BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ketrampilan Sosial a. Pengertian Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim (Goleman, 2001). Ketrampilan sosial yaitu bentuk kecakapan dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain. Kecakapan ini meliputi pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi, dan kooperasi serta kemampuan tim (Habsari, 2005). Syamsul Bachri (2010) mengatakan bahwa ketrampilan sosial adalah merupakan ketrampilan yang harus dimiliki seorang individu agar mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin terlepas dari permasalahan dengan lingkungannya sebagai akibat dari interaksi 7 8 yang dilakukannya. Masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan dapat ditangani dengan baik jika individu memiliki ketrampilan sosial yang baik, sehingga dapat menguntungkan baik diri sendiri maupun orang lain. Ketrampilan sosial diajarkan kepada para peserta didik agar dapat bekerja sama dan kolaboratif ke arah sasaran bersama serta mengkomunikasikan gagasan secara efektif di dalam maupun lintas budayanya (Dake & Caldwell dalam Sarwono, 2007). Ketrampilan ini membiasakan sikap untuk berbagi sumber daya, mengembangkan dan menggunakan strategi mengatasi berbagai konflik yang terjadi di masyarakat serta belajar dari kenyataan dan situasi seperti kehidupan sebenarnya. b. Dimensi Ketrampilan Sosial Caldarella dan Merrell (dalam Gimpel & Merrell, 1998) mengemukakan lima dimensi dalam ketrampilan sosial, yaitu sebagai berikut; 1) Hubungan dengan teman sebaya (Peer relation) Hubungan dengan teman sebaya ditunjukkan melalui perilaku yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji atau menasehati orang lain, menawarkan bantuan kepada orang lain, dan bermain bersama orang lain. Hubungan sosial dengan teman sebaya juga dapat ditunjukkan dengan berusaha saling membantu baik secara individu atau 9 kelompok, bersikap empati, menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya, merespon hak-hak orang lain, serta menghormati kesejahteraan orang lain (Aisyah, 2015). 2) Manajemen diri (Self-management) Manajemen diri dengan merefleksikan individu yang memiliki emosional baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan yang ada, dapat menerima kritikan dengan baik. Ketrampilan manajemen diri dapat secara fisik dan non fisik. Pengelolaan diri dalam hal ini meliputi kemampuan untuk memelihara diri sendiri dan menjaga kesehatan fisik seperti kebersihan, olahraga teratur, nutrisi, dan istirahat yang cukup. Pengelolaan diri secara non fisik adalah kemampuan dimana seseorang dapat mengelola waktu dan mengendalikan pikiran dan perasaan. Pikiran adalah bagian penting dalam menghadapi stres. Manajemen diri nonfisik meliputi disiplin waktu, menerima kekalahan, mengendalikan diri, berpikir positif, dan sikap optimis (Mulyani, Gracinia, 2007). 3) Kemampuan akademis (Academic) Kemampuan akademis ditunjukkan melalui pemenuhan tugas secara mandiri, menyelesaikan tugas individual, menjalankan arahan guru dengan baik. 01 Salah satu hal yang berkaitan dengan kemampuan akademik adalah prokrastinasi merupakan perilaku akademik. mahasiswa Prokrastinasi untuk akademik menunda-nunda mengerjakan ataupun menyelesaikan tugas-tugas akademik. Misalnya menunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas, menyerahkan tugas melewati batas waktu, malas membuat catatan kuliah, terlambat masuk kelas, dan belajar pada malam terakhir menjelang ujian (Nugrasanti, 2006). 4) Kepatuhan (Compliance) Seringkali perilaku kita dipengaruhi oleh permintaan langsung orang lain. Hal tersebut merupakan suatu bentuk pengaruh sosial yang disebut dengan pemenuhan keinginan atau kepatuhan. Robert C. Cialdini dalam buku Tim Penulis Fak. Psikologi UI (2009) menyimpulkan ada enam prinsip yang mendasari kepatuhan seseorang, yaitu sebagai berikut. a) Pertemanan atau rasa suka. Seseorang cenderung lebih mudah memenuhi permintaan teman atau orang yang dia sukai daripada permintaan orang yang tidak dia kenal atau kita benci. b) Komitmen atau konsistensi. Saat seseorang telah mengikatkan diri pada satu posisi atau tindakan, akan lebih mudah baginya untuk memenuhi permintaan terhadap 00 suatu hal yang konsisten dengan posisi dan tindakan sebelumnya. c) Kelangkaan. Seorang individu lebih menghargai dan mencoba mengemukakan obyek yang langka atau berkurang ketersediaannya. Oleh karena itu, individu cenderung memenuhi permintaan yang menekankan kelangkaan daripada yang tidak. d) Timbal balik. Orang lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan kepada orang tersebut. e) Validasi sosial. Orang akan lebih mudah memenuhi permintaan melakukan suatu tindakan jika tindakan itu konsisten dengan apa yang dia percaya bahwa orang lain akan melakukannya juga. Dengan kata lain, seseorang ingin bertingkah laku benar dan cara untuk memenuhinya adalah dengan bertingkah laku dan berpikir seperti orang lain. f) Otoritas. Seseorang lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki otoritas yang diakui atau setidaknya tampak memiliki otoritas. 01 5) Perilaku assertive (Assertion) Perilaku assertive didominasi oleh kemampuan-kemampuan yang membuat seseorang dapat menampilkan perilaku yang tepat dalam situasi yang diharapkan. Perilaku asertif (interpersonal) adalah yang perilaku melibatkan antar aspek perorangan kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku asertif selalu mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain. Menurut Christoff & Kelly dalam Gunarsa (2007) ada tiga kategori perilaku asertif, yakni: a) Asertif penolakan, ditandai dengan ucapan untuk kemampuan untuk memperhalus seperti: maaf. b) Asertif pujian, ditandai dengan mengekspresikan perasaan positif seperti menghargai, menyukai, mencintai, mengagumi, memuji, dan bersyukur. c) Asertif permintaan. Jenis asertif ini terjadi kalau seseorang meminta bantuan orang lain melakukan sesuatu dengan tanpa tekanan atau paksaan (Gunarsa, 2007). Adapun ciri-ciri individu yang memiliki ketrampilan sosial, menurut Eisler dkk (L’Abate & Milan, 1985) adalah orang yang berani berbicara, memberi pertimbangan yang mendalam, memberikan respon yang lebih cepat, memberikan jawaban secara lengkap, mengutarakan bukti-bukti yang dapat meyakinkan orang 01 lain, tidak mudah menyerah, menuntut hubungan timbal balik, dan lebih terbuka dalam mengekspresikan dirinya. Sementara Philips (dalam L’Abate & Milan, 1985) menyatakan ciri-ciri individu yang memiliki ketrampilan sosial meliputi: proaktif, prososial, saling memberi dan menerima secara seimbang. c. Manfaat Ketrampilan Sosial Manfaat ketrampilan sosial sangat besar. Menurut Johnson dan Johnson (1999) mengemukakan enam hasil penting dari memiliki ketrampilan sosial, yaitu sebagai berikut: 1) Perkembangan Kepribadian dan Identitas Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan identitas karena kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari hubungannya dengan orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain, individu mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri. Individu yang rendah dalam ketrampilan interpersonalnya dapat mengubah hubungan dengan orang lain dan cenderung untuk mengembangkan pandangan yang tidak akurat dan tidak tepat tentang dirinya. 2) Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir Ketrampilan sosial juga cenderung mengembangkan kemampuan kerja, produktivitas, dan kesuksesan karir, yang merupakan ketrampilan umum yang dibutuhkan dalam dunia 01 kerja nyata. Ketrampilan yang paling penting, karena dapat digunakan untuk bayaran kerja yang lebih tinggi, mengajak orang lain untuk bekerja sama, memimpin orang lain, mengatasi situasi yang kompleks, dan menolong mengatasi permasalahan orang lain yang berhubungan dengan dunia kerja. 3) Meningkatkan Kualitas Hidup Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dari ketrampilan sosial karena setiap individu membutuhkan hubungan yang baik, dekat, dan intim dengan individu lainnya. 4) Meningkatkan Kesehatan Fisik Hubungan yang mempengaruhi baik dan saling mendukung akan kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggi berhubungan dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat dari sakit. 5) Meningkatkan Kesehatan Psikologis Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang kuat dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain. Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi, frustasi, dan kesepian. Telah dibuktikan bahwa kemampuan membangun hubungan yang positif dengan 01 orang lain dapat mengurangi distress psikologis, yang menciptakan kebebasan, identitas diri, dan harga diri. 6) Kemampuan Mengatasi Stres Hasil lain yang tidak kalah pentingnya dari memiliki ketrampilan sosial adalah kemampuan mengatasi stres. Hubungan yang saling mendukung telah menunjukkan berkurangnya jumlah penderita stres dan mengurangi kecemasan. Hubungan yang baik dapat membantu individu dalam mengatasi stres dengan memberikan perhatian, informasi, dan feedback. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Benyamin S. Bloom berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu pengetahuan tentang fakta, pengetahuan tentang prosedural, pengetahuan tentang konsep, dan pengetahuan tentang prinsip. Ketrampilan juga terdiri dari empat kategori yang meliputi ketrampilan untuk berpikir atau ketrampilan kognitif, ketrampilan untuk bertindak atau ketrampilan 01 motorik, ketrampilan bereaksi atau bersikap, dan ketrampilan berinteraksi. b. Domain Prestasi Belajar 1) Domain kognitif Lebih lanjut Bloom menjelaskan bahwa domain kognitif terdiri atas enam kategori, yaitu: a) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. b) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga yaitu menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. c) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret. d) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi 07 atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentukannya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. e) Sintesis (synthetis) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana, atau mekanisme. f) Evaluasi (evaluation) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. (Rusman, 2012) 2) Domain afektif a) Menerima atau memperhatikan. Jenjang pertama ini akan meliputi sifat sensitif terhadap adanya eksistensi suatu fenomena atau stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif. Termasuk di dalamnya keinginan untuk menerima dan memperhatikan. b) Merespon. Peserta dilibatkan secara puas dalam obyek tertentu sehingga ia akan mencari dan menambah kepuasannya dengan terlibat di dalamnya. 08 c) Penghargaan. Pada level ini perilaku peserta didik adalah stabil dan konsisten, tidak hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan keterlibatannya pada suatu pandangan tertentu. d) Mengorganisasikan. Peserta didik membentuk suatu sistem nilai yang dapat menuntun perilaku, yaitu meliputi konseptualisasi dan mengorganisasikan. e) Membentuk pribadi. Pada tingkat akhir sudah ada internalisasi, nilai- nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir ke dalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku. 3) Domain Psikomotor a) Menirukan. Peserta didik akan mulai membuat suatu tiruan terhadap aksi yang diamati sampai pada tingkat sistem ototototnya dan dituntun oleh dorongan kata hati untuk menirukan. b) Manipulasi. Peserta didik dapat menampilkan suatu aksi seperti yang diajarkan dan tidak hanya pada seperti yang diamati. Dia mulai dapat membedakan antara satu aksi dengan yang lain, menjadi mampu memilih aksi yang diperlukan dan memanipulasi. mulai memiliki ketrampilan dalam 09 c) Keseksamaan. Ini meliputi kemampuan peserta didik dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu. d) Artikulasi. Peserta didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan aksi dengan menetapkan urutan secara tepat di antara aksi yang berbeda-beda. e) Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila anak telah dapat melakukan secara alami satu aksi atau sejumlah aksi yang urut. Ketrampilan penampilan ini telah sampai pada kemampuan yang paling tinggi dan aksi tersebut ditampilkan dengan pengeluaran energi yang minimum (Jihad, dkk. 2008). c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 1) Faktor Internal a) Faktor Fisiologis Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kurang gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi. Pada umumnya, mereka yang kekurangan gizi cenderung 11 cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran. b) Faktor Psikologis Setiap individu pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar pelajar (Komsiyah, 2012). Khayyer dan Delacey dalam Nugrasanti (2006) menyebutkan prestasi akademik salah satunya dipengaruhi oleh kepribadian (locus of control). Mahasiswa yang memiliki keyakinan bahwa hasil yang diperolehnya ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam dirinya dikatakan sebagai mahasiswa yang memiliki kemampuan kepribadian internal. Dalam hal ini penguat yang didapat dari perilakunya dipersepsikan sebagai hasil usahanya sendiri. Mahasiswa yang memiliki keyakinan bahwa hasil yang diperolehnya ditentukan oleh faktor-faktor luar di luar dirinya dikatakan sebagai mahasiswa yang memiliki kecenderungan kepribadian eksternal. Dalam hal ini penguat yang didapat dari perilakunya dipersepsikan sebagai akibat dari keberuntungan, nasib, atau dibawah kendali orang lain. 10 2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban, dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernapas lega. b) Faktor Instrumental Faktor–faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan menjadi sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru (Rusman, 2012). d. Parameter dan Penilaian Prestasi Belajar Sudjana dalam Pertiwi (2013) menyatakan bahwa parameter yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Tes a) Lisan (menuntut jawaban secara lisan) b) Tulisan (menuntut jawaban secara tulisan) 11 c) Tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan) 2) Non tes a) Observasi b) Kuesioner c) Wawancara d) Skala e) Sosiometri f) Studi kasus dan lain-lain Tes prestasi belajar ada yang sudah dibakukan ada pula yang dibuat guru, yakni tes yang tidak baku. Pada umumnya penilaian prestasi belajar di sekolah menggunakan tes buatan guru untuk semua bidang studi. Tes baku masih sangat langka meskipun lebih baik dari tes buatan guru karena membuat tes baku memerlukan beberapa kali percobaan dan analisis dari segi reliabilitas dan validitasnya. 3. Hubungan antara ketrampilan sosial dan prestasi belajar Ketrampilan sosial merupakan suatu kemampuan individu untuk mengenali dan menangani emosi dirinya dalam menghadapi situasi ataupun masalah. Seseorang yang memiliki kemampuan yang baik dalam menangani emosi, maka akan berdampak pada kesehatan psikologisnya. Kesehatan psikologis yang baik juga memicu pada timbulnya minat, motivasi, kesiapan mental, dan daya nalar seorang 11 individu. Hal-hal seperti itulah yang dibutuhkan seorang pelajar atau mahasiswa. Menurut penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fernanda dkk (2012) pada siswa kelas X dan XI SMA Negeri 10 Padang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kemampuan berinteraksi sosial pada pelajar dan hasil belajar yang diperoleh dengan taraf signifikansi sebesar 0,01. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi ketrampilan sosial pelajar, maka hasil belajar yang diperoleh siswa juga cenderung baik. Seorang individu terutama mahasiswa membutuhkan kesiapan psikologis yang baik untuk dapat menangkap dan memahami pelajaran di kelas. Jika pemahaman mahasiswa meningkat, maka diharapkan juga berdampak pada prestasi belajar mahasiswa. Adapun penelitian relevan yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Indah (2014) yang berjudul "Hubungan Antara Hubungan Sosial Dan Self Efficiacy Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bengkulu". Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan sosial dan self efficiacy dengan hasil belajar. Penelitian relevan yang berikutnya yaitu penelitian Andri (2012) yang berjudul "Pengaruh Motivasi, Ketrampilan Sosial, Minat Belajar Dan Kepercayaan Diri Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi UPN "Veteran" Jawa Timur. Penelitian ini 11 menyebutkan bahwa peningkatan motivasi tidak berdampak nyata terhadap peningkatan pemahaman akuntansi mahasiswa, sedangkan peningkatan ketrampilan sosial, minat belajar dan kepercayaan diri berdampak nyata terhadap peningkatan pemahaman akuntansi. Penelitian relevan yang disebutkan di atas, semua menunjukkan ada hubungan antara ketrampilan sosial dan prestasi belajar. Untuk itu, sebagai pembanding, maka peneliti di sini ingin mencantumkan penelitian relevan yang menunjukkan tidak ada korelasi antara ketrampilan sosial dan prestasi belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Gabiella (2012) terhadap mahasiswa fakultas psikologi USKW menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kompetensi atau ketrampilan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa skor kompetensi sosial berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 75 % dan prestasi akademik mahasiswa berada kategori sangat memuaskan yaitu hanya sebesar 53,7%. 11 B. Kerangka Konsep Ketrampilan sosial Kemampuan mengenali dan menangani situasi Hubungan dengan teman sebaya Kesehatan psikologis Motivasi belajar meningkat Manajemen diri Kemampuan akademis Pemahaman belajar meningkat Kepatuhan Perilaku assertive Nilai Prestasi belajar : variabel dependen : variabel independen : variabel perantara Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara ketrampilan sosial dengan prestasi belajar mahasiswa C. Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ketrampilan sosial dengan prestasi belajar mahasiswa