KARAKTERISTIK ALIRAN DARAH KATUP ATRIOVENTRIKULAR DINILAI DENGAN PULSED WAVE DOPPLER ECHOCARDIOGRAPHY DI ANJING KAMPUNG NORMAL (Canis lupus familiaris) MARINA WIJAYANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Karakteristik Aliran Darah Katup Atrio-ventrikular Dinilai dengan Pulsed Wave Doppler Echocardiography di Anjing Kampung Normal (Canis lupus familiaris) adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2010 Marina Wijayanti NIM B04060679 ABSTRAK MARINAWIJAYANTI. Karakteristik Aliran Darah Katup Atrio-ventrikular Dinilai dengan Pulsed Wave Doppler Echocardiography di Anjing Kampung Normal (Canis lupus familiaris). Dibimbing oleh DENI NOVIANA. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik aliran darah pada katup mitralis dan trikuspidalis pada anjing normal menggunakan pulse wave Doppler (PWD) echocardiography. Penelitian dilakukan pada 8 ekor anjing dewasa yang terdiri dari 3 ekor anjing jantan dan 5 ekor anjing betina dengan rata-rata umur 3 tahun dan rata-rata berat badan 12 kg. Pemeriksaan PWD echocardiography dilakukan dalam keadaan sadar dan tidak disedasi dengan posisi hewan right lateral recumbency setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan fisik dan electrocardiography. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat USG (Sonoscape SSI-1000), convex scanner transducer tipe small foot print dengan frekuensi 3.7-5.0 MHz. Tujuh parameter yang diamati adalah debar jantung/HR, Velocity annulus/Va, Velocity ejection/Ve, Velocity Time Integral/VTI, Mean Pressure Gradient/MPG, Pulsatility Index/PI, dan Systole/Diastole (S/D). Secara umum diperoleh karaterisktik aliran katup mitralis lebih tinggi dari pada katup trikuspidalis (P>0,05) di tujuh parameter yang diamati. Sementara itu, anjing dengan jenis kelamin betina memiliki karakteristik aliran darah yang lebih tinggi dari pada anjing dengan jenis kelamin jantan (P>0,05). Kata kunci: aliran darah, mitralis, trikuspidalis, pulse wave Doppler (PWD). ABSTRACT MARINAWIJAYANTI. Blood Flow Characteristics on Atrio-ventricular Valve as Assessed by Pulsed Wave Doppler Echocardiography in Normal Mongrel Indonesian Dog. Supervised by DENI NOVIANA. The purpose of this study is to determine blood flow characteristics at the atrio-ventricular valve i.e. mitral and tricuspid valves in normal mongrel Indonesian dog using transthoracic pulsed wave Doppler (PWD) echocardiography. The study was conducted in eight adult dogs consisting of three males and five females with an average age of 3.5 years, and average weight 12 kg. Transthoracic PWD echocardiography examination were performed on dogs in a conscious state/unsedated and the animal's position in right lateral recumbency. The instrument used is an ultrasound device (Sonoscape SSI-1000) and convex type transducer with small footprint scanner of 3.7-5.0 MHz frequency. Seven parameters of PWD measured were heart rate/HR, velocity annulus/Va, velocity ejection/Ve, velocity time integral/VTI, mean pressure gradient/MPG, pulsatility index/PI, and ratio systole-diastole or S/D. Based on the measurement of seven parameters in both atrio-ventricular valves showed that in general the blood flow characteristics values of the mitral valve were higher than tricuspid valves (P> 0.05). While the female dogs have a higher value when compared with male dog (P>0.05). Keywords: blood flow,mitralis, tricuspidalis, pulsed wave Doppler (PWD). ©Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB KARAKTERISTIK ALIRAN DARAH KATUP ATRIOVENTRIKULAR DINILAI DENGAN PULSED WAVE DOPPLER ECHOCARDIOGRAPHY DI ANJING KAMPUNG NORMAL (Canis lupus familiaris) MARINA WIJAYANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul penelitian Nama NIM : Karakteristik Aliran Darah Katup Atrio-Ventrikular Dinilai dengan Pulsed wave Doppler Echocardiography di Anjing Kampung Normal (Canis lupus familiaris). : Marina Wijayanti : B04060679 Disetujui Drh.Deni Noviana Ph.D. Ketua Diketahui Dr. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Tanggal Lulus: PRAKATA Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Karakteristik Aliran Darah Pada Katup Atrio-Ventrikular Dinilai Dengan Pulsed Wave Doppler Echocardiography di Anjing Kampung Normal (Canis lupus familiaris). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Proses penelitian dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan rasa tulus dan hormat, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu dan Bapak tercinta selaku orang tua penulis, atas doa, kasih sayang, motivasi, nasehat, dan dorongan yang tidak henti-hentinya kepada penulis. 2. Drh. Deni Noviana, Ph.D., selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan pemikiran yang sangat berguna bagi penulis selama proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, Drh.Rr Soesatyoratih selaku moderator dalam seminar saya, Drh.R.Putratama Agus Lelanan, MSp.Ph.D atas kesedianaannya menjadi dosen penilai dalam seminar saya, serta Prof. Dr.Drh.Agik Suprayogik,MSc dan Drh. Risa Tiuria, MS,Ph.D atas kesediaannya menjadi dosen dalam sidang saya. 3. Dr. Drh. Ita Djuwita, Mphil selaku dosen pembimbing akademik atas motivasi dan bimbingan dalam kegiatan akademik penulis. 4. Teman-teman sepenelitian (Uni fitri, Kak defi, Teh nono, Adi, Iir) atas semangat kerjasama, keceriaan, dan bantuan selama penelitian. 5. Mbak tercinta Amien Nur Wijayanti S.Pd dan Drh.Sunarto,Msi atas kasih sayang, perhatian, dan dukungan moril dalam penyelesaian skripsi. 6. Dosen bagian bedah dan radiology atas ilmunya (Drh.Fakhrul Ulum, dan Drh. Riki Siswandi) yang telah memberikan bantuannya. 7. Sahabat-sahabat (Uni Fitri Alham, Unita pratiwi, Zuhra Taufika, Putri Indah Ningtyas, Fiona Safitri Kalyana, Yevi Nurvirli, Wahdana MFS, Khairun nissa, Binol, Bowo, D’ kur, Edo, Uut, Rizqi) atas bantuan moril dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Yuli (TIN), Vivi (Statistika), Putri (ILKOM), Dian (TIN), Pipit (AGH) dan bu Kos wisma pelangi (Teh Wida sekeluarga) atas kebersamaan dan kekeluargaan selama ini. 9. Teman-teman Aesculapius FKH 43 terima kasih atas persahabatan, kerjasama yang telah kita lalui. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak dan Civitas Akademika Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari segala sesuatu tidak ada yang sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Juli 2010 Marina Wijayanti RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Marina Wijayanti, dilahirkan di Karanganyar Surakarta pada tanggal 01 Oktober 1988. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari Ayah yang bernama Ali Parmanto dan Ibu yang bernama Sutarmi S,Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Pertiwi IV Kecamatan Kebakkramat Karanganyar pada tahun 1994. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar pada tahun 1994-2000 di SDN 1 Sroyo Jaten Karanganyar. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat pertama di SMP N 1 Kebakkramat pada tahun 2003. Pada tahun 2003-2004, penulis menempuh pendidikan tingkat atas di SMA N 1 Karanganyar. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMA N 1 Karanganyar pada tahun 2006. Penulis diterima pada tahun yang sama di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan. Penulis pernah menjadi, Asisten Praktikum Anatomi Topografi (2009), Anggota Himpunan Minat Profesi Ruminansia (2007-2009), Penanggung Jawab mata kuliah Radiology angkatan 43 FKH IPB pada tahun (2008) dan Asisten Praktikum mata kuliah Radiology (2010). DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi PENDAHULUAN ....................................................................................... Latar Belakang ................................................................................... Tujuan ................................................................................................ Manfaat .............................................................................................. 1 2 3 3 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. Sistem kardiovaskular ........................................................................ Echocardiography .............................................................................. Doppler echocardiography ................................................................ Electrocardiography .......................................................................... Konsep Tekanan Gradient ................................................................. 4 4 7 11 14 16 BAHAN DAN METODE ........................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ Bahan dan Alat ................................................................................... Metode ............................................................................................... Interpretasi sonogram ......................................................................... Analisis Data ...................................................................................... 18 18 19 20 23 25 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 26 41 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN ................................................................................................ 42 45 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Siklus Jantung ..................................................................................... 2 Perbedaan PWD echocardiography dan CWD echocardiography .... 3 Hasil rekaman PWD dan EKG anjing normal di 4 katup jantung ...... 7 12 13 4 Hasil rekaman Va dan Ve PWD echocardiography anjing normal di katup mitralis ...................................................................................... 14 5 Hasil rekaman Va dan Ve PWD echocardiography anjing normal di katup trikuspidalis ............................................................................... 14 6 Pengukuran VTI PWD echocardiography anjing normal di katup mitralis ................................................................................................ 14 7 Sistem konduktivitas listrik jantung dan electrocardiogram .............. 16 8 Alat USG dan tempat berbaring hewan khusus pemeriksaan echocardiography ............................................................................... 18 9 Convex scanner transducer small foot print dengan gel dan alat EKG.. 19 10 Pemeriksaan fisik anjing kampung meliputi suhu badan, frekuensi napas, dan frekuensi debar jantung ..................................................... 19 11 Pemeriksaan menggunakan electrocardiography pada anjing kampung .............................................................................................. 20 12 Anjing yang dibaringkan dan penempatan transducer dan hasil scan pulse wave Doppler 21 echocardiograph………………………………… 13 Posisi pengambilan gambar LAps echocardiography pada anjing kampung di katup mitralis .................................................................. 22 14 Posisi pengambilan gambar LAps echocardiography pada anjing kampung di katup trikuspidalis ........................................................... 23 15 Contoh rekam hasil perhitungan aliran darah di katup mitralis 16 Karakteristik aliran darah di katup atrioventrikular .......................... 25 26 17 Histogram nilai rataan debar jantung di katup mitralis dan trikuspidalis ......................................................................................... 28 xiii 18 Histogram nilai rataan Va atau Epeak di katup mitralis dan trikuspidalis ......................................................................................... 30 19 Histogram nilai rataan Ve atau Apeak di katup mitralis dan trikuspidalis ......................................................................................... 32 20 Histogram nilai rataan VTI di katup mitralis dan trikuspidalis ......... 21 Histogram nilai rataan MPG di katup mitralis dan trikuspidalis ........ 34 35 22 Histogram nilai rataan PI di katup mitralis dan trikuspidalis ........... 38 23 Histogram nilai rataan S/D di katup mitralis dan trikuspidalis ........... 38 xiv DAFTAR TABEL Halaman 1 Hasil pemeriksaan fisik pada anjing ................................................... 25 2 Hasil pengukuran debar jantung ......................................................... 26 3 Hasil pengukuran Va atau Epeak .......................................................... 28 4 Hasil pengukuran Ve atau Apeak .......................................................... 30 5 Hasil pengukuran VTI ........................................................................ 32 6 Hasil pengukuran MPG ...................................................................... 33 7 Hasil pengukuran PI ............................................................................ 35 8 Hasil pengukuran S/D ......................................................................... 38 xv DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Analisa t-test ....................................................................................... 46 xvi PENDAHULUAN Latar Belakang Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15000 tahun yang lalu atau mungkin sudah 1000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik. Anjing pertama kali didomestikasi di Asia Timur dan telah berkembang menjadi berbagai ras dan ukuran. Istilah anjing mengacu pada anjing hasil domestikasi Canis lupus subsp. familiaris. Taksonomi anjing menurut Linnaeus (1978): Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Mammalia Ordo : Canidae Genus : Canis Spesies : Canis lupus Subspesies : Canis lupus subsp. familiaris Anjing kampung adalah anjing yang telah lama diketahui keberadaannya tetapi galur keturunannya tidak dijaga (Boedhihartono dalam Supriadi 2004). Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan, dan tingkah laku dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lain. Sebagian besar anjing masih mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan dari serigala. Anjing adalah hewan pemangsa dan hewan pemakan bangkai, memiliki gigi tajam, dan rahang yang kuat untuk menyerang, menggigit, dan mencabik-cabik makanan. Ciri khas dari moyang serigala masih bertahan pada anjing, walaupun penangkaran secara selektif telah berhasil mengubah bentuk fisik berbagai jenis anjing ras. Anjing memiliki otot yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu, sistem kardiovaskular yang mendukung ketahanan fisik serta kecepatan berlari, dan gigi untuk menangkap dan mencabik mangsa. Bila dibandingkan dengan struktur tulang kaki manusia, secara teknis anjing berjalan berjingkat dengan jari-jari kaki (Anonim 2009). 2 Anjing bisa mendengar suara berfrekuensi rendah 16-20Hz, sedangkan manusia hanya mendengar frekuensi 20-70 Hz, dan untuk suara berfrekuensi tinggi anjing bisa mendengar frekuensi 70-100 kHz, sedangkan manusia hanya mendengar frekuensi 13-20 kHz. Selain itu, anjing bisa menggerak-gerakkan daun telinga agar cepat bisa menentukan lokasi sumber suara yang sebenarnya. Lebih dari 18 otot pada daun telinga memungkinkan anjing memiringkan, memutar, menidurkan, atau menegakkan daun telinga. Anjing mampu menentukan sumber suara lebih cepat dari manusia, sekaligus bisa mendengar suara yang sumbernya empat kali lebih jauh yang dapat didengar manusia. Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing sangat mirip dengan konsep manusia tentang cinta dan persahabatan. Anjing rentan terhadap berbagai penyakit, mulai yang ringan hingga yang berbahaya. Beberapa penyakit jantung dapat menyerang anjing di usia muda (puppies) maupun dewasa (adult). Penyakit jantung berpotensi letal jika tidak diobati, dan membutuhkan diagnosa yang dini melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, radiography thorak, dilanjutkan dengan electrocardiography, dan echocardiography. Radiography thoraks adalah metode terbaik dalam perhitungan ukuran dan bentuk silhouette jantung begitu juga untuk mengevaluasi arteri pulmonalis dan pembuluh darah besar, struktur, dan opasitas paru-paru, serta ruang pleura. Pemeriksaan arsitektur internal dan fungsi jantung dengan radiography, hanya mungkin dilakukan melalui prosedur kontras yang invasive. Menurut (Willerson et al. 2007) echocardiography merupakan metode yang aman, non-invasif, dan tersedia dimana-mana yang memberikan diagnosa anatomik dan hemodinamik yang pasti. Pemahaman terhadap sifat fisik dari ultrasound penting untuk melakukan pemeriksaan echocardiography dan menginterpretasikan hasil yang didapat. Nilai echocardiography anjing normal sangat diperlukan untuk perbandingan dan evaluasi pada anjing yang dicurigai mengidap penyakit jantung. Beberapa nilai echocardiography normal untuk anjing berdasarkan pengelompokan ras dan ukuran tubuh telah dipublikasi (Cornell et al. 2004, Katja et al. 2007, Kayar et al. 2006). Namun kisaran acuan yang didapatkan dari beberapa anjing tersebut sangat spesifik untuk ras tersebut 3 dan dapat menimbulkan ketidakakuratan pada saat diaplikasikan pada anjing ras yang lain (Kayar et al. 2006). Diagnosis kini telah dilengkapi dengan M-mode dan Doppler echocardiography. Salah satu prinsip penggunaan M-mode echocardiography adalah untuk mengetahui dimensi short axis jantung dan dapat diketahui melalui penempatan transducer pada lokasi yang spesifik sesuai dengan letak anatomi jantung (Penninck dan d’Anjou 2008). M-mode memungkinkan untuk mendapatkan ukuran yang akurat dari kontraktilitas, ukuran ruang sistolik dan diastolik, dan ketebalan dinding jantung, sebaik pengukuran pada penyimpangan valvular dalam bentuk 2 dimensi (Penninck dan d’Anjou 2008). Menurut (Kerry et al. 2008) teknik pencitraan Doppler ultrasound telah dikembangkan sebagai salah satu teknik pemeriksaan echocardiography di hewan untuk mengetahui aliran darah di arteri dan vena di setiap bagian tubuh baik secara lokal maupun regional yang bersifat non-invasif. Pemeriksaan Doppler sangat membantu dalam penentuan suatu diagnosis seperti membedakan beberapa bentuk disfungsi diastolik (konstriktif, restriktif, hipertrofi, dan ischemic cardiomyopathy) dan dapat memperkirakan tekanan atrium kiri, prognosa suatu penyakit, dan respon yang terjadi dari sebuah terapi (Willerson et al. 2007). Menurut (Brown et al.1991) Doppler echocardiography lebih sensitif dan akurat dalam mendeteksi adanya regurgitasi katup (valvular regurgitation) dalam jumlah kecil daripada pemeriksaan auskultasi. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik aliran darah yang melalui katup mitralis dan trikuspidalis di anjing kampung normal menggunakan PWD echocardiography. Manfaat Melalui penelitian ini akan didapatkan parameter-parameter normal berkaitan dengan karakteristik aliran pada katup mitralis dan trikuspidalis, sehingga bermanfaat sebagai bahan referensi pemeriksaan dan diagnosis penyakit jantung pada anjing. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Kardiovaskular Jantung berada dalam rongga thorak pada bagian mediastinum. Mediastinum adalah ruang tengah yang memisahkan rongga pleura kanan dan kiri. Jantung karnivora berbentuk ovoid, dan pada anjing memanjang kira-kira dari intercostal ketiga sampai keenam. Sumbu memanjang jantung biasanya membentuk sudut 45 derajat dengan sternum. Basis jantung mengarah ke craniodorsal, dan bagian apex berada pada garis tengah pertemuan diafragma dan sternum. Basis jantung mengarah ke craniodorsal, dan bagian apex berada pada garis tengah pertemuan diafragma dan sternum. Sudut yang terbentuk dapat bervariasi sesuai konformasi thorak, jenis anjing berdada dalam memiliki sudut yang lebih besar, dan jenis yang berdada silinder memiliki sudut yang lebih kecil. Jantung dikelilingi oleh pembungkus fibroserous yang disebut perikardium. Perikardium tipis dan terbagi menjadi perikardium parietalis dan perikardium viseralis. Perikardium parietalis adalah pembungkus bagian luar, dan perikardium viseralis membungkus jantung dan membentuk epikardium. Miokardium adalah lapisan otot di antara epikardium dan endokardium, yang merupakan membran tipis yang menutupi seluruh permukaan bagian dalam jantung (Colville Bassert 2002). Jantung memiliki empat ruangan yaitu dua atrium dan dua ventrikel. Ruangan jantung terbagi menjadi bagian kanan dan kiri oleh pemisah yang dikenal sebagai septum interatria yang memisahkan atrium kanan dan kiri dan septum interventrikularis yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri. Atrium terutama berfungsi sebagai pompa primer yang lemah, yang membantu mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel. Ventrikel berfungsi sebagai penyedia tenaga utama yang dapat digunakan untuk mendorong darah ke sirkulasi pulmonal dan sistemik. Jantung memiliki katup-katup yang memisahkan tiap ruangan dalam jantung dan ruangan jantung dengan pembuluh darah. Atrium dan ventrikel kanan dipisahkan oleh katup atrioventrikular, yang disebut katup trikuspidalis, sedangkan katup yang memisahkan antara atrium dan ventrikel kiri disebut katup mitralis, yang mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke 5 atrium selama kontraksi ventrikel (fase sistolik). Sementara itu, katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan paru-paru melalui arteri pulmonalis adalah katup semilunar pulmonum yang berbentuk setengah bulan berfungsi mencegah mengalir kembalinya darah dari arteri pulmonalis ke ventrikel kanan, katup ini memiliki tiga titik semilunar, sedangkan katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan aorta disebut dengan katup semilunar aorta yang berfungsi mencegah darah mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri, katup ini pun memiliki tiga titik semilunar juga. Sistem perangsangan dan konduksi listrik jantung yang mengatur konduksi listrik jantung seperti yang terlihat pada Gambar 6 antara lain: SA node (nodus sinoatrial) impuls perangsangan ritmis yang normal dicetuskan, kemudian menuju ke jalur internodus yang menjalarkan impuls dari nodus sinus menuju ke nodus AV node (nodus atrioventrikular), impuls dari atrium mengalami perlambatan sebelum masuk ke ventrikel. His bundle (serabut His) akan membawa impuls yang berasal dari atrium ke ventrikel, dan berkas serabut Purkinje kiri dan kanan yang membawa impuls-impuls jantung ke seluruh bagian ventrikel. Sistem konduksi jantung ini berfungsi untuk membangkitkan impuls-impuls yang menyebabkan timbulnya kontraksi ritmis otot jantung, dan untuk mengkonduksikan impuls dengan cepat ke seluruh jantung (Cunningham 2002). Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada permulaan sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya. Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi otot jantung yang disebut diastol, dan satu periode pengisian jantung dengan darah yang diikuti oleh satu periode kontraksi otot jantung yang disebut dengan sistol (Cunningham 2002). Siklus jantung terdiri atas 7 fase yang dimulai dari periode sistol sampai dengan diastol. Fase yang pertama dalam siklus jantung disebut kontraksi atrium (atrial contraction). Pada fase yang pertama terjadi kontraksi atrium baik kanan maupun kiri, darah yang berasal dari atrium kanan masuk ke dalam ventrikel kanan dan darah yang berasal dari atrium kiri masuk ke dalam ventrikel kiri, pada kondisi ini katup atrioventrikular terbuka dan katup semilunar tertutup. Setelah darah masuk ke ventrikel, tekanan di dalam ventrikel akan meningkat. Tekanan yang tinggi di dalam ventrikel menyebabkan tertutupnya katup atrioventrikular. 6 Penutupan katup atrioventrikular ini menghasilkan suara jantung ‘lub’ (S1). Fase yang kedua disebut kontraksi isovolumetrik (isovolumetrik contraction), merupakan suatu fase dimana ventrikel telah berkontraksi tetapi belum terjadi perubahan volume darah di ventrikel baik ventrikel kanan maupun kiri. Pada kondisi ini katup atrioventrikular dan semilunar tertutup. Tekanan yang semakin meningkat di kedua ventrikel dan impuls listrik telah mencapai ventrikel menyebabkan darah diejeksikan dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan ventrikel kiri ke pembuluh aorta. Fase ketiga ini disebut juga sebagai (rapid ejection), pada kondisi ini terjadi pembukaan katup semilunar aorta dan semilunar pulmonalis, sedangkan katup atrioventrikular masih tertutup. Kemudian memasuki fase keempat yang disebut (reduced ejection), darah yang diejeksikan dari ventrikel semakin lama semakin berkurang, pada fase ini tidak ada perubahan kondisi katup masih sama dengan fase yang ketiga. Fase yang kelima disebut (isovolumetrik relaxation), merupakan suatu kondisi dimana terjadi relaksasi di ventrikel tetapi tidak terjadi perubahan volume. Tekanan di kedua ventrikel menurun drastis, perbedaan tekanan yang terjadi antara ruang ventrikel dengan atrium mengakibatkan penutupan katup semilunar baik aorta maupun pulmonalis yang akan menghasilkan suara jantung ‘dub’ (S2). Tekanan di kedua ventrikel yang menurun drastis mengakibatkan terbukanya katup atrioventrikular. Pembukaan katup atrioventrikular, menyebabkan terjadinya pengisian darah secara pasif dari atrium ke ventrikel. Fase keenam ini disebut (rapid filling). Fase yang ketujuh adalah (reduced filling), darah semakin sedikit yang berpindah ke ventrikel. Pengisian darah secara pasif dari atrium ke ventrikel sebesar 90% dari volume darah akibat pembukaan katup atrioventrikular. Setelah itu, fase ini akan kembali ke fase yang pertama yaitu (atrial contraction), dimana terjadi pengisian darah secara aktif sebesar 10% dari volume darah akibat kontraksi atrium. Tentang 7 fase jantung dapat dilihat pada Gambar 1. 7 Gambar1 A (aorta), RA (Right Atrial), RV (Right Ventricular), LA (Left Atrial), LV (Left Venticular), AV(atrioventricular), PA (Pulmonary Artery). Jantung memompa darah melalui dua sirkuit, yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dalam setiap denyut (Tortora 2005). Darah yang berasal dari seluruh tubuh akan melewati dua vena besar yang disebut vena cava masuk ke atrium kanan. Saat ventrikel kanan berelaksasi, darah yang berada di atrium kanan mengalir menuju ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Saat ventrikel hampir dipenuhi darah, atrium kanan akan berkontraksi mendorong darah masuk ke dalam ventrikel kanan. Kemudian ventrikel kanan akan berkontraksi untuk mendorong darah masuk ke dalam arteri menuju paru-paru melalui katup semilunar pulmonum. Di dalam paru-paru, darah akan menyerap oksigen dan ditukar dengan karbondioksida lalu darah mengalir melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri. Saat ventrikel kiri berelaksasi, darah dari atrium kiri mengalir melalui katup mitral menuju ventrikel kiri. Saat ventrikel kiri hampir dipenuhi darah, atrium kiri akan berkontraksi untuk mendorong darah masuk ke ventrikel kiri. Ventrikel kiri kemudian akan berkontraksi untuk mendorong darah melalui katup semilunar aorta ke dalam pembuluh aorta menuju ke seluruh tubuh. Darah yang didistribusikan mengandung oksigen dan akan disuplai ke seluruh tubuh kecuali paru-paru (Calvert 2007). Echocardiography Echocardiography adalah suatu teknik yang dapat menghasilkan gambaran jantung melalui gelombang ultrasound yang di refleksikan atau disebut dengan 8 (echo) bersifat aman, non invasif, dan dapat membantu memberikan diagnosa anatomik dan hemodinamik yang pasti. Pemahaman terhadap sifat fisik dari ultrasound penting untuk melakukan pemeriksaan echocardiography dan menginterpretasikan hasil yang didapat (Willerson et al. 2007). Pada prinsipnya gelombang suara berfrekuensi dihasilkan dari kristal Piezo-electric yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek Piezo-electric. Kemudian, listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh. Sebagian pulse akan dipantulkan, diserap, dan sebagian lagi akan diteruskan menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan jaringan yang dilaluinya. Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transducer, dan kemudian diubah menjadi pulse listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar oscilloscope. Oleh karena itu, bila transducer digerakkan seolah-olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang dinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat pada layar monitor (Mannion 2006). Transducer dengan frekuensi ultrasound yang tinggi (contoh 10MHz) menghasilkan resolusi yang baik, tapi memiliki tingkat penetrasi yang rendah, sebaliknya transducer dengan frekuensi ultrasound yang rendah (contoh 5MHz) menghasilkan resolusi yang buruk tapi tingkat penetrasi yang dalam. Frekuensi transducer yang digunakan untuk anjing ras besar berkisar antara 3.5-5.0 MHz, sedangkan anjing ras kecil berkisar antara 5.0-7.5 MHz. Teknik echocardiography berbeda dengan teknik abdominal. Pada teknik echocardiography penempatan transducer hanya pada window yang terbatas di antara tulang rusuk dan paru-paru yang berisi udara. Keterbatasan ini membutuhkan transducer dengan foot print yang kecil. Echocardiography juga membutuhkan resolusi temporal yang tinggi, yang didapatkan dengan menurunkan kedalaman dan meminimalkan sector angle (sector width). Frekuensi transducer yang disarankan yaitu 8-12 MHz untuk kucing dan anjing 9 ras kecil, 4-8 MHz untuk anjing dengan bobot berkisar 5-40 kg, dan 2-4 MHz untuk anjing besar (>40 kg). Posisi hewan untuk pengambilan gambar jantung echocardiography adalah berbaring parasternal (lateral recumbency). Terdapat 2 posisi berbaring hewan untuk pengambilan gambar jantung yaitu right parasternal recumbency (RPS) dan left parasternal recumbency (LPS). Arah transducer untuk mendapatkan gambar jantung dibagi menjadi 2 yaitu long axis dan short axis. Axis sentral ventrikel kiri (left ventricle) dapat dibayangkan sebagai garis imajiner yang memanjang antara apex dan basis jantung pada bagian tengah lumen ventrikel kiri. Saat transducer diorientasikan pada scan plane atau sejajar garis axis ini, didapatkan gambaran long axis. Jika scan plane tegak lurus garis axis, didapatkan gambaran short axis (Penninck dan d’Anjou 2008). Impedansi accoustic yang tidak sepadan dan atenuasi ultrasound oleh rusuk dan paru-paru yang berisi udara, menyebabkan echocardiography trans thorak terbatas untuk akses window yang relatif kecil. Ini mengelilingi jantung pada bagian ventral thoraks kanan dan kiri, dengan kata lain di samping sternum (parasternal). Akses tambahan dapat diperoleh dengan posisi subcostal (subxiphoid), pengambilan gambaran jantung melalui hati dan caudal mediastinum, sudut pandang terbatas melalui arcus aorta bisa diperoleh melalui lekukan thoraks (posisi transducer suprasternal) (Penninck dan d’Anjou 2008). Standar dalam pencitraan echocardiography, menurut (Penninck dan d’Anjou 2008) ada 4, yaitu: 1. Right Parasternal View (RPS) Ruangan jantung yang terlihat dengan jelas dengan pencitraan ini dan dapat dilakukan pengukuran adalah ruang bagian kiri jantung adalah ventrikel kiri (left ventricle). Untuk pencitraan yang cocok dengan perhitungan left ventricle (LV) transducer diposisikan pada ruang intercostal sehingga berkas pusat dari transducer tegak lurus pada left ventricle (LV) long axis pada ujung leaflet katup mitral. Citra long axis didapatkan dengan memutar transducer 900 searah jarum jam dengan orientasi short axis, sehingga bagian tengah left ventricle (LV) berada di dalam scan plane menghasilkan citra empat ruang jantung. Dari sudut ini, pemutaran searah jarum jam dan sedikit angulasi akan memperlihatkan left 10 ventricle (LV) outflow tract dan aorta. Citra short axis didapatkan dengan memutarkan transducer sehingga potongan melintang left ventricle (LV). 2. Left Apical View (LAp) Pencitraan left apical position (LAp) terbaik didapatkan dengan posisi pasien berbaring ke kiri (left lateral recumbency), dengan transducer diposisikan pada bagian kiri ventral thorak dari arah bawah. Hasil pencitraan bagian apical jantung yang sebenarnya didapat saat transducer diposisikan pada caudal dan ventral intercostal, mendekati posisi subcostal. Transducer diarahkan ke cranial sehingga pusat berkas ultrasound mengarah ke basis jantung sepanjang bagian tengah axis left ventricle (LV). Sudut transducer ke cranial dari posisi LAp empat ruang jantung, membawa aorta masuk ke dalam scan plane dan memungkinkan visualisasi katup semilunar aorta. Scan plane ini memberikan citra apical five chamber dan cocok untuk perhitungan kecepatan aliran darah aorta. Dari sudut apical four chamber, transducer diputar 900 searah jarum jam menghasilkan apical two chamber termasuk atrium dan ventrikel kiri. 3. Left Parasternal View (LPS) Sudut pandang Left parasternal (LPS) pada jantung, didapatkan dengan pasien berada dalam posisi berbaring ke kiri. Transducer diposisikan ke arah cranial jantung, pada ruang intercostal keempat sampai kelima dan kira-kira pada pertemuan costal-chondral dengan arah dorsoventral. Ketika scan plane paralel dengan aorta ascendens, pemutaran tranducer akan memberikan potongan longitudinal dari struktur tersebut. Bagian dari ventrikel dan atrium kiri, katup mitral, dan right ventricular (RV) outflow tract dapat terlihat pada posisi ini. Sudut ini terutama sekali berguna untuk evaluasi tumor basis jantung dan right ventricular (RV) outflow tract. 4. Subcostal dan Suprasternal View Sudut pandang suprasternal memerlukan posisi transducer pada lekukan thorak dengan scan plane yang berorientasi sejajar dengan sumbu sagital pasien. Sudut pandang ini sangat baik untuk pencitraan arcus aorta dan berguna untuk 11 penghitungan insufisiensi pembuluh aorta. Sudut pandang subcostal didapatkan dengan pasien pada posisi lateral recumbency, dengan menempatkan transducer pada processus xiphoideus dan menekannya ke abdomen sekaligus mengarahkan transducer hampir secara langsung ke cranial. Doppler Echocardiography Doppler echocardiography didasarkan pada hukum Doppler terutama digunakan untuk menentukan kecepatan dan arah aliran darah. Melalui aliran darah dapat diketahui kecepatan sel darah merah. Mekanisme kerja Doppler echocardiography adalah mengubah frekuensi gelombang suara (echo) yang terjadi ketika gelombang suara (echo) tersebut dipantulkan kembali dari target yang bergerak (red blood cells). Kecepatan aliran sel darah merah dapat dengan tepat di ukur melalui frekuensi gelombang suara yang dipantulkan (Penninck dan d’Anjou 2008). Pencitraan pulse wave Doppler echocardiography menggunakan single crystal atau single transducer. Melalui pulse wave Doppler echocardiography, waktu perjalanan kembali ultrasound pulse dapat digunakan untuk menentukan kedalaman jaringan pada darah dimana kecepatan aliran darah tersebut berada selain itu PWD memberikan pengukuran yang akurat mengenai aliran darah pada suatu area yang spesifik dan dapat mendeteksi kecepatan serta arah aliran darah. Kelemahan menggunakan pencitraan pulse wave Doppler echocardiography adalah timbulnya ambiguitas dalam pengukuran kecepatan. Ditemukannya kecepatan lain dapat menimbulkan suatu kesalahan dalam interpretasi (miss interpretation) dari kecepatan yang sebenarnya. Pada continuous wave Doppler (CWD) echocardiography menggunakan double crystal (dual-element transducer) yang terdiri atas transmitting element dan receiving element di kepala transducer tepatnya terletak di sisi-sisi samping kepala transducer seperti yang terlihat pada Gambar 2, di satu sisi berfungsi untuk mengirimkan echo (transmitting beam)dan sisi berikutnya berfungsi untuk menerima echo pulse (receiving beam). Pada CWD transducer mengirimkan dan menerima echo secara kontinu dari seluruh tingkat kedalaman dalam suatu area, maka echo akan mencapai transducer secara simultan. Walaupun CWD dapat menentukan arah 12 aliran darah tetapi CWD tidak dapat membedakan tingkat kedalaman jaringan. CWD memiliki fungsi yang terbatas, tetapi secara klinis CWD berfungsi untuk mengetahui aliran darah pada pembuluh darah perifer. Selain itu CWD juga baik untuk mengetahui kecepatan aliran darah yang rendah dalam pembuluh darah (Penninck dan d’Anjou 2008). Gambar 2 (A) (B) (A) Transducer pulsed wave Doppler echocardiography dan (B) Transducer continuous wave Doppler echocardiography. (Nicolaides Kypros et al. 2002). Kecepatan aliran pada katup semilunar aorta direkam melalui posisi transducer subcostal atau left apical scanning (LAp) untuk penghitungan kecepatan Seperti yang terlihat pada Gambar 3. Kecepatan aliran pada katup mitral dan trikuspidalis pada gambar (4a) dan (4b) direkam dari posisi left apical scanning (LAp) terlihat 2 puncak gelombang kecepatan yaitu E peak atau Va dan Apeak atau Ve. Pada Gambar 5 menyajikan perbandingan kecepatan aliran darah di katup mitralis pada saat puncak gelombang Epeak atau Va dengan Apeak atau Ve. Perekaman pulse wave Doppler didapatkan dengan menempatkan Doppler sampel volume dekat dengan ujung-ujung pembukaan leaflet mitralis dan trikuspidalis untuk mendapatkan kecepatan maksimum (Penninck dan d’Anjou 2008). 13 Gambar 3. Hasil scan pulsed wave Doppler dan EKG anjing normal: (A) Ditujukan untuk katup Ao (Posisi transducer LAp), (B) Ditujukan untuk Pulmonum (Posisi transducer RPS), (C) Ditujukan untuk katup mitralis (Posisi transducer LAp), dan (D) Ditujukan untuk katup trikuspidalis (Posisi transducer LAp) (Penninck D d’Anjou 2008). Gambar (4a). Hasil scan puncak kecepatan gelombang aliran darah katup mitralis pada pengamatan dengan pulsed wave Doppler echocardiography. Sumbu Y untuk kecepatan, sumbu X untuk waktu. Epeak = Va = pengisian awal (early filling), Apeak = Ve = kontraksi atrium (atrial contraction) (Penninck D d’Anjou 2008). 14 Gambar (4b). Hasil scan puncak kecepatan gelombang aliran darah katup trikuspidalis pada pengamatan dengan pulsed wave Doppler echocardiography. Sumbu Y untuk kecepatan, sumbu X untuk waktu. Epeak = Va = pengisian awal (early filling), Apeak = Ve = kontraksi atrium (atrial contraction) (Penninck D d’Anjou 2008). Gambar 5. Pengukuran VTI katup mitralis menggunakan pulsed wave Doppler echocardiography (Penninck D d’Anjou 2008). Electrocardiography (ECG) Electrocardiography didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltase yang terdapat dalam jantung, sedangkan electrocardiogram adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari SA Node, AV Node, bundle His dan serabut Purkinje (Birchard Shedding 2000). Electrocardiogram adalah alat yang sangat umum digunakan untuk mendiagnosis disfungsi elektris jantung. Pada banyak aplikasi, dua atau lebih elektroda metal diaplikasikan pada permukaan kulit, dan voltase yang terekam oleh elektroda akan terlihat dalam layar atau tergambar di atas kertas (Cunningham 2002). Kegunaan EKG antara lain adalah untuk mengetahui adanya kelainan pada irama dan otot 15 jantung, mengetahui efek obat-obat jantung, mendeteksi gangguan elektrolit dan perikarditis serta memperkirakan adanya pembesaran jantung (Birchard Shedding 2000). Pada alat EKG (Fukuda M-E Cardisuny D300) terdapat 4 elektroda dengan warna yang berbeda, yaitu merah (RA/R) untuk kaki depan kanan, kuning (LA/L) untuk kaki depan kiri, hijau (LF/F) kaki belakang kiri dan hitam (RF/N) kaki belakang kanan. Pemasangan elektroda pada anjing adalah di kulit daerah siku pada setiap kaki (Cunningham 2002), sehingga diperlukan pencukuran pada daerah tersebut. Dari keempat elektroda tersebut dihasilkan limb leads yang dikelompokkan menjadi 2 sadapan menurut asal sinyal yang dihasilkan elektrodanya, yaitu sadapan bipolar (sadapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III, dan sadapan unipolar ekstremitas (augmented extremity lead) yang ditandai dengan simbol aVR (augmented vector right), aVL (augmented vector left) dan aVF (augmented vector foot). Keenam limb leads tersebut dibagi dalam kelompok sadapan klinis dimana masing-masing sadapan merekam aktivitas elektris jantung pada perspektif yang berbeda. Sadapan ini berkaitan dengan daerah anatomis jantung untuk kepentingan pemeriksaan fisik, contohnya adalah pada acute coronary ischemia. Kelompok sadapan klinis terdiri dari kelompok sadapan inferior yang melihat aktivitas elektris pada daerah inferior jantung (permukaan yang berbatasan dengan diafragma), yaitu sadapan II, III dan aVF, serta kelompok sadapan lateral yang melihat aktivitas elektris jantung yang menguntungkan pada dinding lateral ventrikel kiri, yaitu sadapan I dan aVL. Sadapan aVR menunjukkan bagian dalam dinding endokardium ke arah permukaan atrium kanan dan memberikan perspektif yang tidak spesifik untuk ventrikel kiri sehingga sering diabaikan pada pembacaan (Cunningham 2002). Electrocardiography memberikan waktu dari kejadian elektris pada jantung. Hasil perekaman EKG berupa defleksi voltase yang disebabkan oleh adanya depolarisasi atrial dan ventrikel, serta repolarisasi ventrikel. Gelombang P menggambarkan aktivitas depolarisasi atria, arah gelombang ini selalu positif di II dan selalu negatif di aVR. Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama dari kompleks QRS, menggambarkan awal dari fase depolarisasi ventrikel, 16 kepentingan dari gelombang ini adalah untuk mendeteksi adanya infark myocard. Gelombang R adalah defleksi positif pertama dari kompleks QRS, menggambarkan fase depolarisasi ventrikel. Gelombang S adalah defleksi negatif setelah gelombang R, menggambarkan fase depolarisasi akhir ventrikel. Gelombang T menggambarkan fase repolarisasi ventrikel (Cunningham 2002). (A) (B) Gambar 6(A). Terdapat 4 ‘pace maker’ jantung yaitu SA node, AV node, bundle His, dan serabut Purkinje. (B) Electrocardiogram normal anjing terdiri atas: sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS, dan sebuah gelombang T. (Pratanu, Sunoto 2000). Konsep Tekanan Gradient Agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah atau di dalam katup jantung, dibutuhkan suatu kekuatan (gaya) yang dapat mendorong darah. Gaya tersebut dapat berasal dari perbedaan tekanan darah (P1-P2) di dalam pembuluh darah atau di dalam katup. Pada setiap tekanan gradient darah yang diberikan (∆P), laju aliran darah ditentukan oleh tahanan (R) pembuluh darah terhadap aliran darah tersebut. Menurut persamaan Poiseuille, ada 3 faktor yang menentukan tahanan (R) aliran darah dalam pembuluh darah antara lain diameter pembuluh darah, panjang pembuluh darah, dan viskositas darah. Dari ketiga faktor tersebut, baik secara kuantitatif maupun fisiologi faktor terpenting yang mempengaruhi tahanan pembuluh darah adalah diameter pembuluh darah. Selanjutnya, bila sedikit saja terjadi perubahan pada diameter pembuluh darah maka akan menimbulkan perubahan yang besar pada tahanan (R), sedangkan panjang pembuluh darah tidak 17 berubah secara signifikan, dan viskositas darah berada pada kisaran yang normal (kecuali bila hematokritnya berubah). Persamaan Poiseuille: Tahanan (R) pembuluh darah berbanding terbalik dengan jari-jari pangkat 4 (r4) pembuluh darah. Pada katup jantung, tidak menggunakan jari-jari untuk mengukur tahanan pembuluh darah karena pembukaan katup tidak melingkar. Untuk mengukur tahanan (R) pada katup menggunakan persamaan (1/A2), dimana A= π.r2. Gradient tekanan darah dapat dilihat sebagai kekuatan (gaya) dorong aliran darah (F), dimana F=∆P/R. Bila terjadi penurunan aliran darah dapat disebabkan oleh penurunan ∆P (perbedaan tekanan darah) atau peningkatan R (tahanan pembuluh darah). Hubungan F dengan persamaan Poiseuille : Jari-jari pembuluh darah Jari-jari pembukaan katup Persamaan di atas jelas memperlihatkan pengaruh diameter pembuluh darah terhadap tahanan atau resistensi dan aliran darah dalam pembuluh darah untuk memahami bagaimana fisiologi dan patologis (misalnya, stenosis vascular) (Klabunde RE 2009). BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan yaitu dimulai bulan Juni hingga Juli 2009. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan adalah alat USG (Sonoscape SSI-1000), convex scanner transduser tipe small footprint dengan frekuensi 3.7-5 MHz, tempat berbaring hewan khusus pemeriksaan echocardiography, alat EKG (Fukuda M-E Cardisuny D300), termometer, stetoskop, alat cukur dan kamera digital yang digunakan untuk mendokumentasikan alat dan hewan coba. Bahan Penelitian Hewan yang diamati pada penelitian ini adalah 8 ekor anjing kampung dewasa yang terdiri dari 3 ekor jantan dan 5 ekor betina. Anjing yang digunakan memiliki kisaran umur 2-5 tahun dan berat badan rata-rata 12.5 kg, dimana setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan electrocardiography menunjukkan kondisi jantung yang baik. Gel yang digunakan sebagai bahan media dalam penghantaran terbuat dari bahan polimer, humectants, air, parfum, dan pengawet yang tidak memberikan efek negatif pada hewan coba. A B Gambar 7A. Alat USG (Sonoscape SSI-1000) dan B. Tempat berbaring hewan khusus pemeriksaan echocardiography. 19 Gambar 8A. Convex scanner transducer small footprint dengan gel dan B. Alat EKG (Fukuda M-E Cardisuny D300). Metode Penelitian Pemeriksaan fisik. Anjing yang akan diperiksa diistirahatkan terlebih dahulu sampai tenang, kemudian dihitung umur melalui gigi, kecepatan pulsus dan respirasi, serta auskultasi suara jantung dengan menggunakan stetoskop. A B . Gambar 9A. Pemeriksaan suhu tubuh anjing, dan B. Pemeriksaan frekuensi denyut jantung, ritme, dan suara jantung. Pemeriksaan electrocardiography. Anjing terlebih dahulu dicukur pada bagian persendian antara os humerus dan os radius-ulna dan persendian antara os femur dan os tibia-fibula, masing-masing dilakukan pada kaki kanan dan kiri. Setelah anjing dibaringkan dengan posisi left lateral recumbency, pada kulit di bagian yang telah dicukur dipasangkan elektroda. Elektroda merah untuk kaki depan kanan, elektroda kuning untuk kaki depan kiri, elektroda hitam untuk kaki belakang kanan dan elektroda hijau untuk kaki belakang kiri. Kemudian pemeriksaan dimulai dan hasil rekam jantung didapat. 20 A Gambar 10. Pemeriksaan electrocardiography anjing kampung. Gambar 11. Contoh hasil scan electrocardiogram jantung pada anjing kampung normal. Pengambilan gambar, anjing yang telah dipastikan memiliki jantung normal melalui pemeriksaan fisik dan EKG, kemudian diperiksa menggunakan echocardiography. Daerah orientasi terlebih dahulu ditentukan sebelum pemeriksaan dan dilakukan pencukuran rambut agar didapatkan gambaran ultrasound yang lebih baik. Hewan diperiksa tanpa menggunakan sedatikum dan anastetikum. Pengambilan gambar dilakukan dengan posisi hewan right lateral recumbency. Pengukuran pulsed wave Doppler echocardiography dengan arah transducer left apical scanning views (LAps) di katup mitralis dan trikuspidalis (Penninck dan d’Anjou 2008). Posisi dan sudut yang dibentuk oleh transducer dipertahankan kurang dari 60º (Mannion 2006). Interpretasi bentukan yang terdeteksi dilakukan saat itu juga (real time). Sonogram disimpan dalam bentuk 21 gambar digital dan bentuk video pada alat USG dan hewan didokumentasikan menggunakan kamera digital. A B Gambar 12A. Anjing dibaringkan di atas tempat berbaring khusus pemeriksaan echocardiography dan B. Penempatan transducer untuk pengambilan gambar. Small foot print Doppler scan line Gambar 13. Hasil scan pulse wave Doppler echocardiography. Pemeriksaan echocardiography menampilkan gambar terbaik dengan transducer sector atau curvilinear, dan dilengkapi dengan teknologi phased array. Transducer yang digunakan adalah transducer yang memiliki ‘small footprint’ seperti yang terlihat pada Gambar 13. Ukuran footprint untuk anjing ras kecil <15-20 mm dan < 25 mm untuk anjing ras besar. 22 LV RV MV RA LA Gambar 14. Cara pengambilan di katup mitralis (Left Apical Scanning Views) PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris). Gambar 14a. Gambaran katup trikuspidalis left apical scanning four chamber view, RA= Right Atrium, RV= Right Ventrikel, LA= Left Atrium, LV= Left Ventrikel, TV= Tricuspid Valves (Yuil and O'Grady1989). 23 RV LV LA TV RA Gambar 15. Cara pengambilan di katup trikuspidalis left apical scanning views PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris). Gambar 15a. Gambaran katup trikuspidalis left apical scanning four chamber view, RA= Right Atrium, RV= Right Ventrikel, LA= Left Atrium, LV= Left Ventrikel, TV= Tricuspid Valves (Yuil and O'Grady 1989). Interpretasi sonogram, karakteristik aliran pada katup mitralis dan trikuspidalis pada anjing kampung normal yang diukur melalui pulsed wave Doppler echocardiography mengunakan alat USG (Sonoscape SSI-1000). Tujuh parameter yang diamati adalah debar jantung (HR), velocity annulus (Va), velocity ejection (Ve), velocity time integral (VTI), mean pressure gradient (MPG), pulsatility index (PI), dan systole/diastole (S/D). Pengukuran 7 parameter PWD echocardiography secara umum dilakukan dengan menempatkan Doppler scan line (garis berwarna hijau) dan Doppler sample volume (kotak kecil yang terletak 24 di pertengahan garis hijau yang diletakkan tepat di antara kedua katup yang terbuka) seperti yang terlihat di Gambar14 dan 15. Setelah itu dapat diatur untuk dihentikan sementara waktu lalu dilakukan pengamatan dan pengukuran parameter debar jantung/HR, Velocity annulus/Va, Velocity ejection/Ve, Velocity Time Integral/VTI, Mean Pressure Gradient/MPG, Pulsatility Index/PI, dan Systole/Diastole (S/D). Parameter Va dalam electrocardiography (ECG), terjadi setelah akhir gelombang T sedangkan, velocity ejection terjadi saat fase kontraksi atrium yang digambarkan sebagai gelombang P (depolarisasi atrium) saat periode diastole. Parameter VTI dihitung dengan membandingkan nilai Va/Ve, perhitungannya dimulai dari area base line sampai dengan puncak gelombang Va dan Ve. Perhitungan parameter selanjutnya yaitu mean pressure gradient (MPG) yang dapat dihitung dengan mencari nilai rata-rata dari tekanan gradient (4 × (maximum velocity)2) (Sonoscape SSI-1000 2008). Parameter PI dapat dihitung dengan mencari selisih antara kecepatan puncak sistolik ke kecepatan akhir diastolik selama 1 siklus jantung dibagi dengan kecepatan rata-rata gelombang tersebut terhadap waktu. Parameter terakhir yaitu systole/diastole (S/D) yang dihitung melalui membagi nilai systole dengan nilai diastole. Interpretasi bentukan yang terdeteksi dilakukan saat itu juga (real time). Sonogram disimpan dalam bentuk gambar digital dan bentuk video pada alat USG. Proses pengambilan seperti terlihat pada Gambar (14 dan 14a), (15 dan 15a) serta contoh hasil pengukuran PWD echocardiography terlihat pada Gambar 16. 25 Gambar 16. Hasil scan perhitungan aliran darah melalui katup mitralis dengan PWD echocardiography anjing kampung normal. Analisis data, data yang telah diperoleh dari pulsed wave Doppler diolah dengan menggunakan statistika deskriptif pada selang kepercayaan 95%. Melalui 3 hipotesa yaitu (H0: T<=M, H1: T>M), (H0: T betina), dan (H0:M Jantan<=M BetinaH1: M jantan Jantan>M <= T Betina). betina H1: T jantan >T Kemudian hipotesa dianalisis dengan uji t satu arah. Bila hipotesa (H0) diterima pada taraf nyata 0,05 (P>0,05) maka karakteristik aliran darah pada katup mitralis lebih tinggi daripada katup trikuspidalis bagitu juga anjing betina memiliki karakteristik aliran darah yang lebih tinggi daripada anjing dengan jenis kelamin jantan baik di katup mitralis dan trikuspidalis (keterangan T=trikuspidalis, M=mitralis). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik aliran darah di katup atrioventrikular (mitralis dan trikuspidalis) di anjing kampung (Canis lupus familiaris) tersusun atas 2 puncak gelombang sesuai dengan yang terlihat pada Gambar 17. Puncak gelombang yang pertama lebih tinggi daripada puncak gelombang yang ke dua. Puncak gelombang yang pertama disebut Epeak atau Va yang terjadi akibat pengisian darah secara pasif dari atrium ke ventrikel. Kemudian, puncak gelombang kedua disebut Apeak atau Ve yang terjadi akibat pengisian darah secara aktif dari kontraksi atrium. E A Gambar 17. Karakteristik aliran darah pada katup atioventrikular di anjing kampung (Canis lupus familiaris) normal . Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari setiap anjing yang dapat dilihat pada Tabel 1. Nama Jenis Umur Kelamin (tahun) BB (Kg) Suhu (C0 ) Debar Jantung (kali/menit) 4.5 10.6 38.3 88 3.5 13.1 39.5 120 3.0 13.2 38.5 120 3.0 11.0 39.5 72 3.5 11.2 38.9 84 2.5 13.2 38.5 80 3.0 13.2 38.8 108 3.5 14.1 38.3 112 3.31±0.59 12.45±1.30 38.78±0.48 98±19.12 Husky ♂ Mario ♂ Babydoll ♂ Casey ♀ Sofie ♀ Bellani ♀ Jasmine ♀ Sorrow ♀ Rataan± SD Nilai Referensi * Sumber : Birchard & Sherding (2000). 38-39* 60-120* Napas (kali/menit) 16 24 20 20 24 36 28 16 23±6.67 16-20* 27 Dilihat dari hasil pemeriksaan fisik, pada semua anjing tidak ada yang menunjukkan adanya kelainan. Begitu pula dengan suara jantung yang didengarkan dengan menggunakan stetoskop, tidak ditemukan adanya kelainan. Kemudian, setiap anjing yang akan diperiksa dengan USG diperiksa terlebih dahulu dengan EKG untuk mengetahui keadaan listrik jantungnya. Parameter pengukuran hasil pemeriksaan PWD echocardiography di katup trikuspidalis dan mitralis ini antara lain: debar jantung (kali/menit), Va (cm/s), Ve (cm/s), VTI (cm/s), MPG (mmHg), PI(cm/s), dan S/D. Tabel 2. Hasil pengukuran debar Jantung (kali/menit) dengan PWD echocardiography. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD. Katup Mitralis Jantan Betina Semua Anjing Katup Trikuspidalis 90±20 98±32 70-110 66-130 112±32 104±22 79-145 82-126 104±20 84-124 101±13 88-114 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang kepercayaan 95%. 28 Gambar 18. Histogram nilai rataan debar jantung di katup mitralis dan trikuspidalis PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris). Debar jantung adalah ukuran untuk menyatakan kecepatan denyut jantung yang dibutuhkan untuk 1 siklus jantung selama 60 detik (60/waktu 1 siklus jantung), yang dinyatakan dalam jumlah denyut per menit (beats per minutes bpm) (Sonoscape,SSI 1000 2008). Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada permulaan sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya. Debar jantung dapat juga diperoleh dari electrocardiography (ECG) dengan menghitung jumlah gelombang R selama satu menit (Cunningham 2002). Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography semua anjing di katup mitralis dan trikuspidalis menunjukkan hasil bahwa katup mitralis memiliki debar jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan katup trikuspidalis (P>0,05) dengan nilai rataan 104±20 kali/menit. Seperti yang terlihat pada Gambar 18 pengukuran nilai debar katup mitralis dan trikuspidalis, menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai debar jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan anjing jenis kelamin jantan 112±32 kali/menit (mitralis) dan 104±22 kali/menit (trikuspidalis) (P>0,05). Anjing dewasa memiliki debar jantung sekitar 70-160 bpm sedangkan untuk anak anjing (puppies) memiliki debar jantung sampai dengan 220 bpm (Nelson RW Couto CG 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai debar jantung yang bersifat fisiologis antara lain karena adanya pengaruh sistem saraf otonom, saraf vagus, dan volume darah yang kembali ke jantung (venous return) (Schwartz Pj Priori SG 1990). Debar jantung dan ritme jantung berada di bawah pengaruh sistem saraf otonom. 29 Sistem saraf otonom mempengaruhi debar jantung melalui stimulasi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis mempengaruhi debar jantung melalui media pelepasan epinephrine dan norepinephrine. Aktivasi b-adrenergic receptor dihasilkan dalam fosforilasi protein membran dengan mediasi cyclic AMP. Hasil akhirnya adalah percepatan depolarisasi diastolik yang semula lambat. Stimulasi saraf simpatis dapat meningkatkan debar jantung, kecepatan konduksi, kontraktilitas, dan iritabilitas. Sistem saraf parasimpatis mempengaruhi debar jantung melalui media pelepasan acetylcholine oleh postganglionic parasympathetic neurons. Acetylcholine akan menginervasi sel-sel sinoatrial dan atrioventrikular node melalui muscarinic acetylcholine receptor sehingga sel-sel sinoatrial dan atrioventrikular node akan memberikan respon dengan menaikkan konduktansi K+ dalam membran sel. Aktivasi muscarinic acetylcholine receptor memberikan efek yang berlawanan dengan aktivasi β1adrenergic receptor. Stimulasi saraf vagus memberikan efek yang sebaliknya yaitu menurunkan debar jantung, kecepatan konduksi, kontraktilitas, dan iritabilitas. Kesetimbangan diantara kedua bagian sistem saraf otonomik yang saling berlawanan akan menghasilkan nilai heart rate normal (Schwartz PJ Priori SG 1990). Selain itu, perubahan nilai heart rate juga dipengaruhi oleh pengaturan intrinsik pemompaan jantung dalam menanggapi perubahan volume darah yang kembali ke jantung (venous return), sesuai dengan mekanisme FrankStarling yaitu semakin besar otot jantung yang diregangkan selama periode pengisian, semakin besar kekuatan kontraksi dan semakin besar pula jumlah darah yang dipompakan ke dalam aorta. Atau dapat pula dinyatakan sebagai berikut dalam batas-batas fisiologis, jantung akan memompa semua darah yang masuk tanpa membiarkan adanya bendungan darah yang berlebihan di dalam vena (Cunningham 2002). 30 Tabel 3. Hasil pengukuran Va (cm/s) dengan PWD echocardiography. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Jantan Betina Semua Anjing Katup Mitralis Katup Trikuspidalis 97,83±19,82 90,52±21,66 78,01-117,65 68,86-112,18 115,70±19,12 93,79±11,72 96,58-134,82 82,07-105,51 109,0±13 92,56±7,26 96-122 85,3-99,82 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang kepercayaan 95%. Gambar 19. Histogram nilai rataan (Va) di katup mitralis dan trikuspidalis PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris). Velocity Annulus (Va) atau Epeak merupakan suatu parameter pengukuran kecepatan aliran darah yang mengalir secara pasif (early rapid filling) dari atrium ke ventrikel karena terbukanya katup atrioventrikular (Mannion 2006). Pengisian darah secara pasif dari atrium ke ventrikel sebesar 90% dari volume darah akibat 31 pembukaan katup atrioventrikular. Pada saat Epeak (pengisian awal), ventrikel berada dalam keadaan diastole yang kemudian tekanan intraventrikel perlahanlahan akan mulai meningkat. Untuk hewan muda biasanya pada fase ini akan terdengar suara jantung (S3), namun untuk hewan dewasa bila suara jantung S3 terdengar mengindisikan terjadinya kegagalan ventrikel pada saat sistole akibat dilatasi ventrikel. electrocardiography Epeak terjadi (ECG). setelah Berdasarkan akhir hasil gelombang T dalam pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing di katup mitralis dan trikuspidalis menunjukkan hasil bahwa katup mitralis memiliki Va atau E peak yang lebih tinggi dari pada katup trikuspidalis 109,0±13cm/s (P>0,05). Menurut Stepien et al. (1998), perluasan ruang ventrikel kiri berhubungan dengan peningkatan volume darah yang secara sekunder terjadi akibat kerja otot skeletal yang meningkat. Kecepatan puncak (peak velocity) biasanya normal lebih tinggi di katup mitral (Va≤ 0,9-1,0 m/sec, dan Ve≤ 0,6-0,7 m/sec), daripada di katup trikuspidalis (Va≤ 0,8-0,9 m/sec, dan Ve≤ 0,5-0,6 m/sec) pada anjing ras (Nelson RW Couto CG 2008). Anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai Va atau Epeak yang lebih tinggi bila dibandingkan 115,70±19,12cm/s (mitralis) dengan dan sebesar anjing jenis kelamin jantan 93,79±11,72cm/s (trikuspidalis) (P>0,05). Tabel 4. Hasil pengukuran Ve (cm/s) dengan PWD echocardiography. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Jantan Betina Semua Anjing Katup Mitralis Katup Trikuspidalis 0,39±0,08 0,36±0,08 0,31-0,47 0,28-0,44 0,45±0,08 0,37±0,05 0,37-0,53 0,32-0,42 0,42±0,03 0,36±0,01 0,39-0,45 0,35-0,37 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang kepercayaan 95%. 32 Gambar 20. Histogram nilai rataan (Ve) di katup mitralis dan trikuspidalis PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris). Velocity ejection (Ve) atau A peak merupakan suatu parameter pengukuran kecepatan aliran darah yang mengalir secara aktif berasal dari kekuatan kontraksi atrium (Mannion 2006). Saat Apeak, ventrikel berada di akhir periode diastole. Terjadi pengisian darah secara aktif sebesar 10% dari volume darah akibat kontraksi atrium. Pada saat kontraksi atrium, tekanan di dalam atrium perlahanlahan akan meningkat, lalu darah akan mengalir melalui katup atrioventrikular. Apeak digambarkan sebagai gelombang P (depolarisasi atrium) dalam electrocardiography (ECG). Atrium memiliki fungsi utama sebagai pompa primer yang lemah, yang membantu mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel. Proses depolarisasi dalam atrium dimulai dari SA node, impuls menyebar ke semua jurusan dalam atrium, lalu perlahan lahan tekanan di dalam atrium meningkat kemudian diikuti oleh kontraksi atrium. Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing kampung menunjukkan hasil bahwa katup mitralis memiliki nilai Ve atau Apeak yang lebih tinggi daripada katup 33 trikuspidalis 0,42±0,03cm/s. Kecepatan puncak (peak velocity) yang tinggi di ventrikel kiri sangat dipengaruhi oleh nilai Left Ventricular Wall at end-diastolic (LVWd). Nilai rata-rata dari pengukuran anjing kampung menunjukkan nilai LVWd 7.50 ± 1.03 mm (Devi 2009). Pengukuran nilai Ve atau Apeak di katup mitralis dan trikuspidalis menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai Ve atau Apeak yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan 0,45±0,08 cm/s (mitralis) dan 0,37±0,05 cm/s (trikuspidalis) (P>0,05). Tabel 5. Hasil pengukuran VTI (cm) dengan PWD echocardiography. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Jantan Betina Semua Anjing Katup Mitralis Katup Trikuspidalis 3,9±3,13 3,87±1,86 0,77-7,03 2,01-5,73 7,6±4,03 4,53±2,55 3,57-11,63 1,98-7,08 5,75±2,19 4,75±0,27 3,56-7,94 4,48-5,02 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) dengan selang kepercayaan 95% Gambar 21. Histogram nilai rataan VTI di katup mitralis dan trikuspidalis PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris). 34 Velocity Time Integral (VTI) merupakan suatu area planimeter yang terletak di bawah kurva kecepatan yang menunjukkan korelasi antara kecepatan terhadap waktu atau disebut juga sebagai stroke lenght, dan memiliki satuan centimeter (cm), perhitungannya dimulai dari area base line sampai dengan puncak gelombang Va atau Epeak dan Ve atau Apeak yang dipengaruhi oleh AT (Acceleration Time) dan DT (Deceleration Time) (Penninck D d’Anjou 2008). Pengukuran VTI berfungsi untuk memperkirakan jumlah relatif darah yang masuk pada saat pengisian ventrikel (Penninck D d’Anjou 2008). Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing kampung nilai VTI di katup mitralis lebih tinggi daripada katup trikuspidalis 5,75±2,19 cm. Anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai VTI yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan 7,6±4,03 cm (mitralis) dan 4,53±2,55 cm (trikuspidalis) (P>0,05). Kecepatan aliran darah yang memasuki ventrikel (VTI) sangat yang dipengaruhi oleh energi kinetik aliran darah. Hasil kerja tambahan dari tiap ventrikel (terutama ventrikel kiri) yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi kinetik aliran darah hanya kira-kira 1% dari seluruh hasil kerja ventrikel. Pada kondisi yang abnormal tertentu, darah dapat mengalir dengan kecepatan yang besar melalui katup yang mengalami penyempitan (Cunningham 2002). Tabel 6. Hasil pengukuran MPG (mmHg) dengan PWD echocardiography. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Katup Mitralis Katup Trikuspidalis 0,03±0,017 0,01±0,004 0,013-0,047 0,006-0,014 Betina 0,05±0,03 0,02±0,017 0,02-0,08 0,003-0,037 Semua Anjing 0,04±0,01 0,015±0,005 0,03-0,05 0,01-0,02 Jantan Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) dengan selang kepercayaan 95%. 35 Gambar 22. Histogram nilai rataan MPG di katup trikuspidalis dan mitralis PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris). Agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah atau di dalam katup jantung, dibutuhkan suatu kekuatan (gaya) yang dapat mendorong darah. Gaya tersebut dapat berasal dari perbedaan tekanan darah (P1-P2) / tekanan gradient di dalam pembuluh darah atau di dalam katup (Klabunde RE 2009). Mean pressure gradient (MPG) berfungsi untuk mengukur obstruksi yang terjadi pada katup dan perubahan tekanan darah. Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing kampung menunjukkan hasil bahwa katup mitralis memiliki nilai MPG yang lebih tinggi dari pada katup trikuspidalis 0,04±0,01mmHg (P>0,05). Pengukuran nilai MPG di katup mitralis dan trikuspidalis, menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai MPG yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan 0,05±0,03mmHg (mitralis) dan 0,02±0,017 (trikuspidalis) (P>0,05). Pengukuran nilai MPG ini, dipengaruhi oleh nilai E point to septal separation. Pada anjing jantan 36 didapatkan nilai sebesar 3.87 ± 0.49 mm dan pada anjing betina nilainya 2.55 ± 0.41 mm, terdapat perbedaan yang nyata dari kedua nilai tersebut (P<0.01). Tabel 7. Hasil pengukuran PI (cm/s) dengan PWD echocardiography. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Katup Mitralis Katup Trikuspidalis Jantan 12,83±3,10 11,32±9,93 9,73-15,93 1,39-21,25 Betina 13,26±5,71 11,46±9,22 7,55-18,97 2,24-20,68 Semua Anjing 13,10±2,97 11,39±0,83 10,13-16-07 10,56-12,22 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang kepercayaan 95%. Gambar 23. Histogram nilai rataan PI di katup mitralis dan trikuspidalis PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris). Pulsatility index merupakan suatu index parameter dalam pulsed wave untuk mengukur tahanan pembuluh darah. Fungsi pulsatility index adalah untuk 37 mengevaluasi penyakit peripheral vascular dan kegagalan transplantasi ginjal akut pada manusia (Petersen et al.1997). Pulsatility index dihitung melalui mencari selisih antara kecepatan puncak sistolik ke kecepatan akhir diastolic selama 1 siklus jantung dibagi dengan kecepatan rata-rata gelombang tersebut terhadap waktu. Pulsatility Index dihitung dengan rumus: PI = (A(cm/sec)-B(cm/sec) ) / Time-averaged peak velocity (cm/sec) dimana, A adalah kecepatan dalam (cm/sec) saat puncak systole (PSV) dalam spektrum gelombang, B adalah kecepatan dalam (cm/sec) saat akhir diastole (EDV) dalam spektrum gelombang, dan TApeak (Time-Averaged peak adalah kecepatan rata-rata gelombang tersebut terhadap waktu (Sonoscape, SSI 1000 2008). A cm/sec B Gambar 21. (A) Peak Sistolic Velocity/PSV (B) End Diastolic Velocity/EDV. Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing kampung menunjukkan hasil bahwa katup mitralis memiliki nilai PI yang lebih tinggi dari pada katup trikuspidalis 13,10±2,97cm/s (P>0,05). Pengukuran nilai PI di katup mitralis dan trikuspidalis, menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai PI yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan 13,26±5,71cm/s (mitralis) dan 11,46±9,22cm/s (trikuspidalis) (P>0,05). Faktorfaktor yang mempengaruhi parameter PI antara lain, EDV (End Diastolic Velocity), PSV (Peak Sistolic Velocity), dan RI (Resistive Index). End diastolic velocity (EDV) merupakan kecepatan maksimum aliran darah di akhir periode diastole, sedangkan peak sistolic velocity (PSV) adalah kecepatan maksimum saat 38 puncak periode sistol. Selain itu, faktor yang mempengaruhi PI adalah resistive index/RI. RI merupakan index kecepatan gelombang aliran darah arteri. Parameter RI digunakan untuk menghitung kecepatan aliran darah dimana tidak ada aliran balik darah dalam arteri. Peningkatan gelombang PI mengindikasikan terjadinya peningkatan tahanan pembuluh darah atau vascular resistance yang sering tedeteksi di awal penolakan transplantasi ginjal akut pada manusia (Petersen LJ et al.1997). Tabel 8. Hasil pengukuran Systole/Diastole dengan PWD echocardiography. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD Katup Mitralis Jantan Betina Semua Anjing Katup Trikuspidalis 250,67±2,86 250,3±1,42 247,81-253,53 248,88-251,72 252 251,8±0,56 0 250,24-252,36 251,5±0,77 251,2± 0,74 250,73-252,27 250,46-251,94 Keterangan : Hasil uji-t menyatakan tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang kepercayaan 95%. 39 Gambar 22. Histogram nilai rataan (S/D) di katup mitralis dan trikuspidalis PWD echocardiography normal anjing kampung (Canis lupus familiaris). Diastole adalah suatu periode relaksasi otot jantung, sedangkan satu periode pengisian jantung dengan darah yang diikuti oleh satu periode kontraksi otot jantung yang disebut dengan systole (Cunningham 2002). Debar jantung yang pertama merupakan suara menutupnya katup mitral dan trikuspidalis. Debar jantung yang kedua merupakan suara menutupnya katup aortik dan pulmonar (Colville Bassert 2002). Berdasarkan hasil pemeriksaan PWD echocardiography pada semua anjing kampung menunjukkan hasil bahwa katup mitralis memiliki nilai S/D yang lebih tinggi daripada katup trikuspidalis (P>0,05) 251,5±0,77. Pengukuran nilai S/D di katup mitralis dan trikuspisdalis, menunjukkan anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai S/D yang lebih tinggi daripada anjing jenis kelamin jantan 252±0 (mitralis) dan 251,8±0,56 (trikuspidalis) (P>0,05). Rasio S/D di katup mitralis lebih tinggi dari pada di katup trikuspidalis dapat dihubungkan dengan fungsi ventrikel kiri yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Selain itu menurut (Evans 1993), ventrikel kiri memilki karakteristik dinding otot yang tebal, dan 2 musculus papillaris yang besar. Dinding otot ventrikel kiri 3-4 kali lebih tebal daripada dinding otot ventrikel kanan. Fraksi pemendekan adalah persen perubahan pada dimensi ventrikel kiri dari fase diastole ke fase systole (Nelson Couto 2008). Menurut (Cornell et al. 2004), FS digunakan secara luas sebagai indikator fungsi sistolik ventrikel kiri. Pengukuran parameter normal S/D berguna untuk mengetahui 40 kekuatan kontraktilitas otot jantung yang dihubungkan dengan penyakit jantung atau hipovolemia. Karakteristik aliran darah di katup atrioventrikular pada ketujuh parameter yang diamati menunjukkan bahwa anjing dengan jenis kelamin betina memiliki nilai yang lebih tinggi daripada anjing berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan oleh faktor hormonal. estrogen. Hormon kelamin betina yang mempengaruhi adalah Esterogen merupakan hormon steroid yang terdiri dari tiga bentuk yaitu: 17-β estradiol, estron, dan estriol. Estrogen memiliki kemiripan sifat dengan hormon-hormon adrenokorteks (Syarif et al. 2007). Stimulasi dan pelepasan hormon estrogenik tersebut akan menyebabkan peningkatan konsentrasi ion natrium di dalam cairan ekstraselular. Potensial aksi depolarisasi pada otot jantung terjadi bila ion positif (Na) dari ekstraselular masuk ke intraselular, peningkatan konsentrasi ion natrium menimbulkan pembukaan gerbang saluran cepat untuk natrium (Fast Voltage gated Na Chanel) sehingga akan meningkatkan kontraktilitas otot dan listrik jantung (Cunningham 2002). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Karakteristik aliran darah di katup atrioventrikular (mitralis dan trikuspidalis) pada anjing kampung (Canis lupus familiaris) tersusun atas 2 puncak gelombang. Puncak gelombang yang pertama lebih tinggi daripada puncak gelombang yang ke dua. Puncak gelombang yang pertama disebut Epeak atau Va dan yang kedua disebut A peak atau Ve. 2. Karakteristik aliran darah pada normal anjing kampung (Canis lupus familiaris) menggunakan PWD echocardiography di katup mitralis lebih tinggi daripada katup trikuspidalis (P>0,05). 3. Anjing dengan jenis kelamin betina memiliki karakteristik aliran darah yang lebih tinggi dari pada anjing dengan jenis kelamin jantan (P>0,05) baik di katup mitralis maupun trikuspidalis di tujuh parameter yang diamati. Saran Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai continuous wave echocardiography di anjing kampung ataupun anjing lokal Indonesia, untuk memperkaya dan melengkapi data-data fisiologis pada jantung, serta meningkatan keterampilan yang lebih baik dalam interpretasi dan perhitungan hasil echocardiography. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Anjing. April 2009] [terhubung berkala].http//:www.anjingkita.com [19 Birchard SJ, Sherding RG. 2000. Saunders Manual of Small Animal Practice. 2 nd ed. USA: WB Saunders Company. Hal.13. Calvert CA. 2007. Heart and Blood Vessel Disorders. Di dalam: Kahn CM, editor. The Merck/Merial Manual for Pet Health. USA: Merck & Co, Inc. Hal. 371-375. Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians. USA: Mosby, Inc. Hal. 164-181. Cornell CC et al. 2004. Allometric scalling of m-mode variables in normal adult dogs. Journal of Veterinary Internal Medicine. 18:311-321. Cote E. 2005. Echocardiography: common pitfalls and practical solutions. Clinical Techniques in Small Animal Practice. 20: 156-163. Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. USA: Saunders. Hal. 166-172; 180-182. Devi P. 2009. Nilai Referensi Motion mode Echocardiography pada Anjing Kampung Normal (Canis lupus familiaris). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan. Donald J.Brown, David H.Knight, Robert R King. 1991. Use of pulsed wave Doppler echocardiography to determine aortic and pulmonary velocity and flow variables in clinically normal dogs. American Journal Veterinary Res. 52: 543-550. Evans, Howard E. 1993. Anatomy of The Dog. Philadelphia: W.B. Saunders. Hal: 593-595. Fox, SI. 2004. Human Physiology. 8th Ed. USA: MCGraw-Hill. Hal. 353-355; 31-384. Kerry ES, et al. 2008. Pulsed-wave Doppler tissue imaging velocities in normal geriatric cats and geriatric cats with primary or systemic diseases linked to specific cardiomyopathy in human, and the influence of age and heart rate upon these velocities. Journal of Feline Medicine and Surgery. 11: 293304. Katja H, Claudio B, Oriol D, Jens H, Danitza P, Clarence K. 2007. Contrast echocardiography in boxer dogs with and without aortic stenosis. Journal of Veterinary Cardiology. 9: 15-24. Kayar A, Gonul R, Or ME, Uysal A. 2006. M-mode echocardiographic parameters and indices in the normal german shepherd dog. Veterinary Radiology & Ultrasound. 47: 482-486. 44 Petersen LJ et al. 1997. The pulsatility index and the resistive index in renal arteries associations with long-term progression in chronic renal failure.[Artikel];12;1376-1380 . Nyland TG, Mattoon JS. 2002. Small Animal Diagnostic Ultrasound. Philadelphia: WB Saunders Company. Hal. 365-369. Nelson RW, Couto CG. 2008. Small Animal Internal Medicine. 2nd ed. USA: Mosby Inc. Hal. 34-42. Mannion P. 2006. Diagnostic Ultrasound in small animal practice. United Kingdom: Blackwell Publishing. Hal.1-19,188. Patteson M. 2002. Equine Cardiology. USA: Blackwell Publishing. Penninck D, d’Anjou MA. 2008. Atlas of Small Animal Ultrasonography. Ed ke1. Iowa: Blackwell Publishing. Hal. 151-160; 170-174. Pratanu S. 2000. Kursus Elektrokardiografi. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Klabunde R. 2009. Cardiovascular http//:www.cvphysiology.com/textbook. Physiological Concept. Sanjaya W, Soerianata S. 2001. Peranan faktor-faktor hemodinamik dan non hemodinamik dalam mekanisme patogenik hipertrofi ventrikel kiri. Cermin Dunia Kedokteran. No. 143: 1. Sayer A. 1994. The Complete Dog. UK: Multimedia Books Limited. Hal. 5053. Schaer M. 2008. Clinical Signs in Animal Medicine. UK: Manson Publishing. Hal. 62-63. Schille S, Skrodzki M. 1999. M-mode echocardiographic reference value in cats in the first three months of life. Veterinary Radiology and Ultrasound. 40: 491-500. Schwartz PJ, Priori SG. 1990. Sympathetic nervous system and cardiac arrhythmias. In: Zipes DP, Jalife J, eds. Cardiac Electrophysiology. From Cell to Bedside. Philadelphia: W.B. Saunder: 330–43. Syarif A et al. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed-5. Jakarta: UI-Press Stepien RL, Hinchcliff KW, Constable PD, Olson J. 1998. Effect of endurance training on cardiac morphology in alaskan sled dogs. Journal of Applied Physiology. 85(4):1368-1375. Supriadi HR. 2004. Studi Identifikasi Golongan Darah Anjing Kampung (Canis familiaris) dengan Metode Antibodi Monoklonal Shigeta [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Bogor, Institut Pertanian Bogor. Tortora GJ. 2005. Principles of Human Anatomy. Ed ke-10. USA: John Wiley and Sons, Inc. Hal. 586. Widjaja S. 1990. EKG Praktis. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal. 10-29. Willerson T, Cohn JN, Wellens HJJ, Holmes DR, editor. 2007. Cardiovascular Medicine. 3rd ed. USA: Springer. Hal. 93. 45 Yuil O’grady. 1989. Doppler-derived velocity of blood flow across the cardiac valves in the normal dog.Can J Vet Res 1991; 55: 185-192 LAMPIRAN HASIL ANALISIS STATISTIK STUDENT T-TEST Katup Mitralis: (H0:M Jantan<=M BetinaH1: M Jantan>M Betina) Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina Debar Jantung (HR). Twosample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 90,00 8,37 4,8 Betina 5 112,4 26,3 12 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -22,4000 95% lower bound for difference: -48,0383 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,76 P-Value = 0,931 DF = 5 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (Va). Two-sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 90,52 8,72 5,0 Betina 5 93,79 9,44 4,2 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -3,26867 95% lower bound for difference: -17,27525 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,50 P-Value = 0,678 DF = 4 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (Ve). Two-sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 0,3611 0,0347 0,020 Betina 5 0,3747 0,0385 0,017 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -0,013556 95% lower bound for difference: -0,069856 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,51 P-Value = 0,683 DF = 4 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (VTI). Two-sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 3,867 0,757 0,44 Betina 5 4,53 2,06 0,92 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -0,658667 95% lower bound for difference: -2,716336 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,65 P-Value = 0,726 DF = 5 47 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (PI). Two-sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 12,83 3,10 0,62 Betina 5 13,26 5,71 3,7 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: 1,97956 95% lower bound for difference: -6,10067 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 0,52 P-Value = 0,315 DF = 4 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (MPG). Two-sample T for Jantan vs Betina N Mean StDev SE Mean Jantan 3 0,01444 0,00192 0,0011 Betina 5 0,0240 0,0138 0,0062 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -0,009556 95% lower bound for difference: -0,022947 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,52 P-Value = 0,899 DF = 4 Katup Trikuspidalis: (H0: T jantan <= T betina H1: T jantan > T betina) Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina Debar Jantung (HR). Two sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 98,0 13,0 7,5 Betina 5 103,7 17,5 7,8 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -5,66667 95% lower bound for difference: -27,57046 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,52 P-Value = 0,688 DF = 5 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (Va). Two-sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 97,83 7,98 4,6 Betina 5 115,7 15,4 6,9 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -17,9042 95% lower bound for difference: -34,6377 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,16 P-Value = 0,958 DF = 5 48 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (Ve). Two-sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 0,3900 0,0346 0,020 Betina 5 0,4513 0,0647 0,029 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -0,061333 95% lower bound for difference: -0,132246 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,74 P-Value = 0,929 DF = 5 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (VTI). Two-sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 3,90 1,26 0,73 Betina 5 7,60 3,25 1,5 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -3,69756 95% lower bound for difference: -6,97110 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,28 P-Value = 0,964 DF = 5 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (MPG). Two-sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 0,03111 0,00694 0,0040 Betina 5 0,0500 0,0276 0,012 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: -0,018889 95% lower bound for difference: -0,046543 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,46 P-Value = 0,890 DF = 4 Two-Sample T-Test and CI: Jantan; Betina (S/D). Two-sample T for Jantan vs Betina: N Mean StDev SE Mean Jantan 3 250,3 0,192 0,11 Betina 5 251,8 1,42 0,80 Difference = mu (Jantan) - mu (Betina) Estimate for difference: 1,08889 95% lower bound for difference: -0,63296 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 1,35 P-Value = 0,124 DF = 4 49 Antara Katup Mitralis dan Trikuspidalis: (H0: T<=M, H1: T>M) Two-Sample T-Test and CI: trikuspidalis; mitralis Debar Jantung (HR). Two-sample T for trikuspidalis vs mitralis: N Mean StDev SE Mean trikuspidalis 8 101,5 15,3 5,4 mitralis 8 104,0 23,5 8,3 Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis) Estimate for difference: -2,45833 95% lower bound for difference: -20,09062 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,25 P-Value = 0,596 DF = 12 Two-Sample T-Test and CI: trikuspidalis; mitralis (Va). Two-sample T for trikuspidalis vs Mitralis: N Mean StDev SE Mean trikuspidalis 8 92,56 8,69 3,1 mitralis 8 109,0 15,5 5,5 Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis) Estimate for difference: -16,4650 95% lower bound for difference: -27,7507 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,62 P-Value = 0,988 DF = 11 Two-Sample T-Test and CI: Trikuspidalis; Mitralis (Ve). Two-sample T for Trikuspidalis vs Mitralis: N Mean StDev SE Mean trikuspidalis 8 0,3696 0,0352 0,012 mitralis 8 0,4283 0,0612 0,022 Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis) Estimate for difference: -0,058750 95% lower bound for difference: -0,103582 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,35 P-Value = 0,981 DF = 11 Two-Sample T-Test and CI: Trikuspidalis; Mitralis (VTI). Two-sample T for Trikuspidalis vs Mitralis: N Mean StDev SE Mean Trikuspidalis 8 4,28 1,65 0,58 Mitralis 8 6,21 3,18 1,1 Difference = mu (Trikuspidalis) - mu (Mitralis) Estimate for difference: -1,93042 95% lower bound for difference: -4,22803 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,52 P-Value = 0,921 DF = 10 50 Two-Sample T-Test and CI: trikuspidalis; mitralis (MPG). Two-sample T for trikuspidalis vs mitralis: N Mean StDev SE Mean trikuspidalis 8 0,0204 0,0116 0,0041 mitralis 8 0,0429 0,0233 0,0082 Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis) Estimate for difference: -0,022500 95% lower bound for difference: -0,039197 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -2,44 P-Value = 0,983 DF = 10 Two-Sample T-Test and CI: trikuspidalis; mitralis (PI). Two-sample T for trikuspidalis vs mitralis: N Mean StDev SE Mean trikuspidalis 8 11,41 6,01 2,1 mitralis 8 15,27 6,43 2,3 Difference = mu (trikuspidalis) - mu (mitralis) Estimate for difference: -3,86375 95% lower bound for difference: -9,37423 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,24 P-Value = 0,882 DF = 13