mengalokasikan aset

advertisement
8
Edisi Minggu Bisnis Indonesia
21 November 2010
INVESTASI
Selektif
BUDI FRENSIDY
BISNIS/ENDANG MUCHTAR
Lektor Kepala FEUI dan
penulis buku Matematika
Keuangan
mengalokasikan aset
D
alam banyak kesempatan, ada saja kawan dan
kerabat yang bertanya mengenai alokasi investasi
di pasar modal untuk mereka. Berapa persen
sebaiknya investasi dalam saham dan dalam ORI
(obligasi negara ritel) dan SR (sukuk ritel)?
Sebelum adanya ORI dan SR, investor
individual di Indonesia yang tertarik dengan
obligasi hanya dapat melakukannya melalui
reksa dana pendapatan tetap. Namun, sejak
diterbitkannya ORI pada 2006 dan SR 3 tahun
kemudian, investor ritel dapat melakukannya
langsung.
Jika saham
berisiko tinggi karena
Persentase saham dan obligasi merupakan sekuritas
ORI dan SR
yang dianjurkan bergantung pada ekuitas,
adalah sekuritas
umur, sikap investor terhadap pendapatan tetap
risiko, dan paradigma investasi. yang berisiko rendah.
Kesamaannya,
semuanya produk pasar modal yang berbeda
dengan deposito yang merupakan produk pasar
uang.
Perbedaannya, saham memberikan return
dalam bentuk dividen, yang biasanya
dibayarkan sekali setahun, dan capital gain.
Sedangkan ORI dan SR menjanjikan kupon yang
dibayarkan bulanan serta kemungkinan capital
gain jika terjadi penurunan yield investor akibat
semakin rendahnya inflasi dan suku bunga.
Dividen saham akan ada jika perusahaan
memperoleh laba dan memutuskan untuk
dibagikan. Adapun, capital gain saham terjadi
karena adanya laba yang tidak dibagikan dan
faktor pertumbuhan perusahaan pada masa
depan.
Perusahaan yang rugi tidak akan
membagikan dividen dan jika perusahaan itu
tidak menjanjikan pertumbuhan, yang akan
diperoleh investor adalah capital loss atau
penurunan harga saham di pasar.
Berbeda dengan saham, ORI dan SR
mempunyai tanggal jatuh tempo, biasanya 3-4
tahun. Jika ORI dan SR dipegang hingga
tanggal jatuh tempo, tidak ada risiko perubahan
Pertanyaan, saran, kritik,
harga karena semua obligasi pemerintah
dan komentar dapat
termasuk ORI dan SR pasti dilunasi pada nilai
disampaikan ke redaksi
nominal saat jatuh tempo.
melalui:
[email protected] dan
www.bisnis.com
Tiga fase investor
Soal alokasi investasi di pasar modal, saya
tidak membicarakan jumlah uang dan memiliki
dana Rp20 juta saya pikir sudah cukup.
Persentase dalam saham dan obligasi yang
dianjurkan bergantung pada umur, sikap
investor terhadap risiko, dan paradigma
investasinya.
Reilly dan Brown dalam bukunya Investment
Analysis and Portfolio Management membagi
usia investor dalam tiga kelompok yaitu fase
akumulasi, fase konsolidasi, dan fase belanja
(spending).
Fase akumulasi dimulai saat kekayaan
investor masih sedikit atau sekitar usia 25
tahun, fase konsolidasi dimulai pada usia 35-40
tahun, dan fase belanja ketika usia menginjak
60 atau 70 tahun.
Rekomendasi Reilly dan Brown adalah pada
fase akumulasi, persentase saham: obligasi
sebaiknya 80% : 20%, dan turun menjadi 50%
: 50% pada fase konsolidasi, dan terakhir
menjadi 100% obligasi pada fase belanja. Ini
tentunya dengan asumsi investor bersikap
netral terhadap risiko.
Untuk investor yang berani mengambil risiko
(risk taker), porsi saham untuk masing-masing
fase dapat ditingkatkan 10%-20% menjadi
sekitar 90%-100% untuk fase akumulasi dan
60%-70% untuk fase konsolidasi, misalnya.
Sebaliknya investor yang menghindari risiko
(risk averter) harus menurunkan porsi saham
(menaikkan porsi obligasi) untuk setiap fasenya
menjadi 60%-70% saham pada fase akumulasi
dan 30%-40% pada fase konsolidasi.
Tiga paradigma investasi
Intinya, sekuritas yang cocok untuk pencinta
risiko dengan paradigma investasi
maksimalisasi return adalah saham yang harga
pasarnya sangat fluktuatif sedangkan untuk
yang ingin meminimumkan risiko adalah
sekuritas berpendapatan tetap seperti ORI dan
SR.
Sementara itu, investor yang takut risiko
tetapi ingin menikmati return tinggi dianjurkan
mengambil porsi seimbang dalam saham dan
obligasi. Portofolio ini ternyata diterapkan
Markowitz, sang penemu teori portofolio yang
juga pemenang nobel ekonomi.
Walaupun mengakui tingginya return saham
dalam jangka panjang, dia hanya menempatkan
separuh uangnya dalam aset berisiko ini.
Separuhnya lagi dialokasikan dalam obligasi
pemerintah dan obligasi korporasi tripel A.
Ketika ditanyakan alasannya, Markowitz
hanya menjawab singkat kalau paradigma
investasinya adalah minimalisasi penyesalan
dan bukan maksimalisasi return atau
minimalisasi risiko.
Dengan strategi berimbang ini Markowitz
memastikan tidak akan mengalami penyesalan
besar soal keputusan investasinya. Jika pasar
bullish, dia senang karena separuh
portofolionya dalam saham.
Namun, saat pasar bearish, dia juga tidak
terlalu bersedih dibandingkan investor dengan
paradigma maksimalisasi return, karena
obligasi melindunginya dari jatuh miskin.
Sayangnya, persentase alokasi investasi di
atas pada praktiknya hanya dilakukan di
negara-negara maju yang pasar obligasinya
relatif likuid dan sekitar sepertiga penduduknya
berinvestasi di pasar modal.
Kondisi ini sangat kontras dengan Indonesia
yang investor pasar modalnya hanya sekitar
0,5% dari jumlah penduduk. Sebagian besar
masyarakat Indonesia masih menyimpan uang
lebihnya dalam deposito.
Padahal bunga deposito selalu lebih rendah
daripada kupon ORI atau SR sementara
keamanan dan kepastian pengembalian ORI
dan SR juga lebih tinggi. Pajak penghasilan atas
bunga deposito juga lebih besar yaitu 20%
berbanding 15% untuk ORI dan SR sehingga
selisih bunga efektif deposito dan ORI (SR)
sekitar 2-3% p.a.
Yang juga penting diketahui para kas surplus
Indonesia adalah investasi di pasar modal di
atas sebaiknya dilakukan setelah Anda
mempunyai dana darurat sebesar minimal tiga
kali pengeluaran bulanan dan maksimal enam
kali, sesuai dengan anjuran Kapoor dalam
bukunya Personal Finance.
Dana darurat ini dibentuk untuk
memastikan dana yang ditanam dalam pasar
modal tidak akan digunakan, paling tidak
dalam beberapa tahun ke depan. Dana darurat
ini bisa disimpan dalam tabungan atau reksa
dana pasar uang.
Kini setelah Anda memahami saham dan
obligasi, tiga fase investor, dan tiga paradigma
investasi di atas, Anda masih takut menjadi
investor pasar modal?
Download