GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DAN KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS TANGERANG Skripsi Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Disusun Oleh: DEWI SULISTIANI NIM: 1111104000030 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, Juli 2015 Dewi Sulistiani ii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES NURSING STUDY PROGRAM SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Bachelor’s Thesis, July 2015 Dewi Sulistiani, NIM : 1111104000030 Student’s behavior toward Personal Hygiene and the Occuring of Hepatitis A At Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang xvi + 65 pages + 12 tables + 2 charts + 5 attachments ABSTRACT Hepatitis A is one type of hepatitis infecting many of Indonesia's population and often appear in outbreak (KLB). Hepatitis A can be transmitted through fecal oral (food or drinks that contain the virus Hepatitis A), making it one of the forms of prevention that can break the chain of transmission of Hepatitis A by maintaining personal hygiene. This research aims to determine the behavior of personal hygiene and the incidence of Hepatitis A of Students in Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. The method used in this research is quantitative research design descriptive retrospective analysis of the incidence of Hepatitis A. Data were collected using a questionnaire randomly assigned to 103 respondents in Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. The results showed that as many as 48.5% of respondents have less personal hygiene behavior, 47.6% of respondents have sufficient personal hygiene and 3.9 respondents have good personal hygiene. Respondents have had hepatitis A in the past year, while as many as 13.6% of respondents who were never exposed to Hepatitis A in the past year 86.4%. Researchers suggest students need to raise awareness of the importance of implementing a hygienic behavior such as hand washing and tooth brush ones’s own to prevent transmission of Hepatitis A. Keywords : Behaviour, personal hygiene, incidence hepatitis A iii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015 Dewi Sulistiani, NIM : 1111104000030 Gambaran Perilaku Personal Hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang xvi+65 halaman+12 tabel+2 bagan +5 lampiran ABSTRAK Hepatitis A merupakan salah ssatu jenis Hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia dan sering muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Hepatitis A dapat menular melalui fecal oral (makanan atau minuman yang mengandung tinja yang mengandung virus Hepatitis A), sehingga salah satu bentuk pencegahan yang dapat memutuskan rantai penularan Hepatitis A dengan menjaga personal hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada Siswa di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan retrospektif pada kejadian Hepatitis A. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner kepada 103 responden di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang dengan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 48,5% responden memiliki perilaku personal hygiene kurang, 47,6 % responden meiliki personal hygiene cukup dan 3,9 responden memiliki personal hygiene baik. Responden yang pernah mengalami Hepatitis A pada satu tahun terakhir sebanyak 13,6% sedangkan responden yang tidak pernah terkena Hepatitis A pada satu tahun terakhir sebanyak 86,4%. Peneliti menyarankan siswa perlu meningkatkan kesadaran pentingnya menerapkan Perilaku hidup bersih seperti cuci tangan dan sikat gigi milik sendiri untuk mencegah terjadinya penularan Hepatitis A. Kata kunci : Perilaku, personal hygiene, kejadian Hepatitis A iv PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DAN KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS TANGERANG Disusun oleh: DEWI SULISTIANI NIM. 1111104000030 Telah disetujui oleh: Pembimbing I Pembimbing II Ns. Mardiyanti, S.Kep, M.Kep, MDS Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM NIP. 19801002 201101 2 011 NIP. 19790520 200901 1 012 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H v LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DAN KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PONDOK PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS TANGERANG Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh : Dewi Sulistiani NIM: 1111104000030 Pembimbing I Pembimbing II Ns. Mardiyanti, S.Kep, M.Kep, MDS Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM NIP. 19801002 201101 2 011 NIP. 19790520 200901 1 012 Penguji I Penguji II Ns.Eni Nur’aini Agustini, S.Kep,M.Sc Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep.,M.KM NIP. 19800802 200604 2 001 NIP. 19790520 200901 1 012 Penguji III Ns. Mardiyanti, S.Kep, M.Kep, MDS NIP. 19801002 201101 2 011 vi LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DAN KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PONDOK PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS TANGERANG Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh: Dewi Sulistiani NIM: 1111104000030 Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Maulina Handayani, S.Kp, MSc NIP. 19790210 200501 2 002 Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes vii RIWAYAT HIDUP Nama : Dewi Sulistiani Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 31 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jl. H. Ridan 1 RT 03 RW 01 NO.47 Kel: Poris Plawad Indah, Kec: Cipondoh, Kota Tangerang-Banten Telepon : 085711199924 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. 2. 3. 4. 1997 – 1999 : TK Islam Asy-syukriyyah Kota Tangerang 1999 – 2005 : SDN Plawad 1 Kota Tangerang 2005 – 2008 : SMPN 16 Kota Tangerang 2008 – 2011 : SMAN 7 Kota Tangerang 5. 2011 – 2015 : S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Riwayat Organisasi : 1. Pramuka SMPN 16 Tangerang 2. OSIS SMPN 16 Tangerang 3. Pramuka SMAN 7 Tangerang 4. BEM PSIK tahun 2012-2013 5. BEM PSIK tahun 2013-2014 viii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Personal Hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat pertolongan dari Allah SWT serta bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Maftuhah, M.Kep, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Maulina Handayani, S.Kp.,MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memotivasi sehingga membuat semangat bagi penulis 4. Ns. Mardiyanti, S.Kep,M.Kep , MDS selaku dosen pembimbing I dan Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia membimbing dan memotivasi penulis serta sabar, tekun, tulus, ikhlas, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini ix 5. Nia Damiati S. Kp., MSN selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi arahan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga saat ini 6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan. 7. Seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara istimewa untuk Ayahanda Sultoni dan Ibunda Alm.Juariah yang telah mencurahkan kasih sayang dan memberikan dukungan baik moril maupun materil. 9. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian ini. 10. Sahabat terbaikku “Cacalita” (Andika, Dayang, Audy, Ilyati), “MT PERMATA” (Adul, Anggi, Sholeh, Amar, Gofur, Gina, Indah), Mustafiqotun, Trisna, Alfian, Susi, Mia,Ka lili,Teh Alip, Arief yang membantu dan memberikan support. 11. Teman-teman PSIK angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat bermanfaat dan diamalkan dengan baik. Ciputat, Juni 2015 Penulis x DAFTAR ISI JUDUL .................................................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii ABSTRACT .......................................................................................................... iii ABSTRAK ............................................................................................................ iv PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................... v LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 1 1.2 RUMUSAN MSALAH .............................................................................. 4 1.3 PERTANYAAN PENELITIAN................................................................ 5 1.4 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 5 1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................. 5 1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 5 1.5 MANFAAT PENELITIAN ....................................................................... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis A ................................................................................................. 7 2.1.1 Pengertian Hepatitis ......................................................................... 7 2.1.2 Epidemiologi .................................................................................... 7 2.1.3 Etiologi ............................................................................................. 8 2.1.4 Cara Penularan ................................................................................. 8 2.1.5 Tanda dan Gejala ............................................................................. 9 2.1.6 Diagnosis ......................................................................................... 10 xi 2.1.7 Pencegahan ...................................................................................... 10 2.1.8 Faktor Resiko ................................................................................... 13 2.1.9 Penatalaksanaan .............................................................................. 14 2.2 PERSONAL HYGIENE ............................................................................. 15 2.2.1 Definisi Personal Hygiene ............................................................... 15 2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygiene .................................. 15 2.2.3 Macam-macam Personal Hygiene ................................................... 17 2.3 PERILAKU ............................................................................................... 20 2.3.1 Definisi Perilaku .............................................................................. 20 2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang ............................. 21 2.3.3 Pengukuran Perilaku ........................................................................ 23 2.3.4 Proses Adopsi Perilaku..................................................................... 24 2.4 PESANTREN ............................................................................................ 25 2.5 PENELITIAN TERKAIT .......................................................................... 27 2.6 KERANGKA TEORI ................................................................................ 29 BAN III. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 KERANGKA KONSEP ............................................................................ 30 3.2 DEFINISI OPERASIONAL...................................................................... 31 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 DESAIN PENELITIAN ............................................................................ 34 4.2 LOKASI dan WAKTU PENELITIAN ..................................................... 34 4.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 34 4.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 34 4.3 POPULASI dan SAMPEL ........................................................................ 34 4.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 34 4.3.2 Sampel Penelitian ............................................................................. 35 4.4 INSTRUMEN PENELITIAN ................................................................... 37 4.5 HASIL UJI VALISITAS DAN RELIABILITAS ..................................... 39 xii 4.6 TAHAPAN PENGAMBILAN DATA ...................................................... 40 4.7 ANALISIS DATA ..................................................................................... 43 4.8 ETIKA PENELITIAN ............................................................................... 44 BAB V. HASIL PENELITIAN 5.1 GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN .................................................. 46 5.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN .......................................................... 47 5.2.1 Jenis Kelamin ................................................................................... 47 5.2.2 Usia .................................................................................................. 48 5.2.3 Kelas ................................................................................................ 48 5.3 PERILAKU PERSONAL HYGIENE ......................................................... 49 5.4 KEJADIAN HEPATITIS A ...................................................................... 51 5.5 TABULASI SILANG PERSONAL HYGIENE DAN HEPATITIS A ...... 51 BAB VI. PEMBAHASAN 6.1 GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN .................................. 53 6.1.1 Jenis Kelamin ................................................................................... 53 6.1.2 Usia................................................................................................... 53 6.1.3 Kelas ................................................................................................. 54 6.2 GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ................................ 55 6.3 GAMBARAN KEJADIAN HEPATITIS A .............................................. 58 6.4 KETERBATASAN PENELITIAN ........................................................... 59 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN ......................................................................................... 60 7.2 SARAN ..................................................................................................... 61 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 62 xiii Lampiran-lampiran DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 31 Tabel 4.1 Daftar jumlah santri Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang tingkat 1 sampai V Tahun 2014-2015 ................................ 35 Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian .......................................... 40 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ................................................................. 47 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Pondok Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang ...................................................... 48 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkatan Kelas di Pondok Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang...................................... 48 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Personal Hygiene di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangeran ................................................................... 49 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pada beberapa item pernyataan prilaku personal hygiene .................................................................................................. 49 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi personal hygiene berdasarkan jenis kelamin ........ 50 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi personal hygiene berdasarkan usia ....................... 50 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A selama satu tahun terakhir di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang Tahun ............ 51 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A berdasarkan Perilaku Personal Hygiene ................................................................................. 51 xiv DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................... 29 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 30 xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Lampiran 2. Penjelasan Penelitian Lampiran 3. Informed Consent Lampiran 4. Kuesioner Lampiran 5. Hasil uji validitas dan reliabilitas Lampiran 6. Hasil analisis data xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang di dunia, termasuk di Indonesia (Kemenkes, 2012). Ada berbagai virus yang dapat menyebabkan hepatitis, yaitu hepatitis A, B, C, D dan E (Cahyono, 2009). Di Indonesia diperkirakan 28 juta penduduk terinfeksi Hepatitis B dan C, 14 juta diantaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan 1,4 juta orang berpotensi menderita kanker hati (Kemenkes RI, 2014). Selain itu, jenis Hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah Hepatitis B (21,8%) dan Hepatitis A (19,3%) dibandingkan dengan Hepatitis C (2,5%) dan Hepatitis D,E (1,8 %) (Riskesdas, 2013). Namun penyakit Hepatitis A sering muncul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa tempat di Indonesia (Kemenkes, 2012). Di Indonesia, Hepatitis A muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Tahun 2010 tercatat 6 Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita 279, sedangkan tahun 2011 tercatat 9 Kejadian Luar Biasa (KLB), jumlah penderita 550. Tahun 2012 sampai bulan Juni, telah terjadi 4 Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita 204 (Kemenkes, 2012). Prevalensi Hepatitis di Banten yaitu 0,5%. Prevalensi Hepatitis di Tangerang menempati urutan ketiga (0,5%) setelah Pandeglang (0,9%) dan Lebak (0,9%) (Depkes RI, 2009). Berdasarkan Balai Besar Teknik 1 2 Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta (2013) menyatakan bahwa pada Tahun 2012 pernah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Banten yaitu sebanyak 3 kejadian. Penyakit Hepatitis A dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial karena lamanya masa penyembuhan. Penyakit ini juga tidak memiliki pengobatan spesifik yang dapat mengurangi lama penyakit, sehingga dalam penatalaksanaan Hepatitis A, tindakan pencegahan adalah yang paling diutamakan. Karena penularannya melalui fecal oral (melaui makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja yang mengandung virus Hepatitis A), salah satu bentuk pencegahan yang dapat memutuskan rantai penularan Hepatitis A dengan menjaga personal hygiene (Kemenkes, 2012). Salah satu bentuk personal hygiene yang dapat mencegah penularan Hepatitis A yaitu dengan mencuci tangan dan sikat gigi (Sari,2008). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Firdous (2005) bahwa cuci tangan sebelum makan dapat menurunkan risiko kejadian hepatitis akut klinis. Menyikat gigi perlu dijaga dalam pencegahan Hepatitis A yaitu dengan menggunakan sikat gigi milik sendiri atau tidak bertukar alat. Berdasarkan penelitian Sumarni (2012) bahwa tukar menukar alat berhubungan dengan Kejadian Hepatitis A. Pada kenyataannya, kebiasaan mencuci tangan umumnya jarang dilakukan pada siswa di sekolah sehingga Hepatitis A lebih sering terjadi pada anak – anak sekolah dan dewasa muda (Kemenkes, 2012). Seorang anak yang tinggal di asrama atau pesantren memiliki resiko yang lebih 3 besar dalam penularan Hepatitis A karena memiliki kedekatan yang begitu erat antar santri. Berdasarkan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta (2014) menyatakan bahwa pernah terjadi Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yaitu terdapat peningkatan kasus Hepatitis A pada 8 siswa SDN 3 Sumpiuh dan 3 orang pondok Pesantren Al-Falah. Santri kemungkinan beresiko terkena Hepatitis A apabila memiliki personal hygiene yang buruk. Hal tersebut sesuai berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alvira (2014) tentang faktor risiko Hepatitis A di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa personal hygiene merupakan fakto risiko tertinggi Hepatitis A setelah hygiene penjamah makanan, riwayat kontak dengan penderita hepatitis A, dan sanitasi mandi, cuci, kakus. Sedangkan tingkat pengetahuan dan pekerjaan bukan faktor risiko kejadian Hepatitis A. Pada umumnya personal hygiene di pondok pesantren kurang mendapatkan perhatian dari santri karena dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dari santri sebelum datang di pesantren seperti sosial budaya, keadaan lingkungan yang kurang memadai dan faktor individual seperti kurangnya pengetahuan (Badri, 2007). Penelitian Heryanto (2004) menunjukkan bahwa kondisi sanitasi Pondok Pesantren secara umum masih belum baik, sehingga penyakit penular masih banyak ditemukan. Berdasarkan studi pendahuluan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien pada bulan Desember didapatkan hasil bahwa jumlah santri yang menderita Hepatitis dalam enam bulan terakhir adalah 20 orang. 4 Beberapa penyakit yang sering diderita oleh santri adalah skabies, sakit mata, sakit magh, dan hepatitis. Data tersebut didapatkan dari pengasuh pondok pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. Hasil observasi pada santri di pesantren Daarul Muttaqien menunjukkan bahwa mereka tidak mencuci tangan sebelum makan dan kuku terlihat panjang. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada siswa di Pesantren Modern Daarul Muttaqien, Cadas, Tangerang. 1.2 Rumusan Masalah Hepatitis A dapat menular pada lingkungan yang lebih padat penduduknya sehingga populasi didalamnya lebih mudah untuk berinteraksi satu sama lain terutama dalam aktivitas sehari-hari. Pesantren merupakan tempat yang mudah menjadi persebaran Hepatitis A, karena personal hygiene santri yang kurang baik untuk mencegah terjadinya Hepatitis A dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan bersama seperti makan dalam satu nampan secara bersamaan. Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada siswa di Pesantren Modern Daarul Muttaqien, Cadas, Tangerang. 5 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah : a. Bagaimana gambaran karakteristik responden pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang? b. Bagaimana gambaran perilaku personal hygiene siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang? c. Bagaimana gambaran kejadian hepatitis A di pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik responden pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang b. Mengetahui gambaran perilaku personal hygiene siswa di pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang c. Mengetahui kejadian hepatitis A di pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang 6 1.5 Manfaat Penelitian a. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini menjadi bahan ilmu pengetahuan tambahan bagi pendidikan ilmu keperawatan terutama keperawatan komunitas pada tingkat sekolah. b. Bagi Pondok Pesantren Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para pengasuh pondok pesantren Daarul Muttaqien terhadap penyakit Hepatitis A apabila terdapat santri yang terkena Hepatitis A agar tidak menjadi kejadian luar biasa di pesantren. c. Bagi Santri Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini, santri mengetahui personal hygiene yang baik untuk mencegah terjadinya Hepatitis A agar tidak terjadi kejadian luar biasa. d. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dalam pembentukan program Poskestren ( Pos kesehatan pesantren). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis A 2.1.1 Pengertian Hepatitis Hepatitis adalah semua jenis peradangan sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus), obat-obatan, konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimmune (Kemenkes RI, 2014). Sedangkan menurut Smeltzer (2001), Hepatitis A adalah infeksi oleh virus dengan cara penularan melalui fekal-oral, terutama lewat konsumsi makanan atau minuman yang tercemar virus tersebut. Virus Hepatitis A ditemukan dalam tinja pasien yang terinfeksi sebelum gejalanya muncul dan selama beberapa hari pertama menderita sakit. Secara khas, pasien dewasa muda akan terjangkit infeksi di sekolah dan membawanya ke rumah dimana kebiasaan sanitasi yang kurang sehat menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga. 2.1.2 Epidemiologi Hepatitis virus merupakan sebuah fenomena gunung es, dimana penderita yang tercatat atau yang datang ke layanan kesehatan lebih sedikit dari jumlah penderita sesungguhnya. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa jumlah orang yang terdiagnosis Hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukan peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dari data tahun 2007 dan 2013. Pada tahun 2007, lima propinsi dengan prevalensi Hepatitis 7 8 tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Aceh, Gorontalo, dan Papua Barat sedangkan pada tahun 2013 lima propinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Namun Kejadian Luar Biasa Hepatitis A pada tahun 2014 terjadi di 3 propinsi (Bengkulu, Sumatera Barat, dan Kalimantan Timur) dan di 4 kabupaten/kota sejumlah 282 kasus (Kemenkes RI, 2014). Di Indonesia, Hepatitis A muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Tahun 2010 tercatat 6 KLB dengan jumlah penderita 279, tahun 2011 tercatat 9 KLB, jumlah penderita 550. Tahun 2012 sampai bulan Juni, telah terjadi 4 KLB dengan jumlah penderita 204 (Kemenkes, 2012). 2.1.3 Etiologi Hepatitis A, yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa, disebabkan oleh virus RNA dari family enterovirus. Masa inkubasi virus Hepatitis A diperkirakan berkisar dari 1 hingga 7 minggu dengan rata-rata 30 hari. Perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4 minggu hingga 8 minggu. Virus Hepatitis A hanya terdapat dalam waktu singkat di dalam serum, pada saat timbul ikhterik kemungkinan pasien sudah tidak infeksius lagi (Smeltzer, 2001). 2.1.4 Cara Penularan Cara Penularan dan penyebaran Hepatitis A terjadi melalui fekal-oral, terutama melaui makanan atau minuman yang 9 terkontaminasi oleh virus Hepatitis A (VHA) (Sari, 2008). Virus ini masuk kedalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja penderita virus Hepatitis A (VHA). Virus kemudian masuk ke hati melalui peredaran darah untuk selanjutnya menginvasi sel-sel hati (hepatosit) dan melakukan replikasi di hepatosit. (Kemenkes RI, 2012). Konsentrasi virus Hepatitis A (VHA) tertinggi terdapat di tinja, yang dikeluarkan pendeita 2 minggu sebelum dan sampai 1 minggu setelah timbul gejala kuning, dan konsentrasi virus masih tetap tinggi 2-3 mg setelah gejala kuning timbul. Sedangkan air ludah dan cairan tubuh lain mempunyai konsentrasi yang rendah dalam menularkan penyakit. Cara penularan virus Hepatitis A (VHA) diantaranya makan atau minuman yang terkontaminasi virus Hepatitis A (VHA), kontak langsung dengan barang-barang milik penderita Hepatitis A, penampungan air yang terontaminasi virus Hepatitis A (VHA) (Cahyono,dkk, 2010). 2.1.5 Tanda dan Gejala Berdasarkan Cahyono,dkk (2010), gejala hepatitis A biasanya dibagi dalam beberapa stadium, diantaranya : a. Masa inkubasi Hepatitis A antara 2-6 minggu, biasanya terdapat gejala letih, lesu, nyeri menelan, demam (38OC-39OC), kehilangan selera makan, mual, bahkan muntah-muntah yang berlebihan. 10 b. Stadium dengan gejala kuning. Stadium ini ditandai urin berwarna teh tua, disertai timbulnya kuning pada mata dan kulit, nyeri perut kanan bagian atas karena adanya pembesaran hati, tinja berwarna teh tua, terjadi peningkatan tes fungsi hati (bilirubin, SGOT, SGPT) dan meningkatnya antibody terhadap virus hepatitis A, yang disebut sebagai IgM anti Virus Hepatitis A (VHA). c. Stadium penyembuhan. Stadium ini ditandai dengan menghilangnya warna kuning pada sklera, kulit, dan pembesaran hati tetap. Penyembuhan sempurna infeksi Virus Hepatitis A (VHA) membutuhkan waktu 3-4 bulan. 2.1.6 Diagnosis Disamping gejala dan tanda klinis yang kadang tidak muncul, diagnosis Hepatitis A dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan IgM-antiVHA serum penderita (Kemenkes RI, 2012). 2.1.7 Pencegahan Hepatitis A memang seringkali tidak berbahaya, namun lamanya masa penyembuhan dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial. Penyakit ini juga tidak memiliki pengobatan spesifik yang dapat mengurangi lama penyakit, sehingga dalam penatalaksanaan Hepatitis A, tindakan pencegahan adalah yang paling diutamakan. Pencegahan Hepatitis A dapat dilakukan baik dengan pencegahan non-spesifik 11 (perubahan perilaku) maupun dengan pencegahan spesifik (imunisasi) (Kemenkes RI, 2012). 1) Pencegahan Non-Spesifik Perubahan perilaku untuk mencegah Hepatitis A terutama dilakukan dengan meningkatkan sanitasi. Petugas kesehatan bisa meningkatkan hal ini dengan memberikan edukasi yang sesuai, antara lain: a. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara benar b. Pengolahan makanan yang benar, meliputi: 1. Menjaga kebersihan, yaitu degan mencuci tangan sebelum memasak dan keluar dari toilet, mencuci alat-alat masak dan alatalat makan, dan dapur harus dijaga agar bersih. 2. Memisahkan bahan makanan matang dan mentah, yaitu dengan menggunakan alat yang berbeda untuk keperluan dapur dan untuk makan serta menyimpan bahan makanan matang dan mentah di tempat yang berbeda. 3. Memasak makanan sampai matang, yaiu dengan memasak makanan pada suhu minimal 850C (terutama daging, ayam, telur, dan makanan laut), dan memanaskan makanan yang sudah matang dengan benar. 4. Menyimpan makanan pada suhu aman, yaitu jangan menyimpan makanan pada suhu ruangan terlalu lama dan memasukan makanan yang ingin disimpan ke dalam lemari pendingin namun jangan disimpan terlalu lama. 12 5. Menggunakan air bersih dan bahan makanan yang baik, yaitu dengan memilih bahan makanan yang segar (belum kadaluarsa) dan menggunakan air yang bersih serta mencuci buah dan sayur dengan baik. 6. Membuang tinja di jamban yang saniter, yaitu menyediakan air bersih di jamban dan memastikan sistem pendistribusian air dan pengelolaan limbah berjalan dengan baik. 2) Pencegahan Spesifik (Imunisasi) Pencegahan spesifik Hepatitis A dilakukan dengan imunisasi. Proses ini bisa bersifat pasif maupun aktif. Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan Imunoglobulin. Tindakan ini dapat memberikan perlindungan segera tetapi bersifat sementara. Imunoglobulin diberikan segera setelah kontak atau untuk pencegahan sebelum kontak dengan 1 dosis secara intra-muskular. Efek proteksi dapat dicapai bila Imunoglobulin diberikan dalam waktu 2 minggu setelah terpajan. Imunisasi aktif, memberikan efektifitas yang tinggi pada pencegahan Hepatitis A. Vaksin dibuat dari virus yang diinaktivasi (inactivated vaccine). Vaksin ini relatif aman dan belum ada laporan tentang efek samping dari vaksin kecuali nyeri ditempat suntikan. Vaksin diberikan dalam 2 dosis dengan selang 6 – 12 bulan secara intra-muskular didaerah deltoid atau lateral paha (Kemenkes RI, 2012). 13 2.1.8 Faktor Risiko Perilaku berisiko terhadap Hepatitis A berdsarkan Kemenkes RI (2012), terdapat pada : a. Kebiasaan membeli makanan di sembarang tempat, makan makanan mentah atau setengah matang. b. Personal hygiene yang rendah antara lain : penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masih kurang diantaranya cuci tangan dengan air bersih dan sabun, menkonsumsi makanan dan minuman sehat, serta cara mengolah makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan (Kemenkes RI, 2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah berdasarkan Depkes diantaranya cuci tangan, menjaga kuku agar tidak panjang dan kotor, menggunakan jamban (WC) yang sehat untuk Buang Air Kecil dan Buang Air Besar, dan membuang sampah pada tempatnya . Kelompok risiko tinggi tertular VHA berdasarkan Cahyono,dkk (2010), diantaranya : a. Tinggal di daerah dengan kondisi lingkungan yang buruk (penyediaan air minum dan air bersih, pembuangan air limbah, pengelolaan sampah, pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat). b. Tempat penitipan anak dan asrama (Pesantren). c. Penyaji makanan 14 2.1.9 Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Farmakologi Tata laksana Farmakologi sesuai dengan gejala yang dirasakan oleh pasien, (Permenkes RI, 2014) diantaranya : Antipiretik bila demam; ibuprofen 2x400mg/hari. Apabila ada keluhan gastrointestinal, seperti: a. Mual : Antiemetik seperti Metoklopropamid 3x10 mg/hari atau Domperidon 3x10mg/hari. b. Perut perih dan kembung : H2 Bloker (Simetidin 3x200 mg/hari atau Ranitidin 2x 150mg/hari) atau Proton Pump Inhibitor (Omeprazol 1 x 20 mg/hari). 2. Penatalaksanaan Non Faramakologi a. Diet seimbang Terapi bagi penderita penyakit hati adalah dengan diet seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu, diperlukan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah. Tujuan terapi diet pada pasien penderita penyakit hati adalah menghindari kerusakan hati yang permanen; meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein yang memadai; memperhatikan simpoannan nutrisi dalam tubuh. Diet yang seimbang sangatlah penting. Kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada hati.Jumlah 15 kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah kalori secara keseluruhan karena dapat membayakan system kardiovaskular (Kemenkes, 2012). b. Tirah baring Pengobatan tidak spesifik pada Hepatitis A yaitu meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat atau tirah baring (Kemenkes, 2012). 2.2 PERSONAL HYGIENE 2.2.1 Definisi Personal Hygiene Personal hygiene (kebersihan diri) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mempertahankan perawatan diri baik secara sendiri maupun dengan bantuan; dapat melatih hidup sehat atau bersih dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan; serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan, mencegah gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan (Hidayat, 2008). 2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygiene Menurut Potter dan Perry (2005) sikap seseorang melakukan kebersihan diri dipengaruhi oleh sejumlah faktor karena setiap orang 16 memiliki perawatan diri yang berbeda satu sama lain. Faktor yang mempengaruhi praktik kebersihan diri seseorang diantaranya : a. Citra Tubuh Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan kebersihan diri. b. Praktik sosial Kelompok sosial dapat mempengaruhi praktek kebersihan diri seseorang. Pada anak praktek kebersihan diri didapatkan dari orang tua. Pada remaja kebersihan diri lebih diperhatikan ketika peningkatan ketertarikan mereka terhadap lawan jenis. Selanjutnya dalam kehidupan, teman-teman dan kelompok kerja membentuk harapan orang mengenai penampilan pribadi mereka dan perawatan yang dilakukan dalam mempertahankan kebersihan diri yang adekuat. c. Status sosial ekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. d. Pengetahuan Pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri berimplikasi pada kebiasaan perawatan kebersihan diri. Pengetahuan ini harus dikombinasi dengan motivasi untuk melakukan perawatan kebersihan diri. 17 e. Budaya Keyakinan budaya dan nilai-nilai individu berpengaruh pada kebiasaan perawatan kebersihan diri. Dengan latar belakang budaya yang berbeda memiliki kebiasaan yang berbeda pula. 2.2.3 Macam-macam Personal Hygiene Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal hygiene, diantaranya : a. Perawatan kulit Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan. b. Mandi Mandi merupakan bagian perawatan hygiene total. Karena dalam mandi terdapat beberapa tujuan diantaranya membersihkan kulit untuk mengurangi keringat, beberapa bakteri dan sel kulit mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi kesempatan infeksi, stimulasi sirkulasi dengan penggunaan air hangat dan usapan yang lembut pada ekstremitas. c. Perawatan Kaki dan Kuku Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri. 18 d. Perawatan Mulut Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dan partikelpartikel makanan,plak, dan bakteri. e. Perawatan Rambut Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari. f. Perawatan tangan Perawatan tangan salah satunya yaitu dengan mencuci tangan. Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas dengan air untuk menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin. Salah satu personal hygiene yang dapat mencegah terjadinya penularan hepatitis A yaitu cuci tangan (Sari,2008). Berdasarkan penelitian Badri (2007), beberapa tindakan dalam melakukan personal hygiene yaitu : a. Gosok gigi Cara untuk menjaga kesehatan gigi diantaranya sikat gigi teratur dan benar (minimal 2 kali sehari, pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur) dengan diberi pasta gigi yang mengandung fluoride, hindari makanan yang manis dan lengket 19 serta makanan yang terlalu panas dan dingin, serta banyak makan buah-buahan yang berserat (Depkes). Langkah-langkah untuk menggosok gigi diantaranya : Bahan : sikat gigi milik sendiri, pasta gigi. Langkah – langkah menggosok gigi : 1. Menuangkan pasta gigi ke dalam sikat gigi secukupnya. 2. Berkumur dengan air yang belum dipakai atau air mengalir. 3. Menyikat gigi dari atas ke bawah luar dan dalam geraham atas dan bawah. 4. Berkumur dengan air mengalir. b. Cuci tangan Cara cuci tangan yang baik adalah dengan menggunakan sabun dan air bersih mengalir karena kuman mudah menempel di kedua telapak tangan, terutama di bawah kuku jari. Waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun dan air mengalir pada saat sebelum dan sesudah makan, sebelum memegang makanan, sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata, sesudah melakukan kegiatan (berolahraga, memegang uang, memegang binatang, berkebun) dan memegang sarana umum (seperti pegangan bis, gagang pintu, dll),sesudah buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) (Kemenkes RI). Selain itu, mencuci tangan yang baik juga membutuhkan beberapa peralatan yaitu sabun antiseptik, air bersih, dan handuk atau lap tangan 20 bersih. Untuk hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan selama 20-30 detik (PHBS-UNPAD, 2010). Langkah - langkah mencuci tangan diantaranya : Bahan : Sabun, Air yang belum pernah dipakai atau mengalir, handuk atau kain bersih. 1. Menggunakan air mengalir. 2. Membasahi tangan dengan air yang mengalir. 3. Menyabuni tangan. 4. Menggosok tangan satu sama lain sampai berbusa. 5. Mengalirkan air pada tangan sampai semua sabun dibersihkan. 6. Mengeringkan tangan. 2.3 PERILAKU 2.3.1 Definisi Perilaku Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo, 1993:55 dalam Sunaryo, 2004). Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, N., 1993;58 dalam Sunaryo, 2004). Perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup (Sri Kusmiyati dan Desiminiarti, 1990:1 dalam Sunaryo, 2004). Berdasarkan beberapa 21 pengertian diatas perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). 2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang 1. Faktor genetik atau faktor endogen Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalma diri individu (endogen), antara lain: a. Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan lainnya. b. Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakain dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. c. Sifat fisik, kalau diamati perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisikinya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus. 2. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu a. Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh terhadap 22 perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku. b. Pendidikan. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses individu. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok. Kegiatan pendidikanm formal maupun informal berfokus pada proses belajar-mengajar, dengan tujuan agar terjdai perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti dan dari tidak dapat menjadi dapat. c. Agama, merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadaian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu. Seseorang yang mengerti dan rajin melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan, akan berperilaku dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya. d. Sosial ekonomi. Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial budaya dan sosial ekonomi. Khusus menyangkut lingkungan sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga yang status sosial ekonominya berkecukupan, akan mampu menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. e. Kebudayaan, diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Ternyata hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri. 23 2.3.3 Pengukuran perilaku Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tindakan, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian, observasi merupakan prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Jenis pengukuran observasi dibedakan menjadi dua yaitu terstrukutr dan tidak terstruktur (Nursalam, 2008). A. Terstruktur Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya (Sugiyono, 2012). B. Tidak terstruktur Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan penelitian tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2012).. 24 Pengukuran perilaku manusia dapat dikategorikan menjadi tiga (Azwar, 2012) yaitu : a. Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ+1.0σ) b. Cukup : jika skor jawaban (µ-1. 0σ)≤x<(µ+1.0σ) c. Kurang : jika skor jawaban x < (µ-1. 0σ) Dengan ketentuan : µ = ½ (Xmaks+Xmin) x total item pertanyaan σ = 1/6 (Imaks-Imin) Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pertanyaan Xmin = skor terendah pada 1 item pertanyaan Imaks = jumlah total skor tertinggi Imin = jumlah total skor terendah 2.3.4 Proses Adopsi Perilaku Penelitian Rogers (1974) dalam (Efendi, Ferry & Makhfudli, 2009) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, diantaranya : a. Timbul kesadaran (awareness), yakni orang tersebut menyadari (mengetahui) stimulus terlebih dahulu. b. Ketertarikan (interest), yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus. c. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation), yakni sikap orang tersebut sudah lebih baik lagi. 25 d. Mulai mencoba (trial), yakni orang tersebut memutuskan untuk mulai mencoba perilaku baru. e. Mengadaptasi (adoption), yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengn pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2.4 PESANTREN Pesantren berasal dari santri, yang berarti terpelajar (learned) atau ulama (scholar). Pesantren adalah tempat belajar bagi para santri. Pesantren disebut juga pondok pesantren. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebut pondok dan pesantren dengan pengertian yang sama yaitu asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji. Dengan kata lain, kedua sebutan tersebut mengandung arti lembaga pendidikan Islam yang didalamnya terdapat unsur-unsur ‘kyai’ (pemilik sekaligus guru), ‘santri’ (murid), ‘masjid’ atau ‘mushalla’ (tempat belajar), asrama (penginapan santri), dna kitab-kitab klasik Islam (bahan pelajaran) (Subhan, 2009). Pesantren merupakan lembaga pendidikan agama lebih dekat dengan nilai-nilai Islam sebagai sumber konsepsi dan motivasi (Rofiq dkk, 2005). Pesantren adalah institusi pendidikan Islam tradisional yang biasanya mengkhususkan diri pada pengajaran Islam. Pola pendidikan pesantren dengan ciri khasnya telah menjadi daya tarik bagi umat Islam, karena telah memberikan akhlak, kemandirian dan penanaman nilai-nilai keimanan yang dibutuhkan (Afadlal dkk, 2005). 26 Pada umumnya perilaku personal hygiene pondok-pesantren kurang mendapatkan perhatian dari santri. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kebiasaan santri sebelum datang di pesantren seperti sosial budaya, hunian dan keyakinan, keadaan lingkungan yang kurang memadai dan faktor individual seperti kurangnya pengetahuan. Beberapa perilaku yang sering dilakukan santri dalam tindakan personal hygiene yaitu sering bergantian sabun, bergantian handuk antar teman. Perilaku santri tersebut disebabkan oleh faktor sosial budaya pondok yang menjunjung tinggi kebersamaan (termasuk dalam hal mandi, berpakaian dan sebagainya), jumlah santri yang banyak, pengawasan dari ustadz yang kurang, fasilitas yang kurang mendukung dan faktor kebiasaan sebelum datang ke pondok pesantren (Badri, 2007). Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap santri yang mendalami pengetahuan agama Islam di pesantren. Tanpa pola hidup sehat menjadikan santri rentan tertular penyakit karena santri pada umumnya tinggal bersama dalam satu asrama yang selalu berinteraksi satu sama lain (Hidayat, 2014). 27 2.5 Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Firdous (2005) mengenai cuci tangan sebelum makan menurunkan risiko kejadian hepatitis akut klinis menggunakan desain penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan kasus kontrol. Penelitian ini menggunakan populasi pada penduduk perumahan Calincing, RW 08, Cogreg Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara praktek cuci tangan dengan kejadian sakit hepatitis akut klinis dengan nilai odd ratio sebesar 3,442. Ini berarti responden yang mempunyai kebiasaan praktek cuci tangan yang buruk mempunyai peluang sebesar 3,442 kali untuk mengalami sakit hepatitis akut klinis dibandingkan dengan responden yang mempunyai kebiasaan praktek cuci tangan yang baik sebelum makan. 2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2012) tentang hubungan tingkat pengetahuan siswa terhadap Hepatitis A dengan resiko terkena penyakit hepatitis A di SMAN 4 Depok menggunakan metode stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 57,9% siswa yang berpengetahuan rendah mengenai Hepatitis A memiliki risiko terkena Hepatitis A tinggi dan 50% siswa yang berpengetahuan tinggi mengenai Hepatitis A memiliki risiko terkena Hepatitis A rendah. Hasil uji Chi Square menyatakan tidak ada hubungan bermakna anatara proporsi tingkat pengetahuan dengan risiko terkena Hepatitis A (p=0,723, α=0,126). 28 3. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Alvira (2014) tentang faktor risiko Hepatitis A di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau dengan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi case control untuk mengidentifikasi faktor resiko kejadian Hepatits A. Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa faktor resiko kejadian Hepatits A yaitu : Personal hygiene, hygiene penjamah makanan, riwayat kontak dengan penderita hepatitis, dan sanitasi mandi, cuci, kakus. Sedangkan tingkat pengetahuan dan pekerjaan bukan faktor risiko kejadian Hepatitis A. 29 2.6 Kerangka Teori Host (Perilaku personal hygiene ) Perawatan diri yang dilakukan memepertahankan kesehatan secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2008). Personal hygiene yang dapat mencegah Hepatitis A : cuci tangan dan sikat gigi dengan alat sendiri (Sari, 2008). Agent Environtment (Virus Hepatitis A) (Pesantren) Virus penyebab Hepatitis A yang ditemukan pada tinja penderita (Smeltzer, 2001). Cara penularan : Institusi pendidikan Islam yang mengajarkan pendidikan Islam yang didalamnya terdapat santri (Subhan, 2009). S Secara fekal-oral melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi visus Hepatitis A (Sari, 2008). Faktor resiko Hepatitis A - Kebiasaan membeli makann di sembarang tempat - Personal hygiene rendah (Kemenkes, 2012) - Tempat penitipan anak dan asrama (Pesantren) (Cahyono dkk, 2010) Diteliti Bagan 2.1 Kerangka Teori Modifikasi model agen, host, dan lingkungan (Makhfudli, 2009); (Cahyono dkk, 2010); (Badri, 2008); (Hidayat, 2008) ; (Hidayat, 2014); (Kemenkes, 2012); (Sari, 2008); (Smeltzer, 2001); (Subhan, 2009). 31 3.2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008). Tabel 3.1 Definisi Operaasional No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Penelitian 1. Jenis kelamin Karakteristik seksual yang dimiliki Mengisi oleh responden kuesioner Kuesioner Nominal 1 = Laki-laki 2 = Perempuan 2. Usia Lama hidup responden yang Mengisi terhitung sejak lahir hingga ulang kuesioner Kuesioner 1= 10-14 Tahun Interval 2= 15-20 Tahun tahun terakhir (Sarlito (1994) dalam Aisyah (2015)) 3. Kelas Tingkatan pendidikan yang sedang Mengisi Kuesioner 1= 1 MTS Nominal 32 ditempuh di pondok pesantren oleh 2 =2 MTS kuesioner responden pada saat dilakukan 3 = 3MTS penelitian 4 = 1 MA 5 = 2 MA 4. Perilaku Tindakan siswa dalam menjaga Mengisi Kuesioner personal personal kebersihan diri dengan cuci tangan kuesioner hygiene. jawaban ≥ 36 hygiene dan sikat gigi. Kuesioner ini terdiri dari { x ≥ (μ+1.0σ)} 12 pertanyaan. 1. Baik = jika skor 2. Cukup = jika Pemberian skor skor jawaban 24 menggunakan skala likert ≤ x < 36 untuk pernyataan positif: {(μ-1.0σ) ≤ x < Selalu = 4 (μ+1.0σ)} Sering = 3 3. Kurang = jika Kadang-kadang = 2 skor jawaban x Tidak Pernah = 1 < 24 Pernyataan negatif : { x < (μ-1.0σ)} Selalu = 1 Ordinal 33 Sering = 2 (Azwar, 2012) Kadang-kadang = 3 Tidak Pernah = 4 5 Kejadian Seseorang yang terinfeksi virus Mengisi Kuesioner kejadian 1 = pernah Hepatitis A Hepatitis A dalam 4 bulan terakhir. kuesioner Hepatitis A. 0 = tidak pernah Kuesioner ini terdiridari dua pertanyaan. Pemberian skor menggunakan skala Guttman : Jawaban pernah 1=1 Jawaban tidak pernah =0 Nominal 34 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan retrospektif pada kejadian Hepatitis A. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. 4.2 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Kampus 1 Jl. Raya Mauk Km.7 Cadas Sepatan, Tangerang-Banten. 4.2.2 Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah santri putra dan putri yang tinggal di Pesantren Daarul Muttaqien yaitu 35 santri MTs yang berjumlah 818 santri dan MA berjumlah 526 santri. Santri pada pesantren Daarul Muttaqien terdiri dari 6 tingkatan pendidikan. Tabel 4.1 Daftar jumlah santri Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas dari tingkat I sampai tingkat VI Tahun 2014-2015. No. Tingkatan Pendidikan Jumlah Santri 1. Tingkat I/ Kelas I MTs 330 Orang 2. Tingkat II/ Kelas II MTs 280 Orang 3. Tingkat III/ Kelas III MTs 208 Orang 4. Tingkat IV/ Kelas I MA 271Orang 5. Tingkat V/ Kelas II MA 255 Orang Jumlah 1344 Orang Sumber: Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas, Tangerang 4.3.2 Sampel Penelitian Sampel merupakan bagian populasi yang akan ditetili atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel dengan data proporsi (Lemeshow, 1997) : Keterangan : n = jumlah sampel minimum = 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan 36 α sebesar 5%) = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap suatu populasi. : 54% = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10% Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 96 orang. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya data yang tidak lengkap maka sampel yang didapatkan ditambahkan 10%. Jumlah sampel yang didapat sebanyak 96 ditambah 10% atau 96 ditambah 9, maka total sampel yang digunakan adalah 105 santri. Sedangkan cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan melakukan undian menggunakan Microsoft excel. Pada penelitian ini peneliti membagikan kuesioner kepada 105 responden, namun terdapat 2 kuesioner yang tidak diisi secara lengkap oleh responden sehingga peneliti hanya menggunakan 103 kuesioner untuk pengolahan data. Dalam penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2008). Kriteria dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kriteria inklusi 1. Santri putra dan putri yang tinggal di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang 37 2. Bersedia menjadi responden 3. Santri pada tingkat pendidikan I sampai dengan V di pondok pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. b. Kriteria eksklusi 1. Santri yang sedang pulang atau berada di luar Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang 2. Santri yang sedang sakit 3. Santri pada tingkat pendidikan VI di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien 4.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner yang mengacu pada teori yang dibuat oleh peneliti. Instrumen pada penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Kuesioner A : lembar karakteristik responden yang meliputi inisial nama,umur, kelas dan jenis kelamin. 2. Kuesioner B : digunakan untuk mengukur kejadian Hepatitis A yang terdiri dari 2 pertanyaan. Kuesioner ini menggunakan skala guttman dinilai dengan skor pernah adalah 1 dan tidak pernah adalah 0. 3. Kuesioner C: digunakan untuk mengukur perilaku personal hygiene siswa yang terdiri dari 12 pernyataan, dimana terdapat 11 pernyataan positif (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) dan 1 (1) pertanyaan negative. Pernyataan positif diukur dengan skor (4) selalu, sering (3), kadangkadang (2), tidak pernah (1). Sedangkan pernyataan negatif diukur 38 dengan skor tidak pernah (4), kadang-kadang (3), sering (2), selalu (1). Pengukuran perilaku personal hygiene dikatagorikan (Azwar,2012) : a. Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ+1.0σ) x ≥ (30+1.6) x ≥ 36 b. Cukup : jika skor jawaban (µ-1. 0σ)≤x<(µ+1.0σ) (30-6) )≤x<(30+6) 24 ≤x< 36 c. Kurang : jika skor jawaban x < (µ-1. 0σ) x < (30-6) x < 24 Dengan ketentuan : µ = ½ (Xmaks+Xmin) x total item pertanyaan = ½ (4+1) x 12 = 30 σ = 1/6 (Imaks-Imin) = 1/6 (48-12) = 6 Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pertanyaan (4) Xmin = skor terendah pada 1 item pertanyaan (1) Imaks = jumlah total skor tertinggi (48) Imin = jumlah total skor terendah (12) menjadi 39 4.5 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat ukur atau instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas data (Hidayat, 2011). 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benarbenar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas instrument penelitian ini berupa kuesioner perilaku personal hygiene teridir dari 12 pernyataan yang dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang pada bulan Mei 2015 sebanyak 30 siswa. Lokasi uji validitas sama dengan lokasi penelitian sehingga responden yang telah diteliti dalam uji coba instrumen tidak termasuk responden penelitian. Metode yang digunakan pada pengujian validitas instrument menggunakan pendekatan korelasi pearson product moment dengan menggunakan software komputer, SPSS 20. Hasil uji validitas pada kuesioner perilaku personal hygiene ini seluruh pernyataan dinyatakan valid. Ketentuan kevalidan instrument dengan melihat hasil perhitungan r hitung. Apabila r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut valid sedangkan apabila r hitung < r tabel (0,361) pada N 30 atau nilai taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2010). 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). 40 Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan software komputer, SPSS 20. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >0,60 (Hidayat, 2007). Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Hasil Alpha Keputusan Cronbach Perilaku Personal α = 0,873 Reliabel Hygiene 4.6 Tahapan Pengambilan Data 1. Metode Pengumpulan Data Beberapa langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti meminta izin melakukan penelitian sesui judul skripsi kepada Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Peneliti mendatangi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien untuk meminta izin dan meminta data dalam menentukan calon responden penelitian. c. Setelah ijin penelitian disetujui oleh pihak sekolah,peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas. d. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel peneliti menyeleksi calon responden sesuai kriteria dan membagi 41 responden menggunakan random sampling dengan Microsoft excel. e. Responden yang terpilih dikelompokkan tiap kelas untuk mengisi kuesioner. f. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan serta informed consent. g. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden peneliti membagikan kuesioner pada responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner serta tiap itempernyataan pada kuesioner . h. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan pernyataan pada kuesioner. i. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner. j. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada peneliti untuk pengolahan data. k. Setelah pengisian kuesioner selesai, responden dikumpulkan di aula untuk diberikan pendidikan kesehatan mengenai Hepatitis A dan personal hygiene. 2. Metode Pengolahan Data Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistic, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh (Hidayat,2008) diantaranya : 42 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemderian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Pengkodean untuk karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia dan kelas. Koding untuk responden berjenis kelamin laki-laki diberi kode 1 sedangkan untuk perempuan diberi kode 2. Koding untuk responden dengan usia 10-14 tahun diberi kode 1 dan usia 15-20 tahun diberi kode 2. Koding untuk responden pada kelas 1 MTS diberi kode 1, kelas 2 MTS diberi kode 2, pada kelas 3 MTS diberi kode 3, kelas 1 MA diberi kode 1, dan kelas 2 MA diberi kode 2. Variabel kejadian Hepatitis A diberi kode 1 pada jawaban pernah kode 2 pada jawaban tidak pernah. Sedangkan untuk variabel perilaku personal hygiene diberi kode 1 untuk jawaban tidak pernah, 2 jawaban kadang-kadang, 3 jawaban sering, dan 4 jaban selalu untuk pernyataan positif. Pada pernyataan negatif diberi kode 1 untuk jawaban selalu, 2 jawaban sering, 3 jawaban kadang-kadang, dan 4 untuk jawaban tidak pernah. 43 3. Entry data Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel kontingensi. 4.7 Analisis Data Tujuan dilakukan analisis data adalah memeperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Analisis penelitian ini menggunakan analisis univariate yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariate pada penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Analisis ini dilakukan dengan cara menggambarkan setiap variable yang digunakan penelitian, Analisis univariate pada penelitian ini dilakukan pada variable penelitian meliputi : karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur,kelas, perilaku personal hygiene siswa Pondok Pesantren Daarul Muttaqien, dan kejadian Hepatitis A pada siswa Pondok Pesantren Daarul Muttaqien. 44 4.8 Etika Penelitian Etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang penting dalam penelitian, karena penelitian keperawatan berhubungan langdung dengan manusia, maka segi etik penelitian harus diperhatikan. Beberapa masalah etik yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008) : a. Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. b. Anonimity (tanpa nama) Anonimity bertujuan untuk memberikan jaminan dalam penggunaan responden penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan. 45 c. Kerahasiaan (confidentiality) Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporlkan pada hail riset. 46 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang, yang terdiri dari gambaran tempat penelitian, gambaran karakteristik responden (jenis kelamin, usia dan kelas), gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A serta tabulasi silang antara personal hygiene dan Hepatitis A. 5.1 Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Kampus 1 Cadas Tangerang. Sekolah ini beralamat di Jalan Raya Mauk Km.7 Cadas Sepatan, Tangerang-Banten yang dipimpin oleh KH.Drs.Ahmad Sonhaji Cholili. Jenjang pendidikan di Pesantren Daarul Muttaqien adalah MTS (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah). Jumlah siswa untuk tingkat MTS (Madrasah Tsanawiyah) tahun 2014/2015 adalah 818 siswa. Dengan rincian kelas 1 MTS berjumlah 330 siswa, kelas 2 MTS berjumlah 280 siswa, dan kelas 3 MTS berjumlah 208 siswa. Sedangkan jumlah siswa untuk tingkat MA (Madrasah Aliyah) tahun 2014/2015 adalah 749 siswa. Dengan rincian kelas 1 MA berjumlah 271 siswa, kelas 2 MA berjumlah 255 siswa, dan kelas 3 MA berjumlah 223 siswa. Fasilitas atau sarana penyediaan air yang digunakan untuk mencuci tangan yaitu keran air yang letaknya berada dekat masjid pada asrama Putra. Pada asrama putri keran air yang digunakan untuk mencuci tangan dan 47 berwudhu terletak dekat dapur umum. Asrama dan ruang kelas Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini terdiri dari tiga lantai . Di setiap lantai terdapat fasilitas kamar mandi untuk siswa. Namun tidak terdapat wastafel atau keran air untuk mencuci tangan yang letaknya strategis atau berdekatan dengan ruang kelas dan kamar siswa. 5.2 Karakteristik Responden Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dianalisis adalah sebagai berikut : 5.2.1 Jenis Kelamin Pengelompokan responden berdasarkan digambarkan pada tabel berikut : kategori jenis kelamin Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis kelamin di Pondok Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%) Laki-laki 54 52,4 Perempuan 49 47,6 Total 103 100 Pada tabel 5.1 menunjukan responden dengan jenis kelamin laki-laki memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 54 responden (52,4%). Sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 49 responden (47,6%). 5.2.2 Usia Pengelompokan responden berdasarkan kategori usia digambarkan pada tabel berikut : 48 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Pondok Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang Usia 10-14 15-20 Total Frekuensi 49 54 103 Presentase (%) 47,6 52,4 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki usia pada rentang 15-20 tahun lebih banyak yaitu 54 (52,4%) dibandingkan dengan responden yang memiliki rentang usia 10-14 tahun yaitu 49 responden (47,6%). 5.2.3 Kelas Pengelompokan responden digambarkan pada tabel berikut : berdasarkan kategori kelas Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkatan Kelas di Pondok Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang Kelas Frekuensi Presentase (%) 1 MTS 29 28,2 2 MTS 20 19,4 3 MTS 16 15,5 1 MA 19 18,4 2 MA 19 18,4 Total 103 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa responden pada kelas 1 MTS memiliki hasil terbesar yaitu 29 responden (28,2%), diikuti kelas 2 MTS berjumlah 20 responden (19,4%), kelas 1 MA dan 2 MA masing- masing berjumlah 19 responden (18,4%), dan kelas 3 MTS berjumlah 16 responden (15,5%). 49 5.3 Perilaku Personal Hygiene Perilaku responden yang diamati oleh peneliti digambarkan pada tabel berikut : Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Personal Hygiene di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang Skor Frekuensi Presentase (%) Baik 4 3,9 Cukup 49 47,6 Kurang 50 48,5 Total 103 100 Tabel 5.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku personal hygiene kurang sebanyak 50 responden (48,5%), sedangkan responden yang memiliki perilaku personal hygiene cukup sebanyak 49 responden (47,6%) dan baik sebanyak 4 responden (3,9%). Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pada beberapa item pernyataan perilaku personal hygiene Skor No 2 4 7 8 12 Selalu N 10 % 9,7 n 19 % 18,4 Kadangkadang n % 65 63,1 9 8,7 11 10,7 60 58,3 23 22,3 13 12,6 11 10,7 52 50,5 27 26,2 40 38,8 30 29,1 26 25,2 7 6,8 67 65,0 17 16,5 19 18,4 0 0 Item Pernyataan Saya mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun Saya mencuci tangan pakai sabun sebelum makan Saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil Saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar Saya menyikat gigi menggunakan sikat gigi milik sendiri Sering Tidak Pernah n % 9 8,7 Pada tabel 5.5 pada item pernyataan nomor 2,4,dan 7 sebagian besar responden memilih jawaban kadang kadang. Item pernyataan nomor 2 sejumlah 63,1 %, item pernyataan nomor 4 sejumlah 58,3% dan item 50 nomor 7 sejumlah 50,5%. Pada item pernyataan nomor 8 dan 12 sebagian besar responden memilih jawaban selalu. Pada item nomor 8 sejumlah 38,8% dan item nomor 12 sejumlah 65,0%. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene berdasarkan Jenis Kelamin Perilaku Jenis Kelamin Total Personal Laki-laki Perempuan Hygiene n % n % Baik 3 5,5 1 2,04 4 Cukup 21 11,3 28 57,14 49 Kurang 30 55,5 20 40,8 50 Total 54 49 103 Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki mayoritas memiliki personal hygiene yang kurang sebanyak 55,5%. Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan mayoritas memiliki perilaku personal hygiene cukup 57,14 %. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene berdasarkan Usia Perilaku Usia Total Personal 10-14 15-20 Hygiene n % n % Baik 3 6,12 1 1,85 4 Cukup 24 48,9 25 46,29 49 Kurang 22 44,8 28 51,8 50 Total 49 54 103 Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang berusia 10-14 tahun mayoritas memiliki perilaku personal hygiene cukup 48,9%, sedangkan responden yang berusia 15-20 tahun mayoritas memiliki perilaku personal hygiene kurang sebanyak 51,8%. 51 5.4 Kejadian Hepatitis A Kejadian Hepatitis A yang diamati oleh peneliti digambarkan pada tabel berikut : Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A selama satu tahun terakhir di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang Tahun 2015 Kejadian Frekuensi Presentase (%) Hepatitis A Tidak Pernah 89 86,4 Pernah 14 13,6 Total 103 100 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang tidak pernah terkena Hepatitis A selama satu tahun terakhir sebanyak 89 orang (86,4%) sedangkan responden yang pernah terkena Hepatitis A selama satu tahun terakhir sebanyak 14 orang (13,6%). 5.5 Tabulasi Silang Antara Personal Hygiene dan Hepatitis A Hasil tabulasi silang antara personal hygiene dan Hepatitis A digambarkan pada tabel berikut : Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A berdasarkan Perilaku Personal Hygiene Perilaku Personal Kejadian Hepatitis A Total Hygiene Pernah Tidak Pernah Baik 0 4 4 Cukup 5 44 49 Kurang 9 41 50 Total 14 89 103 Tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang pernah mengalami kejadian Hepatitis A memiliki perilaku personal hygiene yang cukup sejumlah 5 responden dan kurang sejumlah 9 responden. Sebagian besar 52 yang tidak pernah mengalami Hepatitis A memiliki perilaku personal hygiene yang kurang sejumlah 41 responden, perilaku personal hygiene cukup sejumlah 44 responden, dan perilaku personal hygiene yang baik hanya 4 responden. 53 BAB VI PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil penelitian pada bab lima disertai dengan penelitian dan teori terkait, yang terdiri dari gambaran karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia, dan kelas, gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian hepatitis A pada Siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. A. GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin responden didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 52,4%. Pada hasil tabulasi silang antara perilaku personal hygiene dan jenis kelamin menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih memiliki personal hygiene yang kurang (55,5%) dibandingkan dengan perempuan (40,8%). Berdasarkan teori Notoatmodjo (2007) menyatakan jenis kelamin merupakan faktor genetik yang mempengaruhi perilaku seseorang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hidayat (2011) yang juga menyatakan bahwa santri laki-laki kurang memiliki kecenderungan berperilaku bersih dan sehat dibandingkan santri perempuan. 2. Usia Sebagian besar responden berada pada rentang usia 15-20 tahun yaitu sebanyak 52,4%, sedangkan responden pada rentang usia 10-14 tahun sebesar 47,6%. Hal ini terjadi karena teknik pengambilan sampel 54 yang digunakan adalah teknik random sampling, dimana sampel dipilih secara acak menggunakan Microsoft excel. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara perilaku personal hygiene dan usia responden didapatkan hasil bahwa responden dengan usia 15-20 tahun lebih memiliki perilaku personal hygiene yang kurang dibandingkan dengan responden yang berusia 10-14 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Hidayat (2011) menyatakan bahwa remaja akhir atau pada usia 15-20 tahun memiliki kecenderungan untuk berperilaku bersih dan sehat yang lebih besar dibandingkan dengan remaja awal atau pada usia 10-14 tahun. 3. Kelas Karakteristik selanjutnya adalah kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden pada kelas 1 MTS berjumlah 29 responden (28,2%), responden pada kelas 2 MTS berjumlah 20 responden (19,4%), responden pada kelas 3 MTS berjumlah 16 responden (15,5%). Responden pada kelas 1 dan 2 MA masing-masing berjumlah 19 responden (18,4%). Hal ini terjadi karena teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling. Sampel dipilih secara acak menggunakan Microsoft excel. Peneliti hanya mengambil responden pada kelas 1,2, 3 MTS dan kelas 1,2 MA karena masih aktif dalam kegiatan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. Kelas 3 MA tidak dimasukkan dalam responden karena sedang mengikuti program pengabdian pesantren di luar sekolah. 55 B. GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 103 responden, 48,5% memiliki perilaku personal hygiene yang kurang, sedangkan yang memiliki perilaku personal hygiene yang cukup sebanyak 47,6 % dan baik sebanyak 3,9%. Hal tersebut sesuai dengan Badri (2007) yang menyatakan bahwa perilaku personal hygiene pada pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Desmawati (2015) sebagian besar santri memiliki personal hygiene yang baik yaitu 61% sedangkan santri yang memiliki personal hygiene yang kurang baik sebanyak 39%. Penelitian ini menggambarkan beberapa item pernyataan perilaku personal hygiene. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada item pernyataan “saya mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun”, sebagian besar responden memilih jawaban kadang-kadang 63,1%. Namun terdapat juga responden yang memilih jawaban tidak pernah sebanyak 8,7%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden kurang melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun.. Jika dilihat dari segi fasilitas disediakan keran air untuk mencuci tangan yang juga digunakan untuk berwudhu karena terletak dekat masjid dan dapur, namun tidak terdapat sabun di keran tersebut sehingga membutuhkan kesadaran pada setiap siswa membawa sabun miliknya untuk mencuci tangan. Berdasarkan penelitian 56 Hidayat (2012) bahwa cuci tangan pakai sabun dan air mengalir dapat mengurangi resiko terkena Hepatitis A. Pada pernyataan “saya mencuci tangan pakai sabun sebelum makan”, sebagian besar responden memilih jawaban kadang-kadang 58,3 % dan jawaban tidak pernah sejumlah 22,3%. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden masih kurang melakukan cuci tangan pakai sabun sebelum makan. Hal ini mungkin disebabkan responden malas mengambil sabun karena letak kamar yang berjauhan dengan keran air. Selain itu tidak disediakan ruangan khusus atau aula sebagai ruangan untuk makan, biasanya responden makan di ruang kelas, kamar atau di pelataran depan kelas yang sudah berlantaikan keramik. Pada penelitian Firdous (2005) menyatakan bahwa cuci tangan sebelum makan dapat menurunkan resiko kejadian Hepatitis Akut klinis. Pada pernyataan “saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil”, sebagian besar responden memilih jawaban “kadang-kadang” 50,5% dan tidak pernah 26,2%. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden kurang melakukan cuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil karena letak kamar yang berjauhan untuk mengambil sabun dengan letak kamar mandi. Pada pernyataan “saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar”, sebagian besar responden memilih jawaban selalu 38,8 %, namun terdapat respondan yang menjawab kadang-kadang sejumlah 25,2% dan tidak pernah 6,8%. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden sudah mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar. Pada penelitian Afudin 57 (2003) menyatakan bahwa cuci tangan setelah buang air besar dapat mengurangi resiko terserang virus Hepatitis A. Item pernyataan “saya menyikat gigi menggunakan sikat gigi milik sendiri”, sebagian besar responden memilih jawaban selalu 65,5%, namun terdapat responden yang menjawab kadang-kadang 18,4%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan sikat gigi milik sendiri. Namun terdapat beberapa responden yang tidak menggunakan sikat gigi milik sendiri atau memakai sikat gigi orang lain yang biasanya dilakukan oleh responden laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayat (2011) yang menyatakan bahwa santri laki-laki kurang memiliki kecenderungan berperilaku bersih dan sehat dibandingkan santri perempuan. Air liur dapat menularkan Hepatitis A dalam konsentrasi yang rendah (Cahyono,dkk 2010), sehingga penggunaan sikat gigi milik sendiri merupakan salah satu perilaku yang dapat mencegah Hepatitis A (Dwiastuti, 2008). Berdasarkan hasil beberapa item pernyataan yang telah dijelaskan di atas sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) dalam Maulana (2009) bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi adalah faktor yang ada dalam diri individu (pengetahuan, budaya, kepercayaan), faktor pemungkin adalah factor yang memungkinkan terjadinya perilaku (sarana dan prasarana), dan factor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku. Jika dilihat berdasarkan faktor predisposisi, santri memiliki kepercayaan yang sama, dalam Islam mengajarkan untuk selalu menjaga kebersihan jasmani salah satunya menjaga kebersihan diri (Budiarti, 2012). 58 Selain itu responden juga mempelajari bahwa menjaga kebersihan adalah wujud iman mereka sebagai muslim. Hal tersebut dikuatkan oleh tulisan yang biasanya terdapat di pesantren “Anna Zhofatu Minnal Iman” yang menjelaskan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Namun hal tersebut tidak dapat diterapkan apabila santri tidak memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan diri sehingga masih terddapat perilaku yang kurang dalam menjaga kebersihan diri (Fitrina, 2008). Sedangkan jika dilihat berdasarkan sarana dan prasarana , masih kurangnya fasilitas yang memadai untuk siswa dalam melakukan personal hygiene seperti tidak tersedianya sabun untuk mencuci tangan dan penempatan keran air di tempat yang strategis (dekat kamar tidur dan ruang kelas). Sedangkan faktor penguat seperti teman dapat mempengaruhi hygiene seseorang (Umairoh, 2013). C. GAMBARAN KEJADIAN HEPATITIS A Hasil penelitian mengenai kejadian Hepatitis A menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden (13,6 %) pernah mengalami Hepatitis A selama satu tahun terakhir dan 89 responden (86,4%) tidak pernah mengalami Hepatitis A dalam satu tahun terakhir. Hepatitis A adalah infeksi oleh virus dengan cara penularan melalui fekal-oral, terutama lewat konsumsi makanan yang tercemar virus tersebut (Smeltzer,2001). Hepatitis A adalah penyakit yang mudah menyebar (Anggraini, 2014) terutama di pesantren atau asrama (Cahyono, 2010). Oleh Karena itu penatalaksanaan yang terpenting adalah dengan menjaga Personal Hygiene (Kemenkes 2011). 59 Hasil penelitian ini sesuai dengan literature diatas, jika dilihat dari personal hygiene, terdapat 9 responden yang memiliki perilaku yang kurang menjaga kebersihan dirinya, sehingga mereka pernah terkena hepatitis A. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Alvira (2014) bahwa personal hygiene yang rendah beresiko terkena Hepatitis A. Berdasarkan letak geografis di lingkungan pesantren Daarul Muttaqien banyak terdapat pabrik yang dekat dengan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien dan juga sungai letaknya tidak jauh dari pondok. Selain itu masih terdapat warga yang tinggal di sekitar pondok yang memakai jamban di sungai, sehingga kemungkinan terjadinya Hepatitis A di Pesantren Daarul Muttaqien disebabkan karena faktor dari lingkungan di sekitar Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini terdapat UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) yang dikelola oleh siswa Daarul Muttaqien, namun tidak adanya kunjungan dari puskesmas setiap satu bulan sekali untuk memantau mengenai kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah yang ada di Pesantren Daarul Muttaqien. D. KETERBATASAN PENELITIAN 1. Tidak adanya rekam medis atau riwayat kesehatan santri di pesantern Daarul Muttaqien Cadas Tangerang untuk memvalidasi penyakit yang pernah diderita siswa salah satunya Kejadian Hepatitis A pada responden yang pernah terkena. 2. Suasana yang kurang kondusif sehingga memungkinkan responden tidak berkonsentrasi saat mengisi kuesioner. 60 BAB VII PENUTUPAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran karakteristik siswa Pesantren Modern Daarul Muttaqien Cadas Tangerang yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu : persentase jenis kelamin laki-laki sebesar 52,4% dan perempuan sebesar 47,6%, untuk usia responden sebagian besar berusia antara 1520 tahun (52,4%), dan sebagian besar responden berada pada kelas 1 MTS yaitu sebesar 28,2 %. 2. Sebagian besar responden memiliki perilaku personal hygiene kurang yaitu sebesar 48,5 %. Hal in bisa disebabkan karena adanya faktor pemungkin seperti minimnya fasilitas yang disediakan yaitu letak keran air di tempat yang strategis dan penyediaan sabun. Sementara faktor predisposisi (pengetahuan dan budaya) dan faktor penguat belum terkaji. 3. Sebagian responden pernah mengalami Hepatitis A dalam satu tahun terakhir yaitu sebesar 13,6 %. Sebagian besar responden yang terkena hepatitis A adalah mereka yang memiliki Personal Hygiene kurang (8,7%) dan yang memiliki Personal Hygiene yang cukup (4,8%). 61 B. SARAN 1. Bagi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang Diharapkan pesantren menyediakan fasilitas untuk mendorong perilaku hidup bersih dan sehat, seperti fasilitas untuk cuci tangan, penyediaan leaflet atau media untuk mendorong perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu diharapkan pesantren dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan seperti puskesmas dalam mempromosikan PHBS dan pengelolaan UKS. 2. Bagi Siswa Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang Siswa perlu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan penyakit, khususnya penyakit hepatitis A. 3. Bagi Keperawatan Usaha Kesehatan Sekolah pada pesantren merupakan bagian dari tugas preventif pada keperawatan komunitas PSIK UIN Jakarta tidak hanya untuk sekolah umum. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya perlu meminta pengajuan waktu khusus untuk menguji kuesioner, melakukan pengukuran perilaku personal hygiene dengan cara yang berbeda dan menggali lebih dalam langkah menuci tangan responden serta penambahan variabel mengenai pengetahuan responden terhadap Hepatitis A. 62 DAFTAR PUSTAKA Afadhal. (2005). Islam dan Radikalisme diIndonesia.Jakarta : LIPI Press. Afudin. (2003). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Hepatitis A Virus (HAV) di Kabupaten Kebumen Tahun 2001. Jakarta Anggraini, dkk. (2014). Analisis Model SIR dengan Imigrasi dan Sanitasi pada Penyakit Hepatiits A di Kabupaten jember. Universitas Jember Aini, R., & Susiloningsih, J. (2013). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Hepatitis B pada Pondok Pesantren Putri Ibnul Qoyyim Yogyakarta. Sains Medika, Vol.5, No.1, 30-33 Alvira, L . (2014). Faktor Risiko Hepatitis A Di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Undergraduate Thesis, Diponegoro University. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Badri, M. (2007). Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Walisongo Ngabar Ponorogo. Media Litbang Kesehatan, Vol.XVII, No.2 BBTKLP Jakarta. (2013). Profil BBTKLPP Jakarta. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan BBTKLPP Yogyakarta. (2014). Profil BBTKLPP Jakarta. Yogyakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Budiarti. (2012). Tingkat Keimanan Islam dan Status Karies Gigi. Poltekkes Jakarta 1 Cahyono, SB.(2009). Hepatitis A. Yogyakarta : Kanisisus. 63 Cahyono, SB., dkk. (2010). Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta : Kanisius. Depkes. (2012). Pedoman Pengendalian Virus. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Depkes. (2007). Pharmatical Care Untuk Penyakit Hati. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Depkes. (2009). Laporan Hasil Riskesdas Provinsi Banten Tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitrian dan Pengembangan Kesehatan. Desmawati,dkk. (2015). Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al- Kautsar Pekanbaru. JOM, Vol.2,No.1 Dwiastuti, S. (2008). Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Hepatitis A pada Taruna Akademi Kepolisian Tahun 2008.Semarang : Tesis Kesehatan Lingkungan Universitas Dipenegoro Effendy, F.,& Makhfudli. (2009). Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Firdous, U. (2005). Cuci Tangan Sebelum Makan Menurunkan Risiko Kejadian Hepatitis Akut Klinis. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.33, No.3, 121131 Heryanto.(2004). Model Peningkatan Hygiene Sanitasi Pondok Di Tangerang. Puslitbang Ekologi Status Kesehatan. Hidayat,T. (2011). Faktor-Faktor Yng Berhubungan Dengan Kebersihan Diri dan Kesehatan Lingkungan Pesantren Nurul Huda Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia. 64 Hidayat, M. (2014). Problematika Kesehatan Di Pesantren. (http://jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id/index.php/jantro/article/view/19 dikutip pada 4 November 2014 jam 23.00 WIB) Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Pengendalian Hepatitis. Jakarta : Direktorat Jendral PP dan PL Kemenkes RI. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi dan Analisis Hepatitis. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Kurniasih, S. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa terhadap Hepatitis A dengan Tingkat Risiko Terkena Hepatitis A di SMA Negeri 4 Depok. Skripsi . Universitas Indonesia. Maulana, HDJ. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo,S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Oswari, H., Rahayu, T., Bisanto, J., & Soedjatmiko. (2005). Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di SMPN-259 Jakarta Timur. Sari Pediatri, Vol.6, No.4,172175 Permenkes RI. (2014). Permenkes RI No.5 Tentang Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Primer. Potter, PA, Perry,AG. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Rofiq,dkk.(2005). Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta : Pustaka Pesantren. Rokib, M. (2013). Teologi Bencana : Studi Santri Tanggap Bencana. Yogyakarta : Kanisius. 65 Rubenstein,D., Wayne,D., & Bradley, J. (2005). Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Jakarta : Erlangga. Sakti,AP. (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pencegahan Hepatitis A Pada Siswa SMAN 4 Depok. Skripsi. Universitas Indonesia. Sari, W. (2008). Care Your Self, Hepatitis. Jakarta : 2008. Smeltzer, S C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunmner dan Suddarth. Jakarta : EGC. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Subhan, Arief. (2009). Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20. Jakarta : UIN Jakarta Press. Sugiyono. (2012). Metdologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Aalfabeta. Sumarni, I. (2012). Kondisi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Hepatitis A siswa/siswi di Asrama Pondok Pesantyren X Kabupaten Ciamiis tahun 2012. Tesis. PPepustakaan Universitas Indonesia Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Umairoh, Cholisoh. (2013). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perineal Hygiene Pada Remaja Putri Berbasis Precede Proceed Model Di SMPN 45 Surabaya. UNAIR WHO. (2009). The Global Prevalence of Hepatitis A Virus Infection and Susceptibility: A Systematic Review. Switzerland. June. Lampiran 1 Lampiran 2 PENJELASAN PENELITIAN Judul Penelitian : Gambaran Perilaku Personal hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa Di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang Peneliti : Dewi Sulistiani NIM : 1111104000030 Saya, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud melakukan penelitian tentang Gambaran Perilaku Personal hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa Di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. Saudara dimohon kesediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan saudara bersifat sukarela dan saudara boleh memutuskan atau menolak untuk tidak mengikuti penelitian ini tanpa ada akibat apapun. Saya menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negative bagi siapapun. Bila selama berpartisipasi saudara merasakan ketidaknyamanan maka saudara mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya akan menjaga kerahasiaan semua informasia yang telah diberikan dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian. Setelah saya memberikan penjelasan tentang penelitian, saya sangat mengharapkan partisipasi saudara dan selanjutnya saya mohon saudara bersedia untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) menjadi responden. Atas perhatian dan kesediaan saudara dalam berpartisipasi, saya ucapkan terima kasih. Jakarta, Mei 2015 Peneliti Dewi Sulistiani Lampiran 3 LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Dewi Sulistiani. Penelitian ini berjudul “Gambaran Perilaku Personal hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa Di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang”. Setelah saya mendapatkan penjelasan dari peneliti, maka saya memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini. Saya menyadari bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negative bagi saya. Saya juga menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan. Berdasarkan pertimbagan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari pihak manapun juga bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan seperlunya. Jakarta, Mei 2015 Responden Lampiran 4 KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS TANGERANG A. Identitas Responden 1. Inisial Nama : 2. Umur : 3. Kelas : 4. Jenis Kelamin : B. Kuesioner Kejadian Hepatitis A 1. Apakah kamu pernah terkena Hepatitis A (penyakit kuning) dalam beberapa bulan terakhir ? Ya, pernah 2. Pada bulan apa kamu terkena Hepatitis A? Tidak pernah Kuesioner Perilaku Personal Hygiene No. Pertanyaan Selalu Sering Kadang- Tidak kadang 1 Saya mencuci tangan menggunakan air saja 2 Saya mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun 3 Saya mencuci tangan menggunakan antiseptic seperti antis, dettol,dll 4 Saya mencuci tangan pakai sabun sebelum makan 5 Saya mencuci tangan pakai sabun setelah makan 6 Saya mencuci tangan pakai sabun setelah berolahraga 7 Saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil 8 Saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar 9 Setelah mencuci tangan saya mengeringkan tangan saya dengan tisu atau lap kering dan bersih 10 Saya mencuci tangan pakai sabun setelah memegang gagang pintu 11 Saya mencuci tangan pakai sabun setelah memegang uang 12 Saya menyikat gigi menggunakan sikat gigi milik sendiri Pernah Lampiran 5 HASIL UJI RELIABILITAS CTPS Case Processing Summary N Valid Cases a Excluded Total % 30 100,0 0 ,0 30 100,0 Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha ,873 12 tem-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item Correlation Deleted P1 24,93 43,789 ,376 ,875 P2 24,70 44,976 ,387 ,873 P3 25,20 42,717 ,593 ,862 P4 25,17 41,109 ,624 ,860 P5 24,47 39,844 ,652 ,857 P6 25,30 40,562 ,667 ,857 P7 24,47 40,326 ,637 ,859 P8 23,87 39,223 ,694 ,854 P9 24,70 40,700 ,524 ,868 P10 25,63 44,171 ,541 ,866 P11 25,53 43,430 ,621 ,862 P12 23,40 43,834 ,500 ,867 Hasil Uji Validitas Pernyataan p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 Nilai r (pearson correlation) 0,490 0,476 0,664 0,702 0,733 0,738 0,718 0,767 0,635 0,607 0,679 0,579 Nilai α (sig. 2 tailed) 0,006 0,008 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 Rekapitulasi Jawaban Uji Kuesioner No. Responden P1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 P2 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 2 1 3 3 1 1 1 1 1 4 3 3 1 P3 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 4 2 1 2 P4 2 1 2 2 2 2 1 2 4 3 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 4 P5 2 3 1 2 2 2 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 2 4 1 2 3 2 1 2 P6 3 4 2 4 3 4 1 4 2 4 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 4 3 4 2 P7 2 2 1 2 1 2 1 1 4 4 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 4 2 P8 3 4 2 3 3 3 2 3 4 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 4 4 4 2 P9 3 4 2 4 3 4 1 4 4 4 2 2 3 3 2 1 2 4 3 4 4 4 4 4 P10 3 4 1 3 2 3 1 2 4 2 1 3 1 2 2 1 1 4 1 3 1 3 2 4 P11 2 2 1 2 1 1 1 1 4 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 Skor total P12 2 3 1 1 2 1 1 1 3 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 2 2 4 4 4 4 29 37 22 31 28 31 17 30 41 36 16 25 19 23 28 16 18 29 17 28 34 30 32 31 25 26 27 28 29 30 2 1 2 3 3 1 2 3 1 2 4 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 4 2 2 3 2 2 4 3 1 1 1 1 3 2 2 4 1 2 4 3 4 4 1 4 4 3 4 2 1 4 3 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 2 4 4 4 4 4 4 25 28 17 26 40 27 Lampiran 6 Hasil Analisis Data Jenis kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki 54 52.4 52.4 52.4 perempuan 49 47.6 47.6 100.0 103 100.0 100.0 Total Usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 12 11 10.7 10.7 10.7 13 14 13.6 13.6 24.3 14 24 23.3 23.3 47.6 15 34 33.0 33.0 80.6 16 11 10.7 10.7 91.3 17 7 6.8 6.8 98.1 18 2 1.9 1.9 100.0 103 100.0 100.0 Valid Total INTERVALUSIA2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 10-14 49 47.6 47.6 47.6 15-20 54 52.4 52.4 100.0 Total 103 100.0 100.0 Kelas Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 1 MTS 29 28.2 28.2 28.2 2 MTS 20 19.4 19.4 47.6 3 MTS 16 15.5 15.5 63.1 1 MA 19 18.4 18.4 81.6 2 MA 19 18.4 18.4 100.0 Total 103 100.0 100.0 Valid Kejadian Hepatitis Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid pernah 14 13.6 13.6 13.6 tidak pernah 89 86.4 86.4 100.0 103 100.0 100.0 Total HASILPPH Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent BAIK 4 3.9 3.9 3.9 CUKUP 49 47.6 47.6 51.5 KURANG 50 48.5 48.5 100.0 103 100.0 100.0 Valid Total HASILPPH * Kejadian Hepatitis Crosstabulation Count Kejadian Hepatitis pernah HASILPPH Total tidak pernah BAIK 0 4 4 CUKUP 5 44 49 KURANG 9 41 50 14 89 103 Total HASILPPH * Usia Crosstabulation Count Usia 10-14 BAIK HASILPPH Total 15-20 3 1 4 CUKUP 24 25 49 KURANG 22 28 50 49 54 103 Total HASILPPH * Jenis Kelamin Crosstabulation Count Jenis Kelamin Laki-laki BAIK HASILPPH Total Total Perempuan 3 1 4 CUKUP 21 28 49 KURANG 30 20 50 54 49 103