1 2 BAB II LANDASAN TEORI A. Regresi Non-linear Analisis regresi merupakan metode dalam statistika yang digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Hosmer and Lemeshow, 2000). Berdasarkan pola hubungannya, analisis regresi terbagi atas analisis regresi linear dan analisis regresi non-linear. Menurut (Hasan, 1999) suatu model disebut model regresi nonlinear apabila variabel-variabelnya ada yang berpangkat. Contoh model regresi nonlinear dalam antara lain model parabola, kuadratik, hiperbola, dan lain-lain. Menurut Montgomery dan Peck (1992) model regresi nonlinear dalam parameter adalah suatu model apabila dideferensialkan hasilnya masih merupakan fungsi dalam parameter tersebut. Contoh model regresi nonlinear dalam parameter adalah model regresi logistik. Model regresi nonlinear dalam parameter menurut (Montgomery dan Peck, 1992) dapat dituliskan sebagai: π¦π = π(π₯π , π) + ππ , i = 1, 2, ..., n. dengan, π¦π = variabel terikat ke-i π₯π = variabel bebas ke-i π = parameter yang tidak diketahui ππ = error, dimana π~π(0, π 2 ) 6 (2.1) Di bawah ini adalah contoh model regresi nonlinear dalam parameter: π¦π = π −ππ₯π + ππ . Karena ππ ππ = −π₯π π −ππ₯π merupakan fungsi dalam π maka model di atas adalah model nonlinear dalam parameter. B. Pengukuran Data Data hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Dalam melakukan pengelompokkan perlu didasarkan pada pengukuran yang akurat. Menurut Siegel (1994) ada 4 skala pengukuran: 1. Skala nominal adalah pengukuran yang hanya untuk mengklasifikasikan suatu objek. 2. Skala ordinal adalah pengukuran yang menunjukkan tingkatan. Seperti sesuatu yang lebih disukai, lebih tinggi, lebih sulit, dan lain-lain. 3. Skala interval adalah pengukuran yang mempunyai segala sifat skala ordinal. Disamping itu jarak antara dua angka pada skala interval diketahui ukurannya. 4. Skala rasio adalah pengukuran yang mempunyai semua ciri pada skala interval. Disamping itu memiliki suatu titik nol sejati sebagai titik asalnya. C. Regresi Logistik Multinomial Regresi logistik multinomial (nominal dan ordinal) merupakan salah satu pendekatan pemodelan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan hubungan beberapa variabel bebas dengan suatu variabel respon multinomial (polytomous) (Adisanto, 2010) 7 Data berskala nominal merupakan data dengan angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Sedangkan data ordinal merupakan data yang menunjukkan suatu tingkatan pada variabel terikatnya. Apabila terdapat π yang berarti banyaknya kategori pada variabel bebas maka model logistik yang terbentuk sebanyak π − 1. Menurut Agresti (1990), model umum regresi logistik multinomial untuk π banyaknya variabel terikat yang dinyatakan dalam vektor π₯π serta probabilitas kategori bebas ke-π sebagai berikut: expβ‘(ππ (π₯π )) π=0 expβ‘(ππ (π₯π )) ππ (π₯π ) = π(π¦ = π|π₯π ) = ∑π−1 (2.2) Jika ada urutan pada kategori respon (respon ordinal) maka model yang digunakan adalah regresi logistik ordinal. Misalkan z adalah variabel kontinu yang dapat dipotong-potong dengan titik-titik πΆ1 , . . . , πΆπ−1 untuk mendeο¬nisikan π kategori ordinal yang masing-masing dengan peluang π π1 , . . . , ππ dimana ∑π=1 ππ = 1. Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk regresi logistik ordinal ini, antara lain model logit kumulatif, proportional odds, adjacent categories logit, dan continuation ratio logit. Cumulative odds untuk kategori ke-j adalah π(π§β‘ ≤ β‘ πΆπ ) π1 β‘+β‘. . . +β‘ππ β‘ = β‘β‘ π(π§β‘ > β‘ πΆπ ) ππ + 1β‘+β‘. . . +β‘ππ½ β‘ Sehingga model kumulatif logit adalah π1 β‘+β‘...+β‘ππ log (π π +1β‘+β‘...+β‘ππ½ 8 ) = π₯ππ π½π β‘ (2.3) Jika penduga linier π₯ππ π½π β‘pada persamaan (2.3) memiliki intercept π½0π untuk kategori ke-j tetapi variabel kovariat tidak tergantung pada j, maka digunakan model proportional odds, yaitu π1 β‘+β‘...+β‘ππ log (π π +1β‘+β‘...+β‘ππ½ ) = β0j β‘ + β‘ β1 x1 β‘β‘+β‘. . . +β‘βp−1 xp−1 (2.4) Alternatif lainnya dari model kumulatif odd adalah rasio dari peluang sukses untuk kategori yang bersebelahan, yaitu ππ½−1 π1 π2 β‘β‘, β‘β‘, . . . , β‘ π2 π3 ππ½ Sehingga model adjacent logit menjadi log( ππ ππ+1 β‘) β‘β‘ = β‘ π₯ππ β‘π½π (2.5) Model rasio peluang lainnya adalah π1 β‘+β‘. . . +β‘ππ½−1 π1 β‘ β‘π1 β‘ + β‘ ππ2 β‘, β‘β‘, . . . , β‘ π2 π3 ππ½ Atau ππ½−1 β‘ π1 β‘ππ2 β‘β‘, β‘β‘, . . . , π2 β‘+β‘. . . +β‘ππ½ π3 β‘+β‘. . . +β‘ππ½ ππ½ sehingga model logit rasio menjadi log π ππ π+1 +β‘...+β‘ππ½ β‘ β‘β‘ = β‘ π₯ππ β‘π½π (2.6) D. Pengujian Parameter Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989) pengujian terhadap parameter model dilakukan sebagai upaya memeriksa peranan variabel bebas terhadap model. Uji yang dilakukan ada dua yaitu: 9 1. Pengujian Parameter dengan Uji Simultan atau Uji G Statistik uji G yaitu uji yang digunakan untuk menguji peranan variabel bebas dalam model secara bersama-sama. Adapun pengujian hipotesis yang dilakukan adalah: π»0 βΆ β‘ π½1 = π½2 = β― = π½π = β‘0 π»1β‘β‘ :β‘∃π½π ≠ 0 Digunakan uji statistik G, yaitu: π·(π’ππ‘π’πβ‘πππππβ‘π‘ππππβ‘π£πππππππβ‘π¦πππβ‘ππππππ‘π) G =β‘β‘β‘π·(π’ππ‘π’πβ‘πππππβ‘ππππππβ‘π£πππππππβ‘π¦πππβ‘ππππππ‘π) π β‘β‘β‘β‘β‘= −2 ln[ππ ] π πΊβ‘ = β‘ −2 ln(ππ ) − (−2 ln(ππ )) denganβ‘ππ adalah likelihood tanpa variabel bebas dan ππ adalah likelihood dengan variabel bebas. Jika hipotesis nol benar, statistik uji G akan berdistribusi Chi-Square dengan derajat bebas π, dengan πβ‘adalah banyaknya prediktor dalam model. 2 Dengan demikian kriteria penolakan π»0 adalah πΊ > ππ,πΌ Untuk mengetahui π½π mana yang berpengaruh signifikan, dapat dilakukan uji parameter π½π secara parsial dengan Uji Wald. 2. Pengujian Parameter dengan Uji Wald (Uji Parsial) Pengujian variabel dilakukan satu per satu menggunakan statistik Uji Wald (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: 10 π»0 βΆ β‘ π½π β‘ = 0 π»1 βΆ β‘ π½π β‘ ≠ β‘0β‘, π = β‘1, 2, 3, . . . π Statistik uji: 2 Μπ π½ π = [ππΈ(π½Μ)] ; π = 1,2, … , π π (2.7) Dengan π½Μπ adalah penduga dari π½π dan SE(π½Μπ ) adalah standart error dari π½π (penduga galat baku dari π½π ). W diasumsikan mengikuti distribusi ChiSquare dengan derajat bebas 1. Menurut Utomo (2009) π»0 akan ditolak jika 2 nilai π > π(1;πΌ) atau (π − π£πππ’π) < πΌ. Jika π»0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa π½π signifikan. Dengan kata lain, variabel bebas π secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. E. Uji Kebaikan Model Uji kebaikan model (goodness of fit) penting dilakukan untuk mengetahui apakah model yang diperoleh sesuai atau tidak. Statistik uji yang digunakan adalah Pearson dengan hipotesis: π»0 : model regresi logistik sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan prediksi model) π»1 : model regresi logistik tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan prediksi model) Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji Pearson dengan rumus: 2 Μ π )β‘ (π −ππ π π πΆΜ = ∑π=1 π ππΜ (1−π Μ ) π π 11 π (2.8) dengan, ππ : jumlah kejadian yang diamati di kelompok-k ππ : jumlah observasi kelompok di kelompok-k πΜ π : rata-rata kejadian kelompok-k Statistik uji πΆΜ berdistribusi Chi-Square dengan derajat bebas g-2. π»0 diterima apabila nilai π − π£πππ’π > πΌ atau nilai πΆΜ ≤ π 2 (Hosmer dan Lemeshow, 2000). F. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R-Square) adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar variasi dalam data kadar gula darah penderita diabetes mellitus dapat dijelaskan oleh model regresi yang dibangun. Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya. Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Mc Fadden, Cox and Snell, dan Nagelkerke R-Square. (Rizki, 2016) Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel bebas mempengaruhi nilai variabel terikat. Menurut Rizki (2016), suatu model dikatakan baik bila koefisien Nagelkerke lebih dari 70% yang artinya bahwa variabel bebas yang dibuat model mempengaruhi 70% terhadap variabel terikat. 12 ππππππβπππβ‘πππππβ‘π΅ ] ππππππβπππβ‘πππππβ‘π΄ 2 π ππΉ = 1−[ 2 Dengan π ππΉ β‘merupakan koefisien determinasi McFadden. Berikut adalah rumus untuk mencari koefisien determinasi Cox and Snell. 2 2 π πΆπ = 1 − exp[− [ππππππβπππ(πππππβ‘π΅) − ππππππβπππβ‘(πππππβ‘π΄)]] π 2 Dengan π πΆπ β‘merupakan koefisien determinasi Cox and Snell. 2 2 π ππ΄π = 1 − exp[− π × ππππππβπππβ‘(πππππβ‘π΄)] π 2 π π2 β‘β‘β‘β‘β‘ = [π 2πΆπ ] ππ΄π Dengan π π2 merupakan koefisien determinasi Nagelkerke. G. Odd Ratio Menurut (Hosmer dan Lemeshow, 1989) rasio kecenderungan adalah ukuran yang memperkirakan berapa besar kecenderungan variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Odd Ratio berfungsi untuk menginterpretasikan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jika OR=1 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jika OR>1 menunjukkan bahwa nilai peluang sukses lebih tinggi dari nilai yang dijadikan pembanding. Sedangkan jika nilai OR<1, maka peluang sukses lebih kecil dari nilai yang dijadikan pembanding. Sebagai contoh model regresi logistik multinomial dengan variabel bebas (Y) yang terdiri dari tiga kategori 1, 2 dan 3 dan dua variabel 13 terikat (X) yaitu π1 dan π2. Jika variabel terikat π1 β‘berskala kategori yang terdiri dari dua kategori, yaitu 0 dan 1, sedangkan variabel terikat π2 β‘kontinu, maka rumus Odd Ratio variabel π1 pada fungsi logit 1 adalah π(π = 1|π₯ = 1, π )/π(π=π|π₯=1,π ) Ψ = β‘ π(π = 1|π₯ = 0, π2)/π(π=π|π₯=0,π2 ) = ππ₯πβ‘[π½1 ] 2 2 (2.9) Untuk πβ‘ = 0 berarti bahwa π₯ = 1 memiliki kecenderungan yang sama dengan π₯ = 0 untuk menghasilkan π = 1. Jika 1 < β‘πβ‘ < ∞ berarti π₯ = 1 memiliki kecenderungan lebih besarβ‘π kali dibandingkan π₯ = 0 untuk menghasilkan π = 1β‘dan sebaliknya untuk 0 < β‘πβ‘ < 1 H. Diabetes Mellitus 1. Istilah Diabetes Mellitus Istilah diabetes mellitus diperoleh dari bahasa Latin yang berasal dari kata Yunani, yaitu diabetes yang berarti pancuran dan mellitus yang berarti madu. Jika diterjemahkan, diabetes mellitus adalah pancuran madu. Istilah pancuran madu berkaitan dengan kondisi pasien yang mengeluarkan sejumlah besar urine dengan kadar gula yang tinggi. Di Indonesia dikenal dengan nama kencing gula/kencing manis karena urine (kencing) pasien sering dikerumuni semut karena tingginya kadar gula dalam urine. Diabetes Mellitus (DM) atau yang biasa disebut kencing manis merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh kadar gula darah yang melebihi nilai normal karena tubuh tidak lagi memiliki insulin atau insulin tidak dapat bekerja dengan baik (Tandra, 2009). Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang paling sering ditemukan pada abad 21 dan telah menjadi penyebab 14 kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Itu berarti ada satu orang per sepuluh detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes (Tandra, 2009). Menurut Muchid (2005) diabetes mellitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel π½ Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang respontifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Diabetes mellitus sebagai penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme karbohidrat, lemak (lipid) dan protein, mengarah ke hiperglikemia (tingkat glukosa darah tinggi). Dari segi ilmiah, diabetes mellitus merupakan penyakit kelainan metabolik glukosa (molekul gula paling sederhana yang merupakan hasil pemecahan karbohirdrat) akibat defisiensi atau penurunan efektivitas insulin, yaitu hormon yang berperan dalam metabolisme glukosa dan disekresikan oleh sel π½ pada pankreas. Kurangnya sekresi insulin menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dan melebihi batas normal jumlah glukosa yang seharusnya ada dalam darah. Kelebihan glukosa tersebut akan dibuang melalui urine yang merupakan gejala awal penyakit diabetes mellitus. 15 2. Proses Terjadi Diabetes Mellitus Secara garis besar, tubuh mempunyai sistem yang dapat mengatur dan menyeimbangkan zat-zat yang mengalir di dalamnya. Demikian pula dengan glukosa, jumlah glukosa dalam tubuh biasanya sangat terkontrol. Manusia mendapatkan glukosa dari makanan yang manis, karbohidrat dan janis makanan lain (Sormin, 2008) Glukosa dalam tubuh akan mengalami proses metabolisme agar dapat dimanfaatkan oleh sel-sel yang membutuhkan. Dalam proses pencernaan makanan, karbohidrat akan dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana, yaitu glukosa agar mudah diserap tubuh. Glukosa diserap ke dalam aliran darah dan bergerak dari aliran darah ke seluruh sel yang akan digunakan sebagai energi. Tingginya konsumsi karbohidrat menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat. Oleh karena itu, untuk menormalkan konsentrasi glukosa darah, glukosa diubah dalam dua bentuk, yaitu glikogen disimpan dalam hati dan otot serta lemak disimpan dalam jaringan adiposa (Hembing, 2008). Menurut Hembing (2008), jika sedang lapar atau tidak ada asupan karbohidrat, konsentrasi glukosa darah akan turun. Dengan bantuan glukagon yaitu hormon yang disekresi sel πΌ pankreas, glikogen hati akan dipecah lagi menjadi glukosa dan dilepaskan kembali ke dalam darah untuk menjaga konsentrasi glukosa darah tetap normal. Metabolisme glukosa dapat berjalan secara normal melalui mekanisme timbal-balik insulin-glukagon untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal. 16 Produksi dan sekresi insulin dipacu oleh jumlah glukosa dalam darah. Jika jumlah glukosa telah mencapai kadar tertentu, insulin akan disekresikan dan membuka sel-sel dalam hati, otot dan lemak sehingga memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel-sel tersebut. Peningkatan produksi glukosa oleh hepar terjadi pada masa-masa awal diabetes, meskipun sepertinya setelah gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin pada otot rangka (Powers, 2010). Dengan demikian, glukosa tidak menumpuk dalam darah dan kadar glukosa darah tetap normal. Insulin mengatur kesanggupan glukosa untuk masuk ke dalam sel-sel yang membutuhkannya dan membantu proses oksidasi glukosa menjadi energi yang digunakan untuk beraktivitas. Pada kasus defisiensi insulin, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel sehingga konsentrsi glukosa di luar sel termasuk di dalam darah meningkat. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hepatik menyebabkan diabetes dengan hiperglikemia puasa sehingga kegagalan sel mungkin terjadi (Powers, 2010). Namun, timbunan glukosa di luar sel dan di dalam darah tidak dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi yang diperlukan sel-sel. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akan dibuang melalui ginjal ke dalam urine sehingga terjadi glikosuria, yaitu glukosa terdapat dalam urine yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Peranan insulin adalah membantu mengubah glukosa menjadi energi bagi sel adalah dengan cara mentransfer glukosa darah ke dalam sel-sel yang membutuhkan. Glukosa dalam darah tidak dapat digunakan sebagai energi. Untuk dapat mengubah glukosa menjadi energi, glukosa harus ditransfer 17 terlebih dahulu ke dalam sel dan melalui proses oksidasi dalam sel yaitu respirasi sel. Selain itu, insulin mengubah glukosa menjadi energi cadangan (glikogen dan lemak). Jika glukosa darah belum dibutuhkan oleh sel-sel, kadar glukosa darah yang masih tinggi akan diubah menjadi glikogen yang disimpan dalam hati dan otot dan lemak akan disimpan dalam jaringan adiposa untuk menormalkan kadar glukosa darah. Jika insulin tidak disekresikan oleh sel-sel π½ pankreas akibat beberapa gangguan dalam tubuh, glukosa darah tidak dapat diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen (cadangan energi yang disimpan hati) (Sormin, 2008). Dalam proses pencernaan karbohidrat pada kondisi normal, karbohidrat dicerna menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah meningkat. Insulin berperan dalam menjaga kadar glukosa darah tetap normal dengan cara: a. Mentransfer glukosa darah ke dalam sel-sel yang membutuhkan. Glukosa darah tidak dapat digunakan secara langsung menjadi energi, tetapi harus ditransfer terlebih dahulu ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa dapat diubah menjadi energi melalui proses oksidasi (respirasi). b. Jika tidak segera diubah menjadi energi, glukosa darah akan diubah menjadi glikogen dan lemak untuk disimpan sebagai energi cadangan. Asupan karbohidrat dalam tubuh dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Defisiensi insulin menyebabkan hal-hal berikut ini: 18 a. Gangguan saat glukosa darah ditransfer ke dalam sel sehingga saat kadar glukosa tinggi, glukosa darah tidak dapat diubah menjadi energi. b. Gangguan saat glukosa menjadi glikogen dan lemak. Glukosa yang tidak dapat diubah menjadi energi dan glikogen beserta lemak, menyebabkan kadar glukosa darah tetap tinggi. Kondisi ini menyebabkan glukosa akan dibuang melalui ginjal ke dalam urine sehingga urine mengandung glukosa (glikosuria). Hal ini menyebabkan gangguan kadar glukosa dalam darah dalam tubuh, glukosa darah tidak dapat diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen. Hal ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Jika konsentrasi glukosa darah meningkat (melewati ambang batas ginjal), glukosa akan dikeluarkan melalui urine. Sebenarnya, ginjal dapat mencegah setiap glukosa agar tidak masuk ke dalam urine karena ginjal telah menyaring, tetapi jika kadar glukosa terlalu tinggi maka ginjal tidak mampu menyaring semua glukosa. Keadaan ini disebut dengan melewati ambang batas ginjal. Jika glukosa masuk ke dalam urine akan mengakibatkan kencing manis (diabetes mellitus) (Sormin, 2008). 19 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus a. Konsumsi Zat Gizi Menurut penelitian Sujaya (2009) konsumsi karbohidrat yang tinggi dapat meningkatkan kadar gula darah dan meningkatkan risiko terkena diabetes mellitus sebanyak 10,28 kali. Selain itu orang dengan lemak tinggi dapat berisiko 5,25 kali lebih besar terkena diabetes mellitus, dibandingkan dengan orang yang konsumsi lemaknya rendah. Hasil penelitian Yuniatun (2003) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi karbohidrat, protein dan lemak dengan tingginya kadar gula darah. b. Usia Menurut America Diabetes Association (ADA) tahun 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hipoglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Meningkatnya usia mengakibatkan meningkatnya toleransi terhadap kadar gula darah (Misnadiarly, 2006). Jadi, untuk golongan usia lanjut diperlukan batas kadar gula darah yang lebih tinggi daripada batas yang dipakai untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus pada orang dewasa yang bukan merupakan golongan usia lanjut. Menurut Misnadiarly (2006), peningkatan kadar gula darah pada usia lanjut disebabkan oleh beberapa hal: 20 1) Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang 2) Perubahan karena usia lanjut sendiri yang berkaitan dengan resistensi insulin, akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskular. 3) Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan dan mengakibatkan obesitas. 4) Keberadaan penyakit lain seperti sering menderita stress, operasi dan sebagainya. 5) Sering menggunakan bermacam-macam obat. 6) Adanya faktor keturunan. c. Jenis Kelamin Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan bahwa prevalensi DM menurut pemeriksaan kadar gula darah pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi DM pada perempuan adalah 6,4% sedangkan pada laki-laki 4,9%. Grant, dkk. (2009) memaparkan bahwa variasi proporsi diabetes mellitus, khususnya pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti usia harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada pria. Selain itu, wanita juga lebih rentan terkena faktor-faktor resiko diabetes mellitus dibandingkan dengan pria. Faktor-faktor tersebut diantaranya indeks massa tubuh serta tekanan darah yang lebih tinggi pada wanita (Juutilainen, 2004) 21 d. Indeks Massa Tubuh (IMT) Obesitas atau sering disebut juga dengan kegemukan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi diabetes mellitus, semakin berat tubuh maka akan membutuhkan semakin banyak pula hormon insulin yang dibutuhkan untuk metabolisme. Jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh harus disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, usia, stress akut dan kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) melalui rumus Broca yaitu sebagai berikut: πΌππ = π΅π΅(πΎπ)/[ππ΅(π)]2 Keterangan BB : Berat Badan (Kg) TB : Tinggi Badan (m) IMT Normal Wanita = 18,5 – 23,5 IMT Normal Pria = 22,5 – 25 BB Kurang = kurang dari 18,5 BB Lebih ο· Dengan Resiko = 23,0 – 24,9 ο· Obesitas I = 25,0 – 29,9 ο· Obesitas II = lebih dari 30,0 e. Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Angka 120 menyatakan tekanan atas pembuluh 22 arteri akibat denyutan jantung atau disebut juga tekanan systole. Tekanan systole ini digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus ventricular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut systole. Angka 80 menyatakan tekanan saat jantung tidak sedang berkontraksi atau beristirahat di antara pemompaan atau disebut juga tekanan diastole. f. Ukuran Serum Darah (Blood Serum Measurment) Kadar darah dalam tubuh dapat ditentukan dari Total Kolesterol (TC). Low-Density Lipoprotein (LDL), High-density Lipoprotein (HDL), Thyrocalcitonin Hormone (TCH), Loss Trigliserida (LTG). Berikut merupakan kadar total kolesterol pada darah: Tabel 1. Kadar dari Total Kolesterol pada Darah Total Kolesterol Kurang dari 200 mg/dl Standar yang baik (5,17 mmol/L) 200-239 mg/dl (5,17-6,18 Batas normal tertinggi mmol/L) Lebih dari 240 mg/dl (6,21 Tinggi mmol/L) Kadar darah lainnya adalah Low-Density Lipoprotein sering juga disebut dengan istilah kolesterol jahat, yaitu kolesterol yang mengangkut paling banyak kolesterol dan lemak di dalam darah. Kadar Low-Density Lipoprotein yang tinggi dan pekat akan menyebabkan kolesterol lebih banyak melekat pada dinding-dinding pembuluh darah pada saat transportasi 23 dilakukan. Kolesterol yang melekat perlahan-lahan membentuk tumpukan endapan seperti plak pada dinding-dinding pembuluh darah. Akibatnya saluran darah terganggu dan ini bisa meningkatkan resiko penyakit pada tubuh. Berikut merupakan kadar Low-Density Lipoprotein pada darah. Tabel 2. Kadar dari Low-Density Lipoprotein pada Darah Low-Density Lipoprotein Kurang dari 100 mg/dl (2,6 Optimal mmol/L) 100-129 mg/dl (2,6-3,34 mmol/L) 130-159 Mendekati Optimal mg/dl (3,34-4,13 Batas Normal tertinggi mg/dl (4,14-4,90 Tinggi mmol/L) 160-189 mmol/L) Selanjutnya, High-density lipoprotein sering disebut kolesterol baik. Kolesterol High-density lipoprotein ini mengangkut kolesterol lebih sedikit dan mengandung banyak protein. High-density lipoprotein berfungsi membuang kelebihan kolesterol yang dibawa oleh low-density lipoprotein dengan membawanya kembali ke hati dan kemudian diurai kembali. Membawa kelebihan kolesterol ini, artinya membantu mencegah terjadinya pengendapan dan mengurangi terjadinya plak di pembuluh darah yang dapat mengganggu peredaran darah dan membahayakan tubuh. Berikut merupakan kadar Highdensity lipoprotein pada darah. 24 Tabel 3. Kadar dari High-density lipoprotein pada Darah High-density lipoprotein Kurang dari 40 mg/dl (1,04 Rendah mmol/L) Lebih dari 60 mg/dl (1,56 mmol/L) Tinggi Lalu ada pula Thyrocalcitonin Hormone (TCH), yaitu hormon tiroid untuk mensekresikan kalsitonin, yang berfungsi menyeimbangkan kadar kalsium darah normal. Kadar normal hormon tiroid adalah 0,4 – 4,5 mlU/L (mili-Internasional unit per liter). Kemudian Loss Trigliserida (LTG), trigliserida adalah sejenis lemak dalam darah yang bermanfaat sebagai energi. Bila tubuh menerima makanan melebihi yang diperlukan tubuh maka akan disimpan sebagai trigliserida dalam sel-sel lemak untuk penggunaan selanjutnya. Kadar trigliserida yang tinggi disebabkan oleh obesitas dan gaya hidup kurang berolahraga. Kadar trigliserida melebihi batas normal teringgi merupakan salah satu faktor resiko sindroma metabolik yang meningkatkan resiko diabetes mellitus, hal ini disebabkan karena jika kadar trigliserida meningkat dalam sel lemak akan merangsang pelepasan sel-sel inflamasi tertentu yang disebut cytokine ke aliran darah. Ini nantinya akan mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengendalikan tingkat gula darah yang meningkatkan resiko diabetes. Berikut merupakan kadar trigliserida dalam darah. 25 Tabel 4. Kadar Trigliserida dalam Darah Trigliserida Kurang dari 150mg/dl (1,69 Normal mmol/L) 150-199 mg/dl (1,69-2,25 Batas Normal Tertinggi mg/dl (2,26-2,65 Tinggi mmol/L) 200-499 mmol/L) Lebih besar dari 500 mg/dl (5,64 Sangat Tinggi mmol/L) Selanjutnya kadar glukosa darah, hormon insulin mempunyai peran utama mengatur kadar glukosa di dalam darah, pada orang normal kadar glukosa darah sekitar 60 - 120 mg/dl waktu puasa dan kurang dari 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas, keseimbangan daam kondisi normal akan terganggu dan kadar glukosa darah cenderung naik. Akibat dari kadar glukosa naik maka glukosa berlebih dan dikeluarkan melalui urine sehingga terjadi glukosuria atau adanya glukosa dalam urine. Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. Hal ini disebabkan kadar insulin oleh sel π½ pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu, mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah memadai 26 dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat ddan menyebabkan diabetes mellitus. Tabel 5. Kriteria Penegakan Diagnosis (Muchid, 2005) Glukosa Plasma Glukosa Plasma Puasa (mg/dl) 2 jam setelah makan (mg/dl) Normal Pra-diabetes Diabetes 3. < 100 < 140β‘ 100 – 125 140 – 199 ≥ 126 ≥ 200 Gejala Diabetes Mellitus Gejala diabetes mellitus dapat dirasakan secara fisik. Gejala diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik. a. Gejala akut penyakit diabetes mellitus Gejala penyakit diabetes mellitus dari satu pasien ke pasien lainnya tidak selalu sama, bahkan ada pasien diabetes yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada saat tertentu. Berikut merupakan gejala akut yang biasanya terjadi pada pasien diabetes mellitus: (Misnadiarly, 2006). 1) Pada awalnya gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu: a) Banyak makan (Polifagia) Kadar glukosa yang tidak masuk ke dalam sel menyebabkan timbulnya rangsangan ke otak untuk mengirim pesan lapar. Akibatnya pasien semakin seirng makan. Kadar glukosa pun semakin tinggi, tetapi tidak 27 seluruhnya dapat dimanfaatkan tubuh karena tidak bisa masuk ke sel tubuh. b) Banyak minum (Polidipsia) Semakin banyak urine yang dikeluarkan, tubuh semakin kekurangan air. Akibatnya, timbul rasa haus dan ingin minum terus. c) Banyak buang air kecil (Poliuria) Kadar glukosa darah yang berlebihan akan dikeluarkan melalui urine. Akibat tingginya kadar glukosa darah, pasien merasa ingin buang air terus dan dalam jumlah urine yang banyak. 2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, maka akan timbul gejala: a) Banyak minum yang berakibat sering buang air kecil b) Mudah lelah serta berat badan menurun dalam waktu relatif singkat dan sering merasa lemah, lesu serta tidak bergairah. Hal ini disebabkan glukosa yang merupakan sumber energi dan tenaga tubuh, tidak dapat masuk ke dalam sel. Oleh karena itu, sumber energi akan diambil dari cadangan lemak dan dari hati. Jika dipakai terus, cadangan energi dari lemak dan hati akan berkurang. Akibatnya, badan semakin kurus dan berat badan menurun. Menurunnya berat badan sekitar 5 – 10 kg dalam waktu 2 – 4 minggu. c) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual bahkan pasien akan jatuh koma yang disebut koma diabetik. Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes mellitus akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi, yaitu melebihi 600 mg/dl. 28 b. Gejala kronik penyakit diabetes mellitus Pasien diabetes mellitus seringkali tidak menunjuukkan gejala akut tetapi baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau tahun mengidap penyakit diabetes. Gejala kronik yang sering dialami pasien diabetes mellitus adalah sebagai berikut: 1) Kesemutan 2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum 3) Rasa tebal di kulit 4) Kram 5) Lelah 6) Mudah mengantuk 7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata 8) Iritasi genital (kemaluan) yang disebabkan jumlah glukosa yang besar dalam urine sehingga genital terinfeksi jamur. 9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas. 10) Kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi. 11) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg. 29