulum, bahan, sarana, sarana atau fasilitas, guru.8 Untuk mengatasi gangguan pada saat proses pembelajaran serta agar proses penyampaian pesan dapat diterima dengan baik oleh siswa , maka guru perlu menggunakan variasi dalam penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan karakteristik siswa. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media diantaranya : 1. Tujuan instruksional yang ingin dicapai. 2. karakteristik siswa. 3. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak dan seterusnya) 4. Keadaan lingkungan. 5. Kondisi setempat, dan luas jangkauan yang ingin dilayani.9 Saat ini cukup banyak jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, mulai dari yang paling sederhana berupa cetakan sampai kepada yang berteknologi tinggi seperti komputer. Namun pada kenyataannya masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Hal ini lebih dirasakan lagi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara pasif individu dipengaruhi oleh lingkungan, namun individu juga aktif dalam memilih, memutuskan, memperhatikan, mengabaikan dan membuat banyak respon lain untuk 8 9 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru…, h. 13. Arif S. Sadiman, Dkk., Media Pendidika…, h. 83. mengejar tujuan. Keberhasilan belajar bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungan belajar saja, namun juga di pengaruhi oleh kemampuan siswa dalam mengatur metakognitifnya. Agar siswa mampu mengatur metakognitifnya dengan baik diperlukan media pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta di dukung oleh metode pembelajaran yang baik pula. Berdasarkan latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti “ EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI METAKOGNITIF ” B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang sudah dikemukakan dapat diidentifikasi masalah pada pembelajaran PAI antara lain: 1. Penggunaan media pembelajaran disekolah SMP Al Falah sangat jarang dilakukan karena faktor fasilitas dan biaya. 2. Para guru SMP Al Falah kebanyakan tidak menggunakan metode belajar yang berfareatif. 3. Para guru SMP Al Falah masih memandang siswa sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. 4. Guru SMP Al Falah belum mampu secara prosudur dalam memanfaatkan fungsi media audio visual sabagai pembelajaran. 5. Siswa belum mampu melakukan metakognitif dengan baik, karena media dan metode pembelajaran yang digunakan tidak mendukung siswa untuk mampu melakukan metakognitif. C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah, agar permasalahan tidak meluas penelitian dibatasi pada: 1. Media audio visual, yang dimaksud adalah media audio visual yang sudah jadi dalam bentuk VCD kisah Nabi yusuf AS. 2. Metakognitif siswa, yang dimaksud adalah kemampuan pengaturan otak siswa untuk belajar secara efektif. 3. Jenjang kognitif, yang dimaksud adalah jenjang kognitif yang disampaikan oleh Bunyamin S, Bloom. 4. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VII SMP Al Falah Bekasi. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah efektifitas pembelajaran dengan bantuan media audio visual ? 2. Bagaimanakah proses metakognitif siswa yang belajar dengan menggunakan media audio visual ? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya semua permasalahan yang dirumuskan yaitu : 1. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran melalui media audio visual. 2. Untuk mengetahui proses metakognitif siswa yang belajar dengan bantuan media audio visual. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna tidak hanya bagi peneliti tetapi juga untuk semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah tempat peneliti melaksanakan penelitian antara lain: 1. Sebagai suatu kajian ilmiah yang dapat menambah khasanah pengetahuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para praktisi dunia pendidikan. 2. Bagi kepala sekolah SMP Al Falah Bekasi, sebagai bahan evaluasi bagi pemanfaatan media pembelajaran di sekolah, 3. Bagi Guru PAI SMP Al Falah Bekasi, sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan Profesionalisme khususnya dalam memanfaatkan metode dan media pembelajaran. 4. Bagi siswa, memberikan kontribusi untuk senantiasa terpacu dalam meningkatkan kreatifitas belajarnya untuk hasil yang lebih optimal. 5. Untuk memberi tahukan kepada para guru akan pentingnya kemampuan metakognitif ini diajarkan kepada siswa. BAB II LANDASAN TEORITIS F. Pengertian Efektivitas Pembelajaran Kata efektifitas biasanya dipakai dalam hubungannya dengan hasil atau produk yang sangat diharapkan dari suatu kegiatan atau lembaga pendidikan. Kata efektifitas adalah kata sifat dari kata efektif yang berarti adanya efek (akibat, pengaruh, berhasil) manjur atau mujarab dapat membawa hasil guna.10 Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Keefektifan dalam penggunaan media meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak didik dengan optimal menimbulkan suatu perubahan pada diri siswa. 11 Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas dalam pembelajaran adalah tercapainya tujuan dalam sebuah proses pembelajaran atau dapat juga diartikan dengan terserapnya informasi dalam sebuah proses pembelajaran oleh peserta didik secara maksimal. 10 Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka, 2007) h, 284. 11 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta 2006), cet. III, h. 147. G. Pengertian Teori Belajar Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang sadari. Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku. Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke dan hakikat manusia menurut Leibnitz. Menurut John Locke, manusia itu merupakan organisme yang pasif. Dengan teori tabularasanya, Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Dari pandangan yang mendasar tentang hakikat manusia itu, memunculkan aliran belajar behavioristik. Berbeda dengan pandangan Locke, Leibnitz menganggap bahwa manusia adalah organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber daripada semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat, manusia bebas untuk membuat suatu pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan hakikat manusia menurut pandangan Leibnitz ini kemudian melahirkan aliran belajar kognitif. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R ). Oleh karena itu, teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya. 12 H. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa 12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan , ( Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2006 ), Cet. I, h. 115. di sekolah yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian. Yaitu faktor exsternal dan faktor internal siswa. 3. Faktor Exsternal siswa Faktor exsternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor exsternal terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam seperti, keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, cuaca, letak gedung sekolah ditempat yang ramai atau tidak dan lain sebagainya. Lingkungan sosial seperti : interaksi sosial dengan teman sebangku, interaksi peserta didik dengan guru-guru, dan kebudayaan. Faktor instrumental terdiri dari sarana dan alat-alat belajar yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar seperti media pendidikan, metodelogi mengajar yang di gunakan, dan buku yang di pakai. 13 4. Faktor Internal Siswa Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa faktor internal dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor fsiologis dan faktor psikologis.. Faktor fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, kondisi panca indranya terutama pada penglihatan dan pendengarannya. Faktor psikologis siswa terdiri ketenangan jiwa, perhatian, motivasi, minat, intelegensi dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, berfikir dan kemampuan dasar yang di miliki siswa. I. ingatan, 14 Teori Kognitif dan Metakognitif 1. Teori Kognitif Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesankesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan dan h. 59. 13 Muhammad Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. I, 14 Aminudin Rasyad. Teori Belajar Dan Pembelajaran ( Jakarta : Uhamka Press, 2003), Cet, IV. h.103. prosudur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.15 Pendekatan teori kognitif lebih menekankan proses mental manusia. Dalam pandangan ahli penganut aliran kognitif, tingkahlaku siswa yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti motivasi, minat, kesengajaan dan sebagainya. 16 Ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk dapat mengerti_dunia. Untuk dapat melakukan ini kita menggunakan semua alat mental kita. Caranya, kita berpikir tentang situasi, sama baiknya kita berpikir tentang kepercayaan, harapan, dan perasaan kita yang akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang kita pelajari. Dua siswa mungkin dalam kelas yang sama, tetapi mungkin saja yang mereka pikirkan akan berbeda. Apa yang dipelajari setiap siswa tergantung pada apa yang diketahui dari masingmasing siswa dan bagaimana informasi baru itu diproses. Pandangan kognitif melihat belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Meskipun secara pasif dipengaruhi oleh lingkungan, orang akan aktif memilih, memutuskan, mempraktikkan, memperhatikan, mengabaikan, dan membuat banyak respon lain untuk mengejar tujuan. Satu hal paling penting yang mempengaruhi dalam proses ini adalah apa yang individu pikirkan dalam situasi belajar. Bransford menguraikan singkat tentang teori kognitif. Yang penting dalam hal ini ialah bagaimana orang belajar, mengerti dan mengingat informasi, dan mengapa beberapa orang dapat melakukan dengan baik dan yang lain tidak. Kenyataannya, ahli-ahli psikologi kognitif lebih cenderung menyelidiki aspekaspek penting dalam belajar, seperti bagaimana orang dewasa mengingat informasi verbal atau bagaimana anak-anak memahami cerita-cerita. Mereka tidak mencari hukum-hukum umum belajar yang menerapkan semua organisme 15 16 63. Djaali, psikologi pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ), Cet. III, h. 63. Nety Hartati, Dkk. Islam dan psikologi ( Jakarta : Raja Grafindo persada, 2004 ), Cet. I, h. (binatang, manusia) dalam semua situasi. 17 Dalam perspektif teori belajar kognitif, hanya ada dua kategori penting, yaitu bagaimana informasi itu diproses dan bagaimana manusia itu dapat mengingat informasi. 2. Tokoh Dan Pemikiran Para Ahli Teori Kognitif a. Teori Insight ( Gestalt ) Aliran ini berkembang pesat di jerman, ketika behaviorisme mencapai puncak perkembanganya di Amerika Serikat. Kata gestalt sendiri diambil dari bahasa Jerman yang secara harfiah berarti “ bentuk “ atau “ pola umum.“ sesuai dengan namanya, para psikolog gestalt yakin bahwa pengalaman seseorang mempunyai struktur umum.18 Belajar, menurut Gestaltis, adalah fenomena kognitif. Organisme "mulai melihat" solusi setelah memikirkan problem. Pembelajar memikirkan semua unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan problem dan menempatkannya bersama (secara kognitif) dalam satu cara dan kemudian ke cara-cara lainnya sampai problem terpecahkan. Ketika solusi muncul, organisme mendapatkan wawasan (insight) tentang solusi problem. Problem dapat eksis hanya dalam dua keadaan, terpecahkan atau tak terpecahkan. Tidak ada keadaan solusi parsial di antara dua keadaan itu. Untuk menguji gagasan tentang belajar ini, Kohler melakukan percobaan mengharuskan organisme menggunakan alat untuk menjangkau objek yang diinginkannya. Misalnya, sebuah pisang diletakkan di luar jangkauan si monyet sehingga si monyet itu harus menggunakan tongkat untuk menggapainya atau menggunakan dua tongkat agar cukup panjang untuk menjangkaunya. Dalam masing-masing kasus, hewan itu punya semua unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan problem, ini adalah soal menyatukannya dengan cara yang tepat. Gambar 2.1, menunjukkan Bagaimana monyet bernama Chica 17 Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Grasindo, 2006 ), Cet. III, h. 149- 18 Akyas Azhar, Psikologi Umum Dan Perkembangan, ( Jakarta PT. Mizan Publika, 2004), 150. Cet. I, h. 49 menggunakan satu tongkat untuk menjangkau buah. Gambar 2.2, menunjukkan monyet bernama Grande mengmenggunakan tumpukan peti untuk menjangkau pisang. Gambar 2.3, menunjukkan bagaimana Chica menggunakan peti dan tongkat untuk mendapatkan buah. Gambar 2.4, menunjukkan monyet bernama Sultan, monyet paling cerdas, menggunakan dua buah tongkat untuk menjangkau buah.19 Gambar 1 Gambar 3 Gambar 2 Gambar 4 Insight adalah di dapatkannya pemecahan problem, di mengertinya sebuah persoalan inilah yang merupakan inti dari belajar menurut teori Gestalt, jadi bukan mengulang-ngulang hal yang harus dipelajari tetapi yang terpenting adalah 19 mengertinya dan mendapatkan insight. Hilgard Tri Wibowo, Teori Belajar, Terj. Dari Theory Of Learning Oleh BR Hergenhan dan Matthew H. Olson ( Jakarta : Kencana Prenada Grup ), Cet. I, h. 292-293. memberikan lima macam sifat khas belajar dengan insight diantaranya : 1. Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesies) nya. Pada umumnya anak yang masih sangat muda sulit untuk belajar dengan insight. 2. Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan. Walaupun dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu yang relevan, namun belum menjadi jaminan dapat memecahkan problem. 20 3. Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan ling- kungannya. Simpanse tidak mungkin dapat meraih pisang yang ada di luar jerujinya apabila tidak disediakan tongkat. 4. Pengertian merupakan inti dari insight, pengertian harus di usahakan dan tidak datang dengan sendirinya. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang bisa menjadi dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan. 5. Apabila insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain. Di sini terdapat semacam transfer belajar, namun yang ditransfer bukanlah materi yang dipelajari, tetapi relasi-relasi dan generalisasi yang diperoleh melalui insight.21 Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh. Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan, di mana anak harus berusaha menemukan hubungan antar bagian.22 Karena Insight hanya dapat diperoleh apabila siswa mau 20 21 121. 11. 22 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pres, 1990), Cet. IV, h. 298 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan..., h. Yatim Rianto, Pradigma Baru Pembelajaran, ( Jakarta: kencana prenada media group) h. belajar, mencoba, memahami dan memperoleh kejelasan mengenai konsep masalah yang dihadapi. Mengetahui kejelasan atau memahami makna masalah yang diamati atau dipelajari dalam situasi belajar lebih penting artinya dalam meningkatkan keberhasilan belajar, dari pada memberikan ganjaran atau hukuman. Menurut teori Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat, Karena itu belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian berproses kepada bagian-bagian. pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga. b. Teori Medan ( Kurt Lewin ) Kurt Lewin (1890-1947) mengembangkan teori motivasi berdasarkan teori medan. Lewin mengatakan bahwa perilaku manusia pada waktu tertentu ditentukan oleh jumlah total dari fakta psikologis pada waktu tertentu. Menurutnya, fakta psikologis adalah segala sesuatu yang disadari manusia, seperti rasa lapar, ingatan masa lalu, memiliki sejumlah uang, berada di tempat tertentu atau di depan orang lain. Life space (ruang kehidupan) seseorang adalah jumlah total dari semua fakta psikologis ini. Beberapa fakta ini akan menimbulkan pengaruh positif pada perilaku seseorang, dan sebagian lainnya menimbulkan efek negatif. Totalitas dari kejadian itulah yang akan menentukan perilaku seseorang pada waktu tertentu. Menurut Lewin, hanya hal-hal yang dialami secara sadar itulah yang akan memengaruhi perilaku. Jadi agar segala sesuatu yang pernah dialami di masa lalu ini lebih memengaruhi perilaku saat ini, seseorang harus lebih dahulu menyadarinya. Perubahan dalam fakta psikologis akan menata ulang seluruh ruang kehidupannya. Jadi sebab-sebab perilaku senantiasa berubah, sebab-sebab itu bersifat dinamis. seseorang berada dalam medan pengaruh yang terusmenerus berubah, dan satu perubahan dalam salah satu sebab akan memengaruhi semua sebab lainnya. Inilah yang dimaksud dengan teori medan psikologis. Menurut teori Kurt Lewin otak manusia bukan penerima pasif dan gudang penyimpan informasi dari lingkungan. Otak bereaksi terhadap informasi sensoris yang masuk dan otak melakukan penataan yang membuat informasi itu lebih bermakna. Karena otak adalah sistem fisik, otak menciptakan medan yang memengaruhi sesuatu yang masuk ke dalamnya, seperti medan magnet memengaruhi partikel logam kekuatan inilah yang mengatur pengalaman sadar. Apa yang kita alami secara sadar adalah informasi sensoris setelah ia dikelola oleh medan kekuatan dalam otak.23 Kurt lewin juga beranggapan bahwa di dalam diri seseorang terdapat energi psikis. Energi inilah yang dipergunakannya untuk bermacam-macam aktivitas, seperti mengamati, mengingat, berfikir, dan sebagainya. 24 c. Teori Konstruktivistik ( Jean Piaget ) Teori konstruktivistik dikembangkan oleh piaget pada pertengahan abad ke 20. Teori ini menjelaskan bahwa individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan. 25 Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui tiga proses yakni, asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbang). Asimilasi adalah proses pengintegrasian (penyatuan) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Bagi seorang siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian 23 Tri wibowo, Teori Belajar, Terj. Dari Theory Of Learning Oleh BR Hergenhn dan Matthew H. Olson..., 291-292 24 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan…, h. 311. 25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan..., h. 123. antara prinsip penjumlahan yang sudah ada dibenak siswa dengan prinsip perkalian sebagai informasi baru, inilah yang disebut proses asimilasi. Jika seseorang diberi sebuah soal perkalian, maka situasi ini disebut akomodasi, dalam hal ini berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik. Agar seseorang dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya, untuk itu diperlukan proses penyeimbang. Proses inilah yang disebut proses equilibrasi proses penyeimbang antara “dunia luar” dan "dunia dalam” tanpa proses ini, perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur (disorganized).26 Piaget juga berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa, dalam hal ini Peaget membaginya menjadi empat tahapan. Masing masing tahap berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda, tahapan-tahapan kognitif tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tahap Sensi Motor Tahap ini berlangsung sejak awal kelahiran sampai usia 0 -2 tahun. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indra (sensory) mereka seperti melihat, mendengar dan dengan gerakan otot seperti meraba dan menyentuh, karenanya di istilahkan dengan sensimotor. la hanya mampu mengetahui informasi yang di tangkap dengan indranya. 2. Tahap Pra Operasional Pada tahap ini objek-objek dan pristiwa mulai menerima arti secara simbolis. Sebagai contoh, kursi adalah tempat untuk diduduki, sekolah merupakan tempat belajar, masjid, gereja, dan vihara merupakan tempat beribadang masing-masing individu sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Anak menyadari bahwa kemampuannya untuk belajar tentang konsep-konsep yang lebih kompleks meningkat bila ia diberi contoh-contoh nyata atau yang 26 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008 ) Cet. III, h.11 familiar.27 3. Tahap Operasional Konkret Tahap ini dimulai dari sekitar usia 7 - 11 tahun. pemikiran operasional konkret mencakup operasi. Operasi konkret adalah tindakan mental yang dapat dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret. Pada tahap ini Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk menggolonggolongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan problem-problem yang abstrak. 4. Tahap Operasional Formal Tahap ini berlangsung mulai dari usia 11 tahun keatas. Tahap ini juga disebut sebagai tahap operasi hipotetikdeduktif yang merupakan tahap tertinggi dari perkembangan intelektual. Maksudnya bila berhadapan dengan masalah, anak dapat membuat perumusan teori, merumuskan hipotesis dan menguji hipotesis.28 Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang akan semakin abstrak dan teratur cara berfikirnya. Dalam kaitannya dengan seorang guru seyogyanya memahami tahapan perkembangan kognitif anak didiknya, serta memberikan materi belajar dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahapan tersebut. Guru yang mengajar, tetapi tidak memperhatikan tahapan-tahapan perkembangan kognitif ini akan cenderung menyulitkan siswanya. Misalnya saja, mengajarkan konsep abstrak tentang matematika kepada siswa kelas satu SD, tanpa adanya usaha untuk “mengkongkretkan” konsep tersebut, maka siswa akan kesulitan untuk memahaminya. d. Taksonomi (Benyamin S. Bloom) Benyamin S. Bloom telah mengembangkan “Taksonomi” untuk domain kognitif. Taksonomi adalah metode untuk membuat urutan 27 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008 ), Cet. III, h. 97. 28 Yatim Rianto, Pradigma baru pembelajaran…, h. 126. pemikiran dari tahap rendah kearah yang lebih tinggi dari kegiatan mental, Enam tahap berfikir yang di kembangkan oleh Bloom adalah sebagai berikut : 29 1. Mengingat ( C1 ) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumusrumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. 2. Pemahaman ( C2 ) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya, siswa mampu menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-Ashar secara lancar dan jelas.30 3. Penerapan ( C3 ) Adalah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi baru dalam kehidupan siswa. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang 29 Djaali, Psikologi Pendidikan …, h. 77. Muhammad Uzer Usman, menjadi guru professional ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005 ), Edisi. II, Cet. XIV. h. 35. 30 diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 4. Analisis ( C4 ) Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contohnya, peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengahtengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam. 5. Sintesis ( C5 ) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagimana telah diajarkan oleh islam. 6. Evaluasi ( C6 ) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilain/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan dalam sehari-hari. Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat continue (berkelanjutan) dan overlap (tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya. 31 Dari jenjang tingkatan kognitif ini dapat dijadikan sebuah acuan bagi para pendidik untuk memberikan soal yang sesuai dengan kemampuan tingkat kognitif siswa. 3. Pengertian Metakognitif Metakognif adalah kognitif tentang kognitif atau “ mengetahui tentang mengetahui ” ( Flavell, 1999 ).32 Ferrari dan Sternberg mengatakan “ meta kognitif adalah kesadaran siswa dalam menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan tujuan”. Sri Esti Wuryani Djiwandono mengatakan, “ Metakognitif adalah pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta hasilhasilnya”.33 Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang apa yang harus dilakukan, dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana caranya untuk belajar, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif. Metakognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang memiliki kemampuan metakognitif tinggi ia akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri, 31 32 Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/08/04/aspek-penilaian-dalam-ktsp-bag-1-aspek-kognitif/ Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psychology Oleh John W. Santrck ( Jakarta : Kencana Prenada Group, Edisi II ), Cet. II, h. 340. 33 Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan…, h.168. bagaimana la memusatkan perhatian, bagaimana ia belajar, bagaimana menggali ingatan, bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki, bagaimana berpikir menggunakan konsep, kaidah, pengetahuan yang dimiliki yang merupakan satu perangkat kemahiran yang terorganisasikan dengan baik dalam menghadapi problem. Adapun fase-fase jalur belajar metakognitif adalah sebagai berikut: a. Fase Motivasi, yaitu untuk mendapat motivasi siswa harus memeras otaknya sendiri. Jika motivasi lemah, anak akan membiarkan problem tetap menjadi problem dan terlalu susah untuk memikirkan. b. Fase Konsentrasi, yaitu anak harus mengamati dengan cermat, jika penyelesaian masalah memerlukan pengamatan. c. Fase Pengolahan, yaitu anak harus menggali ingatannya terhadap siasat yang pernah digunakan untuk mengatasi hal serupa, yang cocok untuk suatu problem. Jika siasat dalam ingatan tidak tersedia, la harus menciptakan siasat baru dengan menggunakan kreativitas dan pikiran terarah. d. Fase Umpan Balik, yaitu konfirmasi tepat tidaknya penyelesaian yang ditempuh. Konfirmasi ini dapat meningkatkan dan melemahkan motivasi anak untuk memeras otak lagi pada kesempatan yang akan datang.34 Para pendidik seharusnya mengajarkan pengetahuan tentang metakognitif, agar siswa mampu berfikir secara efektif dan mampu mengatasi berbagai problem yang dihadapinya, bukan hanya dalam masalah pelajaran tapi juga dalam memecahkan masalah kehidupannya. J. Media Audio Visual 1. Pengertian Media Media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti “tengah” “perantara“ atau “pengantar“. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. sedangkan menurut istilah seperti yang telah didefinisikan oleh Gerlach & Ely (1971) media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi 34 Djaali, psikologi pendidikan… , h. 77. yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap..35 Association For Education and Communication technology (AFEC) memberi batasan tentang media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran pesan atau informasi. 36 Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah semua alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam menerima informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih efektif. a. Media Jadi dan Media Rancang Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan menjadi dua jenis yakni, media jadi dan media rancangan. Media jadi ialah media yang sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), sedangkan media rancangan ialah media yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (media by design). Masing-masing jenis media ini mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk pengadaannya. Namun kecil kemungkinan mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat. Sedangkan kelebihan media rancang adalah lebih sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat. Namun media yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga maupun biaya karena untuk mendapatkan keandalan dan kesahihannya diperlukan serangkaian kegiatan validasi prototipenya.37 b. Fungsi Media pembelajaran 35 Pupuh Fathurohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), Cet. I, h. 65. 36 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), h. 3-5 37 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, ( Jakarta: Ciputat Pres, 2002), h. 124. Kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecendrungan verbalisme. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian adalah dengan menggunakan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus, informasi, sikap dan lain-lain, media juga meningkatkan keserasian dalam menerima informasi. Fungsi media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut : 1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa atau mahasiswa. Pengalaman masing-masing individu yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam pengalaman yang dimiliki mereka. Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut. 2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara langsung oleh siswa / mahasiswa di dalam kelas, seperti : objek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang diamati telalu cepat / lambat. Maka dengan melalui media akan dapat diatasi kesukaran-kesukaran tersebut. 3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. Gejala fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi dengannya. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. Penggunaan media seperti gambar, film, model, grafik dan lainnya dapat memberikan konsep dasar yang benar. 6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat dan minat yang baru. 7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Pemasangan gambar di papan bulletin pemutaran film dan mendengarkan program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu kearah keinginan untuk belajar. 8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan dapat memberikan gambaran konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi. c. Krucut Pengalaman Edgar Dale mengklasifikasi pengalaman belajar anak mulai dari halhal yang paling kongkrit sampai kepada hal-hal yang paling abstrak klasifikasi tersebut diikuti secara luas oleh kalangan pendidik dalam menentukan alat bantu apa yang seharusnya digunakan dan sesuai dengan pengalaman belajar tertentu. Klasifikasi pengalaman tersebut dikenal dengan krucut pengalaman. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini. Abstrak Kongkret Gambar 5 Kerucut Pengalaman Edgar Dale Dari gambar diatas terlihat bahwa krucut pengalaman terdiri dari 9 macam klasifikasi media pengajaran yang digunakan, diantaranya. 38 1. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran dan perasaan penciumandan peraba. Ini dikenal dengan learning by doing. Di sini siswa secara aktif bekerja sendiri, memecahkan masalah sendiri yang kesemuanya didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 38 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran…, h. 10. 2. Pengalaman tiruan, pengalaman ini diperoleh melalui benda atau kejadian-kejadian tiruan yang hampir sama dengan benda atau kejadian-kejadian yang sesungguhnya, seperti proses mengkafani orang yang meninggal dengan menggunakan boneka manusia. 3. Pengalaman melalui dramatisasi, pengalaman semacam ini diperoleh dalam bentuk derama dari berbagai gerakan. Dramatisasi ini dapat dilakukan dipanggung, pertunjukan sejarah setempat yang dilakukan ditempat terbuka, sandiwara bisu atau pantomin, sandiwara yang terdiri dari boneka-boneka yang diberi pakaian, drama kemasyarakatan, atau bermain peran. 4. Pengalaman melalui karya wisata, pengalaman semacam ini diperoleh dengan mengajak siswa ke objek diluar kelas dengan maksud memperkaya dan memperluas pengalaman siswa, siswa aktif melakukan observasi, mencatat, melakukan tanya jawab, membuat laporan dan lain-lain. 5. Pengalaman melalui televisi, pengalaman ini diperoleh melalui program pendidikan yang ditayangkan melalui televisi, seperti program acara anak-anak yang diasuh oleh kak setomulyadi. 6. Pengalaman melalui gambar hidup atau film, gambar hidup merupakan rangkaian gambar- gambar yang diproyeksikan kelayar dengan kecepatan tertentu, bergerak secara kontinue sehingga menghasilkan gerakan gambar yang normal dari apa yang diproyeksikan. 7. Pengalaman melalui radio, pengalaman ini diperoleh melalui siaran radio dalam bentuk ceramah, wawancara, sandiwara dan lain sebagainya. 8. Pengalaman melaui gambar, pengalaman ini diperoleh melalui segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan dan pikiran, misalnya lukisan ilustrasi, karikatur, kartun, poster, dan slide. 9. Pengalaman melalui lambang kata, pengalaman seperti ini diperoleh melalui buku atau bahan bacaan 39 Dari krucut yang disampaikan oleh Edgar Dale dapat diketahui hasil pengalaman belajar anak mulai dari hal-hal yang paling kongkrit sampai kepada hal-hal yang paling abstrak. Semakin abstarak suatu pembelajaran maka tingkat pemahamannya juga akan semakin sedikit dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan krucut pengalaman belajar Edgar Dale ini, dapat dijadikan acun bagi para guru dalam memanfaatkan media pembelajaran. d. Faktor-Faktor Yang Perlu Di Perhatikan Dalam Memilih Media Pembelajaran. Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, ada beberapa faktor dan kriteria yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Objektivitas Da lam memilih media pembelajaran guru harus objektif. Guru tidak boleh memilih media berdasarkan kesenangan pribadinya. Apabila secara objektif, berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, suatu media pengajaran menunjukkan keefektifan dan efisiensi yang tinggi, maka guru jangan merasa bosan menggunakannya. Untuk menghindari pengaruh unsur subjektivitas guru, alangkah baiknya apabila dalarn memilih media pengajaran itu guru meminta pandangan atau saran dari teman sejawat, atau melibatkan siswa. 2. Program Pengajaran Progra m pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya. Meskipun secara teknis program itu sangat baik, jika tidak sesuai dengan kurikulum ia tidak akan banyak rnernbawa manfaat, bahkan mungkin hanya menambah beban, baik bagi anak didik maupun bagi guru di samping akan membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. 39 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran.., h. 22-24 3. Sasaran Program Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran. Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu anak didik mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara berpikirnya, daya imajinasinya, kebutuhannya, maupun daya tahan dalam belajarnya. Untuk itu maka media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, simbol-sirnbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajiannya, ataupun waktu penggunaannya. 4. Situasi dan Kondisi Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian dalam menentukan pilihan media pengajaran yang akan digunakan. Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasi udara dan pencahayaannya. Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai jumlahnya, motivasi dan kegairahannya. Anak didik yang sudah melakukan praktek yang berat, seperti praktek olah raga, biasanya kegairahan belajarnya sangat menurun. 5. Kualitas Teknik Dari segi teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada rekarnan audionya atau gambar-gambar atau alat-alat bantunya yang kurang jelas atau kurang lengkap, sehingga perlu penyempurnaan sebelum digunakan. Suara atau gambar yang kurang jelas bukan saja tidak menarik, tetapi jugs dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. 6. Keefektifan Dan Efesiensi Penggunaan Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Keefektifan dalam penggunaan media meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak didik dengan opti- mal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah lakunya. Sedangkan efisiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin. 40 2. Media Audio Visual Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan media yang lain, karena media ini melibatkan indra penglihatan dan pendengaran sekaligus dalam satu proses. Media audio visual dibagi menjadi dua yaitu: 1. Audio visual murni yaitu media yang memberikan unsur suara dan gambar yang berasal dari satu sumber seperti film, dan video. 2. Audio visual tidak murni yaitu media yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari tape recorder.41 3. Vidio Video merupakan salah satu dari jenis media audio visual. Karena video mampu menyampaikan materi pelajaran melalui gambar dan suara. Video merupakan suatu system penyimpanan informasi yang berupa gambar atau suara pada piringan (disk). Ada dua sistem yang dikembangkan dalam vidio disc ini, yaitu sistem optical dan sistem capacitance. Sistem optical adalah menggunakan laser untuk menjajaki informasi encode electric yang direkam dipermukaan piringan, dan sistem capacitance adalah penjajakan informasi gambar dan suara dengan menggunakan tracking arm dan stylus sebagaimana layaknya pada turn table audio.42 a. Karakteristik Vidio Vidio mempunyai beberapa karakteristik di antaranya adalah: 1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu. 40 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta 2006), cet. III, h. 147. 41 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 141. 42 Arif S. Sadiman, DKK, Media pendidikan…, 280. 2. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan. 3. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah di ingat. 4. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. 5. Mengembangkan imajinasi peserta didik. 6. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik. 7. Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang. 8. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa. 9. Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang pandai. 10. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar. 11. Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi. b. Keuntungan Video 1. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. 2. Video dapat menggambarkan suatu poses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya, langkah dan cara-cara yang benar dalam berwudhu. 3. Video mampu membenagkitkan motivasi belajar siswa dan menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, dalam menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare dapat membuat siswa sadar terhadap pentingkan menjaga kebersihan makanan dan lingkungan. 4. Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pernikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan video seperti slogan yang sering didengar, dapat membawa dunia ke dalam kelas. 5. Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas. 6. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan. 7. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar kecajian yang dalarn kecepatan normal memakan waktu satu minggu atau lebih dapat ditarnpilkan dalam satu atau dua menit saja, sebagaimana kejadian mekarnya kembang mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga kuncup itu mekar. c. Keterbatasan Video Video mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya ialah pengadaan video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang banyak, pada saat video dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin di sampaikan melalui video tersebut, dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pelajaran yang diinginkan, kecuali video tersebut dirancang untuk kebutuhan sendiri.43 d. Pemanfaatan Video Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya, pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu objek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi antara objek dan benda. Mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti konsep jujur, sabar, demokrasi, dan lain-lain. Di samping itu untuk mengajarkan aturan dan prinsip, seperti aturan dan prinsip zakat, waris, dan lain-lain. 2. Pemakaian video untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak, seperti gerakan shalat, adab makan bersama, cara pengurusan mayat mayat, dan lain-lain. Melalui media ini, siswa dapat langsung mendapat umpan balik 43 Azhar Arsyad, media pembelajaran…, h. 50. secara visual terhadap kemampuan mereka mencobakan keterampilan yang menyangkut gerakan tadi. 3. Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi. 4. Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. 5. Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi, yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Di sini siswa melatih diri untuk mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan. 6. Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu. 7. Agar siswa tidak memandang program vidio sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagianbagian tertentu.44 Berdasarkan kerangka teori yang penulis kemukakan diatas, kegiatan belajar menurut teori kognitif bukan hanya sekedar hubungan antara stimulus dan respon saja yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu kegiatan belajar juga melibatkan proses berfikir yang sangat komplek yang ada didalam diri individu yang sedang belajar. Proses berpikir itu terjadi sebagai akibat dari adanya stimulus yang mengenai salah satu panca indra atau semua indra, kemudia siswa merespon terhadap stimulus tersebut dengan melakukan metakognitif semakin baik siswa melakukan proses metakognitifnya maka akan semakin baik pula hasil belajar yang akan diperolehnya. Stimulus yang baik adalah stimulus yang mampu melibatkan banyak penca indra dalam proses pembelajaran, semakin banyak panca indra yang terlibat pada saat belajar maka akan semaikin baik pula hasil belajar yang didapat, seperti yang digambarkan oleh Edgar Dale dalam piramida pengalaman belajarnya. Salahsatu media yang mengaktifkan banyak panca indra adalah media audio 44 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, ( Jakarta: Gaung Persada Press), cet.1, h. 127-128. visual. Media ini mampu mengaktifkan indra penglihatan dan pendengaran sehingga diharapkan mampu membantu siswa dalam melakukan metakognitif dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Proses metakognitif tidak dapat dilihat oleh kasad mata, Karena metakognitif merupakan sesuatu yang abstrak dan berada dalam system kenerja otak manusia, namun dapat diamati melalui tingkahlaku belajar siswa selama melakukan pembelajaran dan sesudah melakukan pembelajaran, seperti memperhatikan, memfokuskan pada kegiatan belajar dan umpan balik yang diberikan oleh siswa. Efektivitas atau tidaknya pembelajaran pada penelitian ini dapat diketahui dari hasil pencapaian rata-rata tes yang diberikan kepada siswa diteliti. Sedangkan untuk mengetahui metakognitif yang dilakukan siswa dapat ketahui melalui hasil wawancara dan observasi terhadap rekaman video yang direkam selama siswa melakukan pembelajaran melalui media audio visual dengan menggunakan form observasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, metode penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini mengambil tempat di SMP Al Falah Bekasi. Pemilihan tempat tersebut berdasarkan atas beberapa pertimbangan secara akademis dan teknis yakni: Pertama, secara akademis SMP Al Falah memiliki potensi untuk menggunakan media audio visual, ini dilihat dari peralatan yang dimiliki oleh SMP Al Falah seperti DVD Player, Telavisi 29 Inch, Speker aktif, dan ruang serbaguna. namun guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al Falah belum pernah menggunakan media audio visual. Kedua, secara teknis SMP Al Falah dekat dengan tempat tinggal peneliti dan peneliti memiliki akses (teman) yang dapat memudahkan bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama semester ganjil tahun pelajaran 20102011 dimulai sejak bulan September 2010 sampai dengan Februari 2011 dengan jadwal pelaksanan penelitian sebagai berikut: Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian No. Kegiatan Penelitian September 2010 Oktober 2010 November 2010 Desember 2010 Januari 2011 Februari 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 I Pemantapan Bab I 2 Tinjauan Pustaka 3 Penyusunan Alat Pengumpulan Data 4 Pelaksanaan Pengumpulan Data 5 6 Triangulasi dan verifikasi data Pengolahan dan Analisis Data 7 Penyusunan hasil penelitian 8 Penyerahan Laporan Penelitian b. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan cara ilmiyah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan penelitian itu sendiri sering diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.45 Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan suatu kebenaran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi dari fenomena yang diselidiki dengan cara mengklasifikasikan karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang diselidiki. Dengan 45 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h 3. kata lain tujuan penelitian deskristif digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa, dan bagaimana keadaan suatu penomena kemudian dituangkannya kedalam bentuk jurnalistik. Suharsimin Arikunto mengemukakan bahwa metode deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. 46 Penelitain kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak diterapkan dalam berbagai masalah. Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Studi kasus merupakan setrategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, yang bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena di dalam kontek kehidupan nyata.47 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : I. Studi kepustakaan (library, reseach), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, kitab-kitab, majalah, Surat kabar, dan sumber lain yang berkaitan dengan tema Skripsi. 2. Satudi lapangan (field reseach), yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji data-data yang diperoleh dari SMP Al Falah Bekasi. Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku Panduan penulisan Skripsi, yang telah diterbitkan oleh Tim Penyusun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Subyek Penelitian Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 48 Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa SMP Al Falah kelas VII A dan VII B yang berjumlah 50 siswa, 25 siswa kelas 46 VII A dan 25 siswa kelas VII B. Untuk Suharsimin arikunto, Prosudur Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta ). Cet. X, h. 76. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h.35 48 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h. 27. 47 mengetahui efektifitas pembelajaran dan metakognitif siswa penulis melakukan praktek pembelajaran berbantuan media audio visual dan melakukan evaluasi pembelajaran pada siswa tersebut. d. Teknik Pengumpulan Data Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari observasi dan wawancara. Informasi yang didapat dari observasi langsung, catatan wawancara, vidio rekaman dalam proses pembelajaran. Informasi tersebut dalam bentuk dokumen dan catatan pristiwa yang diolah menjadi sumber data. 1. Jenis dan sumber data Prosudur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data yang dapat digolongkan sebagai berikut: a. Data Primer, yang dirnaksud dengan data primer disini adalah datadata pokok yang diperoleh dari pihak SMP Al Falah, Meliputi wawancara terstruktur terhadap siswa, observasi terstruktur terhadap rekaman kegiatan belajar dengan menggunakan form observasi. b. Data Sekunder. data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data pendukung yang diperoleh melalui studi kepustakaan, wawancara tidak berstruktur yang dilakukan terhadap guru dan kepala sekolah, observasi terhadap sarana dan prasarana, serta pola interaksi sosial siswa. 2. Cara Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Observasi, yaitu dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan menggunakan bantuan alat yang canggih sehingga dapat diobservasi dengan jelas, seperti proton dan elektron maupun benda yang sangat jauh diluar angkasa. 49 pada penelitan ini peneliti menggunakan observasi terstruktur yakni observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang diamati, kapan dan bagaimana cara melaksanakannya. 50 Data dikumpulkan dengan cara mempelajari media pembelajaran audio visual Kisah Nabi Yusuf AS, kemudian peneliti melakukan observasi terhadap media tersebut, peneliti juga melakukan pencatatan data meliputi: Pertama, mempelajari media pembelajaran audio visual tersebut kemudian mensesuaikannya dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kedua, mengintegrasikan media tersebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan masing-masing alokasi waktu belajar. Ketiga, melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran audio visual. Observasi kegiatan belajar menggunakan alat bantu rekaman Hanydcam untuk memudahkan peneliti dalam mengamati proses metakognitif siswa. observasi terhadap rekaman kegiatan belajar ini dengan mengunakan form observasi. Peneliti juga melakukan observasi tidak berstruktur dengan cara mengunjungi sekolah SMP Al FAlah Bekasi untuk melakukan praktek mengajar dengan menggunakan media audio visual dalam rangka mengetahui efektivitas pembelajaran berbantuan media audio visual, dan mengetahui keadaan siswa/siswi serta gambaran umum SMP Al Falah Bekasi. Selain itu Peneliti juga mengamati pola interaksi sosial antara siswa dengan siswa, siswa terhadap guru dan guru terhadap guru serta pelayanan yang sekolah berikan terhadap siswa. b. Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara. wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri 49 50 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h. 310. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h. 205. utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antar pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee). Dalam penelitian ini peneliti melakukan tatap muka langsung untuk memperoleh data skunder dan data primer. Untuk mendapatkan data skunder peneliti memanfaatkan wawancara tidak berstruktur, Artinya, wawancara yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Biasanya pertanyaan muncul secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika melakukan wawancara tersebut. Dengan teknik ini di harapkan terjadi komunikasi langsung, luwes, fleksibel dan terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan luas. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 3-5 November 2010, bertempat diruangan guru, kantor dan kepala sekolah. Dipilihnya tempat tersebut karena cukup kondusif untuk melaksanakan wawancara. Wawancara ini dilakukan terhadap kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, guru Bahasa Inggris, siswa dan staf tata usaha. Untuk memperoleh data primer peneliti melakukan wawancara berstruktur, yaitu pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Hal ini disebabkan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan harus mengikuti daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Dengan kata Iain, peneliti menghindari kehilangan arah agar jangan sampai terlibat jauh terhadap penjelasan informan yang sama sekali tidak berhubungan dengan pertanyaan penelitian. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 2 November 2010, bertempat diruangan serbaguna SMP Al Falah terhadap beberapa siswa. dipilihnya tempat tersebut karena dianggap cukup kondusif untuk melakukan wawancara. c. Untuk mengetahui hasil penelitian efektifitas pembelajaran berbantuan media audio visual maka dilakukan tes. Tes ialah seperangkat rangsangan (Stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan skor atau angka. Peneliti menggunakan tes objektif adalah suatu tes yang disusun dimana setiap pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih, dengan bentuk tes pilihan ganda (multipel choice items). Tes pilihan ganda diberikan pada kelas yang akan diteliti. Soal dibuat berdasarkan tingkatan kognitif yang disampaikan oleh Bunyamin S. Bloom. Jumlah soal sebanyak 30, terdiri dari 5 soal untuk masing-masing tingkatan kognitif. Dibuatnya soal berdasarkan tingkatan kognitif untuk mengetahui efektifitas pembelajaran audio visual melalui meta kognitif. d. Dokumentasi, merupakan kegiatan penelitian dengan mengamati berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian, teknik ini sering disebut observasi historis. Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumendokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisi (diurai), dibandingkan dan dipadukan, (sintesis) membentuk hasil kajian yang sistematis, terpadu, dan utuh. E. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan dengan cara mencari dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh melalui hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. 51 Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya: 1. Pengumpulan informasi, melalui observasi, wawancara, hasil tes, dan rekaman kegiatan belajar. 2. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak dengan masalah penelitian untuk kemudian dipelajari oleh peneliti. 51 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif…, h. 334. 3. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk deskripsi ataupun tabel. 4. Tahap akhir adalah manarik kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Informan Profil informan dari penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, guru bidang studi Pendidikan Agama islam. dan siswa-siswa kelas VII A dan VII B SMP Al Falah. Informasi mengenai para informan dengan menggunakan nama samaran untuk menjaga kode etik penelitian. Adapun para informannya adalah sebagai berikut: 1. Bapak Hasan Basri, adalah informan yang menjabat sebagai kepala SMP Al Falah. Bapak Hasan Basri berasal dari Pondok gede Bekasi, ia adalah salah seorang putra pemilik yayasan Al Falah yaitu Bapak H. Saiman. Bapak Hasan Basri telah menamatkan pendidikan Sarjana Pendidikan (S.Pd.). la menjadi kepala sekolah SMP Al Falah sejak tahun 2000 sampai sekarang, menggantikan kepala sekolah sebelumnya yakni Drs. Rahmat Efendi. 2. Ibu Nur Laila . Adalah informan yang merupakan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas V11 A dan VII B. Ia berasal dari Pondok Gede Bekasi. Ia telah menamatkan pendidikan Sarjana Pendidikan Islam (S.Ag). ibu Nur Laila menjadi tenaga pengajar sejak tahun 2005 sampai sekarang. 3. Ibu suci lestari ST. Ia adalah informan yang merupakan guru bidang studi B. inggris. Ia berasal dari Pondok Gede Bekasi. Ia telah menamatkan pendidikan Sarjana Teknik (ST) dan telah menjadi tenaga pengajar sejak tahun 2006 sampai sekarang. 4. Muhammad Irfan, adalah informan siswa kelas VII A berasal dari Ujung Aspal Pondok Gede Bekasi. la bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010. la termasuk siswa yang berprestasi di sekolah. Kepribadiannya yang santun serta rajin belajar ia dikenal baik terhadap guru dan teman satu kelasnya. 5. Rahmat hidayat, ia adalah informan siswa kelas VII A berasal dari Pondok Gede Bekasi. Ia bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010. Ia termasuk siswa cukup berprestasi di sekolah, kepribadiannya yang pendiam dan bertanggung jawab, karena ia menjabat sebagai ketua kelas ia sering berkomunikasi dengan para guru terutama wali kelasnya. 6. Dwi Sartika, adalah informan siswi kelas VII B berasal dari kota Tasik Jawabarat, ia tinggal di pesantren yang letaknya tidak jauh dari sekolah. la bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010. Ia termasuk siswi berprestasi di sekolah ia juga memiliki kepribadian yang santun dan disenangi oleh para guru dan teman-temannya. 7. Muhammad Fikri, adalah informan siwa kelas VII B berasal Pondok Gede Bekasi. la bersekolah di la bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010, ia termasuk siswa yang cukup berprestasi di sekolah, sifatnya yang suka membantu tanpa pamrih membuat ia cukup dikenal oleh guru dan siswa disekolah. 8. Saipul anwar, adalah informan siswa kelas VII B. Ia berasal dari Pondok Gede Bekasi. la bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010. Ia termasuk siswa berprestasi di sekolah ia juga memiliki prestasi dalam bidang olahraga membuat ia cukup dikenal oleh para guru dan teman-temannya. 9. Herul, adalah informan siswa kelas VII A, ia berasal dari kota Tasik Jawabarat, ia tinggal di pesantren yang letaknya tidak jauh dari sekolah. la bersekolah di SMP Al Falah angkatan tahun 2010. Ia termasuk siswa berprestasi di sekolah ia juga memiliki kepribadian yang santun dan disenangi oleh para guru dan teman-temannya. 10. Zulfikar, ia adalah informan siswa kelas VII B, yang berasal dari Pondok Gede Bekasi. Siswa tersebut mengalami gangguan penglihatan dan kurang berprestasi. Ia terkenal dengan kepribadiannya yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja baik teman-temannya, para guru maupun peneliti. Berikut ini adalah rangkuman daftar informan pada penelitian Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual Melalui Metakognitif. Tabel 2 Informan Penelitian No Nama Jabatan I Hasan Basri 2 Nur Laila 3 Suci Lestari Kepala sekolah Pendidikan Sarjana Pendidikan(S.Pd) Daerah Asal Pondok gede Sarjana Pendidikan Islam Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) (S.Ag) (S.Pd. I Teknik ) Guru B. inggris Sarjana (ST) Pondok Gede 4 Muhammad irfan Siswa Kelas VII. A Pondok Gede 5 Rahmat hidayat Siswa/ketua kelas Kelas VII. A Pondok Gede 6 Dewi sartika Siswa Kelas VII. B Tasik 7 Muhammad fikri Siswa Kelas VII. B Pondok Gede 8 Saiful anwar Siswa Kelas VII. B Pondok Gede 9 Herul Siswa Kelas VII. A Tasik 10 Zulfikar Siswa Kelas VII. B Pondok Gede Pondok Gede Demikianlah daftar tabel yang menjadi informan penelitian, dalam rangka melengkapi informasi dan data-data dalam penulisan skripsi ini. B. Hubungan Sosial Yang dimaksud hubungan sosial ini adalah interaksi sosial yang terjalin antara guru dan siswa di SMP Al Falah. Hubungan sosial ini dibagi menjadi empat bagian yaitu : hubungan sosial guru dengan sesama guru, hubungan sosial siswa dengan guru, hubungan sosial siswa dengan teman sebaya. Perta ma, hubungan sosial guru dengan guru. Hubungan sosial antara sesama guru terjalin dengan baik, ini ditunjukkan dengan adanya saling tegur sapa dan komunikasi antara sesama guru di sisa-sisa waktu mengajar, para guru juga membesuk bila ada salah seorang guru yang sakit atau melahirkan. Kedua, hubungan sosial siswa dengan guru. Hubungan sosial antara guru dan siswa terlihat cukup baik, ini terlihat dari sikap hormat siswa terhadap guru seperti bersalaman bila bertemu dengan salah seorang guru. Hubungan sosial antara guru dan siswa terbagi menjadi dua bagian yakni hubungan sosial formal yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran didalam kelas dan hubungan sosial nonformal yakni tegursapa yang dilakukan guru terhadap siswa di luar jam pembelajaran. Ketiga, Hubungan sosial siswa dengan teman sebaya. Hubungan sosial terhadap sesame siswa ini terjalin dengan baik, ini ditunjukkan dari adanya tegursapa dan kegembiraan saat bersama dengan teman-temannya. hubungan sosial ini terlihat lebih erat pada waktu kegiatan tour, pramuka, perkemahan olahraga dan perlombaan-perlombaan. C. Kondisi Sarana Dan Prasarana Pendidikan di SMP Al Falah Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Sarana pendidikan ini berfungsi untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas pembelajaran. seperti, bahan bacaan, media pembelajaran, alat tulis dan komputer. Sedangkan prasarana pendidikan adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya proses pembelajaran. Prasarana pembelajaran dapat berupa bangunan sekolah, tempat olahraga, masjid/ mushola, tempat berwudhu, WC guru dan siswa, kantin, jalan dan transportasi yang menghubungkan antara masyarakat dengan sekolah. Penulisan sarana dan prasarana bertujuan untuk mengetahui apakah sarana dan prasarana di SMP Al Falah mendukung dalam proses pembelajaran atau tidak. “…Sarana dan prasaran di SMP Al Falah sudah cukup memadai untuk penggunaan media pembelajaran, ada apa saja, bahan bacaan, media pembelajaran, lab computer, OHP, VCD, peralatan musik, lapangan olahraga, pokoknya lengkap dah ada apa saja, kamu lihat saja sendiri…”52 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap kepala sekolah, sarana dan prasarana di SMP Al Falah adalah sebagai berikut. Ruang kelas tempat siswa belajar berjumlah 6 kelas. Masing-masing ruangan kelas dilengkapi dengan 30 set kursi dan meja, 1 set kursi dan meja guru, 1 set papantulis white board, lampu 40 watt sebanyak 2 buah, 1 buah saklar serta colokan listrik dan masing-masing kelas dilengkapi dengan jendela yang cukup besar disebelah kanan dan kiri kelas untuk pencahayaan dan ventilasi udara. Berdasarkan hasil observasi tentang kelas Di SMP Al Falah sudah cukup memadai untuk pelaksanaan pembelajaran. Untuk keberlangsungan pelayanan akademik dan administrasi, sekolah SMP Al Falah memiliki 3 ruangan dan masing-masing ruangan terpisah. Pertama ruang kantor yang diisi oleh 3 staf yaitu : Tata usaha (TU), kesiswaan dan kurikulum. Adapun pelayanan yang dilakukan adalah oleh stap petugas kantor yakni pelayanan pembayaran SPP, gaji para guru dan petugas sekolah, penjadwalan proses pembelajaran, absensi, surat menyurat, bimbingan konseling dan evaluasi hasil belajar. Fasilitas di ruang kantor terdiri dari 3 set computer, 3 set bangku dan meja, 3 lemari File, 2 set kipas angin, dan 1 dispenser. Kedua ruang kepala sekolah sekaligus merangkap menjadi ruang tamu, fasilitas di ruang kepala sekolah 1 set computer, 5 set bangku dan 2 meja tamu, 3 lemari File, 1 set kipas angin, dan 1 kulkas. ketiga ruangan untuk para guru 10 set bangku dan I meja besar, 10 lemari untuk guru, 1 buah cermin, 1 dispenser dan I televisi. Berdasarkan hasil observasi tentang ruangan para guru dan administrasi di SMP Al Falah sudah cukup memadai untuk pelaksanaan administrasi. 52 Hasil wawancara dengan informan kepala SMP Al Falah pada tanggal 29 Oktober 2010. Prasarana lain yang dimiliki oleh SMP Al Falah adalah ruang serbaguna. Kondisi gedung serbaguna SMP Al Falah mempunyai panjang 15 M dan lebar 9 M, maka luas gedung serbaguna tersebut adalah 135 M2. Keadaan gedung serbaguna terdiri dari 2 pintu keluar masuk, 1 buah kamar kecil, 3 buah ventilasi cahaya dan udara di sebelah kanan dan sebelah kiri, tiga lampu neon 40 watt, Televisi 29 inchi, 1 DVD player, speker aktif, dan 1 set peratan musik. Sekolah juga mempunyai beberapa peralatan media pembelajaran yang disimpan di kantor, di antaranya, peralatan olahraga, alat peraga matematika, patung organ tubuh bagaian dalam manusia, kerangka tengkorak manusia, bola dunia, OHP, dam mikroskop. Kebanyakan dari peralatan media yang ada di SMP Al Falah nampak sangat jarang digunakan oleh para guru dan masih kurang dalam perawatan. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya debu yang menempel pada peralatan media pembelajaran tersebut sehingga menyebabkan para guru enggan untuk menggunakan peralatan media tersebut karena berdebu. Berdasarkan sarana dan prasarana diatas menunjukkan bahwa peralatan untuk pemanfaatan media pembelajaran telah disediakan oleh pihak sekolah, namun sangat disayangkan belum dimanfaat secara maksimal oleh guru Pendidikan Agama Islam dengan alasan tidak tidak adanya biaya untuk membeli dan tidak sempat merancang media. Seperti yang peneliti kutip pada hasil wawancara terhadap guru Pendidikan Agama Islam. “…Ya, selama mengajar PAI saya belum pernah menggunakan media pelajaran, kalau saya harus membeli harus media pakai uang pribadi, gajinya saja sudah habis hanya untuk ongkos, kalau saya harus merancang tidak sempat karena saya perempuan jadi kalau sudah pulang kerumah sibuk dengan urusan rumah tangga… “53 Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana di SMP Al Falah, penulis menggambarkannya pada tabel dibawah ini. Tabel 3 53 Hasil wawancara dengan informan Guru PAI kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 29 Oktober 2010. Sarana Dan Prasarana NO JENIS BARANG A 1 2 3 4 LAHAN Lahan Terbangun Lahan Terbuka Lahan Krg. Praktik Lahan Pengembang B 1 A B C D E F G RUANG RUANG PENDIDIKAN Ruang Teori/Kelas 5 Ruang Lab IPA Ruang Lab Komputer 1 Ruang Olahraga Ruang Perpustakaan 1 Ruang Kesenian 1 Ruang Serbaguna - 2 A B C RUANG ADM Ruang Kep Sek Ruang Guru Ruang TU 3 A B C D E JML WAS (M2)/ KEPEMILIKAN KEADAAN 1.500 M2 1.500 M2 1.500 M2 2.190 m2 Milik Milik Milik Milik Baik Baik Baik Baik 7x9M 14 x 7 M 7x9M 25 x 14 M 4x4M 4x4M 15 X 9 M Milik Milik Milik Baik Rusak Baik Milik Milik Milik Ringan Rusak Baik Baik 1 1 1 3x7M 3x7M 4x4M Milik Milik Milik Baik Baik Baik RUANG PENUNJANG Ruag Ibadah Ruang OSIS Ruang BP/BK WC UKS 1 3 - 14 x 7 M Milik Baik 3x3M 2x2M Milik Milik Baik Baik C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ALAT DAN MEDIA Alat Peraga Olahraga Alat Peraga MTK Alat Peraga KTK DVD Player TV 29 Inch Salon Aktif Alat Peraga Fisika OHP Alat Peraga Biologi 2 1 2 1 1 1 1 1 1 Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik D BUKU 1 1 PEMBAGIAN 1 2 3 Buku Pelajaran Pelajaran Pelengkap Buku Bacaan 16 130 Semua Milik Milik Rusak baik Secara umum saran dan prasarana di SMP Al Falah dapat dikatakan telah cukup memadai, karena telah didukung dengan peralatan yang cukup modern. D. Pelaksanaan Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Dalam pelaksanaan pembelajaran berbantuan media audio visual. penulis membagainya menjadi dua bagian yakni persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Pertama Persiapan, penulis melakukan persiapan sebelum pembelajaran berbantuan media audio visual dilaksanakan. Persiapan ini dilakukan oleh penulis agar pelakanaan pembelajaran berbantuan media audio visual berjalan dengan efektif, inovativ menyenangkan, dan tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun persiapan yang dilakukan seperti melakukan observasi terhadap vidio Kisah Nabi Yusuf AS. Adapun hasil observasi terhadap vidio Kisah Nabi Yusuf AS adalah sebagai berikut : Durasi vidio ini selama 35 menit, vidio ini menceritakan bagaimana kisah kehidupan Nabi Yusuf AS, sejak masa kecil hingga dewasa. Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini, karena sejak ia masih kanak-kanak sampai dewasa banyak mengalami cobaan yang sangat berat namun dengan kesabarannya dan keyakinannya kepada Allah Nabi Yusuf AS berhasil melewati ujian tersebut dan pada akhirnya karena kesabarannya tersebut beliau akhirnya meraih kedudukan yang mulia di sisi Allah dan manusia. Secara garis besar cerita ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Masa kecil nabi yusuf AS (12 menit ) Pa da massa kecilnya ini mengisahkan tentang mimpi Nabi Yusuf AS, bagaimana sikap ayahnya terhadapnya, dan rasa dengki saudara-saudaranya terhadapnya sehingga karena rasa kedengkiannya tersebut nabi yusuf dibuang kesumur dan dipisahkan dari keluarganya sampai akhirnya ia dijadikan budak dan dibeli oleh seorang raja mesir. 2. Masa Remaja Nabi Yusuf AS (12 menit ) Ke tika nabi yusuf beranjak dewasa ia tumbuh semakin tampan sehingga banyak menarik perhatian para wanita, terutama istri raja yang bernama dzulaikha, sehingga pada akhirnya dzulaikha tidak mampu lagi menahan nafsunya dan ia mengajak yusuf untuk berbuat selingkuh, namun karena keimanannya kepada Allah yusuf menolak ajakan tersebut. Karena penolakannya tersebut yusuf dipenjara atas tuduhan telah mengajak istri raja untuk berbuat selingkuh. Namun didalarn penjara yusuf justru tumbuh semakin dewasa dan mempunyai keimanan yang semakin baik. Didalam penjara juga Nabi Yusuf AS mampu menafsirkan mimpi dari salah seorang penghuni penjara dengan keakuratan mimpi 100%. 3. Masa Dewasa (15 menit ) Se telah melewati banyak cobaan akhirnya sampailah nabi yusuf pada masamasa kebahagiaan, hal ini dimulai sejak raja bermimpi dan tidak ada seorangpun yang mampu menafsirkan mimpi raja tersebut kecuali Nabi Yusuf AS, tidak hanya itu nabi yusuf juga mampu memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi Negara mesir tersebut. Karena kecerdasannya itulah beliau diangkat menjadi seorang mentri dan mengemban amanat untuk mengatasi kelaparan yang dihadapi rakyat mesir, kelaparan tersebut juga mengenai keluarganya yang berada jauh dari negeri mesir yang Kemudian membeli makanan kepada Nabi Yusuf AS. sehingga pada akhirnya nabi yusuf dapat berkumpul lagi dengan keluarganya. Dari hasil observasi video Nabi Yusuf AS ini penulis menyimpulkan. Nabi Yusuf AS merupakan seorang nabi yang sangat penyabar, cerdas dan pemaaf. Walaupun ia mengalami ujian yang berat mulai dari dibuang kesumur oleh saudara-saudaranya, diajak berjina, difitnah dan dipenjara namun ia menerimanya dengan sabar dan terus berdoa memohon pertolongan kepada Allah, ia yakin bahwa pada setiap pristiwa pasti ada hikmahnya. Karena kesabarannya itu beliau akhirnya meraih kemuliaan disisi manusia dan Allah. Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah nabi yusuf AS ini adalah : a. Kita tidak boleh berbuat dengki karena perbuatan dengki bukan hanya merusak diri orang yang mendengkiki tapi juga membahayakan bagi orang yang didengkikan dan perbuatan dengki itu adalah perbuatan syaitan, dan syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. b. Tidak boleh berbohong, karena sebaik-baiknya menutupi kebohongan pasti akan ketahuan, dan ingatlah Allah itu maha mengetahui. c. Hendaklah kita bersabar dan berdoa' ketika menghadapi cobaan/ kesulitan, jangan berputus asa karena setelah menghadapi kesulitan kita akan menemui kemudahan. d. Hendaklah kita memiliki sifat pemaaf dan jangan memiliki sifat pendendam, seperti yusuf yang telah memaafkan perbuatan saudara-saudaranya. Kemudian penulis membuat Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) merupakan acuan guru sebelum proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Dalam penelitian ini penulis membuat RPP yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Adapun isi RPP tersebut terdiri dari : alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, materi pelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Setelah penulis melakukan observasi terhadap video dan membuat RPP, penulis melakukan penulis perkenalan diri kepada siswa agar terjalin hubungan emosi yang positif antara peneliti dan siswa. Dalam perkenalan ini juga peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari diadakannya penelitian ini. Selain itu penulis juga menyempatkan diri untuk melakukan pengecekan terhadap fasilitas pendukung untuk pelaksanaan pembelajaran berbantuan media audio visual, seperti DVD Player, televisi dan kondisi ruangan. Ini bertujuan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dinginkan agar tidak ada halangan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berbantuan media audio visual. Kedua pelaksanaan. Pada tanggal 14 November kegiatan pembelajaran berbantuan media audio visual dilaksanakan. Dari awal sampai akhir pembelajaran direkam oleh teman penulis yang bernama Muhammad Arbi dengan menggunakan handycam agar dapat sumber data dokumentasi serta memudahkan penulis dalam mengikuti pembelajaran. mengamati semua tingkah laku siswa selama Waktu pelaksanaan pembelajaran berbantuan media audio visual pada pagi hari pukul 08 : 00 Wib S/d pukul 09 : 30 Wib. Bertempat di gedung serbaguna SMP Al Falah, keadaan gedung serbaguna seperti yang telah dijelaskan pada bagian sarana dan prasarana. Sebelum pelaksanaan pembelajaran berbantuan media audio visual dilaksanakan, Siswa kelas VII A yang berjumlah 25 siswa dan VII B yang berjumlah 25 siswa digabungkan menjadi 50 siswa. Memang ini bukan kondisi ideal dalam memanfaatkan media pembelajaran hal ini dilakukan karena untuk mengefisienkan waktu dan tenaga serta waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran berbantuan media audio visual tercukupi. Kedua pelaksanaan. Setelah siswa berkumpul, penulis melakukan strategi pembelajaran yang telah terkonsep dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) seperti memberikan salam, melakukan absensi, menjelaskan indikator pembelajaran yang akan dicapai, memberikan pretest untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang kisah Nabi Yusuf AS, menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa seperti melihat video dan berdiskusi. Setelah siswa mengerti tentang langkahlangkah pembelajaran dan indikator yang akan dicapai, baru kemudian pembelajaran berbantuan media audio visual pada pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang kisah Nabi Yusuf AS disampaikan. Pada saat pelaksanaan penayangan video tentang kisah Nabi Yusuf AS, para siswa menunjukkan beberapa kegiatan diantaranya melihat vidio tentang kisah Nabi Yusuf AS, berdiskusi, dan mengerjakan soal. Selama proses pembelajaran siswa nampak sangat termotivasi dan merespon dengan baik terhadap tayangan video tersebut. Hal ini dikarenakan dengan menayangkan video kisah Nabi Yusuf AS merupakan hal yang baru bagi siswa. “…Saya senang melihat video ini, ini baru pertama kali saya belajar seperti ini, biasanya kisah Nabi yusuf itu hanya diceritakan saja…”54 “…Saya senang belajar dengan menggunakan media audio visual, lebih jelas, kalau ceramah kurang jelas dan tidak enak…”.55 54 2010. Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 14 Oktober Ternyata selama ini guru PAI dalam menagajarkan kisah para nabi hanya dengan menceritakannya saja tanpa menggunakan media pembelajaran sehingga tingkat pemahaman siswa masih rendah, motivasi belajar siswa menjadi berkurang, dan cenderung terjadi verbalisme. “ …Selama mengajar saya belum pernah menggunakan media pembelajaran, kalau saya harus membeli harus pakai uang pribadi, gajinya saja sudah habis hanya untuk ongkos, kalau saya harus merancang tidak sempat karena saya perempuan jadi kalau sudah pulang kerumah sibuk dengan urusan rumah tangga. Untuk pelajaran yang memerlukan paraktek ya.. saya peraktekkan saja, sedangkan untuk yang cerita ya.. saya ceritakan saja apa yang ada dibuku…”.56 Pada pertengahan waktu penayangan video penulis menghentikan tayangan video tersebut, lalu memberikan pertanyaan kepada siswa tentang apa mimpi dari Nabi Yusuf dan apa arti mimpinya tersebut ?... Kemudian salah seorang siswa menjawab. “ Nabi yusuf bermimpi sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepadanya artinya sebelas bintang itu adalah saudaranya sedangkan bulan dan matahari adalah ayah dan ibunya mereka semuanya bersujud kepada nabi yusuf. Ini merupakan isyarat bahwa ia akan menjadi seorang nabi ”.57 Dari jawaban siswa menunjukkan mereka mampu menjawab dan mengingat tayangan vidio kisah Nabi Yusuf AS dengan baik. Setelah itu pemutaran video dilanjutkan kembali. Setelah penayangan video kisah Nabi Yusuf AS selesai, siswa dibagi menjadi enam kelompok. Dalam pembentukan kelompok penulis mengkoordinasi kesulitan dalam melakukan koordinasi, karena siswa belum terbiasa dalam berdiskusi. Ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan oleh para guru masih kurang bervariatif. Dalam berdiskusi setiap kelompok memberikan satu pertanyaan. Setiap pertanyaan dibacakan dan dipersilakan kepada setiap kelompok untuk 55 Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 14 Oktober 2010. 56 Hasil wawancara dengan informan Guru PAI kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 29 Oktober 2010. 57 Salah satu jawaban yang disampaikan oleh informan pada waktu peneliti bertanya tentang mimpi dan tafsir mimpi Nabi Yusuf AS. memberikan menjawabnya. Yang berhak menjawab pertanyaan hanyalah ketua kelompok atau perwakilannya, sementara anggota kelompok hanyalah memberikan ide tentang pertanyaan atau jawaban yang akan disampaikan oleh ketua kelompok. Setelah semua pertanyaan terjawab, masing-masing ketua kelompok menyimpulkan hasil diskusi, diantara kesimpulan yang disampaikan oleh anggota diskusi adalah : “… Nabi yusuf adalah seorang nabi yang tampan, penyabar dan tidak pendendam walaupun ia di ceburkan kesumur oleh saudara-saudaranya dan difitnah oleh siti dzulaikha… “.58 “…Nabi Yusuf seorang nabi yang pemaaf, penyabar dan memiliki keimanan yang teguh walaupun ia diajak berselingkuh dengan istri pejabat yang cantik ia mampu menolaknya…”59 “…Nabi Yusuf itu orang yang berakhlak mulia, pemaaf, penyabar dan tidak pendendam terhadap perbautan buruk yang telah dilakukan saudaranya…”60 “…nabi yusuf seorang nabi yang sangat tampan ian mengalami banyak ujian yang berat dalam hidupnya, mulai dari dibuang oleh saudara-saudaranya, menolak berjina, difitnah dan dipenjara namun ia menerimanya dengan sabar…”61 Berdasarkan pada deskripsi tentang kegiatan pembelajaran berbantuan media audio visual, menunjukkan bahwa telah terdapat keefektifan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual. E. Hasil Uji efektifitas pembelajaran Setelah siswa selesai berdiskusi, kemudian penulis melakukan uji efektifitas ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas hasil pembelajaran melalui 58 Salah satu kesimpulan hasil diskusi yang disampaikan oleh informan pada waktu berdiskusi yang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2010. 59 Salah satu kesimpulan hasil diskusi yang disampaikan oleh informan pada waktu berdiskusi yang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2010 60 Salah satu kesimpulan hasil diskusi yang disampaikan oleh informan pada waktu berdiskusi yang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober . 61 Salah satu kesimpulan hasil diskusi yang disampaikan oleh informan pada waktu berdiskusi yang dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober media audio visual. Uji efektifitas tersebut dilakukan dalam bentuk tes tertulis, soal tersebut berjumlah 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Soal ini diberikan setelah siswa melihat video dan berdiskusi. Selama mengerjakan soal siswa tampak tenang, dan tidak ada yang mencontek ini dapat dibuktikan melalui hasil rekaman handycam, setelah kurang lebih 25 menit siswa telah selesai mengerjakan soal yang penulis berikan, kemudian jawaban siswa di input kekomputer untuk di analisis atau dikoreksi. koreksian soal pilihan ganda menggunakan program yang di buat oleh Bapak Sudibyo yaitu Pengawas Pendidikan Kota Bekasi untuk SMP. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4 Efektifitas Hasil Belajar Siswa No. Urut NAMA/KODE PESERTA 1 Abdurahman Haris 2 3 L/P JAWABAN SISWA DAN HASIL PEMERIKSAAN SKOR PG NILAI CATATAN L CB-BC-A-ACA-CCADAD-CBAC--AAAAA 23 77 Tuntas Adilla Nur Faizah p BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 30 100 Tuntas Agus Tri Hendratno L CBCB-BABACAB--ADA--CBACACAAAAA 25 83 Tuntas 4 Ahmad Mushowwir L CBCBCBA-ACABCC-DADBCBACA-AAAA- 26 87 Tuntas 5 Ahmad Sofyan L CBCBCBABACAB-CADADBCBAC-CAAAAA 28 93 Tuntas 6 Ajeng Restu L CBCBCBABACABC-A-ADBCBACA-AAA-- 25 83 Tuntas 7 Aldi Risaldin L CBCBCBA-ACABCC-DADBCBACACAAAAA 28 93 Tuntas 8 Andi A L CBCBCBABACAB-CADAD-CBACACAAAAA 28 93 Tuntas 9 Arif febrian L CBCBC--BAC---CADAD-CBACA--AA-- 20 67 Tidak tuntas 10 As'ab taki L CBC--B-BA--B-CADAD-CBACA-A-A-- 19 63 Tidak tuntas 11 Asep s L CBCBCBA-ACABCCA-AD-CBACA-AA-AA 25 83 Tuntas 12 Ayu kartika sari P CBCB-BA-ACAB--A-AD-CBACA-AAAA- 22 73 Tuntas 13 Deni P CBCB-BA-ACABCCADAD-CBACA-AAAAA 26 87 Tuntas 14 Dea avanda putri L CBCB-BA-A-----AD--B--ACA-AAA-- 16 53 Tidak tuntas 15 Diah d. L P CBCBCBA-ACAB-CAD-D-C-ACACAA-AA 24 80 Tuntas 16 Dinda Zulfa W P CBCBCBABACAB--ADADBCB-CACAAAAA 27 90 Tuntas 17 Dwi Ayu Rosmalasari P CBCBCBABACAB--ADAD-CBACACAAAAA 27 90 Tuntas 18 Eka Yulianah P CBCB-BA-ACABCCA--D-CBACACAAAAA 25 83 Tuntas 19 Fadli Salam L CBC--B-BA--B-CADAD-CBACA-A-A-- 19 63 Tidak tuntas 20 Hadi Muhamad L CBCBCBABACAB--ADADBCBA-A-A-AAA 25 83 Tuntas 21 Hamidah P CBCBCBAB-CABCCADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas 22 Hilman Kadarusman L CBCBCBABACAB-CADAD--BACACAA-AA 26 87 Tuntas 23 Hilda Syarifah P CBCBCBABACAB-C-DADBC-A-ACA---A 23 77 Tuntas 24 Husain Mubarok L CBCBCBA-ACABCCADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas REKAPITULASI REKAP.DLM (%) 25 Indriyani P CBCBCBA-ACABCCADADBCBA-ACAAAAA 28 93 Tuntas 26 Maryani P CBCBCBA-ACA--CADADBCBACACAAA-- 27 Maulida Fitria P BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 25 83 Tuntas 30 100 Tuntas 28 Medi Sulastika P 29 Mitha Y.A P CB-BCBA-ACABC-A-ADBCBACACAAAAA 26 87 Tuntas CBCB--ABACAB--ADADBCBACACAAAAA 26 87 Tuntas 30 Muhamad Bustomi 31 Muhamad Irpan L CBCBCBABACAB-CADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas L CBCBCBABACABC-A-ADBCBACA-AAA-- 25 83 Tuntas 32 33 Muhamad Mukhlis L CBCBC-A-ACABCCA-AD-CBA----AAA- 21 70 Tuntas Muhamad Ridwan L CBCBCBABACAB--ADADB-BACACA-A-A 25 83 Tuntas 34 Mulyana L CBCBCBABACABCCADADBCBACA-AAAAA 29 97 Tuntas 35 Neni P CBCBCBABA-AB-CAD--BCBACACAAAAA 26 87 Tuntas 36 Priyanti P CBCBCBA-ACABCCADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas 37 Putri Ayu M P CB-BC-A-ACA-CCADAD-CBAC--AAAAA 23 77 Tuntas 38 Reza M L CBCBCBABACAB-CADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas 39 Rizki Ardianti P CBCBCBA-ACABC-ADADBCBACACAAA-A 27 90 Tuntas 40 Rudayah L BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 30 100 Tuntas 41 Selvi Antika Sari P CBCB-BA-ACABCCA-AD-CBA-A-AAA-- 22 73 Tuntas 42 Shella Irawan P CBCBCBABACAB-CADAD-CBACACAAAAA 28 93 Tuntas 43 Syifa Fauzia P CBCBCBABACAB-CADADBCBACACAAAAA 29 97 Tuntas 44 Tessa Mustikawati P CBCBCBABACAB-CADAD-CBACA-AA-AA 26 87 Tuntas 45 Tia Septiani P CBCBCBABACAB-CADAD-CBACACAAAAA 28 93.33 Tuntas 46 Tiara Eka Hasanah P BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 30 100 Tuntas 47 Valeria Alina P CBCB-BABACAB-CADAD-CBACACAAAAA 27 90 Tuntas 48 Vina Siti R.A P BCBCBABACABCCADADBCBACACAAAAA 30 100 Tuntas 49 Yolanda Septiani P P CBCB-BA-ACAB--ADAD-CB-CA-AAAAA 23 76.67 Tuntas 50 Zulfikar L C--B-BA-A----------C--CA-----A 9 30 Tidak tuntas - Jumlah peserta ikut tes : 50 siswa JML.TOT.NIL.: 0 4250 - Jumlah yang tuntas : 45 siswa NIL.T.KECIL : 0.00 30.00 - Jumlah tidak tuntas : 5 siswa NIL.T.BESAR : 0.00 100.00 - Jumlah di atas rata : 29 siswa RATA-RATA #DIV/0! 85.000 - Jumlah dibawah rata – rata : 21 siswa SIMPNG. BAKU : #DIV/0! 13.355 - Jumlah peserta ikut tes : 100 % Jml.Tot. Siswa Kls.Ybs.: 50 siswa - Jumlah yang tuntas : 90% - Jumlah yang tidaktuntas : 10% - Jumlah yang di atas rata : 58% - Jumlah yang dibawah rata : 42% : Remidial Tugas Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 90 % siswa yang tuntas belajar dengan menggunakan media audio visual dan 10 % siswa yang tidak tuntas. Ini menunjukkan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Bagi siswa yang tidak tuntas peneliti mencari tahu apa penyebab dari ketidak tuntasan siswa tersebut melalui pengamatan terhadap rekaman Handycam kegiatan belajar dan wawancara terhadap Informan. Adapun hasil pengamatan melalui handycam menunjukkan ada beberapa siswa yang terlihat mengalami kesulitan dalam membaca, mendengar, dan tidak dapat duduk dengan tenang, dan hasil wawancara terhadap informan adalah sebagai berikut: “…Siswa yang bernama zulfikar mengalami gangguan penglihatan sehingga ia tidak dapat melihat dari jarak jauh, lihat saja dari kacamatanya yang tebal itu. Siswa yang bernama Dea mengalami gangguan pendengaran ia tidak mampu mendengar dengan baik. Fadli salam, siswa tersebut mempunyai IQ yang rendah( debil ), siswa pernah mengalami tidak naik kelas sebanyak dua kali dan merasa kesulitan untuk memahami pelajaran. Arif pebrian siswa tersebut mengidap penyakit autis, siswa suka berbuat sekehendak hatinya dan sulit diatur, bila diatur dia akan mengamuk dan mengacaukan kegiatan belajar. Pihak orang tuanya sudah diberi tahu bahwa anak ini mengalami autis dan harus disekolahkan di Sekolah Luar Biasa, namun orang tuanya bilang “ tidak apa-apa sekolah disini saja….”62 Kemudian penulis juga melakukan wawancara terhadap guru yang lain yaitu guru B. inggris demi keakuratan informasi. “…Zulfikar memang mengalami gangguan penglihatan sehingga ia kurang mampu membaca apa lagi B. inggris,kalau saya suruh membaca ia terlihat sangat kesulitan dan membacanya ditempo. Dea mengalami gangguan pendengaran mungkin pendengarannya sudah rusak. Fadli salam, memang anaknya kurang pandai, ia pernah tidak naik kelas, nilai ulangannya juga tidak bagus. Arif pebrian sepertinya siswa tersebut gangguan emosi, suka mengamuk pak didalam kelas kalau dia lagi kesel…”.63 Penulis juga melakukan wawancara terhadap zulfikar, salah seorang siswa yang diduga mengalami rabun jarak jauh. 62 Hasil wawancara dengan informan Guru PAI kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 29 Oktober 2010. 63 Hasil wawancara dengan informan Guru B. Inggris kelas VII SMP Al Falah pada tanggal 5 november 2010. “…Saya memang mengalami rabun jauh pak, bila melihat dari jarak jauh tulisan atau gambarnya menjadi pudar…”64 Berdasarkan hasil pengamatan melalui rekaman handycam dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan menunjukkan bahwa penyebab siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran itu karena adanya beberapa faktor penghambat yang bersumber dari internal siswa sendiri seperti : 1. Gangguan penglihatan seperti rabun jarak jauh sehingga siswa tidak dapat melihat dengan jelas. 2. Tingkat IQ yang rendah( debil ), siswa pernah mengalami tidak naik kelas sebanyak dua kali dan merasa kesulitan untuk memahami pelajaran. 3. Autis, siswa suka berbuat sekehendak hatinya dan sulit diatur, bila diatur dia akan mengamuk dan mengacaukan kegiatan belajar . 4. Gangguan pendengaran, siswa tidak dapat mendengar dengan jelas dan baik. Dari keterangan diatas tentang penyebab ketidak tuntasan siswa dalam belajar menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran melalui media audio visual dipengaruhi pula oleh faktor internal siswa. F. Pencapaian Tingkat Kognitif Siswa Pencapaian tingkat kognitif siswa yang dimaksud adalah pencapaian kognitif siswa dalam memahami pelajaran. Tingkatan kognitif ini berdasarkan pada teori belajar kognitif yang disampaikan Benyamin S. Bloom. Untuk mengetahui pencapaian tingkat kognitif ini siswa diberikan tes tertulis. Soal tersebut berjumlah 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Soal tersebut masing-masing terdiri dari 5 soal C1 ( ingatan ), 5 soal C2 ( pemahaman ) , 5 soal C3 ( Penerapan ), 5 soal C4 ( Analisis ), 5 soal C5 ( Sintesis ), dan 5 soal C6 ( Analisis ). Bobot nilai per butir soal adalah 1, sehingga total nilai setiap tingkat kognitif adalah 5 (lima). Hasil uji kognitif dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 64 Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII A SMP Al Falah pada tanggal 5 november 2010. Tabel 5 Pencapaian Tingkat Kognitif Siswa NO NAMA SISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Abdurahman Haris Adilla Nur Faizah Agus Tri Hendratno ahmad mushowwir Ahmad Sofyan Ajeng Restu Aldi Risaldin Andi a Arif Febrian As'ab Taki Asep S Ayu Kartika Sari Dea Avanda Putri Deni Diah d. l Dinda Zulfa w Dwi Ayu Rosmalasari Eka Yulianah Fadli Salam Hadi Muhamad Hamidah Hilman Darusman Hilda Syarifah Husain Mubarok Indriyani Maryani Maulida Fitria Medi Sulastika Mitha Yanti Muhamad Bustomi Muhamad Irpan Muhamad Mukhlis Muhamad Ridwan Mulyana C1 4 5 4 4 5 5 5 5 4 3 5 5 5 3 5 5 5 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 TINGKAT KOGNITIF C2 C3 C4 C5 4 4 3 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 3 3 3 4 4 3 3 3 4 5 3 4 3 4 3 3 5 3 4 4 2 3 3 2 3 5 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 2 5 3 4 3 4 5 3 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 3 4 3 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 3 5 5 5 5 3 4 5 4 4 3 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 3 4 3 3 4 4 5 4 5 4 5 5 C6 4 5 4 4 4 3 4 5 3 3 4 4 5 3 4 4 5 4 3 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 5 JUMLAHRATA-RATA 23 30 25 26 28 25 28 28 20 19 25 22 26 16 24 27 27 25 19 25 29 26 23 29 28 26 30 26 26 29 26 21 25 29 3.83 5.00 4.17 4.33 4.67 4.17 4.67 4.67 3.33 3.17 4.17 3.67 4.33 2.67 4.00 4.50 4.50 4.17 3.17 4.17 4.83 4.33 3.83 4.83 4.67 4.33 5.00 4.33 4.33 4.83 4.33 3.50 4.17 4.83 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Neni Priyanti Putri ayu m Reza M Rizki Ardianti Rudayah Selvi Antika Sari Shella Irawan Syifa Fauzia Tessa Mustikawati Tia Septiani Tiara Eka Hasanah Valeria Alina Vina Siti Royani Yolanda Septiani p Zulfikar JUMLAH RATA-RATA 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 3 3 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 2 3 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 2 2 0 2 2 1 233 213 204 206 213 208 4.66 4.26 4.08 4.12 4.26 4.16 26 29 23 29 27 30 22 28 29 26 28 30 27 30 23 9 1277 25.54 4.33 4.83 3.83 4.83 4.50 5.00 3.67 4.67 4.83 4.33 4.67 5.00 4.50 5.00 3.83 1.50 212.83 4.26 Skor nilai tertinggi untuk soal C1, C2, C3, C4, dan C5 adalah 5,00. Berdasarkan tabel diatas nilai rata-rata untuk soal tingkatan kognitif CI sebesar 4, 66, C2 sebesar 4, 26, C3 sebesar 4, 08, C4 sebesar 4,12, C5 sebesar 4, 26, dan C6 sebesar 4, 16. Nilai rata-rata keseluruhan adalah 4, 26. Berdasarkan rata-rata pencapaian kognitif siswa dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan bantuan media audio visual membuat pencapaian tingkat kognitif siswa sangat baik. G. Pengamatan Metakognitif Siswa Melalui Rekaman Handycam Dalam melakukan pengamatan penulis menggunakan form observasi, penulis mengamati tingkahlaku belajar siswa yang direkam malalui handycam, kemudian penulis membaginya menjadi empat tahapan yakni Fase motivasi, konsentrasi, pengolahan informasi, dan umpan balik. adapun deskripsi hasil pengamatannya adalah sebagai berikut : Pertama fase motivasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap rekaman hanydcam menunjukkan bahwa siswa tampak termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya rasa antusias, rasa ingin tahu, dan ketertarikan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. “…Saya termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan video, karena baru pertamakali belajar seperti ini…”65 Kedua fase konsentrasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap rekaman hanydcam menunjukkan bahwa siswa tampak berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini ditunjukkan melalui tingkahlaku siswa dalam memfokuskan penglihatannya pada tayangan video, tidak memperdulikan lingkungan sekitar, tidak mengalihkan penglihatannya kepada yang lain, mengamati, tidak melakukan kegiatan yang lain selain proses pembelajaran, dan banyak siswa yang mencatat hal-hal yang dianggap penting. “ … Saya memperhatikan, mendengarkan dan mencatat yang saya anggap penting agar tidak lupa…”66 Ketiga Fase Pengolahan informasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap rekaman hanydcam menunjukkan bahwa siswa tampak melakukan pengolahan informasi. Hal ini ditunjukkan oleh tingkahlaku siswa yang memperhatikan penayangan vidio, terdiam sejenak kemudian mencatat, mengerut dahi, berfikir keras sebelum menjawab pertanyaan, dan kemampuan siswa dalam menyimpukan hasil diskusi. “…Belajar melalui media audio visual memudahkan saya dalam mengingat karena ada gambar dan suaranya jadi mudah untuk dingat…” Keempat Fase Umpan balik, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap rekaman hanydcam menunjukkan bahwa siswa mampu memberikan umpan balik. Hal ini ditunjukkan ketenangan siswa saat mengerjakan soal yang diberikan, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan diwaktu berdiskusi, dan kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan saat wawancara. 65 Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII A SMP Al Falah pada tanggal 5 november 2010. 66 Hasil wawancara dengan informan siswa kelas VII A SMP Al Falah pada tanggal 5 november 2010 Berikut ini adalah tabel daftar hasil pengamatan metakognitif siswa yang direkam melalui handycam. Tabel 5 Form Pengamatan Metakognitif No. Sasaran Yang Di Amati Ya Tidak Keterangan 1 Fase Motivasi a. Siswa antusias untuk melihat vidio 2 3 √ Siswa ingin segera melihat vidio b. Siswa tertarik mengikuti kegiatan belajar √ Siswa sungguh-sungguh ketika melihat video dan berdiskusi c. Siswa ingin tahu tentang isi cerita dalam vidio √ Banyak siswa yang bertanya ketika berdiskusi Fase Konsentrasi Siswa memfokuskan penglihatannya pada tayangan vidio Siswa tidak mengalihkan penglihatannya pada yang lain a. Siswa mengamati pemutaran vidio √ b. Siswa memusatkan penglihatannya √ c. Siswa fokus pada kegiatan pembelajaran √ Tidak melakukan kegiatan yang lain d. Siswa mencatat point yang penting √ Banyak siswa yang mencatat hal-hal yang dianggap penting e. Siswa fokuskan pendengarannya √ Tidak memperdulikan pada suara yang lain a. Siswa menyimpan informasi √ Memperhatikan, terdiam sejenak dan mencatat b. Siswa mengingat informasi √ Berfikir keras sebelum menjawab pertanyaan Fase Pengolahan d. Siswa menggali kembali informasi yang telah di ingatnya 4 √ Siswa mampu menyimpukan a. Siswa mampu menyampaikan pertanyaan √ Banyak siswa yang bertanya saat berdiskusi b. Siswa mampu menjawab pertanyaan √ Siswa mampu mejawab pertanyaan saat berdiskusi dan saat wawancara c. Siswa mampu mengatasi masalah √ Siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan d. Siswa mampu menjawab wawancara √ Siswa menjawab dengan lancar Fase Umpan Balik Berdasarkan tabel metakognitif diatas menunjukkan siswa telah melakukan proses metakognitif dengan baik. Ini ditunjukkan dari tingkahlaku belajar siswa seperti termotivasi, konsentrsi, mengingat dan memberikan umpanbalik. H. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual Keefektifan media audio visual dalam pembelajaran berhubungan dengan banyak faktor diantaranya : 1. Metode, bila media pembelajaran sudah dianalisis dan dinyatakan baik oleh para praktisi pendidikan namun dalam pemanfaatannya tidak didukung oleh metode pembelajaran yang tepat, maka media tersebut tidak akan banyak memberikan manfaat bahkan hanya akan menjadi tontonan belaka. Media pembelajaran biasanya dapat dijadikan sebuah bahan pembelajaran sebelum siswa melaksanakan diskusi atau praktek. 2. Kondisi siswa, kondisi siswa yang sehat tentu berbeda dengan siswa yang tidak sehat, contoh siswa yang mengalami gangguan penglihatan akan berberda hasil belajarnya dengan siswa yang tidak mengalami gangguan penglihatan. 3. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah berbagai alat yang dapat mendukung dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Sarana dan prasarana di SMP Al Falah sudah dapat dikatakan cukup memadai karena kualitas televisi, DVD player, pengeras suara, tempat duduk, luas ruangan, pencahayaan dan suhu udara sudah sangat baik dan mendukung untuk pemanfaatan media pembelajaran. Contoh yang menunjukkan bahwa media berhubungan dengan sarana dan prasarana adalah apabila guru telah merancang atau membeli media pembelajaran dan hendak menggunakannya dalam pelaksanaan pembelajaran tetapi disekolah tidak tersedia peralatan yang mendukung untuk pemanfaatan media pembelajaran tersebut maka media tersebut tidak akan dapat digunakan. Terlebih lagi pemanfaatan media audio visual yang membutuhkan peralatan elektronik. 4. Waktu Waktu penayangan media audio visual juga harus diperhatikan, waktu yang yang terlalu lama, atau terlalu sebentar tentu akan mempengaruhi terhadap hasil pemanfaatan media pembelajaran. Contoh waktu penayangan yang terlalu lama akan menghabiskan banyak waktu pembelajaran sehingga waktu pembelajaran sudah habis hanya untuk melihat video, selain itu penayangan vidio yang terlalu lama juga akan mempengaruhi terhadap motivasi dan konsentrasi belajar siswa. 5. Tipe mengajar guru Gaya mengajar guru, gaya mengajar guru juga mempengaruhi dalam keberhasilan media pembelajaran, seperti guru yang otoriter, demokkratis, apatis. Bila gaya mengajar guru yang otoriter komunikasi hanya akan terjadi pada satu arah yaitu hanya dari guru saja. Bila gaya mengajar guru yang demokrasi maka komunikasi akan menjadi dua arah, baik siswa ataupun guru sama-sama dapat menyampaikan pendapatnya sehingga suasana belajar menjadi lebih menarik. Sedangkan gaya apatis akan menyebabkan siswa menjadi tidak terkontrol. Untuk pemanfaatan media audio visual akan sengat efektif bila menggunakan metode diskusi, karena siswa akan menjadi lebih aktif dan dapat menyampaikan komentar atau pendapatnya. C. Upaya SMP Al Falah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu pengetahuan, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan fungsi pendidikan nasional tersebut diharapkan semua sekolah dapat mengembangkan potensi yang dimilki oleh siswa dengan cara meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan. Upaya yang dilakukan oleh SMP Al Falah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada disekolah dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan dan fasilitas dari tahun ke tahun demi kemajuan sekolah tersebut. Hal ini dapat terlihat dari segi peningkatan pembangunan sarana dan prasarana sekolah seperti Lab komputer, peralatan media pembelajaran, pembangunan gedung serbaguna dan kelas. Dari segi kualitas guru SMP Al Falah, hampir semua guru memiliki jenjang pendidikan Starta (SI). Dalam upaya meningkatkan pengetahuan para guru, sekolah sering, mengikutsertakan para guru pada seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan dengan diikut sertanya guru pada seminar dan pelatihan diharapkan guru dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan pengetahuan siswa. Untuk mengisi waktu luang siswa. sekolah mengadakan kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan bakat yang dimiliki siswa. Kegiatan ekstrakulikuler yang dimiliki sekolah antara lain paskibra, pramuka, drum band, qiroat, marawis, futsal, dan tekondo. Kegiatan ekastrakulikuler ini membuktikan sekolah memenuhi semua kebutuhan siswa dan menyalurkan kemampuan yang dimiliki siswa. Selain upaya diatas pihak sekolah juga menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar dan para walimurid dalam rangka menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan tindakan prefentif untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dinginkan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah di jelaskan pada bab IV dapat di paparkan beberapa kesimpulan diantaranya yaitu : 1. Pembelajaran dengan bantuan media audio visual sangat efektif, ini ditunjukkan dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah penulis tetapkan dalam rencana program pengajaran dan mencukupinya waktu yang disediakan untuk proses pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui hasil uji kognitif dan wawancara terhadap siswa tersebut. 2. Proses metakognitif siswa yang belajar melalui media audio visual dilakukan dengan cara memotivasi diri sendiri, konsentrasi /memfokuskan perhatian, mengolah informasi, mengingat dan memberikan umpan balik, dengan melakukan tahapan-tahapan tersebut maka pengetahuan akan diperoleh oleh siswa yang sedang belajar. 3. Siswa yang Siswa yang memiliki kemampuan metakognitif akan lebih mandiri dalam belajar , kreatif, dan mampu mengeksplorasi pengetahuan tanpa batas. 4. Belajar bukan hanya terjadi karena hubungan stimulus dan respon saja, tetapi belajar juga melibatkan proses metakognitif yang terjadi dalam diri individu yang sedang belajar. B. Saran-saran untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pemanfaatan media pembelajaran disekolah, penulis juga menyarankan kepada pihak sekolah, guru, dan siswa. Adapun saran-saran tersebut adalah : 1. Sekolah Kepada pihak sekolah hendaknya meningkatkan kemampuan para guru khususnya dalam memanfaatkan fungsi media pembelajaran, mengingat dalam penelitian ini telah membuktikan tentang efektifitas pembelajaran dengan bantuan media audio visual. Selanjutnya pihak sekolah juga menyediakan fasilitas penunjang untuk mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran di sekolah seperti menyediakan proyektor dan bangku untuk kenyamanan duduk siswa ketika menyaksikan media pembelajaran. 2. Guru a. Kepada para guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam hendaknya menggunakan berbagai macam metode dan media pelajaran untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran. b. Guru harus meningkatkan pemahamannya tentang pemanfaatan media pembelajaran agar dalam proses pembelajaran pemanfaatan media menjadi lebih optimal. c. Guru harus meningkatkan pengetahuannya tentang psikologi pembelajaran khususnya tentang kemampuan metakognitif sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa. Daftar Pustaka 1. Akyas Azhar, Psikologi Umum Dan Perkembangan, Jakarta : PT. Mizan Publika, 2004. 2. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Uhamka Press, Cet. III, 2003. 3. Arif S. Sadiman, Dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. I, 2007. 4. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pres, 2002. 5. Djaali, psikologi pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 2008. 6. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : Remaja Rosda Karya, Cet. III, 2008 . 7. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2007. 8. Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Cet. III, 2008. 9. Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/08/04/aspek-penilaian-dalam-ktspbag-1-aspek-kognitif/ 10. Http://Sahabat guru.Wordpress.Com/2008/12/11/metakognitif-belajar- bagaimana-untuk-belajar 11. Muhammad Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I, 1996. 12. Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Professional Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005, Edisi. II, Cet. XIV. 13. Nety Hartati, Dkk. Islam dan psikologi Jakarta : Raja Grafindo persada, 2004, Cet. I. 14. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis Bandung : Remaja rosdakarya, 1995, Cet. VIII, 15. Pupuh Fathurohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT Refika Aditama, Cet. I, 2007. 16. Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Grasindo, Cet. III, 2006. 17. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2009 18. Suharsimi Ari Kunto Prosedur Penelitian, Yogyakarta : PT. Rineka Cipta, Cet. 10, 1996. 19. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pres, Cet. IV, 1990. 20. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 2006. 21. Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psychology Oleh John W. Santrock Jakarta : Kencana Prenada Group, Edisi II, Cet. II, 2006 22. Tri Wibowo, Teori Belajar, Terj. Dari Theory Of Learning Oleh BR Hergenhan dan Matthew H. Olson Jakarta : Kencana Prenada Grup, Cet. VII, 2009. 23. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses Pendidikan, Jakarta: kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2006. 24. Yatim Rianto, Pradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. III, 2006. 25. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Gaung Persada Press, Cet.1, 2008. Jakarta: