BAB VII KESIMPULAN BAB VII KESIMPULAN 1. Pada lokasi daerah penelitian terdapat lima kelompok jenis batuan beku, yaitu: batuan beku granit, diorit, andesit, dolerit, dan basalt. 2. Kelompok batuan granit berdasarkan analisis geokimia bersifat high-k calcalkaline, batuan beku asam tipe I, terbentuk pada tatanan tektonik within plate granite. Berdasarkan korelasi umur kelompok batuan ini terbentuk pada Kapur Awal hingga Kapur Akhir. 3. Kelompok batuan diorit berdasarkan analisis geokimia bersifat high-k calcalkaline, batuan beku asam tipe I, terbentuk pada tatanan tektonik volcanic arc granite. Berdasarkan korelasi umur kelompok batuan ini terbentuk pada Kapur Akhir hingga Tersier Awal. 4. Kelompok batuan dolerit berdasarkan hasil analisis geokimia bersifat calcalkaline dan terbentuk pada tatanan tektonik calc-alkaline basalt. Sedangakan berdasarkan hasil analisis diagram spider terbentuk pada tatanan tektonik intra continental plate basalt. Berdasarkan korelasi umur kelompok batuan ini berumur lebih muda dari Tersier Awal. 5. Kelompok batuan basalt berdasarkan hasil analisis geokimia bersifat calcalkaline dan terbentuk pada tatanan tektonik calc-alkaline basalt. Sedangakan berdasarkan hasil analisis diagram spider terbentuk pada tatanan tektonik intra continental plate basalt. Berdasarkan korelasi umur kelompok batuan ini berumur lebih muda dari Tersier Awal. 6. Kelompok batuan andesit berdasarkan analisis geokimia bersifat calcalkaline, terbentuk pada tatanan tektonik calc-alkaline basalt. Sedangkan berdasarkan analisis diagram spider terbentuk pada tatanan tektonik subduction zone type I. Berdasarkan korelasi umur, kelompok batuan ini memiliki umur yang lebih muda dari kelompok batuan dolerit dan basalt atau batuan termuda. 7. Sejarah evolusi magma di daerah penelitian dimulai sejak Kapur Awal hingga Kapur Akhir karena adanya proses tumbukan antara kerak benua pulau Kalimantan dengan Kerak samudra yang membawa mikrokontinen yeng Studi Karakteristik Batuan Beku dan Evolusi Magma di Daerah Ruwai, Pegunungan Schwaner, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. 63 BAB VII KESIMPULAN kemudian pelelehan penebalan kerak benua tersebut membentuk tubuh batolit kelompok batuan granit. Evolusi magma berlanjut pada Kapur Akhir hingga Tersier Awal. Pada saat itu terjadi proses subduksi yang melibatkan kerak benua pulau Kalimantan dengan kerak samudra yang membawa mikrokontinen. Proses subduksi ini kemudian membentuk kelompok batuan diorit di daerah penelitian yang kemudian menghasilkan zona mineralisasi Pb-Zn dan Fe akibat kontak dengan batuan sedimen yang lebih tua. Setelah Tersier Awal, terbentuk intrusi-intrusi dike kelompok batuan dolerit dan basalt yang merupakan naiknya magma pada mantel bagian atas dengan melewati rekahan yang ada memotong batuan-batuan yang lebih tua di atasnya. Terakhir, setelah proses pembentukan kelompok batuan basaltik terbentuk, terjadi proses subduksi yang kemudian membentuk intrusi kelompok batuan andesit berupa dike yang memotong batuan yang lebih tua termasuk zona mineralisasi. Studi Karakteristik Batuan Beku dan Evolusi Magma di Daerah Ruwai, Pegunungan Schwaner, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. 64