TAX PLANNING SET UP BISNIS GRUP USAHA PROPERTY Owner Pemilik tanah l Owner Holding Co. i Owner k Kavling j k k PT Penyewa PT Konstruksi e b a PT Developer Org Pribadi d f Property c (hotel) Org Pribadi g Real estat Operator hotel Kode a b Org Pribadi h Org Pribadi PT Pihak Lain Proses bisnis Tax Planning Potensi Pajak PT. Developer membangun property berupa bangunan hotel dan tanahnya dapat dimiliki melalui sewa jk panjang 1. Pengawasan pemotongan-pemungutan pph lebih ditingkatkan karena pengeluaran/biaya pembangunan yang cukup besar. 2. PPN Masukan jg perlu diadministrasikan karena dapat dijadikan sebagai pengurang nantinya apabila ada pendapatan/penyerahan yg harus dipungut PPN (PPN Keluaran PPh Psl 25 tidak ada krn PT. Developer akan mendapatkan penghasilan yg dikenakan Final (utk sewa dan jual real estat) PPh Pot put: PPh Psl 21, 23, 4(2), khususnya apabila sewa tanah maka tdk lupa dipot PPh Psl 4 (2) sewa 10% saat pembayaran PPN : PPN Masukan yg besar dr pembangunan) PT. Penyewa merupakan bentukan dari grup bisnis ini untuk menyewa 1. PT. Penyewa sengaja dibentuk untuk mendapatkan manfaat pajak (PPN) dimana apabila PT. Developer- PT. Developer PPh Psl 25 tidak ada, namun telah dipotong PPh property ke PT. Developer dan penguasaan property pindah ke PT. Penyewa nya yg melaksanakan usaha perhotelan maka PPN Masukan yang sebelumnya dikreditkan dari pengeluaran pembangunan propertynya menjadi hilang karena bisnis perhotelan tidak dikenakan PPN (tidak ada PPN Keluaran) sehingga PPN Masukan tidak dapat dikreditkan. 2. PPN Keluaran akan dipungut dari pendapatan sewa ke PT. Penyewa yang akan mengurangi PPN Masukan yang nilainya cukup besar secara bertahap. c PT. Penyewa kemudian menyerahkan pengelolaan villa / hotel ke operator/manajemen hotel ternama d PT. Developer membeli tanah dan membangun real estat PT. Penyewa ini yang memiliki ijin usaha hotel dan pengelolaannya dapat diserahkan ke manajemen hotel agar lebih professional dan meningkatkan pendapatan. Apabila ada biaya renovasi yang harus dikeluarkan, maka diusahakan utk dikerjakan sendiri (swakelola) agar terhindar dari pengenaan PPN sehubungan PPN Masukan tidak bisa dikreditkan krn PT. Penyewa bukan PKP. Pembelian tanah akan mengakibatkan turunnya hak atas tanah dari hak milik menjadi HGB krn kepemilikan oleh PT/Badan Usaha dan hal ini tidak bisa dihindari. Bahkan saat pembayaran PPhTB tidak hanya saat AJB tetapi juga bisa saat PPJB. Pemungutan PPN atas penjualan real estat jg harus dilakukan dan PPN bukan komponen harga jual namun konsumen menanggungnya. Penghindaran pajak melalui mekanisme penjualan tanah dari pemilik tanah ke pembeli tidak bisa dilakukan karena ini merupakan penjualan tanah plus rumah dan kadang pembayaran melalui KPR tidak bisa ditutupi karena nama PT tertera dalam akad kredit dan aliran uang dari Bank akan menuju ke PT. Final Psl 4 (2) atas sewa property atau nantinya ada penghasilan jual real estat maka setor sendiri PPh Finalnya. PPh Pot put: PPh Psl 21, 23, 4 (2) PPN : apabila komersial (sdh disewakan atau jual real estat) wajib pungut PPN (PPN Keluaran) dan dpt dikurangkan dg PPN Masukan. PT. Penyewa PPh Psl 25 disetor selama 1 tahun pertama komersial (omzet dr usaha hotel) dan th berikutnya dpt menyetor PPh Final 1% dari omzet bruto tiap bulan apabila omzet <4,8M PPh Pot put: PPh Psl 21, 23, 4 (2), khusus utk pembayaran sewa ke PT. Developer, wajib dipotong PPh Psl 4 (2) 10% Khusus utk PPh Psl 23 atas pembayaran jasa manajemen ke manajemen hotel sebesar 2% dari bruto. PB 1 atas pendapatan hotel, dimana seluruh operasional hotel (Lap Keuangan) dilaporkan oleh PT. Penyewa, bukan operator/manajemen hotel. BPHTB atas pembelian tanah PPh pot put : PPh psl 21, 23, 4 (2) atas pengeluaran mulai dari pematangan tanah sampai proses pembangunan. PPh Final atas penjualan real estat disetor sendiri sebesar 5% dari nilai tertinggi dari NJOP dan AJB PPN wajib dipungut atas penjualan tsb dan akan disandingkan dg PPN Masukan. Developer. Bila dikerjakan sendiri maka kewajiban PPh pot put full ada di PT. Developer mulai PPh psl 21 atas mandor dll, Psl 23 atas sewa alat dll, namun apabila disubkon maka hanya memotong PPh Final atas jasa konstruksi, sehingga lebih konsentrasi di bidang lainnya spt marketing dll. Pilihan ini disesuaikan dg cost & benefit. Administrasi pembayaran PPh Final dan penerbitan FP atas pemungutan PPN menjadi perhatian utk menghindari pengenaan sanksi. Hal ini bisa menjadi opsi untuk mengurangi beban perusahaan dalam pelaksanaan pekerjaan real estat, misalnya pihak lain dapat menyediakan tanah dan PT. Developer yg membangun. e PT. Developer dalam membangun real estat-nya dapat menggunakan jasa konstruksi dari afiliasi f PT. Developer menjual real estat ke pembeli orang pribadi g PT. Developer juga mempunyai opsi utk bekerja sama dg PT. Pihak lain melalui mekanisme KSO/JO h KSO tsb akan menjual ke pembeli orang pribadi Apabila diputuskan penjualan atas nama KSO i PT. Developer/PT. Konstruksi membantu pemilik tanah untuk mengkavling tanahnya dan langsung menjual ke pembeli orang pribadi PT. Konstruksi mendapat kontrak pekerjaan konstruksi dari pembeli untuk membangun rumah. Mekanisme penjualan kavling dari pemilik tanah ke pembeli tetap dipertahankan dan bisa saja PT. Konstruksi/Developer mendapat komisi dari penjualan tsb (kuasa menjual). j K Holding Company dibentuk sebelumnya utk mengontrol beberapa perusahaan yg kepemilikannya di atas 50% Manfaat dari model bisnis ini adalah adanya suatu ikatan yang mendorong pembeli utk menggunakan jasa konstruksi PT. Konstruksi dalam membangun rumah mereka. Model tax planning dari pembentukan Holding Co sangat berguna selain pada manfaat pajak, juga pada kinerja manajemen. Atas dividen yang nantinya diterima Holding Co dari afiliasi tidak dikenakan PPh krn kepemilikan 25% ke atas. Kinerja manajemen lebih focus di tiap afiliasi sesuai segmentasi bisnisnya dan Holding Co bisa focus pada pengelolaan pendanaan, pengawasan afiliasi dan pembentukan afiliasi baru. PPh pot put wajib dipotong khusus atas pekerjaan subkon dikenakan PPh Final jasa konstruksi. PPh Final 5% PPN dipungut diluar harga jual. PPh Final 5% disetor oleh tiap anggota KSO sesuai porsi masing2. PPN dipungut oleh anggota KSO atau KSO tergantung dari pihak mana yang mengatasnamakan penjualan produknya. PPh Final 5% disetor oleh tiap anggota KSO sesuai porsi masing2. PPN dipungut KSO. Penghasilan komisi ini dikenakan PPh Badan tarif umum (tidak PPh Final) PPN tetap dilakukan pemungutan atas komisi tsb. PPh Final jasa konstruksi disetor sendiri krn pembeli OP bukan pemotong PPh. PPN tetap dilakukan pemungutan. PPh Badan/PPh Final 1% akan dikenakan apabila ada penghasilan lain selain dividen pada Holding Co. Namun perlu diperhatikan bahwa atas segala transaksi terkait holding maupun antar afilasi harus memenuhi kewajaran seperti transaksi dg pihak lain karena system holding akan berdampak pada adanya Hubungan Istimewa. l Owner-owner sebagai pemilik holding dan dapat pula memiliki sebagian kecil saham di perusahaan afiliasi Hormat kami, I Ketut Suastika Konsultan Pajak Owner-owner yang merupakan Orang Pribadi akan menerima dividen yang dikenakan PPh Final 10% dan porsi terbesar berasal dari penerimaan dividen dari holding co yg sebelumnya menerima dividen dari afiliasi tanpa dikenakan PPh. PPh Final dipotong oleh Holding Co atas dividen OP sebsar 10%