BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendekatan Nilai Saham Analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya). Untuk analisis fundamental, ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung nilai intrinsic saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach). Pendekatan nilai sekarang disebut juga dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Pendekatan PER (price earning ratio) disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier, PER menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan 5 kali dari earnings perusahaan. Analisis fundamental banyak digunakan oleh para akademisi dalam menentukan harga saham, (Jogiyanto, 2008). Universitas Sumatera Utara 2.1.2. Analisis Teknikal (Technical Analysis) Analisis teknikal merupakan analisis untuk mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham). Analysis teknikal banyak digunakan oleh para praktisi dalam menentukan harga saham, (Jogiyanto, 2008). Analisis teknikal adalah analisis yang menitikberatkan pada pasar itu sendiri untuk memprediksikan pola harga di masa depan berdasarkan pada pola harga masa lalu, dan volume perdagangan. Seni dari analisis teknikal adalah untuk mencoba mengindentifikasi perubahan tren sejak awal dan tetap mempertahankan investasi sampai bukti yang kuat menunjukkan bahwa tren telah berubah. Analisis teknikal menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham (investasi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat suatu tren atau pola atas grafik historis, seorang investor saham bisa membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham. Analisis ini menganggap bahwa grafik harga masa lalu adalah pencerminan harapan, emosi, dan konsensus pasar. Dengan mempelajari perilaku investor melalui grafik harga historis, diharapkan pengguna analisis ini bisa menentukan pergerakan harga saham, atau setidaknya bisa menentukan kapan harus membeli atau menjual sahamnya. Universitas Sumatera Utara 2.1.3. Agency Theory Jensen dan Meckling (1986) telah mengembangkan teori agensi yang menjelaskan tentang pola hubungan antara prinsipal dan agen. Penunjukkan manajer oleh pemegang saham akan memunculkan perbedaan kepentingan karena manajer diberi kekuasaan untuk membuat keputusan yang dapat menciptakan konflik potensial. Masalah agen timbul karena adanya hubungan bukan saja antara pemilik dan manajer, tetapi juga hubungan antara pemilik dan pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman menyediakan dana pada perusahaan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran modal sekarang, yang akan datang, dan struktur modal bagi perusahaan. Faktor ini menentukan resiko bisnis dan resiko keuangan perusahaan. Jika pemberi pinjaman memberikan dana pada perusahaan, bunga dibebankan berdasarkan penilaian pemberi pinjaman atas resiko perusahaan. Jika investasi yang beresiko tidak berhasil, maka pemberi pinjaman menanggung biayanya. Jelas ada insentif di mana manajer bertindak atas nama pemegang saham untuk mengambil keuntungan dari pemberi pinjaman. Untuk menghindari situasi ini, pemberi pinjaman melakukan monitoring dan teknik pengendalian pada yang diberi pinjaman yang disebut dengan biaya agen. Jika pinjaman yang ada hanya sedikit, maka pengawasan (monitoring) yang dilakukan pemberi pinjaman pun tidak teralu ketat. Biaya pengawasan tersebut, seperti halnya biaya kebangkrutan, cenderung meningkat pula dengan leverage keuangan. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1986, Michael C. Jensen dalam memperluas konsep teori agensi ke dalam area manajemen struktur modal, dengan konsepnya yang diberi nama free cash flow (arus kas bebas), dengan pengertian sebagai berikut. ”Arus kas bebas adalah arus kas lebih yang dibutuhkan untuk mendanai semua proyek yag memiliki nilai sekarang (NPV) positif saat diskonto dengn biaya modal yang relevan. ” (Jensen, 1986:323 dalam Keown, 2000:558) Jensen mengemukakan bahwa arus kas bebas yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk yang bukan demi kepentingan pemegang saham biasa perusahaan. Dengan kata lain, manajer memiliki insentif untuk memegang arus kas bebas dan ”bermain” dengannya, bukan mengolahnya, misalnya menjadi pembayaran tunai yang lebih tinggi. Tapi tidak semuanya hilang. Ini mengarah pada yang disebut Jensen sebagai hipotesis kontrolnya untuk penciptaan utang (peningkatan utang). Dengan meningkatkan leverage, pemegang saham akan menikmati pengawasan yang lebih atas tim manajemennya. Contohnya, jika perusahaan menerbitkan utang baru dan menggunakan hasilnya untuk membeli kembali saham yang terutang, maka manajemen wajib membayar tunai unuk menutupi utang. Ini berarti mengurangi jumlah arus kas yang ada pada manajemen untuk dipermainkan. Motif penggunaan leverage keuangan ini bisa disebut sebagai hipotesis ancaman, karena manajemen berada di bawah ancaman kegagalan keuangan. Karenanya, sesuai dengan teori agensi pada struktur modal, manajer bekerja lebih efisien dan disiplin (Keown, 2000:558). Kebijakan utang suatu perusahaan tercermin dari hasil kebijakan pendanaan tersebut dalam menentukan Universitas Sumatera Utara struktur modalnya. Teori Agensi yang menyatakan bahwa adanya tingkat pinjaman/utang yang tinggi merupakan insentif bagi manajer untuk bekerja lebih efisien, karena harus memastian arus kas yang dihasilkan mencukupi untuk membayar utang tersebut. Sehingga manajemen memiliki insentif untuk menggunakan dana yang ada bagi investasi yang menguntungkan dan berusaha menghindari timbulnya beban yang akan menghabiskan dana, misalnya biaya agensi. Manajer perusahaan dengan banyak arus kas bebas mungkin mencoba untuk memanfaatkan kas itu untuk meningkatkan kekuatannya dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Jensen mengatakan bahwa pemecahan atas arus kas bebas adalah lebih banyak leverage. Misalnya manajeman menggunakan arus kas bebas perusahaan ditambah perolehan dari utang baru untuk membeli kembali saham dari pemegang saham luar. Ini membantu memecahkan masalah arus kas bebas. Pengembalian pribadi bagian manajer sekarang lebih bisa dikaitkan pada laba perusahaan, yang memberikan mereka insentif unuk lebih efisien. Peningkatan leverage ini juga dapat menghilangkan arus kas bebas yang ada dari perusahaan, agar proyek investasi di masa depan harus didanai secara eksternal, maka proyek masa depan ini harus melewati tes pasar untuk diterima oleh bankir luar atau pembeli obligasi. Akhirnya, pembayaran bunga yang tinggi akibat penggunaan leverage kembali menerapkan disiplin permanen pada manajer untuk memenuhi pembayaran ini, sehingga penggunaan faktor-faktor produksi dilakukan secara efektif dan efisien. Seberapa baik faktor produksi digunakan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dapat dilihat dari seberapa besar produktivitas aktiva yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Sejalan dengan hal tesebut, maka peneliti menggunakan teori agensi dalam teori struktur modal ini sebagi dasar menganalisis hubungan leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan. 2.1.4. Nilai Pasar Harga Saham Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku pengelola bisnis untuk kepentingan public khususnya investor dan kreditor. Informasi laporan keuangan itu disusun sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang sudah baku yang telah dirumuskan sejak dahulu oleh para ahli akuntan serta standard setter. Prinsip ini harus dikuasai untuk bisa menyajikan informasi tentang perusahaan. Prinsip akuntansi itu telah dibahas dan diidentifikasi oleh berbagai hasil penelitian seperti APB Statement No.4, Trueblood Committee, FASB, IASC, bahkan IAI juga telah merumuskannya dalam berbagai PSAK, khususnya PSAK No.1 tahun1999. Dalam pengambilan keputusan diperlukan informasi. Informasi ini biasanya di supply oleh data dari transaksi yang terjadi di masa lalu. Data ini diolah disusun dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Nilai buku (book value) suatu perusahaan merupakan konsep dari akuntansi konvensional yang secara sederhana dapat dihitung secara menyeluruh atau per saham. Para analis sering menggunakan nilai buku sebagai pengganti nilai likuiditas misalnya untuk Universitas Sumatera Utara memperkirakan batas bawah harga saham yang ditolerir. Karena dasar nilai buku ini dianggap sebagai batas aman atau ukuran safety plan dalam berinvestasi. Penggunaan nilai buku untuk mengukur secara langsung nilai aktiva lancar dan liabilities dianggap mudah karena dianggap tepat, namun untuk menaksir nilai aktiva tetap dinilai mengalami kesulitan karena nilai bukunya selalu jauh berbeda dengan harga pasarnya. Book value sebenarnya dapat menggambarkan nilai minimum perusahaan, dan nilai tersebut dianggap sebagai gambaran dari historical cost yang tidak mencerminkan inflasi (konsep Conservatisme). Menurut Keown et al (2000) hubungan antara book value dan market value dapat dipengaruhi oleh sifat assets, accounting reporting method, profitability dan kondisi ekonomi. Manajemen dalam memilih metode pelaporan selalu mementingkan kepentingannya dan akhirnya dapat menimbulkan perbedaan antara book value dan market value. Dalam hal ini ada kaitannya dengan pencatatan intangible assets misalkan goodwill yang sering tidak dicatat dan menimbulkan perbedaan dengan nilai pasarnya. Dalam hal ini sebenarnya sudah banyak yang menyorot dan mengkritik nilai histories yang dinilai tidak relevan dan kurang berguna bagi pengambilan keputusan manajemen, sehingga muncul ide pengukuran yang baru yaitu menggunakan market value misalnya current cost, replacement cost, net realizable value dan lain-lain. Menurut Lev dan Zarowin (1999) dalam Iramani (2005) bahwa mereka menemukan fenomena penurunan nilai dari informasi laporan keuangan yang ditunjukkan oleh hubungan yang semakin lemah antara Universitas Sumatera Utara nilai pasar modal (stock market value) dan informasi akuntansi (book value, earnings dan cash flow). Di negara maju yang pasar sahamnya sudah efisien dan persentase saham public sudah cukup signifikan, harga saham dipakai sebagai salah satu tolok ukur menilai kinerja direksi suatu perusahaan public, termasuk bank. Kian baik kinerja suatu bank, akan semakin tinggi harga sahamnya dan semakin besar pula nilai kapitalisasi pasarnya. Artinya, mengukur kinerja bank bukan melihat dari besarnya total asset, tetapi dilihat rasio laba dan besarnya kapitalisasi pasar. Ross (1997) mengungkapkan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai, bukan memaksimalisasi profit. Nilai perusahaan salam penelitiannya diukur dengan tingkat harga pasar saham perusahaan di bursa. Menurut Ross pihak manajemen perusahaan harus bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham melalui peningkatan harga pasar saham mereka di bursa. Dengan demikian teori nilai dari Ross (1997) mengungkapkan bahwa nilai suatu perusahaan tercermin pada harga pasar saham perusahaan di bursa. Penilaian perusahaan bukan merupakan ilmu pasti (science) karena mengandung unsur proyeksi, asuransi, perkiraan, dan judgement. Konsep dasar penilaian adalah pertama, nilai ditentukan untuk suatu waktu atau periode tertentu. Kedua, nilai harus ditentukan pada harga yang wajar. Ketiga, penilaian tidak dipengaruhi oleh sekelompok pembeli tertentu. Universitas Sumatera Utara 2.1.5. Pengaruh Variabel Independen terhadap Harga Saham dan Return Saham dengan Price Earning Ratio (PER) sebagai Moderating Variabel a. Economic Value Added (EVA) Istilah EVA (Economic Value Added) pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service yang merupakan perusahaan konsultasi dari Amerika Serikat.Ukuran kinerja ini pertama kali diperkenalkan oleh George Benner Steward III dan Joel M Stern yang merupakan analisis keuangan Stern Steward. EVA dapat diartikan sebagai nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan dengan mengoptimalkan beban bunga pinjaman atas struktur permodalan. Defenisi EVA dapat diartikan sebagai berikut : “Keuntungan operational setelah pajak (after tax operating income) dikurangi dengan total biaya modal (total cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tesebut”. Stern Steward menghitung EVA sebagai laba operasi setelah pajak (after tax operating income) yang dikurangi dengan total biaya modal (total cost of capital) dimana total biaya modal dihitung dengan mengalikan tingkat biaya modal dengan total modal yang diinvestasikan. Sedangkan menurut Ferguson and Susana, 2005 , EVA secara sederhana didefenisikan sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Perhiutngan EVA terdapat berbagai versi, tetapi secara konseptual perhitungan EVA adalah sama, yaitu dengan mengurangkan biaya modal dari laba. EVA sebagai alat penilaian kinerja berdasarkan volue base pada dasarnya berfungsi sebagai indikator tentang Universitas Sumatera Utara adannya penciptaan nilai dari sebuah investasi dan sebagai indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional ekonomis. Economic Value Added (EVA) terhadap return saham, memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value creation), 2. Economic Value added (EVA) dapat membuat perusahaan untuk lebih memperhatiakn kebijakan struktur modal, 3. Economic Value Added (EVA) membuat manajemen berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaximumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaximalkan dan 4. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Selain itu pendapat lain beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Menurut Iramani dan Febrian (2005), manfaat EVA adalah sebagai berikut : 1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran-ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend). 2. Hasil perhitungan EVA mendorong mengalokasikan dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah Universitas Sumatera Utara Menurut Iramani dan Febrian (2005), EVA sebagai penilai kinerja perusahaan mempunyai keunggulan yaitu: EVA dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Ada keunggulan EVA yang lain adalah: 1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi. 2. EVA merupakan alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku. 3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian. 4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts. 5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. a) Kelemahan EVA Menurut Iramani dan Febrian (2005), EVA mempunyai kelemahan yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result) dan tidak mengukur aktivitasaktivitas penentu, seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen. 2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual dan membeli saham tertentu. b. Return On Assets (ROA) Return On Asset (ROA) yang sering disebut juga sebagai return on investment (ROI) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang lainnya. ROA atau ROI diperoleh dengan cara membandingkan antara net income after tax (NIAT) terhadap total assets. Semangkin besar ROA atau ROI menunjukan kinerja yang semangkin baik, karena tingkat pengembalian semangkin besar (Ang, 1997). Secara matematis ROA dapat diformulasikan sebagai berikut : NIAT ROA = x 100 % Total Assets NIAT merupakan pendapatan bersih sesudah pajak, tetapi kalau ada keuntungan hak minoritas harus ikut diperhitungkan. Total Assets merupakan total assets pada periode laporan akhir tahun. Universitas Sumatera Utara c. Earning Per Share (EPS) Dalam berinvestasi di bursa, investor akan memperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per lembar saham (earning per share atau EPS). EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. Dividen adalah laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham. Dari laba bersih perusahaan, sebagian dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, sebagian lagi disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning). Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang terpenting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Namun, dividen membentuk arus uang yang semakin banyak mengalir ke tangan para pemegang saham. Para pemegang saham tentu berharap mendapatkan dividen dalam jumlah besar. Untuk itu, perusahaan harus dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksana. Perusahaan yang bisa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat. Sebaliknya perusahaan yang terus menerus tidak membagikan dividen, harga sahamnya juga akan menurun. Jika laba bersih perusahaan meningkat, maka harga saham juga akan naik. EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. EPS digunakan untuk mengukur seberapa besar tiap lembar saham yang beredar dapat menghasilkan keuntungan bagi pemilik. Jumlah laba yang tersedia bagi pemilik saham adalah laba setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Apabila pemilik saham terdiri dari dua kelompok saham yaitu kelompok saham Universitas Sumatera Utara biasa dan kelompok saham preferen, maka kelompok saham preferen akan memperoleh bagian terlebih dahulu. Jadi laba berseih setelah dikurangi bunga dan hak-hak lain bagi pemegang saham preferen merupakan laba yang tersedia untuk kelompok saham biasa. Data laba per lembar saham sering dilaporkan dalam penerbitan laporan keuangan perusahaan publik, dan digunakan secara luas oleh pemegang saham dan penanam modal potensial dalam mengevaluasi kemampuan laba perusahaan. Secara matematis EPS dapat diformulasikan sebagai berikut : Laba bersih Earning Per Share (EPS) = Jumlah saham biasa d. Price Earning Ratio (PER) Pertumbuhan laba dan dividen serta expected rate of return dari suatu saham berubah-unah nilainya maka PER diharapkan juga akan berubah sepanjang waktu berjalan dan pada akhirnya menunju suatu tingkat nilai PER rata-rata dari saham yang mempunyai tingkat risiko yang sama. Harga saham merupakan pengekspresian dari earning multipliers untuk mengevaluasi daya tarik dari saham biasa dan sebagai alat untuk menentukan apakah melakukan investasi atau tidak. Pengukuran ini disebut dengan rasio harga dibanding laba (Price Earning Ratio). Price Earning Ratio mempunyai beberapa banyak uang yang harus dibayar oleh investor untuk memperoleh laba periode berjalan. PER adalah suatu analisis yang sangat populer di kalangan analisis keuangan dikarenakan Universitas Sumatera Utara kemudahannya. Para analisis pasar menggunakan rata-rata PER untuk menandai tingkat harga saham secara umum. Secara matematis PER dapat diformulasikan sebagai berikut : (Jogiyanto, 1998) Harga Pasar Saham Price Earning Ratio (PER) = Laba Perlembar Saham Menurut Husnan, (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi PER, yaitu : Dividen Payout Ratio dimana apabila faktor-faktor lain dipandang konsisten, maka meningkatnya payout ratio akan meningkatkan PER. Selain itu PER juga dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang dipandang layak (discount rate) dimana bila faktor-faktor lain dipandang konsisten, maka meningkatnya discount rate akan menurunkan PER. Faktor yang terakhir adalah Pertumbuhan dividen yaitu faktor-faktor lain dipandang konsisten, maka meningkatnya Pertumbuhan dividen akan meningkatkan PER. 2.1.6. Saham Saham (stock) merupakan instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut Universitas Sumatera Utara memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), (Samsul, 2006). Menurut Tandelilin, (2001) saham dapat dibedakan atas (1) saham Biasa, yaitu sekuritas yang menunjukkan bahwa pemgang saham biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Oleh karena itu, pemegang saham mempunyai hak suara (voting rights) untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). (2) saham Preferen yaitu saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi dan saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa. Di antara saham biasa dan saham preferen, yang lebih menarik minat investor biasanya adalah saham preferen, karena saham preferen memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan saham biasa, yaitu bahwa pemegang saham preferen akan mendapatkan hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban pemegang obligasi dan uang (sebelum pemegang saham biasa mendapatkan haknya). Namun dibalik keistimewaannya tersebut, saham preferen juga memiliki kelemahan bila dibandingkan dengan saham biasa, yaitu bahwa saham preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa, (Tandelin, 2001). Universitas Sumatera Utara Bagi pemodal yang menginginkan investasi jangka panjang akan sangat menguntungkan bila membeli saham dari perusahaan berkembang (establish growth stock) karena sejalan dengan perkembangan perusahaan maka akan terjadi kenaikan harga sahamnya. Risiko pemodal yang menanamkan dananya di perusahaan dengan jenis saham perusahaan tumbuh (emerging growth stock) lebih besar karena dapat saja dalam prakteknya perusahaan seperti ini tidak mampu mengembangkan diri dan mengalami kematian, sedangkan pemodal yang memiliki saham perusahaan penny (penny stock) harus siap menerima risiko kehilangan seluruh investasinya. 2.1.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Brigham et.al, (1998) adalah proyeksi laba perlembar saham, saat diperoleh laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian dividen. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah keandalan eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Investasi harus benar-benar menyadari bahwa disamping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan akan mengalami kerugian. Keuntungan dan kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham. Menurut Brigham (1998), harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga Universitas Sumatera Utara saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah: laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total, penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah: kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar, penggabungan usaha (Business Combination). 2.1.8. Return Saham Return Saham adalah hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto (1998) membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasian (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko mendatang. Sedangkan return ekspektasian merupakan return yang diharapkan terjadi dimasa mendatang dan bersifat tidak pasti. Rate of return adalah tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara Komposisi perhitungan return saham terdiri dari capital gain (loss) atau deviden. Capital gain (loss) merupakan selisih laba/rugi yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham relatif lebih tinggi atau rendah dibandingkan harga saham periode sebelumnya. Sedangkan deviden merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan pada periode tertentu sesuai dengan keputusan manajemen. Deviden atau yield bisa berupa angka nol (0) dan positif (+). Dalam menghitung return saham dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Jogiyanto, 1998) Return Saham = Capital gain (loss) + Yield = Pt – Pt-1 + D1 X 100% Pt-1 Dimana : Pt = Harga saham sekarang Pt-1 = Harga saham periode lalu Dt = Deviden yang dibayarkan sekarang 2.2. Review Penelitian Terdahulu Riset yang dilakukan oleh Anastasi (2003) dengan judul Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ. Adapun variabel independen yang digunakan adalah ROE, EPS dan variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham. Hasil penelitian menunjukkan hanya faktor fundamental Earnings Per Share yang berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Universitas Sumatera Utara Penelitian Haryanto (2003) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman di BEJ. Adapun variabel yang digunakan adalah ROE, ROI dan EPS dan variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham. Hasil penelitian menunjukkan hanya ROE yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Santoso (2003) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Listing di BEJ. Variabel independen yang digunakan adalah EVA,PER dan MVA. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Harga Saham. Hasil menunjukkan hanya PER yang berpengaruh terhadap harga saham. Riset sejenis juga dilakukan oleh Sasongko (2006) di Bursa Efek Indonesia dan Omid (2009) yang dilakukan dengan kasus di Iran dimana hasil nya variabel dividen memiliki kandungan informasi yang besar. Nilai buku memiliki relevansi yang kecil dan relevansi nilai semua variabel memiliki kecenderungan menurun selama periode yang diamati. Adapun telaah reviu penelitian terdahulu terdapat pada Tabel 2.1 berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Hasil Penelitian Hubungan Antara Rasio Keuangan dengan Harga Saham No Nama Peneliti & Tahun 1 Anastasia (2003) 2 Haryanto, (2003) 3 Santoso, (2003) 4 Sasongko (2006) 5 6. Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil dari Penelitian Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman di BEJ. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Listing di BEJ. Pengaruh EVA dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. ROE, EPS dan Harga Saham. Hanya faktor fundamental BV yang berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. ROE, ROI, EPS dan Harga Saham Hanya ROE yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham. EVA, PER, MVA dan Harga Saham. Hanya PER yang berpengaruh terhadap harga saham. EVA, ROE, ROI dan Harga Saham Hanya Variabel EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham Omid Pourheydari (2009) The Pricing of Dividend and Book Value in Equity Valuation : The Case of Iran Nilai Buku dan Nilai Pasar Harga Saham, Laba, Dividend Pradhono dan Christiawan (2004) Pengaruh EVA, RI, Earnings, dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang diterima Oleh Pemegang Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) EVA, Residual Income, Earnings, Arus Kas Operasi dan Return Saham. Dividen memiliki kandungan informasi yang besar. Nilai buku memiliki relevansi yang kecil dan relevansi nilai semua variabel memiliki kecenderungan menurun selama periode yang diamati. Secara simultan EVA, Residual Income, Earnings, Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Return Saham. Secara parsial hanya Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Return Saham. Universitas Sumatera Utara