PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA BERBASIS SADARI Nasriyah Atun Wigati Irawati Indraningrum Stikes Muhammadiyah Kudus Korespondensi : [email protected] ABSTRAK Kanker payudara di banyak Negara merupakan kanker yang paling sering terjadi dan penyebab kematian terpenting pada wanita. Pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker payudara merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara yaitu dengan SADARI, secara rutin merupakan deteksi kanker payudara yang ampuh dan memenuhi syarat serta sangat efisien. Pemeriksaan yang dilakukan sangat sederhana, ekonomis, tidak menyebabkan sakit dan cepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker payudara sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI. Rancangan Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen design dengan rancangan yang digunakan adalah pre post test yaitu suatu pengukuran dilakukan pada saat awal dan terakhir penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia reproduksi (20 – 35 tahun) di desa Tumpang Krasak, tehnik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah 25 responden. Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker payudara dengan nilai p 0,014. Kata kunci : Pendidikan kesehatan deteksi dini kanker payudara, SADARI i PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan kanker penyebab kematian pada wanita. Di kebanyakan Negara, kanker payudara menduduki tempat nomor dua dari insiden semua tipe kanker di Indonesia, baik menurut penyelidikan bagian Patologi Universitas Indonesia (Prof. Soetomo Tjokronegoro) maupun registrasi kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 18-29 tahun berjumlah 60 %, yang tertua 80-89 tahun berjuimlah 25 %, dan terbanyak berumur 40-49 tahun berjumlah 35 % dari 130 kasus ( Rasjidi, 2009 ) . Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, kanker payudara menempati peringkat pertama penyakit kanker pada pasien rawat inap dirumah sakit pada tahun 2007-2013. Kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara, bagaimana cara untuk memberikan informasi serta menyadarkan masyarakat akan bahaya dari penyakit ini. Kemudian, dapat melakukan upaya pencegahan yang cepat dan tepat sehingga penyakit tersebut tidak terjadi. Jika sel kanker dapat di deteksi lebih awal, tentunya alternatif pengobatan akan semakin banyak dan presentase untuk sembuh menjadi lebih tinggi (Machfoeds, 2007) . Salah satu cara yang efektif dalam upaya pencegahan atau deteksi dini adanya kanker payudara dengan sadari secara rutin sebab, sadari merupakan deteksi dini kanker payudara yang ampuh dan memenuhi syarat serta sangat efisien. Kemudian juga pemeriksaan yang dilakukan sangat sederhana, ekonomis , tidak menyebabkan sakit dan cepat ( Hawari, 2009) Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih sehat. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi sendiri masalah-masalah kesehatan menjadi mampu. 1 Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009). SADARI (Periksa Payudara Sendiri) merupakan usaha untukmengetahui kanker payudara pada stadium yang lebih dini (down staging). Diperlukan pelatihan yang baik dan evaluasi yang reguler. SADARI direkomendasikan dilakukan setiap bulan, 7 hari setelah menstruasi bersih (Manuaba, 2010). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di desa Tumpang krasak, data yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kejadian kanker payudara pada wanita usia subur ada 4 orang, dan 3 orang diantaranya sudah menyebabkan kematian (Data Sekunder, 2014) METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pre post test yaitu suatu pengukuran hanya dilakuan pada saat awal dan terakhir penelitian (Sugiono, 2008). Subyek dalam penelitian ini adalah ibu usia reproduksi yang berada di lokasi penelitian yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini dilakukan di Desa Tumpangkrasak kecmatan Jati Kabupaten Kudus, dari bulan Agustus – Oktober 2014. Penelitian dilakukan pada ibu anggota PKK desa tumpangkrasak, yang memenuhi kriteria inklusi. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah ibu usia reproduksi yang masuk dalam kriteria. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah 25 orang. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang deteksi dini payudara dengan tehnik SADARI, responden menjadi lebih memahami dan bisa mempraktekkan cara mendeteksi 2 dengan SADARI secara benar. Penelitian ini merupakan jenis data kategorik, maka uji yang digunakan adalah Uji Wilcoxon denagn nilai p< 0,05 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabe1 1. Distribusi frekuensi subjek berdasarkan umur, pendidikan dan paritas Karakteristik F % Umur 30-40 tahun 41-50 ahun >50 tahun Total 12 11 2 25 48 44 8 100 Pendidikan SD SMP SMA Total 7 13 5 25 28 52 20 100 Paritas 0-1 2 >2 Total 2 13 10 25 8 52 40 100 Pekerjaan IRT/Tidak bekerja 13 Buruh 12 Total 25 Keterangan: Distribusi penelitian subjek penelitian 52 48 100 Tabel 1 menyajikan data bahwa sebagian besar umur subjek penelitian adalah usia 30-40 tahun sebesar 12 orang (48%), tingkat pendidikan sebagian besar SMP sebesar 13 orang (52%), jumlah paritas sebagian besar memiliki 2 anak berjumlah 13 orang (52%) dan sebagian besar tidak bekerja sebanyak 13 orang (52%). Tabel 2. Tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI Tingakat Pengetahuan Baik Sebelum pendidikan kesehatan F % 4 16 3 Setelah pendidikan kesehatan F % 15 60 Cukup Kurang 19 7,7 76 8 9 1 36 4 Total 25 100 Keterangan: Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan 25 100 Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang SADARI. Tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebesar 19 orang (76%) dan tingkat pengetehuan subjek setelah pendidikan kesehatan sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebesar 15 orang (60%). Tabel 3 Hasil analisis bivariat tingkat pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI Tingkat Pengetahuan sebelum dan setelah pendkes Rank N Mean Rank 8,50 9,79 Negatif rank Positif rank Ties 4 14 7 25 Keterangan: Analisis bivariat Uji Wilcoxon Sum of Rangk 34,00 137,00 Z P -2,449 0,014 Tabel 3 menunjukkan perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. Terdapat 4 responden dengan hasil pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan lebih rendah daripada sebelum pendidikan kesehatan. 7 responden memiliki pengetahuan tetap dan 14 orang mempunyai pengetahuan lebih baik daripada sebelum pendidikan kesehatan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan nilai significancy 0,014 (p<0,05), dengan demikian terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna antara sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Pembahasan 4 1. Karakteristik Responden Karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur, pendidikan, paritas dan pekerjaan merupakan faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden tidak jauh berbeda antara yang berumur 30-40 tahun dan 40-50 tahun, dari kedua kelompok umur tersebut sejumlah 12 responden (48%) dan 11 responden (44%), hal tersebut memperlihatkan bahwa umur responden berkisar antara 3050 tahun, pada usia tersebut dapat dikatakan usia dewasa. Menurut Supariyanto, 2010 menyatakan bahwa umur merupakan usia yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang tang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Tingkat pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SMP yaitu 13 responden (52%), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden masih tergolong pendidikan dasar, hal ini sesuai dengan undang-undang pendidikan 2009. Pendidikan diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan lebih mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal. Meskipun tingkat pendidikan responden sebagian besar SMP tidak menuntut kemungkinan responden dapat memperoleh pendidikan informal melalui berbagai sumber misal media massa atau dari tenaga kesehatan. 5 Jumlah paritas responden sebagian besar memiliki 2 anak sebesar 13 responden (52%), jumlah paritas menunjukkan berapa banyak seorang wanita telah melahirkan anak yang mampu hidup di dunia luar. Seorang wanita yang telah memiliki anak akan berusaha keras untuk dapat merawat ankanya dengan sebaik-baiknya, salah satunya dengan memberikan ASI. Pemberian ASI bergantung pada kesehatan ibu terutama kesehatan payudara. Semakin sering ibu melahirkan semakin sering ibu menyusui bayinya. Sehingga kesehatan payudara harus benar-benar dijaga. Jenis pekerjaan yang dimiliki responden 48% adalah buruh. Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Status pekerjaan juga akan memperlihatkan tingkat sosial seseorang dimasyarakat. Semakin baik jenis pekerjaan seseorang semakin tinggi penghormatan seseorang terhadap dirinya. 2. Tingkat pengetahuan ibu tentang SADARI sebelum dan setelah diberikan Pendidikan kesehatan deteksi dini kanker payudara Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang SADARI. Tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebesar 19 orang (76%) dan tingkat pengetehuan subjek setelah pendidikan kesehatan sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebesar 15 orang (60%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Harmi yang menyatakan ada perbedaan pengetahuan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada Ibu reseptor KB suntik di Desa Kaliwungu Kabupaten Kudus. Dari hasil analisa uji wilcoxon diperoleh nilai significancy sebesar 0,000 karena nilai p<0,05 (0,000<0,05) maka kesimpulan uji adalah Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada perbedaan pengetahuan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri 6 (SADARI) sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada Ibu reseptor KB suntik di Desa Kaliwungu Kabupaten Kudus. Pengetahuan seseorang dapat mengalami perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya jika seseorang mendapat informasi baru dan mampu merubah pola piker sehingga dapat mengaplikasikan kedalam perilakunya. Selain pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai informasi, semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang semakin besar kemungkinan seseorang menambah pengetahuan. Seperti yang diperlihatkan dari hasil penelitian tingat pengetahuan responden lebih baik setelah mendapat informasi berupa pendidikan kesehatan tentang SADARI dibandingkan sebelum mendapat pendidikan kesehatan. 3. Analisis perbedaan tingkat pengetahuan tentang SADARI sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan deteksi dini kanker payudara terhadap SADARI Hasil uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai significancy 0,014 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang significan tingkat pengetahuan tentang SADARI sebelum dan setelah pemberian pendidikan kesehatan deteksi dini kanker payudara. KESIMPULAN 1. Karakteristik responden sebagian besar berumur 30-40 tahun sebanyak 12 (48%), berpendidikan SMP sebanyak 13 (52%), bekerja sebagai buruh sebanyak 13 (48%) dengan jumlah paritas 2 sebanyak 13 (52%) 2. Tingkat pengetahuan responden tentang SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai deteksi dini kanker payudara yang terbanyak berada pada kategori cukup sebanyak 19 (76%) dan setelah diberikan 7 pendidikan kesehatan mengalami peningkatan pengetahuan menjadi baik dengan jumlah 15 (60%) 3. Ada perbedaan pendidikan kesehatan tentang SADARI pada Ibu PKK dengan nilai signifikannya adalah 0,014. KEPUSTAKAAN Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian – Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Balitbangkes. RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar( Riskesdas). Jakarta : Depkes. RI Dalimartha, S. 2004. Deteksi Sini Kanker dan Simplisia Antikanker. Jakarta : Penebar Swadaya Friedman dkk ,2008 Seri Skema Diagnosis Dan Penatalaksanaan Ginekologi, Binarupa Aksa, Jakarta. Guyton & Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran, EGC Handayani, S ,2009 Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal WUS Terhadap Pengetahuan Tentang Sadari Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara, Gama, Yogyakarta. Hawari,D . 2004. Kanker Payudara. Jakarta : FKUI Leuwia, MS , 2002 . Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker, UNS, Surakarta , Mochtar , Rustam.2005. Sinopsis Obstetri Jilid kedua.Edisi Kedua.Jakarta : EGC. Mustika,dkk,2004. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan, PP IBI, Jakarta Notoatmodjo,2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S . 2005. Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta : PT Rineka Cipta Rasjidi.I, 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Kanker Pada wanita. Jakarta: Sagung Seto Sugiono. 2008. Statistik dalam Penelitian. Bandung : Alfabeta Suryaningsih, 2009. Kanker Payudara. Yogyakarta: Paradigma Indonesia Unpad ,1998. Obstetrifisiologi. Elemen, Bandung Machfoeds, I. 2007. Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatn. Yogyakarta : Fitramaya Suparyanto, 2011, konsep pengetahuan. Diunduh tanggal 28 April 2015 dari www.blogger.com 8 Indrati Rini, Setawan Henry, Handojo Djoko, Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara wanita, diakses tanggal 2 November 2014. www.pdf.faktory.com Septiani Sari, Suara Muhyar, Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) pada siswa SMAN 62 Jakarta 2012, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013 Harmi, Indanah, Nasriyah, Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang pemeriksaan payudara sendiri (sadari) pada ibu akseptor KB suntik di BPM Emilia Suryani Kaliwungu Kudus, 2013 9