karakteristik aliran darah katup atrio- ventrikular

advertisement
KARAKTERISTIK ALIRAN DARAH KATUP ATRIOVENTRIKULAR DINILAI DENGAN PULSED WAVE
DOPPLER ECHOCARDIOGRAPHY DI ANJING KAMPUNG
NORMAL (Canis lupus familiaris)
MARINA WIJAYANTI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Karakteristik
Aliran Darah Katup Atrio-ventrikular Dinilai dengan Pulsed Wave Doppler
Echocardiography di Anjing Kampung Normal (Canis lupus familiaris) adalah
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Juli 2010
Marina Wijayanti
NIM B04060679
ABSTRAK
MARINAWIJAYANTI. Karakteristik Aliran Darah Katup Atrio-ventrikular
Dinilai dengan Pulsed Wave Doppler Echocardiography di Anjing Kampung
Normal (Canis lupus familiaris). Dibimbing oleh DENI NOVIANA.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik aliran darah pada katup
mitralis dan trikuspidalis pada anjing normal menggunakan pulse wave Doppler
(PWD) echocardiography. Penelitian dilakukan pada 8 ekor anjing dewasa yang
terdiri dari 3 ekor anjing jantan dan 5 ekor anjing betina dengan rata-rata umur 3
tahun dan rata-rata berat badan 12 kg. Pemeriksaan PWD echocardiography
dilakukan dalam keadaan sadar dan tidak disedasi dengan posisi hewan right
lateral recumbency setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan fisik dan
electrocardiography. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat USG
(Sonoscape SSI-1000), convex scanner transducer tipe small foot print dengan
frekuensi 3.7-5.0 MHz. Tujuh parameter yang diamati adalah debar jantung/HR,
Velocity annulus/Va, Velocity ejection/Ve, Velocity Time Integral/VTI, Mean
Pressure Gradient/MPG, Pulsatility Index/PI, dan Systole/Diastole (S/D). Secara
umum diperoleh karaterisktik aliran katup mitralis lebih tinggi dari pada katup
trikuspidalis (P>0,05) di tujuh parameter yang diamati. Sementara itu, anjing
dengan jenis kelamin betina memiliki karakteristik aliran darah yang lebih tinggi
dari pada anjing dengan jenis kelamin jantan (P>0,05).
Kata kunci: aliran darah, mitralis, trikuspidalis, pulse wave Doppler (PWD).
ABSTRACT
MARINAWIJAYANTI. Blood Flow Characteristics on Atrio-ventricular Valve as
Assessed by Pulsed Wave Doppler Echocardiography in Normal Mongrel
Indonesian Dog. Supervised by DENI NOVIANA.
The purpose of this study is to determine blood flow characteristics at the
atrio-ventricular valve i.e. mitral and tricuspid valves in normal mongrel
Indonesian dog using transthoracic pulsed wave Doppler (PWD)
echocardiography. The study was conducted in eight adult dogs consisting of
three males and five females with an average age of 3.5 years, and average weight
12 kg. Transthoracic PWD echocardiography examination were performed on
dogs in a conscious state/unsedated and the animal's position in right lateral
recumbency. The instrument used is an ultrasound device (Sonoscape SSI-1000)
and convex type transducer with small footprint scanner of 3.7-5.0 MHz
frequency. Seven parameters of PWD measured were heart rate/HR, velocity
annulus/Va, velocity ejection/Ve, velocity time integral/VTI, mean pressure
gradient/MPG, pulsatility index/PI, and ratio systole-diastole or S/D. Based on the
measurement of seven parameters in both atrio-ventricular valves showed that in
general the blood flow characteristics values of the mitral valve were higher than
tricuspid valves (P> 0.05). While the female dogs have a higher value when
compared with male dog (P>0.05).
Keywords: blood flow,mitralis, tricuspidalis, pulsed wave Doppler (PWD).
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KARAKTERISTIK ALIRAN DARAH KATUP ATRIOVENTRIKULAR DINILAI DENGAN PULSED WAVE
DOPPLER ECHOCARDIOGRAPHY DI ANJING KAMPUNG
NORMAL (Canis lupus familiaris)
MARINA WIJAYANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul penelitian
Nama
NIM
: Karakteristik Aliran Darah Katup Atrio-Ventrikular Dinilai
dengan Pulsed wave Doppler Echocardiography di Anjing
Kampung Normal (Canis lupus familiaris).
: Marina Wijayanti
: B04060679
Disetujui
Drh.Deni Noviana Ph.D.
Ketua
Diketahui
Dr. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat
Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Karakteristik Aliran Darah Pada
Katup Atrio-Ventrikular Dinilai Dengan Pulsed Wave Doppler Echocardiography
di Anjing Kampung Normal (Canis lupus familiaris). Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Proses penelitian dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan
dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan rasa tulus dan hormat,
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta selaku orang tua penulis, atas doa, kasih
sayang, motivasi, nasehat, dan dorongan yang tidak henti-hentinya
kepada penulis.
2. Drh. Deni Noviana, Ph.D., selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan
pemikiran yang sangat berguna bagi penulis selama proses penelitian
dan penyelesaian skripsi ini, Drh.Rr Soesatyoratih selaku moderator
dalam seminar saya, Drh.R.Putratama Agus Lelanan, MSp.Ph.D atas
kesedianaannya menjadi dosen penilai dalam seminar saya, serta Prof.
Dr.Drh.Agik Suprayogik,MSc dan Drh. Risa Tiuria, MS,Ph.D atas
kesediaannya menjadi dosen dalam sidang saya.
3. Dr. Drh. Ita Djuwita, Mphil selaku dosen pembimbing akademik atas
motivasi dan bimbingan dalam kegiatan akademik penulis.
4. Teman-teman sepenelitian (Uni fitri, Kak defi, Teh nono, Adi, Iir) atas
semangat kerjasama, keceriaan, dan bantuan selama penelitian.
5. Mbak tercinta Amien Nur Wijayanti S.Pd dan Drh.Sunarto,Msi atas
kasih sayang, perhatian, dan dukungan moril dalam penyelesaian
skripsi.
6. Dosen bagian bedah dan radiology atas ilmunya (Drh.Fakhrul Ulum,
dan Drh. Riki Siswandi) yang telah memberikan bantuannya.
7. Sahabat-sahabat (Uni Fitri Alham, Unita pratiwi, Zuhra Taufika, Putri
Indah Ningtyas, Fiona Safitri Kalyana, Yevi Nurvirli, Wahdana MFS,
Khairun nissa, Binol, Bowo, D’ kur, Edo, Uut, Rizqi) atas bantuan
moril dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Yuli (TIN), Vivi (Statistika), Putri (ILKOM), Dian (TIN), Pipit (AGH)
dan bu Kos wisma pelangi (Teh Wida sekeluarga) atas kebersamaan
dan kekeluargaan selama ini.
9. Teman-teman Aesculapius FKH 43 terima kasih atas persahabatan,
kerjasama yang telah kita lalui.
Terakhir penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak
dan Civitas Akademika Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari segala sesuatu tidak ada yang sempurna, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor,
Juli 2010
Marina Wijayanti
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Marina Wijayanti, dilahirkan di Karanganyar
Surakarta pada tanggal 01 Oktober 1988. Penulis merupakan anak kedua dari 2
bersaudara dari Ayah yang bernama Ali Parmanto dan Ibu yang bernama Sutarmi
S,Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Pertiwi IV
Kecamatan Kebakkramat Karanganyar pada tahun 1994.
Penulis menempuh
pendidikan sekolah dasar pada tahun 1994-2000 di SDN 1 Sroyo Jaten
Karanganyar. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat pertama di SMP N 1
Kebakkramat pada tahun 2003.
Pada tahun 2003-2004, penulis menempuh
pendidikan tingkat atas di SMA N 1 Karanganyar. Penulis menyelesaikan
pendidikan tingkat atas di SMA N 1 Karanganyar pada tahun 2006. Penulis
diterima pada tahun yang sama di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi dan
kegiatan. Penulis pernah menjadi, Asisten Praktikum Anatomi Topografi (2009),
Anggota Himpunan Minat Profesi Ruminansia (2007-2009), Penanggung Jawab
mata kuliah Radiology angkatan 43 FKH IPB pada tahun (2008) dan Asisten
Praktikum mata kuliah Radiology (2010).
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xvi
PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan ................................................................................................
Manfaat ..............................................................................................
1
2
3
3
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
Sistem kardiovaskular ........................................................................
Echocardiography ..............................................................................
Doppler echocardiography ................................................................
Electrocardiography ..........................................................................
Konsep Tekanan Gradient .................................................................
4
4
7
11
14
16
BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................
Bahan dan Alat ...................................................................................
Metode ...............................................................................................
Interpretasi sonogram .........................................................................
Analisis Data ......................................................................................
18
18
19
20
23
25
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................
26
41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................
42
45
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Siklus Jantung .....................................................................................
2 Perbedaan PWD echocardiography dan CWD echocardiography ....
3 Hasil rekaman PWD dan EKG anjing normal di 4 katup jantung ......
7
12
13
4 Hasil rekaman Va dan Ve PWD echocardiography anjing normal di
katup mitralis ...................................................................................... 14
5 Hasil rekaman Va dan Ve PWD echocardiography anjing normal di
katup trikuspidalis ............................................................................... 14
6 Pengukuran VTI PWD echocardiography anjing normal di katup
mitralis ................................................................................................ 14
7 Sistem konduktivitas listrik jantung dan electrocardiogram ..............
16
8 Alat USG dan tempat berbaring hewan khusus pemeriksaan
echocardiography ............................................................................... 18
9 Convex scanner transducer small foot print dengan gel dan alat
EKG..
19
10 Pemeriksaan fisik anjing kampung meliputi suhu badan, frekuensi
napas, dan frekuensi debar jantung ..................................................... 19
11 Pemeriksaan menggunakan electrocardiography pada anjing
kampung .............................................................................................. 20
12
Anjing yang dibaringkan dan penempatan transducer dan hasil scan
pulse
wave
Doppler
21
echocardiograph…………………………………
13 Posisi pengambilan gambar LAps echocardiography pada anjing
kampung di katup mitralis .................................................................. 22
14 Posisi pengambilan gambar LAps echocardiography pada anjing
kampung di katup trikuspidalis ........................................................... 23
15 Contoh rekam hasil perhitungan aliran darah di katup mitralis
16 Karakteristik aliran darah di katup atrioventrikular ..........................
25
26
17 Histogram nilai rataan debar jantung di katup mitralis dan
trikuspidalis ......................................................................................... 28
xiii
18 Histogram nilai rataan Va atau Epeak di katup mitralis dan trikuspidalis
.........................................................................................
30
19 Histogram nilai rataan Ve atau Apeak di katup mitralis dan
trikuspidalis ......................................................................................... 32
20 Histogram nilai rataan VTI di katup mitralis dan trikuspidalis .........
21 Histogram nilai rataan MPG di katup mitralis dan trikuspidalis ........
34
35
22 Histogram nilai rataan PI di katup mitralis dan trikuspidalis ...........
38
23 Histogram nilai rataan S/D di katup mitralis dan trikuspidalis ...........
38
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil pemeriksaan fisik pada anjing ...................................................
25
2 Hasil pengukuran debar jantung .........................................................
26
3 Hasil pengukuran Va atau Epeak ..........................................................
28
4 Hasil pengukuran Ve atau Apeak ..........................................................
30
5 Hasil pengukuran VTI ........................................................................
32
6 Hasil pengukuran MPG ......................................................................
33
7 Hasil pengukuran PI ............................................................................ 35
8 Hasil pengukuran S/D .........................................................................
38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Analisa t-test .......................................................................................
46
xvi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari
serigala sejak 15000 tahun yang lalu atau mungkin sudah 1000 tahun yang lalu
berdasarkan bukti genetik. Anjing pertama kali didomestikasi di Asia Timur dan
telah berkembang menjadi berbagai ras dan ukuran. Istilah anjing mengacu pada
anjing hasil domestikasi Canis lupus subsp. familiaris.
Taksonomi anjing
menurut Linnaeus (1978):
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Class
: Mammalia
Ordo
: Canidae
Genus
: Canis
Spesies
: Canis lupus
Subspesies
: Canis lupus subsp. familiaris
Anjing kampung adalah anjing yang telah lama diketahui keberadaannya
tetapi galur keturunannya tidak dijaga (Boedhihartono dalam Supriadi 2004).
Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan, dan tingkah laku
dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lain. Sebagian besar anjing masih
mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan dari serigala. Anjing adalah hewan
pemangsa dan hewan pemakan bangkai, memiliki gigi tajam, dan rahang yang
kuat untuk menyerang, menggigit, dan mencabik-cabik makanan. Ciri khas dari
moyang serigala masih bertahan pada anjing, walaupun penangkaran secara
selektif telah berhasil mengubah bentuk fisik berbagai jenis anjing ras. Anjing
memiliki otot yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu, sistem
kardiovaskular yang mendukung ketahanan fisik serta kecepatan berlari, dan gigi
untuk menangkap dan mencabik mangsa.
Bila dibandingkan dengan struktur
tulang kaki manusia, secara teknis anjing berjalan berjingkat dengan jari-jari kaki
(Anonim 2009).
2
Anjing bisa mendengar suara berfrekuensi rendah 16-20Hz, sedangkan
manusia hanya mendengar frekuensi 20-70 Hz, dan untuk suara berfrekuensi
tinggi anjing bisa mendengar frekuensi 70-100 kHz, sedangkan manusia hanya
mendengar frekuensi 13-20 kHz. Selain itu, anjing bisa menggerak-gerakkan
daun telinga agar cepat bisa menentukan lokasi sumber suara yang sebenarnya.
Lebih dari 18 otot pada daun telinga memungkinkan anjing memiringkan,
memutar, menidurkan, atau menegakkan daun telinga.
Anjing mampu
menentukan sumber suara lebih cepat dari manusia, sekaligus bisa mendengar
suara yang sumbernya empat kali lebih jauh yang dapat didengar manusia.
Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing sangat mirip dengan konsep
manusia tentang cinta dan persahabatan.
Anjing rentan terhadap berbagai penyakit, mulai yang ringan hingga yang
berbahaya. Beberapa penyakit jantung dapat menyerang anjing di usia muda
(puppies) maupun dewasa (adult). Penyakit jantung berpotensi letal jika tidak
diobati, dan membutuhkan diagnosa yang dini melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik, radiography thorak, dilanjutkan dengan electrocardiography,
dan echocardiography.
Radiography thoraks adalah metode terbaik dalam
perhitungan ukuran dan bentuk silhouette jantung begitu juga untuk mengevaluasi
arteri pulmonalis dan pembuluh darah besar, struktur, dan opasitas paru-paru,
serta ruang pleura. Pemeriksaan arsitektur internal dan fungsi jantung dengan
radiography, hanya mungkin dilakukan melalui prosedur kontras yang invasive.
Menurut (Willerson et al. 2007) echocardiography merupakan metode yang
aman, non-invasif, dan tersedia dimana-mana yang memberikan diagnosa
anatomik dan hemodinamik yang pasti.
Pemahaman terhadap sifat fisik dari
ultrasound penting untuk melakukan pemeriksaan echocardiography dan
menginterpretasikan hasil yang didapat. Nilai echocardiography anjing normal
sangat diperlukan untuk perbandingan dan evaluasi pada anjing yang dicurigai
mengidap penyakit jantung.
Beberapa nilai echocardiography normal untuk
anjing berdasarkan pengelompokan ras dan ukuran tubuh telah dipublikasi
(Cornell et al. 2004, Katja et al. 2007, Kayar et al. 2006). Namun kisaran acuan
yang didapatkan dari beberapa anjing tersebut sangat spesifik untuk ras tersebut
3
dan dapat menimbulkan ketidakakuratan pada saat diaplikasikan pada anjing ras
yang lain (Kayar et al. 2006).
Diagnosis
kini
telah
dilengkapi
dengan
M-mode
dan
Doppler
echocardiography. Salah satu prinsip penggunaan M-mode echocardiography
adalah untuk mengetahui dimensi short axis jantung dan dapat diketahui melalui
penempatan transducer pada lokasi yang spesifik sesuai dengan letak anatomi
jantung (Penninck dan d’Anjou 2008).
M-mode memungkinkan untuk
mendapatkan ukuran yang akurat dari kontraktilitas, ukuran ruang sistolik dan
diastolik, dan ketebalan dinding jantung, sebaik pengukuran pada penyimpangan
valvular dalam bentuk 2 dimensi (Penninck dan d’Anjou 2008). Menurut (Kerry
et al. 2008) teknik pencitraan Doppler ultrasound telah dikembangkan sebagai
salah satu teknik pemeriksaan echocardiography di hewan untuk mengetahui
aliran darah di arteri dan vena di setiap bagian tubuh baik secara lokal maupun
regional yang bersifat non-invasif. Pemeriksaan Doppler sangat membantu dalam
penentuan suatu diagnosis seperti membedakan beberapa bentuk disfungsi
diastolik (konstriktif, restriktif, hipertrofi, dan ischemic cardiomyopathy) dan
dapat memperkirakan tekanan atrium kiri, prognosa suatu penyakit, dan respon
yang terjadi dari sebuah terapi (Willerson et al. 2007).
Menurut (Brown et
al.1991) Doppler echocardiography lebih sensitif dan akurat dalam mendeteksi
adanya regurgitasi katup (valvular regurgitation) dalam jumlah kecil daripada
pemeriksaan auskultasi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik aliran darah yang
melalui katup mitralis dan trikuspidalis di anjing kampung normal menggunakan
PWD echocardiography.
Manfaat
Melalui penelitian ini akan didapatkan parameter-parameter normal
berkaitan dengan karakteristik aliran pada katup mitralis dan trikuspidalis,
sehingga bermanfaat sebagai bahan referensi pemeriksaan dan diagnosis penyakit
jantung pada anjing.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Kardiovaskular
Jantung berada dalam rongga thorak pada bagian mediastinum.
Mediastinum adalah ruang tengah yang memisahkan rongga pleura kanan dan kiri.
Jantung karnivora berbentuk ovoid, dan pada anjing memanjang kira-kira dari
intercostal ketiga sampai keenam.
Sumbu memanjang jantung biasanya
membentuk sudut 45 derajat dengan sternum.
Basis jantung mengarah ke
craniodorsal, dan bagian apex berada pada garis tengah pertemuan diafragma dan
sternum. Basis jantung mengarah ke craniodorsal, dan bagian apex berada pada
garis tengah pertemuan diafragma dan sternum.
Sudut yang terbentuk dapat
bervariasi sesuai konformasi thorak, jenis anjing berdada dalam memiliki sudut
yang lebih besar, dan jenis yang berdada silinder memiliki sudut yang lebih kecil.
Jantung dikelilingi oleh pembungkus fibroserous yang disebut perikardium.
Perikardium tipis dan terbagi menjadi perikardium parietalis dan perikardium
viseralis. Perikardium parietalis adalah pembungkus bagian luar, dan perikardium
viseralis membungkus jantung dan membentuk epikardium. Miokardium adalah
lapisan otot di antara epikardium dan endokardium, yang merupakan membran
tipis yang menutupi seluruh permukaan bagian dalam jantung (Colville  Bassert
2002).
Jantung memiliki empat ruangan yaitu dua atrium dan dua ventrikel.
Ruangan jantung terbagi menjadi bagian kanan dan kiri oleh pemisah yang
dikenal sebagai septum interatria yang memisahkan atrium kanan dan kiri dan
septum interventrikularis yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri. Atrium
terutama berfungsi sebagai pompa primer yang lemah, yang membantu
mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel.
Ventrikel berfungsi sebagai
penyedia tenaga utama yang dapat digunakan untuk mendorong darah ke sirkulasi
pulmonal dan sistemik. Jantung memiliki katup-katup yang memisahkan tiap
ruangan dalam jantung dan ruangan jantung dengan pembuluh darah. Atrium dan
ventrikel kanan dipisahkan oleh katup atrioventrikular, yang disebut katup
trikuspidalis, sedangkan katup yang memisahkan antara atrium dan ventrikel kiri
disebut katup mitralis, yang mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke
5
atrium selama kontraksi ventrikel (fase sistolik).
Sementara itu, katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan paru-paru melalui arteri
pulmonalis adalah katup semilunar pulmonum yang berbentuk setengah bulan
berfungsi mencegah mengalir kembalinya darah dari arteri pulmonalis ke
ventrikel kanan, katup ini memiliki tiga titik semilunar, sedangkan katup yang
menghubungkan antara ventrikel kiri dengan aorta disebut dengan katup
semilunar aorta yang berfungsi mencegah darah mengalir kembali dari aorta ke
ventrikel kiri, katup ini pun memiliki tiga titik semilunar juga.
Sistem perangsangan dan konduksi listrik jantung yang mengatur konduksi
listrik jantung seperti yang terlihat pada Gambar 6 antara lain: SA node (nodus
sinoatrial) impuls perangsangan ritmis yang normal dicetuskan, kemudian menuju
ke jalur internodus yang menjalarkan impuls dari nodus sinus menuju ke nodus
AV node (nodus atrioventrikular), impuls dari atrium mengalami perlambatan
sebelum masuk ke ventrikel. His bundle (serabut His) akan membawa impuls
yang berasal dari atrium ke ventrikel, dan berkas serabut Purkinje kiri dan kanan
yang membawa impuls-impuls jantung ke seluruh bagian ventrikel.
Sistem
konduksi jantung ini berfungsi untuk membangkitkan impuls-impuls yang
menyebabkan
timbulnya
kontraksi
ritmis
otot
jantung,
dan
untuk
mengkonduksikan impuls dengan cepat ke seluruh jantung (Cunningham 2002).
Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada permulaan sebuah
denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya. Siklus jantung
terdiri atas satu periode relaksasi otot jantung yang disebut diastol, dan satu
periode pengisian jantung dengan darah yang diikuti oleh satu periode kontraksi
otot jantung yang disebut dengan sistol (Cunningham 2002).
Siklus jantung terdiri atas 7 fase yang dimulai dari periode sistol sampai
dengan diastol. Fase yang pertama dalam siklus jantung disebut kontraksi atrium
(atrial contraction). Pada fase yang pertama terjadi kontraksi atrium baik kanan
maupun kiri, darah yang berasal dari atrium kanan masuk ke dalam ventrikel
kanan dan darah yang berasal dari atrium kiri masuk ke dalam ventrikel kiri, pada
kondisi ini katup atrioventrikular terbuka dan katup semilunar tertutup. Setelah
darah masuk ke ventrikel, tekanan di dalam ventrikel akan meningkat. Tekanan
yang tinggi di dalam ventrikel menyebabkan tertutupnya katup atrioventrikular.
6
Penutupan katup atrioventrikular ini menghasilkan suara jantung ‘lub’ (S1). Fase
yang kedua disebut kontraksi isovolumetrik (isovolumetrik contraction),
merupakan suatu fase dimana ventrikel telah berkontraksi tetapi belum terjadi
perubahan volume darah di ventrikel baik ventrikel kanan maupun kiri. Pada
kondisi ini katup atrioventrikular dan semilunar tertutup. Tekanan yang semakin
meningkat di kedua ventrikel dan impuls listrik telah mencapai ventrikel
menyebabkan darah diejeksikan dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan
ventrikel kiri ke pembuluh aorta. Fase ketiga ini disebut juga sebagai (rapid
ejection), pada kondisi ini terjadi pembukaan katup semilunar aorta dan semilunar
pulmonalis, sedangkan katup atrioventrikular masih tertutup.
Kemudian
memasuki fase keempat yang disebut (reduced ejection), darah yang diejeksikan
dari ventrikel semakin lama semakin berkurang, pada fase ini tidak ada perubahan
kondisi katup masih sama dengan fase yang ketiga. Fase yang kelima disebut
(isovolumetrik relaxation), merupakan suatu kondisi dimana terjadi relaksasi di
ventrikel tetapi tidak terjadi perubahan volume.
Tekanan di kedua ventrikel
menurun drastis, perbedaan tekanan yang terjadi antara ruang ventrikel dengan
atrium mengakibatkan penutupan katup semilunar baik aorta maupun pulmonalis
yang akan menghasilkan suara jantung ‘dub’ (S2). Tekanan di kedua ventrikel
yang menurun drastis mengakibatkan terbukanya katup atrioventrikular.
Pembukaan katup atrioventrikular, menyebabkan terjadinya pengisian darah
secara pasif dari atrium ke ventrikel. Fase keenam ini disebut (rapid filling). Fase
yang ketujuh adalah (reduced filling), darah semakin sedikit yang berpindah ke
ventrikel. Pengisian darah secara pasif dari atrium ke ventrikel sebesar 90% dari
volume darah akibat pembukaan katup atrioventrikular. Setelah itu, fase ini akan
kembali ke fase yang pertama yaitu (atrial contraction), dimana terjadi pengisian
darah secara aktif
sebesar 10% dari volume darah akibat kontraksi atrium.
Tentang 7 fase jantung dapat dilihat pada Gambar 1.
7
Gambar1 A (aorta), RA (Right Atrial), RV (Right Ventricular), LA (Left Atrial),
LV (Left Venticular), AV(atrioventricular), PA (Pulmonary Artery).
Jantung memompa darah melalui dua sirkuit, yaitu sirkulasi sistemik dan
sirkulasi pulmonal dalam setiap denyut (Tortora 2005). Darah yang berasal dari
seluruh tubuh akan melewati dua vena besar yang disebut vena cava masuk ke
atrium kanan. Saat ventrikel kanan berelaksasi, darah yang berada di atrium
kanan mengalir menuju ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Saat ventrikel
hampir dipenuhi darah, atrium kanan akan berkontraksi mendorong darah masuk
ke dalam ventrikel kanan. Kemudian ventrikel kanan akan berkontraksi untuk
mendorong darah masuk ke dalam arteri menuju paru-paru melalui katup
semilunar pulmonum. Di dalam paru-paru, darah akan menyerap oksigen dan
ditukar dengan karbondioksida lalu darah mengalir melalui vena pulmonalis
menuju atrium kiri. Saat ventrikel kiri berelaksasi, darah dari atrium kiri mengalir
melalui katup mitral menuju ventrikel kiri. Saat ventrikel kiri hampir dipenuhi
darah, atrium kiri akan berkontraksi untuk mendorong darah masuk ke ventrikel
kiri. Ventrikel kiri kemudian akan berkontraksi untuk mendorong darah melalui
katup semilunar aorta ke dalam pembuluh aorta menuju ke seluruh tubuh. Darah
yang didistribusikan mengandung oksigen dan akan disuplai ke seluruh tubuh
kecuali paru-paru (Calvert 2007).
Echocardiography
Echocardiography adalah suatu teknik yang dapat menghasilkan gambaran
jantung melalui gelombang ultrasound yang di refleksikan atau disebut dengan
8
(echo) bersifat aman, non invasif, dan dapat membantu memberikan diagnosa
anatomik dan hemodinamik yang pasti.
Pemahaman terhadap sifat fisik dari
ultrasound penting untuk melakukan pemeriksaan echocardiography dan
menginterpretasikan hasil yang didapat (Willerson et al. 2007).
Pada prinsipnya gelombang suara berfrekuensi dihasilkan dari kristal
Piezo-electric yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer. Perubahan
bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik.
Fenomena ini disebut efek Piezo-electric. Kemudian, listrik yang dihasilkan oleh
generator diubah menjadi energi akustik, yang dipancarkan dengan arah tertentu
pada bagian tubuh. Sebagian pulse akan dipantulkan, diserap, dan sebagian lagi
akan diteruskan menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam
echo sesuai dengan jaringan yang dilaluinya. Pantulan echo yang berasal dari
jaringan-jaringan tersebut akan membentur transducer, dan kemudian diubah
menjadi pulse listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk
cahaya pada layar oscilloscope.
Oleh karena itu, bila transducer digerakkan
seolah-olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang dinginkan, dan
gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat pada layar monitor (Mannion
2006).
Transducer dengan frekuensi ultrasound yang tinggi (contoh 10MHz)
menghasilkan resolusi yang baik, tapi memiliki tingkat penetrasi yang rendah,
sebaliknya transducer dengan frekuensi ultrasound yang rendah (contoh 5MHz)
menghasilkan resolusi yang buruk tapi tingkat penetrasi yang dalam. Frekuensi
transducer yang digunakan untuk anjing ras besar berkisar antara 3.5-5.0 MHz,
sedangkan anjing ras kecil berkisar antara 5.0-7.5 MHz.
Teknik echocardiography berbeda dengan teknik abdominal. Pada teknik
echocardiography penempatan transducer hanya pada window yang terbatas di
antara tulang rusuk dan paru-paru yang berisi udara.
Keterbatasan ini
membutuhkan transducer dengan foot print yang kecil. Echocardiography juga
membutuhkan resolusi temporal
yang tinggi,
yang didapatkan dengan
menurunkan kedalaman dan meminimalkan sector angle (sector width).
Frekuensi transducer yang disarankan yaitu 8-12 MHz untuk kucing dan anjing
9
ras kecil, 4-8 MHz untuk anjing dengan bobot berkisar 5-40 kg, dan 2-4 MHz
untuk anjing besar (>40 kg).
Posisi hewan untuk pengambilan gambar jantung echocardiography
adalah berbaring parasternal (lateral recumbency). Terdapat 2 posisi berbaring
hewan untuk pengambilan gambar jantung yaitu right parasternal recumbency
(RPS) dan left parasternal recumbency (LPS).
Arah transducer untuk
mendapatkan gambar jantung dibagi menjadi 2 yaitu long axis dan short axis.
Axis sentral ventrikel kiri (left ventricle) dapat dibayangkan sebagai garis imajiner
yang memanjang antara apex dan basis jantung pada bagian tengah lumen
ventrikel kiri. Saat transducer diorientasikan pada scan plane atau sejajar garis
axis ini, didapatkan gambaran long axis. Jika scan plane tegak lurus garis axis,
didapatkan gambaran short axis (Penninck dan d’Anjou 2008).
Impedansi accoustic yang tidak sepadan dan atenuasi ultrasound oleh
rusuk dan paru-paru yang berisi udara, menyebabkan echocardiography trans
thorak terbatas untuk akses window yang relatif kecil. Ini mengelilingi jantung
pada bagian ventral thoraks kanan dan kiri, dengan kata lain di samping sternum
(parasternal). Akses tambahan dapat diperoleh dengan posisi subcostal
(subxiphoid),
pengambilan gambaran jantung melalui hati dan
caudal
mediastinum, sudut pandang terbatas melalui arcus aorta bisa diperoleh melalui
lekukan thoraks (posisi transducer suprasternal) (Penninck dan d’Anjou 2008).
Standar dalam pencitraan echocardiography, menurut (Penninck dan
d’Anjou 2008) ada 4, yaitu:
1. Right Parasternal View (RPS)
Ruangan jantung yang terlihat dengan jelas dengan pencitraan ini dan dapat
dilakukan pengukuran adalah ruang bagian kiri jantung adalah ventrikel kiri (left
ventricle). Untuk pencitraan yang cocok dengan perhitungan left ventricle (LV)
transducer diposisikan pada ruang intercostal sehingga berkas pusat dari
transducer tegak lurus pada left ventricle (LV) long axis pada ujung leaflet katup
mitral. Citra long axis didapatkan dengan memutar transducer 900 searah jarum
jam dengan orientasi short axis, sehingga bagian tengah left ventricle (LV) berada
di dalam scan plane menghasilkan citra empat ruang jantung. Dari sudut ini,
pemutaran searah jarum jam dan sedikit angulasi akan memperlihatkan left
10
ventricle (LV) outflow tract dan aorta. Citra short axis didapatkan dengan
memutarkan transducer sehingga potongan melintang left ventricle (LV).
2. Left Apical View (LAp)
Pencitraan left apical position (LAp) terbaik didapatkan dengan posisi
pasien berbaring ke kiri (left lateral recumbency), dengan transducer diposisikan
pada bagian kiri ventral thorak dari arah bawah. Hasil pencitraan bagian apical
jantung yang sebenarnya didapat saat transducer diposisikan pada caudal dan
ventral intercostal, mendekati posisi subcostal. Transducer diarahkan ke cranial
sehingga pusat berkas ultrasound mengarah ke basis jantung sepanjang bagian
tengah axis left ventricle (LV). Sudut transducer ke cranial dari posisi LAp
empat ruang jantung, membawa aorta masuk ke dalam scan plane dan
memungkinkan visualisasi katup semilunar aorta. Scan plane ini memberikan
citra apical five chamber dan cocok untuk perhitungan kecepatan aliran darah
aorta. Dari sudut apical four chamber, transducer diputar 900 searah jarum jam
menghasilkan apical two chamber termasuk atrium dan ventrikel kiri.
3. Left Parasternal View (LPS)
Sudut pandang Left parasternal (LPS) pada jantung, didapatkan dengan
pasien berada dalam posisi berbaring ke kiri. Transducer diposisikan ke arah
cranial jantung, pada ruang intercostal keempat sampai kelima dan kira-kira pada
pertemuan costal-chondral dengan arah dorsoventral. Ketika scan plane paralel
dengan aorta ascendens, pemutaran tranducer akan memberikan potongan
longitudinal dari struktur tersebut. Bagian dari ventrikel dan atrium kiri, katup
mitral, dan right ventricular (RV) outflow tract dapat terlihat pada posisi ini.
Sudut ini terutama sekali berguna untuk evaluasi tumor basis jantung dan right
ventricular (RV) outflow tract.
4. Subcostal dan Suprasternal View
Sudut pandang suprasternal memerlukan posisi transducer pada lekukan
thorak dengan scan plane yang berorientasi sejajar dengan sumbu sagital pasien.
Sudut pandang ini sangat baik untuk pencitraan arcus aorta dan berguna untuk
11
penghitungan insufisiensi pembuluh aorta. Sudut pandang subcostal didapatkan
dengan pasien pada posisi lateral recumbency, dengan menempatkan transducer
pada processus xiphoideus dan menekannya ke abdomen sekaligus mengarahkan
transducer hampir secara langsung ke cranial.
Doppler Echocardiography
Doppler echocardiography didasarkan pada hukum Doppler terutama
digunakan untuk menentukan kecepatan dan arah aliran darah. Melalui aliran
darah dapat diketahui kecepatan sel darah merah.
Mekanisme kerja Doppler
echocardiography adalah mengubah frekuensi gelombang suara (echo) yang
terjadi ketika gelombang suara (echo) tersebut dipantulkan kembali dari target
yang bergerak (red blood cells). Kecepatan aliran sel darah merah dapat dengan
tepat di ukur melalui frekuensi gelombang suara yang dipantulkan (Penninck dan
d’Anjou 2008).
Pencitraan pulse wave Doppler echocardiography menggunakan single
crystal atau single transducer. Melalui pulse wave Doppler echocardiography,
waktu perjalanan kembali ultrasound pulse dapat digunakan untuk menentukan
kedalaman jaringan pada darah dimana kecepatan aliran darah tersebut berada
selain itu PWD memberikan pengukuran yang akurat mengenai aliran darah pada
suatu area yang spesifik dan dapat mendeteksi kecepatan serta arah aliran darah.
Kelemahan menggunakan pencitraan pulse wave Doppler echocardiography
adalah timbulnya ambiguitas dalam pengukuran kecepatan.
Ditemukannya
kecepatan lain dapat menimbulkan suatu kesalahan dalam interpretasi (miss
interpretation) dari kecepatan yang sebenarnya. Pada continuous wave Doppler
(CWD)
echocardiography
menggunakan
double
crystal
(dual-element
transducer) yang terdiri atas transmitting element dan receiving element di kepala
transducer tepatnya terletak di sisi-sisi samping kepala transducer seperti yang
terlihat pada Gambar 2, di satu sisi berfungsi untuk mengirimkan echo
(transmitting beam)dan sisi berikutnya berfungsi untuk menerima echo pulse
(receiving beam). Pada CWD transducer mengirimkan dan menerima echo secara
kontinu dari seluruh tingkat kedalaman dalam suatu area, maka echo akan
mencapai transducer secara simultan. Walaupun CWD dapat menentukan arah
12
aliran darah tetapi CWD tidak dapat membedakan tingkat kedalaman jaringan.
CWD memiliki fungsi yang terbatas, tetapi secara klinis CWD berfungsi untuk
mengetahui aliran darah pada pembuluh darah perifer. Selain itu CWD juga baik
untuk mengetahui kecepatan aliran darah yang rendah dalam pembuluh darah
(Penninck dan d’Anjou 2008).
Gambar 2
(A)
(B)
(A) Transducer pulsed wave Doppler echocardiography dan (B)
Transducer continuous wave Doppler echocardiography.
(Nicolaides Kypros et al. 2002).
Kecepatan aliran pada katup semilunar aorta direkam melalui posisi
transducer subcostal atau left apical scanning (LAp) untuk penghitungan
kecepatan Seperti yang terlihat pada Gambar 3. Kecepatan aliran pada katup
mitral dan trikuspidalis pada gambar (4a) dan (4b) direkam dari posisi left apical
scanning (LAp) terlihat 2 puncak gelombang kecepatan yaitu E peak atau Va dan
Apeak atau Ve. Pada Gambar 5 menyajikan perbandingan kecepatan aliran darah di
katup mitralis pada saat puncak gelombang Epeak atau Va dengan Apeak atau Ve.
Perekaman pulse wave Doppler didapatkan dengan menempatkan Doppler sampel
volume dekat dengan ujung-ujung pembukaan leaflet mitralis dan trikuspidalis
untuk mendapatkan kecepatan maksimum (Penninck dan d’Anjou 2008).
13
Gambar 3. Hasil scan pulsed wave Doppler dan EKG anjing normal: (A)
Ditujukan untuk katup Ao (Posisi transducer LAp), (B) Ditujukan
untuk Pulmonum (Posisi transducer RPS), (C) Ditujukan untuk katup
mitralis (Posisi transducer LAp), dan (D) Ditujukan untuk katup
trikuspidalis (Posisi transducer LAp) (Penninck D  d’Anjou 2008).
Gambar (4a). Hasil scan puncak kecepatan gelombang aliran darah katup mitralis
pada pengamatan dengan pulsed wave Doppler echocardiography.
Sumbu Y untuk kecepatan, sumbu X untuk waktu. Epeak = Va =
pengisian awal (early filling), Apeak = Ve = kontraksi atrium (atrial
contraction) (Penninck D  d’Anjou 2008).
14
Gambar (4b). Hasil scan puncak kecepatan gelombang aliran darah katup
trikuspidalis pada pengamatan dengan pulsed wave Doppler
echocardiography. Sumbu Y untuk kecepatan, sumbu X untuk
waktu. Epeak = Va = pengisian awal (early filling), Apeak = Ve =
kontraksi atrium (atrial contraction) (Penninck D d’Anjou
2008).
Gambar 5.
Pengukuran VTI katup mitralis menggunakan pulsed wave Doppler
echocardiography (Penninck D d’Anjou 2008).
Electrocardiography (ECG)
Electrocardiography
didefinisikan
sebagai
ilmu
yang
mempelajari
perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltase yang terdapat dalam
jantung, sedangkan electrocardiogram adalah grafik yang merekam perubahan
potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Dalam EKG perlu
diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari SA Node, AV
Node, bundle His dan serabut Purkinje (Birchard  Shedding 2000).
Electrocardiogram adalah alat yang sangat umum digunakan untuk mendiagnosis
disfungsi elektris jantung. Pada banyak aplikasi, dua atau lebih elektroda metal
diaplikasikan pada permukaan kulit, dan voltase yang terekam oleh elektroda akan
terlihat dalam layar atau tergambar di atas kertas (Cunningham 2002). Kegunaan
EKG antara lain adalah untuk mengetahui adanya kelainan pada irama dan otot
15
jantung, mengetahui efek obat-obat jantung, mendeteksi gangguan elektrolit dan
perikarditis serta memperkirakan adanya pembesaran jantung (Birchard 
Shedding 2000).
Pada alat EKG (Fukuda M-E Cardisuny D300) terdapat 4 elektroda dengan
warna yang berbeda, yaitu merah (RA/R) untuk kaki depan kanan, kuning (LA/L)
untuk kaki depan kiri, hijau (LF/F) kaki belakang kiri dan hitam (RF/N) kaki
belakang kanan. Pemasangan elektroda pada anjing adalah di kulit daerah siku
pada setiap kaki (Cunningham 2002), sehingga diperlukan pencukuran pada
daerah tersebut.
Dari keempat elektroda tersebut dihasilkan limb leads yang
dikelompokkan menjadi 2 sadapan menurut asal sinyal yang dihasilkan
elektrodanya, yaitu sadapan bipolar (sadapan standar) dan ditandai dengan angka
romawi I, II, III, dan sadapan unipolar ekstremitas (augmented extremity lead)
yang ditandai dengan simbol aVR (augmented vector right), aVL (augmented
vector left) dan aVF (augmented vector foot).
Keenam limb leads tersebut dibagi dalam kelompok sadapan klinis dimana
masing-masing sadapan merekam aktivitas elektris jantung pada perspektif yang
berbeda.
Sadapan ini berkaitan dengan daerah anatomis jantung untuk
kepentingan pemeriksaan fisik, contohnya adalah pada acute coronary ischemia.
Kelompok sadapan klinis terdiri dari kelompok sadapan inferior yang melihat
aktivitas elektris pada daerah inferior jantung (permukaan yang berbatasan dengan
diafragma), yaitu sadapan II, III dan aVF, serta kelompok sadapan lateral yang
melihat aktivitas elektris jantung yang menguntungkan pada dinding lateral
ventrikel kiri, yaitu sadapan I dan aVL. Sadapan aVR menunjukkan bagian dalam
dinding endokardium ke arah permukaan atrium kanan dan memberikan
perspektif yang tidak spesifik untuk ventrikel kiri sehingga sering diabaikan pada
pembacaan (Cunningham 2002).
Electrocardiography memberikan waktu dari kejadian elektris pada jantung.
Hasil perekaman EKG berupa defleksi voltase yang disebabkan oleh adanya
depolarisasi atrial dan ventrikel, serta repolarisasi ventrikel.
Gelombang P
menggambarkan aktivitas depolarisasi atria, arah gelombang ini selalu positif di II
dan selalu negatif di aVR. Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama dari
kompleks QRS, menggambarkan awal dari fase depolarisasi ventrikel,
16
kepentingan dari gelombang ini adalah untuk mendeteksi adanya infark myocard.
Gelombang
R
adalah
defleksi
positif
pertama
dari
kompleks
QRS,
menggambarkan fase depolarisasi ventrikel. Gelombang S adalah defleksi negatif
setelah gelombang R, menggambarkan fase depolarisasi akhir ventrikel.
Gelombang T menggambarkan fase repolarisasi ventrikel (Cunningham 2002).
(A)
(B)
Gambar 6(A). Terdapat 4 ‘pace maker’ jantung yaitu SA node, AV node, bundle
His, dan serabut Purkinje. (B) Electrocardiogram normal anjing
terdiri atas: sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS, dan
sebuah gelombang T. (Pratanu, Sunoto 2000).
Konsep Tekanan Gradient
Agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah atau di dalam katup
jantung, dibutuhkan suatu kekuatan (gaya) yang dapat mendorong darah. Gaya
tersebut dapat berasal dari perbedaan tekanan darah (P1-P2) di dalam pembuluh
darah atau di dalam katup. Pada setiap tekanan gradient darah yang diberikan
(∆P), laju aliran darah ditentukan oleh tahanan (R) pembuluh darah terhadap
aliran darah tersebut.
Menurut persamaan Poiseuille, ada 3 faktor yang menentukan tahanan (R)
aliran darah dalam pembuluh darah antara lain diameter pembuluh darah, panjang
pembuluh darah, dan viskositas darah. Dari ketiga faktor tersebut, baik secara
kuantitatif maupun fisiologi faktor terpenting yang mempengaruhi tahanan
pembuluh darah adalah diameter pembuluh darah. Selanjutnya, bila sedikit saja
terjadi perubahan pada diameter pembuluh darah maka akan menimbulkan
perubahan yang besar pada tahanan (R), sedangkan panjang pembuluh darah tidak
17
berubah secara signifikan, dan viskositas darah berada pada kisaran yang normal
(kecuali bila hematokritnya berubah).
Persamaan Poiseuille:
Tahanan (R) pembuluh darah berbanding terbalik dengan jari-jari pangkat 4
(r4) pembuluh darah.
Pada katup jantung, tidak menggunakan jari-jari untuk
mengukur tahanan pembuluh darah karena pembukaan katup tidak melingkar.
Untuk mengukur tahanan (R) pada katup menggunakan persamaan (1/A2), dimana
A= π.r2. Gradient tekanan darah dapat dilihat sebagai kekuatan (gaya) dorong
aliran darah (F), dimana F=∆P/R.
Bila terjadi penurunan aliran darah dapat
disebabkan oleh penurunan ∆P (perbedaan tekanan darah) atau peningkatan R
(tahanan pembuluh darah). Hubungan F dengan persamaan Poiseuille :
Jari-jari pembuluh darah
Jari-jari pembukaan katup
Persamaan di atas jelas memperlihatkan pengaruh diameter pembuluh darah
terhadap tahanan atau resistensi dan aliran darah dalam pembuluh darah untuk
memahami bagaimana fisiologi dan patologis (misalnya, stenosis vascular)
(Klabunde RE 2009).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bagian Bedah dan Radiologi
Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan yaitu dimulai bulan
Juni hingga Juli 2009.
Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah alat USG (Sonoscape SSI-1000), convex
scanner transduser tipe small footprint dengan frekuensi 3.7-5 MHz, tempat
berbaring hewan khusus pemeriksaan echocardiography, alat EKG (Fukuda M-E
Cardisuny D300), termometer, stetoskop, alat cukur dan kamera digital yang
digunakan untuk mendokumentasikan alat dan hewan coba.
Bahan Penelitian
Hewan yang diamati pada penelitian ini adalah 8 ekor anjing kampung
dewasa yang terdiri dari 3 ekor jantan dan 5 ekor betina. Anjing yang digunakan
memiliki kisaran umur 2-5 tahun dan berat badan rata-rata 12.5 kg, dimana setelah
dilakukan pemeriksaan fisik dan electrocardiography menunjukkan kondisi
jantung yang baik. Gel yang digunakan sebagai bahan media dalam penghantaran
terbuat dari bahan polimer, humectants, air, parfum, dan pengawet yang tidak
memberikan efek negatif pada hewan coba.
A
B
Gambar 7A. Alat USG (Sonoscape SSI-1000) dan B. Tempat berbaring hewan
khusus pemeriksaan echocardiography.
19
Gambar 8A. Convex scanner transducer small footprint dengan gel dan B. Alat
EKG (Fukuda M-E Cardisuny D300).
Metode Penelitian
Pemeriksaan fisik. Anjing yang akan diperiksa diistirahatkan terlebih dahulu
sampai tenang, kemudian dihitung umur melalui gigi, kecepatan pulsus dan
respirasi, serta auskultasi suara jantung dengan menggunakan stetoskop.
A
B
.
Gambar 9A. Pemeriksaan suhu tubuh anjing, dan B. Pemeriksaan frekuensi
denyut jantung, ritme, dan suara jantung.
Pemeriksaan electrocardiography. Anjing terlebih dahulu dicukur pada bagian
persendian antara os humerus dan os radius-ulna dan persendian antara os femur
dan os tibia-fibula, masing-masing dilakukan pada kaki kanan dan kiri. Setelah
anjing dibaringkan dengan posisi left lateral recumbency, pada kulit di bagian
yang telah dicukur dipasangkan elektroda. Elektroda merah untuk kaki depan
kanan, elektroda kuning untuk kaki depan kiri, elektroda hitam untuk kaki
belakang kanan dan elektroda hijau untuk kaki belakang kiri. Kemudian
pemeriksaan dimulai dan hasil rekam jantung didapat.
20
A
Gambar 10. Pemeriksaan electrocardiography anjing kampung.
Gambar 11. Contoh hasil scan electrocardiogram jantung pada anjing kampung
normal.
Pengambilan gambar, anjing yang telah dipastikan memiliki jantung normal
melalui pemeriksaan fisik dan EKG, kemudian diperiksa menggunakan
echocardiography.
Daerah orientasi terlebih dahulu ditentukan sebelum
pemeriksaan dan dilakukan pencukuran rambut agar didapatkan gambaran
ultrasound yang lebih baik. Hewan diperiksa tanpa menggunakan sedatikum dan
anastetikum. Pengambilan gambar dilakukan dengan posisi hewan right lateral
recumbency. Pengukuran pulsed wave Doppler echocardiography dengan arah
transducer left apical scanning views (LAps) di katup mitralis dan trikuspidalis
(Penninck dan d’Anjou 2008). Posisi dan sudut yang dibentuk oleh transducer
dipertahankan kurang dari 60º (Mannion 2006).
Interpretasi bentukan yang
terdeteksi dilakukan saat itu juga (real time). Sonogram disimpan dalam bentuk
21
gambar digital dan bentuk video pada alat USG dan hewan didokumentasikan
menggunakan kamera digital.
A
B
Gambar 12A. Anjing dibaringkan di atas tempat berbaring khusus pemeriksaan
echocardiography dan B. Penempatan transducer untuk
pengambilan gambar.
Small foot print
Doppler scan line
Gambar 13. Hasil scan pulse wave Doppler echocardiography.
Pemeriksaan echocardiography menampilkan gambar terbaik dengan
transducer sector atau curvilinear, dan dilengkapi dengan teknologi phased array.
Transducer yang digunakan adalah transducer yang memiliki ‘small footprint’
seperti yang terlihat pada Gambar 13. Ukuran footprint untuk anjing ras kecil
<15-20 mm dan < 25 mm untuk anjing ras besar.
22
LV
RV
MV
RA
LA
Gambar 14. Cara pengambilan di katup mitralis (Left Apical Scanning Views)
PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus
familiaris).
Gambar 14a. Gambaran katup trikuspidalis left apical scanning four chamber
view, RA= Right Atrium, RV= Right Ventrikel, LA= Left Atrium,
LV= Left Ventrikel, TV= Tricuspid Valves (Yuil and
O'Grady1989).
23
RV
LV
LA
TV
RA
Gambar 15. Cara pengambilan di katup trikuspidalis left apical scanning views
PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus
familiaris).
Gambar 15a. Gambaran katup trikuspidalis left apical scanning four chamber
view, RA= Right Atrium, RV= Right Ventrikel, LA= Left Atrium,
LV= Left Ventrikel, TV= Tricuspid Valves (Yuil and O'Grady
1989).
Interpretasi sonogram, karakteristik aliran pada katup mitralis dan
trikuspidalis pada anjing kampung normal yang diukur melalui pulsed wave
Doppler echocardiography mengunakan alat USG (Sonoscape SSI-1000). Tujuh
parameter yang diamati adalah debar jantung (HR), velocity annulus (Va), velocity
ejection (Ve), velocity time integral (VTI), mean pressure gradient (MPG),
pulsatility index (PI), dan systole/diastole (S/D). Pengukuran 7 parameter PWD
echocardiography secara umum dilakukan dengan menempatkan Doppler scan
line (garis berwarna hijau) dan Doppler sample volume (kotak kecil yang terletak
24
di pertengahan garis hijau yang diletakkan tepat di antara kedua katup yang
terbuka) seperti yang terlihat di Gambar14 dan 15. Setelah itu dapat diatur untuk
dihentikan sementara waktu lalu dilakukan pengamatan dan pengukuran
parameter debar jantung/HR, Velocity annulus/Va, Velocity ejection/Ve, Velocity
Time Integral/VTI, Mean Pressure Gradient/MPG, Pulsatility Index/PI, dan
Systole/Diastole (S/D). Parameter Va dalam electrocardiography (ECG), terjadi
setelah akhir gelombang T sedangkan, velocity ejection terjadi saat fase kontraksi
atrium yang digambarkan sebagai gelombang P (depolarisasi atrium) saat periode
diastole. Parameter VTI dihitung dengan membandingkan nilai Va/Ve,
perhitungannya dimulai dari area base line sampai dengan puncak gelombang Va
dan Ve. Perhitungan parameter selanjutnya yaitu mean pressure gradient (MPG)
yang dapat dihitung dengan mencari nilai rata-rata dari tekanan gradient (4 ×
(maximum velocity)2) (Sonoscape SSI-1000 2008). Parameter PI dapat dihitung
dengan mencari selisih antara kecepatan puncak sistolik ke kecepatan akhir
diastolik selama 1 siklus jantung dibagi dengan kecepatan rata-rata gelombang
tersebut terhadap waktu. Parameter terakhir yaitu systole/diastole (S/D) yang
dihitung melalui membagi nilai systole dengan nilai diastole. Interpretasi
bentukan yang terdeteksi dilakukan saat itu juga (real time). Sonogram disimpan
dalam bentuk gambar digital dan bentuk video pada alat USG.
Proses
pengambilan seperti terlihat pada Gambar (14 dan 14a), (15 dan 15a) serta contoh
hasil pengukuran PWD echocardiography terlihat pada Gambar 16.
25
Gambar 16. Hasil scan perhitungan aliran darah melalui katup mitralis
dengan PWD echocardiography anjing kampung normal.
Analisis data, data yang telah diperoleh dari pulsed wave Doppler diolah
dengan menggunakan statistika deskriptif pada selang kepercayaan 95%. Melalui
3 hipotesa yaitu (H0: T<=M, H1: T>M), (H0: T
betina),
dan (H0:M
Jantan<=M
BetinaH1:
M
jantan
Jantan>M
<= T
Betina).
betina
H1: T
jantan
>T
Kemudian hipotesa
dianalisis dengan uji t satu arah. Bila hipotesa (H0) diterima pada taraf nyata 0,05
(P>0,05) maka karakteristik aliran darah pada katup mitralis lebih tinggi daripada
katup trikuspidalis bagitu juga anjing betina memiliki karakteristik aliran darah
yang lebih tinggi daripada anjing dengan jenis kelamin jantan baik di katup mitralis
dan trikuspidalis (keterangan T=trikuspidalis, M=mitralis).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik aliran darah di katup
atrioventrikular
(mitralis dan
trikuspidalis) di anjing kampung (Canis lupus familiaris) tersusun atas 2 puncak
gelombang sesuai dengan yang terlihat pada Gambar 17. Puncak gelombang yang
pertama lebih tinggi daripada puncak gelombang yang ke dua. Puncak gelombang
yang pertama disebut Epeak atau Va yang terjadi akibat pengisian darah secara
pasif dari atrium ke ventrikel. Kemudian, puncak gelombang kedua disebut Apeak
atau Ve yang terjadi akibat pengisian darah secara aktif dari kontraksi atrium.
E
A
Gambar 17. Karakteristik aliran darah pada katup atioventrikular di anjing
kampung (Canis lupus familiaris) normal .
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari
setiap anjing yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Nama
Jenis
Umur
Kelamin (tahun)
BB (Kg)
Suhu (C0 )
Debar
Jantung
(kali/menit)
4.5
10.6
38.3
88
3.5
13.1
39.5
120
3.0
13.2
38.5
120
3.0
11.0
39.5
72
3.5
11.2
38.9
84
2.5
13.2
38.5
80
3.0
13.2
38.8
108
3.5
14.1
38.3
112
3.31±0.59 12.45±1.30 38.78±0.48 98±19.12
Husky
♂
Mario
♂
Babydoll ♂
Casey
♀
Sofie
♀
Bellani
♀
Jasmine
♀
Sorrow
♀
Rataan±
SD
Nilai
Referensi
* Sumber : Birchard & Sherding (2000).
38-39*
60-120*
Napas
(kali/menit)
16
24
20
20
24
36
28
16
23±6.67
16-20*
27
Dilihat dari hasil pemeriksaan fisik, pada semua anjing tidak ada yang
menunjukkan adanya kelainan. Begitu pula dengan suara jantung yang
didengarkan dengan menggunakan stetoskop, tidak ditemukan adanya kelainan.
Kemudian, setiap anjing yang akan diperiksa dengan USG diperiksa terlebih
dahulu dengan EKG untuk mengetahui keadaan listrik jantungnya.
Parameter pengukuran hasil pemeriksaan PWD echocardiography di katup
trikuspidalis dan mitralis ini antara lain: debar jantung (kali/menit), Va (cm/s), Ve
(cm/s), VTI (cm/s), MPG (mmHg), PI(cm/s), dan S/D.
Tabel 2.
Hasil pengukuran debar Jantung (kali/menit) dengan PWD
echocardiography. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD.
Katup Mitralis
Jantan
Betina
Semua Anjing
Katup Trikuspidalis
90±20
98±32
70-110
66-130
112±32
104±22
79-145
82-126
104±20
84-124
101±13
88-114
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang
kepercayaan 95%.
28
Gambar 18. Histogram nilai rataan debar jantung di katup mitralis dan
trikuspidalis PWD echocardiography normal anjing kampung
(Canis lupus familiaris).
Debar jantung adalah ukuran untuk menyatakan kecepatan denyut jantung
yang dibutuhkan untuk 1 siklus jantung selama 60 detik (60/waktu 1 siklus
jantung), yang dinyatakan dalam jumlah denyut per menit (beats per minutes bpm) (Sonoscape,SSI 1000 2008). Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi
pada permulaan sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung
berikutnya. Debar jantung dapat juga diperoleh dari electrocardiography (ECG)
dengan menghitung jumlah gelombang R selama satu menit (Cunningham 2002).
Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography semua anjing di katup
mitralis dan trikuspidalis menunjukkan hasil bahwa katup mitralis memiliki debar
jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan katup trikuspidalis (P>0,05) dengan
nilai rataan 104±20 kali/menit. Seperti yang terlihat pada Gambar 18 pengukuran
nilai debar katup mitralis dan trikuspidalis, menunjukkan anjing dengan jenis
kelamin betina memiliki nilai debar jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan anjing jenis kelamin jantan 112±32 kali/menit (mitralis) dan 104±22
kali/menit (trikuspidalis) (P>0,05). Anjing dewasa memiliki debar jantung sekitar
70-160 bpm sedangkan untuk anak anjing (puppies) memiliki debar jantung
sampai dengan 220 bpm (Nelson RW  Couto CG 2008). Faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan nilai debar jantung yang bersifat fisiologis antara lain
karena adanya pengaruh sistem saraf otonom, saraf vagus, dan volume darah
yang kembali ke jantung (venous return) (Schwartz Pj  Priori SG 1990). Debar
jantung dan ritme jantung berada di bawah
pengaruh sistem saraf otonom.
29
Sistem saraf otonom mempengaruhi debar jantung melalui stimulasi sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis mempengaruhi debar jantung
melalui media pelepasan epinephrine dan norepinephrine. Aktivasi b-adrenergic
receptor dihasilkan dalam fosforilasi protein membran dengan mediasi cyclic
AMP.
Hasil akhirnya adalah percepatan depolarisasi diastolik yang semula
lambat. Stimulasi saraf simpatis dapat meningkatkan debar jantung, kecepatan
konduksi,
kontraktilitas,
dan
iritabilitas.
Sistem
saraf
parasimpatis
mempengaruhi debar jantung melalui media pelepasan acetylcholine oleh
postganglionic parasympathetic neurons. Acetylcholine akan menginervasi sel-sel
sinoatrial dan atrioventrikular node melalui muscarinic acetylcholine receptor
sehingga sel-sel sinoatrial dan atrioventrikular node akan memberikan respon
dengan menaikkan konduktansi K+ dalam membran sel. Aktivasi muscarinic
acetylcholine receptor memberikan efek yang berlawanan dengan aktivasi β1adrenergic receptor. Stimulasi saraf vagus memberikan efek yang sebaliknya
yaitu menurunkan debar jantung, kecepatan konduksi, kontraktilitas, dan
iritabilitas. Kesetimbangan diantara kedua bagian sistem saraf otonomik yang
saling berlawanan akan menghasilkan nilai heart rate normal (Schwartz PJ 
Priori SG 1990). Selain itu, perubahan nilai heart rate juga dipengaruhi oleh
pengaturan intrinsik pemompaan jantung dalam menanggapi perubahan volume
darah yang kembali ke jantung (venous return), sesuai dengan mekanisme FrankStarling yaitu semakin besar otot jantung yang diregangkan selama periode
pengisian, semakin besar kekuatan kontraksi dan semakin besar pula jumlah darah
yang dipompakan ke dalam aorta. Atau dapat pula dinyatakan sebagai berikut
dalam batas-batas fisiologis, jantung akan memompa semua darah yang masuk
tanpa membiarkan adanya bendungan darah yang berlebihan di dalam vena
(Cunningham 2002).
30
Tabel 3. Hasil pengukuran Va (cm/s) dengan PWD echocardiography. Nilai
dinyatakan sebagai rataan ± SD
Jantan
Betina
Semua Anjing
Katup Mitralis
Katup Trikuspidalis
97,83±19,82
90,52±21,66
78,01-117,65
68,86-112,18
115,70±19,12
93,79±11,72
96,58-134,82
82,07-105,51
109,0±13
92,56±7,26
96-122
85,3-99,82
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang
kepercayaan 95%.
Gambar 19. Histogram nilai rataan (Va) di katup mitralis dan trikuspidalis PWD
echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris).
Velocity Annulus (Va) atau Epeak merupakan suatu parameter pengukuran
kecepatan aliran darah yang mengalir secara pasif (early rapid filling) dari atrium
ke ventrikel karena terbukanya katup atrioventrikular (Mannion 2006). Pengisian
darah secara pasif dari atrium ke ventrikel sebesar 90% dari volume darah akibat
31
pembukaan katup atrioventrikular. Pada saat Epeak (pengisian awal), ventrikel
berada dalam keadaan diastole yang kemudian tekanan intraventrikel perlahanlahan akan mulai meningkat. Untuk hewan muda biasanya pada fase ini akan
terdengar suara jantung (S3), namun untuk hewan dewasa bila suara jantung S3
terdengar mengindisikan terjadinya kegagalan ventrikel pada saat sistole akibat
dilatasi
ventrikel.
electrocardiography
Epeak
terjadi
(ECG).
setelah
Berdasarkan
akhir
hasil
gelombang
T
dalam
pemeriksaan
PWD
echocardiography pada semua anjing di katup mitralis dan trikuspidalis
menunjukkan hasil bahwa katup mitralis memiliki Va atau E peak yang lebih tinggi
dari pada katup trikuspidalis 109,0±13cm/s (P>0,05). Menurut Stepien et al.
(1998), perluasan ruang ventrikel kiri berhubungan dengan peningkatan volume
darah yang secara sekunder terjadi akibat kerja otot skeletal yang meningkat.
Kecepatan puncak (peak velocity) biasanya normal lebih tinggi di katup mitral
(Va≤ 0,9-1,0 m/sec, dan Ve≤ 0,6-0,7 m/sec), daripada di katup trikuspidalis (Va≤
0,8-0,9 m/sec, dan Ve≤ 0,5-0,6 m/sec) pada anjing ras (Nelson RW  Couto CG
2008). Anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai Va atau Epeak yang
lebih
tinggi
bila
dibandingkan
115,70±19,12cm/s (mitralis)
dengan
dan sebesar
anjing
jenis
kelamin
jantan
93,79±11,72cm/s (trikuspidalis)
(P>0,05).
Tabel 4. Hasil pengukuran Ve (cm/s) dengan PWD echocardiography. Nilai
dinyatakan sebagai rataan ± SD
Jantan
Betina
Semua Anjing
Katup Mitralis
Katup Trikuspidalis
0,39±0,08
0,36±0,08
0,31-0,47
0,28-0,44
0,45±0,08
0,37±0,05
0,37-0,53
0,32-0,42
0,42±0,03
0,36±0,01
0,39-0,45
0,35-0,37
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang
kepercayaan 95%.
32
Gambar 20. Histogram nilai rataan (Ve) di katup mitralis dan trikuspidalis PWD
echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris).
Velocity ejection (Ve) atau A
peak
merupakan suatu parameter pengukuran
kecepatan aliran darah yang mengalir secara aktif berasal dari kekuatan kontraksi
atrium (Mannion 2006). Saat Apeak, ventrikel berada di akhir periode diastole.
Terjadi pengisian darah secara aktif
sebesar 10% dari volume darah akibat
kontraksi atrium. Pada saat kontraksi atrium, tekanan di dalam atrium perlahanlahan akan meningkat, lalu darah akan mengalir melalui katup atrioventrikular.
Apeak digambarkan
sebagai
gelombang
P
(depolarisasi
atrium)
dalam
electrocardiography (ECG). Atrium memiliki fungsi utama sebagai pompa primer
yang lemah, yang membantu mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel.
Proses depolarisasi dalam atrium dimulai dari SA node, impuls menyebar ke
semua jurusan dalam atrium, lalu perlahan lahan tekanan di dalam atrium
meningkat kemudian diikuti oleh kontraksi atrium. Berdasarkan hasil pemeriksaan
PWD echocardiography pada semua anjing kampung menunjukkan hasil bahwa
katup mitralis memiliki nilai Ve atau Apeak yang lebih tinggi daripada katup
33
trikuspidalis 0,42±0,03cm/s. Kecepatan puncak (peak velocity) yang tinggi di
ventrikel kiri sangat dipengaruhi oleh nilai Left Ventricular Wall at end-diastolic
(LVWd). Nilai rata-rata dari pengukuran anjing kampung menunjukkan nilai
LVWd 7.50 ± 1.03 mm (Devi 2009). Pengukuran nilai Ve atau Apeak di katup
mitralis dan trikuspidalis menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina
memiliki nilai Ve atau Apeak yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan
0,45±0,08 cm/s (mitralis) dan 0,37±0,05 cm/s (trikuspidalis) (P>0,05).
Tabel 5. Hasil pengukuran VTI (cm) dengan PWD echocardiography. Nilai
dinyatakan sebagai rataan ± SD
Jantan
Betina
Semua Anjing
Katup Mitralis
Katup Trikuspidalis
3,9±3,13
3,87±1,86
0,77-7,03
2,01-5,73
7,6±4,03
4,53±2,55
3,57-11,63
1,98-7,08
5,75±2,19
4,75±0,27
3,56-7,94
4,48-5,02
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) dengan selang
kepercayaan 95%
Gambar 21. Histogram nilai rataan VTI di katup mitralis dan trikuspidalis
PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris).
34
Velocity Time Integral (VTI) merupakan suatu area planimeter yang terletak
di bawah kurva kecepatan yang menunjukkan korelasi antara kecepatan terhadap
waktu atau disebut juga sebagai stroke lenght, dan memiliki satuan centimeter
(cm), perhitungannya dimulai dari area base line sampai dengan puncak
gelombang Va atau Epeak dan Ve atau Apeak yang dipengaruhi oleh AT
(Acceleration Time) dan DT (Deceleration Time) (Penninck D  d’Anjou 2008).
Pengukuran VTI berfungsi untuk memperkirakan jumlah relatif darah yang masuk
pada saat pengisian ventrikel (Penninck D  d’Anjou 2008). Berdasarkan hasil
pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing kampung nilai VTI di
katup mitralis lebih tinggi daripada katup trikuspidalis 5,75±2,19 cm. Anjing
dengan jenis kelamin betina memiliki nilai VTI yang lebih tinggi daripada anjing
jenis kelamin jantan 7,6±4,03 cm (mitralis) dan 4,53±2,55 cm (trikuspidalis)
(P>0,05). Kecepatan aliran darah yang memasuki ventrikel (VTI) sangat yang
dipengaruhi oleh energi kinetik aliran darah.
Hasil kerja tambahan dari tiap
ventrikel (terutama ventrikel kiri) yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi
kinetik aliran darah hanya kira-kira 1% dari seluruh hasil kerja ventrikel. Pada
kondisi yang abnormal tertentu, darah dapat mengalir dengan kecepatan yang
besar melalui katup yang mengalami penyempitan (Cunningham 2002).
Tabel 6. Hasil pengukuran MPG (mmHg) dengan PWD echocardiography. Nilai
dinyatakan sebagai rataan ± SD
Katup Mitralis
Katup Trikuspidalis
0,03±0,017
0,01±0,004
0,013-0,047
0,006-0,014
Betina
0,05±0,03
0,02±0,017
0,02-0,08
0,003-0,037
Semua Anjing
0,04±0,01
0,015±0,005
0,03-0,05
0,01-0,02
Jantan
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) dengan selang
kepercayaan 95%.
35
Gambar 22. Histogram nilai rataan MPG di katup trikuspidalis dan mitralis PWD
echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris).
Agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah atau di dalam katup
jantung, dibutuhkan suatu kekuatan (gaya) yang dapat mendorong darah. Gaya
tersebut dapat berasal dari perbedaan tekanan darah (P1-P2) / tekanan gradient di
dalam pembuluh darah atau di dalam katup (Klabunde RE 2009).
Mean
pressure gradient (MPG) berfungsi untuk mengukur obstruksi yang terjadi pada
katup dan perubahan tekanan darah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD
echocardiography pada semua anjing kampung menunjukkan hasil bahwa katup
mitralis memiliki nilai MPG yang lebih tinggi dari pada katup trikuspidalis
0,04±0,01mmHg (P>0,05).
Pengukuran nilai MPG di katup mitralis dan
trikuspidalis, menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai
MPG yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan 0,05±0,03mmHg
(mitralis) dan 0,02±0,017 (trikuspidalis) (P>0,05). Pengukuran nilai MPG ini,
dipengaruhi oleh nilai E point to septal separation.
Pada anjing jantan
36
didapatkan nilai sebesar 3.87 ± 0.49 mm dan pada anjing betina nilainya 2.55 ±
0.41 mm, terdapat perbedaan yang nyata dari kedua nilai tersebut (P<0.01).
Tabel 7. Hasil pengukuran PI (cm/s) dengan PWD echocardiography. Nilai
dinyatakan sebagai rataan ± SD
Katup Mitralis
Katup Trikuspidalis
Jantan
12,83±3,10
11,32±9,93
9,73-15,93
1,39-21,25
Betina
13,26±5,71
11,46±9,22
7,55-18,97
2,24-20,68
Semua Anjing
13,10±2,97
11,39±0,83
10,13-16-07
10,56-12,22
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang
kepercayaan 95%.
Gambar 23. Histogram nilai rataan PI di katup mitralis dan trikuspidalis
PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus
familiaris).
Pulsatility index merupakan suatu
index parameter dalam pulsed wave
untuk mengukur tahanan pembuluh darah. Fungsi pulsatility index adalah untuk
37
mengevaluasi penyakit peripheral vascular dan kegagalan transplantasi ginjal
akut pada manusia (Petersen et al.1997).
Pulsatility index dihitung melalui
mencari selisih antara kecepatan puncak sistolik ke kecepatan akhir diastolic
selama 1 siklus jantung dibagi dengan kecepatan rata-rata gelombang tersebut
terhadap waktu. Pulsatility Index dihitung dengan rumus:
PI = (A(cm/sec)-B(cm/sec) ) / Time-averaged peak velocity (cm/sec)
dimana, A adalah kecepatan dalam (cm/sec) saat puncak systole (PSV) dalam
spektrum gelombang, B adalah kecepatan dalam (cm/sec) saat akhir diastole
(EDV) dalam spektrum gelombang, dan TApeak (Time-Averaged peak adalah
kecepatan rata-rata gelombang tersebut terhadap waktu (Sonoscape, SSI 1000
2008).
A
cm/sec
B
Gambar 21. (A) Peak Sistolic Velocity/PSV (B) End Diastolic Velocity/EDV.
Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing
kampung menunjukkan hasil bahwa katup mitralis memiliki nilai PI yang lebih
tinggi dari pada katup trikuspidalis 13,10±2,97cm/s (P>0,05). Pengukuran nilai
PI di katup mitralis dan trikuspidalis, menunjukkan anjing dengan jenis kelamin
betina memiliki nilai PI yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan
13,26±5,71cm/s (mitralis) dan 11,46±9,22cm/s (trikuspidalis) (P>0,05). Faktorfaktor yang mempengaruhi parameter PI antara lain, EDV (End Diastolic
Velocity), PSV (Peak Sistolic Velocity), dan RI (Resistive Index). End diastolic
velocity (EDV) merupakan kecepatan maksimum aliran darah di akhir periode
diastole, sedangkan peak sistolic velocity (PSV) adalah kecepatan maksimum saat
38
puncak periode sistol. Selain itu, faktor yang mempengaruhi PI adalah resistive
index/RI. RI merupakan index kecepatan gelombang aliran darah arteri.
Parameter RI digunakan untuk menghitung kecepatan aliran darah dimana tidak
ada aliran balik darah dalam arteri. Peningkatan gelombang PI mengindikasikan
terjadinya peningkatan tahanan pembuluh darah atau vascular resistance yang
sering tedeteksi di awal penolakan transplantasi ginjal akut pada manusia
(Petersen LJ et al.1997).
Tabel 8. Hasil pengukuran Systole/Diastole dengan PWD echocardiography. Nilai
dinyatakan sebagai rataan ± SD
Katup Mitralis
Jantan
Betina
Semua Anjing
Katup Trikuspidalis
250,67±2,86
250,3±1,42
247,81-253,53
248,88-251,72
252
251,8±0,56
0
250,24-252,36
251,5±0,77
251,2± 0,74
250,73-252,27
250,46-251,94
Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang
kepercayaan 95%.
39
Gambar 22. Histogram nilai rataan (S/D) di katup mitralis dan trikuspidalis
PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus
familiaris).
Diastole adalah suatu periode relaksasi otot jantung, sedangkan satu periode
pengisian jantung dengan darah yang diikuti oleh satu periode kontraksi otot
jantung yang disebut dengan systole (Cunningham 2002). Debar jantung yang
pertama merupakan suara menutupnya katup mitral dan trikuspidalis.
Debar
jantung yang kedua merupakan suara menutupnya katup aortik dan pulmonar
(Colville

Bassert
2002).
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan
PWD
echocardiography pada semua anjing kampung menunjukkan hasil bahwa katup
mitralis memiliki nilai S/D yang lebih tinggi daripada katup trikuspidalis (P>0,05)
251,5±0,77. Pengukuran nilai S/D di katup mitralis dan trikuspisdalis,
menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai S/D yang lebih
tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan 252±0 (mitralis) dan 251,8±0,56
(trikuspidalis) (P>0,05). Rasio S/D di katup mitralis lebih tinggi dari pada di
katup trikuspidalis dapat dihubungkan dengan fungsi ventrikel kiri yang bertugas
memompa darah ke seluruh tubuh. Selain itu menurut (Evans 1993), ventrikel kiri
memilki karakteristik dinding otot yang tebal, dan 2 musculus papillaris yang
besar.
Dinding otot ventrikel kiri 3-4 kali lebih tebal daripada dinding otot
ventrikel kanan. Fraksi pemendekan adalah persen perubahan pada dimensi
ventrikel kiri dari fase diastole ke fase systole (Nelson  Couto 2008). Menurut
(Cornell et al. 2004), FS digunakan secara luas sebagai indikator fungsi sistolik
ventrikel kiri.
Pengukuran parameter normal S/D berguna untuk mengetahui
40
kekuatan kontraktilitas otot jantung yang dihubungkan dengan penyakit jantung
atau hipovolemia.
Karakteristik aliran darah di katup atrioventrikular pada ketujuh parameter
yang diamati menunjukkan bahwa anjing dengan jenis kelamin betina memiliki
nilai yang lebih tinggi daripada anjing berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan
oleh faktor hormonal.
estrogen.
Hormon kelamin betina yang mempengaruhi adalah
Esterogen merupakan hormon steroid yang terdiri dari tiga bentuk
yaitu: 17-β estradiol, estron, dan estriol.
Estrogen memiliki kemiripan sifat
dengan hormon-hormon adrenokorteks (Syarif et al. 2007).
Stimulasi dan
pelepasan hormon estrogenik tersebut akan menyebabkan peningkatan konsentrasi
ion natrium di dalam cairan ekstraselular. Potensial aksi depolarisasi pada otot
jantung terjadi bila ion positif (Na) dari ekstraselular
masuk ke intraselular,
peningkatan konsentrasi ion natrium menimbulkan pembukaan gerbang saluran
cepat untuk natrium (Fast Voltage gated Na Chanel) sehingga akan
meningkatkan kontraktilitas otot dan listrik jantung (Cunningham 2002).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Karakteristik aliran darah di katup atrioventrikular (mitralis dan trikuspidalis)
pada anjing kampung (Canis lupus familiaris) tersusun atas 2 puncak
gelombang. Puncak gelombang yang pertama lebih tinggi daripada puncak
gelombang yang ke dua. Puncak gelombang yang pertama disebut Epeak atau
Va dan yang kedua disebut A peak atau Ve.
2. Karakteristik aliran darah pada normal anjing kampung (Canis lupus
familiaris) menggunakan PWD echocardiography di katup mitralis lebih
tinggi daripada katup trikuspidalis (P>0,05).
3. Anjing dengan jenis kelamin betina memiliki karakteristik aliran darah yang
lebih tinggi dari pada anjing dengan jenis kelamin jantan (P>0,05) baik di
katup mitralis maupun trikuspidalis di tujuh parameter yang diamati.
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut
mengenai continuous wave echocardiography di anjing kampung ataupun anjing
lokal Indonesia, untuk memperkaya dan melengkapi data-data fisiologis pada
jantung, serta meningkatan keterampilan yang lebih baik dalam interpretasi dan
perhitungan hasil echocardiography.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Anjing.
April 2009]
[terhubung berkala].http//:www.anjingkita.com [19
Birchard SJ, Sherding RG. 2000. Saunders Manual of Small Animal Practice. 2
nd
ed. USA: WB Saunders Company. Hal.13.
Calvert CA. 2007. Heart and Blood Vessel Disorders. Di dalam: Kahn CM,
editor. The Merck/Merial Manual for Pet Health. USA: Merck & Co, Inc.
Hal. 371-375.
Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary
Technicians. USA: Mosby, Inc. Hal. 164-181.
Cornell CC et al. 2004. Allometric scalling of m-mode variables in normal adult
dogs. Journal of Veterinary Internal Medicine. 18:311-321.
Cote E. 2005. Echocardiography: common pitfalls and practical solutions.
Clinical Techniques in Small Animal Practice. 20: 156-163.
Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. USA: Saunders.
Hal. 166-172; 180-182.
Devi P. 2009. Nilai Referensi Motion mode Echocardiography pada Anjing
Kampung Normal (Canis lupus familiaris). [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Kedokteran Hewan.
Donald J.Brown, David H.Knight, Robert R King. 1991. Use of pulsed wave
Doppler echocardiography to determine aortic and pulmonary velocity and
flow variables in clinically normal dogs. American Journal Veterinary Res.
52: 543-550.
Evans, Howard E. 1993. Anatomy of The Dog. Philadelphia: W.B. Saunders.
Hal: 593-595.
Fox, SI. 2004. Human Physiology. 8th Ed. USA: MCGraw-Hill. Hal. 353-355;
31-384.
Kerry ES, et al. 2008. Pulsed-wave Doppler tissue imaging velocities in normal
geriatric cats and geriatric cats with primary or systemic diseases linked to
specific cardiomyopathy in human, and the influence of age and heart rate
upon these velocities. Journal of Feline Medicine and Surgery. 11: 293304.
Katja H, Claudio B, Oriol D, Jens H, Danitza P, Clarence K. 2007. Contrast
echocardiography in boxer dogs with and without aortic stenosis. Journal
of Veterinary Cardiology. 9: 15-24.
Kayar A, Gonul R, Or ME, Uysal A. 2006. M-mode echocardiographic
parameters and indices in the normal german shepherd dog. Veterinary
Radiology & Ultrasound. 47: 482-486.
44
Petersen LJ et al. 1997. The pulsatility index and the resistive index in renal
arteries associations with long-term progression in chronic renal
failure.[Artikel];12;1376-1380 .
Nyland TG, Mattoon JS. 2002. Small Animal Diagnostic Ultrasound.
Philadelphia: WB Saunders Company. Hal. 365-369.
Nelson RW, Couto CG. 2008. Small Animal Internal Medicine. 2nd ed. USA:
Mosby Inc. Hal. 34-42.
Mannion P. 2006. Diagnostic Ultrasound in small animal practice. United
Kingdom: Blackwell Publishing. Hal.1-19,188.
Patteson M. 2002. Equine Cardiology. USA: Blackwell Publishing.
Penninck D, d’Anjou MA. 2008. Atlas of Small Animal Ultrasonography. Ed ke1. Iowa: Blackwell Publishing. Hal. 151-160; 170-174.
Pratanu S. 2000. Kursus Elektrokardiografi. Surabaya: Karya Pembina Swajaya.
Klabunde
R.
2009.
Cardiovascular
http//:www.cvphysiology.com/textbook.
Physiological
Concept.
Sanjaya W, Soerianata S. 2001. Peranan faktor-faktor hemodinamik dan non
hemodinamik dalam mekanisme patogenik hipertrofi ventrikel kiri. Cermin
Dunia Kedokteran. No. 143: 1.
Sayer A. 1994. The Complete Dog. UK: Multimedia Books Limited. Hal. 5053.
Schaer M. 2008. Clinical Signs in Animal Medicine. UK: Manson Publishing.
Hal. 62-63.
Schille S, Skrodzki M. 1999. M-mode echocardiographic reference value in cats
in the first three months of life. Veterinary Radiology and Ultrasound. 40:
491-500.
Schwartz PJ, Priori SG. 1990. Sympathetic nervous system and cardiac
arrhythmias. In: Zipes DP, Jalife J, eds. Cardiac Electrophysiology. From
Cell to Bedside. Philadelphia: W.B. Saunder: 330–43.
Syarif A et al. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed-5. Jakarta: UI-Press
Stepien RL, Hinchcliff KW, Constable PD, Olson J. 1998. Effect of endurance
training on cardiac morphology in alaskan sled dogs. Journal of Applied
Physiology. 85(4):1368-1375.
Supriadi HR. 2004. Studi Identifikasi Golongan Darah Anjing Kampung (Canis
familiaris) dengan Metode Antibodi Monoklonal Shigeta [skripsi]. Bogor:
Fakultas Kedokteran Hewan Bogor, Institut Pertanian Bogor.
Tortora GJ. 2005. Principles of Human Anatomy. Ed ke-10. USA: John Wiley
and Sons, Inc. Hal. 586.
Widjaja S. 1990. EKG Praktis. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal. 10-29.
Willerson T, Cohn JN, Wellens HJJ, Holmes DR, editor. 2007. Cardiovascular
Medicine. 3rd ed. USA: Springer. Hal. 93.
45
Yuil O’grady. 1989. Doppler-derived velocity of blood flow across the cardiac
valves in the normal dog.Can J Vet Res 1991; 55: 185-192
LAMPIRAN
HASIL ANALISIS STATISTIK STUDENT T-TEST
Katup Mitralis:
(H0:M Jantan<=M BetinaH1: M Jantan>M Betina)
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina Debar Jantung (HR). Twosample T for Jantan vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 90,00 8,37 4,8
Betina 5 112,4 26,3
12
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -22,4000
95% lower bound for difference: -48,0383
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,76 P-Value = 0,931 DF = 5
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (Va). Two-sample T for Jantan
vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 90,52 8,72
5,0
Betina 5 93,79 9,44
4,2
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -3,26867
95% lower bound for difference: -17,27525
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,50 P-Value = 0,678 DF = 4
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (Ve). Two-sample T for Jantan
vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 0,3611 0,0347 0,020
Betina 5 0,3747 0,0385 0,017
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -0,013556
95% lower bound for difference: -0,069856
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,51 P-Value = 0,683 DF = 4
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (VTI). Two-sample T for
Jantan vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 3,867 0,757 0,44
Betina 5 4,53 2,06 0,92
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -0,658667
95% lower bound for difference: -2,716336
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,65 P-Value = 0,726 DF = 5
47
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (PI). Two-sample T for Jantan
vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 12,83 3,10 0,62
Betina 5 13,26 5,71 3,7
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: 1,97956
95% lower bound for difference: -6,10067
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 0,52 P-Value = 0,315 DF = 4
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (MPG). Two-sample T for
Jantan vs Betina
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 0,01444 0,00192 0,0011
Betina 5 0,0240 0,0138 0,0062
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -0,009556
95% lower bound for difference: -0,022947
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,52 P-Value = 0,899 DF = 4
Katup Trikuspidalis:
(H0: T jantan <= T betina H1: T jantan > T betina)
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina Debar Jantung (HR). Two
sample T for Jantan vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 98,0 13,0
7,5
Betina 5 103,7 17,5 7,8
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -5,66667
95% lower bound for difference: -27,57046
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,52 P-Value = 0,688 DF = 5
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (Va). Two-sample T for Jantan
vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 97,83 7,98 4,6
Betina 5 115,7 15,4 6,9
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -17,9042
95% lower bound for difference: -34,6377
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,16 P-Value = 0,958 DF = 5
48
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (Ve). Two-sample T for Jantan
vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 0,3900 0,0346 0,020
Betina 5 0,4513 0,0647 0,029
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -0,061333
95% lower bound for difference: -0,132246
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,74 P-Value = 0,929 DF = 5
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (VTI). Two-sample T for
Jantan vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 3,90 1,26 0,73
Betina 5 7,60 3,25
1,5
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -3,69756
95% lower bound for difference: -6,97110
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,28 P-Value = 0,964 DF = 5
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (MPG). Two-sample T for
Jantan vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 0,03111 0,00694 0,0040
Betina 5 0,0500 0,0276 0,012
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: -0,018889
95% lower bound for difference: -0,046543
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,46 P-Value = 0,890 DF = 4
Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (S/D). Two-sample T for
Jantan vs Betina:
N Mean StDev SE Mean
Jantan 3 250,3 0,192 0,11
Betina 5 251,8 1,42
0,80
Difference = mu (Jantan) - mu (Betina)
Estimate for difference: 1,08889
95% lower bound for difference: -0,63296
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 1,35 P-Value = 0,124 DF = 4
49
Antara Katup Mitralis dan Trikuspidalis:
(H0: T<=M, H1: T>M)
Two-Sample T-Test and CI: trikuspidalis; mitralis Debar Jantung (HR).
Two-sample T for trikuspidalis vs mitralis:
N Mean StDev SE Mean
trikuspidalis 8 101,5 15,3 5,4
mitralis
8 104,0 23,5
8,3
Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis)
Estimate for difference: -2,45833
95% lower bound for difference: -20,09062
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,25 P-Value = 0,596 DF = 12
Two-Sample T-Test and CI: trikuspidalis; mitralis (Va). Two-sample T for
trikuspidalis vs Mitralis:
N Mean StDev SE Mean
trikuspidalis 8 92,56 8,69 3,1
mitralis
8 109,0 15,5
5,5
Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis)
Estimate for difference: -16,4650
95% lower bound for difference: -27,7507
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,62 P-Value = 0,988 DF = 11
Two-Sample T-Test and CI: Trikuspidalis; Mitralis (Ve). Two-sample T
for Trikuspidalis vs Mitralis:
N Mean StDev SE Mean
trikuspidalis 8 0,3696 0,0352 0,012
mitralis
8 0,4283 0,0612 0,022
Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis)
Estimate for difference: -0,058750
95% lower bound for difference: -0,103582
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,35 P-Value = 0,981 DF = 11
Two-Sample T-Test and CI: Trikuspidalis; Mitralis (VTI). Two-sample T
for Trikuspidalis vs Mitralis:
N Mean StDev SE Mean
Trikuspidalis 8 4,28 1,65 0,58
Mitralis
8 6,21 3,18 1,1
Difference = mu (Trikuspidalis) - mu (Mitralis)
Estimate for difference: -1,93042
95% lower bound for difference: -4,22803
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,52 P-Value = 0,921 DF = 10
50
Two-Sample T-Test and CI: trikuspidalis; mitralis (MPG). Two-sample T
for trikuspidalis vs mitralis:
N Mean StDev SE Mean
trikuspidalis 8 0,0204 0,0116 0,0041
mitralis
8 0,0429 0,0233 0,0082
Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis)
Estimate for difference: -0,022500
95% lower bound for difference: -0,039197
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,44 P-Value = 0,983 DF = 10
Two-Sample T-Test and CI: trikuspidalis; mitralis (PI). Two-sample T for
trikuspidalis vs mitralis:
N Mean StDev SE Mean
trikuspidalis 8 11,41 6,01 2,1
mitralis
8 15,27 6,43 2,3
Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis)
Estimate for difference: -3,86375
95% lower bound for difference: -9,37423
T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,24 P-Value = 0,882 DF = 13
Download