interaksi obat pada pasien jantung ruang rawat inap iccu rsup

advertisement
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
INTERAKSI OBAT PADA PASIEN JANTUNG
RUANG RAWAT INAP ICCU RSUP FATMAWATI
PERIODE SEPTEMBER – NOVEMBER 2012
SKRIPSI
ANDI KURNIAJATURIATAMA
108102000038
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MEI 2013
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
INTERAKSI OBAT PADA PASIEN JANTUNG
RUANG RAWAT INAP ICCU RSUP FATMAWATI
PERIODE SEPTEMBER – NOVEMBER 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ANDI KURNIAJATURIATAMA
108102000038
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MEI 2013
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Andi Kurniajaturiatama
NIM
: 108102000038
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 14 Mei 2013
iii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Skripsi ini diajukan oleh
Nama
NIM
Program Studi
Judul Skripsi
:
: Andi Kurniajaturiatama
: 108102000038
: Strata-1 Farmasi
: Interaksi Obat Pada Pasien Jantung Ruang Rawat
Inap ICCU RSUP Fatmawati Periode September –
November 2012
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
: Nurmeilis, M.Si, Apt
(
)
Pembimbing II
: Dra. Alfina Rianti, M. Pharm, Apt (
)
Penguji I
: Dr. Azrifitria, M.Si, Apt
(
)
Penguji II
: Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt
(
)
Penguji III
: Yardi, Ph.D. Apt
(
)
Ditetapkan di
Tanggal
: Jakarta
: 27 Mei 2013
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And
ABSTRAK
Nama
: Andi Kurniajaturiatama
Program Studi : Strata – 1 Farmasi
Judul
: Interaksi Obat pada pasien Jantung di ICCU RSUP Fatmawati
Periode September –November 2012
Interaksi obat merupakan peristiwa interaksi yang terjadi sebagai akibat
penggunaan bersama-sama obat dengan obat lain, makanan/minuman maupun
penyakit. Interaksi ini dapat menghasilkan efek yang menguntungkan tetapi juga
dapat menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui interaksi obat dengan obat, obat dengan
makanan/minuman dan obat dengan penyakit pada pasien jantung di ICCU
RSUP Fatmawati. Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dan
pengambilan data dilakukan secara prospektif selama bulan September sampai
November 2012. Hasil pengamatan menunjukkan penyakit Coronary Artery
Disease atau CAD merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien
di ICCU. Hasil menunjukan pasien yang mengalami interaksi obat merupakan
pasien yang menggunakan lebih dari 5 jenis obat, dengan jumlah pasien yang
mengalami interaksi sebanyak 5 orang dari 51 pasien yang diamati & 13 kasus
interaksi obat dimana 10 kasus merupakan interaksi obat dengan obat dan 3 kasus
merupakan interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien, dan dari
hasil pengamatan tidak ditemukan adanya interaksi obat dengan makanan dan
minuman. Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi adalah interaksi antara
captopril dengan aspirin (50%),dan Aspirin dengan Clopidogrel (50%). Adapun
kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi adalah interaksi antara aspirin
dengan penyakit ginjal (33,33%) dan captopril dengan penyakit ginjal (66,67%).
Kata Kunci : Interaksi obat-obat, Interaksi obat-makanan dan minuman,
Interaksi obat-penyakit, ICCU RSUP Fatmawati
iv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name
: Andi Kurniajaturiatama
Majority Program : Strata-1 Pharmacy
Title
: Drug Interactions of Cardiovascular Patients in ICCU
RSUP Fatmawati Period September-November 2012
Drug interaction is an event that occurs as a result of interaction together using
drugs with other drugs, food & beverage and disease. It can produce a
beneficial effect but can also cause adverse effects or harm. This study aimed
to determine drug-drug, drug-food & beverages and drug-disease interaction in
cardiovascular patients in ICCU Fatmawati. This research conducted an
observational and prospective data collection during September to November
2012. The results showed that Coronary Artery Disease or CAD is the most
common disease by patients in the ICCU. Results showed that patients
experiencing a drug interaction when that patients used more than 5 drugs,
with the number of patients who experience the interaction as much as 5 of 51
patients who were observed and 13 cases of which 10 cases of drug interaction
is a drug with drugs and 3 cases are drug with disease that occurs in patients,
and from the observations did not reveal any drug interactions with food and
drinks. A cases of drug interactions with medications that happens is the
interaction between captopril with aspirin (50%), and aspirin with clopidogrel
(50%). As for the case of drug interactions that occur with the disease is the
interaction between aspirin with kidney disease (33.33%), and captopril with
kidney disease (66.67%)
Keyword : Drug-drug Interaction, Foods and drinks-drug Interaction, drugdisease interaction, cardiacs patient, ICCU RSUP Fatmawati
v
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Interaksi Obat Pada Pasien Jantung di
Ruang Rawat Inap ICCU Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode
September-November 2012” ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, teladan bagi umat manusia dalam
menjalani kehidupan.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di ruang rawat inap ICCU
RSUP Fatmawati, serta teori yang didapat dari berbagai literatur. Dalam
menyelesaikan masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini tentu banyak
berbagai kesulitan dan halangan yang menyertai, sehingga penulis tidak terlepas
dari doa, bantuan dan bimbingan banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terima
kasih penulis haturkan kepada :
1) Ibu Nurmeilis, M.Si, Apt. sebagai pembimbing pertama dan Ibu Dra.
Alfina Rianti, M.Pharm, Apt sebagai pembimbing kedua yang telah
memberikan ilmu, nasehat, waktu, tenaga, dan pikiran selama penelitian
dan penulisan skripsi ini.
2) Ibu Endang dan Ibu Entin sebagai perawat di ICCU RSUP Fatmawati,
serta kakak-kakak perawat dan staff depo IGD, Ibu Indri, serta Bapak
Asep sebagai staff Diklit di RSUP Fatmawati yang telah memberikan
bantuan selama penulis melakukan penelitian
3) Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And., sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4) Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt sebagai ketua Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5) Bapak
dan
Ibu
staf
pengajar,
serta
karyawan
yang
telah
memberikan bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6) Syahnan Syafe’I sebagai Bapak, dan Dian Nurika sebagai Mamah, serta Eva
Martanurika sebagai Kakak yang selalu memberi motivasi langsung maupun
tidak langsung, dan keluarga lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu
yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang, dukungan moral,
material, nasehat-nasehat, serta lantunan doa di setiap waktu.
7) Teman-teman sejatiku, Uwi, Anka, Mahwan, Teguh, Imam, Adam, Tz, Adi,
dan Bang Ucok yang selalu membantuku walaupun judul skripsinya tidak
sama dan selalu memotivasiku agar cepat menyelasikan penelitian ini dan
lulus kuliah.
8) Teman-teman futsal yang sudah menemani dikala bosan dan membutuhan
olahraga disela-sela penelitian saya, Ogi, Jidin, Roni, Ari, Imam, Maes, Irfan,
Rian, Ka Bonix, Ka Bima, dan Doni.
9) Teman yang sangat membantuku dalam penelitian, Eva Yuliani, teman
seperjuangan di RSUP Fatmawati.
10) Teman-teman di Program Studi Farmasi: Lukman, Dzikro, Sulaiman, Sukma,
Berty, Puser, Ikhlas, Syukron, serta teman-teman Beta Lactam tercinta dan
Alcoolique atas
semangat
dan kebersamaan kita selama perkuliahan
berlangsung. Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak pernah putus dan
akan terus berlanjut.
11) Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan
penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan
skripsi ini. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Ciputat, Mei 2013
Penulis
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya
:
:
:
:
:
Andi Kurniajaturiatama
108102000038
Farmasi
FKIK (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan)
Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya ilmiah
saya, dengan judul :
INTERAKSI OBAT PADA PASIEN JANTUNG
RUANG RAWAT INAP RSUP FATMAWATI
PERIODE SEPTEMBER – NOVEMBER 2012
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 27 Mei 2013
Yang menyatakan,
(Andi Kurniajaturiatama)
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…. ……………………… iv
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… v
ABSTRAK………………………………………………………………….. vi
ABSTRACT……………………………………………………………….... vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… viii
HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………………………….. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xiv
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………….
1.1 Latar Belakang…………………………………...……….......
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………….........
1.4 Hipotesis………………………………………………….......
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………........
1
1
3
3
3
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………
2.1 Jantung. ………………………..………..................................
2.1.1 Anatomi Jantung ………...………...............................
2.1.2 Fisiologi Jantung………..…………………………….
2.2 Kelainan Pada Pembuluh Darah dan Jantung…………….......
2.3 Obat-Obat Kardiovaskular……………………………………
2.4 Interaksi Obat…………………………………………………
2.4.1 Mekanisme Interaksi Obat……………………………
2.4.2 Contoh-Contoh Interaksi Obat………………………..
2.4.3 Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat………...........
2.5 Rumah Sakit……………………………………………..........
2.5.1 Tujuan Penyelenggaraan Rumah Sakit……………….
2.5.2 Fungsi Rumah Sakit…………………………………..
2.5.3 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati……….
5
5
5
6
7
8
10
11
13
14
14
14
15
15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………..
3.1 Kerangka Konsep…………….……………………………….
3.2 Definisi Operasional…....……………………………………..
3.3 Desain Penelitian……………………………………………...
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………...
3.5 Populasi dan Sampel…….……………………………............
3.6 Kriteria Sampel…………..…………………………………...
3.7 Cara Kerja…….………………………………………………
3.8 Analisis data………………………………………………….
18
18
18
19
19
20
20
20
21
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Halaman
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….. 22
4.1 Hasil Penelitian
22
4.1.1 Karakteristik Pasien ICCU yang Mengalami
Interaksi Obat di Ruang Rawat Inap ICCU RSUP
Fatmawati
Periode
September-November
2012……….
22
4.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Jantung
Di Ruang Rawat ICCU RSUP Fatmawati Periode
September - November 2012………………………... 26
4.2
Pembahasan…………………………………………. 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 32
5.1 Kesimpulan…………………………………………………… 32
5.2 Saran………………………………………………………….. 32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 33
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jenis Obat yang Digunakan oleh Pasien Jantung ICCU…………
Tabel 4.2 Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi oleh Pasien ICCU…..
Tabel 4.3 Jenis Penyakit Lain yang Diderita oleh Pasien Jantung di
ICCU…………………………………………………………….
Tabel 4.4 Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat
Berdasarkan Literatur…………………………………………….
Tabel 4.5 Jumlah Pasien Jantung yang Mengalami Interaksi Obat
Berdasarkan Hasil Pengamatan…………………………………..
Tabel 4.6 Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jenis Kelamin……………….
Tabel 4.7 Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat
Berdasarkan Jenis Kelamin………………………………………
Tabel 4.8 Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Usia………………………….
Tabel 4.9 Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat
Berdasarkan Usia………………………………………………...
Tabel 4.10 Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jumlah Obat yang
Digunakan………………………………………………………..
Tabel 4.11 Jumlah Obat yang Digunakan oleh Pasien yang Terkena
Interaksi Obat……………………………………………………
Tabel 4.12 Jumlah Pasien Berdasarkan Lamanya Waktu Perawatan………..
Tabel 4.13 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Literatur…………….
Tabel 4.14 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan…..
Tabel 4.15 Kasus Interaksi Obat dengan Obat………………………………
Tabel 4.16 Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit………………………......
xiii
22
23
23
23
24
24
24
24
25
25
25
25
26
26
26
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati…………..... 36
Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data di RSUP Fatmawati….. 37
Informed Consent…………………………………………………. 38
Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien Jantung di ICCU Menurut
Literatur…………………………………………………………… 39
Lampiran 5. Blanko Tanya Jawab dengan Pasien……………………………………. 50
Lampiran 6. Hasil Data Laboraturium Pasien yang Mengalami Kejadian Interaksi
Obat di ICCU RSUP Fatmawati………………………………………… 52
Lampiran 7. Kejadian Interaksi obat dengan makanan yang terjadi pada pasien
menurut literatur…………………………………………………... 56
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di
Indonesia (sebanyak 31,9%). Dimana paling sering terjadi adalah akibat proses
aterosklerosis, yakni penimbunan lemak dan perkapuran dinding pembuluh darah
yang berlangsung bertahun-tahun, mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan
total pembuluh darah. Bila penyumbatan total terjadi di pembuluh darah koroner
akan mengakibatkan serangan jantung (infark miokard akut) yang mungkin diikuti
kematian mendadak atau gagal jantung. Sedangkan penyumbatan pembuluh darah
otak berakibat strok dan penyumbatan pembuluh darah perifer sering kali harus
diselesaikan dengan amputasi (Riskesdas, 2007).
Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negaranegara sedang berkembang sebagai-mana di Indonesia menyebabkan perbaikan
tingkat hidup. Hal ini menjadikan kesehatan masyarakat meningkat, di samping
itu terjadi pula perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup ini yang
menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan rawan gizi ke
penyakit-penyakit degeneratif, diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh
darah (kardiovaskuler) dan akibat kematian yang ditimbulkannya. Salah satu
faktor yang dapat memperburuk penyakit jantung adalah kejadian interaksi obat
(Riskesdas 2007).
Salah satu faktor yang dapat mengubah respon terhadap obat adalah
penggunaan bersamaan dengan obat lain (Katzung, 2007). Interaksi Obat-obat
terjadi sebanyak 6% - 30% dari semua kejadian efek samping obat (Soherwardi,
2012), yang paling banyak berperan terhadap interaksi obat adalah polifarmasi
yang dimana pasien mendapatkan 4 obat atau lebih (Syamsudin, 2011), Sementara
menurut Aslam et al. (2003), kejadian interaksi obat 2,2 – 30% pada pasien rawat
inap dan 9,2 – 70% pada pasien di masyarakat.
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 9900 pasien dengan 83200
sediaan obat, 234 (6,5%) dari 3600 reaksi obat yang merugikan yang disebabkan
oleh interaksi obat. Nazari (2006) mengutip dari studi yang dilakukan oleh Galley
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
et al. bahwa pada resep untuk sejumlah 160 pasien di bangsal penyakit dalam
ditemukan sebanyak 221 interaksi yang terjadi yaitu, 24 (10,85%) interaksi
mayor, 115 (52.03%) interaksi moderat dan 82 (37.12%) interaksi minor.
Interaksi obat dapat memberikan perubahan pada aktivitas obat, baik
dengan meningkatnya efek toksik atau justru menurunkan efek terapi. Selain itu
beberapa interaksi obat juga dapat saling mendukung kerja satu sama lain atau
kebalikannya interaksi obat dapat mengakibatkan kerja satu obat dihambat oleh
obat lain. Terutama untuk pasien yang rentan terhadap interaksi obat, diantaranya
pasien lanjut usia (Aslam et al., 2003).
Hasil penelitian Yasin dkk (2005) menunjukkan bahwa interaksi obat
potensial terjadi pada 99 (90%) pasien rawat inap dan 126 (99,26%) pasien rawat
jalan. Pada pasien rawat inap ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 20
jenis (50%), interaksi farmakodinamik sebanyak 6 jenis (15%), dan interaksi
dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 14 jenis (35%). Jenis interaksi
yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah furosemid
dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 84 pasien (76,36%), furosemid dengan
asetosal pada 66 pasien (60%), dan ACE inhibitor dengan asetosal pada 57 pasien
(51,82%). Pada pasien rawat jalan ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak
25 jenis (36%), interaksi farmakodinamik sebanyak 11 jenis (32%), dan interaksi
dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 8 jenis (32%). Jenis interaksi
yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah asetosal
ACE inhibitor yang terjadi pada 90 pasien (70,87%), furosemid dengan ACE
inhibitor pada 85 pasien (66,93%), dan ACE inhibitor dengan suplemen kalium
pada 85 pasien (66,93%).
Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian interaksi obat
pada pasien kardiovaskular yang dibatasi pada pasien rawat inap ICCU RSUP
Fatmawati.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
1.2
Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka disusunlah
rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
a.
Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan obat yang terjadi pada
pasien yang menderita penyakit jantung di instalasi rawat inap ICCU RSUP
Fatmawati?
b.
Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan makanan dan minuman
yang terjadi pada pasien yang menderita penyakit jantung di instalasi rawat
inap ICCU RSUP Fatmawati?
c.
Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan penyakit yang terjadi
pada pasien yang menderita penyakit jantung di instalasi rawat inap ICCU
RSUP Fatmawati?
1.3
a.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah :
Mengetahui
gambaran
interaksi
obat
dengan
obat,
obat
dengan
makanan/minuman dan obat dengan penyakit pada pasien yang menderita
penyakit jantung di ICCU RSUP Fatmawati.
b.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui interaksi obat dengan obat yang diberikan pada pasien
penyakit jantung

Untuk mengetahui interaksi obat dengan makanan/minuman yang
diberikan pada pasien penyakit jantung

Untuk mengetahui interaksi obat dengan penyakit yang diderita oleh
pasien penyakit jantung
1.4
a.
Hipotesis
Ada Interaksi antara obat dengan obat yang digunakan pada pasien penyakit
jantung
b.
Ada Interaksi antara obat dengan makanan/minuman yang diberikan pada
pasien penyakit jantung
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
c.
Ada interaksi antara obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien penyakit
jantung
1.5
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
apoteker, dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memilih obatobatan yang tepat untuk pasien jantung.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam membuat kebijakan
tentang obat atau penggunaan obat apada pasien

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam menyusun atau
membuat kebijakan oleh departemen kesehatan dalam penggunaan obat
untuk pasien penyakit jantung di rumah sakit lain yang memiliki keadaan
sama seperti RSUP Fatmawati.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Jantung (Gibson, 2002)
Jantung merupakan suatu organ yang berukuran sekitar satu kepalan
tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya tepat sternum kanan dan
apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan
jantung adalah :

Atas
: aorta, trucus pulmonalis, dll

Bawah
: diafragma

Setiap sisi
: paru-paru

Belakang
: aorta descendens, oesofagus, dan columna vertebralis
2.1.1 Anatomi Jantung (Gibson, 2002)
a.
Atrium Kanan
Berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar dibelakang
sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui Vena Cava Superior pada ujung
atasnya, Vena Cava Inferior pada ujung bawahnya, dan Sinus Coronarius (vena
kecil yang mengalirkan darah dari jantung sendiri).
b.
Ventrikel Kanan
Yaitu ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian besar sisi depan
jantung. Lubang pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis berada pada ujung atas
ventrikel dan dikelilingi oleh valve pulmonalis, terdiri dari tiga daun katup
semilunaris.
c.
Atrium kiri
Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian
belakang jantung. Dua vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi,
membawa darah dari paru. Atrium membuka ke bawah ke ventrikel kiri melalui
lubang atrioventrikular.
d.
Ventrikel kiri
Adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang jantung.
Dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
e.
Myocardium
Membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium tersusun dari
serat-serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu sama lain
oleh cabang-cabang muscular.
f.
Endocardium
Melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada kedua
sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan jaringan
ikat; licin dan mengikat.
g.
Pericardium
Merupakan kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung. Pericardium
merupakan kantong berlapis dua: kedua lapisan saling bersentuhan dan saling
meluncur satu sama lain dengan bantuan cairan yang mereka seksresikan dan
melembabkan permukaannya. Jumlah cairannya normal adalah 20 mL terdapat
lapisan lemak diantara pericardium dan myocardium.
h.
Arteria coronaria
Fungsi dari arteri coronaria adalah menyuplai darah untuk jantung. Arteri
ini keluar dari aorta tepat diatas katup aorta dan berjalan ke bawah masing-masing
pada permukaan sisi kanan dan sisi kiri jantung, memberikan cabang ke dalam
myocardium.
2.1.2
Fisiologi Jantung (Sherwood, 2001)
Darah memasuki ventrikel kanan melalui atrium kanan dipompa melalui
sistem arteri paru pada tekanan sekitar satu pertujuh yang di arteri sistemik. Darah
kemudian melewati kapiler paru, dimana karbon dioksida di darah dilepaskan dan
oksigen diambil. Darah kaya O2 kembali melewati pembuluh paru ke atrium kiri,
dimana itu dipompa dari ventrikel ke perifer, sehingga menyelesaikan siklusnya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
2.2
Kelainan Pada Pembuluh Darah dan Jantung (Kabo, 2010).
Berikut ini beberapa gangguan lain pada jantung, yaitu:
a.
Atherosklerosis dan Atherotrombosis
Atherosklerosis adalah suatu proses dimana terjadi penimbunan lemak dan
matriks tunika intima, yang diikuti oleh oleh pembentukan jaringan ikat pada
dinding pembuluh arteri, contoh Coronary Artery Disease (CAD).
Atherotrombosis adalah proses pembentukan thrombus yang dicetuskan
oleh kerusakan plak atheroskerosis.
b.
Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah
(TD) meningkat diatas TD yang disepakati normal. TD terbentuk dari interaksi
antara aliran darah dan tahanan pembuluh darah perifer. Didapatkan dua macam
TD, yaitu TD sistolik (normal ± 120 mmHg) dan TD diastolik (normal ± 80
mmHg). Perbedaan antar tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi
(Pulse Pressure, normal ± 40 mmHg).
c.
Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Merupakan penyebab kematian nomor 1 di negara maju. Di amerika
serikat, dilaporkan setiap menit ada satu orang yang meninggal akibat PJK. Di
Indonesia juga dilaporkan hal yang hampir serupa hasil berbagai studi
menunjukan bahwa penyebab utama PJK adalah lesi atherosclerosis pada
pembuluh darah koroner, walaupun pada sebagian kasus bisa juga disebabakan
oleh sifilis, arteritis, embolus atau penyakit kolagen pada pembuluh darah
koroner. Klasifikasi PJK yang spesifik sampai saat ini belum ada, karena
manifestasi kliniknya kadang-kadang sangat berbeda antara penderita yang satu
dengan yang lain. Maka dari itu penderita PJK mungkin dapat mengalami salah
satu kejadian dibawah ini yaitu : tanpa gejala, angina pectoris stabil, angina
pectoris tak stabil, infark miokard akut, gagal jantung, aritmia atau mati
mendadak.
d.
Aritmia
Aritmia (atau disritmia) adalah gangguan urutan irima, atau gangguan
kecepatan dari proses depolarisasi, repolarisasi, atau kedua-duanya pada lambung.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
Keadaan ini dapat disertai dengan atau tanpa penyakit jantung, dapat juga dengan
atau tidak dengan gejala klinis.
e.
Gagal jantung kongestif
Merupakan ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah
jantung (cardiac output) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Penurunan CO mengakibatkan volume darah yang efektif berkurang. Untuk
mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat, maka di dalam tubuh terjadi suatu
refleks
hemeostatis,
atau
mekanisme
kompensasi
melalui
perubahan
neurohormonal, dilatasi ventrikel dan mekanisme Frank-Starling.
f.
Angina Pektoris
Angina pektoris atau disebut juga angin duduk adalah penyakit jantung
iskemia didefinisikan sebagai berkurangnya pasokan oksigen dan menurunnya
aliran darah ke dalam miokardium. Gangguan tersebut bisa dikarenakan
kurangnya suplai oksigen atau kebutuhan oksigen yang meningkat. Sebagai
manifestasi keadaan tersebut akan timbul Angina pektoris yang pada akhirnya
dapat berkembang menjadi infark miokard. Angina pektoris dibagi menjadi 3
jenis yaitu Angina klasik (stabil), Angina varian, dan Angina tidak stabil.
Angina klasik biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas fisik,
sedangkan Angina varian biasa terjadi saat istirahat dan biasa terjadi di pagi hari.
Angina tidak stabil tidak dapat diprediksi waktu kejadiannya, dapat terjadi saat
istirahat dan bisa terjadi saat melakukan kegiatan fisik. Obat antiangina terdiri dari
berbagai macam golongan. Pilihan terapi pengobatan antiangina meliputi
golongan nitrat, beta bloker, dan Ca channel antagonis.
2.3 Obat-obat Kardiovaskular (Mycek et al., 2001)
a.
Pengobatan Gagal Jantung Kongestif
 Vasodilator
- Minoksidil
- Natrium nitroprusid
- Hidralazin
- Isosorbid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
- Golongan obat Inhibitor ACE, contoh : Kaptopril, Lisinopril, Quinapril,
dan lain-lain.
 Diuretik (Furosemid, Hidroklortiazid, Bumetanid)
 Obat-obat Inotropik
- Golongan glikosida jantung (Digotoksin, Digoksin)
- Golongan agonis β-adrenergik (Dobutamin)
- Golongan Inhibitor fosfodiesterase (Amrinon, Milinon)
b.
Obat-obat Antiaritmia
 Obat kelas I (Penyekat Kanal Na+), seperti Lidokain, Kuinidin, dan
Fleakainid.
 Kelas II (Penyekat β-adrenoreseptor), seperti Esmolol, Propranolol, dan
Metoprolol.
 Kelas III (Penyekat Kanal K+), seperti Amiodaron dan Sotalol.
 Kelas IV (Penyekat Kanal Ca++), seperti Diltiazem dan Verapamil.
 Obat-obat antiaritmik lain, seperti Adenosin dan Digoksin.
c.
Obat-obat Antiangina
 Nitrat organik (Isosorbid dinitrat, Nitrogliserin)
 Penyekat β (Propranolol)
 Penyekat Kanal Kalsium (Diltiazem, Verapamil Nifedipin)
d.
Obat-obat Antihipertensi
 Diuretik (Furosemid, Spironolakton, Hidroklortiazid)
 Penyekat β (Labetalol, Metoprolol, propranolol)
 Inhibitor ACE (Kaptoril, Quinapril, Ramipril)
 Antagonis Angiotensin II (Losartan)
e.
Obat-obat yang mempengaruhi darah
 Inhibitor trombosit (Aspirin, Dipridamol, Tiklopidin)
 Antikoagulan (Heparin, Warfarin)
 Obat-obat Trombolitik (Streptokinase, Urokinase)
 Pengobatan Perdarahan (As. Traneksamik, Vitamin K)
 Pengobatan Anemia (B12, Asam Folat)
 Pengobatan Anemia Sel Sabit (Hidrokslurea)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
f.
Obat-obat antihiperlipidemik, seperti Kolestiramin, Lovastatin, Simvastatin,
Niasin dan Gemfibrozil.
2.4
Interaksi Obat
Interaksi obat yang potensial adalah keadaan di mana suatu efek obat yang
kemungkinan dapat diubah oleh penggunaan bersamaan dengan obat lain dan
dapat diamati pada kondisi farmakokinetik dan farmakodinamik. Dalam intervensi
farmakokinetik, obat mengubah penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi
dari obat lain, dan dalam intervensi farmakodinamik, kerja dari sebuah yang obat
spesifik diubah oleh obat lain (Rafiei, 2012).
Interaksi obat dengan obat merupakan peristiwa interaksi obat yang terjadi
sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih. Interaksi ini
dapat menghasilkan efek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat
menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian
interaksi obat dengan efek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya
dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan “ Polypharmacy “ atau “
Multiple Drug Therapy “(Katzung, 2007).
Penggunaan obat rasional dalam pelayanan kesehatan Indonesia masih
merupakan masalah. Penggunaan polifarmasi dimana seorang pasien yang
jumlahnya lebih dari 50% menerima 4 atau lebih obat untuk setiap lembar
resepnya, penggunaan antibiotika berlebihan (43%), waktu konsultasi yang
singkat yang rata-rata berkisar hanya 3 menit saja serta tidak adanya kepatuhan
pasien dalam meminum obat merupakan pola umum yang terjadi pada
penggunaan obat tidak rasional di Indonesia dengan meningkatnya kompleksitas
obat-obat yang digunakan dalam pengobatan saat ini, dan berkembangnya
polifarmasi maka kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar. Interaksi
obat perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi respons tubuh pada
pengobatan (Syamsudin, 2011).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
2.4.1 Mekanisme Interaksi Obat (Katzung, 2007)
a.
Mekanisme Farmakokinetik
 Absorbsi
Absorbsi dari obat di saluran pencernaan dapat dipengaruhi oleh
pemakaian yang bersamaan dari senyawa lain yang memiliki luas permukaan
yang besar dimana obat dapat diserap, mengikat atau khelat, mengubah PH
lambung, mengubah motilitas GI, atau mempengaruhi perpindahan protein,
contohnya P-glycoprotein.
 Distribusi
Mekanisme yang menyebabkan perubahan interaksi obat pada proses
distribusi obat adalah kompetisi pada plasma protein yang terikat, terjadi
perpindahan tempat pengikat jaringan, dan perubahan pada jaringan
pelindung lokal, contoh penghambat P-glycoprotein di pelindung darah otak.
 Metabolisme
Metabolisme obat dapat distimulasi atau dihambat oleh terapi yang
bersamaan. Rangsangan pada isozime sitokrom P450 di hati dan usus kecil
dapat disebabkan oleh obat seperti barbiturat, karbamazepin, phenitoin,
rifampin dan lain-lain. Penginduksi enzim dapat juga menigkatkan aktivitas
dari fase II metabolisme glucoronidasi. Hasil induksi enzim tak dapat bekerja
dengan cepat, efek maksimalnya biasanya terjadi setelah 7-10 hari dan
memerlukan waktu yang sama atau lebih lama untuk menghilang setelah
penginduksi enzim dihentikan. Obat yang mampu menghambat metabolisme
sitokrome P450 dari obat lain termasuk klorampenikol, eritromisin, isoniazid,
dan omeprazole.
 Ekskresi
Ekskresi obat aktif di ginjal dapat juga dipengaruhi oleh terapi obat
yang bersamaan. Eksresi obat-abatan tertentu di ginjal yang termasuk
golongan asam lemah atau basa lemah dapat dipengaruhi oleh obat-obatan
lain yang mempengaruhi pH urin.
b.
Mekanisme Farmakodinamik (Katzung, 2007)
Ketika obat dengan fungsi yang sama digunakan secara bersamaan, respon
additif maupun sinergis biasanya terjadi pada dua obat yang dapat atau tidak dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
bereaksi pada reseptor yang sama untuk menghasilkan efek yang sama. Secara
langsung, obat dengan efek farmakologis yang berlawanan dapat menurunkan
respon dari satu atau kedua obat tersebut. Interaksi obat farmakodinamik agak
biasa terjadi pada kegiatan klinis, tapi efek yang merugikan biasanya dapat
diminimalisasi jika seorang yang mengerti farmakologi obat tersebut ikut
berperan. Pada saat ini, interaksi dapat diantisipasi dan penanggulangan yang
tepat diambil. Kemungkinan–kemungkinan yang dapat terjadi :
 Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ
(sinergisme).
 Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme).
 Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.
c.
Mekanisme Farmasetik (Syamsudin, 2011)
 Inkompatibilitas Fisik
Inkompatibilitas fisik atau ketidakcampuran fisik sering disebut
dengan obat tidak tercampurkan yang dibuktikan dengan tidak bisanya obat
bercampur dengan baik. Hampir mustahil kita bisa memberikan dosis obat
yang seragam dalam bentuk larutan atau campuran, seperti air dan minyak
(zat yang tak dapat bercampur) dan zat-zat yang tidak larut di dalam media
tertentu adalah contoh dari inkompatibilitas fisik. Contohnya : alat suntik
plastik biasanya dibuat dari plastik polietilen atau polipropilen, sterilisasi
setelah pembungkusan biasanya dilakukan dengan etilen oksida atau radiasi.
Ada sejumlah keunggulan dari pembungkusan alat suntik plastik, termasuk
penurunan risiko pecah, lebih ringan, lebih mudah dibuang, mudah
dimanipulasi, dan tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Di sisi
lain kontak antara wadah plastik dengan obat dapat menimbulkan sejumlah
masalah, termasuk pelumeran, penyerapan, perembesan, reaktivitas kimia
polimer plastik dan perubahan karakter fisik plastik.
 Inkompatibilitas Kimia
Inkompatibilitas kimia terjadi ketika agen yang diresepkan bereaksi
secara kimia saat dicampurkan sehingga mengubah komposisi satu atau lebih
bahan yang dicampur (unsur pokok), contoh : adanya perubahan warna,
pengendapan akibat reaksi kimia, serta reaksi oksidasi dan reduksi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
Meskipun hampir mustahil bagi kita untuk menghilangkan seluruh
agen obat tak tercampurkan beberapa kombinasi dapat merespon terhadap
langkah-langkah perbaikan berikut :
- Penambahan bahan baku yang tidak merubah nilai terapis.
- Penghilangan agen yang tidak member efek terapi atau yang dapat diberi
secara terpisah.
- Mengubah zat pelarut.
- Penggantian bahan yang tak udah larut dengan yang mudah larut.
- Penggunaan tehnik khusus dalam pencampurannya.
2.4.2 Contoh-Contoh Interaksi Obat (Tatro, 2009)
Beberapa contoh interaksi obat dengan obat :
Obat 1
Obat 2
Aspirin
Captopril
Aspirin
Clopidogrel
Ranitidin
Simvastatin
Efek Interaksi
Obat
Menurunkan
efek dari
Captopril dan
dapat
memperburuk
CHF dengan
Aspirin
Bersifat aditif
(GI blood loss)
Antasida
Bioavaibilitas
dari Ranitidin
berkurang,
menurunnya
efek
farmakologis
Verapamil
Level plasma
dan toksisitas
Simvastatin
akan meningkat.
Level, efek
farmakologi dan
toksisitas
Verapamil akan
meningkat
Manajemen
Jenis Interaksi
Hindari jika
bisa, pantau
tekanan darah
Farmakodinamik
Monitor Hb
dan Ht
Tidak
diperlukan
kewaspadaan
atau
pemberian
jarak dalam
pemakaian
selama 2 jam
atau lebih
Jika
penggunaan
kedua obat
tak bisa
dihindari,
atur dosis
seperlunya.
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Farmakokinetik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
2.4.3.
a.
Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat (Tatro, 2009)
Level 1
Hindari kombinasi, risiko yang merugikan pasien lebih besar dari manfaat.
a.
Level 2
Sebaiknya hindari kombinasi, penggunaan kombinasi hanya dapat
dilakukan pada keadaan khusus. Penggunaan obat alternatif dapat dilakukan jika
memungkinkan. Pasien harus dipantau dengan sebaik-baiknya jika obat tetap
diberikan.
b.
Level 3
Minimalkan Risiko, ambil tindakan yang perlu untuk meminimalkan
risiko.
c.
Level 4
Tak dibutuhkan tindakan. Risiko yang mungkin timbul relatif kecil.
Potensi bahaya pada pasien rendah dan tidak ada tindakan spesifik yang
direkomendasikan. Tetap waspada pada kemungkinan terjadinya interaksi obat.
d.
Level 5
Diragukan terjadi interaksi, tidak ada bukti yang baik dari efek klinis yang
berubah.
2.5
Rumah Sakit (UU RI No. 44, 2009)
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap Rumah Sakit.
2.5.1 Tujuan Penyelenggaraan Rumah Sakit
a.
Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
b.
Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
c.
Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
d.
Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber
daya manusia rumah sakit dan rumah sakit.
2.5.2 Fungsi Rumah Sakit
a.
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
Pada hakikatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna
tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam
meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.
2.5.3 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
RSUP Fatmawati didirikan pada tahun 1954 oleh Ibu Fatmawati Soekarno
sebagai Rumah Sakit yang mengkhususkan penderita TBC anak dan
rehabilitasinya. Pada tanggal 15 April 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan RS
Fatmawati diserahkan kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut
ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati,
tahun 1984 ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994
ditetapkan sebagai RSU Kelas B Pendidikan.
Dalam perkembangan RS Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Swadana pada
tahun 1991, pada tahun 1994 ditetapkan menjadi Unit Swadana Tanpa Syarat,
pada tahun 1997 sesuai dengan diperlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah
sakit mengalami perubahan kebijakan dari Swadana menjadi PNBP (Penerimaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
Negara Bukan Pajak) selanjutnya pada tahun 2000 RS Fatmawati ditetapkan
sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun 2000
tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada tanggal 11
Agustus
2005
berdasarkan
1243/MENKES/SK/VIII/2005
Keputusan
RSUP
Menteri
Fatmawati
Kesehatan
ditetapkan
No.
sebagai
Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).
Dalam penilaian Tim Akreditasi RS, tahun 1997 RS Fatmawati memperoleh
Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP Fatmawati
memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12 pelayanan.
Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16 Pelayanan dan pada
tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Pelayanan.
RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan Unggulan
Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri Kesehatan No.
424/MENKES/SK/V/2008.
Pada
tahun
2011,
RSUP
Fatmawati
telah
menyandang sertifikat
Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 : 2007. Dan sedang menuju
untuk mendapatkan sertifikat JCI (Join Commission International) pada tahun
2013.

Visi dan Misi RSUP Fatmawati
1. Visi :
Terdepan, Paripurna, dan terpercaya di Indonesia
2. Misi :
a.
Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
pendidikan
dan
penelitian
diseluruh
disiplin
ilmu,
dengan
keunggulan di bidang orthopaedi dan rehabilitasi medic, yang
memenuhi kaidah menejemen resiko klinis.
b.
Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
c.
Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel serta berdaya saing tinggi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
d.
Meningkatkan saran dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK
terkini
e.
Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan, dan kesejahteraan sumber
daya manusia.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep
Interaksi
Obat
Non-Interaksi
Penyakit Lain
Interaksi
Pasien Jantung
Obat
Efek
Makanan
Non-Interaksi
Makanan dan Minuman
Interaksi
Penyakit
Non-Interaksi
3.2
a.
Definisi Operasional
Pasien Jantung
Pasien yang memiliki diagnosa penyakit Jantung dan mendapat obat
jantung di ICCU, seperti penyakit jantung koroner, Gagal jantung kongestif,
hipertensi, atherosclerosis dan atherothrombosis, aritmia dan angina pektoris.
b.
Jenis Obat
Setiap nama generik dan paten obat yang digunakan oleh seorang pasien
pada satu waktu pengobatan.
c.
Jenis Penyakit
Setiap Penyakit yang diderita oleh seorang pasien pada satu waktu
pengobatan.
d.
Tingkat Kemaknaan Klinis
Pengelompokan interaksi obat berdasarkan tingkat kemaknaan klinik
interaksi obat yang terjadi pada pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
e.
Obat Jantung
Obat yang diresepkan oleh dokter jantung yang memiliki efek terapi untuk
penyembuhan/pemulihan penyakit pada pasien dengan diagnosa jantung di ICCU.
f.
Interaksi obat dengan obat
Interaksi obat dengan obat yang teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai
dengan yang tertulis di literatur pada pasien yang menderita penyakit jantung di
Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati.
g.
Interaksi obat dengan makanan dan minuman :
Interaksi obat dengan makanan dan minuman yang teridentifikasi dan
efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di literatur pada pasien yang menderita
penyakit jantung di Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati.
h.
Interaksi obat dengan penyakit:
Interaksi obat dengan penyakit yang teridentifikasi dan efeknya terjadi
sesuai dengan yang tertulis di literatur pada pasien
yang menderita penyakit
jantung di Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati.
i.
Ruang rawat inap ICCU
ICCU (Intensif Cardio Care Unit) merupakan suatu ruangan inap yang
pasiennya semua mengidap penyakit jantung dan merupakan ruang rawat inap
intensif yang berada di RSUP Fatmawati.
3.3
Desain Penelitian
Metode penelitian bersifat Observasional dengan pengamatan Prospektif
selama 2 bulan, Pengambilan data pasien diperoleh dari rekam medis dan
wawancara langsung dengan pasien dan dianalisa dengan deskriptif.
3.4
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di ruang ICCU RSUP Fatmawati pada bulan
September – November 2012.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
3.5
Populasi dan Sampel
3.5.1
Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap dengan
diagnosa jantung di ICCU RSUP Fatmawati selama bulan September –
November 2012.
3.5.2
Sampel
Sampel adalah semua pasien jantung yang memenuhi kriteria
inklusi dengan total 51 pasien.
3.6
Kriteria Sampel
3.6.1
Kriteria inklusi terdiri dari :
a. Pasien dengan diagnose semua jenis penyakit jantung.
b. Pasien yang telah dirawat minimal 3 hari di Ruang ICCU.
c. Pasien yang menerima obat jantung di ICCU RSUP Fatmawati pada
bulan September – November 2012.
3.6.2
Kriteria eksklusi terdiri dari :
a. Pasien tidak dengan diagnose penyakit jantung.
b. Pasien yang dirawat kurang dari 3 hari di Ruang ICCU.
c. Pasien yang tidak menerima obat jantung di ICCU RSUP Fatmawati
pada bulan September – November 2012
3.7
Cara Kerja
1.
Pengambilan
data
primer
dengan
wawancara
pasien
dan
pengambilan data sekunder dari rekam medis pasien jantung
di
ICCU. Data yang diambil dari resep obat dan rekam medis meliputi
nama, jenis kelamin, umur, obat yang diresepkan, dan diagnose
penyakit pasien.
2.
Melakukan analisis
interaksi
obat
terhadap obat-obat
yang
diresepkan untuk pasien di ICCU berdasarkan Drug Interaction
Stockley, Drug Interaction Facts and Comparisons.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
3.
Wawancara secara langsung kepada pasien, tentang dampak interaksi
obat yang dirasakan dan membandingkannya dengan hasil analisis
secara teoritik berdasarkan studi literatur.
4.
Membuat hasil dari analisis yang dilakukan berupa gambaran pola
interaksi obat pada pasien di ICCU.
3.8
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang
ada, antara lain:
a) Jenis obat, makanan dan minuman, dan penyakit pada pasien jantung di ICCU
RSUP Fatmawati Periode September-November 2012.
b) Jumlah pasien jantung yang mengalami interaksi obat
c) Jenis kelamin pasien jantung yang mengalami interaksi obat
d) Usia pasien jantung yang mengalami interaksi obat
e) Jumlah obat yang digunakan pasien jatutng yang mengalami interaksi obat
f) Jumlah kasus interaksi obat yang terjadi pada pasien jantung
g) Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien jantung
h) Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien jantung
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Karakteristik Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat di Ruang
Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati Periode September-November
2012
a.
Obat, Makanan dan Minuman, dan Penyakit
Tabel 4.1. Jenis Obat yang Digunakan oleh 51 Pasien Jantung di ICCU RSUP
Fatmawati
Jenis Obat
Jumlah
%
ACE Inhibitor
52
11,65
Nitrat Organik
21
4,70
Penyekat Kanal Kalsium
16
3,59
Beta Bloker
23
5,16
Glikosida Jantung
12
2,70
Diuretik
9
2,02
Obat Penyakit Saluran Pencernaan
31
6,93
Vitamin, Mineral dan Suplemen
65
14,57
Antibiotik
19
4,24
Antikoagulan, Antitrombotik dan
82
18,36
Hemostatik
Analgetik
8
1,80
Obat Penyakit Saluran Pernafasan
46
10,31
Obat Diabetes Melitus
40
8,95
Antikonvulsan dan Antiepileptik
22
4,91
446
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa obat Antikoagulan, Antitrombotik dan
Hemostatik merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh pasien jantung
di ICCU yaitu 18,36% dari 446 jumlah jenis obat yang digunakan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
Tabel 4.2. Jenis Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi oleh 51 Pasien ICCU
RSUP Fatmawati
Makanan dan Minuman
Jumlah Pasien
Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah, air putih,
23
susu, teh)
Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah, air putih,
18
susu)
Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah (non
2
pisang), air putih)
Makanan & Minuman (lauk pauk, buah, air putih)
3
Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah (nonpisang), air putih)
5
51
Makanan yang dikonsumsi oleh pasien jantung ; nasi, lauk pauk (sop, sayur bening
bayam, sayur tahu tempe), buah (melon, jambu klutuk, pisang, semangka).
Tabel 4.3. Jenis Penyakit Lain yang Diderita oleh 51 Pasien Jantung di ICCU
RSUP Fatmawati
Jenis Penyakit
Jumlah Kasus
%
Penyakit Paru
18
39,13
Diabetes Mellitus
13
28,26
Penyakit Hati
8
17,40
Penyakit Ginjal
3
6,52
Hematologi
2
4,35
Penyakit Saluran
2
4,35
Pencernaan
46
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyakit paru merupakan penyakit yang paling
banyak diderita oleh pasien di ICCU selain penyakit kardiovaskular yaitu sekitar
39,13% dari 46 jumlah jenis penyakit.
b. Pasien Jantung yang Mengalami Interaksi Obat
Tabel 4.4. Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan
Literatur
Pasien
Jumlah
%
Dengan Interaksi Obat
40
78,43
Tanpa interaksi Obat
11
21,56
51
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan identifikasi interaksi obat secara
literatur, didapatkan 78,43% pasien ICCU mengalami interaksi obat. Adapun
literatur yang digunakan adalah Drug Interaction Facts tahun 2009, Stockley’s
Drug Interaction edisi 8 tahun 2008, Drug-drug Interactions Checker dan Drug
Information Handbook tahun 2009.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
Tabel 4.5. Jumlah Pasien Jantung yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan
Hasil Pengamatan
Pasien
N
%
Dengan Interaksi Obat
5
9,09
Tanpa interaksi Obat
46
90,91
51
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan,
didapatkan 9,09% dari 51 pasien ICCU mengalami interaksi obat.
c.
Jenis Kelamin
Tabel 4.6. Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
%
Laki – laki
28
54,9
Perempuan
23
45,1
51
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pasien ICCU yang diamati, 54,9%
adalah laki – laki dan selebihnya adalah perempuan.
Tabel 4.7. Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin
N
%
Laki – laki
3
60
Perempuan
2
40
5
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 5 pasien ICCU yang mengalami
interaksi obat, 60% adalah laki-laki dan 40% adalah perempuan.
d.
Usia
Tabel 4.8. Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Usia
Usia (Tahun)
Jumlah
%
20 – 40
9
17,64
40 – 60
24
47,06
> 60
18
35,30
51
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pasien ICCU yang diamati, 47%
berusia antara 40-60 tahun.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
Tabel 4.9. Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Usia
Usia (Tahun)
Jumlah
%
20 – 40
1
20
40 – 60
3
60
> 60
1
20
5
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari pasien ICCU yang mengalami interaksi
obat, 60% pasien berada di antara umur 40-60 tahun.
e.
Jumlah Macam Obat yang Digunakan
Tabel 4.10. Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jumlah Obat yang Digunakan
Jumlah Macam Obat
Jumlah Pasien
%
2
3–4
3
5,88
≥5
48
94,11
51
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pasien ICCU yang diamati, 94%
mendapatkan ≥ 5 macam obat dan selebihnya mendapatkan 3-4 macam obat.
Tabel 4.11. Jumlah Obat yang Digunakan oleh Pasien yang Terkena Interaksi
Obat
Jumlah
Jumlah Macam Obat
%
Interaksi
2
3-4
≥5
5
100
5
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 5 pasien ICCU yang mengalami interaksi
obat, 100% mendapatkan ≥ 5 macam obat.
f.
Lamanya Pasien Dirawat di ICCU RSUP Fatmawati
Tabel 4.12. Lamanya Perawatan pasien di ICCU RSUP Fatmawati
Lama Perawatan (Hari)
3-7
8-12
12-16
>16
Jumlah
29
20
1
1
51
%
56,86
39,22
1,96
1,96
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
4.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Jantung Di Ruang Rawat
ICCU RSUP Fatmawati Periode September - November 2012
a.
Jumlah Kasus Interaksi Obat
Tabel 4.13. Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Literatur
Jumlah
Interaksi Obat
%
Kasus
Interaksi Obat-Obat
129
67,19
Interaksi Obat-Makanan dan
51
26,56
Minuman
Interaksi Obat-Penyakit
12
6,25
192
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 192 kasus interaksi obat yang terjadi
berdasarkan literatur, sekitar 67,19% diantaranya adalah interaksi obat dengan
obat, sekitar 26,56% adalah interaksi obat dengan makanan dan minuman dan
hampir 12% adalah interaksi obat dengan penyakit.
Tabel 4.14. Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan
Interaksi Obat
Jumlah
%
Interaksi Obat-Obat
10
76,92
Interaksi Obat-Makanan dan
Minuman
Interaksi Obat-Penyakit
3
23,07
13
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 13 kasus interaksi obat yang didapat
berdasarkan hasil pengamatan, sekitar 76% diantaranya adalah interaksi obat
dengan obat dan hampir 23% adalah interaksi obat dengan penyakit.
b. Kasus Interaksi Obat dengan Obat
Tabel 4.15. Kasus Interaksi Obat dengan Obat
Interaksi Obat
Efek
Peningkatan efek kerja
Aspirin-Clopidogrel dari antikoagulan, dapat
terjadi pendarahan
Menurunkan efek
Aspirin-Captopril
hipotensif dari ACE
INHIBITOR
Level
Jumlah
Kemaknaan
Kasus
Klinis
%
1
5
50
2
5
50
10
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 10 kejadian kasus interaksi obat
dengan obat yang efeknya terjadi pada pasien jantung di ICCU sesuai dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
yang tertulis di literatur, dimana masing-masing 50% adalah interaksi antara
Aspirin-Clopidogrel, dan 50% adalah interaksi antara Aspirin-Captopril.
c.
Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit
Tabel 4.16. Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit
Interaksi Obat
Efek
Level
Jumlah
Kemaknaan
Kasus
Klinis
%
Terjadi
peningkatan
Captopril -Penyakit ginjal kadar serum ureum
dan serum kreatinin
3
2
66,67
Terjadi
peningkatan
Aspirin - Penyakit ginjal kadar serum ureum
dan serum kreatinin
3
1
33,33
3
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga kejadian kasus interaksi obat
dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien sesuai dengan yang tertulis di
literatur, dimana sekitar 67% adalah interaksi antara Captopril dengan penyakit
ginjal dan sekitar 33% adalah interaksi antara Aspirin dengan penyakit ginjal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
4.2
Pembahasan
Penelitian tentang interaksi obat pada pasien jantung ini dilakukan di
Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati selama periode bulan September
sampai November 2012 dan didapatkan 51 orang pasien jantung yang memenuhi
kriteria inklusi sebagai sampel. Metode penelitian bersifat Observasional dengan
pengamatan prospektif selama 2 bulan, pengambilan data pasien diperoleh dari
rekam medis dan wawancara langsung dengan pasien dan dianalisa dengan
deskriptif. Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya
melakukan observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan
diteliti, serta pengamatan prospektif merupakan penelitian epidemiologik noneksperimental yang dianggap paling kuat, dalam hal mengkaji hubungan antar
faktor resiko dengan suatu efek penyakit (Machfoedz, 2008). Hasil pengamatan
menunjukkan bahwasanya obat-obat golongan antiplatelet dan antikoagulan
merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh pasien jantung, dimana
terlihat juga bahwa penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit
Coronary Artery Disease atau CAD (tabel ada pada lampiran 6).
Berdasarkan identifikasi interaksi obat secara literatur, didapatkan pasien
jantung yang mengalami interaksi obat lebih banyak, yaitu 40 pasien
dibandingkan dengan pasien jantung yang tidak mengalami interaksi obat.
Sementara pada hasil pengamatan langsung pada pasien jantung didapatkan
bahwa pasien jantung yang tidak mengalami interaksi obat (46 pasien) jauh lebih
banyak dibandingkan dengan pasien jantung yang mengalami interaksi obat (5
pasien). Umur pasien jantung yang mengalami interaksi obat lebih banyak
berkisar pada umur >40 tahun yaitu dengan 4 pasien, sedangkan 1 pasien ada di
interval umur 20-40 tahun. Pasien yang mengalami interaksi obat mendapatkan
obat lebih dari 5 atau yang disebut polifarmasi karena dengan banyaknya obat
yang diberikan maka kemungkinan terjadi interaksi obat juga semakin besar.
Sesuai dengan faktor resiko yang terjadi pada pasien penyakit jantung yang
mengalami interaksi obat yang teramati di ICCU yaitu; umur, hipertensi, stress,
merokok, lingkungan, dan perilaku dan kebiasaan.
Interaksi obat pada pasien jantung yang diamati adalah interaksi obat
dengan obat, interaksi obat dengan makanan dan minuman dan interaksi obat
dengan penyakit. Dari hasil identifikasi interaksi obat berdasarkan literatur
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
didapatkan 207 kasus interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan
dan minuman, dan interaksi obat dengan penyakit, sedangkan hasil pengamatan
menunjukkan adanya 13 kasus interaksi obat dengan obat dan interaksi obat
dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien jantung di ruang rawat inap
ICCU sesuai dengan yang tertulis di literatur.
Perbedaan jumlah interaksi obat yang diidentifikasi berdasarkan literatur
dengan jumlah interaksi obat hasil pengamatan dilapangan ini disebabkan karena
beberapa dari interaksi yang diidentifikasi berdasarkan literatur efeknya dapat
diamati tetapi tidak terjadi pada pasien jantung yang diamati, selain itu
juga disebabkan karena tidak semua efek dari interaksi obat yang teridentifikasi
secara literatur efeknya dapat diamati dan dapat diukur oleh peneliti. Selain itu
literatur yang digunakan peneliti merupakan literatur yang dibuat berdasarkan
faktor fisiologi dan genetik orang Eropa atau Amerika yang memiliki perbedaan
dengan orang Indonesia pada umumnya, contohnya pola dan gaya hidup.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 10 kejadian kasus interaksi
obat dengan obat yang yang efeknya terjadi pada pasien jantung sesuai dengan
yang tertulis di literatur, 5 diantaranya adalah interaksi antara aspirin dengan
clopidogrel. Secara teoritis, aspirin dan clopidogrel memiliki efek farmakologis
yang sama namun memiliki cara kerja yang berbeda, sehingga memberikan
peningkatan efek dari kedua obat yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan
pada saluran pencernaan dan dapat menurunkan kadar hemoglobin dan hematokrit
dari pasien. Hasil pengamatan menunjukkan 5 orang pasien dengan interaksi obat
ini mengalami penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit selama penggunaan
obat secara bersamaan. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan
bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan klinis 1,
dimana seharusnya pemberian obat ini tidak diberikan bersamaan. Jika tidak bisa
dihindari, adapun tindakan yang direkomendasikan adalah pemantauan PT
(Protrombin Time), pengaturan dosis, penggantian atau bahkan penghentian
penggunaan obat tersebut pada pasien.
Interaksi obat dengan obat lainnya yang terjadi adalah interaksi antara
aspirin dengan captopril. Secara teoritis, aspirin adalah obat antiplatelet atau obat
yang mencegah penggumpalan darah dan captopril adalah obat yang disebut
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, yang bekerja dengan cara
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
mengurangi zat kimia yang menyempitkan pembuluh darah. Interaksi ini terjadi
karena adanya penghambatan pada sintesis prostaglandin yang menyebabkan efek
hipotensif dari captopril berkurang. Hasil pengamatan menunjukkan empat orang
pasien yang menggunakan kedua obat ini secara bersamaan, pasien tersebut tidak
mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan. Dari hasil penelitian dapat
diambil kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level
kemaknaan klinis 2, dimana sebisa mungkin penggunaan kedua obat ini dihindari.
Tindakan yang direkomendasikan adalah ganti dengan antiplatelet yang lain,
contoh Dipiridamol.
Adapun kasus interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada
pasien jantung ICCU sesuai dengan yang tertulis di literatur adalah interaksi yang
melibatkan penyakit ginjal dengan beberapa obat, yaitu captopril dan aspirin.
Interaksi ini terjadi karena obat-obat tersebut dapat memperburuk penyakit ginjal
yang telah ada sebelumnya yang terlihat dari meningkatnya kadar serum ureum
dan serum kreatinin (Lacy et al., 2009). Hasil pengamatan menunjukkan 2 orang
yang menggunakan captopril dan satu orang yang menggunakan aspirin,
mengalami peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin selama 3 hari
penggunaan obat-obat tersebut. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan
bahwa semua interaksi obat dengan penyakit yang terjadi ini termasuk dalam
interaksi level kemaknaan klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk
meminimalkan
risiko
dari
interaksi
tersebut.
Adapun
tindakan
yang
direkomendasikan adalah pemantauan fungsi ginjal pasien secara berkala atau
bahkan penghentian penggunaan obat pada pasien jika terjadi penurunan fungsi
ginjal yang signifikan (Lacy et al., 2009).
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kasus interaksi obat dengan
makanan dan minuman yang efeknya terjadi pada pasien jantung sesuai dengan
literatur. Pada data hasil penelitian ditemukan 51 kasus interaksi obat dengan
makanan dan minuman yang diidentifikasi sesuai literatur (lampiran 7). Adapun
kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang paling banyak terjadi
berdasarkan identifikasi sesuai literatur adalah interaksi antara captopril
dengan nasi, lauk pauk dan makanan yang mengandung kalium. Menurut
literatur, captopril dapat meningkatkan kadar kalium darah dengan menghambat
sistem renin-aldosteron angiotensin, valsartan dapat meningkatkan kadar kalium
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
darah dengan menghambat angiotensin II yang menginduksi sekresi aldosteron
sehingga efek ini sinergis dengan makanan yang mengandung kalium dan dapat
menyebabkan hiperkalemia serta diazepam dan isoniazid yang dapat menurun
absobsinya jika diberikan bersamaan atau berdekatan dengan makanan.
Semua kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang
berdasarkan literatur pada penelitian ini, efeknya tidak terjadi pada pasien jantung
yang diamati. Pemberian makanan dan minuman seperti pisang dan kopi yang
memiliki kadar kalium dan caffein yang cukup tinggi, tidak menunjukan adanya
interaksi obat dan makanan atau minuman. Hal ini dapat terjadi karena makanan
yang mengandung kalium dan minuman yang mengandung caffein yang
dikonsumsi oleh pasien adalah masih dalam jumlah yang dapat ditoleransi
sehingga tidak
menimbulkan efek
yang signifikan terhadap kondisi klinis
pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1) Pada penelitian ini, didapatkan adanya interaksi antara obat dengan obat
dan interaksi antara obat dengan penyakit pada pasien jantung di ICCU
RSUP Fatmawati dan tidak didapatkan adanya interaksi antara obat dengan
makanan dan minuman.
2) Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa:
 Ada 10% dari seluruh subjek penelitian (pasien jantung di ICCU)
yang mengalami interaksi obat..
 Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien jantung di ICCU
yaitu interaksi antara captopril dengan aspirin dan aspirin dengan
clopidogrel.
 Kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman tidak terjadi pada
pada pasien jantung di ICCU
 Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien jantung di
ICCU yaitu interaksi antara penyakit ginjal dengan captopril dan aspirin.
5.2
Saran
1) Dokter dapat lebih berhati-hati dalam menulis resep terutama untuk obatobat kombinasi sehingga risiko terjadinya interaksi obat dapat diminimalkan.
2) Apoteker lebih berhati-hati dalam melayani resep, perlu dilihat apakah
terdapat interaksi obat pada resep tersebut, sehingga interaksi obat yang
terjadi dapat teridentifikasi lebih awal.
3) Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
interaksi obat yang terjadi pada pasien ICCU di RSUP Fatmawati.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
DAFTAR PUSTAKA
Abramowicz, Mark. 2002. Medical Letter : Adverse Drug Interaction 2002
Software. USA : The Medical Letter Inc.
Anonim. 2000. Heart Disease : A disabling yet preventable condition.
Washington DC : National academy on an aging society
Aslam, Moh, et al. 2004. Farmasi Klinis- Menuju Pengobatan Rasional dan
Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo
Berne, Robert M. 2004. Phisiology. USA : Mosby
Drug Interaction Checker. In: www.drugs.com/drug_interactions.html.
Gibson, John MD. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern, edisi II. Jakarta : EGC
Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI
http://www.fatmawatihospital.com/mode1.php?id=1&mode=2, tentang sejarah
singkat RSUP Fatmawati
Kabo, Peter. 2010. Bagaimana menggunakan obat-obat kardiovaskular secara
rasional. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm. 20-22,27,32,38,43,46,5160,63,75-77,90,104
Katzung, Bertram G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. Mc
Graw Hill. USA : University of California
Lacy, Charles F., et al. 2009. Drug Information Handbook 17th Edition. USA :
American Pharmacists Assosiation
Machfoedz, ircham. 2008. Metodologi Penelitian. Fitramaya. Yogyakarta.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
Mims Interaction Checker. In : www.Mims.com/captopril/drug_interactions.html.
Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar 2. Jakarta: Widya
Medika.
Nazari, Mohammad A, et al. 2006. Evaluation of Pharmacokinetic Drug
Interactions in Prescriptions of Intensive Care Unit (ICU) in a Teaching
Hospital. Iran : Iranian Journal of Pharmaceutical Research (2006) 3: 215218
R.A, Nawawi. Fitriani, B. Rusli, Hardjoeno . 2006. Nilai Troponin T (Ctnt)
Penderita Sindrom Koroner Akut (Ska). Indonesian Journal of Clinically
pathology and Medical Laboratory, Vol.12 No.3, juli 2006: 123-126
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2007
Rokhaeni, Heni, et al. Buku ajar keperawatan kardiovaskuler : pusat kesehatan
jantung & pembuluh darah nasional. Jakarta. Bidang Pendidikan dan
Pelatihan pusat kesehatan jantung & pembuluh darah nasional "Harapan
Kita".
Rafiei, Hossein, et al. 2012. The prevalence of potential drug interactions in
Intensive Care Units. Iran : Iranian Journal of Critical Care Nursing,
Winter 2012, Volume 4, Issue 4, Pages: 191 – 196
Sastroasmoro, Sugidjo, dan Ismael, Sofyan. 2010. Dasar-Dasar Metodologi
Klinis, edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto, hlm. 92-98
Soherwardi, Shahabudin, et al. 2012. Surveillance of the Potential Drug-Drug
Interactions in the Medicine Department of a Tertiary Care Hospital.
India : Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2012 September
(Suppl), Vol-6(7): 1258-1261
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
Stockley, IH. 2008. Drug Interaction 8th Edition. London : The Pharmaceutical
Press
Syamsudin. 2011. .Interaksi obat konsep dasar dan klinis. Jakarta : UI-Press
Tatro, DS. 2009. Drug Interaction Fact, A Wolters Kluwers Company, St Loius
Missouri
Undang-Undang Republik Indonesia No.44 pasal 1 dan 3 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Yasin, Munif N. 2005. Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2005. Jogjakarta.
Fakultas Farmasi UGM
Yuliani, Eva. 2012. Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita
Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November
2012. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Download