7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ketrampilan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Ketrampilan Sosial
a. Pengertian
Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan
baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat
membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan,
dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim (Goleman, 2001).
Ketrampilan
sosial
yaitu
bentuk
kecakapan
dalam
menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.
Kecakapan ini meliputi pengaruh, komunikasi, kepemimpinan,
katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan,
kolaborasi, dan kooperasi serta kemampuan tim (Habsari, 2005).
Syamsul Bachri (2010) mengatakan bahwa ketrampilan sosial
adalah merupakan ketrampilan yang harus dimiliki seorang
individu agar mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu
menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin terlepas dari
permasalahan dengan lingkungannya sebagai akibat dari interaksi
7
8
yang dilakukannya.
Masalah-masalah
sosial
yang ada
di
lingkungan dapat ditangani dengan baik jika individu memiliki
ketrampilan sosial yang baik, sehingga dapat menguntungkan baik
diri sendiri maupun orang lain.
Ketrampilan sosial diajarkan kepada para peserta didik agar
dapat bekerja sama dan kolaboratif ke arah sasaran bersama serta
mengkomunikasikan gagasan secara efektif di dalam maupun lintas
budayanya (Dake & Caldwell dalam Sarwono, 2007). Ketrampilan
ini
membiasakan
sikap
untuk
berbagi
sumber
daya,
mengembangkan dan menggunakan strategi mengatasi berbagai
konflik yang terjadi di masyarakat serta belajar dari kenyataan dan
situasi seperti kehidupan sebenarnya.
b. Dimensi Ketrampilan Sosial
Caldarella dan Merrell (dalam Gimpel & Merrell, 1998)
mengemukakan lima dimensi dalam ketrampilan sosial, yaitu
sebagai berikut;
1) Hubungan dengan teman sebaya (Peer relation)
Hubungan dengan teman sebaya ditunjukkan melalui perilaku
yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji atau
menasehati orang lain, menawarkan bantuan kepada orang
lain, dan bermain bersama orang lain.
Hubungan sosial dengan teman sebaya juga dapat ditunjukkan
dengan berusaha saling membantu baik secara individu atau
9
kelompok, bersikap empati, menjalin dan memelihara
hubungan dengan teman sebaya, merespon hak-hak orang lain,
serta menghormati kesejahteraan orang lain (Aisyah, 2015).
2) Manajemen diri (Self-management)
Manajemen diri dengan merefleksikan individu yang memiliki
emosional baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya,
mengikuti peraturan dan batasan-batasan yang ada, dapat
menerima kritikan dengan baik.
Ketrampilan manajemen diri dapat secara fisik dan non fisik.
Pengelolaan diri dalam hal ini meliputi kemampuan untuk
memelihara diri sendiri dan menjaga kesehatan fisik seperti
kebersihan, olahraga teratur, nutrisi, dan istirahat yang cukup.
Pengelolaan diri secara non fisik adalah kemampuan dimana
seseorang dapat mengelola waktu dan mengendalikan pikiran
dan
perasaan.
Pikiran
adalah
bagian
penting
dalam
menghadapi stres. Manajemen diri nonfisik meliputi disiplin
waktu, menerima kekalahan, mengendalikan diri, berpikir
positif, dan sikap optimis (Mulyani, Gracinia, 2007).
3) Kemampuan akademis (Academic)
Kemampuan akademis ditunjukkan melalui pemenuhan tugas
secara mandiri, menyelesaikan tugas individual, menjalankan
arahan guru dengan baik.
01
Salah satu hal yang berkaitan dengan kemampuan akademik
adalah
prokrastinasi
merupakan
perilaku
akademik.
mahasiswa
Prokrastinasi
untuk
akademik
menunda-nunda
mengerjakan ataupun menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Misalnya menunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas,
menyerahkan tugas melewati batas waktu, malas membuat
catatan kuliah, terlambat masuk kelas, dan belajar pada malam
terakhir menjelang ujian (Nugrasanti, 2006).
4) Kepatuhan (Compliance)
Seringkali perilaku kita dipengaruhi oleh permintaan langsung
orang lain. Hal tersebut merupakan suatu bentuk pengaruh
sosial yang disebut dengan pemenuhan keinginan atau
kepatuhan. Robert C. Cialdini dalam buku Tim Penulis Fak.
Psikologi UI (2009) menyimpulkan ada enam prinsip yang
mendasari kepatuhan seseorang, yaitu sebagai berikut.
a) Pertemanan atau rasa suka. Seseorang cenderung lebih
mudah memenuhi permintaan teman atau orang yang dia
sukai daripada permintaan orang yang tidak dia kenal atau
kita benci.
b) Komitmen
atau
konsistensi.
Saat
seseorang
telah
mengikatkan diri pada satu posisi atau tindakan, akan lebih
mudah baginya untuk memenuhi
permintaan terhadap
00
suatu hal yang konsisten dengan posisi dan tindakan
sebelumnya.
c) Kelangkaan. Seorang individu lebih menghargai dan
mencoba
mengemukakan
obyek
yang
langka
atau
berkurang ketersediaannya. Oleh karena itu, individu
cenderung memenuhi permintaan yang menekankan
kelangkaan daripada yang tidak.
d) Timbal balik. Orang lebih mudah memenuhi permintaan
dari seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan
kepada orang tersebut.
e) Validasi sosial. Orang akan lebih mudah memenuhi
permintaan melakukan suatu tindakan jika tindakan itu
konsisten dengan apa yang dia percaya bahwa orang lain
akan melakukannya juga. Dengan kata lain, seseorang
ingin bertingkah laku benar dan cara untuk memenuhinya
adalah dengan bertingkah laku dan berpikir seperti orang
lain.
f) Otoritas. Seseorang lebih mudah memenuhi permintaan
orang lain yang memiliki otoritas yang diakui atau
setidaknya tampak memiliki otoritas.
01
5) Perilaku assertive (Assertion)
Perilaku assertive didominasi oleh kemampuan-kemampuan
yang membuat seseorang dapat menampilkan perilaku yang
tepat dalam situasi yang diharapkan.
Perilaku
asertif
(interpersonal)
adalah
yang
perilaku
melibatkan
antar
aspek
perorangan
kejujuran
dan
keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku asertif selalu
mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain.
Menurut Christoff & Kelly dalam Gunarsa (2007) ada tiga
kategori perilaku asertif, yakni:
a) Asertif
penolakan,
ditandai
dengan
ucapan
untuk
kemampuan
untuk
memperhalus seperti: maaf.
b) Asertif
pujian,
ditandai
dengan
mengekspresikan perasaan positif seperti menghargai,
menyukai, mencintai, mengagumi, memuji, dan bersyukur.
c) Asertif permintaan. Jenis asertif ini terjadi kalau seseorang
meminta bantuan orang lain melakukan sesuatu dengan
tanpa tekanan atau paksaan (Gunarsa, 2007).
Adapun ciri-ciri individu yang memiliki ketrampilan sosial,
menurut Eisler dkk (L’Abate & Milan, 1985) adalah orang yang
berani
berbicara,
memberi
pertimbangan
yang
mendalam,
memberikan respon yang lebih cepat, memberikan jawaban secara
lengkap, mengutarakan bukti-bukti yang dapat meyakinkan orang
01
lain, tidak mudah menyerah, menuntut hubungan timbal balik, dan
lebih terbuka dalam mengekspresikan dirinya. Sementara Philips
(dalam L’Abate & Milan, 1985) menyatakan ciri-ciri individu yang
memiliki ketrampilan sosial meliputi: proaktif, prososial, saling
memberi dan menerima secara seimbang.
c. Manfaat Ketrampilan Sosial
Manfaat ketrampilan sosial sangat besar. Menurut Johnson dan
Johnson (1999) mengemukakan enam hasil penting dari memiliki
ketrampilan sosial, yaitu sebagai berikut:
1) Perkembangan Kepribadian dan Identitas
Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan identitas
karena kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari
hubungannya dengan orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi
dengan orang lain, individu mempunyai pemahaman yang
lebih baik tentang diri sendiri. Individu yang rendah dalam
ketrampilan interpersonalnya dapat mengubah hubungan
dengan orang lain dan cenderung untuk mengembangkan
pandangan yang tidak akurat dan tidak tepat tentang dirinya.
2) Mengembangkan
Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan
Kesuksesan Karir
Ketrampilan
sosial
juga
cenderung
mengembangkan
kemampuan kerja, produktivitas, dan kesuksesan karir, yang
merupakan ketrampilan umum yang dibutuhkan dalam dunia
01
kerja nyata. Ketrampilan yang paling penting, karena dapat
digunakan untuk bayaran kerja yang lebih tinggi, mengajak
orang lain untuk bekerja sama, memimpin orang lain,
mengatasi situasi yang kompleks, dan menolong mengatasi
permasalahan orang lain yang berhubungan dengan dunia
kerja.
3) Meningkatkan Kualitas Hidup
Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dari
ketrampilan sosial karena setiap individu membutuhkan
hubungan yang baik, dekat, dan intim dengan individu lainnya.
4) Meningkatkan Kesehatan Fisik
Hubungan
yang
mempengaruhi
baik
dan
saling
mendukung
akan
kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan
hubungan yang berkualitas tinggi berhubungan dengan hidup
yang panjang dan dapat pulih dengan cepat dari sakit.
5) Meningkatkan Kesehatan Psikologis
Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang kuat
dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang
lain. Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan
hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengarah pada
kecemasan, depresi, frustasi, dan kesepian. Telah dibuktikan
bahwa kemampuan membangun hubungan yang positif dengan
01
orang lain dapat mengurangi distress psikologis, yang
menciptakan kebebasan, identitas diri, dan harga diri.
6) Kemampuan Mengatasi Stres
Hasil lain yang tidak kalah pentingnya dari memiliki
ketrampilan sosial adalah kemampuan mengatasi stres.
Hubungan yang saling mendukung telah menunjukkan
berkurangnya
jumlah
penderita
stres
dan
mengurangi
kecemasan. Hubungan yang baik dapat membantu individu
dalam
mengatasi
stres
dengan
memberikan
perhatian,
informasi, dan feedback.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian
Prestasi belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku
yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu
tertentu. Benyamin S. Bloom berpendapat bahwa hasil belajar
dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu pengetahuan dan
ketrampilan.
Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu pengetahuan
tentang fakta, pengetahuan tentang prosedural, pengetahuan tentang
konsep, dan pengetahuan tentang prinsip. Ketrampilan juga terdiri
dari empat kategori yang meliputi ketrampilan untuk berpikir atau
ketrampilan kognitif, ketrampilan untuk bertindak atau ketrampilan
01
motorik, ketrampilan bereaksi atau bersikap, dan ketrampilan
berinteraksi.
b. Domain Prestasi Belajar
1) Domain kognitif
Lebih lanjut Bloom menjelaskan bahwa domain kognitif terdiri
atas enam kategori, yaitu:
a) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau
mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta, atau istilah tanpa
harus mengerti atau dapat menggunakannya.
b) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk memahami atau
mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru
dan
dapat
memanfaatkannya
tanpa
harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini
dijabarkan lagi menjadi tiga yaitu menerjemahkan,
menafsirkan, dan mengekstrapolasi.
c) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum,
tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam
situasi baru dan konkret.
d) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi
07
atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen
pembentukannya. Kemampuan analisis dikelompokkan
menjadi tiga yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan
analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.
e) Sintesis (synthetis) yaitu jenjang kemampuan
yang
menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang
baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil
yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana, atau
mekanisme.
f) Evaluasi (evaluation) yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi situasi,
keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria
tertentu.
(Rusman, 2012)
2) Domain afektif
a) Menerima atau memperhatikan. Jenjang pertama ini akan
meliputi sifat sensitif terhadap adanya eksistensi suatu
fenomena atau stimulus dan kesadaran yang merupakan
perilaku kognitif. Termasuk di dalamnya keinginan untuk
menerima dan memperhatikan.
b) Merespon. Peserta dilibatkan secara puas dalam obyek
tertentu sehingga ia akan mencari dan menambah
kepuasannya dengan terlibat di dalamnya.
08
c) Penghargaan. Pada level ini perilaku peserta didik adalah
stabil dan konsisten, tidak hanya dalam persetujuan
terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan
keterlibatannya pada suatu pandangan tertentu.
d) Mengorganisasikan. Peserta didik membentuk suatu sistem
nilai yang dapat menuntun perilaku, yaitu meliputi
konseptualisasi dan mengorganisasikan.
e) Membentuk pribadi. Pada tingkat akhir sudah ada
internalisasi, nilai- nilai telah mendapatkan tempat pada diri
individu, diorganisir ke dalam suatu sistem yang bersifat
internal, memiliki kontrol perilaku.
3) Domain Psikomotor
a) Menirukan. Peserta didik akan mulai membuat suatu tiruan
terhadap aksi yang diamati sampai pada tingkat sistem ototototnya dan dituntun oleh dorongan kata hati untuk
menirukan.
b) Manipulasi. Peserta didik dapat menampilkan suatu aksi
seperti yang diajarkan dan tidak hanya pada seperti yang
diamati. Dia mulai dapat membedakan antara satu aksi
dengan yang lain, menjadi mampu memilih aksi yang
diperlukan
dan
memanipulasi.
mulai
memiliki
ketrampilan
dalam
09
c) Keseksamaan. Ini meliputi kemampuan peserta didik dalam
penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang
lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu.
d) Artikulasi. Peserta didik telah dapat mengkoordinasikan
serentetan aksi dengan menetapkan urutan secara tepat di
antara aksi yang berbeda-beda.
e) Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik
adalah apabila anak telah dapat melakukan secara alami satu
aksi atau sejumlah aksi yang urut. Ketrampilan penampilan
ini telah sampai pada kemampuan yang paling tinggi dan
aksi tersebut ditampilkan dengan pengeluaran energi yang
minimum (Jihad, dkk. 2008).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1) Faktor Internal
a) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan
yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak
dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya
akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang
kurang gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya
berada di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi.
Pada umumnya, mereka yang kekurangan gizi cenderung
11
cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak
mudah dalam menerima pelajaran.
b) Faktor Psikologis
Setiap individu pada dasarnya memiliki kondisi psikologis
yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi
hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi,
kognitif, dan daya nalar pelajar (Komsiyah, 2012).
Khayyer
dan
Delacey
dalam
Nugrasanti
(2006)
menyebutkan prestasi akademik salah satunya dipengaruhi oleh
kepribadian (locus of control). Mahasiswa yang memiliki
keyakinan bahwa hasil yang diperolehnya ditentukan oleh
faktor-faktor dari dalam dirinya dikatakan sebagai mahasiswa
yang memiliki kemampuan kepribadian internal. Dalam hal ini
penguat yang didapat dari perilakunya dipersepsikan sebagai
hasil usahanya sendiri. Mahasiswa yang memiliki keyakinan
bahwa hasil yang diperolehnya ditentukan oleh faktor-faktor
luar di luar dirinya dikatakan sebagai mahasiswa yang memiliki
kecenderungan kepribadian eksternal. Dalam hal ini penguat
yang didapat dari perilakunya dipersepsikan sebagai akibat dari
keberuntungan, nasib, atau dibawah kendali orang lain.
10
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.
Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu,
kelembaban, dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di
ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya
akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di
pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang
cukup mendukung untuk bernapas lega.
b) Faktor Instrumental
Faktor–faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan
dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar
yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan menjadi
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah
direncanakan.
Faktor-faktor
instrumental
ini
berupa
kurikulum, sarana, dan guru (Rusman, 2012).
d. Parameter dan Penilaian Prestasi Belajar
Sudjana dalam Pertiwi (2013) menyatakan bahwa parameter yang
digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah sebagai berikut:
1) Tes
a) Lisan (menuntut jawaban secara lisan)
b) Tulisan (menuntut jawaban secara tulisan)
11
c) Tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan)
2) Non tes
a) Observasi
b) Kuesioner
c) Wawancara
d) Skala
e) Sosiometri
f) Studi kasus dan lain-lain
Tes prestasi belajar ada yang sudah dibakukan ada pula
yang dibuat guru, yakni tes yang tidak baku. Pada
umumnya
penilaian
prestasi
belajar
di
sekolah
menggunakan tes buatan guru untuk semua bidang studi.
Tes baku masih sangat langka meskipun lebih baik dari tes
buatan guru karena membuat tes baku memerlukan
beberapa kali percobaan dan analisis dari segi reliabilitas
dan validitasnya.
3. Hubungan antara ketrampilan sosial dan prestasi belajar
Ketrampilan sosial merupakan suatu kemampuan individu untuk
mengenali dan menangani emosi dirinya dalam menghadapi situasi
ataupun masalah. Seseorang yang memiliki kemampuan yang baik
dalam menangani emosi, maka akan berdampak pada kesehatan
psikologisnya. Kesehatan psikologis yang baik juga memicu pada
timbulnya minat, motivasi, kesiapan mental, dan daya nalar seorang
11
individu. Hal-hal seperti itulah yang dibutuhkan seorang pelajar atau
mahasiswa.
Menurut penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Fernanda dkk (2012) pada siswa kelas
X dan XI SMA Negeri 10 Padang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang erat antara kemampuan berinteraksi sosial pada pelajar
dan hasil belajar yang diperoleh dengan taraf signifikansi sebesar
0,01. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi ketrampilan sosial
pelajar, maka hasil belajar yang diperoleh siswa juga cenderung baik.
Seorang individu terutama mahasiswa membutuhkan kesiapan
psikologis yang baik untuk dapat menangkap dan memahami
pelajaran di kelas. Jika pemahaman mahasiswa meningkat, maka
diharapkan juga berdampak pada prestasi belajar mahasiswa.
Adapun penelitian relevan yang lain adalah penelitian yang
dilakukan oleh Indah (2014) yang berjudul "Hubungan Antara
Hubungan Sosial Dan Self Efficiacy Dengan Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bengkulu". Hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan sosial dan self
efficiacy dengan hasil belajar.
Penelitian relevan yang berikutnya yaitu penelitian Andri (2012)
yang berjudul "Pengaruh Motivasi, Ketrampilan Sosial, Minat Belajar
Dan Kepercayaan Diri Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada
Mahasiswa Akuntansi UPN "Veteran" Jawa Timur. Penelitian ini
11
menyebutkan bahwa peningkatan motivasi tidak berdampak nyata
terhadap peningkatan pemahaman akuntansi mahasiswa, sedangkan
peningkatan ketrampilan sosial, minat belajar dan kepercayaan diri
berdampak nyata terhadap peningkatan pemahaman akuntansi.
Penelitian relevan yang disebutkan di atas, semua menunjukkan
ada hubungan antara ketrampilan sosial dan prestasi belajar. Untuk
itu, sebagai pembanding, maka peneliti di sini ingin mencantumkan
penelitian relevan yang menunjukkan tidak ada korelasi antara
ketrampilan sosial dan prestasi belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh Gabiella (2012) terhadap
mahasiswa fakultas psikologi USKW menyimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara kompetensi atau ketrampilan sosial dengan prestasi
akademik mahasiswa. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa skor
kompetensi sosial berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 75 % dan
prestasi akademik mahasiswa berada kategori sangat memuaskan
yaitu hanya sebesar 53,7%.
11
B. Kerangka Konsep
Ketrampilan sosial
Kemampuan mengenali
dan menangani situasi
Hubungan dengan
teman sebaya
Kesehatan
psikologis
Motivasi belajar
meningkat
Manajemen diri
Kemampuan
akademis
Pemahaman
belajar meningkat
Kepatuhan
Perilaku assertive
Nilai
Prestasi belajar
: variabel dependen
: variabel independen
: variabel perantara
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara ketrampilan sosial
dengan prestasi belajar mahasiswa
C. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ketrampilan
sosial dengan prestasi belajar mahasiswa
Download