BENARKAH ALLAH DARI AL ILAH? Shalom saudara terkasih dalam Yesus Kristus, Traktat/Edaran berjudul “Siapakah yang bernama ALLAH itu?” akhirnya ditanggapi oleh Lembaga Alkitab Indonesia dengan memberikan penjelasan kepada gereja-gereja sebagai berikut: Pengunaan “Allah” dalam Alkitab El, elohim, eloah adalah nama pencipta alam semesta dalam bahasa Ibrani, bahasa asli Alkitab Perjanjian Lama. Dalam bahasa Arab, allah (bentuk ringkas dari al ilah) merupakan istilah yang seasal (cognate) dengan kata Ibrani el, elohim, eloah. Jauh sebelum kehadiran agama Islam, orang Arab yang beragama Kristen sudah menggunakan (baca: menyebut) allah ketika mereka berdoa kepada el, elohim, eloah. Bahkan tulisan-tulisan Kristiani dalam bahasa Arab pada masa itu sudah menggunakan allah sebagai padan kata untuk el, elohim, eloah. Sekarang ini, allah tetap digunakan dalam alkitab bahasa Arab, baik terjemahan lama (Arabic Bible) maupun terjemahan yang baru (to day’s Arabic version). Dari dahulu sampai sekarang, orang Kristen di Mesir, Lebanon, Iraq, Indonesia, Malaysia, Brunai, Singapura dan di berbagai Negara di Asia serta Afrika yang dipengaruhi oleh bahasa Arab terus menggunakan (baca: menyebut) kata allah – jika ditulis biasanya menggunakan huruf capital “ALLAH” - untuk meyebut pencipta alam semesta dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, baik dalam ibadah maupun dalam tulisan-tulisan. Dalam terjemahan-terjemahan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, kata “Allah” sudah digunakan terus menerus sejak terbitan injil Matius dalam bahasa Melayu yang pertama (terjemahan Albert Corneliz Ruyl, 1629), begitu juga dalam alkitab Melayu yang pertama (terjemahan Melchior Leijdecker, 1733) dan alkitab Melayu yang kedua (terjemahan Hillebrandus Cornelius Klinkert, 1879) sampai saat ini. Dalam Septuaginta, yaitu terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, kata Ibrani el, elohim, eloah diterjemahkan dengan kata Yunani Theos, yang sama artinya dengan “Allah”. Jadi mengikuti cara itu, maka Theos dalam Perjanjian Baru juga diterjemahkan dengan “Allah”. Seorang pendeta yang berpendapat sama dengan L.A.I. berkata: “al” dalam bahasa Arab, yaitu “the” dalam bahasa Inggris merupakan definite article untuk menyatakan sesuatu yang sudah pasti. Sedangkan “ilah” bahasa Arab, “God” bahasa Inggris, artinya yang disembah atau sesembahan. Al Ilah diringkas jadi Allah berarti sesembahan yang itu (sambil menunjuk ke atas) yang sudah pasti, Tuhan pencipta alam semesta, Bapa di Surga. Dengan penjelasan itu, maka L.A.I. terjebak dalam kata “allah” (huruf kecil semua) untuk menggantikan berhala-berhala, tentunya harus diartikan dengan al ilah juga. 7/12/20109:36:40 AM 1 Mengetahui kesalahan ini, L.A.I. merevisi alkitabnya dengan menerbitkan terjemahan baru pernjanjian baru edisi ke-2 yang menampilkan kata “ilah” untuk menggantikan “allah”. Dan kata “Allah”, “ALLAH” tetap tertulis. Mari kita simak : Menurut L.A.I. dibedakan antara “al Ilah” (diringkas menjadi “Allah”) yang merujuk kepada sebutan Bapa di surga, dan ilah untuk berhala. Bahasa Ibrani tidak membedakannya, Bapa di surga maupun berhala, keduanya disebut el, elohim, atau eloah, dan ditulis sama rata karena bahasa Ibrani tidak mengenal huruf besar maupun huruf kecil. Jadi untuk membedakannya dilihat dari kalimat atau kepada siapa mereka meyembah. Contoh: Samuel, Daniel, Yehezkiel, Natanael, Yoel, dan banyak lagi. Mereka ini adalah penyembah El, Elohim, eloah yang merujuk kepada Bapa di surga. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini: Beresit bara Elohim et ha samayim we et ha arets. Pada mulanya Elohim menciptakan langit dan bumi (Kej. 1:1). Elohim di sini jelas merujuk kepada Bapa di surga. Lo yihye lekha elohim akherim al panai. Jangan ada padamu elohim lain di hadapanKu (Kel. 20:3). Ki kol eloei haamim elilim. Sebab segala elohim bangsa-bangsa itu berhala (1Taw. 16:26). Elohim ini menunjuk kepada berhala. Lebih lanjut saudara perhatikan: Bahasa Ibrani juga mengenal definite article yaitu “ha”. Seperti contoh di atas: ha samayim artinya langit (yang sudah jelas dan pasti, yang kita lihat itu). ha arets yaitu bumi (yang sudah jelas, yang pasti dan kita pijak ini). Yang lebih jelas lagi yaitu: Yesua Ha Masiah disebut oleh bangsa Arab Isa Al Masih, jadi ha sana dengan al. Perhatikan: L.A.I. telah menterjemahkan el, elohim, eloah dengan al ilah (diringkas allah). Bila el / elohim = al ilah / allah, bagaimana dengan kata ha elohim? Wa yomer Mose el ha Elohim dan berkata Musa kepada al al Ilah (The the God). Janggal bukan? (Kel. 3:11). Jadi allah singkatan dari al ilah sudah mulai meragukan. Kita teruskan saudara, bukti yang sangat nyata dan tidak bisa disanggah lagi: Ismael yang artinya “Elohim mendengar” dipanggil oleh bangsa Arab Ismail; Israel artinya “Elohim memberi kemenangan” dipanggil atau disebut Israil; Gabriel artinya “pembawa berita dari Elohim” dipanggil Jibril; Jika L.A.I. menjelaskan bahwa “Allah” adalah sebutan kepada Bapa di surga, mengapa Ismael, Gabriel, Israel tidak dipanggil oleh bangsa Arab Ismallah, Jibrallah, Israllah? Dan apakah il yang merupakan singkatan dari ilah, yang berasal dari el di sini menunjuk kepada berhala? Siapa yang benar, L.A.I. atau 7/12/20109:36:40 AM 2 bangsa Arab? Di alkitab ada tertulis kuasa Ilahi, kuasa yang manakah ini, mengapa tidak ditulis kuasa Allahi?. Jadi el sepadan (cognate) dengan il, bukan Allah. Keraguan saudara semakin nyata bukan? Mari kita lanjutkan. Penjelasan dari L.A.I. tentunya tidak benar kalau al ilah diringkas menjadi allah, karena lebih tepat jika Al Ilah diringkas menjadi “alil”. Dan alil pun tidak bisa menggantikan el. Karena el sepadan dengan il atau ilah (jamak: alihah), dan alil harus menggantikan ha el atau ha elohim. Keraguan sudah berubah menjadi kepastian bahwa: Allah bukan ringkasan dari al Ilah. Kami telah bersepakat untuk menyebut Bapa di surga dengan Elohim dan mengindikasikan berhala dengan elohim. Silakan saja saudara memakai Ilah atau ilah (jamak: alihah) tetapi jangan Allah. Lalu apa atau siapakah Allah ini yang telah menggantikan nama Bapa di surga yaitu YAHWEH? Lihatlah kamus di halaman belakang alkitab dan cari kata TUHAN. ALLAH dan TUHAN (huruf kapital semua) dalam alkitab aslinya berbahasa Ibrani tertulis YAHWEH. Pada awal tulisan ini, L.A.I. menjelaskan bahwa ALLAH sudah disebut, dipanggil sejak agama Islam belum ada, ini betul, buktinya: sebelum nabi Muhammad SAW lahir (nabinya saudara kita Islam) nama bapaknya yaitu Abdullah yang artinya abdi ALLAH. Buku-buku sekuler, yakni buku umum yang bukan buku Kristen menjelaskan bahwa ALLAH pra Islam adalah nama dari dewa yang tugasnya mengairi bumi, bukan sebagai satu-satunya dewa, dengan kata lain salah satu dewa di antara banyak dewa yang dikenal oleh penduduk Mekah dan sekitarnya. Selanjutnya buku-buku itu menerangkan: kemudian Islam datang dan mengubah konsep ALLAH menjadi ALLAH yang maha esa khalik langit dan bumi. Kita tidak membahas ALLAH yang esa, karena ini urusan dari saudara kita sendiri. Maka tolong tulisan ini diberi label untuk kalangan sendiri, umat Kristen. Yang perlu dipertanyakan: Bagaimanakah peranan orang Arab Kristen di jaman pra Islam hingga sekarang? Mereka telah mengenal dua golongan: 1) Nama-nama berakhiran il adalah berasal dari el yaitu yang menyembah kepada YAHWEH seperti: Ismail, Israil, Jibril, Qabil dan masih banyak il lainnya. Samuel pun menjadi Samuil karena orang Arab Kristen berbahasa Arab dan tahu tentang Alkitab. 2) Nama-nama berakhiran LLAH yang menyembah ALLAH Abdullah, Amirullah, Syaifullah, Ayatullah dan lain-lain. Allah bisa disingkat dengan Llah demikian pula YAHWEH (baca: YAHWE) bisa disingkat YAH: ObadYAH, EliYAH, NetanYAHu, YeremiYAH, haleluYAH dan lainnya. Saudara pembaca yang terkasih, inilah saatnya menanyakan tentang nama Bapa di surga kepada L.A.I. yang bertanggung jawab kepada gereja-gereja di Indonesia. Tentunya L.A.I. akan meneruskan kepada orang-orang Kristen Arab di sana, siapakah nama dan panggilan BapaNya Isa Al Masih, YAHWEH ataukah ALLAH, IL atau LLAH, yang telah mereka kenal sejak jaman pra Islam hingga sekarang ini. Di Alkitab mereka yang berbahasa Arab, tentu tertulis juga pernyataan Bapa di surga kepada Musa: YAHWEH.....itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun temurun (Kel. 3:15). 7/12/20109:36:40 AM 3 Mereka tidak menyembah ALLAH, dewa yang dipuja oleh kaum sebangsanya, pada jaman itu perbedaannya pasti sangat jelas karena dewa-dewa itu belum dihancurkan oleh nabinya saudara kita dan ritualnyapun mereka saksikan, sedangkan mereka berdoa di rumah atau di gereja. Kesimpulan: Di jaman pra Islam, orang Arab beragama Kristen telah memeluk agama monotheisme, yaitu Elohim yang esa (YAHWEH di dalam Yesus Kristus), dan merekalah yang menerjemahkan Alkitab asli berbahasa Ibrani ke dalam bahasa Arab tak terkecuali Waraqah bin Naufal jadi menandakan jauh sebelum adanya agama Islam, panggilan atau sebutan Ismail, Jibril, Israil, Musa, Nuh, dan lain-lain sudah ada. Dari nama-nama yang berakhiran il bisa disimpulkan nama sesembahan mereka adalahYAHWEH sesuai alkitab yang diimani (yang tentunya merujuk alkitab bahasa Ibrani). ALLAH bersama-sama anak-anaknya yaitu Al Atta, Al Uzza, Al Manna menantunya Al Hubal dan kawan-kawannya juga disembah oleh penduduk Mekah dan sekitarnya sebagai polytheisme. Tentunya di jaman itu orang Arab Kristen sangat mudah membedakan sesembahan yang satu dengan yang lain (sambil saudara pembaca bayangkan seakan-akan masuk ke jaman itu). Kejadian yang sedang berlangsung saat ini, dunia memanggil nama Bapa di surga dengan beraneka ragam sebutan seperti: Tuhan, Allah, Gusti, Tete Manis, Sang Hyang Widhi, Lord, God, Adonai Elohim, El Shaddai, El Gibor, El Roi, Gott, Aku Ada Yang Aku Ada, Cemburuan, Alfa dan Omega dan masih banyak lagi. Sebenarnya ini bukan nama, melainkan gelar, jabatan, generic name. Tetapi banyak hamba Tuhan yang ngotot dan tidak mau tahu, inilah nubuatan yang sedang terjadi sekarang: Tetapi sesudah itu Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama YAHWEH, beribadah kepadaNya dengan bahu membahu (Zefanya 3 : 9). Untuk para hamba Tuhan yang tetap menyebut ALLAH, inilah firmanNya untuk saudara: ......jika Aku ini Bapa, dimanakah hormat yang kepadaKu itu?. Jika Aku ini Tuan, dimanakah takut yang kepadaKu itu? Firman YAHWEH semesta alam kepada kamu, hai para pendeta yang menghina namaKu. Tetapi kamu berkata:”Dengan cara bagaimanakah kami menghina namaMu?” (Maleakhi 1:6). Yang menjadi pemikiran kita: Sesuai dengan pernyataan L.A.I. di atas/di depan.... bahwa orang Arab Kristen sejak jaman pra Islam telah menyebut ALLAH, Allah, di dalam tulisan dan doa mereka. Tentunya ini bukan jawab yang asalasalan, mengingat L.A.I. adalah panutan dari seluruh gereja di Indonesia. Oleh karena itu penulis mengajak saudara pembaca ikut berperan serta dalam hal ini, supaya kita mendapatkan terjemahan Alkitab yang sempurna. Kami tidak memusuhi L.A.I., bahkan mengasihi, kami juga sudah bersepakat untuk tidak menyebut nama ALLAH, Allah, allah, lagi, dan menggantinya dengan YAHWEH, El, Elohim, perlu saudara pembaca ketahui bahwa makin banyak hamba-hamba Tuhan yang bergabung bersama kami, meskipun resiko paling berat yaitu dipecat dari gereja, ini tidak main-main saudara, tetapi mereka tetap yakin bahwa ini suatu kebenaran (sudah banyak yang dipecat karena tidak mau menyebut ALLAH). “Dalam segala ha lyang Kufirmankan kepadamu haruslah kamu berawas-awas, nama elohim lain jangan kamu panggil, janganlah nama itu kedengaran dari mulutmu” (Kel. 23:13) 7/12/20109:36:40 AM 4 “Sebab segala elohim bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi YAHWEH lah yang menjadikan langit”. (1Taw. 16:26). “Menurut ucapanmu kamu akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula kamu akan dihukum” (Mat. 12:37). Bapak pendeta yang disebut di halaman depan menulis bahwa: Pada inskripsi Zabad 512 Masehi diawali doa bism al Ilah yang sepadan dengan kata bismillah. Al pada Allah adalah hamzah wasl sehingga definite article al bisa hilang dalam kata: wallahi, billahi, lillahi, al-hamdulillah dan sebagainya. Kita cocokkan dengan dalil yang beliau buat: Jika al Ilah (Allah) bisa dihilangkan al (definite article)nya, tentu tinggal kata Ilah dengan satu huruf L (single L), sedangkan contoh soal tetap tertulis dengan double L, maka kata-kata ini tetap tertuju kepada ALLAH, hanya penyingkatan nama menjadi LLAH bukan penghilangan definite article al. ALLAH adalah nama, sedangkan al Ilah adalah sebutan untuk Bapa di surga. Jadi bism al Ilah (dengan nama al Ilah dari kata be shem ha Elohim) tidak sama dengan bismillah (dengan nama ALLAH). Dan apa kata beliau tentang YAHWEH atau ALLAH? Tidak ada nama Ilahi yang turun dari surga, baik YAHWEH maupun ALLAH pada alkitab Keluaran 3:14. Pertanyaan nabi Musa dijawab Elohim dengan bahasa Ibrani: Ehyeh asyer ehyeh – AKU ADALAH AKU, dengan firman itu Elohim menyatakan siapakah diriNya. Secara gramatikal, apabila Elohim yang mengucapkan namaNya sendiri, kita menjumpai bentuk ehyeh (AKU ADA), SEDANGKAN APABILA UMAT YANG MENGUCAPKAN TENTU SAJA MEMAKAI KATA GANTI ORANG KETIGA Yahweh (DIA ADA), jadi menurut si bapak pendeta itu, bahwa YAHWEH adalah pemberian nama dari bangsa Israel. Kita baca Keluaran 3 : 14 Aku ada yang Aku ada (terjemahan yang benar) lagi firmanNya:”Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: Aku ada telah mengutus aku kepadamu” Perhatikan saudara: Musa yang adalah umat itu diperintahkan untuk mengatakan kepada orang Israel yang adalah umatNya juga, Aku ada (ehyeh), dan bukan Dia ada (yihye) apalagi YAHWEH, Aku ada yang Aku ada, merupakan pernyataan Elohim tentang jati diriNya, itu bukanlah nama diri (personal name). Jadi teori bapak pendeta DIA ADA dijawab oleh Elohim dengan firmanNya Aku ada. ....YAHWEH,...itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun temurun, (Kel. 3 : 15). Pasti saudara pembaca menyimpulkan bahwa nama YAHWEH itu turun dari surga, lalu bagaimana pendapat bapak pendeta tentang nama ALLAH? Marilah saudara-saudara kita memasyhurkan nama Bapa yaitu YAHWEH di dalam Yesus Kristus atau YAHWEH di dalam Yesua Hamasiah yang telah memberkati kita sekalian. Adalah suatu pertanyaan, apakah orang Arab Kristen di sana sedang sibuk merubah kata allah (huruf kecil semua) menjadi ilah?, atau L.A.I. yang punya inisiatif untuk merubah sendiri, yang pasti alkitab Ibrani mempengaruhi alkitab Arab, alkitab Arab mempengaruhi Asia dan Afrika yang sudah dimasuki paham lain sejak jaman pra Islam, sesuai dijelaskan di atas. Catatan: 7/12/20109:36:40 AM 5 Ilah bisa disingkat dengan il bukan LLAH, tentu al Ilah harus menjadi alil, maka pernyataan L.A.I. tidaklah benar jika Allah ringkasan dari al Ilah. ALLAH adalah nama sesembahan bangsa Arab sejak sebelum datangnya Islam pada abad ke-7 (buku pintar tentang Islam oleh Syamsul Rijal Hamid – Pustaka Amani Jakarga hal. 6). Passing over – oleh Wahyuni Nafis 1998 – Gramedia – hal. 85, Agama Manusia – Djohan Effendi 1985 hal. 258, Ensiklopedi Islam, Jakarta 1996, hal. 23. Menurut L.A.I. orang Arab Kristen sudah menyebutnya di dalam doa maupun tulisan, dan mempengaruhi Asia, Afrika. Setelah tahu apakah saudara masih akan tetap mempertahankan ALLAH itu? Dulu kita menyanyikan Kumbaya my lord, tetapi setelah tahu bahwa Kumbaya adalah dewanya bangsa Afrika maka lagu itu tak terdengar lagi. Menurut pendapat saya, orang Arab Kristen pada jaman dahulu tidak menyebut Allah dalam doanya, terbukti dari nama Ismael tidak dipanggil Ismallah, berarti mereka menterjemahkan el menjadi il, atau ilah, dan mereka juga tahu bahasa Ibrani ada kata allah yang artinya pohon besar. Tetapi L.A.I. telah menterjemahkan Immanuel dengan Allah beserta kita. Amin. Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, supaya sekaliannya mereka memanggil nama YAHWEH, beribadah kepada-Nya dengan bahu membahu (Zefanya 3:9) Disalin dari Buku Kecil karangan IMMANUEL dengan judul yang sama. Catatan Tambahan (oleh: Setiadji): Ada yang mengatakan bahwa “Al” (bahasa Arab) dalam al ilah itu bukan padanan kata “ha” (bahasa Ibrani) ataupun “the” (bahasa Inggris), melainkan lebih dari itu, karena “al” di sini berarti “the most” (bahasa Inggris), sehingga yang dimaksud pasti Tuhan, dan itu bisa meleburkan Al Ilah menjadi Allah. Namun penulis tetap berpendapat, sesuai iman islami maupun tatabahasa Arab yang baik dan benar, walaupun kata “al” berarti “the most” sekalipun, ia tidak bisa disebutkan sebagai nama diri, ia hanya bisa disebutkan sebagai nama panggilan. Yang dimaksudkan dengan Sang “the most” itu tetap punya nama, dan namanya Allah. Sehingga “the most” tidak lantas menghalalkan penggabungan kata al ilah menjadi allah. Allah tetap nama diri si “the most” itu. Sama dengan “The Great Alexander” atau “Alexander The Great”, The Great di sini bukanlah nama melainkan nama panggilan saja, sementara namanya adalah 7/12/20109:36:40 AM 6 Alexander. “The Great” di sini sama maknanya dengan “The Most”, hanya saja Allah itu The Most Ilah, sementara Alexander itu The Most/The Great Warrior. Ini jelas tetap membuktikan bahwa Allah itu nama diri ilah umat Islam/bangsa Arab, sehingga tidak boleh atau tidak bisa diubah menjadi nama panggilan, sebagaimana dilakukan oleh sebagian besar umat Kristen di Indonesia berdasarkan panduan dari Lembaga Alkitab Indonesia, yang menyatakan bahwa kata Allah bisa dipakai sebagai nama diri maupun nama panggilan, ini pendapat yang amat sangat konyol. 7/12/20109:36:40 AM 7