gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian hepatitis a pada

advertisement
GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE
DAN KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA
DI PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN
CADAS TANGERANG
Skripsi
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Disusun Oleh:
DEWI SULISTIANI
NIM: 1111104000030
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juli 2015
Dewi Sulistiani
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING STUDY PROGRAM
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Bachelor’s Thesis, July 2015
Dewi Sulistiani, NIM : 1111104000030
Student’s behavior toward Personal Hygiene and the Occuring of Hepatitis A
At Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang
xvi + 65 pages + 12 tables + 2 charts + 5 attachments
ABSTRACT
Hepatitis A is one type of hepatitis infecting many of Indonesia's population and
often appear in outbreak (KLB). Hepatitis A can be transmitted through fecal oral
(food or drinks that contain the virus Hepatitis A), making it one of the forms of
prevention that can break the chain of transmission of Hepatitis A by maintaining
personal hygiene.
This research aims to determine the behavior of personal hygiene and the
incidence of Hepatitis A of Students in Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Cadas Tangerang. The method used in this research is quantitative research design
descriptive retrospective analysis of the incidence of Hepatitis A. Data were
collected using a questionnaire randomly assigned to 103 respondents in
Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang.
The results showed that as many as 48.5% of respondents have less personal
hygiene behavior, 47.6% of respondents have sufficient personal hygiene and 3.9
respondents have good personal hygiene. Respondents have had hepatitis A in the
past year, while as many as 13.6% of respondents who were never exposed to
Hepatitis A in the past year 86.4%.
Researchers suggest students need to raise awareness of the importance of
implementing a hygienic behavior such as hand washing and tooth brush ones’s
own to prevent transmission of Hepatitis A.
Keywords : Behaviour, personal hygiene, incidence hepatitis A
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Dewi Sulistiani, NIM : 1111104000030
Gambaran Perilaku Personal Hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa
di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang
xvi+65 halaman+12 tabel+2 bagan +5 lampiran
ABSTRAK
Hepatitis A merupakan salah ssatu jenis Hepatitis yang banyak menginfeksi
penduduk Indonesia dan sering muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB).
Hepatitis A dapat menular melalui fecal oral (makanan atau minuman yang
mengandung tinja yang mengandung virus Hepatitis A), sehingga salah satu
bentuk pencegahan yang dapat memutuskan rantai penularan Hepatitis A dengan
menjaga personal hygiene.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku personal hygiene dan kejadian
Hepatitis A pada Siswa di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain
penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan retrospektif pada kejadian
Hepatitis A. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner kepada 103
responden di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang dengan teknik random
sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 48,5% responden memiliki
perilaku personal hygiene kurang, 47,6 % responden meiliki personal hygiene
cukup dan 3,9 responden memiliki personal hygiene baik. Responden yang pernah
mengalami Hepatitis A pada satu tahun terakhir sebanyak 13,6% sedangkan
responden yang tidak pernah terkena Hepatitis A pada satu tahun terakhir
sebanyak 86,4%.
Peneliti menyarankan siswa perlu meningkatkan kesadaran pentingnya
menerapkan Perilaku hidup bersih seperti cuci tangan dan sikat gigi milik sendiri
untuk mencegah terjadinya penularan Hepatitis A.
Kata kunci :
Perilaku, personal hygiene, kejadian Hepatitis A
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DAN
KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI
PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS
TANGERANG
Disusun oleh:
DEWI SULISTIANI
NIM. 1111104000030
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Ns. Mardiyanti, S.Kep, M.Kep, MDS
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM
NIP. 19801002 201101 2 011
NIP. 19790520 200901 1 012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
v
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DAN
KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PONDOK
PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS
TANGERANG
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :
Dewi Sulistiani
NIM: 1111104000030
Pembimbing I
Pembimbing II
Ns. Mardiyanti, S.Kep, M.Kep, MDS
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM
NIP. 19801002 201101 2 011
NIP. 19790520 200901 1 012
Penguji I
Penguji II
Ns.Eni Nur’aini Agustini, S.Kep,M.Sc Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep.,M.KM
NIP. 19800802 200604 2 001
NIP. 19790520 200901 1 012
Penguji III
Ns. Mardiyanti, S.Kep, M.Kep, MDS
NIP. 19801002 201101 2 011
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DAN
KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PONDOK
PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS
TANGERANG
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
Dewi Sulistiani
NIM: 1111104000030
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani, S.Kp, MSc
NIP. 19790210 200501 2 002
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Dewi Sulistiani
Tempat/Tanggal Lahir
: Tangerang, 31 Mei 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. H. Ridan 1 RT 03 RW 01 NO.47
Kel: Poris Plawad Indah, Kec: Cipondoh,
Kota Tangerang-Banten
Telepon
: 085711199924
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1.
2.
3.
4.
1997 – 1999 : TK Islam Asy-syukriyyah Kota Tangerang
1999 – 2005 : SDN Plawad 1 Kota Tangerang
2005 – 2008 : SMPN 16 Kota Tangerang
2008 – 2011 : SMAN 7 Kota Tangerang
5.
2011 – 2015 : S-1 Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi :
1. Pramuka SMPN 16 Tangerang
2. OSIS SMPN 16 Tangerang
3. Pramuka SMAN 7 Tangerang
4. BEM PSIK tahun 2012-2013
5. BEM PSIK tahun 2013-2014
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Personal Hygiene dan Kejadian
Hepatitis A pada Siswa Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang” yang
disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis
hadapi. Namun berkat pertolongan dari Allah SWT serta bantuan, bimbingan, dan
kerjasama dari berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi. Untuk itu,
tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Maftuhah, M.Kep, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Maulina Handayani, S.Kp.,MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memotivasi sehingga membuat semangat
bagi penulis
4. Ns. Mardiyanti, S.Kep,M.Kep , MDS selaku dosen pembimbing I dan Ns.
Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia membimbing dan memotivasi penulis serta sabar, tekun, tulus,
ikhlas, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam penyelesaian skripsi
ini
ix
5.
Nia Damiati S. Kp., MSN selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberi arahan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga saat ini
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang
telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama
mengikuti perkuliahan.
7. Seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara istimewa untuk Ayahanda
Sultoni dan Ibunda Alm.Juariah yang telah mencurahkan kasih sayang dan
memberikan dukungan baik moril maupun materil.
9. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang yang telah memberi
izin peneliti untuk melakukan penelitian ini.
10. Sahabat terbaikku “Cacalita” (Andika, Dayang, Audy, Ilyati), “MT
PERMATA” (Adul, Anggi, Sholeh, Amar, Gofur, Gina, Indah),
Mustafiqotun, Trisna, Alfian, Susi, Mia,Ka lili,Teh Alip, Arief yang
membantu dan memberikan support.
11. Teman-teman PSIK angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia
dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat
bermanfaat dan diamalkan dengan baik.
Ciputat, Juni 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MSALAH .............................................................................. 4
1.3 PERTANYAAN PENELITIAN................................................................ 5
1.4 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 5
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................. 5
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 5
1.5 MANFAAT PENELITIAN ....................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hepatitis A ................................................................................................. 7
2.1.1 Pengertian Hepatitis ......................................................................... 7
2.1.2 Epidemiologi .................................................................................... 7
2.1.3 Etiologi ............................................................................................. 8
2.1.4 Cara Penularan ................................................................................. 8
2.1.5 Tanda dan Gejala ............................................................................. 9
2.1.6 Diagnosis ......................................................................................... 10
xi
2.1.7 Pencegahan ...................................................................................... 10
2.1.8 Faktor Resiko ................................................................................... 13
2.1.9 Penatalaksanaan .............................................................................. 14
2.2 PERSONAL HYGIENE ............................................................................. 15
2.2.1 Definisi Personal Hygiene ............................................................... 15
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygiene .................................. 15
2.2.3 Macam-macam Personal Hygiene ................................................... 17
2.3 PERILAKU ............................................................................................... 20
2.3.1 Definisi Perilaku .............................................................................. 20
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang ............................. 21
2.3.3 Pengukuran Perilaku ........................................................................ 23
2.3.4 Proses Adopsi Perilaku..................................................................... 24
2.4 PESANTREN ............................................................................................ 25
2.5 PENELITIAN TERKAIT .......................................................................... 27
2.6 KERANGKA TEORI ................................................................................ 29
BAN III. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEP ............................................................................ 30
3.2 DEFINISI OPERASIONAL...................................................................... 31
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 DESAIN PENELITIAN ............................................................................ 34
4.2 LOKASI dan WAKTU PENELITIAN ..................................................... 34
4.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 34
4.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 34
4.3 POPULASI dan SAMPEL ........................................................................ 34
4.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 34
4.3.2 Sampel Penelitian ............................................................................. 35
4.4 INSTRUMEN PENELITIAN ................................................................... 37
4.5 HASIL UJI VALISITAS DAN RELIABILITAS ..................................... 39
xii
4.6 TAHAPAN PENGAMBILAN DATA ...................................................... 40
4.7 ANALISIS DATA ..................................................................................... 43
4.8 ETIKA PENELITIAN ............................................................................... 44
BAB V. HASIL PENELITIAN
5.1 GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN .................................................. 46
5.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN .......................................................... 47
5.2.1 Jenis Kelamin ................................................................................... 47
5.2.2 Usia .................................................................................................. 48
5.2.3 Kelas ................................................................................................ 48
5.3 PERILAKU PERSONAL HYGIENE ......................................................... 49
5.4 KEJADIAN HEPATITIS A ...................................................................... 51
5.5 TABULASI SILANG PERSONAL HYGIENE DAN HEPATITIS A ...... 51
BAB VI. PEMBAHASAN
6.1 GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN .................................. 53
6.1.1 Jenis Kelamin ................................................................................... 53
6.1.2 Usia................................................................................................... 53
6.1.3 Kelas ................................................................................................. 54
6.2 GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ................................ 55
6.3 GAMBARAN KEJADIAN HEPATITIS A .............................................. 58
6.4 KETERBATASAN PENELITIAN ........................................................... 59
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN ......................................................................................... 60
7.2 SARAN ..................................................................................................... 61
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 62
xiii
Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 31
Tabel 4.1 Daftar jumlah santri Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas
Tangerang tingkat 1 sampai V Tahun 2014-2015 ................................ 35
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian .......................................... 40
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien ................................................................. 47
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Pondok Pesantren
Daarul Mutaqien Cadas Tangerang ...................................................... 48
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkatan Kelas di Pondok
Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang...................................... 48
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Personal Hygiene di Pesantren Daarul
Muttaqien Cadas Tangeran ................................................................... 49
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pada beberapa item pernyataan prilaku personal
hygiene .................................................................................................. 49
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi personal hygiene berdasarkan jenis kelamin ........ 50
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi personal hygiene berdasarkan usia ....................... 50
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A selama satu tahun terakhir di
Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang Tahun ............ 51
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A berdasarkan Perilaku
Personal Hygiene ................................................................................. 51
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................... 29
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 30
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2. Penjelasan Penelitian
Lampiran 3. Informed Consent
Lampiran 4. Kuesioner
Lampiran 5. Hasil uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 6. Hasil analisis data
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang di dunia, termasuk di Indonesia (Kemenkes, 2012).
Ada berbagai virus yang dapat menyebabkan hepatitis, yaitu hepatitis A,
B, C, D dan E (Cahyono, 2009). Di Indonesia diperkirakan 28 juta
penduduk terinfeksi Hepatitis B dan C, 14 juta diantaranya berpotensi
untuk menjadi kronis, dan 1,4 juta orang berpotensi menderita kanker hati
(Kemenkes RI, 2014). Selain itu, jenis Hepatitis yang banyak menginfeksi
penduduk Indonesia adalah Hepatitis B (21,8%) dan Hepatitis A (19,3%)
dibandingkan dengan Hepatitis C (2,5%) dan Hepatitis D,E (1,8 %)
(Riskesdas, 2013). Namun penyakit Hepatitis A sering muncul dalam
bentuk
Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa tempat di Indonesia
(Kemenkes, 2012).
Di Indonesia, Hepatitis A muncul dalam Kejadian Luar Biasa
(KLB). Tahun 2010 tercatat 6 Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah
penderita 279, sedangkan tahun 2011 tercatat 9 Kejadian Luar Biasa
(KLB), jumlah penderita 550. Tahun 2012 sampai bulan Juni, telah terjadi
4 Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita 204 (Kemenkes,
2012).
Prevalensi Hepatitis di Banten yaitu 0,5%. Prevalensi Hepatitis di
Tangerang menempati urutan ketiga (0,5%) setelah Pandeglang (0,9%)
dan Lebak (0,9%) (Depkes RI, 2009). Berdasarkan Balai Besar Teknik
1
2
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta
(2013) menyatakan bahwa pada Tahun 2012 pernah terjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB) Hepatitis A di Banten yaitu sebanyak 3 kejadian.
Penyakit Hepatitis A dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial
karena lamanya masa penyembuhan. Penyakit ini juga tidak memiliki
pengobatan spesifik yang dapat mengurangi lama penyakit, sehingga
dalam penatalaksanaan Hepatitis A, tindakan pencegahan adalah yang
paling diutamakan. Karena penularannya melalui fecal oral (melaui
makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja yang mengandung virus
Hepatitis A), salah satu bentuk pencegahan yang dapat memutuskan rantai
penularan Hepatitis A dengan menjaga personal hygiene (Kemenkes,
2012).
Salah satu bentuk personal hygiene yang dapat mencegah penularan
Hepatitis A yaitu dengan mencuci tangan dan sikat gigi (Sari,2008). Hal
tersebut sesuai dengan penelitian Firdous (2005) bahwa cuci tangan
sebelum makan dapat menurunkan risiko kejadian hepatitis akut klinis.
Menyikat gigi perlu dijaga dalam pencegahan Hepatitis A yaitu dengan
menggunakan sikat gigi milik sendiri atau tidak bertukar alat. Berdasarkan
penelitian Sumarni (2012) bahwa tukar menukar alat berhubungan dengan
Kejadian Hepatitis A.
Pada kenyataannya, kebiasaan mencuci tangan umumnya jarang
dilakukan pada siswa di sekolah sehingga Hepatitis A lebih sering terjadi
pada anak – anak sekolah dan dewasa muda (Kemenkes, 2012). Seorang
anak yang tinggal di asrama atau pesantren memiliki resiko yang lebih
3
besar dalam penularan Hepatitis A karena memiliki kedekatan yang begitu
erat antar santri. Berdasarkan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta (2014) menyatakan
bahwa pernah terjadi Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah yaitu terdapat peningkatan kasus Hepatitis A
pada 8 siswa SDN 3 Sumpiuh dan 3 orang pondok Pesantren Al-Falah.
Santri kemungkinan beresiko terkena Hepatitis A apabila memiliki
personal hygiene yang buruk. Hal tersebut sesuai berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Alvira (2014) tentang faktor risiko Hepatitis A di
Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
menunjukkan bahwa personal hygiene merupakan fakto risiko tertinggi
Hepatitis A setelah hygiene penjamah makanan, riwayat kontak dengan
penderita hepatitis A, dan sanitasi mandi, cuci, kakus. Sedangkan tingkat
pengetahuan dan pekerjaan bukan faktor risiko kejadian Hepatitis A.
Pada umumnya personal hygiene di pondok pesantren kurang
mendapatkan perhatian dari santri karena dipengaruhi oleh faktor
kebiasaan dari santri sebelum datang di pesantren seperti sosial budaya,
keadaan lingkungan yang kurang memadai dan faktor individual seperti
kurangnya pengetahuan (Badri, 2007). Penelitian Heryanto (2004)
menunjukkan bahwa kondisi sanitasi Pondok Pesantren secara umum
masih belum baik, sehingga penyakit penular masih banyak ditemukan.
Berdasarkan studi pendahuluan di Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien pada bulan Desember didapatkan hasil bahwa jumlah santri
yang menderita Hepatitis dalam enam bulan terakhir adalah 20 orang.
4
Beberapa penyakit yang sering diderita oleh santri adalah skabies, sakit
mata, sakit magh, dan hepatitis. Data tersebut didapatkan dari pengasuh
pondok pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. Hasil observasi
pada santri di pesantren Daarul Muttaqien menunjukkan bahwa mereka
tidak mencuci tangan sebelum makan dan kuku terlihat panjang.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada siswa
di Pesantren Modern Daarul Muttaqien, Cadas, Tangerang.
1.2
Rumusan Masalah
Hepatitis A dapat menular pada lingkungan yang lebih padat
penduduknya
sehingga
populasi
didalamnya
lebih
mudah
untuk
berinteraksi satu sama lain terutama dalam aktivitas sehari-hari. Pesantren
merupakan tempat yang mudah menjadi persebaran Hepatitis A, karena
personal hygiene santri yang kurang baik untuk mencegah terjadinya
Hepatitis A dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan bersama seperti
makan dalam satu nampan secara bersamaan.
Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A
pada siswa di Pesantren Modern Daarul Muttaqien, Cadas, Tangerang.
5
1.3
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini
adalah :
a. Bagaimana gambaran karakteristik responden pada siswa di
Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang?
b. Bagaimana gambaran perilaku personal hygiene siswa di
Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang?
c. Bagaimana gambaran kejadian hepatitis A di pesantren Daarul
Muttaqien Cadas Tangerang?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian
Hepatitis A pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas
Tangerang.
1.4.2
Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden pada siswa di
Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang
b. Mengetahui gambaran perilaku personal hygiene siswa di
pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang
c. Mengetahui kejadian hepatitis A di pesantren Daarul Muttaqien
Cadas Tangerang
6
1.5
Manfaat Penelitian
a.
Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini menjadi bahan ilmu pengetahuan tambahan bagi
pendidikan ilmu keperawatan terutama keperawatan komunitas pada
tingkat sekolah.
b.
Bagi Pondok Pesantren
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para pengasuh
pondok pesantren Daarul Muttaqien terhadap penyakit Hepatitis A
apabila terdapat santri yang terkena Hepatitis A agar tidak menjadi
kejadian luar biasa di pesantren.
c.
Bagi Santri
Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini, santri mengetahui personal
hygiene yang baik untuk mencegah terjadinya Hepatitis A agar tidak
terjadi kejadian luar biasa.
d. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
dalam pembentukan program Poskestren ( Pos kesehatan pesantren).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Hepatitis A
2.1.1 Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah semua jenis peradangan sel-sel hati, yang bisa
disebabkan oleh infeksi (virus), obat-obatan, konsumsi alkohol, lemak
yang berlebih dan penyakit autoimmune (Kemenkes RI, 2014).
Sedangkan menurut Smeltzer (2001), Hepatitis A adalah infeksi oleh
virus dengan cara penularan melalui fekal-oral, terutama lewat
konsumsi makanan atau minuman yang tercemar virus tersebut. Virus
Hepatitis A ditemukan dalam tinja pasien yang terinfeksi sebelum
gejalanya muncul dan selama beberapa hari pertama menderita sakit.
Secara khas, pasien dewasa muda akan terjangkit infeksi di sekolah
dan membawanya ke rumah dimana kebiasaan sanitasi yang kurang
sehat menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga.
2.1.2 Epidemiologi
Hepatitis virus merupakan sebuah fenomena gunung es, dimana
penderita yang tercatat atau yang datang ke layanan kesehatan lebih
sedikit dari jumlah penderita sesungguhnya. Menurut hasil Riskesdas
tahun 2013 bahwa jumlah orang yang terdiagnosis Hepatitis di fasilitas
pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukan
peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dari data tahun 2007 dan
2013. Pada tahun 2007, lima propinsi dengan prevalensi Hepatitis
7
8
tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Aceh,
Gorontalo, dan Papua Barat sedangkan pada tahun 2013 lima propinsi
dengan prevalensi tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Namun
Kejadian Luar Biasa Hepatitis A pada tahun 2014 terjadi di 3 propinsi
(Bengkulu, Sumatera Barat, dan Kalimantan Timur) dan di 4
kabupaten/kota sejumlah 282 kasus (Kemenkes RI, 2014). Di
Indonesia, Hepatitis A muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB).
Tahun 2010 tercatat 6 KLB dengan jumlah penderita 279, tahun 2011
tercatat 9 KLB, jumlah penderita 550. Tahun 2012 sampai bulan Juni,
telah terjadi 4 KLB dengan jumlah penderita 204 (Kemenkes, 2012).
2.1.3
Etiologi
Hepatitis A, yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa,
disebabkan oleh virus RNA dari family enterovirus. Masa inkubasi
virus Hepatitis A diperkirakan berkisar dari 1 hingga 7 minggu dengan
rata-rata 30 hari. Perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4
minggu hingga 8 minggu. Virus Hepatitis A hanya terdapat dalam
waktu singkat di dalam serum, pada saat timbul ikhterik kemungkinan
pasien sudah tidak infeksius lagi (Smeltzer, 2001).
2.1.4
Cara Penularan
Cara Penularan dan penyebaran Hepatitis A terjadi melalui
fekal-oral,
terutama
melaui
makanan
atau
minuman
yang
9
terkontaminasi oleh virus Hepatitis A (VHA) (Sari, 2008). Virus ini
masuk kedalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman
yang tercemar tinja penderita virus Hepatitis A (VHA). Virus
kemudian masuk ke hati melalui peredaran darah untuk selanjutnya
menginvasi sel-sel hati (hepatosit) dan melakukan replikasi di
hepatosit. (Kemenkes RI, 2012). Konsentrasi virus Hepatitis A (VHA)
tertinggi terdapat di tinja, yang dikeluarkan pendeita 2 minggu sebelum
dan sampai 1 minggu setelah timbul gejala kuning, dan konsentrasi
virus masih tetap tinggi 2-3 mg setelah gejala kuning timbul.
Sedangkan air ludah dan cairan tubuh lain mempunyai konsentrasi
yang rendah dalam menularkan penyakit. Cara
penularan virus
Hepatitis A (VHA) diantaranya makan atau minuman yang
terkontaminasi virus Hepatitis A (VHA), kontak langsung dengan
barang-barang milik penderita Hepatitis A, penampungan air yang
terontaminasi virus Hepatitis A (VHA) (Cahyono,dkk, 2010).
2.1.5
Tanda dan Gejala
Berdasarkan Cahyono,dkk (2010), gejala hepatitis A biasanya
dibagi dalam beberapa stadium, diantaranya :
a. Masa inkubasi Hepatitis A antara 2-6 minggu, biasanya terdapat
gejala
letih,
lesu,
nyeri
menelan,
demam
(38OC-39OC),
kehilangan selera makan, mual, bahkan muntah-muntah yang
berlebihan.
10
b. Stadium dengan gejala kuning. Stadium ini ditandai urin
berwarna teh tua, disertai timbulnya kuning pada mata dan kulit,
nyeri perut kanan bagian atas karena adanya pembesaran hati,
tinja berwarna teh tua, terjadi peningkatan tes fungsi hati
(bilirubin, SGOT, SGPT) dan meningkatnya antibody terhadap
virus hepatitis A, yang disebut sebagai IgM anti Virus Hepatitis A
(VHA).
c. Stadium
penyembuhan.
Stadium
ini
ditandai
dengan
menghilangnya warna kuning pada sklera, kulit, dan pembesaran
hati tetap. Penyembuhan sempurna infeksi Virus Hepatitis A
(VHA) membutuhkan waktu 3-4 bulan.
2.1.6
Diagnosis
Disamping gejala dan tanda klinis yang kadang tidak muncul,
diagnosis Hepatitis A dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
IgM-antiVHA serum penderita (Kemenkes RI, 2012).
2.1.7
Pencegahan
Hepatitis A memang seringkali tidak berbahaya, namun lamanya
masa penyembuhan dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial.
Penyakit ini juga tidak memiliki pengobatan spesifik yang dapat
mengurangi lama penyakit, sehingga dalam penatalaksanaan Hepatitis
A, tindakan pencegahan adalah yang paling diutamakan. Pencegahan
Hepatitis A dapat dilakukan baik dengan pencegahan non-spesifik
11
(perubahan perilaku) maupun dengan pencegahan spesifik (imunisasi)
(Kemenkes RI, 2012).
1) Pencegahan Non-Spesifik
Perubahan perilaku untuk mencegah Hepatitis A terutama dilakukan
dengan meningkatkan sanitasi. Petugas kesehatan bisa meningkatkan
hal ini dengan memberikan edukasi yang sesuai, antara lain:
a. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara benar
b. Pengolahan makanan yang benar, meliputi:
1. Menjaga kebersihan, yaitu degan mencuci tangan sebelum
memasak dan keluar dari toilet, mencuci alat-alat masak dan alatalat makan, dan dapur harus dijaga agar bersih.
2. Memisahkan bahan makanan matang dan mentah, yaitu dengan
menggunakan alat yang berbeda untuk keperluan dapur dan untuk
makan serta menyimpan bahan makanan matang dan mentah di
tempat yang berbeda.
3. Memasak makanan sampai matang, yaiu dengan memasak
makanan pada suhu minimal 850C (terutama daging, ayam, telur,
dan makanan laut), dan memanaskan makanan yang sudah
matang dengan benar.
4. Menyimpan makanan pada suhu aman, yaitu jangan menyimpan
makanan pada suhu ruangan terlalu lama dan memasukan
makanan yang ingin disimpan ke dalam lemari pendingin namun
jangan disimpan terlalu lama.
12
5. Menggunakan air bersih dan bahan makanan yang baik, yaitu
dengan memilih bahan makanan yang segar (belum kadaluarsa)
dan menggunakan air yang bersih serta mencuci buah dan sayur
dengan baik.
6. Membuang tinja di jamban yang saniter, yaitu menyediakan air
bersih di jamban dan memastikan sistem pendistribusian air dan
pengelolaan limbah berjalan dengan baik.
2) Pencegahan Spesifik (Imunisasi)
Pencegahan spesifik Hepatitis A dilakukan dengan imunisasi.
Proses ini bisa bersifat pasif maupun aktif. Imunisasi pasif dilakukan
dengan memberikan Imunoglobulin. Tindakan ini dapat memberikan
perlindungan
segera
tetapi
bersifat
sementara.
Imunoglobulin
diberikan segera setelah kontak atau untuk pencegahan sebelum
kontak dengan 1 dosis secara intra-muskular. Efek proteksi dapat
dicapai bila Imunoglobulin diberikan dalam waktu 2 minggu setelah
terpajan. Imunisasi aktif, memberikan efektifitas yang tinggi pada
pencegahan Hepatitis A. Vaksin dibuat dari virus yang diinaktivasi
(inactivated vaccine). Vaksin ini relatif aman dan belum ada laporan
tentang efek samping dari vaksin kecuali nyeri ditempat suntikan.
Vaksin diberikan dalam 2 dosis dengan selang 6 – 12 bulan secara
intra-muskular didaerah deltoid atau lateral paha (Kemenkes RI,
2012).
13
2.1.8
Faktor Risiko
Perilaku berisiko terhadap Hepatitis A berdsarkan Kemenkes RI
(2012), terdapat pada :
a. Kebiasaan membeli makanan di sembarang tempat, makan
makanan mentah atau setengah matang.
b. Personal hygiene yang rendah antara lain : penerapan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat masih kurang diantaranya cuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menkonsumsi makanan dan minuman
sehat, serta cara mengolah makanan yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan (Kemenkes RI, 2012). Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di sekolah berdasarkan Depkes diantaranya cuci
tangan,
menjaga
kuku
agar
tidak
panjang
dan
kotor,
menggunakan jamban (WC) yang sehat untuk Buang Air Kecil
dan Buang Air Besar, dan membuang sampah pada tempatnya .
Kelompok risiko tinggi tertular VHA berdasarkan Cahyono,dkk
(2010), diantaranya :
a. Tinggal di daerah dengan kondisi lingkungan yang buruk
(penyediaan air minum dan air bersih, pembuangan air limbah,
pengelolaan sampah, pembuangan tinja yang tidak memenuhi
syarat).
b. Tempat penitipan anak dan asrama (Pesantren).
c. Penyaji makanan
14
2.1.9
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Tata laksana Farmakologi sesuai dengan gejala yang dirasakan
oleh pasien, (Permenkes RI, 2014) diantaranya :
Antipiretik bila demam; ibuprofen 2x400mg/hari.
Apabila ada keluhan gastrointestinal, seperti:
a. Mual : Antiemetik seperti Metoklopropamid 3x10 mg/hari atau
Domperidon 3x10mg/hari.
b. Perut perih dan kembung : H2 Bloker (Simetidin 3x200
mg/hari atau Ranitidin 2x 150mg/hari) atau Proton Pump
Inhibitor (Omeprazol 1 x 20 mg/hari).
2. Penatalaksanaan Non Faramakologi
a. Diet seimbang
Terapi bagi penderita penyakit hati adalah dengan diet
seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi
badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu,
diperlukan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah.
Tujuan terapi diet pada pasien penderita penyakit hati adalah
menghindari kerusakan hati yang permanen; meningkatkan
kemampuan regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein
yang memadai; memperhatikan simpoannan nutrisi dalam
tubuh. Diet yang seimbang sangatlah penting. Kalori berlebih
dalam bentuk karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan
menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada hati.Jumlah
15
kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah
kalori secara keseluruhan karena dapat membayakan system
kardiovaskular (Kemenkes, 2012).
b. Tirah baring
Pengobatan tidak spesifik pada Hepatitis A yaitu
meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat atau tirah
baring (Kemenkes, 2012).
2.2 PERSONAL HYGIENE
2.2.1
Definisi Personal Hygiene
Personal hygiene (kebersihan diri) merupakan perawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara
fisik maupun psikologis. Tujuan umum perawatan diri adalah untuk
mempertahankan perawatan diri baik secara sendiri maupun dengan
bantuan; dapat melatih hidup sehat atau bersih dengan memperbaiki
gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan; serta
menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan.
Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk
menghilangkan kelelahan, mencegah gangguan sirkulasi darah, dan
mempertahankan integritas pada jaringan (Hidayat, 2008).
2.2.2
Faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygiene
Menurut Potter dan Perry (2005) sikap seseorang melakukan
kebersihan diri dipengaruhi oleh sejumlah faktor karena setiap orang
16
memiliki perawatan diri yang berbeda satu sama lain. Faktor yang
mempengaruhi praktik kebersihan diri seseorang diantaranya :
a. Citra Tubuh
Citra
tubuh
merupakan
konsep
subjektif
seseorang
tentang
penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra
tubuh mempengaruhi cara mempertahankan kebersihan diri.
b. Praktik sosial
Kelompok sosial dapat
mempengaruhi praktek kebersihan diri
seseorang. Pada anak praktek kebersihan diri didapatkan dari orang
tua. Pada remaja kebersihan diri lebih diperhatikan ketika peningkatan
ketertarikan mereka terhadap lawan jenis. Selanjutnya dalam
kehidupan, teman-teman dan kelompok kerja membentuk harapan
orang mengenai penampilan pribadi mereka dan perawatan yang
dilakukan dalam mempertahankan kebersihan diri yang adekuat.
c. Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang digunakan.
d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri berimplikasi pada
kebiasaan perawatan
kebersihan diri.
Pengetahuan ini
harus
dikombinasi dengan motivasi untuk melakukan perawatan kebersihan
diri.
17
e. Budaya
Keyakinan budaya dan nilai-nilai individu berpengaruh pada
kebiasaan perawatan kebersihan diri. Dengan latar belakang budaya
yang berbeda memiliki kebiasaan yang berbeda pula.
2.2.3
Macam-macam Personal Hygiene
Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal hygiene,
diantaranya :
a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi,
ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki tiga
lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan.
b. Mandi
Mandi merupakan bagian perawatan hygiene total. Karena dalam
mandi terdapat beberapa tujuan diantaranya membersihkan kulit
untuk mengurangi keringat, beberapa bakteri dan sel kulit mati,
yang meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi kesempatan
infeksi, stimulasi sirkulasi dengan penggunaan air hangat dan
usapan yang lembut pada ekstremitas.
c.
Perawatan Kaki dan Kuku
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali
orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri.
18
d.
Perawatan Mulut
Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut,
gigi, gusi dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dan partikelpartikel makanan,plak, dan bakteri.
e.
Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari
cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan
mencegah
seseorang
untuk
memelihara
perawatan rambut sehari-hari.
f.
Perawatan tangan
Perawatan tangan salah satunya yaitu dengan mencuci tangan.
Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan
tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih
yang sesuai dan dibilas dengan air untuk menghilangkan
mikroorganisme sebanyak mungkin.
Salah satu personal hygiene yang dapat mencegah terjadinya
penularan hepatitis A yaitu cuci tangan (Sari,2008).
Berdasarkan penelitian Badri (2007), beberapa tindakan dalam
melakukan personal hygiene yaitu :
a. Gosok gigi
Cara untuk menjaga kesehatan gigi diantaranya sikat gigi teratur
dan benar (minimal 2 kali sehari, pagi sesudah makan dan
malam sebelum tidur) dengan diberi pasta gigi
yang
mengandung fluoride, hindari makanan yang manis dan lengket
19
serta makanan yang terlalu panas dan dingin, serta banyak
makan buah-buahan yang berserat (Depkes).
Langkah-langkah untuk menggosok gigi diantaranya :
Bahan : sikat gigi milik sendiri, pasta gigi.
Langkah – langkah menggosok gigi :
1. Menuangkan pasta gigi ke dalam sikat gigi secukupnya.
2.
Berkumur dengan air yang belum dipakai atau air mengalir.
3.
Menyikat gigi dari atas ke bawah luar dan dalam geraham atas
dan bawah.
4.
Berkumur dengan air mengalir.
b. Cuci tangan
Cara cuci tangan yang baik adalah dengan menggunakan
sabun dan air bersih mengalir karena kuman mudah menempel di
kedua telapak tangan, terutama di bawah kuku jari. Waktu yang
tepat untuk cuci tangan pakai sabun dan air mengalir pada saat
sebelum dan sesudah makan, sebelum memegang makanan,
sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata,
sesudah melakukan kegiatan (berolahraga, memegang uang,
memegang binatang, berkebun) dan memegang sarana umum
(seperti pegangan bis, gagang pintu, dll),sesudah buang air besar
(BAB) dan buang air kecil (BAK) (Kemenkes RI). Selain itu,
mencuci tangan yang baik juga membutuhkan beberapa peralatan
yaitu sabun antiseptik, air bersih, dan handuk atau lap tangan
20
bersih. Untuk hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan
selama 20-30 detik (PHBS-UNPAD, 2010).
Langkah - langkah mencuci tangan diantaranya :
Bahan : Sabun, Air yang belum pernah dipakai atau mengalir,
handuk atau kain bersih.
1. Menggunakan air mengalir.
2. Membasahi tangan dengan air yang mengalir.
3. Menyabuni tangan.
4. Menggosok tangan satu sama lain sampai berbusa.
5. Mengalirkan air pada tangan sampai semua sabun dibersihkan.
6. Mengeringkan tangan.
2.3 PERILAKU
2.3.1 Definisi Perilaku
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas
manusia itu sendiri (Soekidjo, 1993:55 dalam Sunaryo, 2004). Secara
operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, N.,
1993;58 dalam Sunaryo, 2004). Perilaku manusia pada hakekatnya
adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai
manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup (Sri Kusmiyati dan
Desiminiarti, 1990:1 dalam Sunaryo, 2004). Berdasarkan beberapa
21
pengertian diatas perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya
stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung (Sunaryo, 2004).
2.3.2
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
1. Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau
modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu.
Faktor genetik berasal dari dalma diri individu (endogen), antara
lain:
a. Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik,
saling berbeda satu dengan lainnya.
b. Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat
dari cara berpakain dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria
berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal,
sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau
perasaan.
c. Sifat fisik, kalau diamati perilaku individu akan berbeda-beda
karena sifat fisikinya, misalnya perilaku individu yang pendek
dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi
kurus.
2. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu
a. Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala
sesuatu yang ada di sekitar individu, baik fisik, biologis maupun
sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh terhadap
22
perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk
perkembangan perilaku.
b. Pendidikan. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses
individu. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya
melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.
Kegiatan pendidikanm formal maupun informal berfokus pada
proses belajar-mengajar, dengan tujuan agar terjdai perubahan
perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
dan dari tidak dapat menjadi dapat.
c. Agama, merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir
atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang
masuk ke dalam konstruksi kepribadaian seseorang sangat
berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan
berperilaku individu. Seseorang yang mengerti dan rajin
melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan, akan berperilaku
dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya.
d. Sosial ekonomi. Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial
budaya dan sosial ekonomi. Khusus menyangkut lingkungan
sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga yang status sosial
ekonominya berkecukupan, akan mampu menyediakan segala
fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
e. Kebudayaan, diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau
peradaban manusia. Ternyata hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
23
2.3.3 Pengukuran perilaku
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tindakan, yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian, observasi
merupakan prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi
melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah aktivitas tertentu atau
situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012).
Jenis pengukuran observasi dibedakan menjadi dua yaitu terstrukutr
dan tidak terstruktur (Nursalam, 2008).
A. Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana
tempatnya. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan
instrument penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya
(Sugiyono, 2012).
B. Tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam
melakukan pengamatan penelitian tidak menggunakan instrument
yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan
(Sugiyono, 2012)..
24
Pengukuran perilaku manusia dapat dikategorikan menjadi tiga
(Azwar, 2012) yaitu :
a. Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ+1.0σ)
b. Cukup : jika skor jawaban (µ-1. 0σ)≤x<(µ+1.0σ)
c. Kurang : jika skor jawaban x < (µ-1. 0σ)
Dengan ketentuan : µ = ½ (Xmaks+Xmin) x total item pertanyaan
σ = 1/6 (Imaks-Imin)
Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pertanyaan
Xmin = skor terendah pada 1 item pertanyaan
Imaks = jumlah total skor tertinggi
Imin = jumlah total skor terendah
2.3.4
Proses Adopsi Perilaku
Penelitian Rogers (1974) dalam (Efendi, Ferry & Makhfudli, 2009)
mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang
baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, diantaranya :
a. Timbul kesadaran (awareness), yakni orang tersebut menyadari
(mengetahui) stimulus terlebih dahulu.
b. Ketertarikan (interest), yakni orang tersebut mulai tertarik kepada
stimulus.
c. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation), yakni
sikap orang tersebut sudah lebih baik lagi.
25
d. Mulai mencoba (trial), yakni orang tersebut memutuskan untuk
mulai mencoba perilaku baru.
e. Mengadaptasi (adoption), yakni orang tersebut telah berperilaku
baru sesuai dengn pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus.
2.4 PESANTREN
Pesantren berasal dari santri, yang berarti terpelajar (learned) atau
ulama (scholar). Pesantren adalah tempat belajar bagi para santri.
Pesantren disebut juga pondok pesantren. Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyebut pondok dan pesantren dengan pengertian yang sama yaitu
asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji. Dengan kata lain, kedua
sebutan tersebut mengandung arti lembaga pendidikan Islam yang
didalamnya terdapat unsur-unsur ‘kyai’ (pemilik sekaligus guru), ‘santri’
(murid), ‘masjid’ atau ‘mushalla’ (tempat belajar), asrama (penginapan
santri), dna kitab-kitab klasik Islam (bahan pelajaran) (Subhan, 2009).
Pesantren merupakan lembaga pendidikan agama lebih dekat
dengan nilai-nilai Islam sebagai sumber konsepsi dan motivasi (Rofiq
dkk, 2005). Pesantren adalah institusi pendidikan Islam tradisional yang
biasanya mengkhususkan diri pada pengajaran Islam. Pola pendidikan
pesantren dengan ciri khasnya telah menjadi daya tarik bagi umat Islam,
karena telah memberikan akhlak, kemandirian dan penanaman nilai-nilai
keimanan yang dibutuhkan (Afadlal dkk, 2005).
26
Pada umumnya perilaku personal hygiene pondok-pesantren
kurang mendapatkan perhatian dari santri. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya kebiasaan santri sebelum datang di pesantren
seperti sosial budaya, hunian dan keyakinan, keadaan lingkungan yang
kurang memadai dan faktor individual seperti kurangnya pengetahuan.
Beberapa perilaku yang sering dilakukan santri dalam tindakan personal
hygiene yaitu sering bergantian sabun, bergantian handuk antar teman.
Perilaku santri tersebut disebabkan oleh faktor sosial budaya pondok
yang menjunjung tinggi kebersamaan (termasuk dalam hal mandi,
berpakaian dan sebagainya), jumlah santri yang banyak, pengawasan dari
ustadz yang kurang, fasilitas yang kurang mendukung dan faktor
kebiasaan sebelum datang ke pondok pesantren (Badri, 2007).
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap santri yang
mendalami pengetahuan agama Islam di pesantren. Tanpa pola hidup
sehat menjadikan santri rentan tertular penyakit karena santri pada
umumnya tinggal bersama dalam satu asrama yang selalu berinteraksi
satu sama lain (Hidayat, 2014).
27
2.5 Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Firdous (2005) mengenai cuci tangan
sebelum makan menurunkan risiko kejadian hepatitis akut klinis
menggunakan desain penelitian yang bersifat analitik dengan
pendekatan rancangan kasus kontrol. Penelitian ini menggunakan
populasi pada penduduk perumahan Calincing, RW 08, Cogreg
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor.
Hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara praktek cuci
tangan dengan kejadian sakit hepatitis akut klinis dengan nilai odd
ratio sebesar 3,442. Ini berarti responden yang mempunyai kebiasaan
praktek cuci tangan yang buruk mempunyai peluang sebesar 3,442 kali
untuk mengalami sakit hepatitis akut klinis dibandingkan dengan
responden yang mempunyai kebiasaan praktek cuci tangan yang baik
sebelum makan.
2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2012) tentang
hubungan tingkat pengetahuan siswa terhadap Hepatitis A dengan
resiko terkena penyakit hepatitis A di SMAN 4 Depok menggunakan
metode stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan
57,9% siswa yang berpengetahuan rendah mengenai Hepatitis A
memiliki risiko terkena Hepatitis A tinggi dan 50% siswa
yang
berpengetahuan tinggi mengenai Hepatitis A memiliki risiko terkena
Hepatitis A rendah. Hasil uji Chi Square menyatakan tidak ada
hubungan bermakna anatara proporsi tingkat pengetahuan dengan
risiko terkena Hepatitis A (p=0,723, α=0,126).
28
3. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Alvira (2014) tentang
faktor risiko Hepatitis A di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten
Bintan
Provinsi
Kepulauan
Riau
dengan
desain
penelitian
observasional analitik dengan pendekatan studi case control untuk
mengidentifikasi faktor resiko kejadian Hepatits A. Hasil analisis
bivariat didapatkan bahwa faktor resiko kejadian Hepatits A yaitu :
Personal hygiene,
hygiene
penjamah makanan, riwayat kontak
dengan penderita hepatitis, dan
sanitasi mandi, cuci, kakus.
Sedangkan tingkat pengetahuan dan pekerjaan bukan faktor risiko
kejadian Hepatitis A.
29
2.6 Kerangka Teori
Host
(Perilaku personal hygiene )
Perawatan diri yang dilakukan memepertahankan
kesehatan secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2008).
Personal hygiene yang dapat mencegah Hepatitis A : cuci
tangan dan sikat gigi dengan alat sendiri (Sari, 2008).
Agent
Environtment
(Virus Hepatitis A)
(Pesantren)
Virus penyebab Hepatitis A yang
ditemukan pada tinja penderita
(Smeltzer, 2001).
Cara penularan :
Institusi pendidikan Islam yang
mengajarkan pendidikan Islam yang
didalamnya terdapat santri (Subhan,
2009).
S
Secara fekal-oral melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi visus
Hepatitis A (Sari, 2008).
Faktor resiko Hepatitis A
- Kebiasaan membeli makann di
sembarang tempat
- Personal hygiene rendah (Kemenkes,
2012)
- Tempat penitipan anak dan asrama
(Pesantren) (Cahyono dkk, 2010)
Diteliti
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Modifikasi model agen, host, dan lingkungan (Makhfudli, 2009); (Cahyono dkk,
2010); (Badri, 2008); (Hidayat, 2008) ; (Hidayat, 2014); (Kemenkes, 2012); (Sari,
2008); (Smeltzer, 2001); (Subhan, 2009).
31
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008).
Tabel 3.1 Definisi Operaasional
No.
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Penelitian
1.
Jenis kelamin
Karakteristik seksual yang dimiliki
Mengisi
oleh responden
kuesioner
Kuesioner
Nominal
1 = Laki-laki
2 = Perempuan
2.
Usia
Lama hidup responden yang
Mengisi
terhitung sejak lahir hingga ulang
kuesioner
Kuesioner
1= 10-14 Tahun
Interval
2= 15-20 Tahun
tahun terakhir
(Sarlito (1994) dalam
Aisyah (2015))
3.
Kelas
Tingkatan pendidikan yang sedang
Mengisi
Kuesioner
1= 1 MTS
Nominal
32
ditempuh di pondok pesantren oleh
2 =2 MTS
kuesioner
responden pada saat dilakukan
3 = 3MTS
penelitian
4 = 1 MA
5 = 2 MA
4.
Perilaku
Tindakan siswa dalam menjaga
Mengisi
Kuesioner personal
personal
kebersihan diri dengan cuci tangan
kuesioner
hygiene.
jawaban ≥ 36
hygiene
dan sikat gigi.
Kuesioner ini terdiri dari
{ x ≥ (μ+1.0σ)}
12 pertanyaan.
1. Baik = jika skor
2. Cukup = jika
Pemberian skor
skor jawaban 24
menggunakan skala likert
≤ x < 36
untuk pernyataan positif:
{(μ-1.0σ) ≤ x <
Selalu = 4
(μ+1.0σ)}
Sering = 3
3. Kurang = jika
Kadang-kadang = 2
skor jawaban x
Tidak Pernah = 1
< 24
Pernyataan negatif :
{ x < (μ-1.0σ)}
Selalu = 1
Ordinal
33
Sering = 2
(Azwar, 2012)
Kadang-kadang = 3
Tidak Pernah = 4
5
Kejadian
Seseorang yang terinfeksi virus
Mengisi
Kuesioner kejadian
1 = pernah
Hepatitis A
Hepatitis A dalam 4 bulan terakhir.
kuesioner
Hepatitis A.
0 = tidak pernah
Kuesioner ini terdiridari
dua pertanyaan.
Pemberian skor
menggunakan skala
Guttman :
Jawaban pernah 1=1
Jawaban tidak pernah =0
Nominal
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan desain penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan retrospektif
pada kejadian Hepatitis A. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A
pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang.
4.2 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian
4.2.1
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien
Kampus 1 Jl. Raya Mauk Km.7 Cadas Sepatan, Tangerang-Banten.
4.2.2
Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan
Mei 2015
4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
4.3.1
Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
santri putra dan putri yang tinggal di Pesantren Daarul Muttaqien yaitu
35
santri MTs yang berjumlah 818 santri dan MA berjumlah 526 santri.
Santri pada pesantren Daarul Muttaqien terdiri dari 6 tingkatan
pendidikan.
Tabel 4.1
Daftar jumlah santri Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas dari
tingkat I sampai tingkat VI Tahun 2014-2015.
No.
Tingkatan Pendidikan
Jumlah Santri
1.
Tingkat I/ Kelas I MTs
330 Orang
2.
Tingkat II/ Kelas II MTs
280 Orang
3.
Tingkat III/ Kelas III MTs
208 Orang
4.
Tingkat IV/ Kelas I MA
271Orang
5.
Tingkat V/ Kelas II MA
255 Orang
Jumlah
1344 Orang
Sumber: Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas, Tangerang
4.3.2
Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian populasi yang akan ditetili atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008).
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
besar sampel dengan data proporsi (Lemeshow, 1997) :
Keterangan :
n = jumlah sampel minimum
= 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan
36
α sebesar 5%)
= Proporsi suatu kasus tertentu terhadap suatu populasi. : 54%
= derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10%
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah 96 orang. Untuk mengantisipasi kemungkinan
adanya data yang tidak lengkap maka sampel yang didapatkan
ditambahkan 10%. Jumlah sampel yang didapat sebanyak 96 ditambah
10% atau 96 ditambah 9, maka total sampel yang digunakan adalah
105 santri. Sedangkan cara pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan simple random sampling dengan melakukan undian
menggunakan Microsoft excel.
Pada penelitian ini peneliti
membagikan kuesioner kepada 105 responden, namun terdapat 2
kuesioner yang tidak diisi secara lengkap oleh responden sehingga
peneliti hanya menggunakan 103 kuesioner untuk pengolahan data.
Dalam penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan
dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2008).
Kriteria dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1. Santri putra dan putri yang tinggal di Pesantren Daarul
Muttaqien Cadas Tangerang
37
2. Bersedia menjadi responden
3. Santri pada tingkat pendidikan I sampai dengan V di
pondok pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang.
b. Kriteria eksklusi
1. Santri yang sedang pulang atau berada di luar Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang
2. Santri yang sedang sakit
3. Santri pada tingkat pendidikan VI di Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan
kuesioner yang mengacu pada teori yang dibuat oleh peneliti. Instrumen
pada penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Kuesioner A : lembar karakteristik responden yang meliputi inisial
nama,umur, kelas dan jenis kelamin.
2. Kuesioner B : digunakan untuk mengukur kejadian Hepatitis A yang
terdiri dari 2 pertanyaan. Kuesioner ini menggunakan skala guttman
dinilai dengan skor pernah adalah 1 dan tidak pernah adalah 0.
3. Kuesioner C: digunakan untuk mengukur perilaku personal hygiene
siswa yang terdiri dari 12 pernyataan, dimana terdapat 11 pernyataan
positif (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) dan 1 (1) pertanyaan negative.
Pernyataan positif diukur dengan skor (4) selalu, sering (3), kadangkadang (2), tidak pernah (1). Sedangkan pernyataan negatif diukur
38
dengan skor tidak pernah (4), kadang-kadang (3), sering (2), selalu (1).
Pengukuran
perilaku
personal
hygiene
dikatagorikan
(Azwar,2012) :
a. Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ+1.0σ)
x ≥ (30+1.6)
x ≥ 36
b. Cukup : jika skor jawaban (µ-1. 0σ)≤x<(µ+1.0σ)
(30-6) )≤x<(30+6)
24 ≤x< 36
c. Kurang : jika skor jawaban x < (µ-1. 0σ)
x < (30-6)
x < 24
Dengan ketentuan :
µ = ½ (Xmaks+Xmin) x total item pertanyaan
= ½ (4+1) x 12 = 30
σ = 1/6 (Imaks-Imin)
= 1/6 (48-12) = 6
Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pertanyaan (4)
Xmin = skor terendah pada 1 item pertanyaan (1)
Imaks = jumlah total skor tertinggi (48)
Imin = jumlah total skor terendah (12)
menjadi
39
4.5 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas
Alat ukur atau instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas data
(Hidayat, 2011).
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benarbenar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas
instrument penelitian ini berupa kuesioner perilaku personal hygiene
teridir dari 12 pernyataan yang dilakukan di Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien Cadas Tangerang pada bulan Mei 2015 sebanyak 30 siswa.
Lokasi uji validitas sama dengan lokasi penelitian sehingga responden
yang telah diteliti dalam uji coba instrumen tidak termasuk responden
penelitian.
Metode yang digunakan pada pengujian validitas instrument
menggunakan pendekatan korelasi pearson product moment dengan
menggunakan software komputer, SPSS 20. Hasil uji validitas pada
kuesioner perilaku personal hygiene ini seluruh pernyataan dinyatakan
valid.
Ketentuan
kevalidan
instrument
dengan
melihat
hasil
perhitungan r hitung. Apabila r hitung > r tabel maka pernyataan
tersebut valid sedangkan apabila r hitung < r tabel (0,361) pada N 30
atau nilai taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2010).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012).
40
Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Cadas Tangerang menggunakan rumus Alpha
Cronbach dengan software komputer, SPSS 20. Suatu variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >0,60
(Hidayat, 2007). Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel
Hasil Alpha
Keputusan
Cronbach
Perilaku Personal
α = 0,873
Reliabel
Hygiene
4.6 Tahapan Pengambilan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Beberapa
langkah-langkah
yang
dilakukan
peneliti
dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti meminta
izin melakukan penelitian sesui judul skripsi kepada Fakultas
Kedoteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Peneliti mendatangi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien untuk
meminta izin dan meminta data dalam menentukan calon
responden penelitian.
c. Setelah ijin penelitian disetujui oleh pihak sekolah,peneliti terlebih
dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas.
d. Setelah
instrumen
dinyatakan
valid
dan
reliabel
peneliti
menyeleksi calon responden sesuai kriteria dan membagi
41
responden menggunakan random sampling dengan Microsoft
excel.
e. Responden yang terpilih dikelompokkan tiap kelas untuk mengisi
kuesioner.
f. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud
dan tujuan serta informed consent.
g. Setelah
mendapatkan
persetujuan
dari
responden
peneliti
membagikan kuesioner pada responden dan menjelaskan cara
pengisian kuesioner serta tiap itempernyataan pada kuesioner .
h. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada
peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan pernyataan pada
kuesioner.
i. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
j. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan
kepada peneliti untuk pengolahan data.
k. Setelah pengisian kuesioner selesai, responden dikumpulkan di
aula untuk diberikan pendidikan kesehatan mengenai Hepatitis A
dan personal hygiene.
2. Metode Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistic, informasi
yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan,
terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data
terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh (Hidayat,2008)
diantaranya :
42
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemderian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode
ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
computer. Pengkodean untuk karakteristik responden terdiri dari
jenis kelamin, usia dan kelas. Koding untuk responden berjenis
kelamin laki-laki diberi kode 1 sedangkan untuk perempuan diberi
kode 2. Koding untuk responden dengan usia 10-14 tahun diberi
kode 1 dan usia
15-20 tahun diberi kode 2. Koding untuk
responden pada kelas 1 MTS diberi kode 1, kelas 2 MTS diberi
kode 2, pada kelas 3 MTS diberi kode 3, kelas 1 MA diberi kode 1,
dan kelas 2 MA diberi kode 2. Variabel kejadian Hepatitis A diberi
kode 1 pada jawaban pernah kode 2 pada jawaban tidak pernah.
Sedangkan untuk variabel perilaku personal hygiene diberi kode 1
untuk jawaban tidak pernah, 2 jawaban kadang-kadang, 3 jawaban
sering, dan 4 jaban selalu untuk pernyataan positif. Pada
pernyataan negatif diberi kode 1 untuk jawaban selalu, 2 jawaban
sering, 3 jawaban kadang-kadang, dan 4 untuk jawaban tidak
pernah.
43
3. Entry data
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master table atau database computer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga
dengan membuat tabel kontingensi.
4.7 Analisis Data
Tujuan dilakukan analisis data adalah memeperoleh gambaran dari hasil
penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan
hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh
kesimpulan secara umum dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam
pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).
Analisis penelitian ini menggunakan analisis univariate yang
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariate pada
penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Analisis
ini dilakukan dengan cara menggambarkan setiap variable yang digunakan
penelitian, Analisis univariate pada penelitian ini dilakukan pada variable
penelitian meliputi : karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
umur,kelas, perilaku personal hygiene siswa Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien, dan kejadian Hepatitis A pada siswa Pondok Pesantren Daarul
Muttaqien.
44
4.8 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang
penting dalam penelitian, karena penelitian keperawatan berhubungan
langdung dengan manusia, maka segi etik penelitian harus diperhatikan.
Beberapa masalah etik yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai
berikut (Hidayat, 2008) :
a. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan Informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia,
maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak
responden.
b. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity bertujuan untuk memberikan jaminan dalam penggunaan
responden
penelitian
dengan
cara
tidak
memberikan
atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang disajikan.
45
c. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya.
Semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan
dijamin
kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporlkan pada hail riset.
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Pesantren
Daarul Muttaqien Cadas Tangerang, yang terdiri dari gambaran tempat penelitian,
gambaran karakteristik responden (jenis kelamin, usia dan kelas), gambaran
perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A serta tabulasi silang antara
personal hygiene dan Hepatitis A.
5.1 Gambaran Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di Pondok Pesantren
Daarul Muttaqien Kampus 1 Cadas Tangerang. Sekolah ini beralamat di Jalan
Raya Mauk Km.7 Cadas Sepatan, Tangerang-Banten yang dipimpin oleh
KH.Drs.Ahmad Sonhaji Cholili. Jenjang pendidikan di Pesantren Daarul
Muttaqien adalah MTS (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah).
Jumlah siswa untuk tingkat MTS (Madrasah Tsanawiyah) tahun 2014/2015
adalah 818 siswa. Dengan rincian kelas 1 MTS berjumlah 330 siswa, kelas 2
MTS berjumlah 280 siswa, dan kelas 3 MTS berjumlah 208 siswa.
Sedangkan jumlah siswa untuk tingkat MA (Madrasah Aliyah) tahun
2014/2015 adalah 749 siswa. Dengan rincian kelas 1 MA berjumlah 271
siswa, kelas 2 MA berjumlah 255 siswa, dan kelas 3 MA berjumlah 223
siswa.
Fasilitas atau sarana penyediaan air yang digunakan untuk mencuci
tangan yaitu keran air yang letaknya berada dekat masjid pada asrama Putra.
Pada asrama putri keran air yang digunakan untuk mencuci tangan dan
47
berwudhu terletak dekat dapur umum. Asrama dan ruang kelas Pondok
Pesantren Daarul Muttaqien ini terdiri dari tiga lantai . Di setiap lantai
terdapat fasilitas kamar mandi untuk siswa. Namun tidak terdapat wastafel
atau keran air untuk mencuci tangan yang letaknya strategis atau berdekatan
dengan ruang kelas dan kamar siswa.
5.2 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dianalisis adalah sebagai
berikut :
5.2.1 Jenis Kelamin
Pengelompokan responden berdasarkan
digambarkan pada tabel berikut :
kategori
jenis
kelamin
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis kelamin di Pondok
Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang
Jenis Kelamin
Frekuensi
Presentase (%)
Laki-laki
54
52,4
Perempuan
49
47,6
Total
103
100
Pada tabel 5.1 menunjukan responden dengan jenis kelamin laki-laki
memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 54 responden (52,4%).
Sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 49
responden (47,6%).
5.2.2 Usia
Pengelompokan responden berdasarkan kategori usia digambarkan
pada tabel berikut :
48
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Pondok
Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang
Usia
10-14
15-20
Total
Frekuensi
49
54
103
Presentase (%)
47,6
52,4
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki usia
pada rentang 15-20 tahun lebih banyak yaitu 54 (52,4%) dibandingkan
dengan responden yang memiliki rentang usia 10-14 tahun yaitu 49
responden (47,6%).
5.2.3 Kelas
Pengelompokan
responden
digambarkan pada tabel berikut :
berdasarkan
kategori
kelas
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkatan Kelas di
Pondok Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang
Kelas
Frekuensi
Presentase (%)
1 MTS
29
28,2
2 MTS
20
19,4
3 MTS
16
15,5
1 MA
19
18,4
2 MA
19
18,4
Total
103
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden pada kelas 1 MTS
memiliki hasil terbesar yaitu 29 responden (28,2%), diikuti kelas 2
MTS
berjumlah 20 responden (19,4%), kelas 1 MA dan 2 MA
masing- masing berjumlah 19 responden (18,4%), dan kelas 3 MTS
berjumlah 16 responden (15,5%).
49
5.3 Perilaku Personal Hygiene
Perilaku responden yang diamati oleh peneliti digambarkan pada tabel
berikut :
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Perilaku Personal Hygiene di Pesantren Daarul
Muttaqien Cadas Tangerang
Skor
Frekuensi
Presentase (%)
Baik
4
3,9
Cukup
49
47,6
Kurang
50
48,5
Total
103
100
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
perilaku personal hygiene kurang sebanyak 50 responden (48,5%),
sedangkan responden yang memiliki perilaku personal hygiene cukup
sebanyak 49 responden (47,6%) dan baik sebanyak 4 responden (3,9%).
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi pada beberapa item pernyataan perilaku
personal hygiene
Skor
No
2
4
7
8
12
Selalu
N
10
%
9,7
n
19
%
18,4
Kadangkadang
n
%
65
63,1
9
8,7
11
10,7
60
58,3
23
22,3
13
12,6
11
10,7
52
50,5
27
26,2
40
38,8
30
29,1
26
25,2
7
6,8
67
65,0
17
16,5
19
18,4
0
0
Item Pernyataan
Saya mencuci tangan
menggunakan air mengalir dan
sabun
Saya mencuci tangan pakai
sabun sebelum makan
Saya mencuci tangan pakai
sabun setelah buang air kecil
Saya mencuci tangan pakai
sabun setelah buang air besar
Saya menyikat gigi
menggunakan sikat gigi milik
sendiri
Sering
Tidak
Pernah
n
%
9
8,7
Pada tabel 5.5 pada item pernyataan nomor 2,4,dan 7 sebagian
besar responden memilih jawaban kadang kadang. Item pernyataan nomor
2 sejumlah 63,1 %, item pernyataan nomor 4 sejumlah 58,3% dan item
50
nomor 7 sejumlah 50,5%. Pada item pernyataan nomor 8 dan 12 sebagian
besar responden memilih jawaban selalu. Pada item nomor 8 sejumlah
38,8% dan item nomor 12 sejumlah 65,0%.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Personal Hygiene berdasarkan Jenis
Kelamin
Perilaku
Jenis Kelamin
Total
Personal
Laki-laki
Perempuan
Hygiene
n
%
n
%
Baik
3
5,5
1
2,04
4
Cukup
21
11,3
28
57,14
49
Kurang
30
55,5
20
40,8
50
Total
54
49
103
Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang berjenis
kelamin laki-laki mayoritas memiliki personal hygiene yang kurang
sebanyak 55,5%. Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan
mayoritas memiliki perilaku personal hygiene cukup 57,14 %.
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Personal Hygiene berdasarkan Usia
Perilaku
Usia
Total
Personal
10-14
15-20
Hygiene
n
%
n
%
Baik
3
6,12
1
1,85
4
Cukup
24
48,9
25
46,29
49
Kurang
22
44,8
28
51,8
50
Total
49
54
103
Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang berusia
10-14 tahun mayoritas memiliki perilaku personal hygiene cukup 48,9%,
sedangkan responden yang berusia 15-20 tahun mayoritas memiliki
perilaku personal hygiene kurang sebanyak 51,8%.
51
5.4 Kejadian Hepatitis A
Kejadian Hepatitis A yang diamati oleh peneliti digambarkan pada
tabel berikut :
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A selama satu tahun
terakhir di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang
Tahun 2015
Kejadian
Frekuensi
Presentase (%)
Hepatitis A
Tidak Pernah
89
86,4
Pernah
14
13,6
Total
103
100
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang tidak pernah
terkena Hepatitis A selama satu tahun terakhir sebanyak 89 orang (86,4%)
sedangkan responden yang pernah terkena Hepatitis A selama satu tahun
terakhir sebanyak 14 orang (13,6%).
5.5 Tabulasi Silang Antara Personal Hygiene dan Hepatitis A
Hasil tabulasi silang antara personal hygiene dan Hepatitis A digambarkan
pada tabel berikut :
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A berdasarkan
Perilaku Personal Hygiene
Perilaku Personal
Kejadian Hepatitis A
Total
Hygiene
Pernah
Tidak Pernah
Baik
0
4
4
Cukup
5
44
49
Kurang
9
41
50
Total
14
89
103
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang pernah mengalami
kejadian Hepatitis A memiliki perilaku personal hygiene yang cukup
sejumlah 5 responden dan kurang sejumlah 9 responden. Sebagian besar
52
yang tidak pernah mengalami Hepatitis A memiliki perilaku personal
hygiene yang kurang sejumlah 41 responden, perilaku personal hygiene
cukup sejumlah 44 responden, dan perilaku personal hygiene yang baik
hanya 4 responden.
53
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil penelitian pada bab lima disertai
dengan penelitian dan teori terkait, yang terdiri dari gambaran karakteristik
responden yaitu jenis kelamin, usia, dan kelas, gambaran perilaku personal
hygiene dan kejadian hepatitis A pada Siswa di Pesantren Daarul
Muttaqien Cadas Tangerang.
A. GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin responden
didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 52,4%. Pada hasil tabulasi
silang antara perilaku personal hygiene dan jenis kelamin menunjukkan
bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih memiliki personal
hygiene yang kurang (55,5%) dibandingkan dengan perempuan (40,8%).
Berdasarkan teori Notoatmodjo (2007) menyatakan jenis kelamin
merupakan faktor genetik yang mempengaruhi perilaku seseorang. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Hidayat (2011) yang juga
menyatakan bahwa santri laki-laki kurang memiliki kecenderungan
berperilaku bersih dan sehat dibandingkan santri perempuan.
2. Usia
Sebagian besar responden berada pada rentang usia 15-20 tahun
yaitu sebanyak 52,4%, sedangkan responden pada rentang usia 10-14
tahun sebesar 47,6%. Hal ini terjadi karena teknik pengambilan sampel
54
yang digunakan adalah teknik random sampling, dimana sampel dipilih
secara acak menggunakan Microsoft excel. Berdasarkan hasil tabulasi
silang antara perilaku personal hygiene dan usia responden didapatkan
hasil bahwa responden dengan usia 15-20 tahun lebih memiliki perilaku
personal hygiene yang kurang dibandingkan dengan responden yang
berusia 10-14 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Hidayat
(2011) menyatakan bahwa remaja akhir atau pada usia 15-20 tahun
memiliki kecenderungan untuk berperilaku bersih dan sehat yang lebih
besar dibandingkan dengan remaja awal atau pada usia 10-14 tahun.
3. Kelas
Karakteristik selanjutnya adalah kelas. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa responden pada kelas 1 MTS berjumlah 29
responden (28,2%), responden pada kelas 2 MTS berjumlah 20
responden (19,4%), responden pada kelas 3 MTS berjumlah 16
responden (15,5%). Responden pada kelas 1 dan 2 MA masing-masing
berjumlah 19 responden (18,4%). Hal ini terjadi karena teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling.
Sampel dipilih secara acak menggunakan Microsoft excel. Peneliti hanya
mengambil responden pada kelas 1,2, 3 MTS dan kelas 1,2 MA karena
masih aktif dalam kegiatan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas
Tangerang. Kelas 3 MA tidak
dimasukkan dalam responden karena
sedang mengikuti program pengabdian pesantren di luar sekolah.
55
B. GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE
Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon
serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 103 responden, 48,5% memiliki
perilaku personal hygiene yang kurang, sedangkan yang memiliki perilaku
personal hygiene yang cukup sebanyak 47,6 % dan baik sebanyak 3,9%. Hal
tersebut sesuai dengan Badri (2007) yang menyatakan bahwa perilaku
personal
hygiene
pada
pondok
pesantren
pada
umumnya
kurang
mendapatkan perhatian dari santri. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan
Desmawati (2015) sebagian besar santri memiliki personal hygiene yang baik
yaitu 61% sedangkan santri yang memiliki personal hygiene yang kurang
baik sebanyak 39%.
Penelitian ini menggambarkan beberapa item pernyataan perilaku
personal hygiene. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada item
pernyataan “saya mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun”,
sebagian besar responden memilih jawaban kadang-kadang 63,1%. Namun
terdapat juga responden yang memilih jawaban tidak pernah sebanyak 8,7%.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden kurang melakukan cuci
tangan dengan air mengalir dan sabun.. Jika dilihat dari segi fasilitas
disediakan keran air untuk mencuci tangan yang juga digunakan untuk
berwudhu karena terletak dekat masjid dan dapur, namun tidak terdapat sabun
di keran tersebut sehingga membutuhkan kesadaran pada setiap siswa
membawa sabun miliknya untuk mencuci tangan. Berdasarkan penelitian
56
Hidayat (2012) bahwa cuci tangan pakai sabun dan air mengalir dapat
mengurangi resiko terkena Hepatitis A.
Pada pernyataan “saya mencuci tangan pakai sabun sebelum makan”,
sebagian besar responden memilih jawaban kadang-kadang 58,3 % dan
jawaban tidak pernah sejumlah 22,3%. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian
besar responden masih kurang melakukan cuci tangan pakai sabun sebelum
makan. Hal ini mungkin disebabkan responden malas mengambil sabun
karena letak kamar yang berjauhan dengan keran air. Selain itu tidak
disediakan ruangan khusus atau aula sebagai ruangan untuk makan, biasanya
responden makan di ruang kelas, kamar atau di pelataran depan kelas yang
sudah berlantaikan keramik. Pada penelitian Firdous (2005) menyatakan
bahwa cuci tangan sebelum makan dapat menurunkan resiko kejadian
Hepatitis Akut klinis.
Pada pernyataan “saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air
kecil”, sebagian besar responden memilih jawaban “kadang-kadang” 50,5%
dan tidak pernah 26,2%. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar
responden kurang melakukan cuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil
karena letak kamar yang berjauhan untuk mengambil sabun dengan letak
kamar mandi.
Pada pernyataan “saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air
besar”, sebagian besar responden memilih jawaban selalu 38,8 %, namun
terdapat respondan yang menjawab kadang-kadang sejumlah 25,2% dan tidak
pernah 6,8%. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden sudah
mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar. Pada penelitian Afudin
57
(2003) menyatakan bahwa cuci tangan setelah buang air besar dapat
mengurangi resiko terserang virus Hepatitis A.
Item pernyataan “saya menyikat gigi menggunakan sikat gigi milik
sendiri”, sebagian besar responden memilih jawaban selalu 65,5%, namun
terdapat responden yang menjawab kadang-kadang 18,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan sikat gigi milik
sendiri. Namun terdapat beberapa responden yang tidak menggunakan sikat
gigi milik sendiri atau memakai sikat gigi orang lain yang biasanya dilakukan
oleh responden laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayat (2011)
yang menyatakan bahwa santri laki-laki kurang memiliki kecenderungan
berperilaku bersih dan sehat dibandingkan santri perempuan. Air liur dapat
menularkan Hepatitis A dalam konsentrasi yang rendah (Cahyono,dkk 2010),
sehingga penggunaan sikat gigi milik sendiri merupakan salah satu perilaku
yang dapat mencegah Hepatitis A (Dwiastuti, 2008).
Berdasarkan hasil beberapa item pernyataan yang telah dijelaskan di
atas sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) dalam Maulana (2009)
bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi
adalah faktor yang ada dalam diri individu (pengetahuan, budaya,
kepercayaan), faktor pemungkin adalah factor yang memungkinkan
terjadinya perilaku (sarana dan prasarana), dan factor penguat adalah faktor
yang memperkuat terjadinya perilaku.
Jika
dilihat
berdasarkan
faktor
predisposisi,
santri
memiliki
kepercayaan yang sama, dalam Islam mengajarkan untuk selalu menjaga
kebersihan jasmani salah satunya menjaga kebersihan diri (Budiarti, 2012).
58
Selain itu responden juga mempelajari bahwa menjaga kebersihan adalah
wujud iman mereka sebagai muslim. Hal tersebut dikuatkan oleh tulisan yang
biasanya terdapat di pesantren “Anna Zhofatu Minnal Iman” yang
menjelaskan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Namun hal
tersebut tidak dapat diterapkan apabila santri tidak memiliki kesadaran untuk
menjaga kebersihan diri sehingga masih terddapat perilaku yang kurang
dalam menjaga kebersihan diri (Fitrina, 2008).
Sedangkan jika dilihat berdasarkan sarana dan prasarana , masih
kurangnya fasilitas yang memadai untuk siswa dalam melakukan personal
hygiene seperti tidak tersedianya sabun untuk mencuci tangan dan
penempatan keran air di tempat yang strategis (dekat kamar tidur dan ruang
kelas). Sedangkan faktor penguat seperti teman dapat mempengaruhi hygiene
seseorang (Umairoh, 2013).
C. GAMBARAN KEJADIAN HEPATITIS A
Hasil penelitian mengenai kejadian Hepatitis A menunjukkan bahwa
sebanyak 14 responden (13,6 %) pernah mengalami Hepatitis A selama
satu tahun terakhir dan 89 responden (86,4%) tidak pernah mengalami
Hepatitis A dalam satu tahun terakhir. Hepatitis A adalah infeksi oleh
virus dengan cara penularan melalui fekal-oral, terutama lewat konsumsi
makanan yang tercemar virus tersebut (Smeltzer,2001). Hepatitis A adalah
penyakit yang mudah menyebar (Anggraini, 2014) terutama di pesantren
atau asrama (Cahyono, 2010). Oleh Karena itu penatalaksanaan yang
terpenting adalah dengan menjaga Personal Hygiene (Kemenkes 2011).
59
Hasil penelitian ini sesuai dengan literature diatas, jika dilihat dari
personal hygiene, terdapat 9 responden yang memiliki perilaku yang
kurang menjaga kebersihan dirinya, sehingga mereka pernah terkena
hepatitis A. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Alvira (2014) bahwa
personal hygiene yang rendah beresiko terkena Hepatitis A. Berdasarkan
letak geografis di lingkungan pesantren Daarul Muttaqien banyak terdapat
pabrik yang dekat dengan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien dan juga
sungai letaknya tidak jauh dari pondok. Selain itu masih terdapat warga
yang tinggal di sekitar pondok yang memakai jamban di sungai, sehingga
kemungkinan terjadinya Hepatitis A di Pesantren Daarul Muttaqien
disebabkan karena faktor dari lingkungan di sekitar Daarul Muttaqien
Cadas Tangerang. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini terdapat UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah) yang dikelola oleh siswa Daarul Muttaqien,
namun tidak adanya kunjungan dari puskesmas setiap satu bulan sekali
untuk memantau mengenai kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah yang ada di
Pesantren Daarul Muttaqien.
D. KETERBATASAN PENELITIAN
1. Tidak adanya rekam medis atau riwayat kesehatan santri di pesantern
Daarul Muttaqien Cadas Tangerang untuk memvalidasi penyakit yang
pernah diderita siswa salah satunya Kejadian Hepatitis A pada
responden yang pernah terkena.
2. Suasana yang kurang kondusif sehingga memungkinkan responden
tidak berkonsentrasi saat mengisi kuesioner.
60
BAB VII
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang
diperoleh di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran karakteristik siswa Pesantren Modern Daarul Muttaqien
Cadas Tangerang yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu :
persentase jenis kelamin laki-laki sebesar 52,4% dan perempuan
sebesar 47,6%, untuk usia responden sebagian besar berusia antara 1520 tahun (52,4%), dan sebagian besar responden berada pada kelas 1
MTS yaitu sebesar 28,2 %.
2. Sebagian besar responden memiliki perilaku personal hygiene kurang
yaitu sebesar 48,5 %. Hal in bisa disebabkan karena adanya faktor
pemungkin seperti minimnya fasilitas yang disediakan yaitu letak
keran air di tempat yang strategis dan penyediaan sabun. Sementara
faktor predisposisi (pengetahuan dan budaya) dan faktor penguat
belum terkaji.
3. Sebagian responden pernah mengalami Hepatitis A dalam satu tahun
terakhir yaitu sebesar 13,6 %. Sebagian besar responden yang terkena
hepatitis A adalah mereka yang memiliki Personal Hygiene kurang
(8,7%) dan yang memiliki Personal Hygiene yang cukup (4,8%).
61
B. SARAN
1. Bagi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang
Diharapkan pesantren menyediakan fasilitas untuk mendorong
perilaku hidup bersih dan sehat, seperti fasilitas untuk cuci tangan,
penyediaan leaflet atau media untuk mendorong perilaku hidup bersih
dan sehat. Selain itu diharapkan pesantren dapat bekerja sama dengan
instansi kesehatan seperti puskesmas dalam mempromosikan PHBS
dan pengelolaan UKS.
2. Bagi Siswa Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang
Siswa
perlu
meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk
mencegah penularan penyakit, khususnya penyakit hepatitis A.
3. Bagi Keperawatan
Usaha Kesehatan Sekolah pada pesantren merupakan bagian dari
tugas preventif pada keperawatan komunitas PSIK UIN Jakarta tidak
hanya untuk sekolah umum.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya perlu meminta pengajuan waktu khusus
untuk menguji kuesioner, melakukan pengukuran perilaku personal
hygiene dengan cara yang berbeda dan menggali lebih dalam langkah
menuci tangan responden serta penambahan variabel mengenai
pengetahuan responden terhadap Hepatitis A.
62
DAFTAR PUSTAKA
Afadhal. (2005). Islam dan Radikalisme diIndonesia.Jakarta : LIPI Press.
Afudin. (2003). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi
Hepatitis A Virus (HAV) di Kabupaten Kebumen Tahun 2001. Jakarta
Anggraini, dkk. (2014). Analisis Model SIR dengan Imigrasi dan Sanitasi pada
Penyakit Hepatiits A di Kabupaten jember. Universitas Jember
Aini, R., & Susiloningsih, J. (2013). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Hepatitis B pada Pondok Pesantren Putri Ibnul Qoyyim
Yogyakarta. Sains Medika, Vol.5, No.1, 30-33
Alvira, L . (2014). Faktor Risiko Hepatitis A Di Kecamatan Bintan Timur
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Undergraduate Thesis,
Diponegoro University.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Badri, M. (2007). Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Walisongo
Ngabar Ponorogo. Media Litbang Kesehatan, Vol.XVII, No.2
BBTKLP Jakarta. (2013). Profil BBTKLPP Jakarta. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
BBTKLPP Yogyakarta. (2014). Profil BBTKLPP Jakarta. Yogyakarta :
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Budiarti. (2012). Tingkat Keimanan Islam dan Status Karies Gigi. Poltekkes
Jakarta 1
Cahyono, SB.(2009). Hepatitis A. Yogyakarta : Kanisisus.
63
Cahyono, SB., dkk. (2010). Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta : Kanisius.
Depkes. (2012). Pedoman Pengendalian Virus. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Depkes. (2007). Pharmatical Care Untuk Penyakit Hati. Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Depkes. (2009). Laporan Hasil Riskesdas Provinsi Banten Tahun 2007. Jakarta :
Badan Penelitrian dan Pengembangan Kesehatan.
Desmawati,dkk. (2015). Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al- Kautsar Pekanbaru.
JOM, Vol.2,No.1
Dwiastuti,
S. (2008). Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan
Kejadian Hepatitis A pada Taruna Akademi Kepolisian Tahun
2008.Semarang : Tesis Kesehatan Lingkungan Universitas Dipenegoro
Effendy, F.,& Makhfudli. (2009). Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Firdous, U. (2005). Cuci Tangan Sebelum Makan Menurunkan Risiko Kejadian
Hepatitis Akut Klinis. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.33, No.3, 121131
Heryanto.(2004). Model Peningkatan Hygiene Sanitasi Pondok Di Tangerang.
Puslitbang Ekologi Status Kesehatan.
Hidayat,T. (2011). Faktor-Faktor Yng Berhubungan Dengan Kebersihan Diri dan
Kesehatan Lingkungan Pesantren Nurul Huda Desa Cibatu Kecamatan
Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia.
64
Hidayat, M. (2014). Problematika Kesehatan Di Pesantren.
(http://jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id/index.php/jantro/article/view/19
dikutip pada 4 November 2014 jam 23.00 WIB)
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Pengendalian Hepatitis. Jakarta :
Direktorat Jendral PP dan PL Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi dan Analisis Hepatitis. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kemenkes RI.
Kurniasih, S. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa terhadap Hepatitis A
dengan Tingkat Risiko Terkena Hepatitis A di SMA Negeri 4 Depok.
Skripsi . Universitas Indonesia.
Maulana, HDJ. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo,S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Oswari, H., Rahayu, T., Bisanto, J., & Soedjatmiko. (2005). Kejadian Luar Biasa
Hepatitis A di SMPN-259 Jakarta Timur. Sari Pediatri, Vol.6, No.4,172175
Permenkes RI. (2014). Permenkes RI No.5 Tentang Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Primer.
Potter, PA, Perry,AG. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Rofiq,dkk.(2005). Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta : Pustaka Pesantren.
Rokib, M. (2013). Teologi Bencana : Studi Santri Tanggap Bencana. Yogyakarta
: Kanisius.
65
Rubenstein,D., Wayne,D., & Bradley, J. (2005). Lecture Notes: Kedokteran
Klinis. Jakarta : Erlangga.
Sakti,AP. (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pencegahan
Hepatitis A Pada Siswa SMAN 4 Depok. Skripsi. Universitas Indonesia.
Sari, W. (2008). Care Your Self, Hepatitis. Jakarta : 2008.
Smeltzer, S C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunmner dan
Suddarth. Jakarta : EGC.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Subhan, Arief. (2009). Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20. Jakarta
: UIN Jakarta Press.
Sugiyono. (2012). Metdologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Aalfabeta.
Sumarni, I. (2012). Kondisi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat dengan Kejadian Hepatitis A siswa/siswi di Asrama Pondok
Pesantyren X Kabupaten Ciamiis tahun 2012. Tesis. PPepustakaan
Universitas Indonesia
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Umairoh, Cholisoh. (2013). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perineal Hygiene Pada Remaja Putri Berbasis Precede Proceed Model Di
SMPN 45 Surabaya. UNAIR
WHO. (2009). The Global Prevalence of Hepatitis A Virus Infection and
Susceptibility: A Systematic Review. Switzerland. June.
Lampiran 1
Lampiran 2
PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian
: Gambaran Perilaku Personal hygiene dan Kejadian Hepatitis A
pada Siswa Di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang
Peneliti
: Dewi Sulistiani
NIM
: 1111104000030
Saya, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud
melakukan penelitian tentang Gambaran Perilaku Personal hygiene dan Kejadian
Hepatitis A pada Siswa Di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. Saudara
dimohon kesediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan saudara
bersifat sukarela dan saudara boleh memutuskan atau menolak untuk tidak mengikuti
penelitian ini tanpa ada akibat apapun.
Saya menjamin bahwa penelitian ini tidak akan
berdampak negative bagi
siapapun. Bila selama berpartisipasi saudara merasakan ketidaknyamanan maka saudara
mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya akan menjaga
kerahasiaan semua informasia yang telah diberikan dan hanya akan dipergunakan untuk
keperluan penelitian.
Setelah saya
memberikan penjelasan tentang penelitian, saya
sangat
mengharapkan partisipasi saudara dan selanjutnya saya mohon saudara bersedia untuk
menandatangani lembar persetujuan (informed consent) menjadi responden. Atas
perhatian dan kesediaan saudara dalam berpartisipasi, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, Mei 2015
Peneliti
Dewi Sulistiani
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Dewi Sulistiani.
Penelitian ini berjudul “Gambaran Perilaku Personal hygiene dan Kejadian
Hepatitis A pada Siswa Di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang”.
Setelah saya mendapatkan penjelasan dari peneliti, maka saya memahami
prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini. Saya
menyadari bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan dampak
negative bagi saya. Saya juga menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian
dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Berdasarkan pertimbagan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan
dari pihak manapun juga bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini.
Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya tanda tangani untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Jakarta,
Mei 2015
Responden
Lampiran 4
KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN
KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PESANTREN DAARUL
MUTTAQIEN CADAS TANGERANG
A. Identitas Responden
1. Inisial Nama
:
2. Umur
:
3. Kelas
:
4. Jenis Kelamin
:
B. Kuesioner Kejadian Hepatitis A
1. Apakah kamu pernah terkena Hepatitis A (penyakit kuning) dalam beberapa bulan
terakhir ?
Ya, pernah
2. Pada bulan apa kamu terkena Hepatitis A?
Tidak pernah
Kuesioner Perilaku Personal Hygiene
No. Pertanyaan
Selalu
Sering Kadang- Tidak
kadang
1
Saya mencuci tangan menggunakan air saja
2
Saya mencuci tangan menggunakan air
mengalir dan sabun
3
Saya mencuci tangan menggunakan antiseptic
seperti antis, dettol,dll
4
Saya mencuci tangan pakai sabun sebelum
makan
5
Saya mencuci tangan pakai sabun setelah
makan
6
Saya mencuci tangan pakai sabun setelah
berolahraga
7
Saya mencuci tangan pakai sabun setelah
buang air kecil
8
Saya mencuci tangan pakai sabun setelah
buang air besar
9
Setelah mencuci tangan saya mengeringkan
tangan saya dengan tisu atau lap kering dan
bersih
10
Saya mencuci tangan pakai sabun setelah
memegang gagang pintu
11
Saya mencuci tangan pakai sabun setelah
memegang uang
12
Saya menyikat gigi menggunakan sikat gigi
milik sendiri
Pernah
Lampiran 5
HASIL UJI RELIABILITAS CTPS
Case Processing Summary
N
Valid
Cases
a
Excluded
Total
%
30
100,0
0
,0
30
100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
,873
12
tem-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
P1
24,93
43,789
,376
,875
P2
24,70
44,976
,387
,873
P3
25,20
42,717
,593
,862
P4
25,17
41,109
,624
,860
P5
24,47
39,844
,652
,857
P6
25,30
40,562
,667
,857
P7
24,47
40,326
,637
,859
P8
23,87
39,223
,694
,854
P9
24,70
40,700
,524
,868
P10
25,63
44,171
,541
,866
P11
25,53
43,430
,621
,862
P12
23,40
43,834
,500
,867
Hasil Uji Validitas
Pernyataan
p1
p2
p3
p4
p5
p6
p7
p8
p9
p10
p11
p12
Nilai r
(pearson correlation)
0,490
0,476
0,664
0,702
0,733
0,738
0,718
0,767
0,635
0,607
0,679
0,579
Nilai α
(sig. 2 tailed)
0,006
0,008
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
Rekapitulasi Jawaban Uji Kuesioner
No.
Responden P1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
P2
1
2
3
2
3
3
2
3
3
3
1
2
1
3
3
1
1
1
1
1
4
3
3
1
P3
2
4
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
4
2
1
2
P4
2
1
2
2
2
2
1
2
4
3
1
2
1
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2
4
P5
2
3
1
2
2
2
1
2
2
4
1
1
1
1
2
1
2
4
1
2
3
2
1
2
P6
3
4
2
4
3
4
1
4
2
4
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
4
3
4
2
P7
2
2
1
2
1
2
1
1
4
4
1
2
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
4
2
P8
3
4
2
3
3
3
2
3
4
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
3
4
4
4
2
P9
3
4
2
4
3
4
1
4
4
4
2
2
3
3
2
1
2
4
3
4
4
4
4
4
P10
3
4
1
3
2
3
1
2
4
2
1
3
1
2
2
1
1
4
1
3
1
3
2
4
P11
2
2
1
2
1
1
1
1
4
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
2
Skor
total
P12
2
3
1
1
2
1
1
1
3
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
2
4
4
4
4
2
2
4
2
2
4
4
4
4
29
37
22
31
28
31
17
30
41
36
16
25
19
23
28
16
18
29
17
28
34
30
32
31
25
26
27
28
29
30
2
1
2
3
3
1
2
3
1
2
4
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
1
4
2
2
3
2
2
4
3
1
1
1
1
3
2
2
4
1
2
4
3
4
4
1
4
4
3
4
2
1
4
3
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
3
2
4
4
4
4
4
4
25
28
17
26
40
27
Lampiran 6
Hasil Analisis Data
Jenis kelamin
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
laki-laki
54
52.4
52.4
52.4
perempuan
49
47.6
47.6
100.0
103
100.0
100.0
Total
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
12
11
10.7
10.7
10.7
13
14
13.6
13.6
24.3
14
24
23.3
23.3
47.6
15
34
33.0
33.0
80.6
16
11
10.7
10.7
91.3
17
7
6.8
6.8
98.1
18
2
1.9
1.9
100.0
103
100.0
100.0
Valid
Total
INTERVALUSIA2
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
10-14
49
47.6
47.6
47.6
15-20
54
52.4
52.4
100.0
Total
103
100.0
100.0
Kelas
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
1 MTS
29
28.2
28.2
28.2
2 MTS
20
19.4
19.4
47.6
3 MTS
16
15.5
15.5
63.1
1 MA
19
18.4
18.4
81.6
2 MA
19
18.4
18.4
100.0
Total
103
100.0
100.0
Valid
Kejadian Hepatitis
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
pernah
14
13.6
13.6
13.6
tidak pernah
89
86.4
86.4
100.0
103
100.0
100.0
Total
HASILPPH
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
BAIK
4
3.9
3.9
3.9
CUKUP
49
47.6
47.6
51.5
KURANG
50
48.5
48.5
100.0
103
100.0
100.0
Valid
Total
HASILPPH * Kejadian Hepatitis Crosstabulation
Count
Kejadian Hepatitis
pernah
HASILPPH
Total
tidak pernah
BAIK
0
4
4
CUKUP
5
44
49
KURANG
9
41
50
14
89
103
Total
HASILPPH * Usia Crosstabulation
Count
Usia
10-14
BAIK
HASILPPH
Total
15-20
3
1
4
CUKUP
24
25
49
KURANG
22
28
50
49
54
103
Total
HASILPPH * Jenis Kelamin Crosstabulation
Count
Jenis Kelamin
Laki-laki
BAIK
HASILPPH
Total
Total
Perempuan
3
1
4
CUKUP
21
28
49
KURANG
30
20
50
54
49
103
Download