REALITAS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MASYARAKAT SUKU BADUY DENGAN WISATAWAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat gelar Sarjana (S-1) pada konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Oleh : AMRIYATUNNISA 6662101685 KONSENTRASI ILMU HUMAS PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG – BANTEN 2014 ABSTRAK Amriyatunnisa, NIM 6662101685 / 2010. Realitas Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Suku Baduy dengan Wisatawan. Pembimbing I, Ikhsan Ahmad,S.Ip.,M.Si. Pembimbing II, Yoki Yusanto,S.Sos.,M.Ikom. Penelitian ini mengambil tema mengenai realitas komunikasi antar budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Bertemunya individu-individu dari latar belakang kebudayaan yang berbeda secara terus menerus akan memberikan pengaruh kepada kedua belah pihak. Suku Baduy merupakan salah satu Suku yang masih menjaga diri dari pengaruh modernitas. Mereka menetap di sekitar pegunungan Kendeng, desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Rangkasbitug, Banten. sejak dikeluarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Lebak pada tahun 1990 Baduy mulai menjadi daerah pariwisata.Wisatawan dari berbagai macam latar belakang kebudayaan yang berbeda terus menerus datang mengunjungi suku Baduy. Dalam proses panjang dan lama, maka suku Baduy menjadi terbiasa dengan keadaan dimana kehidupan mereka erat dengan wisatawan. Namun keeratan yang terjadi, dan komunikasi antar budaya yang berlangsung ini memberikan perubahan kepada masyarakat suku Baduy disadari ataupun tidak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan hasil temuan selama melakukan penelitian dengan melakukan observasi ke Baduy dan wawancara data yang diperoleh dari orang Baduy luar, orang Baduy dalam, Pemerintah Baduy, Wisatawan dan para Akademisi. Perbedaan budaya antara masyarakat suku Baduy dengan wisatawan dapat dilihat sebagai sebuah realitas, komunikasi yang berlangsung secara verbal maupun nonverbal adalah sebuah fenomena yang dapat dijumpai. Fenomena ini merupakan hasil dari hubungan komunikasi antar budaya yang terjadi secara terus menerus dan berlangsung lama. Beberapa hambatan yang terjadi menjadikan sebuah perubahan terhadap prilaku masyarakat suku Baduy. Kata kunci : Baduy, Komunikasi Antar Budaya, Wisatawan. i ABSTRACT Amriyatunnisa, NIM 6662101685 / 2010. Intercultural Communication Reality Society Baduy with Travelers. Preceptor I, Ikhsan Ahmad,S.Ip.,M.Si. Preceptor II Yoki Yusanto,S.Sos.,M.Ikom. This study takes the theme of intercultural communication Reality Baduy community with tourists who have different cultural backgrounds. Meeting of individuals from different cultural backgrounds will continually give effect to the parties. Baduy is one of the tribes that still keep away from the influence of modernity. They settled around Kendeng mountains, villages Kanekes, District Leuwidamar, Lebak, Rangkasbitug, Banten. Since issued a decree (SK) Lebak Regent in 1990 Bedouin began to be a tourism area. Travelers from many different cultural backgrounds continually come to the Baduy. In a long, long process, the Baduy become familiar with the circumstances in which their lives are closely with tourists. However, the closeness that occurs and intercultural communication that took place this provides updates to the Baduy community conscious or not. This study used a qualitative approach to describe the findings during a study by observation to the Bedouin and the interview data obtained from outside the Bedouin, Bedouin in Government Baduy, Travelers and the Academics. Cultural differences between the Baduy community and tourists can be seen as a reality, the communication is verbal and non-verbal is a phenomenon that can be found. This phenomenon is the result of the relationship between cultural communication occurs continuously and lasts longer. Some of the obstacles that happened to make a change in the behavior of the Baduy community. Keyword : Baduy, Intercultural Communication, Traveler. ii iii iv v “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Baqarah:153)” “Mencari ilmu adalah diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan wanita dari mulai lahir sampai ke liang lahat” (Hadis Rasul) “Semua Orang adalah Guru, Alam Raya Sekolahku” (Widji Tukul) RIDHA ALLAH SWT. ADA PADA RIDHA ORANG TUA.. Skripsi ini kupersembahkan untuk Mama dan Bapak, juga untuk semua keluargaku yang selalu ada untuk peneliti dan untuk kekasihku Ahmad Lamhatunnadzori. vi KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan ke khadirat Allah SWT yang maha Agung pemilik alam semesta yang menggenggam jiwa raga semua mahluk-Nya, karena atas ridho dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan strata (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan skripsi yang berjudul “ Realitas Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Suku Baduy dengan Wisatawan” sangat peneliti harapkan. Pada kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan bimbingannya dalam proses penelitian serta penyusunan skrisi ini kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.PD selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. vii 4. Bapak Ikhsan Ahmad, S.Ip. selaku dosen pembimbing I skripsi yang membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Yoki Yusanto, S.Sos, M.Ikom. selaku dosen pembimbing II skripsi yang membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Mia Dwianna W,S.Sos.,M.Ikom dan Ibu Puspita Asri Praceka,S.sos.,M.Ikom yang telah menguji skripsi peneliti dan memberi banyak masukan yang sangat berguna. 7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Khususnya (Ibu Rahmi, Bapak Roni, Bapak Husnan, Bapak Rangga, Bapak Bagus), Terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang bermanfaat yang telah disampaikan pada peneliti. Dan Juga pengalaman yang sangat berarti yang peneliti dapatkan. Apalah arti kemampuan peneliti tanpa ilmu dari para beliau. 8. Kedua orang tua ku Bapak H. Saparudin, dan Ibu Hj. Yayah Suhiyat, terimakasih atas do’a dan dukungan yang tak pernah putus, juga untuk kesabaran memberi dukungan moril dan materil. 9. Seluruh kakak dan adik, Rismawati, Agus Firdaus, Ade Rahayu, Araudhotul Jannah, Arif Fajar Arafat, Adinda Maulidia, dan Kakak Ipar, Mustofa Kamal, Yusi Verlina, serta untuk para keponakanku viii Tazkiya, Keyla, dan Aksa. terima kasih atas dukungan dan doadoanya. 10. Untuk Ahmad Lamhatunnadzori, Kekasihku yang terbaik sudah setia dan sangat sabar menemani dan membantu selama peneliti melakukan penelitian dan selalu ada disaat-saat bahagia selama pengerjaan skripsi ini dan juga suntikan motivasi yang sudah diberikan yang membuat peneliti semangat dan mampu menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih banyak. 11. Seluruh Informan, Orang-orang Baduy luar dan dalam, Pemerintah Baduy, Wisatawan Baduy, dan Akademisi yang sudah bersedia memberikan informasi terkait penelitian yang sedang diteliti. Dan juga tempat yang telah mereka berikan kepada peneliti. 12. Untuk sahabat-sahabatku, Mega Dwi Lestari Indah dan Shara Suhartina Firmansyah, dan Bunda Nuniek Suhartini yang selalu ada di saat susah dan Senang, terimakasih. 13. Untuk Mondar Mandir Management (MMM), Indra Handayani, Amallia Utami Putri, Akmal Alamsyah, Steptian Akbar, Dhamar Indraloka, yang setia menjadi sahabat sejak menjadi mahasiswa sampai berhasil menjadi sarjana, terimakasih. 14. Teman-teman seperjuangan, yang selalu menjadi penghibur setia, motivator handal dan selalu membantu saat peneliti kesulitan dalam pengerjaan skripsi, Maya Maul, Kakek Galuh, Refika, Yosa, Puput Jolie, Eki, Titi, Sarah. ix 15. Keluarga besar mahasiswa ilmu komunikasi UNTIRTA angkatan 2010 juga mahasiswa UNTIRTA lainnya yang mau menerima peneliti sebagai teman, terima kasih atas perkenalan, persahabatan dan pengalaman yang berkesan selama perkuliahan, khususnya kepada teman-teman I F dan Humas 2010. 16. Keluarga besar Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Eksom UNTIRTA, terimakasih atas segala pelajaran dan kekeluargaan yang diberikan, Raden, Colil, Andra, Sidiq, Fira, Alfa, Cahyo, Babeh, Amanah, Dani, Dewi, Tole, Adeng, Mae, Ayi, Ipeh, Nabila, Inne, dan seluruhnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena ribuan jumlah anggotanya. 17. Juga kakak-kakak Senior Ilmu Komunikasi, Yuyun Yusniawati, Trami Vidya Veliyanti, Wahyu Annas, Aulia Shofan Hidayat, Nur Haedi, yang selalu berbagi pengalaman dan memberi masaukan. 18. Keluarga besar Untirta Movement Community (UMC), atas kesempatan yang pernah diberikan untuk belajar berorganisasi. 19. Keluarga Besar Barak Karinding (BAKKAR). 20. Terimakasih kepada Abi H. Ahmad Jaenudin, mama Suheti dan Yusril Izhar, serta keluarga besarnya. 21. Segenap kawan-kawan di Pergerakan Mahasiswa baik di Banten dan di seluruh Indonesia. semoga kita senantiasa melakukan yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar. x 22. Kepada KristinaTambunan, Destia Rifasinna, Annisa Nur Utami, Julio Mariskal Tungga, Timbul Halomoan, Armadan Muda Harahap, Fawas Saiful Salman, Muhammad Iqbal Multatuli, Wahyu Karyadi, Fatur Hakim, Dharmawan Shofyan, Joshua Tampubolon, Nisa Latahsia, terimakasih sudah memberikan ilmu dan pengalaman, tetap semangat dan optimis untuk selesaikan study. 23. Kepada pihak-pihak yang tidak pernah akrab namun sangat membantu kesuksesan penelitian ini, rental komputer dan fotocopy Altis. 24. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini. Kiranya tidak ada balasan yang lebih baik kecuali yang datang dari Allah SWT, terimakasih untuk segalanya. Kesempurnaan hanya milik-Nya dan kebenaran datang dari-Nya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua, khususnya bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan. Serang, 26 Desember 2014 Amriyatunnisa xi DAFTAR ISI Halaman Judul/Cover Abstrak ................................................................................................................... i Abstract ................................................................................................................. ii Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing ....................................................... iii Halaman Pengesahan Skripsi ............................................................................ iv Halaman Pernyataan Orisinalitas ...................................................................... v Halaman Motto dan Persembahan .................................................................... vi Kata Pengantar .................................................................................................. vii Daftar Isi ............................................................................................................. xii Daftar Tabel ..................................................................................................... xvii Daftar Bagan ................................................................................................... xviii Daftar Gambar .................................................................................................... ix Daftar Lampiran ................................................................................................ xx BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7 1.3 Identifikasi Masalah ............................................................................. 7 1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 8 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8 1.5.1. Manfaat Teoritis ......................................................................... 8 1.5.2. Manfaat Empiris ......................................................................... 8 1.5.3. Manfaat Praktis .......................................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10 2.1. Komunikasi ...................................................................................... 10 2.1 Proses Komunikasi ............................................................................ 11 2.3. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal ................................................ 12 2.3.1. Komunikasi Verbal ................................................................. 12 2.3.2. Komunikasi Non-Verbal ......................................................... 13 2.4. Komunikasi Persona .......................................................................... 15 2.5. Komunikasi Antar Pribadi ................................................................. 16 2.6. Komunikasi Kelompok ...................................................................... 17 2.7. Komunikasi Sosial ............................................................................. 21 2.8. Komunikasi dan Akulturasi ............................................................... 21 2.9. Budaya ............................................................................................... 22 2.9.1. Sifat-sifat Budaya .................................................................... 24 2.10. Konsep Kebudayaan ........................................................................ 24 2.11. Subbudaya dan Subkelompok ......................................................... 26 xii 2.12. Komunikasi Antar Budaya ............................................................ 26 2.13. Komunikasi Lintas Budaya ........................................................... 31 2.14. Hambatan Komunikasi .................................................................. 32 2.14.1. Steriotipe ............................................................................. 32 2.14.2. Prasangka ............................................................................ 33 2.15. Modernisasi ................................................................................... 34 2.16. Teori Fenomenologi ...................................................................... 36 2.17. Kerangka Berpikir ......................................................................... 42 2.18. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 43 2.18.1. Tabel Matrix Penelitian Terdahulu ...................................... 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 46 3.1. Metode Penelitian .............................................................................. 46 3.2. Paradigma Konstruktivisme .............................................................. 47 3.2.1. Pengertian Paradigma .............................................................. 47 3.2.2. Konstruktivisme ...................................................................... 48 3.3. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 49 3.4. Instrumen Penelitian .......................................................................... 49 3.4.1. Sumber Data ............................................................................ 49 3.4.2. Informan Penelitian ................................................................. 49 3.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 51 3.6. Triangulasi ......................................................................................... 53 3.7. Analisis Data ..................................................................................... 54 3.8. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 55 3.8.1. Tabel Penelitian ...................................................................... 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 57 4.1. Deskripsi Objek Penelitian................................................................. 57 4.1.1. Sejarah Umum Suku Baduy .................................................... 57 4.1.2. Masuknya Wisatawan ke Baduy ............................................. 66 4.2. Objek Penelitian ................................................................................ 68 4.3. Profil Informan .................................................................................. 68 4.4. Data Penelitian .................................................................................. 75 4.5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................................................... 77 4.5.1. Komunikasi Internal Suku Baduy ........................................... 77 4.5.2. Komunikasi sosial Suku Baduy .............................................. 81 4.5.3. Komunikasi verbal suku Baduy .............................................. 87 4.5.4. Komunikasi Non Verbal Suku Baduy .................................... 88 4.5.5. Perubahan Masyarakat Baduy setelah Berkomunikasi Antar Budaya dengan Wisataw…....................................................... 91 4.6.2.1. Bagan Proses Komunikasi Antar Budaya Suku Baduy dengan Wisatawan dan Pengaruhnya .................................... 100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 101 5.1. Kesimpulan....................................................................................... 101 xiii 5.2. Saran................................................................................................. 104 5.2.1. Saran Teoritis ........................................................................ 105 5.2.2. Saran Empiris......................................................................... 105 5.2.3. Saran Praktis.......................................................................... 106 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………107 xiv DAFTAR TABEL Tabel 2.1.8.1. Tabel Matriks Penelitian Terdahulu ................................. 45 Tabel 3.8.1. Tabel Jadwal Penelitian .................................................... 56 xv DAFTAR BAGAN Bagan 2.17. Bagan Kerangka Pemikiran ............................................ 42 Bagan 4.6.2.1. Bagan Proses Komunikasi antar budaya suku Baduy dengan wisatawan dan pengaruhnya ............................ 100 xvi DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 1.6 Gambar 1.7 Gambar 1.8 Patung Selamat Datang di Ciboleger ................................ 57 Rumah Suku Baduy (Nyulah Nyandah) ........................... 59 Ladang Orang Baduy ........................................................ 62 Leuit (tempat menyimpan hasil panen) ............................ 62 Struktur Pemerintahan Baduy ........................................... 64 Warga Baduy berbincang diteras rumah .......................... 78 Masyarakat Baduy yang Bekerja sebagai Pendamping .... 82 Anak-anak Baduy menonton acara Tv............................. 86 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian ......................................................... 109 Surat Bukti Penelitian ..................................................... 110 Fotokopi Buku Bimbingan Skripsi .................................. 111 Pedoman Wawancara........................................................114 Profil Informan dan Hasil Wawancara ........................... 119 Catatan Hasil Pra Penelitian ............................................166 Pedoman Observasi ........................................................ 170 Catatan Hasil Observasi .................................................. 171 Lampiran Dokumentasi ............... ................................... 177 Tabel kategorisasi ........................................................... 184 Bukti Informan ................................................................ 188 Riwayat Hidup Peneliti .................................................... 193 xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku-suku pedalaman yang masih menjaga nilai adat dan kebudayaan tradisional. Salah satunya yang menarik perhatian dan banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah suku Baduy. Suku Baduy bermukim disekitar Pegunungan Kendeng Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Kekhasan dan keunikan suku Baduy adalah daya tarik utama bagi wisatawan yang datang berkunjung. Wisatawan Regional, Nasional, maupun Internasional yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda dengan suku Baduy, menyempatkan waktu untuk datang berkunjung. Dalam kunjungan tersebut terjadi komunikasi antara wisatawan dan masyarakat suku Baduy. Jumlah wisatawan yang mengunjungi Baduy pun semakin meningkat sampai ratusan orang per sekali kunjungan, biasanya merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa lainnya. Menurut Jaro Dainah (Jaro Pemerintah Baduy Luar), jumlah wisatawan yang mengunjungi Baduy berjumlah 3000-5000 orang per tahunnya. Jumlah pengunjung di tahun 2014 mencapai 3.500 orang. 1 2 Masyarakat suku Baduy yang dikunjungi oleh para wisatawan menyambut dengan baik kedatangan wisatawan ke dalam lingkungan Baduy. Dalam pertemuan antara wisatawan dan masyarakat suku Baduy terjalin komunikasi antar budaya, sehingga wisatawan maupun masyarakat suku Baduy saling bertukar informasi tentang kebudayaan masing-masing. Komunikasi antar individu yang berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda merupakan bagian dari komunikasi antarbudaya (Wahyu.2008,12). Wisatawan yang berkunjung ke Baduy melakukan interaksi dengan masyarakat asli Baduy dengan cara bercakap-cakap antar individu maupun antar kelompok, yang kemudian berproses menjadi pertukaran informasi tentang kebudayaan. Terjalinnya komunikasi antara masyarakat baduy dengan wisatawan membuat Baduy semakin membuka diri terhadap dunia luar. Dengan berinteraksi melalui komunikasi antar individu maupun kelompok masyarakat Baduy mengetahui perkembangan dunia diluar wilayahnya. Sebagai hasil dari interaksi komunikasi tersebut masyarakat Baduy mengetahui modernitas dan teknologi yang berkembang. Aturan adat Baduy memang menolak beberapa hal terkait modrenitas misalnya menolak menggunakan sarana transportasi modern seperti kendaraan beroda dua, empat atau lebih, tidak menggunakan penerangan, dan tidak menggunakan teknologi komunikasi. Suku Baduy merupakan suku Baduy adalah sebuah kelompok masyarakat adat sub etnis Sunda, mereka berjumlah 11.275 Orang 1460 orang baduy dalam dan 3 9.815 orang Baduy luar, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 2882 (Jaro Dainah : 2014). Sebutan Baduy merupakan sebutan yang diberikan oleh masyarakat luar, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang menyamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan kelompok yang hidup berpindah-pindah. Namun mereka lebih suka menyebut dirinya Urang Kanekes atau orang Kanekes sesuai dengan nama wilayah mereka atau sebutan yang mengacu pada nama kampung mereka 1 . Masyarakat Baduy merupakan masyarakat tradisional di Banten. Mereka masih menerapkan prinsip hidup yang diajarkan turun temurun oleh leluhurnya. Masyarakat Baduy sangat ketat dalam mengikuti adat istiadat namun bukan berarti mereka mengisolasi diri dari dunia luar sama sekali. Berdirinya kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan suku Baduy kedalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran masyarakat suku Baduy. Sebagai tanda pengakuan kepada penguasa masyarakat Baduy secara rutin melakukan Saba ke kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara Saba tersebut terus dilangsungkan secara rutin setahun sekali. Saba adalah upacara mengantarkan hasil bumi kepada pemerintahan Banten yang saat ini diberikan kepada Gubernur Banten. Awalnya dalam mempertahankan nilai adat dan kebudayaan mereka dari pergeseran, suku Baduy memiliki strategi membagi wilayahnya menjadi dua bagian yaitu Baduy luar dan Baduy dalam. Suku Baduy luar bertugas menjadi 1 Saatnya Baduy Bicara, Kurnia Asep,S.Pd, Sihabudin Ahmad,M.Si,Dr;Jakarta,Bumi Aksara,2010.hal.8 4 lapisan pertama untuk menyaring masuknya pengaruh modernitas ke Baduy dalam. Sedangkan suku Baduy dalam yang merupakan representasi dari masyarakat suku Baduy asli bertugas melestarikan nilai adat dan kebudayaan Baduy dengan menjalankan segala aturan dan amanat dari leluhurnya. Dalam menjalankan kehidupannya masyarakat suku Baduy diatur oleh hukum adat yang tidak tertulis. Peraturan bagi Baduy luar dan Baduy dalam berbeda. Suku Baduy dalam sangat ketat dalam melaksanakan segala amanat dan aturan leluhur, sedangkan Baduy luar mendapatkan kelonggaran peraturan, namun bukan berarti Baduy luar boleh menjalani kehidupan dengan bebas. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia. Manusia yang tidak berkomunikasi akan terisolasi, Porter dan Samover (Mulyana dan Rakhmat.2006,12). Landasan hubungan sosial adalah komunikasi (Wahyu, 2008,12). Manusia berkomunikasi dengan manusia lainnnya. Kemudian manusia-manusia dalam kelompok berkomunikasi dengan manusia dalam kelompok lainnya. Manusia berkomunikasi untuk memahami apa yang menjadi kebutuhan dalam kehidupannya. Komunikasi antar individu dengan individu lainnya merupakan komunikasi antarbudaya, begitupula komunikasi kelompok yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda pun akan menjadi komunikasi antarbudaya. Komunikasi 5 antarbudaya terjadi apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya lain dan penerima pesannya anggota budaya lain. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator terhadap komunikan dengan tujuan menyamakan persepsi yang diinginkan oleh komunikator. Komunikasi melibatkan ekspektasi, persepsi, pilihan, tindakan, dan penafsiran. 2 Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang harus ada dalam setiap proses komunikasi, yaitu sumber informasi, saluran, dan penerima informasi. Sumber informasi adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki badan informasi untuk disebarkan kepada komunikan. Saluran adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada komunikan dan penerima informasi adalah orang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran informasi. Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Komunikasi Efektif, ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan yang berbeda, maka kita memiliki pula perbedaan dalam sejumlah hal, misalnya derajat kemampuan, derajat kesulitan dalam peramalan, derajat ambiguitas, kebingungan, suasana misterius yang tidak dapat dijelaskan, tidak bermanfaat, bahkan nampak tidak bersahabat. Dengan demikian ketika suatu masyarakat berada pada kondisi kebudayaan yang beragam maka komunikasi antarpribadi dapat menyentuh nuansa-nuansa komunikasi antarbudaya. Disini, kebudayaan yang menjadi latar belakang kehidupan karena adanya sosiokultural akan mempengaruhi prilaku komunikasi manusia. 2 Mulyana,Deddy,MA,DR.Komunikasi Efektif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.2004.hal.17 6 Komunikasi meliputi pemaknaan atas simbol dan sekaligus juga indeks. Esensi komunikasi terletak pada proses, dimana aktivitas yang menghubungkan antara komunikator dengan komunikan melampaui ruang dan waktu. Hal ini yang mengakibatkan proses komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan perlu diperhatikan ketika melakukan komunikasi. Kebudayaan merupakan produk atau hasil dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya. Perbedaan budaya dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses komunikasi. Karena seringkali hambatan yang terjadi pada komunikasi itu dikarenakan faktor budaya yang dimiliki antara masing-masing individu tersebut. Masyarakat dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil berinteraksi dengan kultur yang lebih besar atau dominan. Subkultur biasanya mengembangkan sistem komunikasi mereka untuk meningkatkan efektifitas komunikasi, untuk memungkinkan para anggota saling mengenal satu dan lainnya, untuk menjamin kerahasiaan komunikasi, dan untuk menciptakan kesan tertentu atau membuat bingung orang diluar dari kelompok mereka. Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana komunikasi antar budaya mempengaruhi perubahan prilaku masyarakat suku Baduy. Dalam penelitian ini, peneliti membuat skripsi dengan judul “Realitas Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Suku Baduy dengan Wisatawan”. 7 1.2. Rumusan Masalah Untuk memberikan paparan yang jelas dan agar terfokusnya pembahasan maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat Baduy dengan wisatawan? 1.3. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti kedalam identifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana komunikasi internal yang terjadi pada masyarakat Baduy? 2. Bagaimana komunikasi Sosial yang terjadi antara masyarakat Baduy dan wisatawan? 3. Bagaimana komunikasi verbal yang terjadi antar masyarakat Baduy dengan Wisatawan? 4. Bagaimana komunikasi non verbal yang terjadi antara masyarakat Baduy dengan Wisatawan? 5. Bagaimana perubahan yang terjadi pada masyarakat suku Baduy setelah menjalin komunikasi anatar budaya dengan wisatawan? 8 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Mengetahui komunikasi internal masyarakat suku Baduy 2. Mengetahui komunikasi sosial masyarakat suku Baduy 3. Mengetahui komunikasi verbal yang terjadi antara masyarakat suku Baduy dengan wisatawan 4. Mengetahui komunikasi non verbal yang terjadi antara masyarakat suku Baduy dengan wisatawan 5. Mendeskripsikan pengaruh yang terjadi di masyarakat suku Baduy setelah menjalin komunikasi dengan Wisatawan secara terus menerus 1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang bermanfaat untuk perkembangan kemajuan pengetahuan terutama dalam ranah komunikasi dan komunikasi anarbudaya dan ilmu-ilmu lain pada umumnya. 1.5.2. Manfaat Empiris Dari hasil penelitian ini semoga dapat memberikan masukan kepada masyarakat Baduy dalam menjaga kelestarian nilai adat dan budaya masyarakat tradisional. 9 1.5.3. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi komunikasi antarbudaya masyarakat Baduy dengan non-Baduy dalam menjaga dan melestarikan nilai adat dan budaya. Peneliti juga berharap penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa Inggris Communication, berasal dari bahasa Latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendi, 2000). Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan. Atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling menukar pikiran atau pendapat. Komunikasi bukan sekedar tukar menukar pikiran serta pendapat saja akan tetapi kegiatan yang dilakukan untuk berusaha mengubah pendapat dan tingkah laku orang lain. Dengan demikian, komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu, sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap, dan bertingkah laku yang sama dengan kita (Wahyu.2008,12). Komunikasi merupakan penyampaian pengertian antar individu. Semua manusia dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan dan pengalaman dari orang yang satu kepada orang yang lainnya. 10 11 Pada pokoknya komunikasi adalah pusat minat dan situasi prilaku dimana suatu sumber menyampaikan pesan kepada seseorang penerima dengan berupaya mempengaruhi prilaku penerima tersebut.3 Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal.4 Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal atau bentuk non-verbal, tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama.5 2.2. Proses Komunikasi Komunikasi tidak bisa dipandang sekedar sebagai sebuah kegiatan yang menghubungkan manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus dipandang sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpuan tindakan yang terus menerus diperbaharui. Kita sebut komunikasi sebagai proses, karena komunikasi itu dinamis, selalu berlangsung dan sering berubah (Wahyu.2008,13) Proses komunikasi dimulai dari pikiran orang yang akan menyampaikan pesan atau informasi. Apa yang dipikirkan itu kemudian dilambangkan dengan simbol, 3 Rohim,Syaiful,M.Si. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam dan Aplikasi.Jakarta:PT.Rineka Cipta,2009.hal.8. 4 Mulyana, Deddy, MA, DR. Op.cit. Hal. 3. 5 Ibid.Hal. 3. 12 baik berupa ucapan ataupun isyarat. Proses selanjutnya dengan melalui transmisi berupa media dan perantara atau channel, maka pesan yang disampaikan tiba pada si penerima atau komunikan. Dalam diri komunikan, pertama-tama ia menerima pesan, kemudian mencoba menafsirkan pesan dan akhirnya memahami isi pesan. Reaksi dari penerima pesan kepada pengirim pesan disebut efek atau umpan balik. Apabila terjadi perubahan dari diri penerima pesan, berarti komunikasi itu berhasil tanpa adanya gangguan. (Wahyu.2008,14). 2.3. Komunikasi Verbal dan Non-verbal 2.3.1 Komunikasi Verbal Dalam pemakaiannya komunikasi verbal menggunakan bahasa. Bahasa merupakan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal digunakan untuk proses transaksi jual beli linta budaya. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitasindividual kita. Konskuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu.6 6 Mulyana, Deddy, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002. Hal. 238. 13 2.3.2. Komunikasi Non-verbal Komunikasi Non-verbal merupakan tindakan dan atribusi (lebih dari penggunaan kata-kata) yang dilakukan seseorang kepada orang lain untuk bertukar makna, yang selalu dikirimkan dan diterima secara sadar oleh dan untuk mencapai umpan balik atau tujuan tertentu (Burgoon and Saine, 1978).7 Komunikasi non-verbal meliputi ekspresi wajah, nada suara, gerakan tubuh, kontak mata, rancangan ruang, pola-pola perabaan, gerakan ekspresif, perbedaan budaya, dan tindakan-tindakan non-verbal lain yang tak menggunakan kata-kata. Komunikasi Non verbal penting karena manusia menggunakan sistem pesan ini untuk menyatakan sikap, perasaan, dan emosi. Sadar ataupun tidak, disengaja ataupun tidak manusia membuat penilaian dan keputusan yang penting mengenai keadaan seseorang. Keadaan yang dinyatakan tanpa kata-kata. Komunikasi non verbal bersifat kontekstual dan juga dapat menciptakan kesan. Komunikasi non verbal merupakan proses multidimensi. Aspek multidimensi ini terungkap dalam fakta bahwa komunikasi non verbal tidak terjadi sendiri, namun biasanya dengan pesan verbal. Komunikasi non verbal bersifat Ambigu, maksudnya tidak pernah ada keyakinan yang pasti apakah seseorang mengerti maksud yang diinginkan melalui komunikasi non verbal yang ditunjukkan. Komunikasi non-verbal dalam komunikasi antarbudaya berperan penting dalam proses komunikasi, dan dalam transaksi jual beli lintas budaya juga 7 Liliweri, Alo, M.s, D.R, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2002.hal. 175. 14 komunikasi non-verbal seperi isyarat, gerakan tubuh, postur tubuh, gerakan kepala, ekspresi wajah, dan kontak mata adalah perilaku yang kesemuanya disebut bahasa tubuh yang mengandung makna pesan yang potensial. Studi sistematik mengenai aspek-aspek gerakan tubuh yang terpola, dipelajari, dan bersifat simbolik itu disebut kinesika. Diasumsikan bahwa setiap komunitas antarbudaya memiliki cara-cara khas untuk menyampaikan pesan lewat bahasa tubuh (Wahyu.2008,21). Menurut pernyataan Richmond, McCracken, dan Payne, “pesan yang dihasilkan dari setiap kategori tidak berdiri sendiri namun bersamaan dengan pesan dari kategori lain, pesan verbal, konteks, dan manusia sebagai penerima pesan. Banyak klasifikasi membagi pesan non verbal kedalam dua kategori komperhenshif, yaitu pertama yang dihasilkan oleh tubuh (penampilan, gerakan tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, parabahasa), dan kedua hal-hal seperti ruang lingkup (tempat, jarak, waktu, dan sikap diam atau keheningan)8 a. Penampilan (nilai keindahan, warna kulit, pakaian, postur tubuh, dll). b. Gerakan Tubuh seperti gerakan jari (menunjuk, mengacungkan jempol keatas atau kebawah, membuat lingkaran “O” dengan jari-jari), gerakan idiosinkratik (istimewa), isyarat, penerimaan dan pemahaman, frekuensi dan intensitas suatu gerakan. c. Ekspresi wajah (bahagia, takut, sedih, marah, jijik, dan terkejut). d. Kontak mata dan Tatapan (langsung, sensual, tajam, ekspresif, intelegen, menembus sanubari, sedih, gembira, duniawi, keras, terpercaya, dan curiga). 8 Samovar Larry A,Komunikasi Lintas Budaya, Jakarta : Salemba Humanika.2010.hal.299 15 e. Sentuhan ( sentuhan profesional, sentuhan kesopanan sosial, sentuhan persahabatan, sentuhan keintiman/kasih sayang, sentuhan seksual). f. Parabahasa berkaitan dengan karakteristik komunikasi suara dan dengan bagaimana orang-orang menggunakan suara mereka. Parabahasa meliputi seperti cekikikan, taa, aksen atau logat, erangan, mendesah, nada, tempo, volume, dan resonasi. g. Ruang lingkup dan Jarak (ruang gerak pribadi, tempat duduk, pengaturan perabotan) h. Waktu (informal, persepsi masa lalu, masa kini, dan masa depan, klasifikasi monochronic dan polychronic). i. Sikap diam atau keheningan, lamanya sikap diam mempengaruhi komunikasi interpersonal dengan menyediakan suatu interval dalam interaksi yang sedang terjadi dimana masing-masing memiliki waktu untuk berpikir, memeriksa atau menahan perasaan atau membuka pemikiran yang lain. 2.4. Komunikasi Persona Komunikasi persona (interpersonal) mengacu pada proses-proses mental yang dilakukan orang untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan dengan lingkungan sosio-budayanya, mengembangkan cara-cara melihat, mendengar, memahami, dan merespons lingkungan. Komunikasi dapat dianggap sebagai merasakan, memahami, dan berprilaku terhadap objek-objek dan orang-orang dalam suatu lingkungan. Ia adalah proses 16 yang dilakukan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Ruben, 1975 : 168-169). 2.5. Komunikasi Antar Pribadi Yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka (Cangara, 2004:31). Komunikasi berlangsung secara diadik (secara dua arah/timbal balik) yang dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena dapat menggunakan kelima alat indra untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting sehingga kapan pun, selama manusia masih memiliki emosi. Adapun fungsi dari komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2004:33). Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh De Vito (dalam Aloliliweri 1997:12) bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. 17 Menurut Everet M.Rogers ada beberapa cirri komunikasi yang menggunakan saluran komunikasi antarpribadi (Liliweri, 1997:13) : a. Arus pesan yang cenderung dua arah b. Konteks komunikasinya dua arah c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi e. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap 2.6. Komunikasi Kelompok Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung diantara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat, masingmasing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kebudayaan dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan pribadi. Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka menjadi salah satu tersebut. Komunikasi dilakukan lebih dari dua orang, tetapi dalam jumlah terbatas dan materi komunikasi tersebut juga kalangan terbatas, khusus bagi anggota 18 kelompok tersebut 9 . Adapun karakteristik dari komunikasi kelompok seperti yang dijelaskan oleh Merhaeni fajar, antara lain : a. Komunikasi dalam komunikasi kelompok bersifat homogen b. Dalam komunikasi kelompok terjadi kesepakatan dalam melakukan tindakan pada saat itu juga. c. Arus balik dalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung, karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi berlangsung. d. Pesan yang diterima komunikan bersifat rasional (terjadi pada komunikan kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikan kelompok besar). e. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikan interpersonal. f. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya. Michael Burgoon (dalam Wiryanto,2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebgai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecah masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain dengan cepat10. 9 Marheni Fajar,2009. Ilmu komunikasi Teori dan Praktik. Graha ilmu: Jakarta. Hal.65 Ibid, Hal.66 10 19 Komunikasi kelompok merupakan komunikasi diantara sejumlah orang (kelompok kecil berjumlah 4-20 orang, kelompok besar 20-50 orang). Makin banyaknya komunikasi antar pribadi, umpan baliknya masih berlangsung cepat (jika kelompok kecil), adaptasi pesan masih bersifat khusus dan tujuan komunikasi masih barsifat tidak terstruktur, hal itu menjadikan perubahan atas jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi kelompok terjadi pula proses interaksi antarbudaya dari para anggota kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaan. Pengertian konteks komunikasi kelompok adalah operasi komunikasi antarbudaya dikalangan in group maupun antara anggota sebuah in group dengan out group, atau bahkan anggota pelbagai kelompok (intergroup communication). Perasaan-perasaan terikat pada kelompok yang kerap kali dimanifestasikan dengan merendahkan kelompok lain yang dikenal dengan etnosentrisme dan rasisme. Akibatnya adalah terbentuknya jaringan komunikasi antaranggota kelompok (networks of communication). Mitchel menjelaskan sebuah jaringan kelompok menunjukkan suatu jaringan diantara beberapa orang yang didasarkan pada karakteristik kepentingan atau minat tertentu yang telah terjelma dalam prilaku sosial. Analisis jaringan kelompok pernah diajukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) yang bertujuan untuk : a. Mengidentifikasi peranan seseorang dalam jaringan komunikasi, misalnya sebagai liaisons (penghubung), bridges (jembatan, menjembatani) dan isolates (terisolasi, menyendiri). 20 b. Mengidentifikasi klik (cliques) dalam jaringan dan menentukan bagaimana terbentuknya pengelompokkan struktur yang pada gilirannya mempengaruhi prilaku komunikai dalam sebuah sistem. c. Mengatur variasi struktur komunikasi (seperti kepadatan komunikasi, keterbukaan dan keterkaitan) bagi individu (pada klik tertentu), komunikasi diantara dua orang (dyads), klik atau satuan sistem. Berdasarkan analisis jaringan kelompok yang pernah diajukan oleh Rogers dan Kincaid (1981), maka dikenal beberapa katagori peranan setiap orang dalam membentuk jaringan antarpribadi, yaitu : a. Nodes, yang menjelaskan peranan atau kedudukan serta fungsi komunikasi setiap individu dalam kelompok; b. Links, yang menjelaskan kaitan antara nodes dan karakteristik hubungan tersebut sebagai akibat dari fungsi mereka sebagai saluran komunikasi; c. Cliques, yang menjelaskan subkelompok dalam jaringan dan pembagian tugas dalam klik dan struktur mereka dalam kaitan dengan arus komunikasi; d. Network, menjelaskan tentang suatu jaringan dan relasi antara karakteristik sistem (ukuran dan struktur) dan kaitannya dengan arus komunikasi, (Asante dan Gudykunst, 1981). Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi kelompok biasanya menunjuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small group communication)11. 11 Deddy mulyana,2005. Ilmu Komunikasi Pengantar. Rosdakarya: Bandung. Hal.74 21 2.7. Komunikasi sosial Komunikasi sosial berkaitan dengan komunikasi persona ketika satu atau dua lebih individu berinteraksi, sengaja atau tidak. Melalui komunikasi sosial individu-individu “menyetel” perasaan-perasaan, pikiran-pikiran dan prilaku-prilaku antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi sosial dapat dikategorikan lebih jauh kedalam komunikasi antarpersona dan komunikasi massa. Komunikasi antarpersona terjadi melalui hubungan-hubungan antarpersona sedangkan komunikasi adalah suatu proses komunikasi sosial yang lebih umum, yang dilakukan individu-individu untuk berinteraksi dengan lingkungan sosio-budayanya, tanpa terlihat dalam hubunganhubungan antarpersona dengan individu-individu tertentu. Pengalaman-pengalaman komunikasi individu melalui media seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, film, teater, dan bentuk-bentuk komunikasi serupa dapat termasuk kedalam kategori ini. 2.8. Komunikasi dan Akulturasi Komunikasi merupakan aspek terpenting dan mendasar dalam menjalankan hidup. Banyak pembelajaran yang diperoleh melalui respon-respon komunikasi terhadap rangsangan dari lingkungan. Ada proses menyandi dan menyandi balik pesan-pesan dengan cara itu sehingga pesan-pesan tersebut akan dikenali, diterima, dan direspon oleh individu-individu yang saling berinteraksi12. Komunikasi merupakan pembawa proses sosial. Ia adalah alat yang manusia miliki untuk mengatur, mentasbihkan dan memodifikasi kehidupan sosialnya. Proses sosial bergantung pada penghimpunan, 12 (Young Yun Kim) Deddy Mulyana, Jalaludin Rakhmat.2005.Komunikasi Antarbudaya. Rosdakarya: Bandung.Hal.137 22 pertukaran, dan penyampaian pengetahuan. Pada gilirannya pengetahuan bergantung pada komunikasi (Peterson, Jensen, dan Rivers, 1965 : 16). Dalam konteks yang luas, Le Vine (1973) menyebutkan bahwa budaya sebagai panduan pola-pola yang merefleksikan respon-respon komunikatif terhadap rangsangan dari lingkungan. Pola-pola budaya ini pada gilirannya merefleksikan elemen-elemen yang sama dalam prilaku komunikasi individual yang dilakuakan yang lahir dan diasuh dalam budaya itu. Le Vine menyebutkan budaya sebagai seperangkat aturan terorganisasikan mengenai cara-cara yang dilakukan individuindividu salam masyarakat berkomunikasi satu sama lain dan cara mereka berpikir tentang diri mereka dan lingkungan mereka. Proses yang dilalui individu-individu untuk memperoleh aturan-aturan (budaya) komunikasi dimulai pada masa awal berinteraksi. Melalui proses sosialisasi dan pendidikan, pola-pola budaya ditanamkan kedalam sistem saraf dan menjadi bagian kepribadian dan prilaku kita. Proses belajar yang diinternalisasikan memungkinkan untuk berinteraksi dengan anggota-anggota budaya lainnya yang juga memiliki polapola komunikasi serupa. Proses memperoleh pola-pola demikian oleh individuindividu disebut enkulturasi atau istilah-istilah serupa lainnya seperti pelaziman budaya (culture conditioning) dan pemrograman budaya (culture programing)13. 2.9. Budaya Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanksakerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris 13 Ibid. Hal. 138 23 kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Baelanda diistilahkan dengan cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Menurut E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.14 Sementara itu, menurut Trenholm dan jensen budaya merupakan seperangkat nilai, kepercayaan, norma, adat istiadat, aturan dan kode, yang secara sosial mendefinisikan kelompok-kelompok orang mengikat mereka satu sam lain dan memberi mereka kesadaran bersama. Mereka mengemukakan lebih jauh bahwa budaya adalah jawaban kolektif terhadap peranyaan-pertanyaan mendasar : siapa kita? Bagaimana tempat kita di dunia? Dan bagaimana kita menjalani kehidupan kita? Pandangan tentang budaya memandu manusia untuk mempersepsi dunia, bagaimana berpikir tentang diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain dan bagaimana kita mempertukarkan pesan. 15 Kebudayaan ataupun yang disebut dengan peradaban, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897).16 14 Effendi, Ridwan, M.Ed.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: PT. Kencana.2008.hal.27. Mulyana, Dedi,M.A, D.R, Prof. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya,Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2005.hal.15. 16 Soelaeman, Munandar, M, DR. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung: PT. Refika Aditama.2010.hal 19. 15 24 Dengan demikian budaya atau kebudayaan menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Menurut para ahli yang sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahap yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks. 2.9.1. Sifat-Sifat Budaya Sifat hakiki kebudayaan antara lain : 1. Budaya terujud dan disalurkan dari prilaku manusia 2. Budaya telah ada lebih dahulu daripada lahirnya satu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan 3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya. 4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan keajiban-kewajiban yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakantindakan yang diizinkan. 17 2.10. Konsep Kebudayaan Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu : 1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia : wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya. Disebutkan bahwa sistem budaya karena 17 Effendi, Ridwan, M.Ed.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: PT. Kencana.2008.hal.33. 25 gagasan dan pikiran tersebut tidak merupakan kepingan-kepingan yang terlepas, melainkan saling berkaitan berdasarkan asas-asas yang erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran yang relatif mantap dan kontinyu. 2. Kompleks aktivitas, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkret, dan dapat diamati atau diobservasi. Ujud ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini tidak dapat melepaskan diri dari sistem budaya. Apapun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran yang ada didalam kepala manusia. Karena saling berinteraksi antara manusia, maka pola aktivitasnya dapat pula menimbulkan gagasan, konsep, dan pikiran baru serta tidak mustahil dapat diterima dan mendapat tempat dalam sistem budaya dari manusia yang berinteraksi tersebut. 3. Wujud sebagai benda,. Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang konkret juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda-benda yang diam sampai pada benda yang bergerak. 18 Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi. Akan tetapi pada gilirannya budaya yang terciptapun mempengaruhi cara berkomunikasi anggota 18 Soelaeman, Munandar, M, DR. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung: PT. Refika Aditama.2010.hal 22. 26 budaya bersangkutan. Hubungan antarbudaya dan komunikasi adalah timbal balik. Budaya takkan eksis tanpa komunikasi dan komunikasi pun takkan eksis tanpa budaya. 2.11. Subbudaya dan Subkelompok Suatu komunitas rasial, etnik, regional, ekonomi, atau sosial yang memperlihatkan pola-pola prilaku yang membedakan dari subkultur-subkultur lainnya dalam suatu budaya atau masyarakat yang melingkupinya. Suatu masyarakat penting yang tidak memenuhi kriteria untuk disebut subkultur, namun menghadapi masalah-masalah komunikasi serupa, adalah subkelompok menyimpang (deviant sub group). Termasuk dalam subkelompok menyimpang ini adalah kaum homoseks, germo, pelacur, pecandu obat bius, sekte agama sesat, organisasi revolusioner. 2.12. Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antar budaya diartikan sebagai proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh gaya atau tampilan pribadi atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan. 19 Menurut Andrea L. Ritch dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Intercultural Communication, A Reader-komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang 19 Ibid, hal.09. 27 berbeda kebudayaan, misalnya antar suku bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas sosial.20 Komunikasi antarbudaya adalah menambah kata budaya kedalam pernyataan “komunikasi antara dua orang/lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan”. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Budaya dan komunikasi menjelmakan diri dalam kerangka interaksi. Interaksi ini dapat disebut sebagai pengejawantahan wacana sosial (said of social discourse). Artinya, komunikasi antarbudaya terjadi apabila bila produsen pesan adalah anggota budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam keadaan demikian, menurut Poter dan Samovar dalam Intercultural Communication : A Reader (1982) dalam Mulyana dan Rakhmat (1990:16) kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi dimana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus kepada orang yang berbeda budaya, yang dapat menimbulkan segala macam kesulitan. Namun, melalui studi dan pemahaman atas komunikasi antarbudaya, kita dapat atau hampir menghilangkan kesulitan-kesulitan ini 21 . Kajian komunikasi antar budaya mengenal beberapa asumsi, yaitu : a. Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan. 20 Ibid, Hal. 10. Sihabudin Ahmad, M.Si, Dr. Komunikasi Antarbudaya suatu perspektif multidimensi, Jakarta:PT.Bumi Aksara.2011.hal 46. 21 28 b. Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antar pribadi. c. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antar pribadi. d. Komunikasi anatarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian. Gudykunstt dan Kim (1984) menunjukkan bahwa orang-orang yang baru dikenal selalu berusaha mengurangi tingkat ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas relasi antarpribadi. Usaha untuk mengurangi ketidakpastian itu dapat dilakukan melalui tiga tahap interaksi, yakni : a. Pro-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal dan nonverbal (apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari komunikasi). b. Initial contact dan impression, yakni tanggapan lanjutan atau kesan yang muncul dari kontak awal tersebut. c. Closure (kedekatan), memulai membuka diri yang semula tertutup melalui atribusi dan pengembangan kepribadian implisit. Teori atribusi menganjurkan agar kita harus lebih mengerti prilaku orang lain dengan menyelidiki motivasi atas suatu prilaku atau tindakan. d. Komunikasi berpusat pada kebudayaan. Edrawd T. Hall mengatakan bahwa komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi, dalam kebudayaan ada sistem dan dinamika yang mengatur tata cara pertukaran simbol-simbol komunikasi dan hanya dengan komunikasi maka pertukaran simbol-simbol dapat dilakukan, dan kebudayaan hanya akan eksis jika ada komunikasi. e. Efektifitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antarbudaya. 29 Komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik namun masih berada pada tahap rendah. Apabila ada proses pertukaran pesan itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telak memasuki tahap transaksional. Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur penting yakni, (1) keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus menerus dan berkeseimbangan atas pertukaran pesan; (2) peristiwa komunikasi meliputi seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, dan (3) partisipan dalam komunikasi antarbudaya menjalankan peran tertentu. Baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang bersifat dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan bahkan kondisi tertentu. Tempat, waktu serta suasana merupakan faktor penting dalam komunikasi antarbudaya. Suasana berkaitan dengan waktu seperti, jangka pendek atau jangka panjang, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, sedangkan tempat (rumah, kantor, rumah ibadah) untuk berkomunikasi, kualitas relasi yang berpengaruh terhadap komunikasi. 22 Dalam study kebudayaaan, bahasa ditempatkan sebagai unsur penting. Bahasa dapat dikategorikan sebagai unsur kebudayaan yang berbentuk nonmaterial selain nilai, norma dan kepercayaan. Bahasa adalah medium untuk menyatakan 22 Alo Liliweri,2009.Dasar-dasar komunikasi antarbudaya, pustaka pelajar. Yogyakarta. Hal. 30 30 kesadaran, tidak sekedar mengalihkan informasi23. Bahasa menyatakan kesadaran dalam konteks sosial. Dalam komunikasi antarmanusia sehari-hari diperkenalkan oleh istilah-istilah seperti bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa jarak, dan lain-lain. Dalam mempelajari komunikasi anatar budaya, maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut24 : a. Keunikan Individu : setiap individu berbeda meskipun berada dalam budaya yang sama b. Bahaya Steriotipe : Steriotipe merupakan sejumlah asumsi salah yang dibuat oleh orang disemua budaya terhadap karakteristik anggota kelompok budaya lain. Steriotipe yang terus diulangi akan menjadi stenografiyang mewakili sekelompok orang. Steriotipe berbahaya dalam memahami komunikasi antar budaya sebab kita tidak akan dapat memandang secara objektif. Maka untuk menghindari bahaya steriotipe kita harus tidak mengeneralisasi budaya, budaya harus dilihat sebagai taksiran bukan sebagai hal yang mutlak. c. Objektivitas : objektivitas merupakan hal yang mudah dikatakan namun sulit untuk diterapkan. Pengertian objektif adalah adil, tidak berprasangka buruk, dan tidak dipengaruhi oleh emosi atau perasaan pribadi). Dalam melakukan penelitian budaya menggunakan komunikasi antar budaya harus menggunakan objektivitas, sebab jika menggunakan sudut pandang subjektif maka tidak akan sesuai dengan realitas. 23 24 Ibid Hal.130 Samovar Larry A,Komunikasi Lintas Budaya, Jakarta : Salemba Humanika.2010.hal.49 31 d. Komunikasi bukan segalanya dan tidak mengatasi segala hal komunikasi bukanlah sebuah alat atau senjata yang dapat mengatasi segala hal. Sebagaimana pernyataan Wood “ adalah suatu kesalahan ketika anada berpikir bahwa komunikasi dapat mengatasi segala hal. Banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan berkomunikasi. Komunikasi itu sendiri tidak akan mengakhiri kelaparan, pelanggaran HAM diseluruh dunia, rasisme, kekerasan pada pasangan hidup atau penyakit fisik”. 2.13. Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi lintas budaya merupakan salah satu bidang kajian dari komunikasi antarbudaya yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi anatrpribadi diantara pelaku komunikasi yang memiliki perbedaan budaya. Komunikasi lintas budaya terjadi ketika komunikator berada dalam kelompok budaya dan bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya yang lain (Wahyu:2008). Hasil pertemuan lintas budaya bisa positif bisa negatif. Segi positifnya, setiap pertemuan menyediakan kemungkinan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran budaya. Segi negatifnya, pertemuan bisa memperteguh steriotipesteriotipe budaya yang negatif dan bisa menimbulkan gegar budaya. Menurut Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbo-simbol hubungan sosial. Pertemuan lintas budaya mungkin sulit dilakukan karena perbedaan dalam struktur makna budaya, namun ia bukan tidak dapat diatasi. Pertemuan lintas 32 budaya juga mungkin menimbulkan lebih banyak problem lagi karena masingmasing peserta bereaksi terhadap akibat pertemuan itu. 2.14. Hambatan Komunikasi Pada hakikatnya komunikasi merupakan sistem, maka gangguan komunikasi dapat terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk dimana komunikasi terjadi. Hambatan komunikasi merupakan kegagalan dalam sebuah proses komunikasi yang disebabkan beberapa faktor, dalam penelitian ini faktor yang menghambat terjadinya proses komunikasi adalah steriotip dan prasngka (Wahyu : 2008). 2.14.1. Steriotip Kesulitan berkomunikasi akan muncul dari kesteriotipan, yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asusmsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain pensteriotipan adalah proses menempatkan orangorang dan objek-objek kedalam kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, alih-alih berdasarkan karakteristik individual mereka25. 25 Mulyana Deddy,M.A,Ph.D.Op.cit.Hal.218 33 Samovar dan Ricard E. Potter mendefinisikan steriotipe sebagai persepsi atau kepercayaan yang kita anut mengenai kelompok-kelompok atau individu-individu berdasarkan pendapat dan sikap yang lebih dulu terbentuk26. Pada umumnya steriotip bersifat negatif. Seteriotip tidaklah berbahaya sejauh kita menyimpan didalam kepala kita. Akan tetapi bahayanya sangat nyata bila steriotip ini diaktifkan dalam hubungan manusia. Apa yang anda persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang kita harapkan. Ketika kita mengharapkan orang lain berprilaku tertentu, kita mungkin mengkomunikasikan pendapat kita kepada mereka dengan cara-cara yang sangat halus, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan berprilaku sesuai dengan yang kita harapkan (Wahyu : 2008). 2.14.2. Prasangka Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan steriotip. Dapat dikatakan bahwa steriotip adalah komponen kognitif dari prasangka 27 . Sedangkan prasangka juga berdimensi prilaku. Jadi, prasangka ini konsekuensi dari steriotip, dan lebih teramati daripada steriotip. Istilah prasangka (prejudice) berasal dari kata latin praejudicium, yang berarti suatu preseden, atau suatu penilan berdasarkan keputusan dan pengalaman terdahulu 28 . Sebagaimana steriotip, prasangka ini alamiah dan tidak terhindarkan29. Umumnya bersifat negatif. Penggunaan prasangka memungkinkan 26 Ibid. Hal.128 Ibid. Hal.223 28 Ibid. Hal.234 29 Ibid. Hal.235 27 34 kita merespons lingkungan secara umum atau secara khas, sehingga terlalu menyederhanakan masalah30. 2.15. Modernisasi Modernisasi merupakan perubahan kultural dan sosio-ekonomis yang terjadi dimana masyarakat-masyarakat sedang berkembang dan memperoleh sebagian karakteristik dari masyarakat industri barat. Istilah modernisasi paling sering dipergunakan untuk mendekripsikan adanya perubahan cultural dan sosio-ekonomis. Sebenarnya pengertian modernisasi di atas, jika dicermati mengandung makna bahwa „menjadi modern‟ itu seperti „menjadi seperti orang Barat‟. Pengertian seperti ini berimplikasi „tidak seperti Barat‟ berarti ketinggalan jaman. Apabila pemaknaan modernisasi seperti ini, maka modernisasi identik dengan westernisasi dan ini mengandung pengertian etnosentris. Orang Barat dianggap lebih modern, lebih maju, sementara masyarakat lainnya yang tidak seperti Barat dianggap ketinggalan jaman, kuno dan tidak maju. Sartu kata yang perlu dicermati dalam definisi modernisasi di atas adalah penggunaan kata masyarakat industri. Ini menunjukkan bahwa proses modernisasi adalah sebuah proses perubahan kebudayaan tradisional menuju modern. Sebab, kata industri identik dengan modern. Jika ini yang dipakai, maka modernisasi tidak identik dengan westernisasi. Modernisasi lebih mengarah pada perubahan kultural yang meliputi sosio-ekonomi-politik, sementara westernisasi lebih mengarah pada gaya hidup. 30 Effendi, Onong Uchjan. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.Bandung:Citra Aditya Bakti.2005.Hal.45 35 Menurut Haviland (1988: 272) proses modernisasi paling tidak dapat dipahami kalau dianggap terdiri dari empat sub proses: a. Pertama, perkembangan teknologi, dalam modernisasi pengetahuan dan teknologi tradisional terdesak oleh penerapan ilmu pengetahuan dan teknikteknik yang dipinjam dari masyarakat industri yang maju. b. Sub-proses kedua, pengembangan pertanian yang berupa pergeseran dari pertanian untuk keperluan sendiri menjadi pertanian untuk pemasaran. Aktivitas pertanian dan peternakan diarahkan pada budidaya untuk keperluan ekonomi uang dan pasar untuk menjual hasil pertanian dan mengadakan pembelian-pembelian. c. Sub-proses ketiga adalah industrialisasi, dengan lebih mengutamakan bentuk energi nonhewani (inanimate) khususnya bahan fosil. Tenaga manusia dan hewan menjadi tidak penting. d. Sub-proses keempat adalah urbanisasi, yang ditandai dengan perpindahan penduduk dari pemukiman pedesaan ke kota-kota serta berubahnya pedesaan menjadi perkotaan. Terdapat dua gejala modernisasi yang mengiringi sub-proses modernisasi, yaitu diferensiasi structural dan mekanisme integrasi. Diferensiasi structural adalah pembagian tugas-tugas tradisional yang tunggal, tetapi mengandung dua fungsi atau lebih, menjadi dua tugas atau lebih, masing-masing dengan sebuah fungsi yang khusus. Ini merupakan fragmentasi yang harus ditanggulangi dengan menggunakan mekanisme integrasi baru, jika masyarakatnya tidak ingin berantakan menjadi unit yang berdiri sendiri-sendiri. 36 Mekanisme baru itu mendapat bentuk seperti ideologi baru, struktur pemerintahan formal, partai-partai politik, kode hukum, serikat buruh, dan asosiasi kepentingan. Semuanya menembus batas-batas pembagian social lainnya, dengan demikian berfungsi sebagai penangkal kekuatan-kekuatan pemecah. Diferensiasi structural dan mekanisme integrasi bukanlah kekuatan tunggal yang saling berlawanan, oleh karenanya perlu ditambahkan kekuatan ketiga, yaitu tradisi. Tradisi kadang-kadang mempermudah terjadinya modernisasi. Modernisasi tingkat individu (sudah mulai mendarah daging di kalangan masyarakat). Masyarakat penganut modernitas fisik sudah dapat memperbaiki sendiri peralatan yang dimiliki, menyempurnakan atau menambah dengan peralatan lain. Komputer, misalnya, sudah dapat dianggap sebagai peralatan keras yang telah mencapai tingkat modernisasi individu. Sudah banyak orang yang dapat memperbaiki, merakit, atau memproduksi sendiri serta peralatan yang telah tersedia dipasaran dalam kondisi terjual bebas. Begitu pula dengan handphone. Modernisasi tingkat inovasi (modernisasi yang bersifat orisinal). Pada tingkatan ini masyarakat dicirikan dapat menciptakan sendiri barang teknologi yang dibutuhkan meskipun harus melalui jaringan kerja dengan masyarakat yang lebih luas. 2.16. Fenomenologi Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata fenomena dan logos. Fenomena berasal dari kata kerja Yunani “phainesthai” yang berarti 37 menampak, dan terbentuk dari akar kata fantasi, fantom, dan fosfor yang artinya sinar atau cahaya. Dari kata itu terbentuk kata kerja, tampak, terlihat karena bercahaya. Dalam bahasa Indonesia berarti cahaya. Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkan. Fenomena dapat dipandang dari dua sudut. Pertama, fenomena selalu “menunjuk ke luar” atau berhubungan dengan realitas di luar pikiran. Kedua, fenomena dari sudut kesadaran kita, karena fenomenologi selalu berada dalam kesadaran kita. Oleh karena itu dalam memandang fenomena harus terlebih dahulu melihat “penyaringan” (ratio), sehingga mendapatkan kesadaran yang murni (Denny Moeryadi, 2009). Donny (2005: 150) menuliskan fenomenologi adalah ilmu tentang esensiesensi kesadaran dan esensi ideal dari obyek-obyek sebagai korelasi dengan kesadaran. Fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia. Fenomenologi bermakna metode pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak dogmatis. Fenomenologi sebagai metode tidak hanya digunakan dalam filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Dalam penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial dari 38 pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti (Smith, etc., 2009: 11). Dalam pandangan Natanton (Mulyana, 2005:59) fenemenologi merupakan istilah genetik yang merujuk pada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap bahwa kesadaran manusia dan makna subjektif sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. Wawasan utama fenomenologi adalah pengertian dan penjelasan dari gejala realitas itu sendiri (Aminuddin, 1990:108) Teori-teori dalam tradisi fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpletasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Tradisi ini memperhatikan pada pengalaman sadar seseorang. Istilah phenomenon mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian, atau kondisi yang dilihat. Oleh karena itu merupakan kondisi yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Maurice Merleau-Ponty, pakar dalam tradisi fenomenologi menuliskan bahwa “semua pengetahuan akan dunia, bahkan pengetahuan ilmiah saya, diperoleh dari beberapa pengalaman akan dunia”. Dengan demikian, fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. “fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya”.31 Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologi. Pertama, pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar-kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengannya. Kedua, makna benda 31 Smovar Larry A, Komunikasi Lintas Budaya, Jakarta : Salemba Humanika.2010.hal.49 39 terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Ketiga bahsa merupakan kesadaran makna. 32 Seorang ahli fenomenologi yang menonjol adalah Alfred Schutz seorang murid Hussrel mengatakan reduksi fenomenologi mengesampingkan pengetahuan kita tentang dunia, meninggalkan kita dengan apa yang ia sebut sebagai suatu arus pengalaman. Fenomenologi berarti study tentang cara dimana fenomena hal-hal yang disadari muncul, dan cara yang paling mendasar dari kemunculannya adalah sebagai suatu aliran pengalaman inerawi yang berkeseimbangan dengan yang diterima melalui panca indra. Fenomenologi tertarik dengan pengidentifikasian masalah dari dunia pengalaman inderawi yang bermakna, suatu hal yang semula terjadi didalam kesadaran individual secara terpisah dan kemudian secara kolektif, didalam interaksi antara kesadaran-kesadaran. Kesadaran bertindak atas data inderawi yang masih mentah, untuk menciptakan makna, didalam cara yang sama sehuingga bisa dilihat sesuatu yang bersifat mendua dari jarak itu tanpa masuk lebih dekat, mengidentifikasi masalah melalui suatu proses dengan menghubungkannya dengan prosesnya. Proses interpretasi penting bagi kebanyakan pemikiran fenomenologis. Interpretasi dikenal dengan pemahaman, yakni proses menentukan makna dengan pengalaman. Interpretasi merupakan proses aktif pikiran dan tindakan kreatif dalam mengklarifikasi pengalaman pribadi. Interpretasi melibatkan maju mundur 32 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi. Salemba Humanika.Jakarta:2009.Hal.57 40 suatu kejadian atau situasi dan menentukan maknanya, bergerak dari yang khusus ke umum dan kembali lagi ke khusus.33 Ada tiga kajian pemikiran umum tentang fenomenologi, yakni; (1) fenomenologi klasik, (2) fenomenologi persepsi, dan (3) fenomenologi hermeneutik34. Fenomenologi klasik biasanya dihubungkan dengan Edmund Husserl, pendiri fenomenologi moderen. Husserl menulis selama pertengahan abad ke-20, berusaha mengembangkan metode yang meyakinkan kebenaran melalui kesadaran yang terfokus. Baginya, kebenaran dapat diyakinkan melalui pengalaman langsung dengan catatan kita harus disiplin dalam mengalami segala sesuatu. Hanya melalui perhatian sadarlah kebenaran dapat diketahui. Agar dapat mencari kebenaran melalui perhatian sadar, bagaimanapun juga kita harus mengesampingkan atau mengurungkan kebiasaan kita. Kita harus menyingkirkan kategori-kategori pemikiran dan kebiasaan-kebiasaan dalam melihat segala sesuatu agar dapat mengalami sesuatu dengan sebenar-benarnya. Dalam hal ini, benda-benda didunia menghadirkan dirinya pada kesadaran kita. Pendekatan Husserl dalam fenomenologi sangat objektif, dunia dapat dialami tanpa harus membawa kategori pribadi seseorang agar terpusat pada proses. Namun bertentangan dengan Husserl, para ahli fenomenologi saat ini menganut ide bahwa pengalaman itu subjektif bukan objektif dan percaya bahwa subjektifitas merupakan bentuk penting sebuah pengetahuan. Maurice Merleau Ponty, tokoh penting dalam fenomenologi persepsi, sebuah reaksi yang 33 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi. Salemba Humanika.Jakarta:2009.Hal.58 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi. Salemba Humanika. Jakarta: 2009. Hal. 58-59 34 41 menentang objektifitas sempit milik Husserl. Baginya manusia merupakan sosok gabungan dari fisik dan mental yang menciptakan makna didunia. Kita mengetahui sesuatu hanya melalui hubungan pribadi kita dengan benda tersebut. Sebagai manusia kita dipengaruhi oleh dunia, tetapi kita juga mempengaruhi dunia dengan bagaimana kita mengalaminya. Baginya lagi, segala sesuatu tidak ada dengan sendirinya dan terpisah dari bagaimana semuanya diketahui. Agaknya, manusia memberikan makna pada benda-benda didunia, sehingga pengalaman fenomenologis apapun tentunya subjektif. Jadi, terdapat dialog antara manusia sebagai penafsir dan benda yang mereka tafsirkan. Cabang yang ketiga, fenomenologi hermeneutik agak mirip dengan fenomenologi persepsi hanya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lebih lengkap pada komunikasi. Fenomenolgi hermeneutik dihubungkan dengan Martin Heidegger, utamanya dikenal karena karyanya dalam philoshopical hermeneutics (nama alternatif bagi pergerakannya). Hal yang paling penting bagi Heidegger adalah pengalaman alami yang tak terelakkan terjadi dengan hanya tinggal didunia. Baginya realitas sesuatu itu tidak diketahui dengan analisis yang cermat atau pengurangan, melainkan oleh pengalaman alami yang diciptakan oleh penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang nyata adalah apa yang dialami melalui penggunaan bahasa dalam konteksnya: “kata-kata dan bahasa bukanlah bungkusan yang didalamnya segala sesuatu dimasukkan demi keuntungan bagi yang menulis dan berbicara. Akan tetapi dalam kata dan bahasa, segala sesuatunya ada”. Komunikasi merupakan kesadaran yang menentukan makna berdasarkan pengalaman . ketika berkomunikasi, anda mencari cara-cara 42 baru dalam melihat dunia- pidato anda memenuhi pikiran anda dan nantinya makna baru tercipta oleh pikiran itu. Bahasa dimasukkan bersama dengan makna dan secara terus menerus memengaruhi pengalaman kita akan kejadian dan situasi. Konsekuensi fenomenologi hermeneutik yang menyatukan pengalaman dengan interaksi bahasa dan sosial tentunya sesuai dengan kajian komunikasi. 2.17. Kerangka Pemikiran Suku Baduy Wisatawan Komunikasi Antar Kelompok Komunikasi Antar Budaya Suku Baduy Wisatawan Komunikasi Antar Pribadi Fenomenologi Perubahan prilaku masyarakat Suku Baduy Pada gambar diatas, peneliti menggunakan kerangka berpikir sebagaimana judul penelitian yang diangkat, yakni Realitas Komunikasi Antarbudaya masyarakat suku Baduy dengan Wisatawan. Dalam kerangka berfikir dijelaskan bagaimana komunikasi antar kelompok dan komunikasi antar pribadi terjadi antara suku Baduy dengan Wisatawan, yang kemudian menjadi komunikasi anatarbudaya karena dari komunikasi kelompok maupun komunikasi antar pribadi 43 terjadi juga komunikasi antar budaya. Untuk mengetahui apa yang terjadi pada masyarakat suku Baduy setelah berkomunikasi dengan wisatawan secara terusmenerus maka peneliti menggunakan teori fenomenologi untuk mengungkap realitas menggunakan data mentah yang dialami dan dirasakan menggunakan panca indra peneliti. 2.18. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya mempunyai kegunaan selain agar memudahkan atau menjadi referensi tambahan dalam penyusunan sebuah penelitian, juga bisa digunakan sebagai bahan pembanding antara penelitian terbaru yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang terdahulu. Oleh karena itu, peneliti mencari beberapa penelitian yang dirasa memiliki beberapa persamaan yang diperoleh dari berbagai universitas. Penelitian yang pertama adalah penelitian dengan judul Prilaku Komunikasi dalam Akulturasi Antar Budaya studi Deskriptif kualitatif tentang perilaku komunikasi dalam akulturasi budaya antar etnis jawa dan etnis madura di Kabupaten Sampang Madura. Penelitian ini di tulis oleh Harisul Akbar dari Yayasan Pendidikan dan Perumahan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa timur, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Surabaya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah membahas komunikasi yang terjadi oleh latar belakang budaya yang berbeda dan mempengaruhi terhadap perubahan prilaku budaya satu dengan lainnya. 44 Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah teori yang digunakan dan juga fokus penelitian yang diteliti. Penelitian kedua adalah penelitian dengan judul Komunikasi antar budaya di kampung baru bugis desa banten kecamatan kasemen kota serang. Penelitian ini ditulis oleh Yuyun Yusniawati pada tahun 2013 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang Banten. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, persamaan dalam penelitian ini adalah mengangkat soal komunikasi antarbudaya dengan metode kualitatif. Penelitian ketiga adalah penelitian dengan judul Pola Komunikasi Lintas Budaya Perdagangan Etnis Tionghoa dalam Berinteraksi dengan Pembeli di Toko Bandung. Penelitian ini ditulis oleh Wahyu Annas tahun 2012 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang banten, meskipun metode yang digunakan pada skripsi Wahyu Annas adalah metode penelitian kuantitatif akan tetapi beberapa teori sama digunakan untuk melengkapi Tinjauan Pustaka. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah dengan membahas bagaimana komunikasi antarbudaya yang terjadi disebuah suku dengan hadirnya orang-orang dari suku lain. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah teori yang digunakan dan juga fokus penelitian yang diteliti. Penelitian ketiga adalah Penelitiaan dengan judul Realitas Komunikasi Antar Budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan. Penelitian ini ditulis oleh Amriyatunnisa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu 45 Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 2012. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. 2.18.1. Tabel Matriks Penelitian Terdahulu No Judul (1) 1 (2) Prilaku Komunikasi dalam Akulturasi Antar Budaya 2 Komunikasi antar budaya di kampung baru bugis desa banten kecamatan kasemen kota serang 3 Pola Proses Metode Komunikasi komunikasi penelitian Lintas Budaya lintas budaya Kualitatif Perdagangan antara pedagang Etnis Tionghoa etnis tionghoa dalam dengan Berinteraksi konsumen yang dengan Pembeli berlatar di Toko belakang budaya Bandung yang berbeda Realitas Komunikasi Antar Budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan 4 Intisari Penelitian (3) Bagaimana komunikasi dalam perubahan budaya yang terjadi Bagaimana komunikasi antar budaya terjadi antara suku Bugis di Kasemen dan suku lainnya Persamaan Perbedaan (4) Metode Penelitian Kualitatif (5) Kajian Sosiologi, Teori Sosiologi Metode Penelitian, Kajian Komunikasi Antar Budaya Latar Belakang lokasi penelitian, pendekatan teori dan paradigma yang digunakan Kajian Lintas Budaya, Pendekatan Teori dan Paradigma yang digunakan - 46 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai komunikasi anatar budaya masyarakat suku baduy dengan wisatawan, peneliti menggunakan pendekatan kualiatif. Hal ini dipilih agar peneliti bisa medapatkan pemahaman yang dalam terhadap permasalahan yang ada. Dengan digunakan pendekatan kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Sehingga dapat ditemukan data yang bersifat proses komunikasi antarbudaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan sampai dengan bagaimana pengaruhnya terhadap suku Baduy dengan deskripsi yang luas dan mendalam. Fungsi utama penelitian kualitatif adalah menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Borgan dan Tylor penelitian kualitatif adalah salah satu penelitian yang proses penelitiannya menghasilkan data deskriptif dari sesuatu yang diteliti (Hadi dan Haryono, 1998 : 56). 46 47 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode observasi, wawancara (interview), analisis isi, dan metode pengumpulan data lainnya untuk menyajikan respon-respon dan prilaku subjek. (Setyosari, 2012 :40). Melalui penelitian kualitatif ini, peneliti berupaya untuk menggambarkan secara jelas mengenai komunikasi antar budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawwan. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif diharapkan agar mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat tertentu. Dalam konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh dan komprehensif. 3.2 Paradigma Konstruktivisme 3.2.1. Pengertian Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti didalam mencari fakta-fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya (Arifin, 2012:146). Deddy Mulyana (2003) dalam Tahir (2001:59) mendefinisikan paradigma sebagai suatu kerangka berpikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (ilmuwan) yang menganut suatu pandangan yang dijadikan landasan untuk mengungkap suatu fenomena dalam rangka mencari fakta. Paradigma menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Tahir (2011:59), adalah sekumpulan anggapan dasar mengenai pokok permasalahan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian yang akan diteliti. 48 Jadi, paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkap fakta-fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya (Arifin, 2012:146). 3.2.2 Konstruktivisme Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Konstruktivisme sebagai paradigma yang digunakan dalam melakukan penelitian. Konstruktivisme adalah paradigma yang memandang bahwa kenyataan lahir dari hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat ganda, dapat dibentuk, dan merupakan suatu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang. Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang terus. Penelitian kualitatif dengan berlandas pada paradigma konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil dari pengalaman semata, tetapi juga merupakan hasil konstruksi oleh pemikiran. (Arifin, 2012:140). 49 3.3 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian kualitatif ini ruang lingkup yang akan diteliti adalah dari kalangan mana saja wisatawan yang berkunjung ke Baduy dan bagaimana pengaruh komunikasi antara suku baduy dan wisatawan yang berkunjung ke baduy yang saat ini menjadi daerah pariwisata di Banten. 3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1. Sumber Data Dalam penelitian ini didapatkan beberapa teori-teori yang bersumber dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Juga data dan keterangan terkait suku baduy yang diperoleh dari dari buku –buku yang mengangkat soal masyarakat suku Baduy. 3.4.2. Informan Penelitian Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spadley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” didalamnya. 35 Pada situasi sosial atau objek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu. 35 Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta hal.215 50 Pada istilah kualitatif juga tidak menggunakan istilah sample. Sample pada penelitian kualitatif disebut sebagai informan atau subyek penelitian, yaitu orangorang yang dipilih diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan penelitian. Informan disebut sebagai subyek penelitian karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas bukan sekadar objek yang hanya mengisi kuesioner.36 Teknik pengambilan informan berdasarkan Kuota sampling yaitu teknik penentuan informan sesuai pertimbangan-pertimbangan dengan tertentu. rancangan 37 penelitian Pemilihan informan dan dengan berdasarkan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah : 1. Orang Baduy Dalam 2. Orang Baduy Luar 3. Pemerintah Adat Baduy 4. Wisatawan yang datang ke Baduy Lebih dari 2 (dua) kali 5. Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Informan dalam penelitian ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan peneliti yang mana informan merupakan orang Baduy dalam, orang Baduy Luar, Pemerintah di Baduy, wisatawan yang berkunjung ke Baduy lebih dari 2 (dua) kali, serta Peneliti dan Akademisi. Cara mendapatkan informan adalah dengan mencari secara acak dilapangan dari klasifikasi yang telah 36 37 Rakhmat Kriyantono. Teknis Praktis Komunikasi : Grafindo. 2008. Ha.296 Ibid, hal.296 51 ditentukan, tentunya yang memungkinkan peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini. 3.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Wawancara Wawancara adalah komunikasi atau percakapan antara peneliti dengan informan. Rachmat Kriyantono mengungkapkan bahwa wawancara meerupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. 38 Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data pada penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis wawancara yang dilakukan ini adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.39 Peneliti atau pewawancara dalam wawancara mendalam (depth interview) ini relatif tidak mempunyai kontrol atas respon informan, artinya informan bebas memberikan jawaban. Karena itu peneliti, mempunyai tugas berat agar informan bersedia memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam dan bila perlu tidak ada yang disembunyikan. Caranya dengan mengusahakan wawancara 38 Rachmat Kriyanto. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal 98 39 Ibid. Hal 100 52 berlangsung informal seperti orang mengobrol. 40 Wawancara mendalam pada penelitian ini dijadikan sebagai teknik pengumpulan data primer, karena dengan wawancara peneliti dapat langsung bertatap muka dengan wartawan untuk mengetahui dan mendapatkan data berkaitan dengan penelitian ini, sehingga peneliti mendapatkan data yang lengkap. Dalam wawancara ini, peneliti ingin mengetahui mengenai: 1. Bagaimana komunikasi verbal masyarakat suku Baduy 2. Bagaimana komunikasi Non verbal masyarakat suku Baduy 3. Bagaimana komunikasi sosial masyarakat suku Baduy Hal-hal yang ditanyakan dan hasilnya tercantum pada lampiran pedoman wawancara serta hasil wawancara. Teknik wawancara yang peneliti lakukan yaitu, dengan mewawancarai orang Baduy dalam, orang Baduy luar, Pemerintah Baduy, wisatawan dan Akademisi yang telah melakukan penelitian di Baduy. b. Observasi Peneliti melakukan observasi sebagai kegiatan mengamati lingkungan objek penelitian secara langsung. Menurut Marshall (1995) melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.41 Observasi dalam penelitian ini termasuk dalam teknik pengumpulan data yang bersifat Primer dan Skunder. Observasi ini dilakukan dengan datang langsung ke 40 Ibid. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hal 226 41 53 Baduy dan juga dilakukan dengan membaca Buku-Buku yang membahas tentang kebudayaan suku Baduy. Adapun pedoman dan hasil observasi telah dicantumkan peneliti pada lampiran. Dalam observasi ini peneliti ingin mengetahui mengenai : 1. Bagaimana komunikasi internal masyarakat suku Baduy 2. Bagaimana komunikasi sosial masyarakat suku Baduy 3. Bagaimana perubaha yang terjadi pada masyarakat suku Baduy setelah melakukan komunikasi antar budaya dengan wisatawan yang berlangsung terus menerus 3.6. Triangulasi Pengecekan keabsahan data dilakukan agar memperoleh hasil yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan serta dipercaya oleh semua pihak. Peneliti dalam penelitian ini menguji keabsahan data dengan cara uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data yang dilakukan dengan menggunakan triangulasi. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data terhadap objek penelitian. Menurut Moloeng triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan tekbik yang berbeda menurut Nasution yaitu dengan wawancara dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas data tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif. 54 Denzim membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Pada penelitian ini dari keempat macam triangulasi tersebut peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut : a. Membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat diberbagai kelas. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 3.7. Analisis Data Analisis data yaitu suatu cara yang dilakukan untuk menemukan suatu jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada perumusan masalah yang telah diajukan. Analisa data juga dilakukan untuk menemukan makna dari data yang ditemukan untuk memberikan penafsiran yang dapat diterima oleh akal sehat. Adapun langkah-langkah yang diambil dalam menganalisa data adalah : 55 a. Inventarisasi data: dengan cara mengumpulkan data sebanyak mungkin. b. Kategorisasi data: dalam tahap ini data disusun berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang disusun sebelumnya. Kategorisasi juga dilakukan untuk mengetahui kecenderungan negatif, positif dan netral. c. Penafsiran data: dalam tahap ini data yang telah ada kemudian diinterpretasi melalui analisis logis dengan cara deduktif-induktif yang berdasar pada teori kehumasan. d. Penarikan kesimpulan: tahap akhir dalam penentuan penilaian terhadap data yang telah ditemukan, dibahas, dan dianalisis selama penelitiannya. Analisis data kemudian dipaparkan sesuai dengan kajian kehumasan.42 3.8. Waktu dan Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah kaki pegunungan Kadeng, Desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Rangkasbitung yaitu daerah tempat tinggal Suku Baduy. Pra penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014, Juli 2014, dan penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2014. Adapun Jadwal penelitian adalah sebagai berikut : 42 Moeleong Lexi J.2002.Metode penelitian kualitatif.Rosdakarya:Bandung.Hal.189 56 Tbel 3.8.1. Jadwal Penelitian Kegiatan ACC Judul Pra Penelitian Bab I Bab II Bab III Sidang Outline Penelitian Revisi Bab III Bab IV Bab V Sidang Skripsi Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nop Des Jan 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Umum Suku Baduy Suku Baduy adalah salah satu etnis yang tidak terpisahkan dari negara kesatuan republik Indonesia dengan posisi geografis dan administratif berada disekitar Pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Gambar 1.1. Baduy sering juga disebut orang Kanekes atau orang Rawayan. Menurut penuturan tokoh adat Baduy, istilah kata Baduy diambil dari sebuah nama sungai tempo dulu, yaitu sungai Cibaduy yang mengalir disekitar wilayah tempat Baduy tinggal, juga berdasar nama salah satu bukit yang berada dikawasan tanah ulayat suku Baduy, yaitu bukit Baduy. Sedangkat sebutan orang Kanekes adalah sebutan 57 58 nama wilayah Pemerintahan Desa tempat tinggal Baduy sekarang. Dan sebutan orang Rawayan didasarkan pada sebuah jembatan ditanah ulayat mereka yang menjadi sebuah ciri khas, jembatan tersebut terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai cukang (tempat untuk menyebrang), atau dalam i stilah mereka Rawayan. Suku Baduy adalah suku yang unik, ini terlihat dari cara berpakaian, keseragaman bentuk rumah, penggunaan bahasa, kepercayaan dan adat istiadat. Suku Baduy hidup dengan gaya menutup diri dari pengaruh luar kelompok mereka dengan tujuan untuk menjalankan amanat Leluhur dan Pusaka Karuhunan yang mewariskan wasiat untuk selalu menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam semesta. Namun bukan berarti mereka adalah suku yang terasing dari kehidupan dunia luar. Baduy adalah kelompok masyarakat yang prilaku kesehariannya sederhana dan apa adanya, tidak berlebih-lebihan hidup dengan pedoman pikukuh dan kaidahkaidah yang sarat nasihat dan penuh makna. Kesederhanaan tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah mereka yang seragam arah dan bentuknya, Baduy menyebutnya dengan istilah Nyulah Nyandah menghadap ke arah Utara-Selatan. Bentuk dan warna pakaian khas Baduy yaitu hanya dua warna hitam dan putih, keseragaman dalam bercocok tanam yaitu hanya berladang (Nga-Huma) dan yang tak kalah pentingnya tentang kepatuhan dan ketaatan mereka pada satu keyakinan, yaitu yakin pada agama Slam Sunda Wiwitan, keyakinan itu tidak untuk disebarluaskan kepada masyarakat luar adat Baduy. Kepatuhan masyarakat Suku baduy dalam 59 melaksanakan amanat leluhurnya sangat kuat, ketat dan serta tegas, tetapi tidak ada sifat pemaksaan kehendak.43 Gambar 1.2. Baduy memiliki filosofi hidup yang bijaksana dan berwawasan jauh kedepan serta memiliki sikap waspada yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya dua komunitas generasi penerus kesukuan mereka sekaligus memiliki aturan adat masing-masing yang sarat dengan ciri khas dan perbedaan, namun mampu mengikat menjadi satu kesatuan Baduy yang utuh. Pertama, komunitas menamakan dirinya suku Baduy dalam (Tangtu) atau Baduy asli, dimana pola hidup sehari-harinya masih sangat kuat dalam memegang hukum adat serta kukuh pangukuh dalam melaksanakan amanat leluhurnya. Baduy dalam lebih menunjukkan pada replika Baduy masa lalu (kehidupan primitif) yang mendekati pada pewaris asli budaya dan amanat leluhur kesukuan mereka. Pewaris asli yang dimaksud merujuk pada tingkat ketaatan dan kesadaran komunitas mereka dalam mempertahankan adat istiadatnya dan kekonsistenan menutup dirinya dari pengaruh-pengaruh kebudayaan asing yang dianggap 43 Sihabudin Ahmad, M.Si, Dr. Saatnya Baduy Bicara, Jakarta:PT.Bumi Aksara.2010.hal 9 60 negatif. Baduy dalam terdiri dari tiga kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Masyarakat yang menghuni ketiga kampung di Baduy dalam tersebut memiliki batasan hukum yang tetap, tegas, serta mengikat ke semua pihak dan semua aspek kehidupannya. Kedua, komunitas yang menamakan dirinya Baduy luar yang pada kegiatan sehari-harinya mereka lebih diberikan kebijakan atau kelonggaran dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum adat, tetapi aada batas-batas tertentu yang tetap mengikat mereka sebagai suatu komunitas adat khas suku Baduy. Baduy luar dipersiapkan sebagai penjaga, penyangga, penyaring, pelindung, dan sekaligus penyambung silaturahmi dengan pihak luar sebagai bentuk penghargaan, kerjasama, dan partisipasi aktif dalam kegiatan kenegaraan untuk menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu suku bangsa yang sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya. Masyarakat suku Baduy adalah satu kelompok masyarakat yang unik, keunikan itu tampak dalam berbagai aspek kehidupan. Satu sisi mereka mengasingkan diri untuk menghindari pengaruh-pengaruh negatif dunia modern namun disisi lain terjadi suatu hubungan yang serasi dan berkesinambungan dengan dunia luar. Mereka menghargai program-program pemerintah dan bekerjasama dengan baik, tetapi dengan catatan harus disesuaikan dengan tatanan hukum adat. Mereka bukan suku terasing yang tidak berbudaya karena mereka sejak lahir memiliki perangkat hukum adat yang lengka dengan sebutan Perangkat Adat Tangtu Tilu Jaro Tujuh, mereka adalah masyarakat yang sangat yakin kukuh 61 pikukuh terhadap tugas dan fungsi kesukuannya dan sangat menikmati pilihan hidupnya dengan segala konsekuensinya. Suku Baduy sangat memegang teguh pikukuh karuhun, yakni sebuah doktrin yang mewajibkan mereka melakukan berbagai hal sebagai amanat leluhurnya. Pikukuh karuhun tersebut antara lain mewajibkan masyarakat Baduy untuk bertapa bagi kesejahteraan dan keselamatan pusat dunia dan alam semesta, memelihara Sasaka Pusaka Buana, mengasuh Ratu memelihara Manak, menghormati Guriang dan melaksanakan Muja, melakukan Seba setahun sekali, menyelenggarakan dan menghormati upacara adat Ngalaksa, dan mempertahankan dan menjaga adat Bulan Kawalu. Masyarakat Baduy meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan dan dipelihara oleh kekuasaan Tuhan Maha Pencipta yang disebut Adam Tunggal. Masyarakat suku Baduy masih mempercayai roh-roh nenek moyang dengan sebutan Guriang, mereka berpendapat Guriang selalu menjaga dan mendampingi hidup mereka. Mereka mempercayai Nabi Adam adalah leluhur dan Nabi Muhammad adlah saudara muda dari Nabi Adam yang memiliki amanat penutup kesempurnaan perjalanan sejarah keyakinan manusia untuk mengiblati Ka‟bah, sehingga pada upacara-upacara tertentu mereka membaca dua kalimat sahadat sebagai penyempurna dari sahadat-sahadat lainnya. Keyakinan dan kepercayaan semua itu mereka namakan Agama Slam Sunda Wiwitan. Dalam menjalankan kehidupan adatnya erat sekali hubungannya dengan pemimpin atau pejabat negara atau yang mereka sebut Ratu dan Menak, karena 62 bagi mereka pemimpin dan pejabat negara adalah pelindung, pengayom, dan pengaman dalam pemenuhan kebutuhan aspek-aspek kehidupan kesukuan Baduy. Masyarakat suku Baduy memenuhi kebutuhan hidup dengan dua cara, yaitu pertama, menanam padi diladang (huma) setahun sekali, hasil panennya tidak diperjual belikan namun untuk dikonsumsi pribadi dan sisimpan sebgai cadangan makanan di lumbung padi (Leuit). Kedua, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari mereka berusaha sekuat tenaga membeli beras dan kebutuhan lainnya dari para pedagang disekitar pemukiman mereka. Gambar 1.3. Gambar 1.4. 63 Suku Baduy memiliki pemerintah sendiri dalam sukunya. Pemimpin tertinggi disebut Puun. Ada tiga Puun yang bertempat di tiga desa di Baduy dalam, tiga Puun tersebut yaitu Puun Cibeo, Puun Cikartawana, dan Puun Cikeusik. Dari ketiga Puun tersebut keputusan yang diambil adalah satu keputusan yaitu keputusan bersama diantara ketiganya. Pemerintahan di Baduy pusatnya berada di Baduy dalam, yang didalamnya digabungkan antara pemimpin adat Baduy dalam dan Baduy luar. Pimpinan adat tersebut lebih dikenal dengan sebutan tangtu tilu jaro tujuh. Yang dimaksud dengan tangtu tilu adalah ketiga Puun yang melimpahkan wewenang dan keputusan untuk mengatur tentang pelaksanaan pemerintahan adat kepada tiga Jaro tangtu, yaitu jaro tangtu Cibeo, jaro tangtu Cikartawana, dan jaro tangtu Cikeusik. Pengertian dari tangtu tilu adalah ketiga kampung kepuunan yang berfungsi sebagai penentu kebijakan dan keputusan hukum adat suku Baduy. Baduy luar dipimpin oleh pimpinan adat yang disebut jaro tujuh. Fungsinya lebih menitik beratkan pada pelaksanaan kebijakan keputusan hukum adat, sekaligus mengawasi pelaksanaan hukum adat pada masyarakat Baduy, termasuk mengawasi pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum adat baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang dilakukan oleh orang luar Baduy. Disebut jaro tujuh karena jumlahnya ada 7 orang ditambah dengan 2 orang sebagai atasan mereka, yaitu pertama saksi jaro tujuh dengan sebutan jaro tanggungan dua belas, dan yang kedua sebagai penasihat jaro tujuh dengan sebutan tangkesan. Struktur pemerintahan Baduy luar dipercayakan pada masyarakat Baduy luar dengan persetujuan dari lembaga adat tangtu tilu jaro tujuh. Pusat pemerintahan 64 berada di kampung Cipondok/Babakan jaro/Kaduketung III dengan nama desa Kanekes, dipimpin oleh seorang kepala desa yang disebut jaro pamarentah. Gambar 1.5. Masyarakat suku Baduy, baik Baduy dalam maupun Baduy luar dilarang bersekolah secara formal, sebab sekolah formal dianggap membutuhkan bangunan dan fasilitas modern yang dapat merubah bentuk dan struktur tanah ulayat. Bentuk rumah nyulah nyanda, di Baduy dalam sangat dilarang menggunakan barnag-barang elektronik, dahulu dilarang menggunakan alat-alat makan dan minum yang terbuat dari gelas, plastik dan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berasal dari luar (produk tekhnologi modern). Di Baduy dalam pembuatan rumah tidak diperkenankan menggunakan paku, hanya menggunakan pasak dan tali dari rotan dan hanya memiliki satu pintu. Baduy dalam dilarang menggunakan alas kaki, dilarang menggunakan atau menaiki kendaraan. Sementara itu, masyarakat Baduy luar memiliki pola hidup yang sudah mulai longgar dan terbuka. Hal ini terjadi karena memang aturan/hukum adat 65 memberikan kelonggaran. Baduy luar sudah banyak mengadopsi pola hidup masyarakat luar Baduy. Dari mulai bentu rumah yang sudah dibebaskan bentuknya meskipun arahnya harus mengikuti aturan (Nyulah nyanda), Baduy luar diperbolehkan menggunakan kendaraan dan bahkan banyak yang memilikinya, dan dapat menggunakan dan memiliki alat komunikasi modern seperti telepon genggam. Setara dengan derasnya kebutuhan, perubahan, dan perkembangan zaman, masyarakat suku Baduy pun tidak bisa menghindari terhadap adanya teori evolusi. Selayaknya etnis-etnis lain, suku Baduy sedang menjalani proses evolusi kebudayaan dengan percepatan yang luar biasa walaupun mereka tidak menyadarinya. Pola hidup masyarakat suku Baduy yang dulunya relatif baku dan kaku, sederhana, watak dan tabiat sosialnya yang selama berabad-abad secara konsisten selalu dipaduserasikan dengan jiwa dan karakter alam semesta, kini mulai menunjukkan penurunan. Dalam artian, timbul sikap terbuka terhadap pola-pola hidup modern bahkan sudah mengadopsi gaya-gaya hidup modern walaupun tidak drastis. 4.1.2. Masuknya Wisatawan ke Baduy Pada tahun 1968 pemerintahan Jawa Barat (Banten pada waktu itu masih tergabung dalam Provinsi Jawa Barat) mengeluarkan sebuah surat keputusan bernomor 03/B.V/Pem./SK/68 tentang Penetapan Status Hutan Larangan Desa Kanekes Daerah Baduy sebagai hutan lindung mutlak dalam kawasan hutan ulayat 66 Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1986 tepatnya delapan belas tahun kemudian, Gubernur mengeluarkan surat keputusan kepala daerah tingkat I Jawa Barat bernomor 140/Kep.526-Pemdes/1986, yang menetapkan Desa Kanekes Kecamatan leuwidamar kabupaten Lebak dijadikan desa definitif dengan luas 5.101 Ha dengan jumlah penduduk pada saat itu 7181 jiwa. Pada 15 Agustus 1990 pemerintah daerah mengeluarkan peraturan daerah kabupaten daerah tingkat II Lebak No.13 Tahun 1990 tentang pembinaan dan pengembangan lembaga adat masyarakat baduy di daerah tingkat II Lebak. Bersamaan dengan pemekaran jawa Barat menjadi Dua Propinsi dan Lebak masuk ke dalam propinsi Banten. pengakuan tersebut kemudian diteguhkan lewat peraturan daerah kabupaten daerah Lebak No. 32/2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy. Pembuatan Peraturan Derah No.32 tahun 2001 merupakan artikulasi dari niatan Pemerintah Daerah Lebak dan masyarakat Baduy yang sebagian berhimpun dalam wadah musyawarah masyarakat Baduy (WAMMBY). Forum ini dideklarasikan tahun 1999 dengan salah satu tujuannya adalah memperjuangkan hak ulayat masyarakat Baduy. Wadah musyawarah masyarakat Baduy kemudian mengeluarkan surat kuasa dari masyarakat Adat Baduy untuk mengajukan permohonan tanah wilayah desa Kanekes sebagai hak Ulayat Masyarakat Baduy. Surat kuasa tersebut diajukan kepada pemerintah daerah kabupaten Lebak, surat ini menjadi alasan pemerintah daerah untuk mengajukan rancangan Perda tentang perlindungan atas hak ulayat masyarakat Baduy pada tanggal 9 Mei 2001 kepada DPRD. Pada tanggal 13 Agustus 2001 peraturan daerah disetujui dan 67 diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lebak tahun 2001 Nomor 65 Seri C.44 Sejak Banten masih tergabung dalam provinsi Jawa Barat, Baduy sudah didatangi oleh orang-orang dari luar Baduy, akan tetapi masih dalam jumlah yang sedikit, karena Baduy saat itu memang bukan sebuah objek pariwisata. Namun pada tahun 1990 saat dikeluarkan peraturan daerah Nomor 13 tentang pembinaan dan pengembangan lembaga adat masyarakat Baduy di daerah tingkat II Kabupaten Lebak, pengunjung lebih sering datang ke Baduy. Dan pada tahun 2001 sejak ditetapkan peraturan pemerintah daerah nomor 32 oleh Bupati Lebak, semakin banyak pengunjung yang datang ke Baduy dan terus bertambah jumlahnya setiap tahun. Banyaknya jumlah wisatawan yang datang ke Baduy karena dorongan rasa ingin tahu tentang kehidupan suku Baduy yang mereka anggap masih asli, khas dan unik. Banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke Baduy berangsur-angsur dan dalam jangka waktu yang panjang memberikan pengaruh kepada masyarakat Baduy. Hal ini terjadi karena proses komunikasi antar budaya yang sangat intensif antara masyarakat Baduy dan wisatawan yang berbeda latar belakang kebudayaan. 44 http://huma.or.id/wp-content/uploads/2008/07/Peraturan-Daerah-No.-32-2001.pdf 68 4.2.Objek Penelitian Komunikasi antar budaya yang dimaksud terjadi di desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten. tepatnya disekitar pegunungan Kendeng, disanalah tempat bermukim masyarakat Baduy luar dan Baduy dalam. Baduy memiliki 63 kampung, diantaranya 3 kampung di wilayah Baduy dalam dan 59 kampung di wilayah Baduy luar. Komunikasi antara masyarakat Baduy dengan wisatawan terjadi sejak dibukanya Baduy menjadi daerah pariwisata yang dapat dikunjungi wisatawan. komunikasi antara dua orang dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda disebut komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya ini juga melingkupi komunikasi antar kelompok dan komunikasi antar individu. Karena dalam pelaksanaan komunikasi antar budaya antara Masyarakat Baduy dengan Wisatawan terjadi komunikasi antar kelompok dan antar individu. Komunikasi antar budaya yang terjadi antara masyarakat Baduy dan wisatawan sudah lama terjalin dengan banyak rintangan, seperti menggunakan bahasa yang berbeda saat berkomunikasi, perbedaan kebiasaan hidup sehari-hari. Bagaimana proses tersebut berlangsung, kapan, seperti apa, dan tingkat keseringan komunikasi antar budaya yang dijalankan oleh suku Baduy. 4.3. Profil Informan Informan yang peneliti tentukan dalam penelitian ini ditentukan dari seberapa besar informasi yang diketahui oleh informan mengenai masalah penelitian yang ditentukan oleh peneliti : 69 A. Orang Baduy Dalam 1. Asmin Informan dari klasifikasi Orang Baduy Dalam yang pertama adalah Asmin. Asmin merupakan penduduk Baduy dalam Kampung Cibeo. Bekerja sehari-hari berladang dan menjadi pendamping wisatawan. Berusia sekitar 54 tahun berstatus sudah menikah dan memiliki 5 orang anak. 2. Saiful Informan dari klasifikasi orang Baduy dalam yang ke dua adalah Saiful. Saiful adalah penduduk Baduy dalam kampung Cibeo. Rumah Saiful tidak jauh dari rumah Asmin, karena di kampung Cibeo memang baru ada 80 rumah penduduk saja. Saiful berusia 44 tahun dan berstatus sudah menikah. Saiful merupakan salah satu penduduk baduy yang masih memainkan alat musik tradisional khas Baduy yang bernama Kecapi. 3. Serat Informan dari klasifikasi orang Baduy dalam selanjutnya adalah Serat. Serat merupakan salah satu penduduk Baduy dalam yang paling tua, usianya mencapai 130 tahun. 4. Karman Informan dari klasifikasi orang Baduy dalam selanjutnya adalah karman. Karman merupakan masyarakat Baduy dalam yang bekerja berladang, jarang 70 berada di kampung dan lebih sering berada di ladang. Karman merupakan satusatunya orang Baduy yang masih memainkan dan membuat alat musik khas Baduy yaitu karinding. B. Orang Baduy Luar 1. Ayah Sali Informan dari klasifikasi orang Baduy luar yang pertama adalah ayah Sali, ayah Sali adalah salah seorang masyarakat Baduy luar yang sudah tidak bekerja, dia lahir pada tahun 1945 dan sekarang berusia 69 tahun, berstatus menikah dan memiliki anak. 2. Udil Informan dari klasifikasi orang Baduy luar yang kedua adalah Udil. Udil berusia 23 tahun, berstatus menikah dan memiliki dua orang anak. Pekerjaan udil sehari-hari ketika tidak berladang adalah menjual barang-barang kerjinan tangan khas Baduy, baik buatannya sendiri maupun barang yang dititipkan dari orang lain di bagian muka rumah yang dijadikan kios. Udil juga bekerja sebagai pendamping wisatawan, namun hanya ketika ada yang menghubungi saja. Udil sering pergi keluar Baduy, hal ini lebih mudah dilakukan oleh orang Baduy luar karena diperbolehkan untuk menaiki kendaraan. 71 C. Pemerintah Baduy 1. Jaro Dainah (Baduy Luar) Informan dari klasifikasi Pemerintah di Baduy yang pertama adalah Jaro Dainah. Jaro Dainah merupakan seorang Jaro Pemerintah di Baduy Luar, bila kita hendak masuk dan berkunjung ke Baduy, kita akan bertemu Jaro dainah untuk mengisi data dan melengkapi administrasi memasuki wilayah Baduy. Jaro Dainah berusia 54 tahun dan berstatus sudah menikah, Jaro Dainah sudah 20 tahun menjadi Jaro Baduy Luar. Rumah Jaro Dainah berada di bagian depan wilayah Baduy Luar jika masuk wilayah Baduy lewat Ciboleger. 2. Ayah Mursid (Wakil Jaro Cibeo, Baduy Dalam) Informan dari klasifikasi Pemerintah di Baduy selanjutnya adalah Ayah Mursid. Ayah mursid merupakan Wakil Jaro Baduy dalam kampung Cibeo. Ayah mursid adalah salah satu orang Baduy yang pernah berkeunjung ke Jakarta, dan kota-kota lain, pernah bertemu dengan Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono. Ayah Mursid juga pernah menjadi informan utama dalam sebuah buku yang bercerita tantang Baduy. Ayah mursid berusia 44 tahun, berstatus menikah dan memiliki tiga orang anak. Dua orang anaknya tinggal di Baduy luar dan satu orang lainnya masih menetap di Baduy dalam. Sama dengan Jaro Dainah, Ayah Mursid sudah menjadi Wakil Jaro Cibeo sekitar 20 tahun. Rumah ayah Mursid terletak di Baduy dalam kampung Cibeo. 72 D. Wisatawan 1. Haryono Informan dari klasifikasi wisatawan yang pertama adalah Haryono. Haryono berusia 29 tahun berasal dari Solo. Haryono sudah 3 kali datang mengunjungi Baduy, yaitu pada tahun 2013 dan 2014 dengan tujuan awal hanya wisata dan mengetahui budaya Baduy, selanjutnya menjadi Pendamping rombonganrombongan dari luar yang ingin berwisata ke Baduy. Haryono bekerja Freelines, berstatus belum menikah. 2. Njen Informan kedua dari klasifikasi wisatawan adalah Njen. Njen berasal dari Jakarta, berusia 28 tahun, berstatus belum menikah, dan bekerja sebagai pegawai swasta disalah satu perusahaan di Jakarta. Njen sudah 4 kali mengunjungi Baduy, yaitu pada tahun 2013 dan 2014, tujuan awal hanya ingin mengetahui seperti apa Baduy, yang kedua kali untuk mendampingi kawannya, dan yang ketiga dan keempat membuka pendaftaran untuk siapa saja yang ingin berwisata ke Baduy. 3. Nur haedi Informan selanjutnya dari klasifikasi wisatawan adalah Nur Haedi. Nur Haedi berasal dari Rangkas namun tinggal di Kota Serang, berusia 26 tahun, berstatus belum menikah dan bekerja freelines. Nur Haedi sudah 3 kali berkunjung ke Baduy, yaitu pada tahun 2006, 2007, dan 2008. Tujuan mengunjungi Baduy 73 adalah melaksanakan tugas sekolah, tugas kuliah dan yang terakhir adalah berwisata. 4. Aulia Shofan Hidayat Informan dari klasifikasi wisatawan selanjutnya adalah Aulia Sofan Hidayat. Dayat berasal dari Tangerang, berusia 23 tahun, dan bekerja sebagai mahasiswa. Dayat berkunjung ke Baduy sudah sekitar 3-4 kali, yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014. Tujuan ke Baduy adalah berwisata dan mengetahui bagaimana budaya dan adat istiadat Baduy. 5. Rijal Artomi Informan dari klasifikasi wisatawan selanjutnya adalah Rijal Artomi. Rijal berasal dari Cilegon, berusia 20 tahun dan bekerja sebagai mahasiswa. Rijal mengunjungi Baduy sebanyak 2 kali, yaitu pada akhir tahun 2011 dan akhir tahun 2013. Dengan tujuan mengerjakan tugas sekolah dan tugas kuliah. 6. Shintya Informan dari klasifikasi wisatawan selanjutnya adalah Shintya. Shintya berasal dari Bekasi, berusia 26 tahun, berstatus belum menikah dan saat ini bekerja di PT. Sinar Mas. Shintya sudah mengunjungi Baduy sebanyak 3 kali. Yang pertama karena rasa penasaran dia datang ke Baduy bersama kelompoknya, yang kedua dan yang terakhir dia membuat Opentrip untuk kunjungan ke Baduy. 74 E. Akademisi 1. Prof. Dr. H. Ahmad Sihabuddin, M.Si Informan dari klasifikasi akademisi yang pertama adalah Prof. Dr. H. Ahmad Sihabuddin, M.Si. Beliau merupakan salah satu dosen yang mengajar di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jurusan Ilmu Komunikasi, Serang Banten. pad tahun 2006 untuk pertama kalinya beliau datang ke Baduy. Maksud tujuan kunjungannya saat itu adalah untuk membuat tugas akhir S2 nya. Ketertarikannya meneliti soal Baduy dimulai dari membaca dan motivasi dari dosen di Universitas tempat pendidikan S2 nya yang pernah melakukan penelitian ke Baduy. Prof. Sihab, bagitu panggilan akrabnya, sudah sangat sering berkunjung ke Baduy dan bertemu dengan Jaro dan wakil Jaro disana. Sudah 5 kali beliau berkunjung ke Baduy dalam, sementara untuk kunjungannya ke Baduy luar bisa dikatakan sangat sering. Saat ini Prof. Sihab sudah memiliki sebuah buku yang menceritakan soal Baduy. Buku tersebut berjudul “Saatnya Baduy Bicara”. 2. Aliyth Prakarsa,S.H.,M.H Informan dari klasifikasi Akademisi selanjutnya adalah Aliyth Prakarsa. Pak Alyt merupakan salah seorang dosen Ilmu Hukum di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Berusia 35 tahun, berstatus menikah. Pak Aliyt pertama kali datang ke Baduy pada tahun 1996 dan sampai saat ini sudah pernah mengunjungi Baduy sebanyak 20 kali. Dalam kunjungannya pak Aliyth bertujuan melaksanakan program PKSA dari kementrian Sosial. 75 4.4. Data Penelitian Masalah yang diteliti adalah bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan. maka untuk mengetahui bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan, dengan ini peneliti memerhatikan tempat, waktu, intensitas, bahasa, dan situasi sebagai hal yang harus diteliti. Peneliti selanjutnya memperhatikan fenomena yang terjadi di Baduy antara suku Baduy dengan wisatawan saat berkomunikasi. Analisis pengambilan data telah dilakukan melalui pencarian-pencarian data yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini. Metode penentuan informasi yang digunakan oleh peneliti adalah Kuota sampling yaitu metode penentuan informan sesuai dengan rancangan penelitian dan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pemilihan informan berdasarkan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Data-data yang dicari dalam penelitian adalah data yang merujuk pada identifikasi masalah yang telah dipaparkan dalam bab I, yaitu mengenai komunikasi antar budaya masyarakat Baduy dengan wisatawan, komunikasi internal yang terjadi pada masyarakat Baduy (sesama masyarakat Baduy), komunikasi Sosiali yang terjadi antara masyarakat Baduy dan wisatawan, reaksi yang terjadi pada Masyarakat Baduy setelah berkomunikasi dengan Wisatawan, komunikasi verbal yang terjadi antar masyarakat Baduy dengan Wisatawan, komunikasi non verbal yang terjadi antara masyarakat Baduy dengan Wisatawan, perubahan yang terjadi pada masyarakat suku Baduy setelah menjalin komunikasi 76 anatar budaya dengan wisatawan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih informasi dari beberapa informan yang diklasifikasikan menjadi informan dari masyarakat Baduy dalam, masyarakat Baduy luar, Pemerintah Baduy, Wisatawan, dan Akademisi. Dalam perjalanannya peneliti menemukan kesulitan berkomunikasi dengan orang Baduy dalam yang belum bisa berbahasa Indonesia, maka dalam penelitian ini, peneliti memperoleh bantuan dari seorang kawan bernama Ahmad Lamhatunnadzori sebagai penjembatan bahasa dalam berkomunikasi dengan mereka. Peneliti juga mendapat kesulitan mendokumentasikan data sebab di Baduy dalam dilarang mengambil gambar dan merekam. Maka peneliti menuliskan hasil percakapan dikertas. Peneliti mendapatkan informasi sesuai dengan target informan yang sudah ditentukan. Data yang diambil oleh peneliti lebih banyak dari hasil dari wawancara kepada seluruh informan dan observasi lapangan. Karena peneliti membutuhkan informasi mendalam untuk mengetahui masalah yang sedang diteliti serta peneliti harus melihat fenomena yang terjadi dilapangan melalui observasi. Dokumentasi kegiatan komunikasi antar budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan menjadi data tambahan yang digunakan sebagai penguatan data yang didapat dari observasi lapangan. Dokumentasi ini didapatkan dari salah satu informan yang diwawancarai oleh peneliti. Hal ini guna memperoleh gambaran yang utuh serta relevansi antara keseluruhan yang pada akhirnya dapat menyelaraskan hasil penelitian ini. 77 Dari uraian diatas menunjukkan bahwa komunikasi antar budaya yang terjalin antara masyarakat suku baduy dengan wisatawan berlangsung intensif dan aktif sehingga terjadi sebuah pergeseran budaya di Baduy. 4.5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.5.1. Komunikasi Internal Masyarakat Suku Baduy Komunikasi Internal masyarakat suku Baduy terjadi diwilayah ciboleger sampai wilayah Baduy dalam. Wilayah Ciboleger adalah sebuah nama sebuah desa sebelum masuk dalam wilayah Baduy, kebanyakan wisatawan yang mengendarai kendaraan pribadi memarkirkan kendaraannya diterminal Ciboleger yang merupakan desa terakhir yang bisa disinggahi menggunakan kendaraan. Meskipun Ciboleger belum termasuk dalam wilayah Baduy, namun dapat dijumpai cukup Banyak masyarakat Baduy luar dan dalam, mereka bekerja sebagai pendamping wisatawan. Dapat dilihat bahwa selama masyarakat Baduy menunggu disewa jasa pendampingannya oleh wisatawan, mereka berkumpul dan berbincang-bincang dikios-kios dagangan yang ada disekitaran Ciboleger. Dalam berkomunikasi sesama masyarakat suku Baduy, baik Baduy luar dan Baduy dalam, bahasa yang digunakan adalah bahasa sunda kasar. “... amun didiyeu sasapoe basa sunda kasar, amun jeung wisatawan nu loba geus bisaan basa Indonesia...” (Ayah Sali) Sejak banyaknya wisatawan yang datang ke Baduy, masyarakat suku Baduy mempelajari bahasa Indonesia. masayarakat Baduy adalah orang-orang 78 yang cerdas yang cepat dalam mempelajari hal apapun termasuk mempelajari bahasa Indonesia. Kebanyakan dari masyarakat Baduy sudah mengerti dan mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik, namun dalam komunikasi sehari-hari dengan sesama masyarakat Baduy yang digunakan tetap Bahasa Sunda Kasar. Masyarakat Baduy biasa berkumpul diteras-teras rumah mereka untuk berbincang-bincang tentang situasi yang terjadi di Baduy maupun di luar Baduy. Baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak, mereka berbincang saat tidak berladang atau tidak melayani wisatawan yang menggunakan rumah mereka sebagai penginapan, terkadang juga mereka berbincang-bincang sambil mengerjakan kerajinan tangan berupa gelang rotan atau kain tenun Baduy untuk dijual kepada para wisatawan. Kedekatan persaudaraan mereka tidak membuat mereka kehilangan sopan santun dalam tutur kata saat berkomunikasi dengan sesamanya, hal tersebut berkaitan dengan ajaran leluhur untuk selalu bersikap sopan santun dan ramah kepada sesama manusia. Gambar 1.6 79 Masyarakat suku Baduy tidak dapat menggunakan media komunikasi modern, sesuai dengan aturan adat leluhur mereka. Untuk menyebarkan informasi yang bersumber dari puun atau informasi dari luar kesukuan Baduy yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat Baduy, mereka menggunakan struktural pemerintahan dengan cara mengirimkan utusan-utusannya untuk menyebarkan informasi dari kampung ke kampung yang ada di Baduy. Dengan pola penyebaran informasi seperti ini, tidak seluruh masyarakat Baduy langsung diberikan informasi dari utusan pemerintah Baduy, awalnya informasi hanya diberikan kepada para penasihat jaro, seluruh jaro, wakil jaro, lembaga jaro dan kemudian dibuat pertemuan untuk musyawarah dengan mengumpulkan seluruh kepala keluarga ditiap-tiap desa untuk musyawarah, hasil dari musyawarah tersebut disebarluaskan oleh masing-masing kepala keluarga kepada keluarganya dengan demikian informasi akan tersebar merata keseluruh masyarakat Baduy. “... Kalo untuk agar informasi tersebar kita ngutus orang untuk ngabarin setiap kampung, nanti disini pertemuannya...” (Jaro Dainah, Sabtu 01 Desember 2014). Proses penyaluran informasi dengan musyawarah yang dilakukan oleh suku Baduy merupakan komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberpa orang dalam sebuah kelompok seperti musyawarah, rapat, dan lain-lain (Michael Burgoon dalam Wiryanto, 2005). Perbandingan Baduy luar dan dalam adalah dari keketatan aturan dan ketaatan terhadap perintah leluhur dan agama Sunda wiwitan, suku Baduy luar 80 sudah sangat maju, meskipun dalam aturan adat melarang menggunakan telepon atau telepon genggam, banyak dari masyarakat Baduy luar yang sudah memikinya. Namun alat komunikasi modern tersebut tetap tidak dapat digunakan dalam proses penyebaran informasi sebab masyarakat Baduy dalam tidak menggunakannya. Dengan pola komunikasi internal tersebut masyarakat suku Baduy tetap dapat menyebarluaskan informasi meskipun tidak menggunakan alat komunikasi modern seperti telepon genggam dan lain-lain. Dan mereka tetap dapat menjaga kerahasiaan informasi kesukuannya juga sekaligus menjaga keeratan hubungan seluruh masyarakat Baduy dengan cara berkumpul dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan untuk bermusyawarah. Suku Baduy memiliki kegiatan-kegiatan adat yang selalu mereka laksanakan diantaranya bulan Kawalu. Dalam masa bulan kawalu masyarakat Baduy dalam menutup diri dari kunjungan wisatawan selama tiga bulan, kawalu merupakan acara adat dimana selama tiga bulan setiap tanggal 18 masyarakat suku Baduy dalam berpuasa, dan pada minggu pertama atau kedua dimulainya bulan kawalu masyarakat suku Baduy dalam dan luar, melaksanakan perburuan kedalam hutan Baduy untuk mendapatkan bahan makanan untuk melaksanakan upacara dan pesta adat. Meskipun yang ditutup untuk wisatawan hanya Baduy dalam namun perayaan adat tersebut juga diikuti oleh masayrakat Baduy luar. Para kepala keluarga Baduy luar mendatangi Baduy dalam untuk membantu mempersiapkan dan mengikuti upacara dan pesta rakyat Baduy. 81 “...ngawalu eta tradisi di Baduy, tilu bulan lamanya tidak bisa menerima kunjungan ke Baduy dalam, pada bulan kawalu kami berpuasa setiap bulan masing-masing pada tanggal 18 nya, dua minggu pada bulan pertama kami mengadakan upacara adat ya sejenis upacaya syukuran, ya namanya pertemuan kami biasanya ada obrolanobrolan untuk mengevaluasi keadaan Baduy bagaimana, sekalian juga kita mempererat kedekatan kita sesama masyarakat Baduy...” (Jaro Dainah) Bulan Kawalu merupakan salah satu kegiatan dimana hanya masyarakat suku Baduy saja yang mengikutinya. Dalam tradisi kawalu ini masyarakat Baduy mengevaluasi keadaan internal kesukuannya dan juga mempererat tali persaudaraan sesamanya. 4.5.2. Komunikasi Sosial Masyarakat Suku Baduy Manusia adalah makhluk sosial, begitupula masyarakat suku Baduy sebagai manusia menjalankan aktivitas sosial. Aktivitas komunikasi sosial dilakukan oleh masyarakat suku Baduy sejak berada diwilayah Ciboleger, dalam menawarkan jasa pendampingan kepada wisatawan maupun saat berbincang-bincang dengan penduduk desa Ciboleger. Sama seperti yang dilakukan kepada sesama orang Baduy, saat berkomunikasi dengan orang diluar suku Baduy juga mereka berbicara dengan sopan dan ramah, sesuai dengan ajaran leluhur mereka dan watak asli masyarakat Baduy yang sederhana, sopan dan santun. Masyarakat suku Baduy, terutama laki-laki selain berladang juga bekerja sebagai pendamping bagi wisatawan yang hendak ke Baduy, bukan keharusan bagi wisatawan untuk menggunakan jasa pendampingan oleh masyarakat suku 82 Baduy saat hendak memasuki wilayah Baduy, akan tetapi menyewa jasa orang baduy asli sebagai pendamping merupakan hal yang membantu wisatawan agar tidak tersesat dalam perjalanan menuju Baduy baik hanya sampai Gazeboh maupun sampai Baduy dalam. Gambar 1.7 Masayarakat yang menjadi pendamping tidak mematok harga kepada para wisatawan, akan tetapi proses sosialisasi harga sewa jasa dilakukan oleh Jaro pemerintah Baduy luar dan staff agar adil bagi masayrakat suku Baduy. Proses sosialisasi tentang harga sewa dan aturan yang berlaku bagi wisatawan saat berada dalam wilayah Baduy diberikan oleh Jaro Dainah dan staff nya saat wisatawan melakukan administrasi yang bertempat dikediaman Jaro Dainah. Orang Baduy yang menjadi pendamping hampir seluruhnya adalah orang Baduy yang sudah bisa menggunakan bahasa Indonesia. Dari hasil analisa peneliti melihat bahwa setiap masyarakat Baduy yang menjadi pendamping adalah laki-laki, dan ketika terjadi proses komunikasi dengan wisatawan 83 mereka membatasi jawaban-jawaban kepada wisatawan, peneliti melihat hal tersebut juga merupakan sebuah tindakan waspada masyarakat suku Baduy untuk mempertahankan hal-hal yang menjadi kerahasiaan adat. Untuk mengamankan rahasia kesukuannya juga, tidak semua masyarakat Baduy bisa dan boleh berbicara dengan orang luar Baduy, hanya orang-orang yang memang sudah memahami aturan adat dan batasan dalam menginformasikan soal kesukuan Baduy saja yang bisa dan boleh menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang luar Baduy. Masyarakat suku Baduy umumnya cenderung tertutup saat ditanyakan soal kesukuan yang mereka anggap sensitif untuk diberitahukan kepada orang diluar kesukuan mereka. peneliti mengetahui hal tersebut saat hendak bertanya kepada masyarakat Baduy, ternyata tidak banyak yang mauangkat bicara menjawab pertanyaanpertanyaan yang sifatnya menyelidiki tentang suku Baduy. Dalam berkomunikasi dengan wisatawan masyarakat suku Baduy menggunakan Bahasa Indonesia, sebab banyak dari wisatawan yang tidak dapat menggunakan bahasa Sunda kasar yang digunakan oleh masyarakat Baduy, salah satu alasan masyarakat Baduy mempelajari bahasa Indonesia juga karena hal tersebut. “...ya memang kami awalnya tidak banyak yang bisa bahasa Indonesia, kalau ada pun tidak lancar, tapi guna menyesuaikan diri dengan wisatawan yang kebanyakan tidak dapat bicara bahasa Sunda, kaya neng Nisa ini semisal, maka kami yang menggunakan Bahasa Indonesia, itupun kami pelajari dari memperhatikan saja ketika pengunjung bicara...” (Sabtu, 01 Nopember 2014) 84 Dalam aktivitas komunikasi sosial masyarakat Baduy dengan wisatawan terjadi proses pertukaran informasi tentang kebiasaan kehidupan wisatawan maupun kebiasaan hidup masyarakat Baduy. Proses pertukaran informasi kebudayaan ini merupakan hasil dari komunikasi antar budaya yang dilakukan baik secara Antar Pribadi maupun secara berkelompok. Seperti yang dituliskan sebelumnya oleh peneliti pada bagian tinjauan pustaka bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orangatau lebih dengan cara tatap muka (Cangara,2004:31). Saat berkunjung ke Baduy pertama kita akan menginjak wilayah Baduy luar, jejeran kios dagangan oleh-oleh khas Baduy dapat kita lihat, banyak dari suku Baduy luar yang melakukan bisnis perdangan barang-barang khas Baduy. Untuk memperlancar hubungan bisnis mereka dengan wisatawan maupun pedagang luar Baduy, mereka menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasinya. Hasil data yang peneliti dapatkan, awalnya masayrakat Baduy tidak memperjual belikan barang-barang yang saat ini mereka perdagangkan seperti kain tenun, manik-manik perhiasan dari rotan dan akar pohon, dan lain-lain. Namun, dorongan wisatawan yang datang ke Baduy yang tertarik pada benda-benda tersebut membuat masyarakat Baduy melihat peluang usaha. Unsur Wisatawan dalam penguasaan bahasa Indonesia oleh masyarakat suku Baduy merupakan unsur yang paling kuat. Sebab dengan menguasai bahasa Indonesia maka masyarakat Baduy dapat menjalankan aktivitas sosialnya dalam berkomunikasi baik dengan wisatawan maupun rekan bisnis. 85 “... Udil bisa bahasa Indonesia ya sekurang lebihnya belajar dari wisatawan, karena menurut Udil manusia kalau mau berusaha pasti bisa berubah, dimanapun belajarnya, Udil juga dagang jadi butuh bahasa Indonesia buat nawarin dagangan Udil ini...” (Udil, Orang Baduy Luar, 29 Nopember 2014) Komunikasi sosial masyarakat suku Baduy juga terjadi saat kediaman mereka dijadikan tempat bermalam oleh wisatawan, dalam keadaan tinggal bersama dan makan bersama ini kedekatan orang Baduy dengan wwisatawan menjadi semakin dekat, proses pertukaran informasipun lebih banyak dan lebih sering terjadi. Selain komunikasi sosial masyarakat Baduy terjadi saat mereka bekerja menjadi pendamping, berdagang, maupuun saat rumah mereka dijadikan tempat bermalam oleh wisatawan, ada sebuah kegiatan sosial yang juga merupakan tradisi dan kegiatan ritual adat suku Baduy, yaitu kegiatan upacara Seba. Seba merupakan kegiatan bersilaturahmi dan berkunjung secara resmi untuk memberikan hasil bumi kepada raja atau penguasa di Banten yaitu Gubernur atau Bupati, kegiatan ini adalah bukti kesetiaan masyarakat Baduy terhadap pemerintah. Seba dilaksanakan satu tahun sekali, pada upacara Seba ini masyarakat Baduy luar dan dalam menuju kantor Gubernur atau Bupati langsung, masyarakat Baduy luar dapat menaiki kendaraan sedangkan masyarakat Baduy dalam harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki tanpa menggunakan alas atau sandal. Kegiatan Seba ini merupakan aktivitas sosial dimana masyarakat diluar suku Baduy dapat bertemu dan bersilaturahmi tanpa harus datang mengunjungi Baduy, sebab masyarakat Baduy yang datang ke kota. 86 Interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat suku Baduy dengan wisatawan memberikan berbagai pertukaran pengetahuan tentang keadaan didalam Baduy dan diluar Baduy. Peneliti mendapatkan data bahwa dalam kunjungannya ke Baduy, banyak wisatawan yang memberikan alamat tempat tinggal mereka sehingga banyak pula dari masyarakat suku Baduy yang datang ketempat tinggal para wisatawan yang memberikan alamatnya tersebut. Dengan berkunjungnya masyarakat suku Baduy ketempat wisatawan yang berada dalam lingkup budaya modern maka masyarakat suku Baduy menyaksikan secara langsung modernitas yang terjadi didunia luar Baduy. “...sering juga Udil pergi ketempat teman di Jakarta, main kesana dapat alamat waktu mereka ke Baduy nginep dirumah Udil...” Sebagai efek dari komunikasi sosial yang berlangsung antara suku baduy dengan wisatawan banyak dari anak-anak suku Baduy yang berusia 5-15 tahun yang pergi ke wilayah Ciboleger untuk menyaksikan acara televisi yang terdapat di kios-kios dagangan sekitar Ciboleger. Gambar 1.8 87 4.5.3. Komunikasi Verbal Masyarakat Suku Baduy Komunikasi verbal digunakan oleh masyarakat Baduy dalam berkomunikasi sehari-hari, saat berbincang-bincang baik dengan sesama masyarakat Baduy maupun dengan wisatawan atau orang diluar Baduy, mereka menggunakan komunikasi verbal atau lisan secara langsung. Dari hasil Analisa peneliti, masyarakat suku Baduy lebih jarang berbicara mendahului wisatawan, mereka lebih sering menjadi komunikan atau penerima pesan saja. Berbeda ketika mereka melakukan komunikasi verbal dengan sesama suku Baduy, mereka lebih terbuka dalam perbincangan dan lebih antusias dalam menanggapi lawan bicaranya. Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa bahasa sehari-hari yang digunakan dalam berkomunikasi internal oleh masyarakat Baduy adalah sunda kasar, dan dalam berkomunikasi sosial dengan wisatawan atau orang luar Baduy adalah bahasa Indonesia, maka kedua bahasa tersebut adalah bahasa yang digunakan saat masayrakat Baduy melakukan komunikasi verbal atau lisan. Komunikasi verbal juga mereka gunakan saat melakukan transaksi jual beli, saat menawarkan barang atau saat terjadi tawar menawar harga. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang digunakan oleh seorang individu untuk menyampaikan pesan ke individu lain. Pesan yang disampaikan merupakan hasil dari pikiran dan perasaan. Komunikasi verbal dapat berupa lisan dan tulisan namun komunikasi verbal berupa lisan lebih mudah ditemukan dan terjadi pada masyarakat Baduy, karena masyarakat Baduy tidak 88 bersekolah dan kebanyakan dari mereka tidak dapat menulis, jadi komunikasi verbal bentuk tulisan jarang ditemui di Baduy. 4.5.4. Komunikasi Non Verbal Masyarakat Suku Baduy Dalam melakukan komunikasinya masyarakat Baduy juga melakukan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal merupakan komunikasi berbentuk simbolik baik gerakan tubuh, ekspresi wajah,nada suara, kontak mata, rancang ruang, gerakan ekspresif, atau tindakan-tindakan lain yang tidak menggunakan kata-kata baik lisan maupun tulisan. Cara berpakaian masyarakat Baduy merupakan bentuk simbolik bahwa di Baduy menganut keseragaman dan kebersamaan, warna dari pakaian masyarakat Baduy hanya dua, yaitu hitam untuk Baduy luar dan Putih untuk Baduy dalam dan dengan bengket atau ikat kepala biru batik untuk Baduy luar dan putih polos untuk Baduy dalam. Bentuk pakaian yang sedernaha juga mencerminkan kesederhanaan dalam kehidupan masyarakat Baduy. Bentuk rumah yang nyulah nyandah atau berhadap-hadapan juga merupakan simbol dari keseragaman masyarakat Baduy. Rumah yang bahan dasarnya hanya kayu, bambu, rotan, bambu anyam, sabut aren, dan daun kelapa menunjukkan bahwa mereka hanya menggunakan bahan dasar dari lingkungan sekitar Baduy saja. Bentuk rumah suku Baduy diseragamkan yaitu hanya ada satu pintu tanpa jendela untuk masyarakat Baduy dalam dan dua pintu untuk masyarakat Baduy luar. 89 Cara bicara masyarakat Baduy bernada rendah juga merupakan simbol dari keramahan dan sopan santun kepada seluruh manusia. Hal tersebut tercermin saat peneliti berbicara dengan masyarakat suku Baduy, namun suku Baduy tidak menatap lawan bicaranya ketika sedang berkomunikasi, peneliti menganalisa bahwa hal tersebut adalah salah satu bagian dari tatak rama yang diajarkan oleh leluhur Baduy. Dari hasil analisa peneliti, masyarakat Baduy mengeluarkan ekspresi cemas ketika ada wisatawan yang terlalu banyak bertanya hal-hal yang menyangkut Baduy terlalu dalam. Jika ada wisatawan yang bertanya dan mereka tidak ingin menjawab mereka akan dim tanpa menghiraukan individu yang bertanya. Komunikasi non verbal masayrakat suku Baduy akan memperhatikan dengan pandangan serius ketika ada wisatawan yang sedang berbicara dengan kelompoknya sesama wisatawan, juga bisa dilihat saat masyarakat Baduy melihat kedatangan wisatawan yang membawa kebudayaan berbeda. Seperti komunikasi non verbal yang terjadi di Ciboleger saat pertama kali masyarakat Baduy bertemu dengan wisatawan yang menggunakan pakaian yang berbeda dengan mereka, memiliki logat dan bahasa yang berbeda dengan mereka dan memiliki gerakan tubuh yang berbeda, melihat perbedaan tersebut ekspresi wajah yang dikeluarkan oleh masyarakat suku Baduy adalah ekspresi kagum akan modenitas, belum lagi ketika masyarakat Baduy melihat wisatawan membawa alat-alat yang asing bagi mereka seperti barang barang elektronik 90 canggih, makanan yang belum pernah mereka lihat, atau gaya berpakaian dan gaya rambut yang baru mereka lihat. Bagi masyarakat Baduy luar modernitas yang dibawa oleh wisatawan adalah hal yang biasa ini dikarenakan kelonggaran adat di Baduy luar yang memperbolehkan wisatawan menggunakan alat-alat elektronik dan masih memperbolehkan wisatawan melakukan kebiasaan-kebiasaan mereka seperti dihabitat asalnya. “...kalo masyarakat Baduy luar kayaknya udah lebih terbiasa, tapi kalo masyarakat Baduy dalem keliatan jelas ekspresi penasannya kalo liat kita bawa barang yang menurut mereka aneh..” (Aulia Shofan Hidayat, Desember 2014) Berbeda dengan masyarakat Baduy luar, masyarakat Baduy dalam lebih sering mengeluarkan ekspresi penasaran saat berjumpa dengan wisatawan dan saat melihat barang-barang modern yang digunakan oleh wisatawan. ekspresi penasaran dan ingin mencoba juga dapat dijumpai pada anak-anak masyarakat suku Baduy, saat wisatawan mengeluarkan makanan ringan mereka akan menatap dengan serius kearah makanan tersebut sampai wisatawan memberikan makanan itu kepada mereka. Masyarakat suku Baduy saat ini sudah mengenal uang sebagai alat pemuas kebutuhan. Biasanya pendamping tidak akan meminta bayaran atas pelayanan jasa yang mereka berikan, namun mereka akan mengeluarkan ekspresi muka yang memelas sebagai simbol bahwa mereka membutuhkan uang untuk kehidupan mereka. setelah mereka mendapatkan uang biasanya ekspresi mereka ditentukan oleh besaran jumlah yang diberikan wisatawan, jika jumlahnya banyak maka mereka akan lebih sopan dari sebelumnya dalam 91 melayani wisatawan, namun jika jumlahnya kecil maka mereka hanya akan menerima dengan diam dan tetap berlaku sopan. 4.5.5. Perubahan Masyrakat Suku Baduy Setelah Menjalin Komunikasi Antar Budaya dengan Wisatawan Seperti disebutkan sebelumnya, masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang cerdas oleh sebab itu mereka sangat cepat dalam mempelajari hal-hal baru yang mereka ketahui. Sejak Saba Budaya Baduy pada tahun 1990, Baduy tidak pernah sepi dikunjungi oleh wisatawan. Setiap akhir pekan selalu Banyak wisatawan yang datang berombongan. Dalam sekali kunjungan, wisatawan yang datang bisa berjumlah ratusan orang dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda-beda. Komunikasi antar budaya yang terjadi antara masayarakat suku Baduy dengan wisatawan berlangsung terus menerus memberikan pengaruh kepada masyarakat Baduy, baik langsung maupun tidak langsung, baik sengaja maupun tidak disengaja, baik cepat maupun berangsur-angsur. Informasi yang didapatkan masyarakat Baduy dari wisatawan membuat masyarakat Baduy ingin mengetahui apa yang terjadi didunia luar Baduy. Hal ini membuat masyarakat Baduy baik baduy luar menggunakan kendaraan maupun Baduy dalam dengan berjalan kaki, pergi keluar wilayah Baduy untuk melihat sendiri keadaan dunia modern yang mereka lihat dan dengar dari wisatawan. 92 Selain itu, 24 tahun dibukanya Baduy menjadi daerah pariwisata menjadikan banyak perubahan dalam tatanan kehidupan baik yang diatur oleh adat maupun tidak. Seperti banyak masyarakat Baduy yang menjadi pendamping wisatawan, pekerjaan ini tidak ada sebelum banyak wisatawan yang datang, selain untuk menolong wisatawan, ada motif ekonomi yang menjadi latar belakang mereka. Sejak pasca penjajahan, sistem ekonomi di Baduy berubah dari sistem barter menjadi sistem jual beli dan ini mengharuskan masyarakat Baduy juga yang masih berada dalam kesatuan Negara Republik Indonesia untuk memiliki Uang Rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena yang mereka butuhkan tidak semuanya bisa mereka produksi, yang akhirnya mengharuskan mereka melakukan jual beli. Selain menjadi pendamping karena kebutuhan wisatawan, masyarakat suku Baduy yang dulunya tidak mampu memahami dan menggunakan bahasa Indonesia saat ini sudah banyak yang memahami dan mampu berbicara menggunakan bahasa Indonesia, mereka mempelajarinya dari wisatawan yang berkunjung yang meskipun berbeda latar belakang kebudayaan para wisatawan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, dalam waktu yang lama dan terus menerus, dengan cara memperhatikan dan mempelajari akhirnya masyarakat Baduy banyak yang sudah dapat memahami dan menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan wisatawan. Baru 10 tahun belakangan pengunjung yang datang ke Baduy membawa perbekalan makanan instan ke Baduy, karena sebelumnya wisatawan hanya diperbolehkan membawa beras dan ikan asin serta makanan-makanan hasil 93 bumi yang belum modern. Namun karena jumlah wisatawan terus meningkat dan sudah banyak terdapat makanan instan siap saji yang lebih praktis yang biasa dibawa oleh isatawan, ada aturan adat yang dilonggarkan, bahwa wisatawan dan masyarakat Baduy bebas memakan makanan yang tidak merusak tubuh dan tidak merusak Baduy. Seperti pernyataan salah seorang Informan klasifikasi pemerintah Baduy dalam dan orang Baduy dalam “.... kalau makanan, awalnya wisatawan bawa ke Baduy itu beras, ikan asin, untuk makanan mereka dan kami juga, tapi kekinian mungkin karena kebutuhan banyak wisatawan yang membawa makanan instan, Puun juga mengijinkan kami, kalau Puun mengijinkan tidak jadi masalah, orang Baduy luar atau dalam bisa memakan makanan instan itu, selama itu tidak merusak Baduy...” (Ayah Mursid, 08 Nopember 2014). “...baru beberapa tahun kalo pedagang ini ada di Baduy dalam, mereka juga bukan orang Baduy, tadinya mah Cuma satu itu yang jualan, tapi sekarang jadi banyak..” (Ayah Karman, 16 Nopember 2014) Banyaknya wisatawan menjadi peluang bisnis khususnya bagi masyarakat luar Baduy yang tinggal disekitar Baduy. Mereka menjajakan dagangan mereka kedalam Baduy, kebanyak menjual makanan dan kerajinan tangan, mereka membuka lapak dagang sementara saat wisatawan ramai mengunjungi Baduy. Baduy dalam ditemui pedagang makanan dan minuman ringan yang membuka lapak dihalaman rumah salah satu masyarakat suku Baduy, pedagang berasal dari luar Baduy yang memikul barang dagangannya sampai ke Baduy dalam, biasanya mereka menginap satu atau dua hari. Informan dari klasifikasi wisatawan juga menyatakan “... kalo waktu tahun 2011 waktu pertama aku ke Baduy dalam, itu yang dagang Cuma satu lapak, tapi kemarin tahun 2013 kesana yang dagang udah ada sekitar 3 lapak...” (Rizal Artomi, 09 Desember 2014) 94 Wisatawan yang berkunjung ke Baduy merupakan wisatawan yang sudah menjalani modernitas dalam kehidupan sehari-harinya. Modernitas melekat pada setiap wisatawan yang berkunjung ke Baduy. Perkembangan alat-alat elektronik pun diikuti oleh para wisatawan, yang hampir seluruhnya memiliki sedikitnya satu alat elektronik modern seperti telepon genggam, laptop, kamera, dan lain-lain. Masuknya wisatawan kedalam lingkungan Baduy dengan membawa alat-alat elektronik yang tidak diketahui masyarakat Baduy sebelumnya menjadi sebuah informasi dengan pola komunikasi non verbal. Ketika wisatawan mengeluarkan barang-barang elektronik modern tersebut dihadapan masyarakat suku Baduy yang belum mengetahui maka akan menimbulkan rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang sebenarnya adalah sifat alami manusia pada diri masyarakat suku Baduy. Berawal dari komunikasi non verbal, kemudian menjadi komunikasi verbal yaitu tanya jawab tentang barangbarang elektronik canggih yang wisatawan gunakan, akhirnya masyarakat suku Baduy mengetahui perkembangan jaman diluar suku nya. Hal yang terjadi secara terus menerus dan berlangsung bertahun-tahun ini membuat masyarakat Baduy saat ini sudah tidak kaget dengan barang barang elektronik tersebut diatas. Saat ada wisatawan yang menggunakan barang-barang elektronik modern dihadapan masyarakat Baduy, respon mereka biasa saja, ini karena mereka memang sudah terbiasa, dan sudah Banyak dari masyarakat Baduy luar yang memiliki barang-barang elektronik tersebut. Dengan alasan kebutuhan mereka akhirnya memiliki barang-barang elektronik yang sebenarnya dilarang oleh adat. Mungkin hanya anak-anak kecil yang berasal dari Baduy dalam yang 95 masih memiliki rasa penasaran terhadap alat-alat elektronik modern, karena mereka baru menemui barang-barang tersebut ketika mereka kuat berjalan sampai ke Baduy luar. Saat wisatawan bermalam dirumah-rumah milik orang-orang Baduy dan bersama orang-orang Baduy, mereka memperhatikan gaya bicara, dan tingkah laku wisatawan dengan seksama, mereka mempelajari apa yang dilakukan wisatawan dan mengikutinya ketika tidak berbenturan dengan aturan adat. Banyak dari wisatawan yang bertukar cerita soal cara hidup dan memberikan alamat tepat tinggal mereka kepada suku Baduy, serta mengundang masyarakat Baduy untuk datang mengunjungi mereka. Karena itu banyak juga dari masyarakat Baduy yang pergi keluar Baduy untuk mengunjungi wisatawan, saat kunjungan itulah masyarkat Baduy melihat dan mengetahui dunia modern yang berbeda dengan dunia mereka di Baduy. Tidak dapat dihindari, datangnya wisatawan ke Baduy membawa dampak bagi masyarakat suku Baduy, dalam hal ini dampak yang dimaksud adalah pergeseran kebiasaan suku Baduy. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sejak keluarnya surat keputusan Bupati Lebak no 13 tahun 1990 tentang pembinaan dan pengembangan lembaga adat masyarakat baduy di daerah tingkat II Lebak, banyak wisatawan yang datang untuk mengetahui tentang suku Baduy. Setiap tahunya mencapai angka 3500-5000 wisatawan datang ke Baduy dengan latar belakang kebudayaan yang beragam. Namun, ada satu hal yang sama pada semua wisatawan yang datang ke Baduy yaitu Modernitas. Wisatawan yang 96 datang ke Baduy rata-rata adalah orang-orang yang sudah mengikuti perkembangan jaman, lain halnya dengan suku Baduy yang masih tradisional. Dalam diri para wisatawan yang datang berkunjung ke Baduy terdapat informasi terntang budaya yang berbeda dari yang ada di Baduy. Misalkan dari bahasa, gaya berpakaian, gaya bicara, gestur tubuh, logat, kebiasaan terkait makanan dan barang-barang penunjang yang digunakan sehari-hari. Informasi ini disalurkan kepada masyarakat Baduy baik secara lisan maupun simbolik dan diterima oleh masyarakat Baduy baik langsung maupun bertahap. Kebiasaan hidup wisatawan yang modern tidak dilepaskan ketika mereka masuk dalam wilayah kesukuan Baduy, akibatnya banyak dari masyarkat Baduy yang mulai tumpul ketaatannya terhadap aturan adat. Karena hubungan saat berkomunikasi antar budaya antara wisatawan dengan masyarakat Baduy terjadi pertukaran informasi tentang masing-masing kebudayaan, seperti bagaimana cara hidup di kota atau di luar Baduy dan bagaimana cara hidup di Baduy, apa yang ada di kota dan apa yang ada di Baduy, dan lain-lain. Pertukaran informasi baik lisan maupun menggunakan bahasa tubuh atau simbolik berlangsung secara terus menerus dan dalam intensif. Seperti bahasa, diakui oleh masyarakat Baduy, bahwa pada awalnya bahsa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Sunda kasar, dan masyarakat Baduy tidak bisa berbahasa Indonesia, namun sejak banyak wisatawan yang datang dan wisatawan tidak bisa berbahasa sunda, maka dengan cara memperhatikan dari wisatawan masyarakat Baduy akhirnya dapat menguasai bahasa Indonesia. hal ini dinyatakan oleh beberapa informan dari klasifikasi yang berbeda-beda, 97 “..... ya memang kami awalnya tidak banyak yang bisa bahasa Indonesia, kalau ada pun tidak lancar, tapi guna menyesuaikan diri dengan wisatawan yang kebanyakan tidak dapat bicara bahasa Sunda, kaya neng Nisa ini semisal, maka kami yang menggunakan Bahasa Indonesia, itupun kami pelajari dari memperhatikan saja ketika pengunjung bicara...” (Dainah, Jaro Pemerentah, 01 Nopember 2014) “... orang Baduy dulu mah masih bodoh-bodoh... gak bisa kaya kami bicara bahsa Indonesia, gak mengerti..” (Ayah Serat, Orang Baduy Dalam, 22 Nopember 2014) “... meskipun orang Baduy tidak bersekolah formal tapi pada dasarnya orang Baduy adalah orang yang cerdas, mereka belajar dari segala hal, salah satunya belajar Bahasa Indonesia dengan memperhatikan pengunjung saat bicara...” (Ayah Mursid, Wakil Jaro Cibeo, 15 Nopember 2014). Peneliti menemukan saat sedang melakukan observasi lapangan, ada beberapa masyarakat Baduy luar yang menggunakan kata “lo-gue” saat berbicara dengan wisatawan karena wisatawan saat berbicara dengan kelompoknya menggunakan kata tersebut, dan ditemukan pada orang Baduy dalam kata “aku-kamu” karena wisatawan yang kebetulan adalah peneliti bersama seorang kawan, terus menggunakan kata “aku-kamu”. Sebenarnya mereka menggunakan kata “kami-anda” untuk menyebut dirinya saat berkomunikasi lisan. Ini membuktikan bahwa kehadiran wisatawan di Baduy memberikan dampak yang berlangsung cepat maupun bertahap kepada masyarakat suku Baduy. Kemudian tentang penggunaan barang-barang modern oleh orang Baduy seperti telepon genggam, komputer/laptop, dan lain sebagainya, juga mendapatkan pengaruh dari Wisatawan. Saat wisatawan datang mengunjungi Baduy, wisatawan masih boleh menggunakan alat-alat modern jika masih berada diwilayah baduy luar, misalkan wisatawan bebas menggunakan kamera, 98 telepon genggam, laptop, dan lain-lain ketika masih diwilayah Baduy luar, akan tetapi penggunaan barang-barang tersebut tidak dapat digunakan jika sudah menginjak wilayah Baduy dalam. Namun yang menjadi masalah, saat wisatawan menggunakan peralatan modern tersebut di Baduy luar, banyak masyarakat Baduy dalam yang telah dewasa maupun anak-anak, yang melihat karena mereka sedang berada diwilayah Baduy luar. Memang wisatawan tidak pernah memperkenalkan benda-benda tersebut secara langsung kepada masyarakat Baduy, namun rasa penasaran yang ada dalam diri masyarakat Baduy mendorong mereka untuk mengetahui terkait barang-barang tersebut. Saat ini masyarakat Baduy luar sudah terbiasa dengan alat-alat elektronik modern seperti kamera, telepon genggam dan laptop, dan sudah banyak yang memiliki telepon genggam, meskipun dilarang aturan adat namun karena mereka menjadikan telepon genggam sebagai alat untuk berkomunikasi dengan wisatawan atu orang luar Baduy akhirnya mereka memilikinya. Seperti pengakuan dari para informan berikut, “... ya, karena mungkin Udil mah termasuk masyarakat yang nakal, Udil mengaku bahwa Udil memiliki handphone, karena Udil berdagang kerajinan ini juga, jadi untuk komunikasi sama orang diluar, kan kalo komunikasi sekarang harus cepat, jadi karena butuh gitu...”(Udil, 29 Nopember 2014) Menurut penuturan beberapa informan dari klasifikasi wisatawan adalah sebagai berikut, 99 “... kita gak ngeluarin barang-barang elektronik di baduy dalem, dan aku selalu ingetin rombongan buat patuh sama peraturan itu...” (Shintya, 15 Nopember 2014) “... kalo di Baduy dalem Full kita matiin alat-alat elektronik, kita ngeluarin pas di Gazeboh aja, kalo orang baduy luar udah terbiasa dengan kamera dan hp, waktu itu yang dampingi orang Baduy dalem orang tua sama anaknya sekitar usia 9 tahun, kalo orang tuanya biasa aja, kalo anaknya terterik banget, sampe sering minta difoto, tapi sering disuruh diem sama bapaknya...” (Nur Haedi, 09 Desember 2014) Menurut salah seorang akademisi dan pemerhati Baduy, yang juga menjadi salah satu informan dari klasifikasi akademisi pada penelitian ini, yaitu Prof. Dr. H. Sihabuddin, M.Si mengatakan “... kalo orang Baduy itu memang banyak yang sudah memiliki barang-barang modern seperti handphone, meskipun itu dilarang adat baik untuk Baduy luar atau dalam, namun mereka memiliki itu, mungkin karena kebutuhan, bahkan ada beberpa orang penting di Baduy yang saya kenal juga memiliki handphone, saya punya kontaknya...” (Prof. Sihab, 11 Desember 2014) 100 4.5.5.1. Bagan Proses Komunikasi antar budaya suku Baduy dengan wisatawan dan pengaruhnya Komunikasi antar persona suku Baduy dengan Wisatawan Komunikasi antar budaya suku Baduy dengan Wisatawan Komunikasi antar Kelompok suku Baduy dengan Wisatawan Pertukaran informasi kebudayaan antara suku Baduy dengan Wisatawan Rasa ingin Tahu Masyarakat suku Baduy Suku Baduy mempelajari kebudayaan Wisatawan Pergeseran ketaatan aturan adat oleh masyarakat suku Baduy Pergeseran budaya suku Baduy Suku Baduy mencontoh dan menerapkan kebudayaan wisatawan yang tidak berbenturan dengan adat 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis kualitatif yang telah dilakukan peneliti terkait komunikasi antar budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan maka dengan penelitian berjudul Realitas Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Suku Baduy dengan Wisatawan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Sejak dikeluarkannya surat keputusan Bupati Lebak Nomor 13 tahun 1990 tentang pembinaan dan pengembangan lembaga adat masyarakat baduy di daerah tingkat II Lebak, Banyak wisatawan yang mengunjungi Baduy dan jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya. Pekerjaan utama masyarakat Suku Baduy adalah Berladang, namun bagi lakilaki sesekali menyadap air aren untuk dibuat menjadi gula. Namun setelah banyak wisatawan yang datang, ada beberapa dari masyarakat Baduy yang bekerja sebagai pendamping wisatawan yang akan masuk ke wilayah Baduy. Baduy memiliki struktur pemerintahan sendiri yang terpisah dari struktur pemerintahan di Indonesia, namun tetap bersinergi dengan pemerintahan Indonesia karena Baduy masih berada dalam wilayah Negara Indonesia. Baduy juga memiliki aturan adat tersendiri, namun apabila pelanggaran yang dilakukan masyarakat Baduy berkaitan dengan hukum negara, maka pemerintah Baduy menyerahkannya kepada pengadilan negara. 101 102 Masyarakat suku Baduy tidak melakukan pendidikan formal, mereka hanya mempelajari apa yang terjadi disekitar mereka sesuai dengan kebutuhan mereka. Alasan tidak diperkenankan bersekolah formal adalah karena sekolah formal membutuhkan bangunan, dan bangunan akan merubah struktur tanah Ulayat yang ditempati oleh masyarakat Baduy. Komunikasi antar budaya masyarakat suku Baduy dengan Wisatawan terjadi diwilayah Baduy secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Adapun kesimpulan yang dapat dirinci dari penelitian ini adalah : 1. Komunikasi internal masyarakat suku Baduy menggunakan bahasa Sunda kasar dan sehari-hari mereka berkumpul diteras rumah-rumah untuk berbincang-bincang sambil mengerjakan kerajinan tangan. Proses penyampaian informasi melalui utusan-utusan pemerintah adat Baduy karena masyarakat Baduy tidak menggunakan alat komunikasi modern, hal tersebut berkaitan dengan a turan adat. Komunikasi internal suku Baduy berlangsung dengan sopan santun dan ramah. Masyarakat Baduy melakukan evaluasi internal saat bulan kawalu, bulan kawalu merupakan tiga bulan menutup diri dari wisatawan bagi baduy dalam. 2. Komunikasi sosial yang dilakukan masyarakat Baduy tidak terlepas dari perintah leluhur mereka yaitu sopan santun dan ramah kepada sesama masyarakat Baduy maupun orang-orang luaar Baduy. Saat berkomunikasi dengan wisatawan yang tidak bisa berbahasa Sunda, mereka menggunakan bahasa Indonesia. tidak seluruh masyarakat Baduy bisa dan diperbolehkan memberikan informasi kepada orang diluar dari kesukuan Baduy, hal ini 103 adalah upaya menjaga kelestarian dan adat Baduy. Masyarakat Baduy melakukan seba untuk bersilaturahmi dengan raja Banten (Gubernur atau Bupati) sebagai bukti kesetiaan mereka kepada pemerintah. 3. Komunikasi verbal masyarakat suku Baduy dengan wisatawan berupa komunikasi menggunakan bahasa Indonesia, hal ini merupakan perubahan yang terjadi pada masyarakat suku Baduy disebabkan kebutuhan wisatawan. banyaknya wisatawan yang tidak mampu berbahasa Sunda kasar seperti bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy mendorong masyarakat suku Baduy untuk dapat memahami dam menggunakan bahasa Indonesia. masyarakat suku Baduy belajar berbahasa Indonesia dari wisatawan dengan mendengar dan memperhatikan saat wisatawan berbicara. Dalam komunikasi verbalnya masyarakat suku Baduy lebih banyak menjadi komunikan daripada menjadi komunikator. 4. Komunikasi verbal masyarakat Baduy jarang dijumpai dalam bentuk tulisan karena masyarakat suku Baduy tidak dapat menulis. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak melakukan pendidikan disekolah formal. Adapun masyarakat Baduy yang dapat menulis jumlahnya tidak Banyak seperti Jaro pemerentah dan staffnya juga masyarakat Baduy yang berdagang. 5. Komunikasi Non verbal masyarakat suku baduy dapat ditemukan melalui ekspresi wajah mereka saat bertemu dengan wisatawan dengan perbedaan latar belakang budaya, gerak tubuh, gaya berpakaian, bahasa, logat dan lain-lain, masyarakat suku Baduy sering mengeluarkan ekspresi penasaran, 104 kagum dan ingin mencoba terhadap hal baru yang mereka lihat atau mereka ketahui saat bertemu dengan wisatawan. 6. Komunikasi antar budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan mempengaruhi suku Baduy dalam mempertahankan nilai-nilai adat yang tradisional. Karena sudah banyak perubahan yang terjadi yang dipengaruhi oleh faktor wisatawan. Seperti bahasa, penggunaan alat-alat elektronik modern, berubahnya aturan soal makanan dan minuman, dan banyaknya masyarakat suku Baduy yang berkunjung ke kota-kota besar karena rasa ingin tahu nya terhadap modernitas. 7. Kedatangan wisatawan ke Baduy membawa informasi tentang modernitas, hal ini terjadi langsung maupun tidak langsung dan disengaja maupun tidak disengaja. Dan diterima oleh masyarakat Baduy dengan sadar maupun tidak. 8. Wisatawan yang datang ke Baduy, melakukan komunikasi antar budaya dengan proses komunikasi antar persona atau komunikasi antar kelompok yang pada akhirnya menjadi komunikasi antar budaya. Dalam komunikasi antar budaya ini membuat masyarakat Baduy dan wisatawan bertukar pengalaman dan informasi tentang kehidupan di Baduy dan kehidupan modern di luar Baduy. 5.2. Saran Penelitian ini melibatkan 16 orang informan dari 5 Klasifikasi yaitu orang Baduy dalam, orang Baduy Luar, Pemerintah di Baduy, Wisatawan, dan 105 Akademisi, melalui penelitian ini peneliti mengetahui bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat suku Baduy dengan wisatawan. Dari penelitian yang dilakukan peneliti, maka peneliti memiliki saran: 5.2.1. Saran Teoritis 1. Ilmu komunikasi antar budaya dapat mengembangkan pengetahuan tentang satu budaya dan budaya lain dan mengembangkan cara berhubungan dengan komunikan yang memiliki perbedaan budaya. 2. Komunikasi antar budaya antara orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda menjadikan pertukaran informasi terkait kebudayaan masing-masing. Diperlukan upaya-upaya untuk tetap berada pada kebudayaan yang dijalani. 5.2.2. Saran Empiris 1. Beberapa hal yang peneliti sarankan terkait masalah yang peniliti angkat dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana menjaga dan melestarikan adat dan budaya kesukuan Baduy agar tetap lestari dan terhindar dari pengaruh negatif modernisasi. 2. Dari hasil penelitian ini komunikasi antar budaya sangat mempengaruhi perubahan atau pergeseran sikap sebuah kelompok. Apabila masyarakat suku Baduy ingin tetap menjaga kelestarian adat dan keasrian tanah Ulayat 106 yang ada disuku Baduy , maka harus memperhatikan batas jumlah pengunjung dan ketentuan-ketentuan yang lebih tertib bagi wisatawan. 3. saran berikutnya adalah agar masyarakat Baduy selalu bangga terhadap keaslian adatnya dan tetap bangga menjadi penerima tugas untuk menjaga kelestarian alam dan keaslian budaya Baduy. Masyarakat Baduy juga harus mampu menahan hasrat keinginan untuk mengetahui dunia luar, sebab modernitas selalu membujuk individu untuk menikmatinya. 5.2.3. Saran Praktis 1. Dapat dijadikan bahan rujukan atau referensi bagi peneliti lain dalam penelitian selanjutnya, khususnya dalam komunikasi antar budaya antara masyarakat yang berbeda latar belakang kebudayaan dan adat istiadat. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat Baduy dalam menjaga budaya, adat istiadat, dan mengendalikan diri dari rasa ingin tahu terhadap modernitas. 3. Semoga bagi wisatawan dapat pula ikut bersama-sama menjaga dan melestarikan budaya suku Baduy dengan cara menyamakan diri dengan masyarakat suku Baduy saat berkunjung ke Baduy, dan dapat melepaskan sejenak modernitas yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Mengenai komunikasi antar budaya ini peneliti berharap dapat memplopori para wisatawan untuk bersama-sama menjaga Suku Baduy. 107 DAFTAR PUSTAKA Mulyana, Deddy. 2004. Komunikasi Efektif. PT.Remaja Rosdakarya: Bandung. Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam dan Aplikasi. PT.Rineka Cipta: Jakarta. Mulyana, Deddy. 2002 Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT.Remaja Rosdakarya: Bandung. Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Lkis Yogyakarta: Yogyakarta. Samovar, Larry A. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Salemba Humanika: Jakarta Marheni, Fajar. 2009. Ilmu komunikasi Teori dan Praktik. Graha ilmu: Jakarta. Mulyana, Jalaludin Rakhmat. 2005. Komunikasi Antarbudaya. PT.Remaja Rosdakarya: Bandung. Mulyana, Dedi. 2005. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. PT.Remaja Rosdakarya: Bandung. Soelaeman, Munandar. 2010. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. PT. Refika Aditama: Bandung. Effendi, Ridwan. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. PT. Kencana: Jakarta. Sihabudin Ahmad. 2011. Komunikasi Antarbudaya suatu perspektif multidimensi. PT.Bumi Aksara: Jakarta. Liliweri, Alo. 2009. Dasar-dasar komunikasi antarbudaya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Effendi, Onong Uchjan. 2005. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti: Bandung. Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Salemba Humanika: Jakarta. Kurnia Asep, Sihabudin Ahmad. 2010. Saatnya Baduy Bicara. Bumi Aksara: Jakarta. 108 Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung. Rakhmat Kriyantono. 2008. Teknis Praktis Komunikasi. Grafindo: Jakarta. Rachmat Kriyanto. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group: Jakarta. Moeleong Lexi J. 2002. Metode penelitian kualitatif. Rosdakarya: Bandung. 109 110 111 112 113 114 PEDOMAN WAWANCARA Pertanyaan Untuk Orang Baduy dalam : 1. Apa pekerjaan sehari-hari anda? 2. Sejak kapan Baduy dikunjungi wisatawan? 3. Apakah anda pernah menerima wisatawan untuk menginap dirumah anda? 4. Apakah anda pernah menerima pemberian dari wisatawan? 5. Apakah bahasa yang anda gunakan sehari-hari saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat Baduy? 6. Apakah bahasa yang digunakan saat berkomunikasi dengan wisatawan? 7. Apakah anda pernah menjadi pemandu wisatawan yang berkunjung ke Baduy? 8. Bagaimana cara anda membuat janji temu dengan wisatawan yang akan anda pandu saat berkunjung ke Baduy? 9. Apakah dulu diperbolehkan memakan makanan modern? 10. Apakah diperkenankan oleh Adat menggunakan alat-alat modern? 11. Apakah anda pernah mengunjungi wisatawan ditempat tinggal mereka? 12. Apa yang anda pelajari dari wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Pertanyaan Untuk Orang Baduy Luar : 1. Apa pekerjaan sehari-hari anda? 2. Sejak kapan Baduy dikunjungi wisatawan? 115 3. Apakah anda pernah menerima wisatawan untuk menginap dirumah anda? 4. Apakah anda pernah menerima pemberian dari wisatawan? 5. Apakah bahasa yang anda gunakan sehari-hari saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat Baduy? 6. Apakah bahasa yang digunakan saat berkomunikasi dengan wisatawan? 7. Apakah anda pernah menjadi pemandu wisatawan yang berkunjung ke Baduy? 8. Bagaimana cara anda membuat janji temu dengan wisatawan yang akan anda pandu saat berkunjung ke Baduy? 9. Apakah dulu diperbolehkan memakan makanan modern? 10. Apakah diperkenankan oleh Adat menggunakan alat-alat modern? 11. Apakah anda pernah mengunjungi wisatawan ditempat tinggal mereka? 12. Apa yang anda pelajari dari wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Pertanyaan Untuk Pemerintah Adat Baduy : 1. Bagaimana sejarah Suku Baduy? 2. Kenapa dinamakan Baduy? 3. Apakah sejak awal suku Baduy hidup dan tinggal dipegunungan Kandeng? 4. Bagaimana Watak Asli Suku Baduy? 5. Kapan pertama kali suku Baduy disinggahi wisatawan? 6. Kapan Baduy mulai dijadikan objek pariwisata? 7. Bagaimana peraturan adat masyarakat suku Baduy? 8. Apa saja peraturan adat untuk wisatawan? 116 9. Bagaimana proses penyebaran informasi yang berasal dari Puun agar bisa sampai pada Masyarakat? 10. Apakah hukum adat Baduy Tertulis? 11. Bagaimana menyebarluaskan aturan adat Baduy pada masyarakat Baduy? 12. apa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy untuk berbicara sesama masyarakat Baduy juga? 13. Apa bahasa yang digunakan oleh masyarakat baduy saat berkomunikasi dengan Wisatawan? 14. Apa suku Baduy mengerti bahasa Indonesia? 15. Apakah masyarakat suku Baduy bisa membaca dan menulis? 16. Apakah masyarakat Baduy boleh menerima pemberian dari luar yang dibawa oleh wisatawan? 17. Apakah masyarakat Baduy pernah mengunjungi wisatawan? 18. Wisatawan mana saja yang datang ke Baduy? 19. berapa jumlah pengunjung Baduy Per-minggu, Per-bulan, Per-tahun? 20. setiap tahun apakah ada masyarakat Baduy dalam yang pindah tinggal dan menjadi Baduy luar? 21. Bagaimana Struktur pemerintahan Baduy? 22. Masyarakat Baduy dalam maupun luar banyak yang bekerja menjadi pendamping Wisatawan, apakah tidak bertentangan dengan aturan adat Baduy? 117 Pertanyaan Untuk Wisatawan : 1. Berapa kali anda datang ke baduy? 2. Waktu kunjungan anda ke Baduy kapan saja? 3. Apa kesan yang anda dapatkan saat mengunjungi suku baduy? 4. Apa tujuan anda berkunjung ke Baduy? 5. Apakah saat anda berkunjung ke Baduy anda pernah memberikan sesuatu pada suku Baduy? 6. Apakah anda pernah mengeluarkan alat-alat modern dihadapan masyarakat baduy? 7. Bagaimana reaksi masyarakat Baduy terhadap barang-barang modern yang anda miliki saat mereka melihatnya? 8. Apakah ada perbedaan antara Baduy yang anda ketahui saat pertama datang dan saat ini? 9. Apakah anda memiliki kekhawatiran terhadap suku Baduy? 10. Apakah anda mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy saat berbicara dengan sesamanya dari suku Baduy? 11. Menurut anda bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan wisatawan? Pertanyaan Untuk Akademisi : 1. Kapan pertama kali bapak berkunjung ke Baduy? 2. Kenapa bapak tertarik mengunjungi suku Baduy? 3. Sudah berapa kali bapak datang ke Baduy? 4. Bagaimana suku Baduy saat bapak pertama kali datang kesana? 118 5. Apakah ada perubahan sikap suku Baduy saat bapak mengunjungi mereka dari yang pertama sampai yang terakhir? 6. Apakah bapak mengetahui sejak kapan Baduy dijadikan objek pariwisata? 7. Bagaimana cara bapak berkomunikasi dengan suku Baduy? 8. Bagaimana timbal balik suku Baduy saat berkomunikasi dengan bapak? (bagaimana komunikasi simbolik mereka) 9. Apakah bapak pernah memberi sesuatu kepada suku Baduy saat bapak berkunjung? 10. Apakah bapak pernah memberikan alamat tempat tinggal bapak kepada suku Baduy? 11. Biasanya dengan siapa saja bapak berkunjung ke Baduy? 12. Bagaimana prosedural di Baduy dalam menerima wisatawan? 13. Apakah bapak pernah melakukan penelitian terkait Baduy? 14. Apakah bapak memiliki kekhawatiran terhadap perkembangan suku Baduy? 119 PROFIL INFORMAN DAN HASIL WAWANCARA Orang Baduy dalam a. Nama : Ayah Asmin Usia : 54 Tahun Pekerjaan : Berladang, Pemandu Wisatawan 1. Apa pekerjaan sehari-hari anda? Kami meladang, atau kadang kami juga pendamping wisatawan. 2. Sejak kapan Baduy dikunjungi wisatawan? 20 tahun lah 3. Apakah anda pernah menerima wisatawan untuk menginap dirumah anda? Iya, sering. Kaya anda ini gitu, seringlah banyak dari Jakarta, pernah juga dari Serang, Tangerang, kadang Sedikit kaya semisal berdua, kadang sampe 10 orang satu rumah 4. Apakah anda pernah menerima pemberian dari wisatawan? Kami kalo diberi pernah, tapi kalo minta tidak, kan kurang sopan gitu kalo minta itu bagi kami, jadi sedikasihnya aja 120 5. Apakah bahasa yang anda gunakan sehari-hari saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat Baduy? Kalo ngomong ke sesama kami pake Sunda Kasar 6. Apakah bahasa yang digunakan saat berkomunikasi dengan wisatawan? Atuh kalo pengunjung bisa pake bahasa sunda ya sunda, tapi kebanyakan pake bahasa Indonesia, kami juga belajar gitu bahasa Indonesia dari pengunjung 7. Apakah anda pernah menjadi pemandu wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Iya bukan pernah, tapi memang itu pekerjaan kami kalo sedang tidak berladang, kan jalan ke Cibeo sekitar 10 Km, ngelewatin 3 bukit. Kalo gak didampingi bisa tersesat. 8. Bagaimana cara anda membuat janji temu dengan wisatawan yang akan anda pandu saat berkunjung ke Baduy? Ya ketemu didepan aja, atau kalo semisal udah kenal, mereka nelpon ke temen yang punya HP, orang luar Baduy, nanti disambungin ke kami, kapan gitu mau ke Baduy misalnya 121 9. Apakah dulu diperbolehkan memakan makanan modern? Kalo soal makanan dari dulu boleh makan apa aja, tidak ada pantanga, soal makanan, soal alat-alat tidak masalah, boleh kami pakai gelas-gelas dan mangkuk, botol, dan tempat-tempat untuk memasak, itu sudah berlangsung 20 tahun terakhir ini 10. Apakah diperkenankan oleh Adat menggunakan alat-alat modern? Adat melarang kami 11. Apakah anda pernah mengunjungi wisatawan ditempat tinggal mereka? Pernah, kadang gitu kalo ada yang ngasih alamat suruh kami main, ya kami main, ke Jakarta, jalan sekitar 5 hari karena sebab kami tidak bisa naik kendaraan, dilarang adat 12. Apa yang anda pelajari dari wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Kami belajar naon ya, tuker cerita aja, gimana disini gimana disana, kan biasa nanya-nanya pengunjung 13. Paling banyak wisatawan berkunjung di Baduy sampai mana? Kalo banyaknya wisatawan sampe Gazeboh, karena gak terlalu jauh. Tapi ke Cibeo juga banyak, ya tapi baanyakan yang ke Gazeboh 122 b. Nama :Ayah Serat Usia : 130 Tahun Pekerjaan : Tidak Bekerja (Keterangan : Usia ayah Serat sudah mencapai 130 tahun, beliau terkena masalah pendengaran, jadi peneliti mendapat kesulitan mewawancarai, namun karena usia yang sudah satu abad lebih, peneliti tetap mengajak beliau berbicara dan mendapatkan sedikit jawaban meskipun tidak semua pertanyaan di pedoman wawancara terjawab) 1. Apa pekerjaan sehari-hari anda? Nteu Kerja 2. Sejak kapan Baduy dikunjungi wisatawan? Teuing nya, geus aya mereun sakitar 20 taun, tapi budak Baduy baheula mah bodoh-bodoh... nteu menang basa Indonesa 3. Apakah anda pernah menerima wisatawan untuk menginap dirumah anda? - 4. Apakah anda pernah menerima pemberian dari wisatawan? - 123 5. Apakah bahasa yang anda gunakan sehari-hari saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat Baduy? Sunda bae kitu 6. Apakah bahasa yang digunakan saat berkomunikasi dengan wisatawan? Urang mah teu menang basa Indonesa 7. Apakah anda pernah menjadi pemandu wisatawan yang berkunjung ke Baduy? - 8. Bagaimana cara anda membuat janji temu dengan wisatawan yang akan anda pandu saat berkunjung ke Baduy? - 9. Apakah dulu diperbolehkan memakan makanan modern? Atuh dunia geus maju, didiyeu geh tos biasa dahar model kitu mah 10. Apakah diperkenankan oleh Adat menggunakan alat-alat modern? - 11. Apakah anda pernah mengunjungi wisatawan ditempat tinggal mereka? - 124 12. Apa yang anda pelajari dari wisatawan yang berkunjung ke Baduy? - c. Nama : Ayah Saiful Usia : 44 Tahun Pekerjaan : Berladang 1. Apa pekerjaan sehari-hari anda? Berladang 2. Sejak kapan Baduy dikunjungi wisatawan? Ya 20 tahun terakhir inilah rame pengunjung 3. Apakah anda pernah menerima wisatawan untuk menginap dirumah anda? Sering 4. Apakah anda pernah menerima pemberian dari wisatawan? Atuh iya dikasih makanan gitu, atau uang inap, tapi kami tidak minta, teu sopan bae kitu 5. Apakah bahasa yang anda gunakan sehari-hari saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat Baduy? 125 Bicara menggunakan sunda Sunda Kasar 6. Apakah bahasa yang digunakan saat berkomunikasi dengan wisatawan? Atuh amun pengunjungnya paham bahasa Sunda mah nya make Sunda, amun teu menang nya basa Indonesia 7. Apakah anda pernah menjadi pemandu wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Iya pernah, kalo ada kenalan mau datang kami yang mendampingi 8. Bagaimana cara anda membuat janji temu dengan wisatawan yang akan anda pandu saat berkunjung ke Baduy? Kan punya teman diluar, orang luar Baduy, biasa disambungkan. 9. Apakah dulu diperbolehkan memakan makanan modern? Makanan dulu gak ada yang gini dimana-mana juga jadi kita juga gak makan, sekarang mah sudah banyak kita juga bisa makan seperti itu 10. Apakah diperkenankan oleh Adat menggunakan alat-alat modern? Dilarang amun kaya serupa HP, kalo orang Baduy dalem gak boleh 11. Apakah anda pernah mengunjungi wisatawan ditempat tinggal mereka? 126 kami sering diberi alamat sama pengunjung, kami kalau mau main ya datang kesana, ke Jakarta gitu semisal 12. Apa yang anda pelajari dari wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Banyaklah, bahsa, terus tau diluar Baduy seperti apa d. Nama : Ayah Karman Usia : 44 Tahun Pekerjaan : Berladang 1. Apa pekerjaan sehari-hari anda? Berladang 2. Sejak kapan Baduy dikunjungi wisatawan? Ada kali lebih dari 15 tahun 3. Apakah anda pernah menerima wisatawan untuk menginap dirumah anda? Pernah, lumayan sering 4. Apakah anda pernah menerima pemberian dari wisatawan? Ya bekal mereka aja dimakan biasa untuk bersama, atau kalo ada sisa biasa ditinggal 127 5. Apakah bahasa yang anda gunakan sehari-hari saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat Baduy? Sehari-hari pake Sunda kasar kalo bicara 6. Apakah bahasa yang digunakan saat berkomunikasi dengan wisatawan? Bisa pake Sunda, tapi biasanya bahasa Indonesia 7. Apakah anda pernah menjadi pemandu wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Jarang, tapi pernah, kami lebih sering diladang 8. Bagaimana cara anda membuat janji temu dengan wisatawan yang akan anda pandu saat berkunjung ke Baduy? Tidak janjian, nunggu saja di Ciboleger 9. Apakah dulu diperbolehkan memakan makanan modern? Bisa 10. Apakah diperkenankan oleh Adat menggunakan alat-alat modern? Tidak bisa 11. Apakah anda pernah mengunjungi wisatawan ditempat tinggal mereka? Belum pernah 128 12. Apa yang anda pelajari dari wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Bahasa Indonesia, gaya hidup mereka, cerita mereka disana seperti apa kehidupannya 13. Mang, kalo pedagang ini udah lama ada di Baduy dalam? baru beberapa tahun kalo pedagang ini ada di Baduy dalam, mereka juga bukan orang Baduy, tadinya mah Cuma satu itu yang jualan, tapi sekarang jadi banyak, dua malam nginap terus pulang, nanti mereka datang lagi, gitu Orang Baduy luar a. Nama : Ayah Sali Usia : 69 Tahun Pekerjaan : Tidak ada 1. Apa pekerjaan sehari-hari anda? Nyadap kaung, ke ladang, ari kami mah keur di imah bae 2. Sejak kapan Baduy dikunjungi wisatawan? Tahun 90-an 3. Apakah anda pernah menerima wisatawan untuk menginap dirumah anda? 129 Aya, barudak ti serang, ti budak sakolah banyakna, mahasiswa kitu, banyaklah 4. Apakah anda pernah menerima pemberian dari wisatawan? Teu tibere nanaon, manehna sok ngabawa makanan kitu 5. Apakah bahasa yang anda gunakan sehari-hari saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat Baduy? Bahasa sunda iyeu kasar 6. Apakah bahasa yang digunakan saat berkomunikasi dengan wisatawan? Nu bahasa Indonesia loba bisa 7. Apakah anda pernah menjadi pemandu wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Aya anak nu jadi pendampin, kami mah enteu 8. Bagaimana cara anda membuat janji temu dengan wisatawan yang akan anda pandu saat berkunjung ke Baduy? Biasanya janjian ngana HP jeung wisatawan, keperluan bae 9. Apakah dulu diperbolehkan memakan makanan modern? Meunang, ti baheula geh aya kitu 130 10. Apakah diperkenankan oleh Adat menggunakan alat-alat modern? Aya jelema mawa HP, Laptop geus sering, kami geh boga HP Cuma goreng, butuh tapi didiyeu teu aya sinyal. 11. Apakah anda pernah mengunjungi wisatawan ditempat tinggal mereka? Teu pernah, ari anak ma pernah 12. Apa yang anda pelajari dari wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Teu, biasa bae. Sabodo bae, perlu nyieun, teu perlu nya nggeus b. Nama : Udil Usia : 23 Tahun Pekerjaan : Pedagang kerajinan, Pendamping, Berladang 1. Apa pekerjaan sehari-hari anda? Bertani, berjualan kerajinan, pada awalnya kami tidak menjual, barangbarang ini untuk digunakan sendiri, tapi banyak wisatawan yang ingin, jadi kami memodivikasi dan menjualnya 2. Sejak kapan Baduy dikunjungi wisatawan? Ya sejak dulu rame, ya 15 tahun lalu ini rame 131 3. Apakah anda pernah menerima wisatawan untuk menginap dirumah anda? Iya ada, dari Jakarta, Bandung, UNPAD paling sering 4. Apakah anda pernah menerima pemberian dari wisatawan? Iya, makanan biasanya dikasih kan makan bareng-bareng sama mereka juga 5. Apakah bahasa yang anda gunakan sehari-hari saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat Baduy? Bicara sehari-hari pakainya bahasa Sunda kasarkalo orang Baduy mah 6. Apakah bahasa yang digunakan saat berkomunikasi dengan wisatawan? Bahasa Indonesia, kami bisa karena di Baduy banyak wisataan, kami perhatikan ya lama-lama Udil bisa bahasa Indonesia ya sekurang lebihnya belajar dari wisatawan, karena menurut Udil manusia kalau mau berusaha pasti bisa berubah, dimanapun belajarnya 7. Apakah anda pernah menjadi pemandu wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Ya kalo ada kenalan dari luar iya jadi pendamping, biasanya di telpon 8. Bagaimana cara anda membuat janji temu dengan wisatawan yang akan anda pandu saat berkunjung ke Baduy? 132 Mereka biasa nelpon udil, ya, karena mungkin Udil mah termasuk masyarakat yang nakal, Udil mengaku bahwa Udil memiliki handphone, karena Udil berdagang kerajinan ini juga, jadi untuk komunikasi sama orang diluar, kan kalo komunikasi sekarang harus cepat, jadi karena butuh gitu 9. Apakah dulu diperbolehkan memakan makanan modern? Boleh dari dulu 10. Apakah diperkenankan oleh Adat menggunakan alat-alat modern? Gak boleh sebetulnya baik Baduy luar atau dalam, tapi ya kalo Udil mah butuh 11. Apakah anda pernah mengunjungi wisatawan ditempat tinggal mereka? sering juga Udil pergi ketempat teman di Jakarta, di Subang, main kesana dapat alamat waktu mereka ke Baduy nginep dirumah Udil 12. Apa yang anda pelajari dari wisatawan yang berkunjung ke Baduy? Ya bahasa, terus nanya gimana kehidupan modern itu, karena kita juga pengen maju, kalo bahasa sih enggak sampe ngikutin mereka, pake bahasa Indonesia aja 133 13. Berapa lama biasanya wisataan menginap? Biasa kalo di luar bisa tujuh hari, kalo di dalem paling 3 hari Pemerintah Adat Baduy a. Nama : Ayah Mursid ( Wakil Jaro Baduy Dalam Kp. Cibeo) Usia : 44 Tahun Pekerjaan : Wakil Jaro Cibeo 1. Bagaimana sejarah Suku Baduy? Baduy ada seiring adanya alam, wiwitan, memegang amanah adat istiadat, selengkapnya bisa baca di buku pak Sihabuddin itu sudah cukup lengkap tentang kami 2. Kenapa dinamakan Baduy? Itu juga baca di buku Saatnya Baduy Bicara 3. Apakah sejak awal suku Baduy hidup dan tinggal dipegunungan Kandeng? Iya dari dulu 4. Bagaimana Watak Asli Suku Baduy? Sederhana, sopan, santun 134 5. Kapan pertama kali suku Baduy disinggahi wisatawan? Ramai sejak Saba Budaya Baduy 1990 6. Kapan Baduy mulai dijadikan objek pariwisata? Sejak saba budaya pada Tahun 1990 7. Bagaimana peraturan adat masyarakat suku Baduy? Kalau di Baduy dalam lebih ketat aturannya gitu, berbeda dengan di Baduy luar, kalo di Baduy luar mah kan Bebas gitu. Kalo di dalam ya aslinya Baduy itu ya seperti yang di Baduy dalam, sudah lengkap sih bisa Nisa baca di buku pak Sihab 8. Apa saja peraturan adat untuk wisatawan? Ada di buku kunjungan tamu di Jaro Dainah 9. Bagaimana proses penyebaran informasi yang berasal dari Puun agar bisa sampai pada Masyarakat? Di turun temurun aja, ayahnya nyampaikan ke anak, jaro nyampaikan ke masyarakat 10. Apakah hukum adat Baduy Tertulis? Tidak, hukum adat Baduy disimpan di hati diingat di kepala 135 11. Bagaimana menyebarluaskan aturan adat Baduy pada masyarakat Baduy? Dari puun ke jaro, biasa ada rapat semua masyarakat dan pemuka adat berkumpul merembukkan sesuatu 12. apa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy untuk berbicara sesama masyarakat Baduy juga? Kami kalo untuk bicara sehari-hari dengan sama sama orang Baduy pakainya Sunda kasarbahasanya. 12. Apa bahasa yang digunakan oleh masyarakat baduy saat berkomunikasi dengan Wisatawan? Bahasa Indonesia, kan tidak banyak wisatawan yang bisa bahasa Sunda 13. Apa suku Baduy mengerti bahasa Indonesia? Iya ada yang paham ada yang enggak, kebanyakan yang paham ya perhatikan dari wisatawan waktu bicara 14. Apakah masyarakat suku Baduy bisa membaca dan menulis? Ada yang bisa, ada yang tidak kan di Baduy mah tidak ada sekolah, tapi meskipun orang Baduy tidak bersekolah formal tapi pada dasarnya orang Baduy adalah orang yang cerdas, mereka belajar dari segala hal, salah satunya belajar Bahasa Indonesia dengan memperhatikan pengunjung saat bicara 136 15. Apakah masyarakat Baduy boleh menerima pemberian dari luar yang dibawa oleh wisatawan? Diberi diterima, tidak diberi kami tidak minta, kurang sopan, biasanya dibawakan makanan atau uang ssantunan jasa 16. Apakah masyarakat Baduy pernah mengunjungi wisatawan? Iya ada yang pernah yang kuat mah jalan datang ke wisatawan, kalo Baduy dalam kan dilarang naik kendaraan modern 17. Wisatawan mana saja yang datang ke Baduy? Macem-macem, ada yang dari Serang, Tangerang, Jakarta, pulau Jawa lah sering, kadang ada wisatawan Asing dari luar negeri juga 18. berapa jumlah pengunjung Baduy Per-minggu, Per-bulan, Per-tahun? Datanya ada di Jaro Dainah 19. setiap tahun apakah ada masyarakat Baduy dalam yang pindah tinggal dan menjadi Baduy luar? ya ada saja, itu mah bebas, biasanya karena tidak kuat adat 20. Bagaimana Struktur pemerintahan Baduy? Datanya ada di Jaro Dainah 137 22. Masyarakat Baduy dalam maupun luar banyak yang bekerja menjadi pendamping Wisatawan, apakah tidak bertentangan dengan aturan adat Baduy? Tidak jadi masalah itukan sifatnya menolong wisatawan, dan tidak memaksa, takut tersesat kan di dalam Baduy banyak jalan 23. Apakah masyarakat suku Baduy boleh memakan makanan instan atau yang modern? Kalau makanan, awalnya wisatawan bawa ke Baduy itu beras, ikan asin, untuk makanan mereka dan kami juga, tapi kekinian mungkin karena kebutuhan banyak wisatawan yang membawa makanan instan, Puun juga mengijinkan kami, kalau Puun mengijinkan tidak jadi masalah, orang Baduy luar atau dalam bisa memakan makanan instan itu, selama itu tidak merusak Baduy b. Nama : Jaro Dainah (Jaro pemerintah Baduy Luar) Usia : 46 Pekerjaan : Jaro 1. Bagaimana sejarah Suku Baduy? Kami rasa sudah cukuplah dilihat dari buku pak Sihab itu 138 2. Kenapa dinamakan Baduy? 3. Apakah sejak awal suku Baduy hidup dan tinggal dipegunungan Kandeng? 4. Bagaimana Watak Asli Suku Baduy? Baduy mah sederhana, sopan dan santun 5. Kapan pertama kali suku Baduy disinggahi wisatawan? Tahun 1990 sejak SK Bupati Lebak soal Seba Budaya 6. Kapan Baduy mulai dijadikan objek pariwisata? Iya sejak Seba Budaya 7. Bagaimana peraturan adat masyarakat suku Baduy? Ya masyarakat Baduy punya aturan-aturan yang disimpan dihati, ada banyak aturannya, nisa bisa lihat di buku pak Sihab 8. Apa saja peraturan adat untuk wisatawan? Ada juga ini aturannya tertulis, bisa di baca 9. Bagaimana proses penyebaran informasi yang berasal dari Puun agar bisa sampai pada Masyarakat? 139 Ya melalui Jaro, terus satu keluarga saja, ayah memberitahu anak sejak kecil gitu 12. Apakah hukum adat Baduy Tertulis? Tidak, diingat dihati dan pikiran saja jadi tidak akan hilang atau rusak 13. Bagaimana menyebarluaskan aturan adat Baduy pada masyarakat Baduy? Ya yang tadi dijawab (lihat di pertanyaan nomor 9) 14. apa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy untuk berbicara sesama masyarakat Baduy juga? Untuk bahasa kami pakai Sunda kasar 15. Apa bahasa yang digunakan oleh masyarakat baduy saat berkomunikasi dengan Wisatawan? Kebanyakan wisatawan tidak paham bahasa Sunda, jadi kami mengalah, kami yang menggunakan bahasa Indonesia 16. Apa suku Baduy mengerti bahasa Indonesia? Ada yang mengerti ada yang tidak, ya memang kami awalnya tidak banyak yang bisa bahasa Indonesia, kalau ada pun tidak lancar, tapi guna menyesuaikan diri dengan wisatawan yang kebanyakan tidak dapat bicara bahasa Sunda, kaya neng Nisa ini semisal, maka kami yang 140 menggunakan Bahasa Indonesia, itupun kami pelajari dari memperhatikan saja ketika pengunjung bicara 17. Apakah masyarakat suku Baduy bisa membaca dan menulis? Ada yang bisa, ada yang tidak, Baduy luar sudah banyak yang bisa, kalo yang dalam rata-rata tidak bisa, kalau ada yang bisa paling tidak banyak 18. Apakah masyarakat Baduy boleh menerima pemberian dari luar yang dibawa oleh wisatawan? Boleh saja namanya diberi, kami terima 19. Apakah masyarakat Baduy pernah mengunjungi wisatawan? Ada yang pernah ada yang tidak, kalo wisatawan kasih alamat biasanya orang-orang kami datang, main nemui kawan gitu 20. Wisatawan mana saja yang datang ke Baduy? Banyak macem-macem, pulau Jawa, ya luar negeri juga ada, anak sekolah, mahasiswa, peneliti, banyak beragam 21. Berapa jumlah pengunjung Baduy Per-minggu, Per-bulan, Per-tahun? Ada datanya disini, tapi tahun-tahun sebelumnya 3500-5000 orang 141 22. setiap tahun apakah ada masyarakat Baduy dalam yang pindah tinggal dan menjadi Baduy luar? ada saja gitu. 23. Bagaimana Struktur pemerintahan Baduy? Bisa dilihat di kantor desa 24. Masyarakat Baduy dalam maupun luar banyak yang bekerja menjadi pendamping Wisatawan, apakah tidak bertentangan dengan aturan adat Baduy? Tidak masalah, itu kan menolong wisatawan, kami khawatir tersesat karena jalan di Baduy Banyak, sebenarnya pekerjaan kami berladang, tapi menjadi pendamping wisatawan juga ada sejak ramai wisatawan sekitar tahun 1999 dan tidak melanggar aturan karena sifatnya menolong agar wisatawan tidak tersesat, dan sifatnya tidak memaksa, kalau ada wisatawan yang tidak butuh pendamping ya kami tidak pernah memaksa 25. Bagaimana sikap masyarakat Baduy ketika ada wisatawan yang menggunakan alat-alat modern? ya kalau kamera, handphone, laptop itu mah sudah biasa disini, ya sejak banyak wisatawan yang datang, sekitar tahun 1999 itu sudah mulai banyak wisatawan yang datang ke Baduy 142 Wisatawan yang pernah berkunjung lebih dari 2 (dua) kali a. Nama :Haryoto Usia : 29 Tahun Alamat : Solo Pekerjaan : Free Lines 1. Berapa kali anda datang ke baduy? Tiga Kali 2. Waktu kunjungan anda ke Baduy kapan saja? Tahun 2012, 2013, 2014, awalnya aku Cuma sampe Ciboleger, tapi jadi penasaran jadi ikut masuk 3. Apa kesan yang anda dapatkan saat mengunjungi suku baduy? Unik, Suka melihat Baduy, masih menjaga nilai-nilai adat, alamnya masih asri 4. Apa tujuan anda berkunjung ke Baduy? Pengen Tau, main, dan mendampingi kawan-kawan karena aku open trip 143 5. Apakah saat anda berkunjung ke Baduy anda pernah memberikan sesuatu pada suku Baduy? iya suka ngasih makanan yang kita bawa, dimakan bareng-bareng, ngasih nomor hape dan alamat juga 6. Apakah anda pernah mengeluarkan alat-alat modern dihadapan masyarakat baduy? Aku kalo di Baduy luar iya, kalo di baduy dalam kita enggak boleh kan 7. Bagaimana reaksi masyarakat Baduy terhadap barang-barang modern yang anda miliki saat mereka melihatnya? Biasa aja kalo masyarakat Baduy luar kayaknya ydah biasa Cuma kalo masyarakat baduy dalam kita bisa memperhatikan ya mereka punya ekspresi seperti penasaran kalo kita bawa barang-barang dari kota 8. Apakah ada perbedaan antara Baduy yang anda ketahui saat pertama datang dan saat ini? Banyak orang jualan mba kalo sekarang 9. Apakah anda memiliki kekhawatiran terhadap suku Baduy? Ada khawatir kalo mereka jadi berubah karena banyak liat wisatawan, takut ngerusak lingkungan 144 10. Apakah anda mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy saat berbicara dengan sesamanya dari suku Baduy? Kalo sesama orang Baduy mereka pake bahasa sunda 11. Menurut anda bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan wisatawan? sopan mereka ramah, kalo ngomong sama kita mereka ada yang pake bahasa Indonesia b. Nama : Njen Usia : 28 Tahun Alamat : Jakarta Pekerjaan : Pegawai Swasta 1. Berapa kali anda datang ke baduy? Empat kali 2. Waktu kunjungan anda ke Baduy kapan saja? Tahun 2013, sisanya tahun 2014 3. Apa kesan yang anda dapatkan saat mengunjungi suku baduy? Takjub, awalnya Cuma tau di buku SD akhirnya kesampean datang ke Baduy tapi setelah beberapa kali ya sudah biasa. 145 4. Apa tujuan anda berkunjung ke Baduy? Yang pertama kunjungan, sisanya open trip 5. Apakah saat anda berkunjung ke Baduy anda pernah memberikan sesuatu pada suku Baduy? Pernah, makanan yang kita bawa kita juga kasih ke mereka, tapi kalo alama, nomor hape enggak karena pernah ada temen ngasih alamat didatengin sama orang Baduy 6. Apakah anda pernah mengeluarkan alat-alat modern dihadapan masyarakat baduy? Kalo di Baduy dalem enggak, kalo di Baduy luar iya kita pake kayaknya mereka udah biasa juga 7. Bagaimana reaksi masyarakat Baduy terhadap barang-barang modern yang anda miliki saat mereka melihatnya? Kayaknya biasa aja ya, udah terbiasa juga kan banyak banget wisatawan yang kesini 8. Apakah ada perbedaan antara Baduy yang anda ketahui saat pertama datang dan saat ini? Gak ada yanng berubah paling tambah banyak warung 146 9. Apakah anda memiliki kekhawatiran terhadap suku Baduy? Kekhawatiran sih enggak, kan mereka punya bekal untuk menjaga adat, kan mereka tau hukum adatnya, untuk berubah maju ke arah modernitas saya setuju mereka juga punya hak 10. Apakah anda mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy saat berbicara dengan sesamanya dari suku Baduy? Kayaknya pake bahasa sunda kasar ya 11. Menurut anda bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan wisatawan? Ya kalo ke kita sih pake bahasa Indonesia, terus mereka lebih jarang ngobrol sih paling kalo ditanya jawab secukupnya c. Nama : Nur Haedi Usia : 26 Tahun Alamat : Rangkas Bitung Pekerjaan : Free Lines 147 148 149 150 d. Nama : Aulia Shofan Hidayat Usia : 23 Tahun Alamat : Tangerang Selatan Pekerjaan : Mahasiswa 1. Berapa kali anda datang ke baduy? Sekitar 3-4 kali 2. Waktu kunjungan anda ke Baduy kapan saja? petama tahun 2012, terakhir 4-5 bulan lalu, ke baduy dalam 2 kali, sisanya Cuma di Gazeboh 151 3. Apa kesan yang anda dapatkan saat mengunjungi suku baduy? Biasa aja kalo di Baduy luar, tapi kalo di Baduy dalem emang kerasa bedanya di Baduy 4. Apa tujuan anda berkunjung ke Baduy? Pengen tau Baduy gimana, kan katanya suasananya beda banget, masyarakatnya tradisional, tidak menerima budaya modern masuk ke dalem Baduy 5. Apakah saat anda berkunjung ke Baduy anda pernah memberikan sesuatu pada suku Baduy? Mereka nanya alamat, tapi gak dikasih, soalnya mereka pasti nyamper ke rumah, ngasih makanan ringan dan minuman ringan ke anak-anak Baduy dalam, tapi ngasihnya di luar 6. Apakah anda pernah mengeluarkan alat-alat modern dihadapan masyarakat baduy? Kalo di Baduy luar ngeluarin kalo di Baduy dalem kan udah dibilangin gak boleh, kalo di Baduy luar kita boleh pake handphone, kamera gitu, masyarakat baduy luar juga udah biasa kayaknya, tapi kalo di Baduy dalem gak boleh, jadi kalo ke Baduy dalem kita sama sekali gak keluarin barang-barang itu. 152 7. Bagaimana reaksi masyarakat Baduy terhadap barang-barang modern yang anda miliki saat mereka melihatnya? Biasa aja kayaknya, soalnya udah sering liat kayaknya, kalo awal-awal atau alat elektroniknya bentuknya unik ya mungkin penasaran 8. Kapan pertama kali anda berkunjung ke Baduy? Tahun 2012 9. Apakah ada perbedaan antara Baduy yang anda ketahui saat pertama datang dan saat ini? paling Baduy udah kenal uang terus udah banyak pedagang 10. Apakah anda memiliki kekhawatiran terhadap suku Baduy? Enggak sih kan mereka punya hukum adat, dan gimana pengawasannya, dan menerapkan aturan adat 11. Apakah anda mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy saat berbicara dengan sesamanya dari suku Baduy? Sunda kasar mereka bahasa sehari-harinya 12. Menurut anda bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan wisatawan? Setau saya kalo ngomong bahasa Indonesia mereka sebagian bisa sebagian gak bisa, mereka belajar dari wisatawan kayaknya soalnya kan 153 banyak banget wisatawan yang dateng dan sebagian besar gak bisa bahasa Indonesia e. Nama : Rizal Arthomi Usia : 20 Tahun Alamat : Cilegon Pekerjaan : Mahasiswa 1. Berapa kali anda datang ke baduy? Dua kali 2. Waktu kunjungan anda ke Baduy kapan saja? Tahun 2011 pertama kali, tahun 2013 yang terakhir 3. Apa kesan yang anda dapatkan saat mengunjungi suku Baduy? Unik sih, aneh karena Baduy dan luar Baduy kan beda, budaya, agama, cara berpakaian beda 4. Apa tujuan anda berkunjung ke Baduy? Ngerjain tugas SMA Antropologi dan materi kuliah Sosiologi 154 5. Apakah saat anda berkunjung ke Baduy anda pernah memberikan sesuatu pada suku Baduy? Paling ngasih uang, makanan, ya aku kasih buat mereka uang iyuran kolektif, kalo makanan mereka yg nyiapin waktu itu kita udah mesen 6. Apakah anda pernah mengeluarkan alat-alat modern dihadapan masyarakat Baduy? Waktu itu kan bawa HP, kita keluarin di Baduy luar, kan gak boleh kalo di Baduy dalam 7. Bagaimana reaksi masyarakat Baduy terhadap barang-barang modern yang anda miliki saat mereka melihatnya? Udah biasa, mereka udah sering lihat 8. Kapan pertama kali anda berkunjung ke Baduy? Tahun 2011 9. Apakah ada perbedaan antara Baduy yang anda ketahui saat pertama datang dan saat ini? Ya paling sampah dan warung di Baduy dalam semakin banyak 10. Apakah anda memiliki kekhawatiran terhadap suku Baduy? 155 ada kekhawatiran karena banyak wisatawan, dan kayaknya bakal berubah, tapi mereka punya hukum adat, semoga tidak berubah 11. Apakah anda mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy saat berbicara dengan sesamanya dari suku Baduy? Bahasa mereka sunda kasar 12. Menurut anda bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan wisatawan? Mereka kebanyakan jarang ngomong ya, Cuma kalo yang udah biasa rumahnya jadi tempat menginap biasa nya mereka bisa pake bahasa indonesia untuk ngobrol sama wisatawan f. Nama : Shintya Usia : 28 Tahun Alamat : Bekasi Pekerjaan : PT. Sinar Mas 1. Berapa kali anda datang ke baduy? Tiga kali 2. Waktu kunjungan anda ke Baduy kapan saja? Satu tahun yang lalu tahun 2013 sisanya tahun ini (2014) 156 3. Apa kesan yang anda dapatkan saat mengunjungi suku Baduy? Unik sih, masih khas gitu 4. Apa tujuan anda berkunjung ke Baduy? Open trip 5. Apakah saat anda berkunjung ke Baduy anda pernah memberikan sesuatu pada suku Baduy? Enggak sih, paling makanan kalo sisa kita tinggal 6. Apakah anda pernah mengeluarkan alat-alat modern dihadapan masyarakat baduy? kita gak ngeluarin barang-barang elektronik di baduy dalem, dan aku selalu ingetin rombongan buat patuh sama peraturan itu 7. Bagaimana reaksi masyarakat Baduy terhadap barang-barang modern yang anda miliki saat mereka melihatnya? Biasa aja, mereka udah biasa kan udah sering liat 8. Kapan pertama kali anda berkunjung ke Baduy? Tahun 2013 157 9. Apakah ada perbedaan antara Baduy yang anda ketahui saat pertama datang dan saat ini? Enggak ada bedanya, sama aja 10. Apakah anda memiliki kekhawatiran terhadap suku Baduy? Mereka punya aturan adat, aku gak khawatir 11. Apakah anda mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy saat berbicara dengan sesamanya dari suku Baduy? Sunda Kasar 12. Menurut anda bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan wisatawan? mereka lebih sopan daripada kita, kalo mereka ngomong sama kita dan bisa bahasa Indonesia ya pake bahasa Indonesia Akademisi UNTIRTA a. Nama : Prof. Dr. H. Sihabuddin, M.Si Usia : 53 Tahun Alamat : Serang Pekerjaan : Akademisi Untirta 158 1. Kapan pertama kali bapak berkunjung ke Baduy? Tahun 2006 2. Kenapa bapak tertarik mengunjungi suku Baduy? Awalnya baca-baca seperti yang lain, dan ada wisata budaya, terus waktu kuliah di UNPAD prof. Yudistira orang Ciamis neliti Baduy, tapi orang Banten gak ada, yaudah saya neliti Baduy 3. Sudah berapa kali bapak datang ke Baduy? Sering ke Jaro Dainah, kalo ke Dalem udah 5 kali 4. Bagaimana suku Baduy saat bapak pertama kali datang kesana? Ya berbeda sama kita, mereka masih khas lah 5. Apakah ada perubahan sikap suku Baduy saat bapak mengunjungi mereka dari yang pertama sampai yang terakhir? Hampir sama, ya dampak dari wisata budaya, yang banyak datang kesana gak ada aturan, gak ada SOP kayaknya, kemaren ngobrol sama jaro, mereka jadi terganggu, mereka dapet tagihan dispenda, tagihan retribusi 6. Apakah bapak mengetahui sejak kapan Baduy dijadikan objek pariwisata? Tahun 1990 dimulai saba Budaya 159 7. Bagaimana cara bapak berkomunikasi dengan suku Baduy? Ya biasa aja, kalo bahasa pake bahasa Sunda, mereka juga terbuka 8. Bagaimana timbal balik suku Baduy saat berkomunikasi dengan bapak? (bagaimana komunikasi simbolik mereka) Biasa saja, sudah sering kesana tapi waktu pertama ya mereka tidak seterbuka sekarang 9. Apakah bapak pernah memberi sesuatu kepada suku Baduy saat bapak berkunjung? Ya udah sering paling kasih uang alakadarnya 10. Apakah bapak pernah memberikan alamat tempat tinggal bapak kepada suku Baduy? Ya mereka tau, soalnya saya kan pernah buat buku itu 11. Biasanya dengan siapa saja bapak berkunjung ke Baduy? Sama dosen-dosen Untirta pernah, sendiri pernah, sama kawan-kawan pernah 12. Bagaimana prosedural di Baduy dalam menerima wisatawan? 160 Gak ada SOP, jadi Cuma ketemu Jaro Dainah terus isi absensi aja 13. Apakah bapak pernah melakukan penelitian terkait Baduy? Iya pernah, kan saya pernah bersama pak Asep sama ayah Mursid juga buat Saatnya Baduy Bicara 14. Apakah bapak memiliki kekhawatiran terhadap perkembangan suku Baduy? Iya khawatir sih ada, Cuma semoga aturan adat mereka selalu buat mereka bertahan b. Nama : Aliyth Prakarsa, S.H., M.H. Usia : 35 Tahun Alamat : Serang Pekerjaan : Akademisi Untirta 1. Kapan pertama kali bapak berkunjung ke Baduy? Pertama kali berkunjung sekitar tahun 1996an 2. Kenapa bapak tertarik mengunjungi suku semi Primitif Baduy? Saya kurang sependapat dengan penyebutan „suku semi Primitif Baduy‟ sekalipun ada kata „semi‟ disitu, karena setiap kebudayaan pasti memiliki 161 keluhuran masing-masing, sementara pemberiaan kategori primitive itu dari sudut pandang orang barat yang sellalu merasa superior dengan tingkat peradaban mereka. Orang-orang Barat (Eropa) menilai peradaban budaya di luar daerah mereka masuk dalam peradaban yang liar, kolot, bodoh, terbelakang, selalu dinilai inferior (di bawah) peradaban Eropa. Baduy memiliki keluhuran budaya tersendiri yang luar biasa, konsistensi kepatuhan terhadap hukum adat yang membuat saya selalu tertarik dengan kebudayaan Baduy. 3. Sudah berapa kali bapak datang ke Baduy? Sudah lupai saya pernah mengunjungi Baduy, mungkin lebih dari 20 kali 4. Bagaimana suku Baduy saat bapak pertama kali datang kesana? Kebersahajaan, keramahan penerimaan mereka terhadap siapa pun yang datang, alam yang asri, suasana perkampungan yang tenang, damai, air yang jernih, udara yang segar. Masih sama seperti yang saya rasakan hingga terakhir berkunjung ke Baduy 5. Apakah ada perubahan sikap suku Baduy saat bapak mengunjungi mereka dari yang pertama sampai yang terakhir? Pada prinsipnya tidak ada perbedaan yang mencolok yang terjadi dalam masyarakat Baduy terutama dalam hal keyakinan dan kepatuhan ter hadap hukum adat mereka. Tapi sebelum membahas hal tersebut, harus 162 kita bedakan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar dalam hal perubahan karena masing-masing mempunyai kararteristik dan ketat/longgarnya terhadap hukum adat. Bagi saya terciptanya dua Baduy (Dalam – Luar) ini merupakan sebuah system pertahanan sosial yang sangat cerdas sekali, dalam hal menyikapi perubahan. Baduy Dlam yang terikat kuat dengan aturan adat, dimana aturan tertinggi mereka „Nu buyut teu meunang dirombak‟ mungkin secara sederhananya dapat diartikan „Apa yang telah ditentukan oleh leluhur tidak dapat dirubah‟ maka dapat kita lihat dalam masyarakat adat Baduy Dalam hampir tidak terlihat perubahan komitmen terhadap hukum adat, kebudayaan, sikap, prilaku setiap warga Baduy Dalam. Sementara Baduy Luar yang bisa kita nilai berfungsi sebagai system filter perubahan sosial memang di-desain untuk lentur terhadap perubahan, namun tetap dalam batas-batas tertentu sepanjang koridor hukum adat. Masyrakat Baduy Luar yang tidak terlalu ketat sebagiamana dalam aturan hukum adat baduy dalam diperbolehkan mengikuti perubahan jaman misal dalam hal pakaian, pola pikir, kemampuan berniaga, dan benda kepemilikan. Entah apa jadinya jika tidak ada Baduy Luar atau hanya ada satu Baduy yang banyak orang kunjungi sebatas dalam wilayah baduy luar saja, mungkin kita tidak dapat melihat lagi wajah asli baduy yang sesungguhnya (dalam hal pengunaan pakaian khususnya). 163 6. Apakah bapak mengetahui sejak kapan Baduy dijadikan objek pariwisata? Saya tidak tahu kapan Baduy menjadi objek pariwisata tapi saya lebih menyukai menyebutnya sebagai tujuan belajar (destination of study) karena bagi saya „semua orang itu guru, alam raya sekolahku‟ dimana saja kita bias belajar, kepada siapa saja kita bisa menggali ilmu, di Baduy lah kita dapat belajar konsistensi, kebersahajaan hidup, keseimbangan hidup, pelestarian budaya-alam, banyak hal. Sementara jika disebut objek, seolah masyarakat baduy sama halnya dengan pantai atau pusat perbelanjaan, dimana semua orang bisa datang dan pergi tanpa mendapatkan sesuatu kecuali kepuasaan telah sampai pada objek pariwisata belaka. Merugilah jika ada orang yang tidak mendapatkan ilmu sepulang dari baduy. 7. Bagaimana cara bapak berkomunikasi dengan suku Baduy? Tidak ada permasalahan komunikasi antara saya pribadi atau pun pendatang lain dengan masyarakat baduy, karena mereka sudah paham dengan bahasa pemersatu kita yaitu Bahasa Indonesia, terlebih saya pun menguasai bahasa sunda pergaulan sehingga hampir tidak ada permasalahan dengan komunikasi. Namun tetap untuk menghormati tokoh adat setempat, kita harus pamit terlebih dahulu dan menjelaskan maksud kedatangan kita jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka keberadaan kita di wilayah adat baduy sudah diketahui dan pada prinsipnya masyarakat baduy akan bertanggungjawab secara penuh 164 terhadap semua tamu yang berkunjung karena mereka memuliakan setiap orang yang datang dengan penerimaan kebersahajaan mereka. Ada hal menerik dalam masyarkat baduy ketika kita bertanya dengan masyarakat baduy sepanjang pengetahuannya mereka pasti akan menjawab, namun ada hal ketika pertanyaannya berkaitan dengan hukum adat yang lebih terinci maka setiap warga baduy akan menjawabnya dengan “hampura, kami mah teu wasa” bahwa mereka menyadari kapasitas mereka dalam menyampaikan informasi detail tersebut, bukan berarti mereka tidak mengetahui tetapi ada yang lebih berwenang untuk menjelaskan yaitu para tokoh adat seperti Puun, Jaro, Wakil Jaro dan perangkat adat lainnya. 8. Bagaimana timbal balik suku Baduy saat berkomunikasi dengan bapak? (bagaimana komunikasi simbolik mereka) Saya jawab sekalian dalam pertanyaan di atas 9. Apakah bapak pernah memberi sesuatu kepada suku Baduy saat bapak berkunjung? Ya, saya pernah memberi sesuatu sebatas penghormatan dan wujud terimakasih saya karena telah sangat membantu saya dalam setiap program kerja bahkan membantu saya menyelesaikan study S2 saya 165 10. Apakah bapak pernah memberikan alamat tempat tinggal bapak kepada suku Baduy? Tidak pernah 11. Biasanya dengan siapa saja bapak berkunjung ke Baduy? Saya pernah mendapatkan program PKSA dari Kementerian Sosial selama tiga tahun maka saya intensif berkunjung ke baduy bersama pengurus Lembaga Perlindungan Anak Banten, beberapa kali dengan kawan-kawan dari Komunitas Sejarah Banten, rombongan mahasiswa, dan menemani kawan-kawan backpacker 12. Bagaimana prosedural di Baduy dalam menerima wisatawan? Tidak ada procedural yang rumit di baduy dalam menerima pengunjung sebagaimana telah saya jelaskan di atas (no.7) yang terpenting dalam lapor kehadiran kepada Jaro Dainah sekedar mengetahui keberadaan dan maksud tujuan dan yang terpenting pada saat itu Jaro Dainah berkesempatan untuk menjelaskan hukum adat baduy secara singkat agar diketahui oleh setiap pengunjung, setelah itu diserahkan pada setiap pengunjung/rombongan untuk berkeliling/menginap hanya di sekitar baduy luar saja, namun untuk menuju baduy dalam dianjurkan untuk meminta pertolongan guide dari mengingatkan medan yang ditempuh. warga baduy dalam karena 166 CATATAN HASIL PRA PENELITIAN April 2014 Peneliti mengunjungi Baduy untuk pertama kalinya, dan untuk tujuan penelitian, setelah tiba dipintu masuk Baduy, peneliti mengetahui bahwa batas wilayah Baduy luar dengan luar Baduy tidak ada pagar ataupun sesuatu yang menandakan peneliti sudah memasuki tanah ulayat. Peneliti datang bersama rombongan pencinta alam, namun rombongan kami mendapatkan seorang pendamping yang berasal dari Baduy dalam bersama anaknya yang berusia kira-kira 9 tahun. Saat itulah peneliti mengetahui bahwa untuk masuk ke Baduy wisatawan bisa menggunakan jasa antar. Saat itu peneliti hanya berkunjung sampai Gazeboh atau Baduy luar. Pemandangan pertama yang peneliti lihat adalah beberapa ibu-ibu yang menenun kain khas Baduy, dan banyaknya kios-kios dagang barang-barang khas Baduy. Beberapa meter berjalan peneliti mulai masuk ke pemukiman masyarakat Baduy dan melihat aktivitas mereka. Peneliti kaget, karena ternyata kehidupan masyarakat Baduy luar dengan masyarakat luar Baduy tidak jauh berbeda, mereka sudah banyak menggunakan alat-alat modern seperti telepon genggam, radio, peralatan rumah tangga yang modern, pakaian yang modern, alas kaki, dan lainlain. Orang Baduy luar juga seperti sudah terbiasa dengan barang-barang modern yang kami bawa, seperti kamera Slr, telepon genggam, dan laptop, karena 167 ekspresi mereka saat peneliti dan kawan-kawan dari rombongan pencinta alam menggunakan barang-barang modern tersebut tidak menunnjukkan adanya rasa penasaran. Akan tetapi apa yang dipakai oleh masyarakat Baduy luar berbeda dengan Baduy dalam, peneliti melihat penampilan pemandu, yang berasal dari Baduy dalam, dia tidak menggunakan alas kaki. Anaknya yang berusia sekitar 9 tahun mengeluarkan ekspresi penasaran kepada alat-alat modern yang peneliti dan rombongan gunakan, ekspresi tersebut berupa lirikan mata yang sangat sering melemparkan pandang kepada alat-alat modern milik wisatawan, dan sikap diam karena anak tersebut sepertinya hanya menyimpan rasa penasaran didalam pikirannya. Namun sang ayah yang menjadi pendamping rombongan peneliti pun mengeluarkan ekspresi yang biasa saja seperti orang Baduy luar, peneliti berasumsi bahwa mungkin karena dia bekerja sebagai pendamping jadi sudah tidak anaeh dengan barang-barang modern. Peneliti dan rombongan bermalam di salah satu rumah warga di Baduy luar, karena saat itu peneliti bersama rombongan, jadi yang menyiapkan perbekalan juga rombongan. Pada saat makan malam, bekal yang dibawa diserahkan kepada pemilik rumah untuk dimasak, dan dimakan bersama-sama, disini peneliti mengetahui bahwa orang Baduy dalam juga bisa dan boleh makan makanan istan dan modern. 168 Juli 2014 Peneliti berkunjung kembali ke Baduy untuk mengetahui perkembangan, kali ini peneliti berkunjung ke Baduy bersama salah seorang dosen FISIP UNTIRTA yang kebetulah sedang melakukan penelitian juga. Ibu dosen ini memberi tahu peneliti kalau untuk datang ke Baduy kita harus membawa oleh-oleh (makanan) untuk mereka dan membawa perbekalan makanan juga untuk kita. Peneliti belum mengetahui pada saat itu apakah ini adat dan budaya ibu dosen atau adat dan budaya Baduy. Dikunjungan kedua ini peneliti mengetahui bahwa ternyata untuk masuk ke Baduy dipungut biaya masuk sebesar Rp 5000,- per orang. Dan kali ini kami didampingi oleh pendamping yang sudah menjadi kenalan dari ibu dosen. Kami bermukim dirumah anak dari wakil jaro dalam yang bernama ayah mursid. Anak dari ayah mursid (wakil jaro Cibeo) tinggal di Baduy luar. Ada suguhan khas masyarakat Baduy untuk para pengunjung, yaitu gula aren. Saat sampai dan memasuki rumah Mursid (anak dari ayah Mursid), peneliti melihat ada beberapa foto yang terpajang didinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu tersebut. Dalam salah satu foto, menggambarkan pertemuan ayah Mursid sebagai wakil Jaro dengan presiden SBY. Juga melihat beberapa kalender yang memiliki lambang kepartaian. Pada sore harinya banyak orang Baduy dalam yang datang ke rumah yang kami singgahi, ternyata mereka adalah orang-orang Baduy dalam yang bekerja 169 menjadi pendamping wisatawan. Mereka bermalam juga di rumah anak ayah Mursid. Pada malam harinya kami berbincang-bincang tentang Baduy, peneliti kemudian mengetahui bahwa mereka pernah mengunjungi wisatawan keluar Baduy dengan berjalan kaki dan tanpa alas kaki, karena menggunakan alas kaki dan naik kendaraan dilarang oleh aturan adat Baduy. Peneliti mengetahui bahwa mereka pernah memasuki Mall-Mall besar di Jakarta dan sekitarnya seperti Taman Anggrek, Alam Sutera, dan lain-lain. Disini peneliti mengetahui bagaimana mereka sebenarnya tertarik dengan keadaan diluar alam Baduy, karena saat mendengar cerita mereka yang tentang kunjungan ke tempat wisatawan, ekspresi wajah mereka seperti penuh kepuasan dan kegembiraan mengetahui dan merasakan sebuah hal yang baru. Peneliti juga mengetahui bahwa orang Baduy dalam memang dilarang memiliki telepon genggam, namun mereka tidak dilarang jika hanya menggunakan. Keesokan paginya peneliti berbincang-bincang dengan ayah Mursid, pembahasan perbincangan kami seputar Baduy, peneliti bertanya tentang salah satu foto yang terpajang di dinding rumah. Ayah Mursid bercerita, bahwa dia memang pernah ke Jakarta dan bertemu langsung dengan Presiden SBY dalam rangka melestarikan adat Baduy, dalam perbincangan ini peneliti juga mengetahui bahwa ayah Mursid bisa sedikit berbahasa Inggris. Setelah hendak pulang, peneliti baru mengetahui bahwa harga sewa rumah permalam ternyata dipatok Rp 100.000,- dan harga pendamping tidak dipatok. 170 Pedoman Observasi Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan memasuki lingkungan Suku Baduy dan mengamati secara detail tentang bagaimana fenomena komunikasi yang terjadi antara masyrakat suku Baduy dengan wisataan atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Berikut adalah hal yang di amati oleh peneliti untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. 1. Komunikasi Internal masyarakat suku Baduy 2. Komunikasi sosial masyarakt suku Baduy dengan wisatawan 3. Komunikasi verbal dan non verbal masyarakat suku baduy dengan wisatawan 4. Bagaimana proses komunikasi antar budaya yang terjadi antara masyarakat suku Baduy dengan wisatawan 5. Perubahan yang terjadi pada masayrakat suku berkomunikasi dengan wisatawan secara terus menerus baduy setelah 171 Catatan Hasil Observasi Pada tanggal 01-02 Nopember 2014 Peneliti melakukan observasi ke Baduy dan dan mengamati bagaimana masyarakat Baduy berkomunikasi dengan wisatawan. Ketika ada wisatawan yang berkunjung, ada beberapa masyarakat Baduy dalam dan luar yang menawarkan jasa pendampingan untuk masuk kedalam Baduy. Jasa pendampingan ini selain untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, juga dianggap suatu perbuatan menolong wisatawan, karena banyak dan rumitnya jalan yang ada di Baduy, maka dikhawatirkan para wisatawan akan tersesat. Saat dicari asal mula masyarakat suku Baduy menjadi pendamping adalah sejak ramainya wisatawan yang datang ke Baduy dan membutuhkan pertolongan untuk didampingi saat masuk ke dalam wilayah Baduy. Peneliti mengetahui para pendamping tidak mematok harga pada wisatawan untuk jasa pengantarannya, namun wisatawan selalu memberi bayaran kepada mereka dalam setiap pendampingan. Biasanya para pendamping sudah memiliki wisatawan “langganan” yang ketika hendak berkunjung ke Baduy sudah melakukan komunikasi dengan orang Baduy yang bekerja sebagai pendamping. Karena ada aturan adat yang melarang orang Baduy dalam untuk menggunakan alat komunikasi modern seperti telepon genggam, maka mereka bekerjasama dengan masyarakat luar Baduy yang tinggal 172 disekitar Ciboleger dalam menyambungkan komunikasi antara wisatawan dan pendamping. Larangan adat tersebut tidak berlaku untuk orang Baduy luar. Peneliti juga mengetahui bahwa untuk mengunjungi Baduy dipungut biaya administrasi sebesar Rp 2.500,- untuk anak sekolah dan Rp 5.000,- untuk pegawai, dll. Orang-orang Baduy dalam maupun luar hampir seluruhnya sudah mengerti bahasa Indonesia. hal ini terjadi bukan karena suku Baduy bertempat dinegara kesatuan republik Indonesia, akan tetapi mereka dapt mengerti dan berbicara menggunakan bahasa indonesia karena banyaknya jumlah wisatawan yang datang, dan banyak wisatawan itu juga yang tidak mengerti bahasa yang digunakan masyarakat Baduy yaitu bahasa Sunda. Maka masyarakat Baduy yang memiliki perawakan yang cerdas, mengamati dan mempelajari bahasa Indonesia dan akhirnya dapat mengerti dan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan wisatawan. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sesama orang Baduy adalah bahasa Sunda. Peneliti juga mengetahui bahwa meskipun masyarakat suku Baduy bukan beragama Islam, nasrani, budha, hindu, katolik, konghucu, namun mereka menghargai keberagaman agama dan menerima dengan baik para penganutnya, serta memperbolehkan wisatawan yang berbeda agama dengan mereka untuk melakukan ibadah. Dalam berkomunikasi dengan wisatawan masayrakat suku Baduy banyak yang sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. 173 Pada tanggal 08-09 Nopember 2014 Peneliti menyadari bahwa banyak wisatawan yang tidak memahami bahasa yang digunakan orang Baduy dalam berbicara, karena itu masyarakat suku Baduy mengalah dan mulai mempelajari bahasa Indonesia. Peneliti juga mengetahui bahwa bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy adalah bahasa sunda kasar, namun peneliti melihat meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa sunda kasar masyarakat suku Baduy tetap ramah dan sopan dalam berbicara. Peneliti juga menyadari setiap wisatawan yang berkunjung selalu membawa kebiasaannya dari luar Baduy, seperti alat-alat elektronik canggih, makananmakanan ringan, pakaian, bahasa sehari-hari, yang tentunya berbeda dengan kebiasaan yang ada di Baduy. Para wisatawan juga memberikan makanan yang tergolong makanan dan minuman produksi modern (ciki, biskuit, pop mie, mie instan, teh kotak, minuman kaleng, minuman soda, dll) sebagai buah tangan untuk masyarakat Baduy. Para wisatawan biasa bermalam dengan menyewa rumah-rumah penduduk Baduy, dalam aturan adat Baduy wisatawan bebas berkunjung kapan saja, hanya untuk waktu menginap dibatasi hanya 24 jam saja. Wisatawan bebas menggunakan alat elektronik dihadapan masyarakat Baduy selama tidak melanggar aturan adat. Pada minggu kedua ini, peneliti menyadari bahwa ketika wisatawan mengeluarkan barang-barang elektonik modern (telepon genggam, kamera, 174 laptop, dll) beberapa masyarakat Baduy masih mengeluarkan ekspresi penasaran terhadap barang-barang tersebut, namun kebanyakan dari mereka mengeluarkan ekspresi biasa saja, seperti sudah terbiasa dengan barang-barang tersebut. Peneliti mengetahui bahwa setiap ada wisatawan yang mengeluarkan barangbarang modern ada ekspres penasaran atau ketertarikan pada masyarakat suku Baduy, seperti mereka selalu melirik ke arah benda-benda modern tersebut. Hal ini termasuk kategori komunikasi non verbal yang terjadi pada masyarakat suku Baduy. Pada Tanggal 15-16 Nopember 2014 Peneliti mengetahui bahwa di Baduy memang tidak ada sekolah formal, namun masyarakat Baduy bisa belajar secara Non formal diwaktu-waktu senggangnya, juga tidak memiliki sarana kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit, karena masyarakat Baduy menggunakan hasil alam untuk obat-obatan, namun juga tidak menutup bila ada bidan atau dokter yang ingin menolong masyarakat Baduy yang melahirkan atau sakit parah. Peneliti juga mengetahui bahwa Puun bisa mengeluarkan amanat untuk disampaikan kepada masyarakat Baduy melalui Jaro Tujuh, bila Puun mendapatkan “Ilham” dari proses bertapanya. Peneliti juga mengetahui bahwa banyak larangan-larangan yang bisa dilonggarkan bila sudah ada persetujuan dari Puun. Misalkan soal makanan hasil produksi modern yang boleh dimakan oleh 175 orang Baduy baik Baduy luar maupun Baduy dalam, alat-alat masak yang terbuat dari kaca, logam, dll. Pada Tanggal 22-23 Nopember 2014 Peneliti mengetahui bahwa wisatawan yang berkunjung ke Baduy dari berbagai kalangan, anak sekolah, mahasiswa dan pekerja yg sedang liburan, peneliti, turis asing, dll. Peneliti juga mengetahui bahwa sudah banyak yang berubah dan hilang dari kebiasaan hidup suku Baduy, misalkan alat-alat musik khas Baduy seperti Karinding yang sudah punah dan hanya satu orang warga Baduy dalam Kampung Cibeo yang masih bisa membuat dan memainkannya, Kecapi, yang sudah jarang yang memiliki dan memainkannya, angklung, suling, sudah jarang dimainkan oleh masyarakat suku Baduy. Perubahan tersebut peneliti ketahui sudah sejak sekitar 20-30 tahun yang lalu. Pada Tanggal 29-30 Nopember 2014 Di Akhir penelitian saat peneliti mencari data soal jumlah penduduk dan jumlah pengunjung, peneliti mengetahui bahwa jumlah penduduk yang ada di Baduy adalah 11.275 orang, 1460 adalah masyarakat Baduy dalam, dan sisanya 9.815 adalah masayrakat Baduy luar. Dengan jumlah pengunjung pertahun sekitar 3500-5000 pengunjung. Pada tahun 2014 jumlah pengunjung sampai pertengahan 176 bulan desember adalah +/- 3500 orang. Pada saat ini juga peneliti mengetahui bahwa struktural Jaro Pemerentah diluar adalah yang memiliki kewenangan menerima dan mengeluarkan surat dari Baduy. 177 DOKUMENTASI Peneliti dan Jaro Dainah Patung Selamat Datang Baduy Bentuk Ladang di Baduy Danau di Baduy Luar Kampung Baduy Luar Peneliti bersama Ayah Mursid Struktur Pemerintahan Baduy Wisatawan dan Orang Baduy dalam 178 Leuwit Wisatawan Baduy Pendamping wisatawan Ekspresi wisatawan bersama satu orang Baduy luar (kiri) dan dua orang Baduy dalam (ayah dan anak) sedang melihat video melalui telepon genggam Anak-anak Baduy dalam sedang menonton televisi disebuah warung makan Peneliti dengan salah satu Informan wisatawan 179 Daftar Pengunjung Baduy Tahun 2014 180 181 182 183 Aturan Wisatawan Suku Baduy 184 Kategorisasi Komunikasi Masyarakat Suku Baduy dengan Wisatawan NO Jenis Komunikasi (1) Orang Baduy Orang Baduy dalam Luar (2) (3) Pemerintah Baduy (4) Wisatawan (5) Akademisi (6) 1. a. Komunikasi Internal Masyarakat suku Baduy Asmin : kalo ngomong ke sesama pake sunda kasar Udil : kami kalau berbicara sehari-hari pakainya bahasa sunda kasar kalo orang Baduy mah Saiful : bicara menggunakan bahasa sunda Sali : kasar Bahasa sunda iyeu kasar Karman : sehari-hari pake sunda kasar kalo bicara b. Komunikasi Sosial Masyarakat suku Baduy Asmin : kalo dengan wisatawan ya sedikit sedikit bisa pake bahasa Indonesia Saiful : Ngikuti saja kalo Udil : Kalo ngomong ke wisatawan pake bahasa Indonesia kalo yang mengerti, ya kami juga harus sopan dan ramah Mursid : kami kalo untuk bicara sehari hari dengan sama sama orang Baduy pakainya sunda kasar bahasanya Dainah : untuk bahasa kami pakai Sunda kasar Haryoto : kayaknya mereka pake sunda ya Njen : kalo orang Baduy ngomongnya pake bahasa sunda kasar kalo yang aku tau Prof. Sihabuddin : orang Baduy kalau ke sesama bicaranya pake bahasa Sunda kasar Aulia : Sesama Baduy pake sunda kasar Mursid : Jika bicara dengan wisatawan, pengunjung kami biasa pakai bahasa Indonesia sebab wisatawan kebanyakan tidak bisa berbicara bahasa Rizal : Sunda, sundanya sunda kasar kalo orang Baduy Haryoto : Kalo ngomong sama kita ada yang pake bahasa Indonesia ada yang enggak, tapi mereka sopan, mungkin karena biasa hidup seperti itu Prof Sihab : Untuk berkomunikasi dengan diluar suku mereka pake bahasa Indonesia, ini juga salah satu perubahan bentuk kemajuan untuk 185 pengunjung bahasa indonesia kami bahasa Indonesia kalo pengunjung bisa bahasa Sunda ya kami seperti biasa pake bahasa Sunda Karman : Ya kalo ngomong ke pengunjung biasa pake bahasa Indonesia, kan sekarang sudah banyak jadi banyak kami juga bisa bahasa Indonesia Sali : Nu bahasa indonesia loba bisa Sunda. Tentu kami selalu mengingat perintah leluhun untuk sopan dan ramah kepada setiap manusia masyarakat Njen : Baduy Kalo ngomong ke kita itu pake bahasa Indonesia Aulia : Dainah : Kebanyakan sih Karena kalo dibaduy kebutuhan luar udah bisa wisatawan dan bahasa orang luar Indonesia jadi Baduy, maka kita juga pake kami belajar bahasa bahasa Indonesia Indonesia, tapi supaya bisa kalo di Baduy berbicara dengan dalem mereka, banyaknya gak kebanyakan ngerti bahasa kami juga belajar Indonesia jadi dari wisatawan kita minta di untuk bisa terjemahin ke berbahasa bahasa sunda Indonesia sama tour guide nya. Rizal : Ya ngomong bahasa Indonesia kalo sama wisatawan kaya kita c. Komunikasi verbal masyarakat suku Baduy dengan wisatawan Haryoto : mereka kaya biasa kalo ngobrol sama kaya kita Cuma beda bahasa aja, tapi mereka juga udah pake bahasa Indonesia Prof Sihab : Mereka bicara dengan orangorang diluar mereka seperti kita, pakai bahasa Sunda atau Indonesia tapi semuanya menjaga sopan santun. 186 Njen : untuk bicara mereka ada yang lancar ada yang enggak pake bahasa Indonesia tapi jarang mereka ngobrol sama wisatawan keliatannya Aulia : kalo untuk bahasa verbal ya ngobrol kaya kita biasa aja d. Komunikasi Non verbal masyarakat suku Baduy dengan wisatawan Haryoto : kita bisa memperhatikan ya mereka punya ekspresi seperti penasaran kalo kita bawa barang-barang baru dari kota Aulia : Sering sih ngeliat ada ekspresiekspresi kaya penasaran, atau kaya takut gitu Haedi : Pernah waktu didampingi sama orang Baduy dalam dan anaknya, bapaknya biasa aja tapi anaknya Prof Sihab : Pati gak jauh beda dengan yang saudari Nisa lihat disana, mereka punya kecemasan saat berkomunikasi dengan orangorang luar Baduy 187 rautnya penasaran, tapi selalu dihalau bapaknya biar si anak gak kaya gitu, kayaknya si bapak khawatir anaknya gak sopan sama wisatawan e. Perubahan Masyarakat Baduy setelah berkomunikasi dengan wisatawan secara terus menerus Asmin : kami seperti ini sekitar 20 tahun. Setelah wisatawan datang, banyak dari kami yang mulai berubah Saiful : Sekitar 15 tahun yang lalu sebelum banyak wisatawan, kami hidup ya masih biasa, belum makan yg seperti mie, mungkin karena kehidupan diluar sudah maju jadi Baduy ikut maju. Udil : Ini kemajuan buat Baduy karena dulu waktu Udil kecil masih gak ngerti apaapa masih Cuma berladang sama ayah Udil, Mursid : ya dulu diluar juga belum modern kalo di Baudy mungkin baru sejak Saba Baduy kita banyak dateng kesini pengunjung, masyarakat Baduy juga bisa banyak tau dari wisatawan Aulia : bedanya Baduy sih sama aja kayaknya soalnya kan saya ke sini beberapa kali dalam waktu dua tahun jadi gak banyak yang berubah, paling tambah banyak pedagang aja. Rizal : paling keliatan jumlah pedagang di Baduy dalam yang semakin Banyak Prof Sihab : Ya itulah sejak saba budaya, banyak wisatawan yang masuk akhirnya seperti yg kita tau dari segi pakaian, makanan, bahasa, mereka berangsurangsur modern meskipun mereka berusaha membatasi diri dari modernitas 188 BUKTI INFORMAN Bukti menjadi Informan No Nama Kategorisasi 1 Ayah Asmin Orang Baduy Dalam Catatan wawancara tertulis, foto bersama informan 2 Ayah Serat Orang Baduy Dalam Catatan wawancara tertulis 3 Ayah Saiful Orang Baduy Dalam Catatan wawancara tertulis Keterangan Dalam catatan tidak ada tanda tangan informan, tidak ada rekaman, hal ini berkaitan dengan larangan adat dan keterbatasan informan dalam hal tulis menulis. Informan adalah pendamping peneliti saat di Baduy yang berstatus sebagai penduduk Baduy dalam Dalam catatan tidak ada tanda tangan informan, tidak ada rekaman, hal ini berkaitan dengan larangan adat dan keterbatasan informan dalam hal tulis menulis, informan merupakan orang Baduy dalam dan ditemui di Baduy dalam. Dalam catatan tidak ada tanda tangan informan, tidak ada rekaman, hal ini berkaitan dengan larangan adat dan keterbatasan informan dalam hal tulis menulis, informan merupakan orang Baduy dalam dan 189 4 Ayah Karman Orang Baduy Dalam Catatan wawancara tertulis 5 Ayah Sali 6 Udil 7 Jaro Dainah Orang Baduy Luar Orang Baduy Luar Pemerintah Baduy 8 Wakil Jaro Mursid Pemerintah Baduy 9 Haryoto Wisatawan Foto dan Rekaman wawancara Foto dan Rekaman wawancara Foto bersama dan rekaman wawancara Foto bersama dan rekaman wawancara Catatan tertulis bertandatangan, dan nomor telepon (081802568445) 10 Njen Wisatawan Catatan tertulis bertandatangan, dan nomor telepon (082110131420) ditemui di Baduy dalam. Dalam catatan tidak ada tanda tangan informan, tidak ada rekaman, hal ini berkaitan dengan larangan adat dan keterbatasan informan dalam hal tulis menulis, informan merupakan orang Baduy dalam dan ditemui di Baduy dalam. Informan merupakan wisatawan yang ditemui dan diwawwancarai di Baduy dalam karena hal tersebut peneliti tidak mendapatkan bukti audio maupun visual Informan merupakan wisatawan yang ditemui dan diwawwancarai di Baduy dalam karena hal tersebut peneliti 190 11 Nur Haedi Wisatawan Capture percakapan via Blackbarry massanger 12 Aulia Shofan Hidayat Wisatawan Rekaman wawancara tidak mendapatkan bukti audio maupun visual Informan merupakan orang yang pernah mengunjungi Baduy lebih dari 3 kali, peneliti mewawancarai beliau via Blackbarry massanger sebab beliau telah memiliki kesibukan diluar kota, peneliti mengambil beliau menjadi informan sebab peneliti mengetahui beliau sudah lebih dari 3 kali mengunjungi Baduy dan dengan rentang waktu yang cukup lama jaraknya pada setiap kunjungan. Peneliti mewawancarai informan di kota Serang, namun peneliti mengetahui bahwa beliau pernah mengunjungi Baduy lebih dari 3 kali karena peneliti pernah datang ke Baduy bersama informan saat melakukan pra 191 13 Rizal Artomi Wisatawan Rekaman wawancara 14 Shintya Wisatawan 15 Prof. Dr. Sihabuddin, M.Si Akademisi 16 Aliyth Prakarsa, S.H.,M.H. Akademisi Rekaman wawancara dan foto Rekaman wawancara Bukti tertulis via Email penelitian Peneliti tetap mengambil data dari informan ini karena beliau memiliki rentang jarak yang cukup jauh dalam kunjungannya ke Baduy meskipun beliau baru mengunjungi Baduy sebanyak dua kali 192 Ayah Asmin dan kawan dari peneliti Ayah Mursid dan Peneliti Udil Jaro dainah dan Peneliti Ayah Sali dan kawan peneliti Teks wawancara Haryoto Sintya dan peneliti Teks wawan cara Njen 193 CURRICULUM VITAE PERSONAL: Name : Amriyatunnisa Place, Date Of Birth : Serang, 13 Maret 1992 Address : Jl.Raya Merak Ds.Salira Kp.Sitong Rt/Rw 08/02 Pulo Ampel, Serang-Banten Religion : Islam Sex/Status : Female/In Relationship Height/Weight : 168cm / 48 kg Cell Phone/ PIN : 085774009778 / 741017A1 E-Mail : [email protected] Nationality : Indonesian FORMAL EDUCATION 20010 – 2014 : University Of Sultan Ageng Tirtayasa-Serang Banten (College) 2007 – 2010 : SMK Negeri 1 Kota Serang (Vocational High School) 2005– 2007 2000– 2005 : MTS Negeri Bojonegar (Junior High School) : SDN Salira Indah (Elementary School) 194 Organization And Committee Experiences 2010-2011 : Departement of Educationand and Regeneration on Communication Student Assosiaction 2011-2012 : Departement of Educationand and Regeneration on BEM FISIP UNTIRTA 2011-2012 : Departement of Educationand and Regeneration on Untirta Movement Community, Commite Basis FISIP 2012-2013 : Departement of Educationand and Regeneration on Untirta Movement Community, Commite Central. 2010-2014 : A Member of IMIKI UNTIRTA 2012-2013 : Departement of Steategic Studies and Media Literasi on IMIKI UNTIRTA 2014 : A Member of Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND) ADDITIONAL INFORMATIOS 1. Able to operate an application software such as : Microsoft Office Adobe Photoshop 2. Familiar to use and operate either DSLR Photo Camera or Video Camera