I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelusuran tentang keragaman genetik komunitas mikrobia pada suatu ekosistem semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi identifikasi molekuler. Sebelum metode identifikasi molekuler dikembangkan, para peneliti menggunakan metode konvensional yang disebut dengan culturedependent. Metode ini merupakan proses identifikasi mikrobia secara fisiologis dengan terlebih dahulu mengisolasi mikrobia dari lingkungan kemudian mengkulturkannya pada media buatan. Namun demikian culture-dependent memiliki beberapa kelemahan, yaitu tidak semua mikrobia dapat dikulturkan pada media buatan sehingga identifikasi terbatas pada jenis-jenis mikrobia tertentu saja. Selain itu, metode identifikasi ini juga memerlukan waktu dan proses yang lebih panjang. Oleh karena itu dikembangkanlah metode culture-independent yang lebih efisien dan mampu menutupi kekurangan metode konvensional (Kaster et al., 2009). Metode culture-independent merupakan salah satu teknik untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi komunitas mikrobia tanpa perlu mengisolasi dan mengkulturkan mikrobia. Sehingga jenis mikrobia yang tidak dapat dikulturkan pada media buatan juga mampu diidentifikasi. Metode ini dipilih karena mampu mengidentifikasi seluruh komunitas mikrobia yang ada pada suatu ekosistem. Kelebihan lain dari metode ini adalah mampu menganalisis kedekatan filogenetik mikrobia pada suatu lingkungan berdasarkan analisis fingerprint atau sidik jari dari materi genetik mikrobia tersebut (Kim et al., 2010). Untuk mengidentifikasi komunitas mikrobia pada ekosistem yang berbeda, yaitu di dalam saluran pencernaan ikan herbivora dan karnivora dibutuhkan teknik analisis molekuler komparatif. Teknik yang dapat digunakan adalah Ribosomal Intergenic Spacer Analysis (RISA) dan Terminal-Restriction Fragment Length Polymorphism (T-RFLP). RISA adalah teknik identifikasi molekuler berdasarkan polimorfisme yang terdapat di intergenic spacer (IGS) antara sub unit kecil (16S) dan sub unit yang lebih besar (23S) (Bourque et al., 1995). Sementara T-RFLP didasarkan pada proses digesti enzim restriksi endonuklease dari ujung yang dilabeli oleh fluorescent pada gen 16S rRNA yang merupakan produk PCR. Produk yang telah didigesti selanjutnya dipisahkan dengan gel elektroforesis dan dideteksi menggunakan sequence analyzer. 1 Sehingga pada akhirnya didapatkan profil dan komposisi dari komunitas mikrobia yang terdapat pada masing-masing sampel (Clement et al., 1998). Menurut Gaines dan Lubchenco (1982) saluran pencernaan hewan akuatik memiliki keragaman genetik yang tinggi. Saluran pencernaan ikan dihuni oleh berbagai mikrobia berbeda tergantung pada lingkungan dan feeding habit atau kebiasaan makan ikan. Berdasarkan kebiasaan makan, ikan dikelompokkan menjadi omnivora, herbivora, dan karnivora. Namun sifat tersebut tidak mutlak karena ada ikan omnivora yang cenderung bersifat herbivora, seperti gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dan ada pula ikan omnivora yang bertendensi sebagai karnivora, misalnya ikan gabus (Channa striata). Pola makan (diet) sangat berpengaruh pada aktivitas enzim di saluran pencernaan ikan. Aktivitas enzimatik tersebut erat kaitannya dengan mikrobia yang terdapat pada saluran pencernaan ikan. Mikrobia mensekresikan enzim yang berperan dalam proses pencernaan pakan di area gastrointestinal, terutama pada ikan yang cenderung bersifat herbivora. Jenis aktivitas enzim yang telah diidentifikasi pada saluran pencernaan ikan diantaranya adalah proteolitik, lipolitik, dan amilolitik (Chan et al., 2004). Ikan herbivora mampu memanfaatkan protein berbasis tanaman lebih baik dibandingkan dengan ikan karnivora. (Naylor et al., 2000). Selain itu, ikan herbivora juga dapat mencerna senyawa pati dari komponen tanaman lebih efektif. Hal ini disebabkan karena pada ekosistem yang sama ikan herbivora menghasilkan lebih banyak enzim α-amilase jika dibandingkan dengan ikan karnivora. (Fernandez et al., 2001). Pernyataan ini diperkuat dengan penelitian yang menyatakan bahwa tingkat aktivitas enzim α-amilase pada ikan herbivora lebih tinggi dibandingkan dengan ikan karnivora. Aktivitas rata-rata α-amilase pada ikan herbivora adalah 1,84 U/mg protein sementara pada ikan karnivora 0,76 U/mg protein (Al-Tameemi et al., 2010). Komunitas mikrobia probiotik yang terdapat pada saluran pencernaan ikan berperan dalam membantu proses penceraan pakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Han et al. (2010) diketahui bahwa saluran pencernaan ikan herbivora didominasi oleh Proteobacteria dan Firmicutes. Hasil tersebut menunjukkan kemungkinan adanya sumber probiotik yang potensial pada saluran pencernaan ikan herbovira. 2 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu bagaimana tingkat keragaman bakteri di saluran pencernaan ikan karnivora maupun herbivora, serta apa saja genus-genus bakteri yang dominan pada saluran pencernaan ikan karnivora dan herbivora. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Melakukan identifikasi keragaman bakteri di saluran pencernaan ikan herbivora dan karnivora yang berasal dari ikan gurami serta ikan gabus, menggunakan pendekatan culture-independent. 2. Mengetahui jenis-jenis bakteri yang dominan pada saluran pencernaan ikan herbivore dan karnivora. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keragaman genetik bakteri di saluran pencernaan ikan herbivora dan karnivora, serta dapat digunakan sebagai referensi dalam pemanfaatan bakteri yang ada di saluran pencernaan ikan gurami dan ikan gabus. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengelolaan budidaya ikan herbovira dan karnivora. 3