Migas - ETD UGM

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor industri Minyak & Gas Bumi (Migas) masih menjadi
titik berat pendapatan Negara. Hal ini terbukti dengan data statistik
Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014 di
mana pendapatan dari sektor Migas adalah sekitar Rp 196,5 trilyun
dari total penerimaan Negara Bukan Pajak Rp 385 trilyun1, atau dapat
dikatakan 51% dari penerimaan bukan pajak. Oleh karena itu, seluruh
aktivitas dan proses bisnis dalam industri ini harus dilindungi dari sisi
hukum agar tidak merugikan kepentingan negara.
Salah satu aktivitas penting dalam pengelolaan industri Migas
adalah kegiatan pengadaan barang/jasa, di mana dalam hal
pengadaan, Kontraktor Kontrak Kerja Sama industri hulu Migas
secara hukum tunduk kepada Pedoman Tata Kerja BPMIGAS
No.007 Revisi-II/PTK/I/2011 beserta perubahannya (“PTK No.007
SKKMIGAS”).
Tujuan
utama
pemberlakuan
PTK
No.007
SKKMIGAS adalah sebagaimana dinyatakan dalam Buku Kesatu Bab
I Butir 2.1 PTK No.007 SKKMIGAS bahwa pedoman ini
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
182)
1
dimaksudkan untuk memberikan satu pola pikir, pengertian dan
pedoman pelaksanaan teknis serta administratif yang terintegrasi dan
jelas bagi seluruh pengelola kegiatan usaha hulu Migas di wilayah
Republik Indonesia, dalam pengelolaan rantai suplai.
PTK No.007 SKKMIGAS tersebut mengatur mengenai hal-hal
yang cukup detail mengenai tata cara pengadaan barang/jasa,
diantaranya
mengatur
tentang
kewenangan
&
pengawasan,
pengutamaan penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri,
perencanaan pengadaan, pelaku pengadaan barang/jasa, penyusunan
harga perhitungan sendiri, dokumen pemilihan penyedia barang/jasa,
jaminan penawaran/pelaksanaan, metode & tata cara pemilihan
penyedia barang/jasa, manajemen kontrak, dan pembinaan penyedia
barang/jasa.
Pedoman tata kerja pengadaan untuk kegiatan hulu Migas ini
untuk pertama kali diterbitkan pada bulan Juni tahun 2004 dengan
produk
bernama
Pedoman
Tata
Kerja
BPMIGAS
No.007/PTK/VI/2004. Pada tahun 2008 beberapa ketentuan diubah
dan/atau ditambah dalam suatu amandemen dari Pedoman Tata Kerja
BPMIGAS No.007/PTK/VI/2004. Kemudian terdapat perbaikan
pertama di tahun 2009 menjadi Pedoman Tata Kerja BPMIGAS
No.007 Revisi-I/PTK/IX/2009. Dan pada tahun 2011 dilakukan
perbaikan kedua menjadi Pedoman Tata Kerja BPMIGAS No.007
Revisi-II/PTK/I/2011. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 2013,
2
BPMIGAS yang berubah nama menjadi Satuan Kerja Khusus Migas
(SKKMIGAS) mengeluarkan amandemen dari Pedoman Tata Kerja
BPMIGAS No.007 Revisi-II/PTK/I/2011 yang masih berlaku sampai
dengan sekarang.
Di lain pihak, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 79 tahun 2010 (“PP No.79/2010”) tentang
Biaya Operasi Yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak
Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Beberapa
ketentuan dalam PP No.79/2010, terutama yang menyangkut masalah
pengadan barang/jasa dengan menggunakan metode penunjukkan
langsung, terdapat pertentangan dengan PTK No.007 SKKMIGAS
bagi pengelolaan rantai suplai untuk kegiatan hulu Migas.
B. Perumusan Masalah
Dalam PTK No.007 SKKMIGAS diatur secara rinci mengenai
metode
pengadaan
barang/jasa
yaitu
metode
lelang
umum
(competitive bidding), pelelangan terbatas (limited tender), pemilihan
langsung (direct selection), dan penunjukkan langsung (direct
appointment). Metode penunjukkan langsung dapat dilakukan dengan
beberapa alasan hukum yang melatar belakangi beberapa peristiwa
yang menjadi jastifikasi penunjukan langsung, dengan demikian
metode penunjukan langsung dapat dilakukan tidak hanya apabila
terdapat peristiwa/kondisi darurat (emergency).
3
Bab X, Pasal 4.2 tentang Syarat Penunjukan langsung dalam
PTK No.007 SKKMIGAS menyatakan sebagai berikut :
1. Penunjukan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan
dengan nilai sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) atau US$ 5,000.00 (lima ribu dollar Amerika Serikat).
2. Untuk penunjukan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan
dengan nilai lebih besar dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) atau US$ 5,000.00 (lima ribu dollar Amerika Serikat),
dapat dilakukan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Pekerjaan
yang tidak
dapat
ditunda-tunda
lagi
sehubungan dengan telah terjadinya keadaan darurat
(emergency).
1) Pimpinan tertinggi Kontraktor KKS menyatakan
keadaan
darurat
(emergency)
dan
harus
melaporkan ke BPMIGAS dalam waktu 24 (dua
puluh empat) jam, disertai permohonan izin untuk
melakukan tindakan pengadaan barang/jasa yang
diperlukan untuk mengatasi keadaan tersebut.
2) Proses
pengadaannya
tidak
memerlukan
persetujuan BPMIGAS terlebih dahulu.
3) Pada saat selesainya penanggulangan keadaan
darurat (emergency) Kontraktor KKS melaporkan
dan meminta
untuk
dilakukan audit
kepada
4
BPMIGAS
bagi
semua
kegiatan
pengadaan
barang/jasa yang telah dilakukan.
b. Merupakan kelanjutan dari proses pelelangan atau
pelelangan terbatas.
c. Sebagai proses lanjut atas pelelangan ulang gagal
karena hanya ada 1 (satu) peserta yang memasukkan
penawaran.
d. Sebagai proses lanjut atas pemilihan langsung gagal
karena hanya ada 1 (satu) peserta yang memasukkan
penawaran.
e. Pengadaan jenis barang dengan penjumlahan Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) + Bobot Manfaat
Perusahaan (BMP) mencapai minimal 40% (empat
puluh
persen),
yang
diproduksi
oleh
1
(satu)
perusahaan yang berstatus Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Dengan ketentuan, lebih dari 50% (lima
puluh persen) saham BUMN tersebut dimiliki oleh
negara. Dalam hal ini dapat dilakukan penunjukan
langsung kepada BUMN tersebut.
f. Pekerjaan tertentu dengan dilengkapi jastifikasi yang
disetujui oleh pimpinan tertinggi Kontraktor KKS,
yaitu:
5
1) Pekerjaan
mendesak
yang
diperlukan
untuk
meningkatkan volume produksi minyak dan/atau
gas bumi berdasarkan permintaan Pemerintah
Republik Indonesia melalui BPMIGAS dan harus
dipenuhi dalam waktu selama-lamanya 1 (satu)
tahun.
2) Pekerjaan mendesak yang tidak dapat ditunda dan
harus segera dilaksanakan, sebagai akibat Keadaan
Mendesak yang terjadi mendadak.
3) Pengadaan barang/jasa tertentu yang diketahui
secara luas hanya dapat dilaksanakan oleh 1 (satu)
penyedia barang/jasa.
4) Pengadaan
drilling
menara
rig)
dan
pemboran
laut
barang/jasa
(offshore
pendukung
pelaksanaan pemboran terkait dan kapal survei
seismic, pada kondisi terjadi kelangkaan menara
pemboran laut (offshore drilling rig) atau kapal
survei seismic, sedangkan di wilayah negara
Republik Indonesia terdapat peralatan dimaksud
dengan kemungkinan akan segera diekspor karena
masa kontraknya akan segera berakhir.
6
5) Untuk perpanjangan masa penyewaan rumah,
kantor, gudang, lapangan penumpukan (termasuk
shore base) atau pelabuhan.
6) Merupakan kelanjutan dari pelelangan ulang yang
gagal karena peserta yang mendaftar hanya ada 1
(satu), dengan nilai perkiraan lebih dari Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) atau
lebih dari US$ 5,000,000.00 (lima juta dollar
Amerika Serikat).
g. Pekerjaan tertentu dengan dilengkapi jastifikasi tertulis
yang disetujui oleh Pejabat Berwenang dan memenuhi
sekurang-kurangnya salah satu syarat sebagai berikut :
1) Untuk pekerjaan tambahan yang tidak terduga
sebelumnya dan telah ada harga standar dengan
menggunakan satuan harga menurut harga yang
berlaku pada Kontrak yang bersangkutan dan
secara teknis merupakan satu kesatuan kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan
terdahulu berdasarkan pendapat fungsi teknis yang
kompeten secara tertulis.
2) Untuk pekerjaan tambahan yang tidak terduga
sebelumnya dari pekerjaan yang tidak ada harga
standarnya,
tetapi
sehubungan
dengan
7
homogenitasnya
perlu
dijaga
kontinuitas
pelaksanaannya sesuai dengan pendapat fungsi
teknis yang kompeten secara tertulis.
3) Pekerjaan tambahan yang tidak dapat dihindarkan
dalam rangka penyelesaian pekerjaan semula dan
telah ada harga standar dengan menggunakan
satuan harga yang berlaku pada Kontrak yang
bersangkutan
sepanjang
dapat
dipertanggungjawabkan secara profesional.
4) Dalam hal diperlukan kesinambungan (bridging)
pekerjaan yang sedang berlangsung, sementara
proses lelang atau pemilihan langsung belum
selesai, dengan ketentuan :
a) Masa pelaksanaan paling lama hanya
sampai dengan 1 (satu) hari sebelum
tanggal dimulainya pekerjaan berdasar
Kontrak baru; dan
b) Secara kumulatif waktu pelaksanaan tidak
melebihi 6 (enam) bulan. Pelaksanaan
pekerjaan ini tidak boleh dilakukan secara
berturutan dengan penambahan lingkup
kerja (PLK) kesinambungan (bridging) pada
Kontrak yang sama.
8
5) Pengadaan barang/jasa spesifik yang hanya dapat
dipenuhi oleh 1 (satu) pabrikan atau penyedia
barang/jasa
tertentu,
antara
lain
pengadaan
barang/jasa yang terkait dengan kepemilikan
lisensi/hak kepemilikan/proprietary right, misalnya
perangkat lunak teknologi informasi termasuk jasa
pemeliharaannya.
6) Dalam
rangka
standarisasi
barang/peralatan
sehingga diperlukan barang/peralatan yang sama
dengan yang telah terpasang. Penetapan standar
barang/peralatan mengikuti ketentuan standarisasi
yang diterbitkan oleh BPMIGAS.
7) Dalam
rangka
uji
coba
penggunaan
barang/peralatan hingga diperoleh hasil yang
diinginkan
berdasarkan
analisa
keekonomian
dan/atau evaluasi kinerja (performance based
evaluation).
Pelaksanaan
pengadaan
harus
dilengkapi dengan program uji coba yang lengkap,
termasuk tata waktu dan kriteria evaluasi, yang
disahkan
oleh
pimpinan
fungsi
pengguna
barang/jasa.
8) Merupakan kelanjutan dari pelelangan ulang yang
gagal karena peserta yang mendaftar hanya ada 1
9
(satu), dengan nilai perkiraan maksimal Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) atau
maksimal US$ 5,000,000.00 (lima juta dollar
Amerika Serikat).
9) Pekerjaan Jasa Konsultansi, dengan nilai per paket
pekerjaan maksimal Rp 5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah) atau maksimal US$ 500,000.00 (lima
ratus ribu dollar Amerika Serikat) :
a) Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh
1 (satu) penyedia Jasa Konsultansi yang
telah terbukti berhasil mencapai suatu
target yang sangat baik dan dipercaya akan
berhasil mencapai target yang ditetapkan
oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS).
b) Pekerjaan
pelatihan
Jasa
pekerja
Konsultansi
yang
dan/atau
dilaksanakan
penyedia Jasa Konsultansi dan dikerjakan
oleh tenaga ahli yang secara pribadi per
pribadi diyakini mampu memberikan hasil
yang ditetapkan oleh Kontraktor KKS.
10) Pekerjaan Jasa Konsultansi atau pelatihan pekerja
yang dilaksanakan oleh pabrikan atau agen tunggal
peralatan
atau
permesinan,
dalam
rangka
10
pengoperasian dan/atau pengelolaan peralatan
atau permesinan tersebut.
11) Pekerjaan Jasa Konsultansi yang hanya dapat
dilakukan oleh 1 (satu) pemegang hak cipta yang
telah terdaftar atau pihal yang telah mendapat izin
pemegang hak cipta.
Ketentuan tersebut berbeda dengan ketentuan mengenai
penunjukan langsung yang diatur dalam PP No.79/2010 Pasal 13 ayat
(t), yang berbunyi sebagai berikut :
”Jenis biaya operasi yang tidak dapat dikembalikan dalam
penghitungan bagi hasil dan pajak penghasilan meliputi
transaksi yang tidak melalui proses tender sesuai ketentuan
peraturan
perundang-undangan
kecuali
dalam
hal
tertentu“
Dengan
demikian
ketentuan
tersebut
secara
eksplisit
menyatakan bahwa penunjukkan langsung dapat dilakukan hanya
dengan satu kondisi, yaitu apabila terjadi peristiwa atau kondisi
emergency2,
2
Peraturan Pemerintah No.79 tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan
Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 139)
11
Perbedaan ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa dengan
metode penunjukkan langsung yang diatur dalam PTK No.007
SKKMIGAS dan PP No.79/2010 inilah yang akan menjadi subyek
penelitian penulis. Perumusan masalah dalam kajian ini adalah :
1. Bagaimana
pengadaan
barang/jasa
dengan
menggunakan
metode penunjukkan langsung di lingkungan industri hulu
Migas?
2. Akibat hukum adanya perbedaan metode penunjukkan langsung
pengadaan barang/jasa terhadap kontrak barang/jasa dan
investasi di lingkungan industri hulu Migas?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana dampak dari dua peraturan yang tumpang tindih satu sama
lain, yaitu PTK No.007 SKKMIGAS dengan PP No.79/2010 terhadap
kepastian hukum kegiatan pengadaan barang/jasa yang menggunakan
metode penunjukkan langsung di industri hulu Migas.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui apakah kegiatan
pengadaan barang/jasa yang menggunakan metode penunjukkan
langsung di industri hulu Migas dengan mengacu kepada peraturan
yang dipakai saat ini, yaitu PTK No.007 SKKMIGAS, dapat dinyatakan
12
sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku atau tidak serta melihat
akibat hukumnya yang terjadi.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai perbedaan metode penunjukkan langsung
dalam pengadaan barang/jasa di lingkungan industri hulu Migas belum
pernah dilakukan oleh pihak manapun, karena permasalahan ini terbatas
hanya untuk kegiatan pengadaan dengan metode penunjukan langsung
di industri hulu Migas.
13
Download