1 kementerian kelautan dan perikanan badan karantina

advertisement
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU
DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16 JAKARTA 10110, KOTAK POS 4130 JKP 10041
TELEPON (021) 3519070 (LACAK), FAKSIMILE (021) 35113282
LAMAN : http//www.bkipm.kkp.go.id, POS ELEKTRONIK : [email protected]
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014
TENTANG
PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU
DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
Menimbang
:
a.
b.
Mengingat
:
bahwa dalam rangka melaksanakan tindakan
karantina terhadap media pembawa di Instalasi
Karantina Ikan, perlu menetapkan pedoman
Instalasi Karantina Ikan bagi Unit Pelaksana
Teknis
(UPT)
Badan
Karantina
Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan dan Pemilik Instalasi Karantina Ikan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan tentang Pedoman Instalasi Karantina
Ikan;
1.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3482);
2.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4433) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002
tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);
4. Peraturan . . .
1
4.
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
Tentang
Pembentukan
dan
Organisasi
Kementerian
Negara,
sebagaimana
telah
beberapa
kali
diubah,
terakhir
dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 25);
5.
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80
Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 189);
6.
Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014
tentang
Pembentukan Kementerian dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode
Tahun 2014-2019;
7.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan;
8.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina
Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil
Perikanan;
9.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor
PER.25/MEN/2012
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Di Lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1);
10.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi
Karantina Ikan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
KEPUTUSAN
KEPALA
BADAN
KARANTINA
IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN.
KESATU
:
Menetapkan Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini.
KEDUA . . .
2
KEDUA
:
Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud
diktum KESATU digunakan sebagai dasar dalam proses
penetapan, penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi
Karantina Ikan milik pemerintah, perorangan dan badan
hukum;
KETIGA
:
Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal
2 Januari 2015.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 November 2014
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN,
Kepala Bagian Kepegawaian
Hukum dan Organisasi,
ttd.
NARMOKO PRASMADJI
Sugiman
3
PEDOMAN INSTALASI
KARANTINA IKAN
2014
4
PUSAT KARANTINA IKAN
BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUT
DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014
TENTANG
PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Karantina Ikan mempunyai
tugas dan fungsi melaksanakan pencegahan masuk dan tersebarnya
hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu
area ke area lain di dalam negeri serta keluarnya dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Karantina
Ikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka
melindungi negara dari ancaman masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area
lain di wilayah Republik Indonesia, yang berpotensi merusak
kelestarian sumberdaya hayati perikanan, yang dapat mengakibatkan
penurunan produksi perikanan nasional.
Perdagangan hasil perikanan memberikan dampak positif
maupun negatif terhadap perekonomian negara, serta kelestarian
sumberdaya perikanan dan kelautan, salah satu dampak negatifnya
yaitu ikut terbawanya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) atau
Hama dan Penyakit Ikan (HPI) tertentu masuk dan tersebar ke dalam
wilayah
Republik
Indonesia
melalui
media
pembawa
yang
dilalulintaskan. Petugas Karantina Ikan dalam rangka mengantisipasi
resiko dari ancaman masuk dan/atau keluar, dan tersebarnya HPIK
sebagaimana
diamanatkan
di
dalam
peraturan
perundangan
perkarantinaan ikan perlu melakukan tindakan karantina ikan bagi
media pembawa HPIK yang akan dilalulintaskan. Pelaksanaan
tindakan
karantina
pemasukan/
ikan
pengeluaran
tersebut dapat
atau
di
luar
dilakukan
tempat
di tempat
pemasukan/
pengeluaran baik di dalam maupun di luar Instalasi Karantina Ikan
(IKI) yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap
media pembawa di Instalasi Karantina dilakukan dalam rangka:
5
a. Mendeteksi terhadap adanya infeksi HPIK/HPI tertentu pada
media pembawa.
b. Membebaskan/mensucihamakan
media
pembawa
dari
HPIK/HPI tertentu.
c. Menjamin
media
pembawa
telah
memenuhi
persyaratan
kesehatan ikan yang akan dilalulintaskan.
Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai instalasi karantina
apabila telah memenuhi persyaratan, prosedur, penetapan, dan
pengelolaannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu adanya
pedoman
instalasi
karantina
ikan
untuk
menjaga
konsistensi
penerapan cara karantina ikan yang baik di instalasi karantina.
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Pedoman Instalasi Karantina Ikan ini
adalah :
a. Sebagai pedoman bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan
Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM) dalam proses penetapan, pengelolaan dan
pelaporan Instalasi Karantina Ikan.
b. Pemilik instalasi karantina mengetahui prosedur penetapan,
penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina
Ikan.
1.3. Pengertian dan Istilah
a. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut instalasi
karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas
yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan
tindakan karantina.
b. Instalasi Karantina Ikan milik Kementerian yang selanjutnya
disebut instalasi karantina Kementerian adalah instalasi
karantina yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan dan telah ditetapkan dalam bentuk Sertifikat
6
Instalasi Karantina Ikan yang pengelolaannya dilakukan oleh
UPT KIPM
c. Instalasi Karantina Ikan milik Perorangan atau Badan
Hukum
yang
selanjutnya
disebut
instalasi
karantina
Perorangan atau Badan Hukum adalah instalasi karantina
yang dibangun oleh perorangan atau badan hukum dan telah
ditetapkan dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan,
yang pengelolaannya dibawah pengawasan UPT KIPM.
d. Menteri Kelautan dan Perikanan adalah Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang karantina
ikan.
e. Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut Kepala
BKIPM adalah kepala badan yang melaksanakan tugas
teknis di bidang karantina ikan.
f.
Kepala Pusat Karantina Ikan yang selanjutnya disebut
dengan Kapuskari adalah Kepala Pusat yang melaksanakan
tugas teknis di bidang karantina ikan.
g. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan adalah surat penetapan
yang
menyatakan
instalasi
karantina
telah
memenuhi
persyaratan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan
karantina ikan.
h. Tindakan karantina ikan yang selanjutnya disebut tindakan
karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina
dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam
negeri atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
i.
Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya
disebut UPT KIPM adalah unit kerja teknis yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKIPM.
7
j.
Pejabat Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI)
yang selanjutnya disebut PHPI adalah pegawai negeri sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengendalian hama dan penyakit ikan serta lingkungan yang
bekerja di lingkup BKIPM.
k. Inspektur karantina ikan yang selanjutnya disebut inspektur
karantina adalah pegawai negeri tertentu yang memiliki
kompetensi melakukan kegiatan inspeksi dalam rangka
penerapan cara karantina ikan yang baik, yang telah
ditetapkan
dan
mendapatkan
nomor
registrasi
sebagai
inspektur karantina ikan dengan surat keputusan Kepala
BKIPM.
l.
Hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut
HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum
terdapat dan/ atau telah terdapat hanya di area tertentu di
wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat
dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang
dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
m. Hama dan Penyakit Ikan Tertentu yang selanjutnya disebut
HPI tertentu adalah
semua hama dan penyakit ikan yang
berpotensi seperti HPIK, belum dan/atau telah terdapat di
area tertentu di dalam wilayah Negara Republik Indonesia,
tetapi belum ditetapkan sebagai HPIK atau HPI yang
dipersyaratkan
oleh
negara
tujuan
untuk
dicegah
pemasukannya.
n. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina yang
selanjutnya disebut media pembawa adalah ikan dan atau
benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina.
o. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau
seluruh daur hidupnya berada di dalam air dalam keadaan
hidup atau mati termasuk bagian-bagiannya.
8
p. Benda
lain
adalah
media
pembawa
selain
ikan
yang
mempunyai potensi penyebaran Hama dan Penyakit Ikan
Karantina.
q. Sarana instalasi karantina adalah segala peralatan/ fasilitas
dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan
karantina di instalasi karantina.
r.
Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang
berisikan
Standar
Operasional
Prosedur
(SOP)
yang
digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan
penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara
efektif,
konsisten,
sistematis
dan
memenuhi
standar
biosecurity untuk menjamin kesehatan ikan.
s. Biosecurity adalah suatu upaya atau langkah-langkah untuk
mencegah
dan/
atau
mengurangi
resiko
masuk
dan
tersebarnya agen penyakit ikan.
t.
Ruang anteroom atau ruang antara adalah ruang steril/
mensucihamakan
bagi pekerja sebelum dan sesudah
memasuki IKI yang berada di lokasi instalasi karantina.
u. Personil
adalah
petugas
yang
melaksanakan
tindakan
karantina tertentu pada instalasi milik perorangan atau
badan
hukum
yang
bertanggung
jawab
terhadap
pelaksanaan tindakan karantina di instalasi karantina.
1.4. Dasar Hukum
Dasar hukum perangkat perundangan penyusunan Pedoman
Penilaian Instalasi Karantina Ikan adalah :
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3482);
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air;
9
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);
d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun
2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran
Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20 Tahun
2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media
Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar
Negeri Dan Dari Suatu Area Ke Area Lain di Dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
f.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun
2012 tentang kewajiban tambahan karantina ikan;
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 33 Tahun
2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; dan
h. Keputusan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
KEP.26/MEN/2013 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama
dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan
Sebarannya.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi klasifikasi, persyaratan,
prosedur penetapan dan perpanjangan, pengelolaan, inspeksi dan
verifikasi, pembinaan dan pelaporan IKI.
10
BAB II
KLASIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI
Instalasi Karantina Ikan adalah tempat beserta segala sarana
dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan
tindakan karantina. Berdasarkan klasifikasinya, instalasi karantina
dibedakan menjadi :
2.1.
A.
Klasifikasi
Klasifikasi
Peruntukan
Instalasi
Klasifikasi
Karantina
instalasi
karantina
Ikan
ikan
Berdasarkan
berdasarkan
peruntukannya, terdiri dari :
a. Instalasi karantina ikan untuk ikan hidup
b. Instalasi karantina ikan untuk ikan mati
c. Instalasi karantina ikan untuk benda lain
B.
Klasifikasi
Instalasi
Kepemilikan
Klasifikasi
Karantina
Instalasi
Karantina
Ikan
Ikan
Berdasarkan
berdasarkan
kepemilikan dibedakan menjadi :
a. Instalasi karantina ikan milik Kementerian adalah Instalasi
Karantina
yang
dibangun
oleh
pemerintah
dan
pengelolaannya dilakukan oleh UPT KIPM.
b. Instalasi karantina ikan milik perorangan atau badan
hukum adalah milik swasta baik secara perorangan atau
badan hukum.
2.2.
Sertifikasi
A. Sertifikasi Instalasi Karantina Ikan
Kelayakan Instalasi Karantina didasarkan pada hasil
penilaian Instalasi Karantina Ikan yang meliputi persyaratan
administrasi, manajemen, dan teknis. Hasil penilaian diberikan
dalam kriteria layak (sangat baik, baik, cukup) dan tidak
11
layak. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan diberikan untuk
instalasi karantina dengan kriteria layak.
Konsistensi penerapan biosecurity di Instalasi Karantina
Ikan yang telah ditetapkan dalam pengendalian HPIK/ HPI
tertentu dilakukan melalui proses Sertifikasi Cara Karantina
Ikan yang Baik (SCKIB).
B. Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik.
Sertifikasi penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik
(SCKIB) didasarkan atas :
-
Konsistensi persyaratan dan penerapan dokumen mutu
karantina ikan;
-
Konsistensi kelayakan dan peruntukan teknis; dan
-
Hasil pemeriksaan HPIK/ HPI tertentu
Berdasarkan konsistensi penerapan cara karantina di
atas maka instalasi karantina ikan dikategorikan sebagai
berikut:
a. Kategori A : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria A, sehingga dapat
digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan
karantina impor, ekspor, dan/atau antar area dan sesuai
kebutuhan jenis usaha dibidang perikanan
b. Kategori B : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria B, sehingga dapat
digunakan untuk tindakan karantina ikan impor, ekspor ke
Negara bersyarat tertentu dan/atau antar area sesuai
kebutuhan usaha dibidang perikanan
c. Kategori C : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria C, sehingga dapat
digunakan untuk tindakan karantina ikan ekspor ke Negara
tidak bersyarat dan/atau antar area sesuai kebutuhan
usaha dibidang perikanan
12
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi cara karantina ikan
yang baik mengacu pada pedoman CKIB.
13
BAB III
PERSYARATAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai IKI apabila telah
memenuhi
persyaratan
administrasi,
manajemen,
dan
teknis.
Adapun persyaratan IKI adalah sebagai berikut :
3.1.
Persyaratan Administrasi
3.1.1. Pengajuan permohonan penilaian instalasi karantina
Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan
hukum
sebelum
karantina,
harus
mengajukan
mengajukan
permohonan
permohonan
penetapan
instalasi
penilaian
instalasi
karantina kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan
persyaratan administrasi sebagai berikut :
a. Fotokopi
Kartu
Tanda
Penduduk
(KTP),
untuk
pemohon
perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan
fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon
badan hukum;
b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;
d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk
media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor)
dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/
Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang
berwenang *);
e. Surat
keterangan
dari
Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi
perikanan
yang
menjelaskan
bahwa
yang
bersangkutan
melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon
perorangan atau badan hukum;
f.
Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto
bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi
karantina;
14
g. Dokumen mutu Karantina Ikan.
*) diperlukan dalam rangka sinkronisasi surat ijin pemasukan
media pembawa dan realisasi penggunaan instalasi karantina
terkait kesesuaian jumlah, jenis dan asal media pembawa yang
masuk ke dalam instalasi karantina.
3.1.2. Pengajuan permohonan penetapan instalasi karantina
Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan
hukum setelah mendapatkan rekomendasi hasil penilaian, dapat
mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina kepada
Kepala BKIPM dengan melampirkan persyaratan administrasi sebagai
berikut :
a. Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari UPT KIPM
b. Fotokopi
Kartu
Tanda
Penduduk
(KTP),
untuk
pemohon
perorangan
c. Fotokopi
akte
pendirian
perusahaan
dan
fotokopi
KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. Dokumen mutu Karantina Ikan.
3.2.
Persyaratan Manajemen
Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan
hukum wajib memenuhi persyaratan manajemen sebagai berikut :
a. Struktur organisasi yang jelas dimana ada penanggung jawab
instalasi, ada petugas untuk kegiatan operasional dan petugas
pembuat rekam data beserta uraian tugas dan wewenangnya
(job description);
b. Dokumen mutu karantina ikan yang memuat :
1. Panduan Mutu;
2. Prosedur Kerja dan/ atau Instruksi kerja dan;
3. Formulir kegiatan.
c. Rekam data logbook media pembawa yang masuk dan keluar,
data kegiatan operasional dalam instalasi. Data kegiatan
15
operasional tersebut dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip
biosecurity;
d. Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk semua kegiatan
yang terkait dengan tindakan karantina di dalam instalasi
karantina;
e. Instalasi karantina mempunyai kebijakan tentang kegiatan
evaluasi atau audit internal untuk semua kegiatan yang
berkaitan dengan manajemen dan teknis instalasi karantina;
f.
Instalasi karantina mempunyai sumber daya manusia (personil)
yang
berpengalaman,
terampil
dan
berlatar
belakang
pendidikan perikanan atau biologi atau sejenisnya yang telah
dilatih dan disertifikasi kompetensinya serta menandatangani
pakta integritas dari otoritas kompeten yaitu BKIPM.
3.3.
Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan
3.3.1. Persyaratan Umum
Persyaratan umum instalasi karantina untuk ikan hidup, ikan
mati, dan benda lain adalah sebagai berikut :
A. Lokasi
Lokasi yang digunakan sebagai instalasi karantina harus layak
dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Instalasi karantina harus bebas banjir.
Sarana dan bahan pemeriksaan, sarana pengasingan dan
pengamatan, sarana perlakuan, sarana penahanan, sarana
pemusnahan, dan sarana pendukung lainnya tidak boleh
terkena banjir.
2) Mudah diakses oleh sarana transportasi.
Instalasi karantina mudah dijangkau oleh sarana transportasi
air atau darat atau udara.
3) Memiliki sumber air yang cukup dan berkualitas baik.
Instalasi
karantina
berada
pada
lokasi
yang
mudah
mendapatkan air berkualitas baik.
16
4) Instalasi karantina berada pada lingkungan yang tidak tercemar.
Kelayakan lokasi tersebut dimaksudkan untuk menghindari
resiko dan kerugian akibat adanya kontaminasi cemaran dari
lingkungan sekitar dan dari instalasi ke lingkungan sekitar.
5) Apabila instalasi karantina berada pada suatu farm/hatchery,
maka fasilitas instalasi karantina tersebut harus merupakan
bangunan berikut saluran air limbah yang terpisah dengan
fasilitas
pematangan
induk
(maturation)
dan
pembenihan
(hatchery). Unit instalasi harus memiliki sarana pengelolaan,
sterilisasi air, dan pengolahan limbah.
B. Air
Air yang digunakan dalam proses tindakan karantina harus layak
dan sesuai dengan kebutuhan. Air harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1) Bebas dari mikroba patogen;
2) Bebas bahan pencemar fisika maupun kimia;
3) Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu;
4) Memenuhi persyaratan standar baku mutu air sesuai yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82
tahun
2001
tentang
Pengelolaan
Kualitas
Air
Dan
Pengendalian Pencemaran Air.
C. Personil/ tenaga Kerja
Personil atau tenaga kerja di instalasi karantina adalah pekerja
yang diberi tanggung jawab untuk menangani instalasi karantina
selama berlakunya sertifikat Penetapan instalasi karantina. Adapun
penanggung jawab teknis instalasi karantina harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki latar belakang pendidikan di bidang perikanan atau
biologi;
2) Mempunyai kompetens pengelolaan instalasi karantina;
3) Telah dilatih dan disertifikasi kompetensinya, atau;
17
4) Memiliki keterangan kemampuan teknis pengelolaan instalasi
karantina dari Kepala UPT setempat.
3.3.2. Persyaratan Utama
A. Instalasi Karantina Ikan Hidup
Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa
ikan hidup harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1)
Bangunan dibuat khusus dengan tata ruang atau lay out yang
terpisah dan terdiri dari sarana : pemeriksaan, pengasingan
dan
pengamatan,
perlakuan,
pemusnahan
dan
sarana
pendukung lainnya;
2)
Jarak antar wadah dengan wadah atau wadah dengan dinding
diberikan koridor selebar minimal 75 cm;
3)
Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan
dengan jenis dan jumlah media pembawa yang akan dikenakan
tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;
4)
Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang
kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor;
5)
Dinding harus dibuat khusus agar mudah dibersihkan serta
dapat meminimalisasi akumulasi kotoran;
6)
Lantai tidak boleh berpori, dibuat dengan kemiringan tertentu
dan mengarah ke drainase, sehingga tidak memungkinkan
terjadi genangan di lantai;
7)
Drainase lantai harus baik, dan lubang pembuangan harus
dilengkapi dengan saringan agar media pembawa tidak keluar;
8)
Pencahayaan harus memadai intensitasnya, agar mudah dalam
pengamatan media pembawa;
9)
Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah
dibersihkan dan dikeringkan;
10) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi
karantina untuk mencegah kontaminasi silang dan dilengkapi
dengan foot deep bath yang berisi cairan desinfektan;
18
11) Dilengkapi dengan pintu darurat (emergency exit) dan standar
keselamatan, keamanan kerja (K3);
12) Apabila pengelolaan limbah dilakukan oleh pihak ketiga maka
perlu disertakan surat keterangan dari pihak ketiga bahwa
perusahaan
pihak
ketiga
tersebut
memiliki
ijin
untuk
mengelola limbah;
13) Saluran pembuangan dari ruangan/ bak/ akuarium harus
mudah dibersihkan, dan dikeringkan;
14) Dinding bak/ akuarium harus kedap air/ tidak bocor, mudah
dibersihkan dan dikeringkan;
15) Pada pintu gerbang untuk orang dilengkapi dengan foot deep
bath yang
diberi cairan desinfektan dan untuk kendaraan
terdapat bak desinfektan untuk rendam roda.
Instalasi karantina ikan hidup harus dilengkapi sarana untuk
tindakan karantina yang
harus disesuaikan dengan peruntukan
instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity.
Instalasi karantina ikan hidup Kementerian harus dilengkapi dengan
sarana paling sedikit :
1) Sarana dan bahan pemeriksaan;
2) Sarana pengasingan dan pengamatan;
3) Sarana perlakuan;
4) Sarana penahanan;
5) Sarana pemusnahan; dan
6) Sarana pendukung lainnya.
Sedangkan instalasi karantina ikan hidup perorangan atau
badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit :
1) Sarana pengasingan dan pengamatan;
2) Sarana perlakuan;
3) Sarana pemusnahan; dan
4) Sarana pendukung lainnya.
19
Adapun sarana instalasi karantina ikan hidup tersebut di atas harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium
a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina
berfungsi
kegiatan
sebagai
tempat
penentuan
untuk
melakukan
rangkaian
penyakit
dan/atau
diagnosis
pengukuran kualitas air.
b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta
terjaga kebersihannya.
c) Pengujian
laboratorium
selengkapnya
terhadap
adanya
HPIK/ HPI tertentu meliputi pemeriksaan parasit, virus,
bakteri dan mikotik pada media pembawa dilakukan oleh
laboratorium milik UPT KIPM.
d) Sarana
pemeriksaan/
laboratorium
wajib
dimiliki
oleh
instalasi karantina Kementerian.
2) Sarana pengasingan dan pengamatan
a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang
digunakan untuk pengasingan dan pengamatan setelah ikan
diterima di instalasi.
b) Sarana yang ada pada ruang ini berupa:
- wadah pemeliharaan (bak fiber dan/ atau aquarium
dan/ bak beton) dengan kualitas yang standar disertai
perlengkapannya.
- Bak tersebut harus terbuat dari material yang kokoh,
kedap air dan mudah dibersihkan.
c) Bentuk, jumlah dan volume bak harus disesuaikan dengan
sifat biologi dan persyaratan sebagaimana masing-masing
komoditas.
d) Kegiatan pengasingan dilakukan untuk satu pemasukan/
pengeluaran (shipment) yang sama.
20
e) Area tersebut harus terjaga kebersihannya dan bebas dari
kontaminan.
3) Sarana perlakuan
a) Sarana perlakuan adalah sarana yang digunakan untuk
melakukan tindakan pengobatan setelah diketahui bahwa
media pembawa tersebut terindikasi penyakit (HPIK golongan
II).
b) Sarana yang terdapat dalam ruangan ini adalah berupa
wadah untuk media pembawa yang akan diberi perlakuan
(bak fiber/ aquarium/ bak beton) beserta perlengkapannya.
c) Wadah
tersebut harus terbuat dari material yang kokoh,
kedap air dan mudah dibersihkan.
d) Peralatan yang digunakan didalam satu ruang tidak boleh
digunakan di ruangan lain
4) Sarana Penahanan
a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk
menahan
media
pembawa
apabila
ditemukan
ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap
dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media
pembawa.
b) Sarana penahanan dapat berupa bak/ akuarium atau
wadah, alat, bahan, dan ruang untuk penahanan media
pembawa.
c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina
Kementerian.
5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan)
a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan
untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang
diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu.
21
b) Sarana
yang
ada
di
area
ini
dapat
berupa
tempat
pembakaran dan/ atau incinerator.
6) Sarana penanganan limbah
a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan
limbah untuk menetralkan limbah yang berupa patogen atau
bahan cemaran lain yang berasal dari instalasi tersebut
sebelum dibuang melalui peresapan tanah atau ke perairan
umum.
b) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk
proses klorinasi dan/ atau perlakuan dengan pemanasan
(heat treatment) dan/ atau radiasi ultraviolet.
c) Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/ akuarium untuk
pengujian indikator biologis dengan menggunakan ikan
hidup dan tanaman air serta pompa untuk resirkulasi air.
d) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media
pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan.
e) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar
atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan
dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
7) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath
dipping mat)
a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk
-
Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan
sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk
ke dalam lingkungan instalasi karantina.
-
Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for
vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan
ukuran
luas
dan
kedalaman
disesuaikan
dengan
lebarnya jalan serta kendaraan.
-
Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/
spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi
22
dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu
gerbang lingkungan instalasi.
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)
-
Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan
tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan
masuk ke dalam instalasi.
-
Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah
lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang
berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan
ukuran pintu masuk.
-
Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan
-
Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk
desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun
keluar instalasi.
-
Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat
penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk
instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah
cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil
-
Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan
pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh
personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
-
Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam
jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman
dipakai dan harus selalu bersih.
-
Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja
lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan
lainnya
23
8) Sarana pengelolaan air bersih dan tandon air
1) Penampungan air
Instalasi karantina yang menggunakan air berasal dari
perairan umum (laut, sungai, saluran irigasi), harus memiliki
sarana pengendapan, filtrasi dan bak tandon, yang berfungsi
untuk
mengendapkan,
menyaring
dan
menyimpan
air,
sehingga diperoleh air yang bermutu, dengan kualitas dan
jumlah yang sesuai kebutuhan.
2) Pengolahan
air
ini
dapat
dilakukan
secara
biologi/fisika,dan/atau kimia.
Secara biologi dapat menggunakan mikroba (penggunaan
probiotik), Secara fisika dapat menggunakan pengedapan
dan/ atau UV dan/atau ozonisasidan/ atau filter yang
menggunakan
arang/karbon
aktif.
Secara
kimia
dapat
dengan cara klorinasi.
9) Pagar keliling
Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu
atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada
instalasi karantina berfungsi sebagai :
a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar.
b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan
kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke
dalam lingkungan instalasi.
c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya.
10)
Ruang ganti pakaian
a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti
pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya
yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi
bagi personil instalasi Karantina.
24
b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat
menyimpan
pakaian
dan
barang-barang
tertentu
milik
personil instalasi karantina.
c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan
kamar mandi (shower room).
B. Instalasi Karantina Ikan Mati
Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa
ikan mati harus memenuhi persyaratan seperti berikut :
1)
Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan
dengan jenis
dan jumlah ikan/media pembawa yang akan
dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;
2)
Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang
kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari
bahan yang bisa menutupi keseluruhan;
3)
Memilki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi
media pembawa dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat
mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke
lingkungan;
4)
Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah
dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan
limbah cair lainnya;
5)
Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan
untuk
mengganti
pakaian
khusus
bagi
pekerja
sebelum
memasuki instalasi karantina;
6)
Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/keluar ke instalasi
karantina untuk mencegah kontaminasi silang;
7)
Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah
dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan
memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik
yang memadai;
25
8)
Emplacement
untuk doking/ parkir container harus cukup
kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan
dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan;
9)
Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas
yang sesuai dengan jenis media pembawa (segar, beku, kering)
yang memenuhi persyaratan biosecurity;
10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass
atau plastik;
11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas cold storage
harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat;
12) Mempunyai peralatan dan program pengendalian serangga dan
tikus;
13) Untuk media pembawa berupa produk beku instalasi karantina
harus dilengkapi dengan Cold storage dengan persyaratan
adalah sebagai berikut:
a) Mampu
mempertahankan
suhu
bagian
dalam
(internal
temperature) kurang dari -18 °C dan sistem pendingin harus
mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi
dengan air circulator (blower)
b) Harus
dilengkapi
dengan
alat
pengukur
suhu
dan
kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar cold
storage;
c) Letak
bangunan
harus
memudahkan
dalam
memudahkan
pengaturan
ditata
sedemikian
pelaksanaan
drainase
kegiatan
dan
rupa
agar
sehari-hari,
penampungan
limbah.
Instalasi karantina ikan mati harus dilengkapi sarana untuk
tindakan karantina yang
harus disesuaikan dengan peruntukan
instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity.
Instalasi karantina ikan mati Kemementerian harus dilengkapi
dengan sarana paling sedikit:
26
1) Sarana dan bahan pemeriksaan;
2) Sarana pengasingan;
3) Sarana penahanan;
4) Sarana pemusnahan; dan
5) Sarana pendukung lainnya.
Sedangkan instalasi karantina ikan mati perorangan atau
badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit:
1) Sarana pengasingan;
2) Sarana pemusnahan; dan
3) Sarana pendukung lainnya
Sarana instalasi karantina ikan mati tersebut di atas harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut
1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium
a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina
berfungsi
sebagai
tempat
untuk
melakukan
rangkaian
kegiatan penentuan diagnosis awal penyakit ikan.
b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta
terjaga kebersihannya.
c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan organoleptik,
formalin,
logam
berat,
dan
mikrobiologi
pada
media
pembawa dilakukan oleh laboratorium milik UPT KIPM.
d) Sarana
pemeriksaan/
laboratorium
wajib
dimiliki
oleh
instalasi karantina Kementerian.
2) Sarana pengasingan dan pengamatan
a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang
digunakan untuk melakukan kegiatan pengasingan dan
pengamatan selama masa karantina ikan.
27
b) Sarana yang harus ada adalah rak atau pallet untuk
meletakkan
dan
menyimpan
ikan
selama
di
ruang
pengasingan dan pengamatan.
c) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan segar dan beku
diperlukan fasilitas cold storage dengan suhu diatur sesuai
dengan kebutuhan jenis komoditasnya.
d) Kapasitas volume cold storage disesuaikan dengan jumlah dan
jenis
media
pembawa
yang
akan
dikenakan
tindakan
karantina.
e) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan kering, sarana ruang
harus dilengkapi dengan pengatur kelembaban udara.
3) Sarana Penahanan
a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk
menahan
media
pembawa
apabila
ditemukan
ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap
dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media
pembawa.
b) Sarana penahanan dapat berupa cold storage atau ruangan
dengan
suhu
yang
dapat
diatur
sesuai
dengan
jenis
komoditasnya.
c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina
Kementerian.
4) Sarana Penanganan Limbah
a) Instalasi karantina wajib melakukan penanganan limbah.
b) Instalasi karantina yang melakukan kegiatan processing
wajib memiliki sarana pengolahan limbah cair.
c) Sarana pengolahan limbah cair berfungsi untuk menetralkan
limbah cair yang berasal dari sisa proses produksi berupa
patogen atau bahan cemaran lain sebelum dibuang melalui
peresapan tanah atau ke perairan umum.
28
d) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk
proses klorinasi. Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/
kolam
untuk
pengujian
indikator
biologis
dengan
menggunakan ikan hidup dan tanaman air serta pompa
untuk resirkulasi air.
e) Apabila
instalasi
karantina
tidak
mempunyai
sarana
pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada
pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan
kepada
pihak
ketiga,
limbah
ditampung
pada
bak
penampungan limbah sementara.
f) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media
pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan.
g) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar
atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan
dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan)
a) Tempat pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan
untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang
diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu, media
pembawa yang rusak/ busuk dan wadah kemasan media
pembawa.
b) Sarana
yang
ada
di
area
ini
dapat
berupa
tempat
pembakaran dan/ atau incinerator.
6) Pagar keliling
Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, atau
material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada
instalasi karantina berfungsi sebagai :
a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar
b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan
dan kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke
dalam lingkungan instalasi.
c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya.
29
7) Ruang ganti pakaian
a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti
pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya
yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi
bagi personil instalasi karantina.
b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat
menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik
personil instalasi karantina.
c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan
kamar mandi (shower room).
8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath
dipping mat)
a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk
-
Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan
sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk
ke dalam lingkungan instalasi karantina.
-
Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for
vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan
ukuran
luas
dan
kedalaman
disesuaikan
dengan
lebarnya jalan serta kendaraan.
-
Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/
spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi
dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu
gerbang lingkungan instalasi.
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)
-
Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan
tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan
masuk ke dalam instalasi.
-
Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah
lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang
berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan
ukuran pintu masuk.
30
-
Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan
-
Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk
desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun
keluar instalasi.
-
Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat
penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk
instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah
cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil
-
Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan
pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh
personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
-
Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam
jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman
dipakai dan harus selalu bersih.
-
Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja
lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan
lainnya.
C. Instalasi Karantina Ikan Benda Lain
Bangunan
dan
sarana
instalasi
karantina
untuk
media
pembawa benda lain harus memenuhi persyaratan seperti berikut :
1)
Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan
dengan jenis
dan jumlah ikan/media pembawa yang akan
dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;
2)
Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang
kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari
bahan yang bisa menutupi keseluruhan;
3)
Memiliki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi
produk dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat
31
mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke
lingkungan;
4)
Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah
dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan
limbah cair lainnya;
5)
Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan
untuk
mengganti
pakaian
khusus
bagi
pekerja
sebelum
memasuki instalasi karantina;
6)
Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi
karantina untuk mencegah kontaminasi silang;
7)
Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah
dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan
memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik
yang memadai;
8)
Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup
kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan
dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan. ;
9)
Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas
yang sesuai dengan jenis media pembawa yang memenuhi
persyaratan biosecurity;
10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass
atau plastik ;
11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas instalasi
harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat (untuk
gudang bersuhu dingin).
12) Mempunyai program pengendalian serangga dan tikus.
13) Untuk media pembawa berupa produk carragenan karena
bersifat hydroskopis maka instalasi karantina dilengkapi dengan
pengatur suhu (AC) dengan persyaratan adalah sebagai berikut:
a) Mampu
mempertahankan
suhu
bagian
dalam
(internal
temperature) kurang dari 22°C dan sistem pendingin harus
32
mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi
dengan air circulator (blower)
b) Harus
dilengkapi
dengan
alat
pengukur
suhu
dan
kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar;
c) Letak
bangunan
harus
memudahkan
dalam
memudahkan
pengaturan
ditata
sedemikian
pelaksanaan
drainase
kegiatan
dan
rupa
agar
sehari-hari,
penampungan
limbah.
Instalasi karantina benda lain harus dilengkapi sarana untuk
tindakan karantina yang
harus disesuaikan dengan peruntukan
instalasi karantina benda lain dengan menerapkan prinsip-prinsip
biosecurity. Instalasi karantina ikan benda lain milik Kementerian
harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit :
1) Sarana dan bahan pemeriksaan;
2) Sarana pengasingan;
3) Sarana penahanan;
4) Sarana pemusnahan; dan
5) Sarana pendukung lainnya.
Sedangkan instalasi karantina benda lain perorangan dan
badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit :
1) Sarana pengasingan;
2) Sarana pemusnahan; dan
3) Sarana pendukung lainnya
Adapun sarana instalasi karantina ikan benda lain tersebut di
atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium
a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada IKI berfungsi sebagai
tempat
untuk
melakukan
rangkaian
kegiatan
penentuan
diagnosis awal penyakit ikan.
33
b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta
terjaga kebersihannya.
c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan fisik (kebersihan,
kemurnian,
warna
dan
bentuk),
bau,
proximat,
dan
kelembaban pada media pembawa dilakukan oleh laboratorium
milik UPT KIPM.
d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh IKI milik
pemerintah
2) Sarana pengasingan dan pengamatan
a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang
digunakan
untuk
melakukan
kegiatan
pengasingan
dan
pengamatan selama masa karantina ikan.
b) Sarana
yang
harus
ada
adalah
rak
atau
pallet
untuk
meletakkan dan menyimpan media pembawa selama di dalam
ruang pengasingan dan pengamatan.
3) Sarana Penahanan
a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk
menahan media pembawa apabila ditemukan ketidaksesuaian
dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau
ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa.
b) Sarana penahanan dapat berupa ruangan dengan suhu yang
dapat diatur sesuai dengan jenis komoditasnya.
c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina milik
Kementerian
4) Sarana Penanganan Limbah
a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan
limbah.
b) Instalasi
karantina
yang
mengelolah
bahan
baku,
wajib
mempunyai sarana pengolahan limbah guna menetralkan
34
limbah yang berasal dari instalasi karantina tersebut, sebelum
dibuang ke lingkungan sekitar.
c) Sarana pengolahan limbah cair dapat berupa bak pengolah
limbah yang memenuhi standar pengolahan limbah.
d) Sarana yang dibutuhkan pada ruang pengolahan limbah
adalah filter pasir apabila di dalam instalasi diasumsikan tidak
ada patogen, air diaerasi sebelum ditreatment filter pasir dan
filter biologi (minimal tanaman air).
e) Saluran pembuangan dari ruang ke sarana/ unit pengolahan
limbah harus mudah dibersihkan dan dikeringkan.
f) Apabila
Instalasi
karantina
tidak
mempunyai
sarana
pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada
pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan
kepada
pihak
ketiga,
limbah
ditampung
pada
bak
penampungan limbah sementara.
g) Limbah padat dapat berupa plastik bekas kemasan dan media
pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan sebelum
digunakan kembali.
h) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau
dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari
HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
5) Sarana Pemusnahan (pembakaran/ penimbunan)
a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan
untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang diduga
terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu.
b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat pembakaran
dan/ atau incinerator.
6) Pagar Keliling
Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau
material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada IKI
berfungsi sebagai :
35
a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar
b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan
kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam
lingkungan instalasi.
c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya
7) Ruang Ganti Pakaian
a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti
pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya yang
khusus digunakan selama berada di dalam instalasi bagi
personil instalasi karantina.
b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat
menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik personil
instalasi karantina.
c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan kamar
mandi (shower room).
8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath
dipping mat)
a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk
-
Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan
sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk
ke dalam lingkungan instalasi karantina.
-
Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for
vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan
ukuran
luas
dan
kedalaman
disesuaikan
dengan
lebarnya jalan serta kendaraan.
-
Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/
spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi
dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu
gerbang lingkungan instalasi.
36
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)
-
Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan
tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan
masuk ke dalam instalasi.
-
Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah
lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang
berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan
ukuran pintu masuk.
-
Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan
spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan
-
Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk
desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun
keluar instalasi.
-
Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat
penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk
instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah
cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil
-
Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan
pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh
personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
-
Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam
jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman
dipakai dan harus selalu bersih.
-
Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja
lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan
lainnya.
37
3.3.3.
Sarana Pendukung
Sarana pendukung instalasi karantina untuk ikan hidup,
ikan mati, dan benda lain adalah sebagai berikut :
1)
Sarana Penyimpanan bahan kimia/ obat/ bahan pakan
Sarana
penyimpanan
bahan
kimia/
obat
pada
instalasi
karantina berfungsi untuk menyimpan bahan kimia, obat dan
bahan pakan. Sarana ini hanya terdapat pada instalasi
karantina ikan hidup.
2)
Sarana Penyimpan Peralatan
Sarana
penyimpanan
peralatan
pada
instalasi
karantina
berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan kerja
di instalasi karantina selain bahan kimia, obat dan bahan
pakan.
3)
Rumah Genset
Rumah genset pada instalasi karantina terletak terpisah dari
bangunan dan ruang lainnya dan berfungsi sebagai tempat
untuk mengoperasikan genset. Sarana yang ada dalam ruang
genset adalah mesin genset dengan daya sesuai kebutuhan
berikut instalasi listrik, cerobong asap, lampu penerang dan
peralatan perawatan genset.
4)
Ruang Istirahat Personil dan Kantin
Ruang istirahat personil instala dan kantin pada instalasi
karantina berfungsi sebagai tempat istirahat pada saat jam
istirahat dan makan siang personil. Sarana yang ada pada
ruang ini adalah kursi dan meja untuk makan dan beristirahat,
dispenser air minum, counter yang menyediakan makan siang
bagi personil.
38
5)
Toilet dan Wastafel
Toilet dan wastafel pada instalasi karantina disediakan bagi
para personil instalasi.Toilet harus terjaga kebersihannya, pada
toilet dan pada wastafel harus tersedia sabun cuci tangan/
antiseptic serta tisu atau pengering tangan.
6)
Mess Pegawai
Mess pegawai pada instalasi karantina diperuntukkan bagi
personil yang mempunyai tugas khusus yaitu tugas yang harus
dilakukan pada malam hari sampai dini hari. Sarana yang ada
pada ruang ini adalah alat penerangan, tempat tidur beserta
kasur, kamar mandi, ruang dapur dan perlengkapannya.
7)
Pos Penjaga
Pos jaga instalasi karantina digunakan sebagai pos pengawas,
keamanan dan terletak di dekat pintu masuk dilengkapi
dengan penerangan listrik serta portal. Sarana yang diperlukan
seperti lampu emergensi, alat komunikasi, lampu senter, meja
dan kursi jaga. Jika diperlukan dapat dilengkapi dengan CCTV.
39
BAB IV
PROSEDUR PENETAPAN DAN PERPANJANGAN
INSTALASI KARANTINA IKAN
Instalasi
pelaksanaan
karantina
tindakan
dapat
karantina
digunakan
apabila
sebagai
telah
tempat
mendapatkan
penetapan oleh Menteri. Menteri memberikan kewenangan kepada
Kepala BKIPM untuk menetapkan instalasi karantina. Adapun
prosedur penetapan instalasi karantina adalah sebagai berikut :
4.1.
Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan
4.1.1. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan Milik
Kementerian
Prosedur Penetapan instalasi karantina Kementerian adalah
sebagai berikut :
1.
Kepala UPT KIPM mengajukan permohonan kepada Kepala
BKIPM dengan melampirkan dokumen mutu karantina
ikan.
2.
Apabila dokumen lengkap dilakukan penilaian terhadap
instalasi karantina oleh PHPI Pusat.
3.
Kepala BKIPM dalam waktu paling lama 12 (dua belas)
hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap
harus:
a.
Menetapkan
Sertifikat
instalasi
instalasi
karantina
karantina,
dalam
apabila
bentuk
instalasi
karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau
b.
Menerbitkan
alasannya
instalasi
surat
dan
penolakan
rekomendasi
karantina
disertai
dengan
perbaikan,
apabila
dinyatakan
tidak
memenuhi
persyaratan.
40
Gambar 1. Prosedur penetapan instalasi karantina milik Pemerintah
4.1.2. Prosedur
Penetapan
Instalasi
Karantina
Ikan
Milik
Perorangan atau Badan Hukum
Prosedur Penetapan instalasi karantina milik perorangan/
badan hukum adalah sebagai berikut :
1. Perorangan
atau
badan
permohonan
penetapan
mengajukan
permohonan
hukum
sebelum
instalasi
mengajukan
karantina,
penilaian instalasi
harus
karantina
kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan
persyaratan:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon
perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan
dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk
pemohon badan hukum;
b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat
keterangan
kepemilikan/
surat
perjanjian
kontrak/ sewa;
d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP
(untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan
(surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk
media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat
ijin impor) dari instansi yang berwenang *);
41
e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota
atau
Dinas
Kabupaten/Kota
yang
membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang
bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang
perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan
hukum;
f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto
bagunan/
ruangan
yang
akan
ditetapkan
sebagai
instalasi karantina;
g. Dokumen mutu Karantina Ikan
*)
diperlukan
dalam
rangka
sinkronisasi
surat
ijin
pemasukan media pembawa dan realisasi penggunaan
instalasi karantina terkait kesesuaian jumlah, jenis dan
asal media pembawa yang masuk ke dalam instalasi
karantina
2. Petugas verifikasi UPT KIPM melakukan verifikasi terhadap
kelengkapan kesesuaian dan keabsahan dokumen yang
dipersyaratkan. Apabila dokumen dinyatakan lengkap dan
sah, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap instalasi
karantina
oleh
PHPI
UPT
KIPM.
Apabila
dokumen
dinyatakan tidak lengkap, maka dikembalikan kepada
pengguna jasa untuk dilengkapi.
3. PHPI melakukan penilaian berdasarkan Juknis Penilaian
instalasi karantina dan menyusun laporan hasil penilaian
instalasi karantina
4. Kepala UPT KIPM menerbitkan rekomendasi hasil penilaian
instalasi
karantina
apabila
dinyatakan
memenuhi
persyaratan, atau menerbitkan surat penolakan disertai
dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan apabila
instalasi karantina tidak memenuhi syarat. Rekomendasi
tersebut diterbitkan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari
42
kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap dan
diserahkan kepada pengguna jasa.
5. Kepala UPT melaporkan hasil evaluasi dan rekomendasi
hasil penilaian instalasi karantina kepada Kepala BKIPM
melalui Kepala Pusat Karantina Ikan. Laporan tersebut
dapat dikirimkan melalui fasilitas elektronik.
6. Perorangan
atau
rekomendasi
badan
hasil
hukum
penilaian
setelah
memperoleh
instalasi
karantina,
mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina
kepada Kepala BKIPM, dengan melampirkan persyaratan:
a.
Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari
UPT KIPM
b.
Fotokopi
Kartu
Tanda
Penduduk
(KTP),
untuk
pemohon perorangan
c.
Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan
hukum;
d.
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e.
Dokumen mutu Karantina Ikan.
7. Tim Evaluasi, melakukan evaluasi terhadap kelengkapan
dokumen
dan
rekomendasi
hasil
penilaian
instalasi
karantina dari UPT KIPM. Apabila diperlukan dilakukan
penilaian ulang oleh PHPI.
8. Kepala
BKIPM
menetapkan
instalasi
karantina
dalam
bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, apabila instalasi
karantina
dinyatakan
memenuhi
persyaratan;
atau
menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya
dan rekomendasi perbaikan, apabila instalasi karantina
dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Sertifikat instalasi
karantina ditetapkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari
kerja sejak diterimanya permohonan penetapan instalasi
karantina secara lengkap atau sejak diterimanya hasil
penilaian instalasi karantina.
43
Perorangan/
Badan Hukum
Pengajuan
permohonan
penilaian kepada Ka.
UPT KIPM
1
2
Verifikasi
kelengkapan
dokumen
3
Penilaian
oleh PHPI
UPT
Penolakan
dan
perbaikan
hasil
4
5
Rekomendasi hasil
penilaian IKI
6
Pengajuan
permohonan
penetapan IKI
kepada Ka. BKIPM
7
Evaluasi penerbitan
sertifikat IKI
berdasarkan
rekomendasi hasil
perbaikan
Apabila
diperlukan
Penilaian
kelayakan oleh
PHPI Pusat
Penolakan dan
rekomendasi
perbaikan
8
Rekomendasi
hasil penilaian
IKI
Penetapan IKI
9
Sertifikat IKI
Gambar
4.2.
2.
Penetapan
Prosedur penetapan instalasi
perorangan atau badan hukum
Kategorisasi
Instalasi
karantina
Karantina
milik
Ikan
Berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik
Penetapan
kategorisasi
pada
Instalasi
Karantina
Ikan
berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Kategori A : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria A ditetapkan oleh Kepala
BKIPM.
44
b. Kategori B : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria B ditetapkan oleh Kepala
Pusat Karantina Ikan.
c. Kategori C : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria C ditetapkan oleh Kepala
UPT KIPM.
4.3.
Prosedur Perpanjangan Instalasi Karantina
1. Kepala UPT KIPM atau pengguna jasa (perorangan atau
badan
hukum)
perpanjangan
dapat
penetapan
mengajukan
instalasi
permohonan
karantina
sekurang-
kurangnya 3 bulan sebelum masa berlakuknya habis.
2. Pengajuan permohonan perpanjangan instalasi karantina
harus disertai dengan fotokopi sertifikat instalasi karantina
yang akan diperpanjang dan melampirkan hasil inspeksi dan
verifikasi terakhir.
3. Kepala
BKIPM
mengeluarkan
sertifikat
perpanjangan
instalasi karantina apabila berdasarkan hasil inspeksi dan
verifikasi, instalasi karantina tersebut masih konsisten
menerapkan
dokumen
mutu,
kelayakan
teknis,
dan
peruntukan instalasi karantina.
4. Apabila hasil inspeksi dan verifikasi menunjukkan bahwa
instalasi
karantina
tidak
konsisten
dalam
penerapan
dokumen mutu, kelayakan teknis, dan peruntukkan instalasi
karantina maka Kepala BKIPM menerbitkan surat penolakan
perpanjangan sertifikat instalasi karantina.
5. Sertifikat perpanjangan instalasi karantina ditetapkan dalam
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
permohonan perpanjangan instalasi karantina.
45
BAB V
PENGELOLAAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Masuknya patogen potensial dapat dicegah atau diminimalisir
dengan pengelolaan instalasi karantina yang menerapkan prinsip
cara karantina ikan yang baik (CKIB) dan biosecurity secara
konsisten sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penerapan
prinsip tersebut meliputi 3 komponen :
a. Menjaga kesehatan ikan
b. Mencegah masuknya patogen
c. Memberantas penyakit agar tidak menyebar dalam lokasi
5.1.
Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan
hidup
Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan
hidup harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah jenis
ikan, habitat, pola makan, kebiasaan hidup, metabolisme dan kondisi
ikan untuk memberikan lingkungan optimal pada media pembawa,
dengan memperhatikan prinsip-prinsip biosecurity sebagai berikut :
A. Media Pembawa
1) Paparan infeksi penyakit pada media pembawa dapat dicegah
dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang
terkendali.
2) Patogen dapat menyebar melalui ikan sakit, ikan liar, air,
peralatan yang berbagi pakai, kontak personel, pengunjung
dan alat angkut.
3) Penanganan media pembawa harus sesuai dengan SOP
Penanganan
kesehatan
ikan
ikan,
masuk,
Perawatan
Perlakuan,
ikan,
Pengelolaan
Pencatatan
pakan,
dan
Penanganan pengeluaran ikan
46
4) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi
karantina
dengan
alasan
apapun
sampai
persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh Petugas Karantina Ikan.
5) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa
berita acara pemindahan.
6) Media pembawa yang mengalami kematian massal atau
menunjukkan gejala klinis yang nyata harus mengikuti
rencana kontinjensi.
7) Penggunaan obat dan bahan kimia terhadap media pembawa
harus dicoba dalam skala kecil terlebih dahulu sebelum
diterapkan
atau
mengikuti
rekaman
yang
sudah
ada
sebelumnya.
8) Pemberian pakan harus diamati dalam kurun waktu awal
pemberian untuk memonitor keberterimaan pakan oleh ikan,
penolakan
pakan
oleh
ikan
harus
mengikuti
rencana
kontingensi
B. Personil
1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi
pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang
sudah ditetapkan oleh manajemen.
2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian
lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.
C. Lingkungan (Sanitasi dan desinfeksi, Pengelolaan kualitas
air, Penanganan limbah)
1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan daerah
yang bebas wabah penyakit atau setidaknya selama 5 tahun
terakhir tidak pernah mengalami kejadian wabah penyakit
ikan.
2) Lingkungan secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi
dan higienis.
47
3) Pada kondisi tertentu, seperti debit dan sumber air kurang
dari kebutuhan, keterbatasan ruang maka penggunaan
sistem resirkulasi air dapat dilakukan pada masing-masing
bak pemeliharaan (terpisah), dengan syarat hanya berlaku
setiap shipment.
4) Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit
pada seluruh wadah pemeliharaan.
5) Pengelolaan kualitas air harus memperhatikan kebutuhan
debit air dan jenis ikan yang dipelihara, setiap perubahan
drastis
kualitas
dan
kuantitas
air
mengikuti
rencana
kontinjensi.
6) Pengecekan terhadap fungsi dari sarana pengelolaan air
(filter, ozon, UV, dll) harus dilakukan secara berkala. Apabila
terjadi
kebocoran
limbah
harus
mengikuti
rencana
kontinjensi.
D. Pengujian stress dan kohabitasi
1) Pengujian perlu dilakukan karena beberapa penyakit dapat
timbul dipicu oleh keadaan stress oleh karena itu untuk
mempermudah identifikasi penyakit terutama jenis penyakit
yang dormant atau carrier.
2) Tindakan kohabitasi untuk melihat penyebaran penyakit
antar spesies antara lain adalah :
a.
Pengujian stress
Pengujian stress harus memperhatikan kondisi dan
jenis ikan, pengujian yang menimbulkan kematian
besar mengacu pada kontingensi plan.
b.
Pengujian kohabitasi
Pengujian kohabitasi dilakukan menggunakan spesies
yang rentan, indigenous spesies atau spesies potensial.
48
E. Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan
Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan dilakukan
setelah pengujian dengan mempertimbangkan gejala klinis
yang nampak dan tingkat kematian yang terjadi.
F. Pengamatan perkembangan kesehatan ikan
1) Setiap perubahan yang terjadi pada ikan dan air harus
dibuat pencatatan terinci meliputi gejala klinis, perubahan
warna, pola renang dan anatomi.
2) Kejadian perubahan struktur pada ikan dijelaskan tipe lesi,
ukuran lesi, tingkat keparahan dan status penyakit.
3) Kondisi ikan yang parah mengacu pada rencana kontinjensi.
G. Penanganan kejadian wabah penyakit.
1) Kejadian
kontinjensi
wabah
yang
penyakit
telah
harus
dibuat
mengikuti
untuk
rencana
masing-masing
kejadian.
2) Tindakan
isolasi
harus
dilakukan
untuk
mencegah
penyebaran penyakit didalam instalasi meliputi penyegelan
instalasi dan pembatasan akses masuk dan keluar media.
H. Penanganan obat dan bahan kimia.
Penyimpanan obat dan bahan kimia harus memperhatikan sifat
bahan tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet
untuk obat dan bahan kimia yang ada.
I. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI
tertentu
1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis
atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di
bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
49
2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara
dibakar
dengan
sempurna
atau
diincenerasi
atau
diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave
ditimbun
dengan
kedalaman
minimal
50
cm
dari
permukaan tanah.
3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan
ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan
desinfektan.
J. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan
Limbah cair sisa kegiatan didesinfeksi dengan menggunakan
klorin, dan/ atau pemanasan (heat treatment), dan/ atau
radiasi
ultraviolet.
Selanjutnya
dialirkan
ke
kolam
pembuangan akhir (bak resapan) yang telah diberi indikator
pengujian biologis seperti ikan hidup atau tanaman air.
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa
Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas,
daun atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara
dibakar kemudian ditimbun.
3) Penanganan Limbah ikan mati/ rusak
Penanganan ikan mati/rusak yang akan diperiksa secara
laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan mati/
rusak lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian
diberi label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah
selesai masa karantina ikan yang mati/ rusak yang telah
disimpan di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara
dibakar
secara
sempurna
atau
diautoclave
kemudian
ditimbun.
4) Penanganan Limbah bekas kemasan
Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali
harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
50
bersih.
Bekas
kemasan
yang
rusak
dan
tidak
dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
K. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina
1)
Jumlah dan kapasitas wadah/bak harus sesuai dengan
peruntukannya.
2)
Bak terbuat dari bahan fiberglas antibocor dengan
kualitas yang baik.
3)
Instalasi
karantina dibersihkan
secara
rutin
sesuai
jadwal dengan bahan berkualitas.
4)
Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading
ada di dalam areal ini dan tidak semua orang memiliki
akses memasuki areal ini.
5)
Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan
air dan kuat serta mudah kering.
6)
Sistem drainase memiliki kapasitas
yang cukup dan
berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air
tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus
selalu
dijaga
memungkinkan
kebersihannya
berkembangnya
sehingga
tidak
mikroorganisma
dan
tidak menimbulkan bau.
7)
Mencegah
media
pembawa
keluar
area
instalasi
karantina instalasi karantina atau masuknya binatang ke
dalam area instalasi karantina melalui saluran drainase
ataupun tempat lainnya yang memungkinkan.
8)
Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak
berpori/ lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin,
bebas retak dan tidak ada sambungan terbuka
9)
Dinding, partisi dan pilar harus selalu dibersihkan,
permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi,
bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding
dan panel
10) Pencahayaan harus memadai
51
11) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama
harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan
disimpan
ditempat
terkunci
dan
pelaksanaan
pembasmian dilakukan oleh professional
12) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu
pengangkutan lainnya.
L. Suplai air
1) Dilakukan monitoring secara rutin terhadap mutu/ kualitas
sumber air.
2) Dilakukan desinfeksi sumber air menggunakan bahanbahan kimia sesuai standar.
3) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
4) Program
sanitasi
harus
disetujui
otoritas
kompeten.
Program sanitasi terdiri dari : daftar areal dan ruangan
yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah
prosedur
pembersihan
tiap
tempat,
ruangan
dan
perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai
material safety data sheet bahan kimia yang digunakan,
tingkat pengenceran dan aplikasi
M. Toilet dan Ruang Ganti
1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah
dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki
sistem yang dapat menutup sendiri. Memiliki ventilasi yang
memadai.
2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu,
sebaiknya
wastafel
dilengkapi
keran
yang
tidak
dioperasionalkan dengan tangan, sabun dispenser anti
germisidal dan fasilitas pengering tangan dan tempat
sampah yang dioperasikan dengan kaki.
3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung
dalam
area
atau
ruangan
dimana
media
ke
pembawa
52
disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah
pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal
coldstorage.
4) Pekerja harus diberikan locker pakaian sendiri dan terpisah
dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu
bersih dan terlindungi
5.2. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan
mati
Pengelolaan instalasi karantina mati meliputi beberapa hal
yang
harus
diperhatikan
dan
diterapkan
terutama
kondisi
lingkungan media pembawa dan meminimalisir penyebaran patogen.
Patogen dapat menyebar melalui vector, air limbah, air cucian,
peralatan
yang
berbagi
pakai,
atau
melalui
kontak
personel,
pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina mati adalah :
A. Media pembawa
1) Media
pembawa
dapat
dicegah
dari
kemungkinan
terkontaminasi oleh paparan vector dan kontaminan lainnya,
dengan
menjaga
kebersihan
dan
lingkungan
kerja
yang
terkendali.
2) Media
pembawa
karantina
dengan
tidak
boleh
alasan
dikeluarkan
apapun
sampai
dari
instalasi
persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan.
3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa
berita acara pemindahan.
4) Media
pembawa
yang
mengalami
pembusukan
atau
menunjukkan kelainan yang nyata harus mengikuti rencana
kontinjensi.
53
B. Personil
1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi
pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang
sudah ditetapkan oleh manajemen.
2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian lain
diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.
C. Lingkungan
1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan lingkungan
yang secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan
higienis.
2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan
kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan drastis
kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana kontinjensi.
3) Apabila terjadi kebocoran limbah, harus mengikuti rencana
kontinjensi.
D. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan
agar kondisi ikan tetap stabil dan bebas kontaminasi.
E. Penanganan bahan kimia.
Penyimpanan bahan kimia harus memperhatikan sifat bahan
tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet untuk obat
dan bahan kimia yang ada.
F. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI
tertentu
1) Media
pembawa
yang
dinyatakan
terinfeksi
HPIK/HPI
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis
atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di
bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
54
2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara
dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau diautoclave
kemudian
sisa
hasil
pembakaran/
autoclave
ditimbun
dengan kedalaman minimal 50 cm dari permukaan tanah.
3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan
ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan
desinfektan.
G. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan
Pengelolaan
limbah
cair
sisa
kegiatan
pada
instalasi
karantina mati yang dikelola sendiri (di luar kawasan
industri), dilakukan dengan desinfeksi menggunakan klorin
dan dialirkan ke kolam resapan. Pengelolaan limbah cair
pada instalasi karantina yang berada di kawasan industri,
dilakukan dengan menampung limbah cair sisa kegiatan ke
dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan ke instalasi
pengelolaan limbah milik pihak pengelola.
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa
Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas
pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan
dengan cara dibakar kemudian ditimbun.
3) Penanganan ikan rusak
Penanganan
ikan
rusak
yang
akan
diperiksa
secara
laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan rusak
lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian diberi
label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah
selesai masa karantina ikan yang rusak yang telah disimpan
di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara dibakar
secara sempurna atau diautoclave kemudian ditimbun.
4) Penanganan bekas kemasan
Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali
harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
55
bersih.
Bekas
kemasan
yang
rusak
dan
tidak
dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
H. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina
1)
Jumlah
dan
kapasitas
wadah
harus
sesuai
dengan
peruntukannya.
2)
instalasi karantina dibersihkan secara rutin sesuai jadwal
dengan bahan berkualitas.
3)
Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan
air dan kuat serta mudah kering.
4)
Sistem drainase memiliki kapasitas
yang cukup dan
berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air
tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus
selalu
dijaga
memungkinkan
kebersihannya
berkembangnya
sehingga
mikroorganisma
tidak
dan
tidak menimbulkan bau
5)
Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada
didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses
memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi
dan pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah
container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam
fasilitas IKI
6)
Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat
dan rutin dilakukan pengecekan
7)
Temperatur harus selalu rutin dikontrol
8)
Termometer secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang
temperature yang sesuai. Ditempatkan dalam posisi yang
sesuai
9)
Pengontrolan
fasilitas
harus
termasuk
sabun
yang
digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali
pakai
56
10)
Media pembawa harus disusun sedemikian rupa sehingga
memungkinkan sirkulasi udara. Media pembawa tidak
boleh diletakkan langsung di lantai
11)
Chiller, freezer dan cold storage harus bebas bau, jamur
dan debu
12)
Dinding
dan
lantai
ruang
refrigerasi
harus
dapat
dibersihkan
13)
Kapasitas freezer harus memadai untuk temperature yang
dikehendaki, tidak boleh ada pembentukan bunga es.
14)
Volume
cold
storage
maksimum
yang
dapat
diisi
komoditas adalah 90%
15)
Jarak
antara
tumpukan
kardus
komoditi
dalam
penyimpanan di cold storage, minimal 15 cm.
16)
Suhu di ruang bongkar muat pada fasilitas cold storage
maksimum <10oC.
17)
Semua fasilitas diberi label dengan model tulisan yang
resmi, huruf jelas dan standar, tulisan berwarna hitam,
dengan latar belakang kuning.
18)
Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan
bebas hama.
19)
Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu
pengangkutan lainnya
20)
Terdapat
standar
prosedur
kebersihan
dan
sanitasi
ruangan dan perlengkapan
21)
Sistem drainase berfungsi dengan baik dan selalu dijaga
kebersihannya
sehingga
tidak
memungkinkan
berkembangnya mikroorganisma serta tidak menimbulkan
bau.
22)
Dinding, partisi dan pilar harus halus, tahan air, tahan
pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka
di antara dinding dan panel
23)
Struktur atap dan langit langit harus rata, tidak bocor,
berwarna terang dan dapat dicuci
57
24)
Permukaan pintu dan bingkai pintu harus rata, tidak
bocor, dapat mencegah hama, bebas hama, berwarna
terang dan tahan korosi
25)
Jendela harus berwarna terang, bingkai tahan korosi dan
diberi pelapis (glaze), pas/cocok dengan kasa insekta yang
digunakan dalam ventilasi dan memiliki bukaan 45
derajat. Sistem sirkulasi udara harus baik
26)
Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama
harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan
disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian
dilakukan oleh professional
27)
Pencahayaan harus memadai
28)
Lantai harus bersih dan kering
I. Suplai air
1)
Mutu air harus secara rutin dimonitoring
2)
Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
3)
Pengujian kualitas air dengan baku mutu air yang
langsung dapat diminum untuk sarana cold storage pada
komoditas ikan segar dan beku dilakukan secara periodic.
4)
Program
sanitasi
harus
disetujui
otoritas
kompeten.
Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan
yang
dibersihkan,
jadwal
membersihkan,
langkah
–
langkah prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan
perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai
material safety data sheet bahan kimia yang digunakan,
tingkat pengenceran dan aplikasi
5)
Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil
bagian kebersihan
J. Toilet dan Ruang Ganti
1)
Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah
dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki
58
system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat
ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan
memiliki ventilasi yang memadai
2)
Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu,
wastafel dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan
tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas
pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan
dengan kaki
3)
Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung
kedalam are atau ruangan dimana media pembawa
disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah
pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal
cold storage
4)
Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari
baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih
dan terlindungi
5.3.
Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa
benda lain
Pengelolaan instalasi karantina media pembawa benda lain
meliputi beberapa hal yang harus diperhatikan dan diterapkan
terutama kondisi lingkungan media pembawa dan meminimalisir
penyebaran patogen. Patogen dapat menyebar melalui vector, air
limbah, air cucian, peralatan yang berbagi pakai, atau melalui kontak
personel, pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina media
pembawa benda lain.
A. Media pembawa
1)
Media
pembawa
terkontaminasi
dapat
oleh
dicegah
paparan
dari
vector
dan
kemungkinan
kontaminan
lainnya, dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja
yang terkendali.
59
2)
Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi
karantina dengan alasan apapun
sampai persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan.
3)
Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi
tanpa berita acara pemindahan.
4)
Media
pembawa
menunjukkan
yang
mengalami
kelainan
yang
pembusukan
nyata
harus
atau
ditangani
mengikuti rencana kontinjensi.
B. Personil
1)
Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi
pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang
sudah ditetapkan oleh manajemen.
2)
Personil
tidak
boleh
bekerja
atau
menangani
media
pembawa dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan
manajemen.
C. Lingkungan
1)
Lingkungan
instalasi
karantina
harus
merupakan
lingkungan yang secara berkala dikelola aspek sanitasi,
desinfeksi dan higinis.
2)
Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan
kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan
drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana
kontinjensi.
3)
Apabila terjadi kebocoran limbah, penanganannya harus
mengikuti
rencana
kontinjensi
(untuk
instalasi
yang
berintegrasi dengan unit pengolahan).
D. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan
agar kondisi media pembawa tetap stabil dan bebas kontaminasi.
60
E. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI
tertentu
1)
Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis
atau visual, dan laboratoris, wajib segera dimusnahkan di
bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
2)
Pemusnahan media pembawa dan kemasannya dilakukan
dengan cara dibakar dengan sempurna atau diincenerasi
atau
diautoclave
kemudian
sisa
hasil
pembakaran/
autoclave ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari
permukaan tanah.
3)
Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan
media
pembawa
tersebut
segera
didesinfeksi
dengan
menggunakan desinfektan seperti pada pada lampiran (SOP
desinfeksi sarana dan prasarana instalasi karantina).
4)
Urutan tindakan pemusnahan dapat dilihat pada SOP
pemusnahan
media
pembawa
dan
kemasannya
yang
terinfeksi HPIK/ HPI tertentu.
F. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan (untuk instalasi yang
berintegrasi dengan unit pengolahan)
Pengelolaan
limbah
cair
sisa
kegiatan
pada
instalasi
karantina media pembawa benda lain yang dikelola sendiri
(di luar kawasan industri), dilakukan dengan desinfeksi
menggunakan klorin dan dialirkan ke kolam resapan.
Pengelolaan limbah cair pada instalasi karantina yang
berada di kawasan industri, dilakukan dengan menampung
limbah cair sisa kegiatan ke dalam bak penampungan,
selanjutnya dialirkan ke instalasi pengelolaan limbah milik
pihak pengelola.
61
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa
Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas
pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan
dengan cara dibakar kemudian ditimbun.
3) Penanganan media pembawa yang rusak
Penanganan media pembawa yang rusak dikumpulkan
kemudian dipisahkan lalu diberi label/ identitas. Setelah
selesai masa karantina media pembawa yang rusak segera
dimusnahkan dengan cara dibakar secara sempurna atau
diautoclave kemudian ditimbun.
4) Penanganan bekas kemasan
Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali
harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
bersih.
Bekas
kemasan
yang
rusak
dan
tidak
dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
G. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
1) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada
didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses
memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi dan
pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah
container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam
fasilitas instalasi karantina
2) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan air
dan kuat serta dapat kering dengan system drainase cepat
dan
memiliki
kapasitas
yang
cukup
untuk
tidak
menyebabkan tergenang pada saat hujan/badai
3) Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat
dan rutin dilakukan pengecekan
4) Temperatur harus selalu rutin dikontrol dan termometer
secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang temperature
yang sesuai. Termometer ditempatkan dalam posisi yang
sesuai
62
5) Pengontrolan
fasilitas
harus
termasuk
sabun
yang
digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali
pakai
6) Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak berpori/
lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin, bebas retak
dan tidak ada sambungan terbuka.
7) Media pembawa harus disusun rapi, diberi jarak yang cukup
sehingga memungkinkan sirkulasi udara, dan tidak boleh
diletakkan langsung di lantai
8) Dinding,
partisi
dan
pilar
harus
selalu
dibersihkan,
permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi,
bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan
panel
9) Kapasitas
harus
memadai
untuk
temperature
yang
dikehendaki
10) Pencahayaan harus memadai
11) Ruangan memiliki system drainase baik
12) Komoditas fish oil untuk konsumsi manusia harus disimpan
dalam cold storage dengan suhu -4oC.
13) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan bebas
hama.
14) Terdapat
tempat
penyimpanan
forklift
dan
alat
bantu
pengangkutan lainnya
15) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi ruangan
dan perlengkapan
16) Mekanisme tempat pembuangan dapat mencegah binatang
masuk dan bau
17) Sistem sirkulasi udara harus baik
18) Menerapkan dasar pemikiran higinis
19) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus
dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan
ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian dilakukan
oleh professional
63
H. Suplai air
1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring
2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
3) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten
4) Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan yang
dibersihkan,
jadwal
membersihkan,
langkah
–
langkah
prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan perlengkapan,
fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety
data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran
dan aplikasi
5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil
bagian kebersihan
I. Toilet dan Ruang Ganti
1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah
dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki
system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat
ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan memiliki
ventilasi yang memadai
2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu, wastafel
dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan tangan,
sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas pengering tangan
dan tempat sampah yang dioperasikan dengan kaki
3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung kedalam
are atau ruangan dimana media pembawa disimpan. Dalam
jumlah yang memadai untuk jumlah pekerja diinstalasi. Ruang
ganti harus berada dalam areal instalasi karantina
4) Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari
baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih dan
terlindungi
64
5.4.
Dokumen Mutu Karantina Ikan
Instalasi karantina harus memiliki Dokumen Mutu Karantina
Ikan. Dokumen Mutu Karantina Ikan memuat:
a. Panduan mutu;
b. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja; dan
c. Formulir kegiatan
5.4.1. Panduan Mutu
Panduan
mutu
merupakan
dokumen
yang
menyatakan
kebijakan mutu dan menguraikan sistem mutu pada instalasi
karantina. Manfaat panduan mutu adalah sebagai berikut:
a. Merupakan dokumen pengendali semua aspek manajemen
mutu;
b. Merupakan dokumen acuan untuk audit sistem mutu oleh
internal instalasi karantina maupun pihak eksternal
c. Merupakan acuan dalam penerapan manajemen mutu
(operasional instalasi karantina, pelatihan, inspeksi, audit
dan lainnya)
5.4.2. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja
Dokumen prosedur kerja merupakan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang menerangkan tentang langkah-langkah kegiatan
operasional disetiap sarana instalasi karantina, yang menjelaskan
tentang pengelolaan instalasi karantina. SOP disusun dan ditetapkan
oleh penanggung jawab instalasi karantina. Setiap kegiatan yang
dilaksanakan harus berdasarkan SOP yang telah ditetapkan dan
tertelusur serta tercatat pada rekaman/ formulir/ logbook kegiatan.
Adapun SOP pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa
hidup, mati dan benda lain meliputi :
a. SOP untuk media pembawa hidup :
1. SOP
penanganan
sarana,
prasarana
di
instalasi
karantina
65
2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana
instalasi karantina
3. SOP pelaksanaan pemasukan ikan
4. SOP pengasingan dan pengamatan
5. SOP pengelolaan limbah
6. SOP pemusnahan
7. SOP pengambilan sampel
8. SOP perlakuan
9. SOP penanganan ikan keluar
10. SOP rencana kontinjensi
b. SOP untuk media pembawa mati :
1. SOP
penanganan
sarana,
prasarana
di
instalasi
karantina ikan mati
2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana
instalasi karantina
3. SOP penanganan pemasukan ikan mati
4. SOP pengasingan dan pengamatan
5. SOP pengelolaan limbah
6. SOP pengambilan sampel
7. SOP penanganan ikan keluar.
8. SOP pemusnahan
9. SOP rencana kontinjensi
c. SOP untuk media pembawa benda lain:
1. SOP
penanganan
sarana,
prasarana
di
instalasi
karantina ikan benda lain
2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana
instalasi karantina
3. SOP penanganan pemasukan media pembawa benda lain
4. SOP pengasingan dan pengamatan
5. SOP pengelolaan limbah
6. SOP pemusnahan
66
7. SOP pengambilan sampel
8. SOP penanganan ikan keluar
9. SOP rencana kontinjensi
Penerapan SOP dalam pengelolaan instalasi karantina harus
konsisten seperti alur pada gambar 3, 4 dan 5.
Persiapan Pemasukan Media Pembawa
1.
2.
3.
4.
SOP Penanganan sarana prasarana di IKI
1
SOP Pengelolaan Pakan Ikan di IKI )
1
SOP Pengelolaan Air di IKI )
SOP Desinfeksi dan sanitasi Sarana Prasarana di IKI
Pelaksanaan pemasukkan media pembawa
1.
2.
SOP Pelaksanaan pemasukan ikan hidup (aklimatisasi dan seleksi)
SOP Pengasingan dan pengamatan (masukkan unsur pemeliharaan, pemberian pakan
dan pengelolaan kualitas air)
SOP Pengelolaan Limbah
SOP Pemusnahan
3.
4.
Pengambilan Sampel (dilakukan
3
sebelum perlakuan) )
1. SOP Pengambilan sampel
Pengujian Laboratorium
4
Positif HPIK golongan II )
Positif HPIK Gol I
Negatif
4
)
Penanganan Sampel Ikan
4
dilakukan oleh UPT KIPM )
2
1. SOP Bioassay Stressing )
2. SOP Infeksi Buatan
(kohabitasi, dan injeksi
suspensi)
Penanganan Ikan sakit
1. SOP Perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan
ikan
2. SOP Pengelolaan Limbah
3.
4
Positif HPIK Gol I )
Negatif
SOP Pengambilan sampel (dilakukan pengambilan sampel
ulang)
Tidak
Tidak dapat
dapat dibebaskan
dibebaskan dari
dari HPIK
HPIK Gol
Gol II
II
4
Pemusnahan )
1. SOP Pemusnahan
2. SOP Pengelolaan Limbah
Pelepasan
SOP Penanganan Ikan Keluar
Gambar 3. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi
karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan
Hidup
67
Keterangan :
1) Pilihan disesuaikan dengan jenis komoditi yang ditangani (misal :
untuk penanganan pada komoditas kekerangan dan reptil (kurakura))
2) Stressing dilakukan pada :
a. semua
sampel ikan/ udang
yang menjadi media pembawa
HPIK
b. Ikan jenis baru yang belum ada di Indonesia
c. uji bioasay dilakukan apabila hasil stressing ikan/udang
menunjukan gejala klinis terinfeksi HPIK
d. Apabila hasil uji laboratorium dari ikan yang telah dilakukan
stressing positif HPIK maka tidak perlu dilanjutkan dengan uji
infeksi buatan/ kohabitasi.
e. Bioassay dilakukan apabila diperlukan sebagai uji konfirmasi
dan uji stressing tidak menunjukkan hasil
dan untuk jenis-
jenis ikan eksotik yang belum ada di Indonesia
(stressing
dilakukan paling lama 3 hari).
3) Pengambilan sampel dilakukan di instalasi pada saat kemasan
dibuka
4) Apabila terjadi keadaan darurat (serangan HPIK/ HPI tertentu),
maka
diberlakukan
SOP
rencana
kontinjensi,
dan
segera
menghubungi petugas karantina
.: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina
: dilakukan oleh PHPI UPT KIPM
68
Persiapan pemasukan media pembawa mati
1. SOP penanganan sarana,SDM
prasarana, dan SDM di IKI
2. SOP tata tertib personil di IKI
3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI
4. SOP Desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI
Pelaksanaan pemasukan ikan mati (impor) 2)
1. SOP penanganan pemasukan ikan mati
2. SOP pengasingan dan pengamatan
3. SOP pengelolaan limbah 1)
4. SOP pemusnahan
Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium
1. SOP pengambilan sampel
Positif 2)
negatif
Pemusnahan 2)
1. SOP pemusnahan
2. SOP pengolahan
limbah
Pelepasan
1. SOP penanganan
ikan keluar
Gambar 4. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi
karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan Mati
Keterangan :
1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses
pengolahan atau ganti kemasan
2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP
rencana
kontinjensi,
dan
segera
menghubungi
petugas
karantina
: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina
: dilakukan oleh PHPI UPT KIPM
69
Persiapan pemasukan media pembawa benda lain
1. SOP penanganan sarana, prasarana, dan SDM di IKI
2. SOP tata tertib personil di IKI
3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI
4. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI
Pelaksanaan pemasukan media pembawa benda lain 2)
1. SOP pemasukan media pembawa benda lain
2. SOP pengasingan dan pengamatan
3. SOP pengelolaan limbah 1)
4. SOP pemusnahan
Pengambilan sampel dan pengujian
laboratorium
1. SOP pengambilan sampel
Positif 2)
negatif
Pemusnahan2)
1. SOP Pemusnahan
2. SOP Pengolahan Limbah
Pelepasan
1. SOP penanganan ikan
keluar
Gambar 5. Alur penerapan SOP pada pengelolaan IKI untuk
pemasukan media pembawa Benda Lain 3)
Keterangan :
1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses
pengolahan atau ganti kemasan (repacking)
2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP
rencana
kontinjensi,
dan
segera
menghubungi
petugas
karantina
3) Kecuali bahan patogenik dan biologik
: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina
: dilakukan oleh PHPI UPT
70
5.4.3. Formulir kegiatan
Formulir kegiatan adalah sarana untuk merekam/ mencatat/
mendokumentasikan data dan informasi agar seluruh kegiatan
instalasi karantina yang tercantum dalam SOP dapat tertelusur dan
sebagai bukti diterapkannya sistem mutu pada pengelolaan instalasi
karantina.
5.5.
Monitoring dan Evaluasi Instalasi Karantina
Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan terhadap instalasi
karantina yang telah ditetapkan. Hal ini dalam rangka memantau
konsistensi
pengelolaan
instalasi
karantina
dalam
pemenuhan
penerapan persyaratan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)
meliputi
penerapan
dokumen
mutu,
kelayakan
teknis,
dan
peruntukan instalasi karantina. Monitoring dan evaluasi dilakukan
oleh Pusat Karantina Ikan dilakukan oleh PHPI/ Pejabat Pusat
Karantina Ikan yang berkompeten dan telah memiliki sertifikat
pelatihan
penerapan
biosecurity
dalam
pengelolaan
instalasi
karantina. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan selama berlakunya
Sertifikat Instalasi Karantina Ikan.
71
BAB VI
INSPEKSI DAN VERIFIKASI
Kepala
UPT
KIPM
yang
mengelola
instalasi
karantina
kementerian dan perorangan atau badan hukum wajib menjaga
konsistensi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis instalasi
karantina, dan peruntukan instalasi karantina. Untuk menjaga
konsistensi sebagaimana dimaksud di atas maka dilakukan inspeksi
dan verifikasi terhadap instalasi karantina ikan. Adapun tata cara
inspeksi dan verifikasi adalah sebagai berikut:
1. Inspeksi dan verifikasi dilakukan oleh:
a. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik kementerian,
dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan
Penyakit
Ikan
yang
telah
memiliki
sertifikat
inspektur
karantina, yang bertugas di pusat.
b. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik perorangan atau
badan hukum, dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali
Hama dan Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat
inspektur karantina, dengan kriteria :
1) Instalasi kategori A dan B oleh tim inspektur karantina
yang terdiri dari inspektur karantina pusat dan inspektur
karantina UPT KIPM yang ditetapkan oleh Kepala BKIPM
c.q Kepala Pusat Karantina Ikan.
2) Instalasi kategori C oleh inspektur karantina UPT KIPM
2. Inspeksi dan verifikasi dilakukan paling kurang setiap 6 (enam)
bulan.
3. Dalam
hal
hasil
ketidaksesuaian,
inspeksi
inspektur
dan
verifikasi
karantina
wajib
ditemukan
menerbitkan
rekomendasi perbaikan kepada :
a. Kepala BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan untuk instalasi
karantina milik kementerian dan milik perorangan atau badan
hukum dengan kategori A dan B.
72
b. Kepala UPT KIPM untuk instalasi karantina kategori C.
4. Rekomendasi perbaikan wajib ditindaklanjuti dalam jangka waktu
paling lama (7) hari kalender.
5. Inspektur karantina melaporkan hasil inspeksi dan verifikasi
dengan ketentuan :
a. untuk
instalasi
karantina
milik
kementerian
dan
milik
perorangan atau badan hukum kategori A dan B, laporan
hasil inspeksi ditujukan kepada kepala BKIPM c.q. Kepala
Pusat Karantina Ikan
b. untuk instalasi karantina milik perorangan atau badan
hukum kategori C laporan hasil inspeksi ditujukan kepada
Kepala UPT KIPM.
c. Kepala UPT KIPM melaporkan rekapitulasi hasil inspeksi dan
evaluasi IKI kategori A, B, dan C setiap bulan kepada Kepala
BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan.
6. Hasil
inspeksi
dan
verifikasi
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam perpanjangan Sertifikat Instalasi Karantina
Ikan.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inspeksi dan verifikasi
diatur dengan Peraturan Kepala Badan.
73
BAB VII
PEMBINAAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Pembangunan instalasi karantina harus dilakukan dengan
perencanaan yang matang, dalam rangka mengantisipasi resiko
penyebaran HPIK/ HPI tertentu melalui media pembawa, orang, alat
angkut, sarana dan fasilitas yang terkontaminasi HPIK/ HPI tertentu.
Pembinaan instalasi karantina ikan dilakukan oleh Kepala
BKIPM c.q. Kepala Pusat Karantina Ikan, dalam rangka peningkatan
kompetensi pengelolaan instalasi karantina dan personil dalam
mendukung Cara Karantina Ikan yang Baik.
Kerjasama yang baik antara BKIPM sebagai regulator dan UPT
KIPM atau pemilik instalasi sebagai pelaksana di dalam pengelolaan
instalasi karantina perlu dioptimalisasi melalui kegiatan pembinaan
teknis antara lain:
1. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik
kementerian;
2. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik
perorangan atau badan hukum;
3. Peningkatan kompetensi personil penanggung jawab instalasi
karantina;
4. Standardisasi sarana dan prasarana instalasi karantina;
5. Penerapan Biosekuriti pada instalasi karantina; dan/ atau
6. Pengelolaan sarana dan fasilitas instalasi karantina ikan.
74
BAB VIII
PELAPORAN DAN SANKSI
Instalasi karantina milik kementerian dan perorangan atau
badan
hukum
wajib
menyampaikan
laporan
penggunaan
dan
pengelolaan instalasi karantina meliputi:
1. Jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke instalasi
karantina;
2. Tindakan karantina ikan yang dilakukan;
3. Hasil dari tindakan karantina ikan.
Penyampaian laporan tersebut dapat dilakukan secara manual
maupun elektronik.
6.1.
Prosedur Pelaporan
a. Perorangan
atau
badan
hukum
wajib
menyampaikan
laporan penggunaan dan pengelolaan instalasi karantina
kepada kepala UPT KIPM setempat.
b. Kepala UPT KIPM melakukan rekapitulasi laporan dan
melaporkannya kepada Kepala Badan.
c. Kepala UPT KIPM selain merekapitulasi dan melaporkan
penggunaan instalasi karantina milik perorangan atau
badan hukum, juga wajib melaporkan penggunaan instalasi
karantina yang dikelolanya.
6.2.
Sanksi
a. Perorangan atau badan hukum yang tidak menyampaikan
laporan penggunaan instalasi karantina akan dikenakan
sanksi administratif berupa :
1) Peringatan tertulis
Peringatan tertulis dilakukan paling banyak 2 (dua) kali
dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari
kalender.
75
2) Pembekuan sertifikat instalasi karantina
Pembekuan sertifikat instalasi paling lama 30 (tiga
puluh)
hari
berakhirnya
kalender
apabila
peringatan
sampai
tertulis
kedua
dengan
tidak
menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina.
3) Pencabutan sertifikat instalasi karantina
Pencabutan
sertifikat
instalasi
karantina
dilakukan
apabila sampai dengan berakhirnya pembekuan sertifikat
instalasi
karantina
tidak
menyampaikan
laporan
penggunaan instalasi karantina.
b. Kepala UPT KIPM yang tidak melaksanakan kewajiban akan
dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, J.R., Reantaso, M.B., dan Subangsinghe, R.P., 2008, A
Manual of Procedures for The Quarantine of Live Aquatic
Animals, Roma, Food and Agriculture Organization of United
Nation.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014, Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 33 tahun 2014 tentang IKI.
Jakarta
Offices des International des Epizooties (OIE), 2012, Manual of
Diagnostic Test for Aquatic Animal Disease. Paris
Sekretaris Negara, 1992. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1992
tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Jakarta
Sekretaris Negara, 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2002 tentang Karantina Ikan. Jakarta
77
LAMPIRAN 1. Form Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT PERUSAHAAN
Nomor
Tanggal
Lampiran
Perihal
:
:
:
: Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
Kepada Yth,
Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM
...........................................
di
Tempat
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama Pemilik
Nama Perusahaan
Alamat Kantor
Alamat Instalasi Karantina Ikan
:
:
:
:
Mengajukan Permohonan Penilaian
dengan spesifikasi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Instalasi
Karantina
Ikan,
Peruntukan Instalasi Karantina Ikan :
Jenis Instalasi Karantina Ikan
:
Kapasitas
:
Jenis Media Pembawa
:
Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan :
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan
atau
fotokopi
akte
pendirian
perusahaan
dan
fotokopi
KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;
d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media
pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen
Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin
Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang;
e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota
atau
Dinas
Kabupaten/Kota
yang
membidangi
perikanan
yang
73
menjelaskan bahwa yang bersangkutan melakukan kegiatan usaha di
bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum;
f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bangunan/
ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina ikan, dan ;
g. Dokumen mutu Karantina Ikan.
Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenarbenarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia
menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian
permohonan
ini
kami
buat,
atas
bantuan
dan
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pemilik/ Pimpinan
Ttd dan stampel
(…………………….)
74
LAMPIRAN 2. Form Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT PERUSAHAAN
Nomor
Tanggal
Lampiran
Perihal
:
:
:
: Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
Kepada Yth,
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan
di
Tempat
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama Pemilik
Nama Perusahaan
Alamat Kantor
Alamat Instalasi Karantina Ikan
:
:
:
:
Mengajukan Permohonan Penetapan Instalasi karantina Ikan,
dengan spesifikasi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Peruntukan Instalasi Karantina Ikan
Jenis Instalasi Karantina Ikan
Kapasitas
Jenis Media Pembawa
:
:
:
:
Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan :
a.
Rekomendasi hasil penilaian dari UPT KIPM.
b.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan
c.
Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung
jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
d.
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e.
Dokumen mutu Karantina Ikan.
Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenar-
benarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia
menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
75
Demikian
permohonan
ini
kami
buat,
atas
bantuan
dan
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pemilik/ Pimpinan
Ttd dan stampel
(…………………….)
Tembusan Yth ;
Kepala Pusat Karantina Ikan
76
LAMPIRAN 3. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan
Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT UPT KIPM
FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN
PERMOHONAN PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Berdasarkan permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan milik :
1. Nama Perusahaan
:
2. Alamat instalasi
:
bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan
tersebut, dengan hasil sebagai berikut :
Kelengkapan
Keterangan
dokumen
No
Dokumen
ada
Tidak
ada
1.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP),
untuk pemohon perorangan atau fotokopi
akte pendirian perusahaan dan fotokopi
KTP penanggung jawab perusahaan, untuk
pemohon badan hukum;
2.
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3.
Surat keterangan kepemilikan/ surat
perjanjian kontrak/ sewa;
4.
Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari
Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/
Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari
Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media
pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan
(surat ijin impor) dari instansi yang
berwenang;
5.
Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten/Kota atau Dinas
Kabupaten/Kota
yang
membidangi
perikanan yang menjelaskan bahwa yang
bersngkutan melakukan kegiatan usaha di
bidang
perikanan,
untuk
pemohon
perorangan atau badan hukum;
6.
Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay
Out) dan foto bagunan/ ruangan yang akan
ditetapkan sebagai IKI.;
7.
Dokumen mutu Karantina Ikan;
Kesimpulan :
1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti)
2. Tidak lengkap / tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi)
LEMBAR PENGESAHAN
JABATAN
PARAF
Kepala Balai Besar/ Balai/
Stasiun KIPM.............
.................., ...................................... 20….
Petugas,
1. ………………………….
NIP
2. ………………………….
NIP
77
LAMPIRAN 4. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan
Penetapan Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT KIPM
FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN
PERMOHONAN PENETAPAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Berdasarkan permohonan penetapan Instalasi Karantina Ikan milik :
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat instalasi
:
bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik
perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut :
No
1.
Kelengkapan
dokumen
ada
Tidak
ada
Dokumen
Rekomendasi
hasil
penilaian
Keterangan
instalasi
karantina dari UPT KIPM;
2.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP),
untuk pemohon perorangan/ Fotokopi akte
pendirian perusahaan dan fotokopi KTP
penanggung
jawab
perusahaan,
untuk
pemohon badan hukum;
3.
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4.
Dokumen mutu Karantina Ikan.
Kesimpulan :
1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti)
2. Tidak lengkap/ tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi)
LEMBAR PENGESAHAN
JABATAN
PARAF
Kepala Bidang
Pengelolaan Instalasi dan
Laboratorium
.................., ....................................20….
Petugas,
1. ………………………….
NIP
2. ………………………….
NIP
78
Lampiran 5.
Format Laporan Evaluasi Hasil Penilaian Instalasi
Karantina Ikan
KOP SURAT UPT
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN
INSTALASI KARANTINA IKAN
Nomor
Dokumen
Tanggal
Halaman
: ........................
: ...........................
: 1/3
Sesuai dengan ketentuan pada Pedoman Instalasi Karantina Ikan bahwa harus
dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan, maka setiap
hasil laporan penilaian Instalasi Karantina Ikan, dilakukan evaluasi oleh Tim
Evaluasi UPT KIPM, sebelum dilakukan penolakan, ditunda, atau direkomendasikan
oleh Kepala UPT KIPM untuk penetapan Sertifika Instalasi Karantina Ikan oleh
Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Berdasarkan laporan hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan oleh tim penilai
pada tanggal ............................, terhadap:
Nama Perusahaan
: ................................................................
Alamat Kantor
: ................................................................
Alamat Instalasi
: ................................................................
Jenis Instalasi
: Instalasi Karantina Ikan ........................
Jenis Media Pembawa
Peruntukan Instalasi
Kapasitas
Tim Penilai
: ............................................................
: ...............................................................
: ...............................................................
: 1. .......................
2. ......................
3. ......................
telah dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi tersebut. Adapun hasil
evaluasinya dapat kami laporkan sebagai berikut :
Pengesahan
Dibuat oleh
Anggota
.........................
NIP.............................
...........................
Diperiksa oleh
Penanggungjawab
NIP.
.............................
NIP.
………………………….
Disahkan oleh
Kepala UPT
NIP.
Ketua
NIP.
……………………………
79
KOP SURAT UPT
Nomor
Dokumen
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN
INSTALASI KARANTINA IKAN
Tanggal
Halaman
1. Persyaratan
: ...............................
: ......................................
: 2/3
Administrasi (lengkap)
a. Fotokopi KTP atau Akta ...................................................................…….Lengkap
b. Fotokopi NPWP .................................................................................Lengkap
c. Surat Pernyataan kepemilikan / sewa .................................................Lengkap
d. Surat Ijin Impor ................................................................................ Lengkap
e. Surat Keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan ...........................Lengkap
f. Layout/ Denah IKI ...............................................................................Lengkap
g. Dokumen Mutu Karantina Ikan ...........................................................Lengkap
2. Persyaratan Teknis (Sesuai dengan Pedoman Instalasi Karantina Ikan .............)
a. Lokasi : ..............................................................................
b.
Sarana instalasi telah dilengkapi fasilitas berupa;
• Ruang Karantina sebagai sarana untuk pengasingan dan pemeriksaan
untuk Media Pembawa selama masa karantina berlangsung.
• Sarana Pemeriksaan / Laboratorium berupa…………………..
• Sarana Pengasingan dan Pengamatan, berupa........................................
• Sarana perlakuan berupa…………………………………..
• Sarana penahanan berupa ..................................................
• Sarana pemusnahan berupa ………………………………………
• Sarana
Sanitasi
dan
desinfeksi
untuk
Personil
dan
Tamu
berupa……………
• Sarana pengelolaan limbah berupa………………………………………..
Dibuat oleh
Anggota
.........................
NIP.............................
Pengesahan
...........................
NIP.
.............................
Diperiksa oleh
Disahkan oleh
Penanggungjawab Kepala UPT
NIP.
Ketua
NIP.
NIP.
80
KOP SURAT UPT
Nomor
Dokumen
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN
INSTALASI KARANTINA IKAN
Tanggal
Halaman
: ...............................
: ......................................
: 2/3
3. Fasilitas
 Gedung .........................................................
 Instalasi listrik .................................................
 Air ..................................................................
4. Fasilitas pendukung dilengkapi;

..............................................

................................................

..................................................
5. Sanitasi dan Kebersihan lingkungan kerja ;

.....................................................

.....................................................
6. Sumber Daya Manusia
.......................................................
Berdasarkan
Tim
Evaluasi yang telah dilakukan terhadap
Penilai Kelayakan Instalasi Karantina
terhadap ..........................., Alamat
Laporan Hasil
oleh UPT KIPM, maka
instalasi ..................................,
telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga dinyatakan layak untuk tempat
pelaksanaan tindakan karantina dalam rangka mencegah masuk,
keluar dan tersebarnya Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan
diusulkan untuk dapat Diterbitkan
rekomendasi hasil penilaian oleh
kepala UPT
Dibuat oleh
Anggota
.........................
NIP.............................
Pengesahan
...........................
NIP.
.............................
Diperiksa oleh
Disahkan oleh
Penanggungjawab Kepala UPT
NIP.
Ketua
NIP.
NIP.
81
LAMPIRAN 6. Format Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi
Karantina Ikan
KOP SURAT UPT
Nomor
Sifat
Lampiran
Perihal
:
...............,......................20..
: Penting
:: Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi
Karantina Ikan
Yth. Kepala Badan Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
di
Jakarta
Menindaklanjuti Surat Direktur..............Nomor..........tanggal........
perihal : Permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan, berdasarkan :
1. Hasil Verifikasi Dokumen :
Fotokopi KTP dan atau Akta pendirian perusahaan
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;
Surat Ijin Impor
Surat keterangan dari dinas yang membidangi Kelautan dan
Perikanan
Peta lokasi, lay out dan foto bagunan/ ruangan instalasi
Dokumen Mutu Karantina Ikan
2. Hasil penilaian
Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan yang dipersyaratkan
telah sesuai dengan:
a. Sarana Instalasi
:
Sarana dan bahan pemeriksaan
Sarana pengasingan dan pengamatan
Sarana perlakuan
Sarana penahanan
Sarana pemusnahan
Sarana pengolahan limbah
b. Peruntukan Instalasi
: Hidup/ Mati/ Benda Lain
c. Jenis Komoditi (nama latin) : 1.
82
2.
3. dst
d. Kapasitas Instalasi
:
e. Penanggung jawab instalasi :
Berdasarkan hasil verifikasi dan penilaian, maka dinyatakan LAYAK
dan MEMENUHI SYARAT untuk diterbitkan Sertifikat Instalasi Karantina
Ikan
Demikian kami sampaikan atas perhatiannya disampaikan terima
kasih.
Kepala Balai
Stasiun KIPM
Besar/
Balai/
.............................
NIP.
Tembusan: Yth.
Kepala Pusat Karantina Ikan
83
Lampiran 7. Contoh SOP penanganan sarana dan prasarana pada
instalasi
karantina ikan
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Penanganan Sarana dan Prasarana Instalasi Karantina Ikan
1. TUJUAN & SASARAN
SOP penanganan sarana dan prasarana IKI disusun dengan tujuan
sebagai petunjuk bagi petugas karantina dan penanggungjawab IKI
dalam melakukan kegiatan penanganan sarana dan prasarana IKI
agar dilaksanakan secara tepat dan sesuai standar
2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi
sarana dan prasarana media pembawa hidup di IKI meliputi istolah
dan definisi, penanggung jawab, prosedur kerja, dan rekam data.
3. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1. Penanganan adalah segala pekerjaan yang dilakukan semenjak
sarana dan prasana berdiri dan digunakan sampai dkatakan siap
untuk dijadikan tempat tindak karantina ikan (IKI)
3.2. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
dalam mencapai maksud atau tujuan. sarana lebih ditujukan
untuk benda-benda yang bergerak seperti bak, alat serok dan
sejenisnya, blower, alat kualitas air dan sebagainya.
3.3. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan,
proyek). prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak
bergerak seperti gedung, ruang, kolam, bak permanen, tanah, dan
sebagainya.
3.4. IKI adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada
padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan
karantina.
4. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas/
penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten
setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI
5. PROSEDUR KERJA
Penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup
dilakukan sebelum masa karantina. Pemeriksaan dan evaluasi harus
dilakukan sebelum masa karantina di IKI terhadap sarana dan
prasarana
baik yang bersifat pokok dan penunjang: Prosedur
penanganan sarana dan prasarana harus memperhatikan dan
mendukung standar operasinal prosedur (SOP) di IKI. SOP yang
terdapat di IKI sebagai berikut :
84
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Tata Tertib Personel IKI.
Keselamatan dan Keamanan Bekerja di IKI
Desinfeksi dan Sanitasi Sarana dan Prasarana IKI
Pengelolaan Air IKI
Penanganan Ikan Masuk ke dalam IKI
Pengujian Stress dan Kohabitasi di IKI
Pemeliharaan Ikan IKI
Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan IKI
Perlakuan IKI
Pengelolaan Pakan IKI
Penanganan Ikan Keluar di IKI
Penanganan Limbah IKI
Rencana Kontingensi
Pemeriksaan klinis dan/atau visual
Pemeriksaan visual dan/atau uji organoleptik (Udang
segar/beku/kering/bagian tubuh)
Pengambilan sampel media pembawa hidup
Pengambilan sampel media pembawa pada Produk perikanan
segar/beku/kering/bagian tubuh
Desinfeksi sarana dan prasarana IKI
Pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang terinfeksi
hpik/hpi tertentu
Pengamatan peubah fisika kimia air
Prosedur penanganan sarana dan prasarana IKI sebelum masa
karantina dilakukan sebagai berikut :
1. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI
secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana
pokok yaitu srana dan prasarana yang dimanfaatkan secara
langsung untuk kegiatan tindak karantina seperti bak
penampungan air baik tawar atau laut, bak pemeliharaan (induk,
telur, larva, pakan alami). Sarana pokok tersebut harus
dipastikan telah didesinfeksi dan terjamin biosecurity dan
sanitasinya
2. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI
secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana
penunjang yaitu sarana untuk menunjang tindakan karantina di
IKI seperti pompa air, alat serok, alat kualitas air, aerasi, ruang
genset, dan sebagainya. Sarana penunjang harus tersedia dan
ditata untuk menjamin kemudahan penggunaan selama masa
karantina ikan.
3. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana pelengkap
di IKI secara periodic oleh petugas IKI terhadap sarana dan
prasarana pelengkap seperti ruang kantor, alat tulis menulis,
computer dan sejenisnya.
4. Evaluasi secara menyeluruh sarana dan prasarana tersebut
maksimal sudah siap dua hari sebelum pemasukan media
pembawa
5. Laporkan hasil evaluasi sarana dan prasarana tersebut kepada
petugas karantina sebelum dilakukan pemasukan media
pembawa
85
6. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan Sarana dan Prasarana
IKI Media Pembawa Hidup harus dicatat dalam formulir standar yang
telah ditetapkan.
86
FORM PENANGANAN SARANA DAN PRASARANA
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM PERSIAPAN BAK
NO
T
G
L
NO.
BAK
JENIS
MEDIA
PEMBAWA
BAK PENAMPUNGAN
AIR
TAWAR*
LAUT*
BAK PEMELIHARAAN
INDUK*
TELUR*
LARVA
PERSO
NIL IKI
PAKAN
ALAMI
* Apabila media pembawa air tawar/air laut
*Apabila media pembawa induk/telur/larva/pakan alami
PENANGGUNG
JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
87
KET
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM DESINFEKSI
NO
TGL
PERALATAN YANG
DIDESINFEKSI
BAHAN
DESINFEKSI
DOSIS
PERSONIL
IKI
KET
PENANGGUNG
JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
88
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM KELENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA
NO.
TANGGAL
SARANA DAN
PRASARANA
KELENGKAPAN
ADA
PERSONIL IKI
KET
TIDAK
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
89
Lampiran 8. Contoh SOP Penanganan Ikan Masuk
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Penanganan ikan Masuk
I.
TUJUAN & SASARAN
Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI
untuk mendapatkan penanganan ikan yang tepat dan baik.
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi:
 Jenis Ikan
 Ukuran ikan
 Cara penanganan
III. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas
yang ditunjuk.
IV. PROSEDUR KERJA
1.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan
masuk pada IKI, antara lain:
 Wadah/bak/aquarium penampungan
 aerator
 serok
 obat anti stress
1.2.
Prosedur pelaksanaan
1. Lakukan aklimatisasi selama beberapa menit pada seluruh
ikan yang baru
masuk ke dalam bak/aquarium
penampungan tanpa membuka kemasan
2. Buka kemasan kemudian keluarkan ikan berdasarkan jenis
ikan dari dalam kemasan
3. Lakukan aklimatisasi ke dalam bak penampungan selama
beberapa jam, bila diperlukan dapat ditambahkan obat anti
stress
4. Masukkan ikan tersebut kedalam wadah/bak pemeliharaan
berdasarkan jenis ikan
5. Selesai.
V. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan ikan masuk pada unit
penampungan/pengumpul ikan hias air tawar harus dicatat dalam
formulir standar yang telah ditetapkan.
90
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
:
:
Penanganan Ikan Masuk pada IKI
No.
Tanggal
Jenis ikan
Ukuran
Ikan
Jumlah
Ikan
Obat anti
stress
Dosis obat
Paraf
petugas
Ket*)
*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak pemeliharaan
(Tempat
waktu)
dan
Penanggung
jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
91
Lampiran 9. Contoh SOP Pengasingan dan Pengamatan
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengasingan dan Pengamatan
I. TUJUAN & SASARAN
1. Sebagai
pedoman
petugas
IKI/Penanggung
Jawab
IKI
untuk
melakukan tindakan penanganan media pembawa (MP) HPI/HPIK
hidup pada saat dikenakan pengasingan
di IKI
sebelum
atau
sesudah MP tersebut dilalulintaskan.
2. Sasaran
tindakan
pengeluaran
MP
pengasingan
HPI/HPIK
terhadap
adalah
pemasukan dan
mencegah
kemungkinan
terjadinya penyebaran HPI/HPIK selama dilakukannya tindakan
pengamatan atau pemeriksaan kesehatan lebih lanjut/deteksi
HPI/HPIK secara laboratoris.
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan MP hidup yang dikenakan
Tindakan Pengasingan di IKI, meliputi :
1. Evaluasi kesiapan sarana pengasingan dan penyiapan sarana
pengasingan;
2. Penanganan MP yang dikenakan tindakan pengasingan;
III. ISTILAH DAN DEFINISI
1. Instalasi
dan
Karantina
fasilitas
Ikan (IKI) adalah : Tempat
yang
ada
padanya
yang
beserta
sarana
digunakan
untuk
melaksanakan tindakan karantina.
2. Petugas IKI adalah pegawai / karyawan yang bekerja di IKI dan
ditetapkan berdasarkan surat keputusan.
3. Pengasingan
adalah
tindakan mengisolasi Media Pembawa yang
diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus,
karena
sifatnya
yang
memerlukan
waktu
yang
lama
untuk
92
mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK
di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan.
4. Pengamatan
adalah
tindakan
mendeteksi lebih lanjut terhadap
HPIK dan/atau HPI pada Media Pembawa yang diasingkan.
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pengelola
pelaksanaan
kegiatan
penanganan
MP
hidup
yang
dikenakan tindakan pengasingan di IKI, merupakan Petugas Karantina
yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala UPT KIPM.
V. PROSEDUR KERJA
Petugas IKI/ penanggungjawab IKI wajib memahami tentang prosedur
penanganan
media
pengasingan
di
pembawa
IKI.
hidup
Penanganan
yang
media
dikenakan
pembawa
tindakan
hidup
yang
dikenakan tindakan pengasingan di IKI :
1. Lakukan evaluasi kesiapan dan laksanakan kegiatan penyiapan
sarana pengasingan;
2. Berita Acara (BA) penyerahan MP dari Pemilik kepada Penanggung
Jawab IKI;
3. Registrasi ulang MP pada saat pelaksanaan kegiatan adaptasi/
aklimatisasi suhu terhadap MP dan air wadah penampungan/
pemeliharaan;
4. Penandaan/ pengumuman identitas di setiap wadah penampungan/
pemeliharaan yang dipergunakan;
5. Pelepasan atau pemasukan MP dengan membuka kemasannya di
permukaan air masing-masing wadah/sarana yang telah diberi
tanda/pengumuman oleh petugas dalam ruang pengasingan;
6. Petugas IKI segera melakukan tindakan pengamatan;
7. Pengamatan kesehatan dan pengelolaan kualitas air dilakukan
setiap
hari
selama
masa
karantina
di
ruang
pengasingan
berlangsung;
8. Petugas IKI melakukan kegiatan pemeliharaan MP sesuai dengan
pedoman
pemeliharaan
yang
telah
ditetapkan
selama
masa
karantina berlaku;
93
9. Petugas
IKI
mengakhiri
kegiatan
pemeliharaan
setelah
masa
karantina berakhir dengan adanya hasil analisis terhadap hasil uji
laboratories berupa rekomendasi penerbitan Sertifikat Kesehatan
VI. REKAM DATA
Setiap kegiatan atau kejadian dalam penanganan MP hidup yang
dikenakan tindakan pengasingan di IKI dilakukan pencatatan dalam
Lembar (Form) penanganan MP hidup selama masa berlaku tindakan
pengasingan.
94
FORM PERLAKUAN DAN PENGAMATAN
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM IKAN MASUK
NO
TGL
NO. BAK
JENIS
MEDIA
PEMBAWA
JUMLAH
HIDUP
SAKIT
MATI
PERSONIL
IKI
KETERANGAN
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
95
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM PENGECEKAN KUALITAS AIR
NO
TGL
NO.
BAK
JENIS
MEDIA
PEMBA
WA
JUML
AH
SAL*
DO
KUALITAS AIR
NIT
NITRIT
RAT
S
U
H
U
p
H
PERSO
NIL IKI
KET
* media pembawa air laut
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
96
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM PEMBERIAN PAKAN
NO.
NO.
BAK
JENIS
MEDIA
PEMBAWA
JUMLAH
JENIS
PAKAN
JAM PEMBERIAN
PAKAN
09.00
PERSONIL
IKI
KET
15.00
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………
97
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM PERLAKUAN
NO.
TANGGAL
NO.BAK
JENIS
MEDIA
PEMBAWA
JUMLAH
INDIKASI
JENIS
OBAT
PERSONIL
IKI
KET
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………
98
Lampiran 10. Contoh SOP Pemeliharaan dan Perawatan Ikan Selama
Masa Karantina
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Pemeliharaan dan Perawatan ikan
I.
TUJUAN & SASARAN
SOP pemeliharaan dan perawatan Ikan disusun sebagai petunjuk
bagi petugas karantina ikan dan penanggungjawab IKI dalam
melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di IKI dengan dukungan
media pemeliharaan yang optimal
II.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup SOP pemeliharaan Ikan mencakup komponen
penunjang
media pemeliharaan ikan berupa sumber air yang
berkualitas, dan pengamatan kesehatan ikan.
III. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan
Ikan
penanggungjawab instalasi karantina milik pihak ketiga
adalah
IV. ISTILAH DAN DEFINISI
1.1.
Stress adalah kondisi di luar kemampuan batas toleransi
yang disebabkan oleh salah satu atau lebih faktor eksternal
(fisika, kimia atau biologi).
1.2.
Pengelolaan kualitas air adalah aktivitas penyediaan dan
pemeliharaan kondisi lingkungan perairan (fisika, kimia dan
biologi) yang sesuai dengan kebutuhan dasar (kualitas dan
kuantitas) bagi jenis ikan yang ada di dalamnya.
1.3.
Pengelolaan pakan adalah aktivitas penyediaan dan
pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar
(kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang dipelihara,
dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan & periode makan
ikan (feeding habit & feeding periodicity).
1.4.
Apparent satiation adalah metoda pemberian pakan yang
jumlahnya hanya didasarkan pada selera makan ikan semata
99
V.
PROSEDUR KERJA
5.1.
Peralatan & bahan
Peralatan dan bahan yang diperlukan pada kegiatan
pemeliharaan dan perawatan ikan antara lain:
 alat tangkap/serok
 wadah ikan (bak/akuarium/fiber glass) dan perlengkapannya
 aerator
 pakan ikan
 alat pengukur kualitas air
 alat tulis
5.2.
Prosedur Kerja
Kegiatan Pemeliharaan ikan dilakukan terhadap ikan–ikan yang
telah melewati masa aklimatisasi , dan masa karantina,serta
tidak menunjukkan gejala klinis terinfeksi / terinfestasi
penyakit., maupun yang telah sembuh setelah perlakuan.
Adapun
faktor penting yang harus diperhatikan
dalam
pemeliharaan ikan antara lain:
1. Pengelolaan kualitas air , yaitu dengan pemakaian sumber air
yang berkualitas ( bebas patogen dan memenuhi baku mutu
air),
2. Penggunaan peralatan dan sarana pemeliharaan bebas
petogen,
3. Pakan berkualitas, dan
4. Pengelolaan kesehatan ikan
5.2.1.
Pengelolaan kualitas air
Pengelolaan kualitas air yang akan digunakan sebagai media
hidup ikan, adalah sbb:
1. Air yang akan digunakan adalah air segar yang telah
dipersiapkan lebih dari 24 jam sebelum ikan dimasukkan ke
dalamnya, telah di filter maupun disucihamakan , dan tidak
mengandung bahan toksikan (chlorine, kapur, dll).
2. Selalu
dilakukan
pengontrolan
kualitas
air
melalui
pengukuran parameter kualitas air secara berkala, baik
terhadap air sumber maupun air pemeliharaan ikan.
3. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk
kehidupan ikan tropis secara umum dapat dilhat pada Tabel
1. Manipulasi beberapa parameter kualitas air agar tetap
stabil pada kisaran yang baik untuk kehidupan ikan yang
dipelihara dapat dilakukan secara fisikis, kimiawi, maupun
biologis. Misalnya untuk menaikkan dan mempertahankan
suhu air pada kisaran tertentu, dapat digunakan heater
(thermoregulator).
100
4. Kondisi parameter kualitas air yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dari standar optimal dapat menyebabkan ikan stress.
Tabel 1. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk
kehidupan ikan
Parameter
Suhu
pH
Oksigen terlarut (O2)
Karbondioksida (CO2)
Ammonia (NH3)
Alkalinitas (kesadahan dalam
CaCO3)
Hidrogen sulfida (H2S)
Nitrat (NO3)
Nitrit (NO2)
Total Suspended Solid (TSS)
Kisaran konsentrasi
26 – 32 oC
6,5 – 8.5
75% kejenuhan, > 4 ppm
± 1,5 ppm dan tidak lebih dari
15 ppm
< 0,02 ppm
Minimum 20 ppm
< 0,003 ppm
< 1,00 ppm
< 1,00 ppm
< 80 ppm
5.2.2.
Peralatan, sarana pemeliharaan ikan dan bahan
Peralatan dan sarana pemeliharaan yang digunakan harus
memadai untuk seluruh pemeliharaan ikan. Bahan seperti obatobatan/ atibiotik, desinfektan atau bahan uji kualitas air, juga
harus tersedia dalam jumlah cukup.
1.
Pastikan bahwa peralatan dan bahan yang diperlukan
selama proses pemeliharaan dan perawatan ikan telah
tersedia, baik kualitas maupun kuantitasnya.
2.
Gunakan peralatan dan wadah pemeliharaan /perawatan
ikan dari bahan berkualitas, dan telah didesihfeksi
sebelum pemakaian maupun setelah pemakaian
3.
Bahan –bahan seperti desinfektan ( Clorin. KMNO4,)
antibiotk, dll yang mendukung dalam pemeliharaan ikan
tersedia dalam jumlah cukup, dan diletakkan dalam
lemari khusus.
5.2.3.
Pemberian Pakan berkualitas
Pakan yang digunakan harus terjamin kualitasnya. Pakan
hidup/alami, pakan segar, dan pakan olahan harus melalui
pengelolaan yang baik dalam hal penyimpanan, agar tidak
terjadi penurunan kualitas dan kontaminasi penyakit pada ikan
melalui pakan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian dan penyimpanan pakan sbb :
101
5.6.
Pemberian pakan
Jenis dan ukuran pakan yang diberikan selama proses
pemeliharaan dan perawatan, idealnya disamakan dengan
jenis dan ukuran pakan yang diberikan di tempat asal ikan
tersebut. Pemberian pakan pertama dilakukan setelah ikan
tampak normal dan responsif terhadap pakan yang diberikan
secara apparent satiation.
5.7.
Pengelolaan pakan
Pengelolaan pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan
dasar
(kualitas
dan
kuantitas)
bagi
jenis
ikan
yang
dipelihara, dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan &
periode makan ikan (feeding habit & feeding periodicity).
Kualitas pakan ikan umumnya lebih diutaman pada jenis
sediaan (pakan hidup atau buatan), kadar protein, food
convertion ration (FCR), serta palability & stability. Sedangkan
kuantitas pakan umumnya lebih didasarkan pada stadia
ikan, berkisar antara 3-10% bobot tubuh ikan/hari.
5.8. Penyimpanan Pakan
1. Pakan harus disimpan di tempat khusus, sesuai dengan
jenis pakan. Pakan alami/hidup seperti artemia atau ikanikan berukuran lebih kecil dipelihara dalam keadaaan
hidup di dalam wadah / bak khusus, sedangkan cyste.
Artemia pada umumnya disimpan kering (dalam kemasan
kaleng)dan disimpan di lemari dan diberi label/kode
2. Pakan segar seperti ikan rucah untuk tujuan diberikan
sebagai pakan ikan,atau yang masih tersisa disimpan pada
suhu dingin atau beku di dalam referigerator dan diberi
label/kode
3. Pakan olahan seperti pelet atau fish meal, disimpan dalam
kondisi kering, di dalam lemari atau di atas rak terbuka
5.2.4.
Pengelolaan Kesehatan ikan
Selama masa pemeliharaan ikan, pengelolaan kesehatan ikan
harus selalu dilakukan melalui monitoring secara berkala
terhadap status kesehatan ikan, diagnosa secara klinis
dan/atau visual yang dilanjutkan secara laboratoris apabila
diperlukan, serta tindakan perlakuan apabila terjadi infeksi
patogen yang secara definitif dapat dikontrol; baik secara fisikis,
kimiawi maupun biologis. Apabila ditemukan adanya indikasi
gejala infeksi patogen, maka
segera kumpulkan informasi
antara lain :
102
-
Ada / tidaknya kematian ikan, jumlah ikan mati
Gejala klinis, kelainan pada tubuh ikan, respon /reflek,
nafsu makan dll
dan segara lakukan pengambilan sejumlah ikan sakit (sampel)
untuk mengujian laboratoris. Pengamatan gejala klinis pada
ikan, dan kemungkinan penyebabnya seperti Pada Tabel 2.
Tabel 2. Gejala klinis umum penyakit ikan, kemungkinan penyebab
serta tindak lanjut diagnosa
Gejala klinis
Kematian mendadak
beberapa ekor ikan dalam
tempo yang singkat dengan
gejala klinis yang tidak
jelas. Ikan yang bertahan
hidup menggantung di
permukaan air/diam di
dasar dan hilang
keseimbangan. Ikan sangat
lemah dan tidak mau
makan.
Kemungkinan penyebab
1) Keracunan akut. Periksa
kemungkinan adanya infeksi parasit
atau bakteri, apabila negatif maka
segeralah ganti air 75% atau lebih
dengan asumsi terjadi keracunan.
Ambil air dan analisis lebih lanjut di
laboratorium
2) Kadar oksigen rendah. Periksa kadar
oksigen pada saat level oksigen
terlarut minimal
3) Infeksi bakteri atau virus perakut.
Diagnosa lanjut perlu dilakukan
Ikan menggosok-gosokkan
Indikator adanya iritasi di kulit atau
badannya pada benda keras insang
dan melesat “flashing” atau
berkilap ketika menggosok
1) Dapat disebabkan akibat kadar
sisi badan lainnya,
ammonia tinggi, nitrit yang
terkadang meloncat ke
meningkat atau pH rendah/tinggi
permukaan air.
Fluktuasi harian pH air yang tinggi
juga dapat mengakibatkan iritasi.
Periksa kualitas air.
2) Iritasi dapat pula disebabkan oleh
infeksi ekto parasit seperti cacing,
Ichthyophthirius, Trichodina dll. pada
kulit/insang. Periksa lendir/sirip dan
insang secara mikroskopis.
1) Kadar oksigen terlarut sangat
rendah, periksa kadarnya pada saat
Ikan berenang normal, tapi
level terendah (pagi hari)
nampak kesulitan bernafas 2) Kualitas air yang buruk
(terlihat dari gerakan tutup
mengakibatkan hiperplasia insang,
insang)
ekses produksi lendir atau
keracunan nitrit. Periksa ammonia,
Ikan terlihat megap-megap,
nitrit dan pH
berkumpul di dekat sumber 3) Indikator adanya tahap awal infeksi
aerasi.
penyakit pada insang. Bila kondisi
berlanjut, periksa parasit atau
103
kondisi insang
4) Anemia. Insang terlihat pucat
Lemah dan tidak nafsu makan
merupakan gejala umum beberapa
penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa
lanjut
Ikan secara individual
terpisah dari kelompoknya,
bernafas normal, tidak mau
makan, tampak kusam atau 1) Ikan mungkin menderita akibat
ada area yang kusam di
infeksi parasit. Periksa
kulitnya.
kulit/llendir/sirip dan insang
2) Ikan mungkin menderita infeksi
Tidak nampak adanya
patogen internal
gejala klinis yang nyata.
3) Tahap awal infeksi bakteri sistemik.
Isolasi dan identifikasi
4) Periksa kualitas air
Lemah dan tidak nafsu makan
merupakan gejala umum beberapa
penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa
Beberapa ikan tampak
lanjut
lemah, tidak mau makan
atau makan sangat sedikit. 1) Kualitas air buruk. Periksa ammonia,
nitrit, pH
Ikan terlihat malas,
2) Polusi bahan organik
beberapa siripnya sobek
3) Infeksi ekto parasit. Periksa parasit
atau rombeng.
di kulit/llendir/sirip dan kondisi
insang
4) Tahap awal infeksi bakteri sistemik,
isolasi dan identifikasi serta periksa
adanya pendarahan, luka atau borok
Ekses lendir di insang
1) Infeksi ekto parasit. Periksa
dan/atau kulit. Lendir
kulit/lendir/sirip dan insang
kecoklatan atau
2) Kualitas air buruk. Periksa beberapa
menggumpal, kemungkinan
parameter kunci
diikuti dengan menggosokgosokkan badan serta
“flushing”, megap-megap
dan/atau lemah.
1) Kerusakan fisik. Luka yang terlihat
Luka atau borok di kulit
bersih dengan sedikit peradangan.
Umumnya akan sembuh dalam
Kemerahan atau
beberapa hari, tetapi berisiko adanya
peradangan di permukaan
infeksi sekunder
badan atau sirip
2) Iritasi jaringan yang terfokus
biasanya disebabkan oleh infeksi
Insang terkuak,
ekto parasit. Periksa parasit secara
pembengkakan, luka yang
mikroskopis
tidak sembuh dalam tempo 3) Infeksi bakteri. Isolasi dan
1 – 2 hari.
identifikasi
4) Kualitas air bermasalah, termasuk
kadar bahan organik yang tinggi.
Periksa beberapa parameter kunci.
104
Luka kemerahan atau putih
di badan yang terfokus
Insang geripis
Sirip sobek, terbelah atau
rombeng. Mungkin
ujungnya berwarna
keputihan dan/atau
kemerahan pada bagian
pangkal.
Perut ikan membengkak
(dropsy). Mungkin sisik
terkuak, dan kemerahan di
badan atau sirip. Mungkin
mata melotot
(exophthalmos)
Ikan mengalami masalah
pernafasan, megap-megap.
Pada insang terdapat
jaringan/sel yang mati
(necrosis), ada bercakbercak abnormal, dan ekses
lendir.
Bintik-bintik putih kecil di
kulit dan sirip, ikan tampak
seperi ditaburi garam.
Umumnya lendir tampak
lebih tebal.
Putih atau putih kecoklatan
seperti gumpalan kapas di
kulit atau sirip. Biasanya
diikuti oleh pembengkakan
atau erosi kulit.
Infeksi ekto parasit yang berukuran
relatif besar seperti Argulus, Lernaea,
Alitropus atau lintah. Parasit-parasit
tersebut biasanya dapat diamai dengan
mata telanjang
1) Infeksi bakteri
2) Infeksi ekto parasit. Periksa
kulit/lendir/sirip dan insang secara
mikroskopis
3) Kualitas air buruk. Periksa beberapa
parameter kunci
4) Kerusakan fisik
5) Terlalu padat
6) Infeksi jamur
7) Infeksi bakteri Columnaris
1) Infeksi virus
2) Infeksi bakteri sistemik,
mengakibatkan pembengkakan perut
“dropsy”. Dapat dibedakan dari
tomour melalui bentuk, simetri dan
bila diraba (keras atau cair)
3) Neoplasm (tumour). Dapat
ditentukan dari ukuran, bentuk
(biasanya asimetri) dan apabila
diraba terasa keras
4) Penyakit yang menginfeksi hati atau
ginjal Lakukan diagnosa lanjut
secara laboratoris
5) Infeksi parasit internal (endo parasit)
6) Masalah genetis
7) Masalah pencernaan. Lakukan
autopsi terhadap saluran pencernaan
1) Infeksi bakteri di insang
2) Infeksi virus
3) Infeksi parasit di insang
Infeksi Ichthyophthirius. Diagnosa
definitif dapat dilakukan melalui
pemeriksaan secara mikroskopis
1) Infeksi jamur
2) Infeksi bakteri Columnaris. Periksa
sampel untuk pemeriksaan
mikroskopis yang diindikasikan
adanya bakteri yang berukuran
relatif panjang dan bergerak
meluncur (Flexibacter sp.)
105
1) Infeksi kista parasit. Periksa secara
mikroskopis dari sampel yang
Pembengkakan di kulit.
diambil dari lokasi bengkak
2) Kerusakan fisik
3) Infeksi bakteri. Biasanya diikuti
dengan luka atau sisik terkuak
4) Tumour internal.
Tumour atau infeksi virus seperti:
1) “Cacar ikan”, yang terlihat seperti
lilin meleleh menempel di sirip/kulit
2) Papiloma, seperti kutil yang terus
membesar, berbentuk bulat halus
atau seperti bunga kol, berwarna
Ada “sesuatu” yang tumbuh
putih, merah muda atau merah
di kulit/sirip
3) Lymphocystis, ukuran bervariasi,
kutil berwarna putih atau merah
muda di kulit/sirip/insang. Periksa
secara mikroskopis terhadap irisan
kutil tersebut
4) Tidak ada obat untuk kondisi-kondisi
tersebut, namun sering sembuh
dengan sendirinya. Namun tetap
berisiko terjadinya infeksi sekunder
1) Kerusakan fisik
Kornea mata berwarna
2) Defisiensi nutrisi
keruh (berkabut)
3) Kualitas air buruk
4) Infeksi bakteri
1) Penggunaan organophosphate
Bentuk badan yang
2) Nutrisi tidak seimbang
abnormal, tulang belakang
3) Masalah genetik
bengkok.
4) Kerusakan otot/fisik
5) Keracunan
Hilang keseimbangan dan
1) Masalah pada gelembung renang
ikan tidak mampu diam
(infeksi bakteri atau virus)
dengan posisi yang benar
2) Penyakit pada organ internal seperti
(ikan terlihat baik pada saat
hati, ginjal atau organ pencernaan
berenang, tetapi
gerakannya akan tampak
abnormal pada saat
berhenti berenang)
Lemah, bobot tubuh
Parasit internal. Periksa sampel darah
menurun, terjadi kematian
dan kotoran secara mikroskopis
secara kronis. Mungkin
terlihat adanya cacing yang
menggantung atau keluar
dari anus
Ikan (mas/koi) terlihat
bersih, gerakan seperti
nervous atau megap-megap
Beberapa hari sebelumnya
106
nafsu makan normal,
namun mendadak hilang
Infeksi Koi Herpes Virus.
nafsu makan pada hari-hari
berikutnya
Terdapat bercak putih atau
kerusakan pada lamella
insang, mungkin diikuti
pendarahan di sirip/badan,
lepuh atau luka
Terjadi kematian sporadis
dalam tempo singkat (1 – 7
hari)
VI. REKAM DATA
Hasil kegiatan pemeliharaan dan perawatan ikan harus direkam
sesuai dengan formulir standar. Seluruh informasi yang tertuang
dalam formulir tersebut merupakan informasi yang akan digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan karantina selanjutnya.
VII. PELAPORAN
Hasil pemeliharaan dan perawatan ikan harus dituangkan dalam
bentuk laporan yang ditandatangani oleh petugas pelaksana.
Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan sementara serta saran
tindak lanjut, dan formulir hasil pemeliharaan dan perawatan ikan
merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir hasil
pemeliharaan dan perawatan ikan.
107
KOP SURAT
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN IKAN
Nomor: ________________
Tanggal : _______________
Nama pemilik
:__________________________________________
Instansi/perusahaan : __________________________________________
Alamat
: __________________________________________
Telepon/Fax
: __________________________________________
Jenis ikan :
ukuran
:
No. Wadah :
Hari
ke-
Hari
& Tanggal
Jumlah
(ekor/kg)
Jenis dan
jumlah
pakan/hari
Parameter
kualitas air
A B C D
Kematian
(ekor)
Diagnosa
Penyakit
Petugas
Nama
Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
*) Beri catatan tambahan apabila ada informasi penting yang belum
termuat dalam formulir ini.
Catatan:_________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_____________________________
108
Ket*)
KOP SURAT
PENGAMATAN KESEHATAN IKAN DAN TINDAKAN
Nomor: ________________
Tanggal : _______________
Nama pemilik
: __________________________________________
Instansi/perusahaan: __________________________________________
Alamat
: __________________________________________
Telepon/Fax
: __________________________________________
Jenis ikan :
Stadia
No. Wadah :
No.
Hari& Jumlah
Tanggal
Ikan
:
Gejala
Klinis
Nafsu
Makan
Respon
Terhadap
Rangsang
Pergerakan
Ikan
Tindakan Paraf
Ket *)
Petugas Jml kematian
1.
2.
3
4
5
6
7
109
Lampiran 11. Contoh SOP Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan
Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan
di Instalasi Karantina Ikan
I.
TUJUAN & SASARAN
SOP perlakuan dan perkembangan kesehatan ikan di IKI disusun
sebagai acuan bagi petugas karantina ikan dan penangungjawab
instalasi dalam melakukan perlakuan dan pengamatan terhadap
perkembangan kesehatan ikan di IKI
II.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan
ikan meliputi perlakuan pada ikan sakit, obat dan dosis ikan,
pengamatan kesehatan ikan (gejala klinis, perubahan tingkah laku
dll), pengukur kualitas air, dan pencatatan
III. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1.
Obat Ikan adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan
yang digunakan dalam mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala klinis dan luka pada ikan.
3.2.
Dosis adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan
atau diberikan untuk dipakai sebagai obat dalam atau obat luar.
3.3.
Gejala Klinis adalah ada atau tidaknya infeksi HPI/HPIK
pada ikan yang didasarkan pada pengamatan gejala atau
perubahan abnormalitas secara visual.
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan
kesehatan ikan di IKI adalah petugas karantina dan
penanggungjawab IKI yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas
kompeten, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI
V.
PROSEDUR KERJA
5.1. Peralatan, sarana dan bahan
Peralatan, dan bahan yang diperlukan pada pengamatan
perkembangan kesehatan ikan di IKI antara lain:
1. Alat ukur/ bahan uji kualitas air
2. Wadah pemeliharaan (bak/akuarium)
3. Aerator
4. Serok
5. Media pemeliharaan (air)
6. Obat ikan /antibiotik
110
5.2. Prosedur pelaksanaan
Kegiatan pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan
pada ikan yang menunjukkan gejala klinis dan perubahan tingkah
laku ( diduga terpapar penyakit ) dan telah diberi perlakuan/
pengobatan sesuai jenis penyakit, dan diamati perkembangan
penyakitnya. Adapun tahapan kegiatannya adalah :
5.2.1. Perlakuan / pengobatan pada ikan
1. Ikan yang diduga terpapar penyakit HPIK golongan II ,
dipisahkan dan segera dipindahkan ke bak khusus yang
dilengkapi dengan aerasi, dan dipelihara menggunakan
peralatan tersendiri
2. Amati dan catat adanya gejala klinis pada tubuh, kelainan
tingkah laku, dan ketidaknormalan lainnya.
3. Segera lakukan diagnosa terhadap penyebab penyakit ikan ,
tentukan jenis obat dan dosis yang akan diberikan, dan
analisis terhadap interaksi obat yang akan digunakan serta
metode perlakuan/pengobatan yang akan dilakukan ( deeping
atau bathing, long bathing, oles dan oral )
4. Lakukan perlakuan/pengobatan sesuai dengan metode yang
telah ditentukan
5. Setelah perlakuan/pengobatan dengan deeping atau bathing,
ikan dipindahkan ke dalam bak baru berisi air bersih
6. Apabila diberi perlakuan /pengobatan dengan metode long
bathing, oles dan oral, ikan
7. Tidak perlu dipindahkan kedalam wadah baru
8. Selama masa pengobatan lakukan pengamatan terhadap
perkembangan kesehatan ikan
9. Setelah perlakuan/pengobatan selesai, lakukan pengamatan
terhadap perkembangan hasil pengobatan
10.Setelah ikan sehat kembali, dapat digabungkan dengan ikan
lainnya
11.Apabila masih terdapat ikan yang belum dapat disembuhkan,
maka pengobatan ikan dapat dilakukan menggunakan jenis
obat dan metode lainnya. Apabila ikan masih belum dapat
disembuhkan juga, maka dilakukan pemusnahan.
5.2.2.
Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan
Pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan selama
masa pengobatan (no. 6, sub bab 5.2.1). Tahapan yang
dilakukan sbb :
1. Amati dan catat adanya awal gejala klinis / ketidaknormalan
tubuh /perubahan warna tubuh/ perubahan tingkah laku
atau kepekaan terhadap rangsang paada ikan, sebelum
pengobatan diberikan
2. Lakukan pengamatan perkembangan kesehatan ikan, satu
hari setelah perlakuan (pemberian obat)
sampai dengan
selesai pengobatan, dan catat perubahan yang terjadi.
3. Apabila gejala klinis pada ikan berkurang atau ikan dapat
disembukan, maka pengobatan tersebut efektif, tetapi apabila
ikan masih belum dapat disembuhkan juga lakukan seperti
pada no 10 sub bab 5.2.1.
111
4. Selama waktu pengamatan lakukan pengukuran kualitas air
secara berkala.
VI. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan perlakuan dan pengamatan
perkembangan kesehatan ikan IKI harus dicatat dalam formulir
standar yang telah ditetapkan.
112
FORM PERLAKUAN PADA IKAN
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Alamat IKI
:
Gejala klinis
:
:
:
Dugaan infeksi penyakit :
No.
Hari/
Tanggal
Nomor
Wadah/bak
Jenis
Ikan
Jumlah
Ikan
Jenis
Obat
Metode
Pengobatan &
dosis (ppm)
Petugas
Ket *)
Catatan : *) waktu / lama perlakuan( pemberian obat)
(Tempat dan waktu)
Penanggung jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
113
FORM
PENGAMATAN PERKEMBANGAN KESEHATAN IKAN DI IKI
Nama Perusahaan
:
Alamat Perusahaan
:
Metode Pengobatan : perendaman dengan oxytetracicline 20 ppm selama
3 hari
Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di IKI
No.
Hari
/Tanggal/
jam
Jenis ikan
dan ukuran
ikan
1
Senin 2/8/
2010
09.00
Mas koki/ 7
cm
Perubahan/perkembangan kesehatan ikan (Gejala
klinis/ kelainan tingkah laku)
Sebelum pengobatan
Setelah pengobatan
(hari ke)
Pendarahan pada pangkal
sirip ekor
Paraf
petugas
Ket*)
Insang pucat
Sirip grepes
2
3
Selasa/
3/8/2010
09.00
Rabu/
4/8/2010
09.00
Mas koki/ 7
cm
………………………….
Hari ke
1
………………………………
……
Hari ke
2
dst
*) Keterangan diisi dengan waktu pengobatan
(Tempat dan waktu)
Penanggung jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
114
Lampiran 11. Contoh SOP Pengelolaan Air pada IKI
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengelolaan Air Tawar
I. TUJUAN & SASARAN
Prosedur Operasional Standar / SOP pengelolaan air tawar pada IKI
bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal media pemeliharaan
ikan sesuai dengan jenis dan masing masing stadia. Sasaran yang
hendak dicapai adalah meminimalisir gangguan lingkungan bagi
kelangsungan hidup ikan
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pengelolaan air: adalah sumber air, filterisasi, aerasi/
netralisasi/ dekhlorinasi dan pengukuran kualitas air.
III. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1. Declorinisasi
Proses penghilangan klorin dalam air dengan cara pemberian aerasi
secara terus menerus.
3.2. Filterisasi
Proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan
dan partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya
meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI adalah
personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI.
V. PROSEDUR KERJA
5.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan persiapan pengelolaan air
sebelum digunakan pada IKI antara lain:
 bak penampungan air/tandon
 air tawar
 filtrasi
 aerasi/blower
5.2. Prosedur pelaksanaan
5.2.1. Sumber Air
Sumber air dapat berasal dari air sungai, air tanah, dan air pam.
Sebelum air tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan
filterisasi, dan dilanjutkan dengan perlakuan fisika (misalnya :ozon
dan uv) dan/ atau perlakuan kimia (misalnya: chlor) untuk
meminimalkan kotoran atau kontaminan yang berasal dari luar.
115
5.2.2. Aerasi/netralisasi /declorinisasi
Air yang berasal dari PAM atau yang telah diberi perlakuan secara
kimia, sebelum digunakan terlebih dahulu di aerasi/declorinisasi.
Aerasi/deklorinisasi dilakukan sbb :
1. Alirkan air ke dalam bak penampungan/ tandon yang sudah
disiapkan
2. Lakukan aerasi selama minimal 3 hari untuk menghilangkan
khlorin atau zat-zat beracun lainnya yang terkandung dalam
air
3. Biarkan air tanpa aerasi selama 24 jam, untuk mngendapkan
sisa-sisa bahan organik
4. Air siap untuk dilakukan filterisasi
5.2.3. Filterisasi
Filterisasi dapat dilakukan secara mekanik dan biologis. Bahan dan
proses pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Secara mekanik antara lain dapat menggunakan pasir silika,
karang, busa, dan lain-lain. Air yang akan digunakan dialirkan
melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi
jernih.
2. Secara biologis antara lain dapat menggunakan Coral hidup,
kerang, bioball, tanaman air, dll. Air yang akan digunakan dialirkan
melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi
jernih, tidak berbau dan pH netral.
3. Tampung air yang sudah jernih dan tidak berbau pada bak
penampungan/tendon.
4. Air siap untuk digunakan
5.2.4.Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air antara lain meliputi pengukuran suhu air,
oksigen terlarut (DO), drajat keasaman (pH), salinitas, dan kadar
amoniak.
1. Pengukuran suhu
 Masukkan termometer yang sudah dikalibrasi kedalam air yang
akan diukur suhunya
 Tunggu beberapa saat hingga terjadi pergerakan air raksa dalam
thermometer
 Amati perubahan yang terjadi pada thermometer, dan catat
hasilnya
 Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu
pagi dan sore
2. Pengukuran oksigen terlarut (DO)
 Masukkan DO meter yang sudah dikalibrasi kedalam air yang
akan diukur DO nya
 Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada DO
meter
116


Amati perubahan yang terjadi pada DO meter, angka yang tertera
pada layar DO meter menunjukkan kadar oksigen terlarut
didalam air, dan catat hasilnya
Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu
pagi dan sore
3. Pengukuran drajat keasaman (pH)
 Masukkan pH meter yang sudah dikalibrasi /kertas lakmus
kedalam air
 Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada pH
meter atau perubahan warna pada kertas lakmus
 Amati perubahan yang terjadi pada pH meter, atau bandingkan
perubahan warna pada kertas lakmus, bandingkan dengan
indikator pH, dan catat hasilnya
 Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu
pagi dan sore
4. Pengukuran salinitas
 Teteskan air yang akan diukur pada refraktometer yang sudah
dikalibrasi
 Tutup cover refraktometer dan amati perubahan garis batas
didalam refraktometer, dan catat hasilnya
 Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu
pagi dan sore
5. Pengukuran amoniak menggunakan kit
 Ambil 5 ml air yang akan diukur, dan masukan ke dalam tabung
KIT amoniak (sesuai manual pabrikan)
 Tetesi dengan reagen amoniak
 Cocokkan warna yang timbul dengan kartu warna
 Tentukan hasil pengukuran amoniak, dan catat hasilnya
VI. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan air pemeliharaan pada
IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
117
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
:
:
Persiapan Pengelolaan Air Sebelum Pakai Pada IKI
No.
Tanggal
Jenis Kegiatan
Hasil Kegiatan
Keterangan*)
*) keterangan diisi dengan penggunaan desinfektan, dosis dan waktu.
(Tempat
waktu)
dan
Penanggung
jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
118
Lampiran 13. Contoh SOP Pengelolaan Pakan di IKI
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengelolaan Pakan
I. TUJUAN & SASARAN
Pedoman dalam pengelolaan pakan IKI harus memperhatikan jenis,
jumlah dan komposisi yang tepat untuk masing – masing jenis ikan.
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pengelolaan pakan ini antara lain:
 Jenis pakan (alami dan buatan, stadia,)
 Cara persiapan pakan
 Waktu pemberian pakan
 Jumlah pakan
 Cara Pemberian Pakan
 Perhitungan FCR (Food Conversion Ratio)
III. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1 Pakan Alami
Pakan yang berasal dari alam
3.2 Pakan Buatan
Pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan dan komposisi
tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan pengelolaan pakan pada IKI adalah personil yang
ditunjuk oleh pemilik IKI.
V. PROSEDUR KERJA
Pemberian pakan pada IKI dapat dilakukan dengan menggunakan
pakan alami dan atau buatan.
5.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pemberian pakan pada IKI
antara lain:
 Pakan alami
 Pakan buatan
 Wadah pakan ikan
 Alat ukur
5.2. Prosedur Pelaksanaan
5.2.1. Pakan Alami
1. Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi
2. Panen pakan alami yang telah dikultur
3. Cuci pakan alami dengan menggunakan air bersih atau pelarut lain
untuk menghilangkan kotoran dan mikroba
119
4. Pakan alami siap untuk digunakan
5. Beri pakan alami dengan efisien berdasarkan kebutuhan
6. Selesai.
5.2.2
1.
2.
3.
Pakan Buatan
Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi
Gunakan pakan buatan yang tersedia
Tidak mencampur pakan dengan bahan tambahan seperti
antibiotik, bahan kimia lainnya atau hormon yang dilarang
4. Beri pakan dengan efisien sesuai dosis dan waktu pemberian pakan
berdasarkan kebutuhan
5. Selesai.
VI. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan pakan pada IKI harus
dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
120
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
:
:
Pengelolaan Pakan pada IKI
No.
Tanggal
Waktu
Pemberian
Nomor
wadah/bak
Jenis
Jumlah
Keterangan*)
*) Keterangan diisi dengan pakan alami atau buatan
(Tempat
waktu)
dan
Penanggung
jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
121
Lampiran 14. Contoh SOP Penanganan Ikan Keluar
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGANAN IKAN KELUAR
I. TUJUAN & SASARAN
Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan selama masa
karantina sebelum keluar dari IKI
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI
meliputi: Konfirmasi, Jenis dan Ukuran Ikan, Status Kesehatan Ikan,
dan Pengemasan
III. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan penanganan ikan selama masa karantina
sebelum keluar dari iki adalah petugas yang ditunjuk berdasarkan
SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan
dari pemilik IKI.
IV. PROSEDUR KERJA
4.1. Peralatan & bahan
Peralatan bahan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan
keluar pada IKI antara lain:
 wadah penyortiran dengan lubang ukuran tertentu
 wadah penampung
 aerator
 serok
4.2. Prosedur pelaksanaan
1. Lakukan pengurangan air pada wadah/bak pemeliharaan
sampai dengan tinggal 1/3 bagian
2. Ambil ikan dengan menggunakan serok secara perlahan
3. Pisahkan ikan berdasarkan jenis ikan, ukuran dan jenis kelamin
ikan. Untuk memisahkan ikan ukuran benih dengan
menggunakan ember yang mempunyai lubang ukuran tertentu,
sedangkan untuk ikan berukuran besar dapat dilakukan dengan
menggunakan serok
4. Masukkan ikan yang telah dilakukan penyortiran kedalam
wadah/bak sesuai dengan ukuran dan jenis ikan yang telah
diberi es untuk menurunkan suhu
5. Ikan yang sudah dipisah–pisahkan dimasukkan ke dalam
kantong plastik kemudian diberi oksigen sesuai kebutuhan
6. Ikan dikemas rapi menggunakan styrofoam/ kardus/ plastik,
pada bagian samping dapat diberikan es batu pada kegiatan
penanganan ikan keluar pada IKI
122
V. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan selama masa karantina sebelum
ikan dikeluarkan dari IKI, harus dicatat dalam formulir standar yang
telah ditetapkan.
123
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Alamat IKI
:
:
:
KEGIATAN PENANGANAN IKAN SELAMA MASA KARANTINA SEBELUM
KELUAR DARI IKI
No.
Tanggal
Nomor
Wadah/bak
Ukuran/
Jumlah
ikan
Status
Kesehatan
Jumlah
Ikan
Paraf
petugas
Ket*)
*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak hasil sortir
(Tempat dan waktu)
Penanggung jawab
Catatan:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
124
Lampiran 15. Contoh SOP Pemusnahan
Inisial IKI/Tahun
Nama IKI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMUSNAHAN
I.
TUJUAN DAN SASARAN
Sebagai petunjuk bagi Petugas karantina /Penanggung Jawab IKI UPT
KIPM /Badan hukum/pihak ketiga
untuk melakukan
tindakan
pemusnahan terhadap media pembawa HPI/HPIK yang tidak memiliki
dokumen yang lengkap dan atau media pembawa yang terinfeksi HPIK
gol I dan gol II yang tidak bisa disembuhkan.
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup POS pemusnahan media pembawa HPI/HPIK di IKI
meliputi :
1. Persiapan pelaksanaan tindakan pemusnahan.
2. Prosedur dan pelaksanaan tindakan pemusnahan.
3. Berita acara pemusnahan.
III. ISTILAH DAN DEFINISI
1. Instalasi
dan
Karantina
fasilitas
Ikan (IKI) adalah : Tempat
yang
ada
padanya
yang
beserta
digunakan
sarana
untuk
melaksanakan tindakan karantina.
2. Petugas IKI adalah Pegawai / karyawan yang bekerja di IKI
dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan.
3. Penahanan adalah tindakan menahan Media Pembawa yang akan
dimasukkan
ke dalam negeri atau suatu Are di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
4. Perlakuan adalah tindakan membebaskan atau menyucihamakan
Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK)
dan/atau Hama dan Penyakit Ika (HPI);
125
5. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan Media Pembawa
sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya;
6. Pengasingan
adalah
tindakan mengisolasi Media Pembawa yang
diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus,
karena
sifatnya
yang
memerlukan
waktu
yang
lama
untuk
mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK
di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan’.
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksanaan pemusnahan media pembawa HPI/HPIK dilakukan oleh
personil IKI dibawah pengawasan Petugas Karantina yang ditunjuk
melalui Surat Tugas yang ditetapkan oleh Kepala UPT KIPM.
V.
PROSEDUR KERJA
Untuk pemusnahan skala kecil bisa menggunakan incinerator dan
apabila skala besar pemusnahan dilakukan pada area khusus yang
jauh dari pemukiman penduduk dan telah disiapkan lubang khusus
untuk
melakukan
kemudian
ditimbun
proses
pembakaran.
kembali
untuk
Abu
sisa
pembakaran
menghindari
tersebarnya
HPI/HPIK yang mungkin masih terbawa setelah proses tersebut.
Menyiapkan berita acara pemusnahan dengan mencatat tanggal
pemusnahan, nama perusahaan, media pembawa yang dimusnahkan,
jenis,jumlah, indikasi pemusnahan, penanggung jawab instalasi.
V. REKAM DATA
Setiap kegiatan pemusnahan wajib melakukan pencatatan pada lembar
(form) pemusnahan.
126
Lampiran . Form pemusnahan media pembawa
Nama Perusahaan
:
Alamat Perusahaan
:
PEMUSNAHAN MEDIA PEMBAWA PADA IKI
No.
Tanggal
Media Pembawa
Jumlah
Indikasi
Paraf
Petugas
Penanggung
Jawab IKI
Penanggung Jawab
……………………
Catatan:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………
127
Lampiran 16. Contoh SOP Pengelolaan Limbah
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengelolaan Limbah
I. TUJUAN & SASARAN
SOP pengelolaan limbah bagi petugas karantina dan penanggungjawab
IKI dalam melakukan kegiatan pengelolaan limbah agar dilaksanakan
secara tepat dan sesuai standar
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup untuk kegiatan Pengelolaan Limbah meliputi :
 Peralatan dan bahan penanganan limbah
III. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1. Limbah karantina ikan adalah semua jenis dan bentuk bahan
buangan pelaksanaan kegiatan tindak karantina yang meliputi
pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media
pembawa.
3.2. Limbah padat adalah semua jenis dan bentuk bahan padat yang tidak
terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan
tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan
media pembawa.
3.3. Limbah cair adalah semua jenis dan bentuk bahan buangan cair yang
tidak terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan
tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan
media pembawa.
3.4. Limbah gas adalah semua jenis dan bahan gas berbahaya yang
dikeluarkan instalasi karantina ikan sebagai hasil samping reaksi
kimia atau pembakaran dan penguapan bahan kimia. Pathogen yang
tersebar di udara tidak diklasifikasikan ke dalam limbah gas.
3.5. Pengelolaan limbah adalah upaya mengeliminasi bahan buangan
berbahaya dari instalasi karantina ikan agar limbah dapat dibuang
dengan aman ke lingkungan atau dimanfaatkan untuk tujuan lain.
3.6. Laboratorium adalah tempat termasuk fasilitas yang digunakan
untuk kegiatan pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, dan penahanan media pembawa.
3.7. Desinfektan adalah bahan kimia dan/atau organik yang memiliki
kemampuan merusak dan membunuh organisma, sehingga dapat
128
digunakan dalam
mikroorganisma.
proses
suci
hama
terhadap
kontaminasi
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana
kegiatan
pengelolaan
limbah
adalah
petugas/penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas
kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik
IKI
V. PROSEDUR KERJA
Mekanisme pelaksanaan tindak karantina terhadap media pembawa
antara lain adalah pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, penahanan dan mungkin pemusnahan. Keseluruhan
tindakan tersebut sangat terkait dengan potensi ada serta tersebarnya
patogen infeksius yang tergolong HPIK pada media pembawa; maka
semua limbah dari kegiatan tersebut harus dikelola hingga dianggap
aman untuk dibuang ke lingkungan.
5.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pengelolaan limbah
laboratorium karantina ikan antara lain:
 disinfektan
 bak penampung limbah dan disinfeksi
 bak oksidasi, filtrasi dan hewan uji
 autoclave/incinerator/tempat pembakaran
 tempat sampah
 fume hood (lemari asam) dan/atau lemari asap, jika memungkinkan.
 botol BOD
 spectroquant dan/atau atomic absorption spectrohotometer (AAS)
dan/atau high precisssion liquid chromatograph (HPLC) –
(disesuaikan dengan volume dan intensitas kegiatan pengelolaan
limbah di laboratorium) jika memungkinkan.
5.2. Prosedur pelaksanaan
52.1. Pengelolaan atau Penanganan limbah padat
1. Sediakan tempat sampah di setiap ruang secara mandiri untuk
limbah padat. Ukuran/volume tempat sampah disesuaikan dengan
volume limbah padat harian dan senantiasa tertutup. Semua
personil/operator di setiap ruang harus secara disiplin membuang
limbah padat di wadah yang telah disediakan.
129
2. Limbah padat seperti kertas dan selain media pembawa sebaiknya
dibuang tiap hari dan dibakar secara sempurna.
3. Pada Instalasi Karantina Ikan untuk media pembawa ikan yang
mati saat pengangkutan atau selama dalam IKI dilaporkan kepada
petugas karantina ikan (UPT KIPM) untuk dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui penyebab kematian atau dapat dimusnahkan.
4. Ikan yang mati dimasukkan di dalam kantong plastik dan diberikan
labeling yang memuat data informasi tentang shipment, spesies, no
wadah/bak/kolam/aquarium dan tanggal kematian kemudian
disimpan di dalam refrigerator/ freezer sebelum dilakukan
pemeriksaan.
5. Ikan yang mati dapat dimusnahkan menggunakan autoclave,
dikubur dalam-dalam dan diberi desinfektan, atau di incenerator.
6. Apabila incinerator tidak tersedia, pembakaran limbah padat dapat
dilakukan dalam lubang tanah sesuai prosedur pemusnahan media
pembawa dan kemasannya. Pastikan bahwa pembakaran
berlangsung sempurna hingga limbah menjadi abu.
7. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik sesuai
dengan persetujuan dari otoritas kompeten dapat digunakan
kembali atau dimusnahkan dengan melihat kondisi dari bekas
kemasan tersebut.
8. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik yang akan
digunakan kembali harus dikelola dengan cara dibasuh dengan
menggunakan sodium hipoklorit dosis 20 ppm atau direndam
dengan menggunakan Copper sulphate 0,1 ppm selama kurang lebih
1 jam atau bahan lain yang aman.
5.2.2. Pengelolaan limbah cair
1. Semua fasilitas pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, dan penahanan media pembawa harus dihubungkan
dengan instalasi pipa yang bemuara ke bak penampung limbah
(Diagram 3). Saluran terbuka tidak disarankan untuk mengalirkan
limbah. Diamater pipa tempat saluran dari setiap unit laboratorium
bermuara, minimal harus berukuran sama dengan jumlah pipa
yang bermuara dikalikan diameternya untuk menjamin tidak ada
penimbunan massa limbah dalam pipa.
2. Sebelum dibuang, semua jenis limbah cair harus didisinfeksi
dengan cara direndam selama 1 hari menggunakan khlorin pada
dosis 5 mL/L atau dapat dengan dosis yang lain sesuai waktu
pemaparan. Setiap sumber khlorin yang diperdagangkan memiliki
kadar khlorin yang berbeda karena itu dosis sumber khlorin harus
130
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
disesuaikan dengan kandungan khlorin yang tertera dalam
kemasan.
Bak penampung limbah dapat juga digunakan sebagai bak
desinfeksi karena itu dapat dilengkapi dengan disinfectan diffuser
dan agitator seperti turbo jet atau air-O2 untuk menjamin kontak
sempurna antara disinfektan dengan mikroba target. Effektifitas
diffuser di cek secara berkala dengan mengamati perkembangan
populasi patogen yang akan dimusnahkan. Satu diffuser memadai
untuk tiap ton air limbah.
Disinfectan diffuser dapat dibuat dari pipa pvc diameter 3 inchi
panjang 50 cm yang ditutup dikedua ujungnya. Di sepanjang pipa
di buat lima lubang kecil, begitu juga masing-masing tutup ujung
pipa dilubangi. Sebelum ditutup pipa diisi campuran pasir kering
dengan disinfektan seperti kaporit yang mengandung khlorin
dengan perbandingan 1:1. Setelah ditutup gantung diffuser di dekat
pipa pemasukan limbah ke bak disinfeksi sedemikian rupa sehingga
khlorin secara perlahan-lahan berdifusi kedalam air limbah.
Dari bak disinfeksi, air limbah dialirkan melalui pipa atas ke bak
oksidasi yang diaerasi menggunakan diffuser untuk memungkinkan
proses nitrifikasi terjadi dan pertumbuhan phytoplankton
berlangsung. Pada ujung akhir bak oksidasi ditempatkan rakit
fitoremediasi seluas maksimum 30 % luas bak.
Rakit untuk fitoremediasi dibuat dari kerangka pvc diameter 2 inch,
bagian tengah kerangka dilengkapi keranjang yang diisi arang
sebagi media tumbuh tanaman sebagai fitoremediator. Tanaman
tertentu seperti eceng gondok (Eichornia crasipes) dan spesies
Salvinia sp. tidak memerlukan media padat untuk tumbuh diatas
air dan merupakan penyerap bahan beracun seperti logam berat
yang effektif. Pandan (Pandanus sp.) merupakan fitoremediator
yang sekaligus dapat berfungsi menetralkan aroma limbah.
Apabila limbah tercampur dengan air laut maka fitoremediator
dalam bentuk tanaman tingkat tinggi sebaiknya dihilangkan.
Vegetasi mangrove sebetulnya fitoremediator yang efektif tapi sulit
menumbuhkannya dalam kolam.
Air dari bak aerasi dialirkan ke bak filter merata dipermukaan
sehingga air merembes menembus filter ke bak ikan uji karena gaya
gravitasi. Bak filter harus dilengkapi dengan pipa untuk back wash
supaya filter tidak tersumbat hingga tidak dapat berfungsi benar.
Cek fungsi filter tiap pagi hari, kalau tersumbat lakukan back wash,
kembalikan air back wash ke bak disinfeksi. Luas bak filter tidak
lebih dari 20 % luas bak oksidasi.
Cek oksigen terlarut, BOD, COD, alkalinitas, dan pH air yang keluar
dari bak filter tiap hari. Alirkan air dari bak filter ke bak tempat
131
pemeliharaan ikan seperti Tilapia sp. dan kerang seperti Anadonta
sp. Bandeng (Chanos chanos) dan kerang hijau (Perna viridis)
sebagaif filter feeder dapat dipelihara bila limbah tercampur air laut.
Amati kematian ikan dan kerang tiap hari dan ketahui penyebab
kematian kalau ada. Cek kandungan logam berat daging kerang
secara rutin tiap 2 minggu.
10.
Air limbah yang telah dikelola dialirkan ke lingkungan bila
ikan tidak sakit dan mampu bereproduksi serta daging kerang tidak
mengandung logam berat diatas ambang yang diperbolehkan.
Pemeriksaan kandungan logam berat dan bahan karsinogen dapat
dilakukan di laboratorium yang menggunakan AAS, HPLC dan
Spectroquant atau di lapangan menggunakan kit.
11.
Dalam hal instalasi tidak memiliki cukup lahan untuk
fasilitas pengolahan limbah, prosedur seperti diatas dapat
dilaksanakan menggunakan bak fiberglass yang besarnya
disesuaikan dengan kapasitas limbah dan sarana pendukung yang
tersedia.
12.
Apabila disinfektan yang digunakan larutan khlorin maka
aerasi selama 6 jam sudah memadai untuk menetralkan khlor
sehingga air limbah layak untuk dibuang ke perairan umum. Tetapi
kalau larutan formalin yang digunakan untuk disinfeksi, aerasi
harus dilakukan sampai alkalinitas mencapai 50 mg CaCO3/L atau
larutan formalin tidak terdeteksi menggunakan kit antilin.
13.
Selain bak penampung limbah sebaiknya juga disediakan
lubang tanah tertutup rapat untuk menampung sludge dan limbah
cair yang telah dikelola.
VI. REKAM DATA
Hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah
direkam sesuai
dengan formulir. Seluruh informasi yang tertuang dalam formulir
tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan
selanjutnya.
VII. PELAPORAN
Hasil kegiatan pengelolaan limbah harus dituangkan dalam bentuk
laporan hasil pelaksanaan pengelolaan limbah yang ditandatangani
oleh petugas pelaksana. Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan
sementara serta saran tindak lanjut, dan formulir hasil pengelolaan
limbah merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir
pelaksanaan kegiatan.
132
Diagram 1. Garis besar alur pengelolaan limbah
Dimusnahkan
Ikan yang Mati
Limbah padat
Bekas
Kemasan/Lim
bah Padat
lainnya
Sludge
Limbah
Limbah
cair
Timbun
O2
(dibakar/diincen
erator,
diautoclave,
dikubur dalamdaalam
T
a
n
a
m
a
n
Disinfeksi
Kompos
p
e
l
i
n
d
u
n
g
Disinfeksi
Air
OksidasiFil
trasi
Perairan
O2
133
Tabel 1. Desinfektan dan Prosedur Penangan Limbah
No.
1.
Alat/ Bahan
Perlakuan
Klorin
Fungsi
Mendesinfeksi
limbah cair
Mendesinfeksi
limbah
cair,
bekas
kemasan
Mendesinfeksi
limbah cair
Mendesinfeksi
limbah
cair,
bekas
kemasan
Mensterilisasi
air yang akan
digunakan
kembali
2.
Oxytretacycline Mendesinfeksi
peralatan,
filter
3.
Copper Sulfat
4.
Formalin
Dosis /
Ukuran
5 mL/L
Aplikasi
20 ppm
> 60 menit
Sodium
Hipoklorit
50
pp
m
>200
ppm
> 30 menit
Sodium
Hipoklorit
Sodium
Hipoklorit
>200
ppm
Konsentrasi Kalsium
0.3 gr/L air Hipoklorit
kemudian
dilakukan
agutisasi
minimal 10
menit dan
diulang
minimal
selama
1
jam
Direndam
sabanyak
5-7
kali
dalam
sehari
Direndam
10 ppm
Mendesinfeski 0.1
ikan
yang
mati,
bekas
kemasan
Mendesinfeksi 50-100
ikan
yang ppm
mati,
bekas
kemasan
30-50
ppm
50-100
ppm
Direndam
kurang
lebih 1 jam
Keterangan
Direndam
30-60
menit
Direndam
pada
air
yang
diaerasi
selama
1
jam
Direndam
pada
air
yang
diaerasi
134
5.
Aldehid
6.
Pengoksidasi
7.
Halogen
8.
Fenol
9.
Garam (A.K)
10. Biguanida
11. Ultra violet
12. Pemansan
Mendesinfeksi
sarana dan
prasana
seperti bak,
seser, net,
Mendesinfeksi
sarana dan
prasana
seperti bak,
seser, net,
Mendesinfeksi
sarana dan
prasana
seperti bak,
seser, net,
Mendesinfeksi
sarana dan
prasana
seperti bak,
seser, net,
Mendesinfeksi
sarana dan
prasana
seperti bak,
seser, net,
Mendesinfeksi
sarana dan
prasana
seperti bak,
seser, net,
Mendesinfeksi
limbah cair
Mendesifeski
limbah cair
0,5
mL/m3
atau 0,5
mg/L
0,1
mL/m3
atau 0,1
mg/L
>1,5%
0,02 %.
secara
kuat-kuat
selama 3060 menit
Rentang
jam
.
Rentang
menit
0,5 – 2 jam
1,0-5,0%.
10-30
menit
0,1-5,0%
10-30
menit
0,1-5,0%
10-30
menit
Rentang
jam
>130
Spekrum
2
mWs/cm 190-280
nm
85
°C
kurang
lebih
30
menit
13. Incenerator
Memusnahkan
ikan yang mati
atau
bekas
kemasan
14. Dikubur dalam- Memusnahkan
dalam
ikan yang mati
135
15. Autoclave
atau
bekas
kemasan
Memusnahkan
ikan yang mati
atau
bekas
kemasan
136
Tabel 2. Beberapa bahan aktif dari golongan disinfektan yang dapat
digunakan untuk disinfeksi berbagai sarana dan prasarana
laboratorium.
Golongan Disinfektan
Aldehid
Bahan Kimia
Formaldehid, glutaraldehid dan glioksal
Alkohol
Etanol, propanol dan isopropanol
Pengoksidasi
Peroksida dan peroksigen seperti hidrogen
peroksida, asam perasetik, kalium
peroksomono sulfat, natrium perborat,
benzoil peroksida, kalium permanganat.
Halogen
Berbasis iodium: larutan iodium, iodofor,
povidon iodium,
Gugus klor: Kalsium hipoklorit, natrium
hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit
dan kloramin
Fenol
Fenol (asam karbolik), kresol, para kloro
kresol dan para kloro xylenol.
Garam (A.K)
Benzalkonium klorida, bensatonium
klorida, dan setilpiridinium klorida
Biguanida
Klorheksidin
137
KOP SURAT
REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH
Waktu sampling (h/b/t) :
Tindak karantina
:
Penanggung jawab
:
Pelaksana
Kegiatan
Limbah padat
Pemisahan limbah
Limbah organik
Disposable item
Bahan
tidak
terbakar
Pengolahan limbah
cair
Pengukuran
volume limbah
Penentuan
disinfektan
Identifikasi
pathogen
Periksa disinfectan
diffuser
Pembuangan
sludge
Analisa air limbah
hasil olahan
Temperatur (oC)
pH
Salinitas
Oksigen terlarut
(mg/L)
:
Frekwensi
Tiap hari
Tiap hari
Sesuai
kegiatan
Sesuai
kegiatan
Tiap hari
Tiap hari
Kalau
diperlukan
Seminggu
sekali
Kalau
diperlukan
Tiap pagi
Tiap pagi
Tiap pagi
Tiap pagi
Tiap pagi
Sebelum ke
Disarankan
Dibakar
Incinerator
Sterilisasi
Kaporit
Ditimbun
26-28
6,5-8,5
0 - 35
>4
> 50
< 25
Hasil
Keterangan*)
Spesifikasi
Pupuk
Abu
Dikubur
Efektif
Nihil
Berfungsi
Pupuk
Dalam
kisaran
Dalam
kisaran
Dalam
kisaran
138
Alkalinitas
(mg
CaCO3/L)
BOD5 (mg/L)-O2
COD (mg/L)-O2
Total
nitrogen
(mg/L)-N
Total fosfor (mg/L
)-P
Pengoperasian,
pemeliharaan
Pompa
Aerator
Filter
Penggantian
fitoremediator
Kegiatan akhir
Periksa
logam
berat (µg/L)
Periksa
bahan
karsinogen
Periksa kematian
ikan+kerang
Pengaliran limbah
Limbah gas
Periksa
fungsi
fume hood
Periksa
fungsi
lemari asam
Periksa
fungsi
incinerator
lk
Sebelum
lk
Sebelum
lk
Sebelum
lk
ke
< 125
10
1,0
ke
ke
Tiap hari
Tiap hari
Tiap hari
Kalau
diperlukan
Sebelum ke
lk
Sebelum ke
lk
Tiap hari
Limbah
aman
Tiap hari
Tiap hari
Tiap hari
Diatas
ambang
Diatas
ambang
Bawah
ambang
Bawah
ambang
Bawah
ambang
Bawah
ambang
Berfungsi
Berfungsi
Berfungsi
Kompos
1,0-8,0
Bawah
ambang
TTD
Nil
Berfungsi
Berfungsi
Berfungsi
139
KOP SURAT
REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
No.
1.
2
Hari&Tanggal
No.
Bak/Kolam
Sabtu,07/02/14 Kolam
limbah L1
Minggu,
08/02/14
Jenis Kegiatan
Jumlah
Petugas
Paraf
Petugas
Desinfeksi menggunakan 1 orang
Clorin dengan
konsentrasi 5 mg/L pada
bak penampungan
limbah
Kolam
Aerasi limbah secara
Limbah L1 kuat
1 orang
Keterangan*)
Direndam
selama 1 hari
6 jam
Jakarta, ...........
Pengelola/Penanggung Jawab,
....................................................
140
KOP SURAT
REKAMAN PENGELOLAAN/ PENANGANAN IKAN MATI
No.
Hari&Tanggal
Jenis Kegiatan
Jumlah
Petugas
1. Senin, 04/03/13 pemusnahan ikan
mati
1 orang
2.
4 orang
Paraf Petugas
Keterangan*)
Jakarta, ...........
Pengelola/Penanggung Jawab,
.....................................................
141
KOP SURAT
PENANGANAN BEKAS KEMASAN
Hari &
No.
Jenis Kegiatan
Metode
Tanggal
1. Senin,
Desinfeksi
04/03/13 Stereoform
Jumlah
Petugas
Paraf Petugas
Keterangan*)
Chlorin dibasuh
dengan klorin 5
ppm
1 orang
20 pcs
Pemusnahan plastic Dibakar secara
bekas kemasan
sempurna
04/03/13
kemudian abu
dikubur dalamdalam
4 orang
40 psc
2. Senin,
Jakarta, ...........
Pengelola/Penanggung Jawab,
.....................................................
142
KOP SURAT
PENGAMATA KUALITAS AIR PADA BAK PENGELOLAAN LIMBAH
Parameter
No
Hari &
Tanggal
No.
Temperatur pH
Bak Limbah
(oC)
Paraf
Salinitas
Oksigen terlarut
(mg/L)
Alkalinitas (mg BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2
CaCO3/L)
Total nitrogen
(mg/L)-N
Petugas
1. Senin,
L1
04/03/1
3
143
Lampiran 17. Jenis dan Daftar Obat Ikan sesuai dengan Klasifikasinya
LAMPIRAN : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
KEP.20/MEN/2003 Tentang Klasifikasi Obat Ikan
JENIS DAN DAFTAR OBAT IKAN SESUAI DENGAN KLASIFIKASINYA
I. JENIS-JENIS OBAT KERAS
A. Antibiotika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garamgaramnya :
1. Albucid, sodium;
2. Ampicillin, sodium;
3. Ampicillin Thrihydrate;
4. Aureomycin;
5. Bacitracin;
6. Carbenicilin disodium;
7. Cephaloridine;
8. Chlortetracycline;
9. Cloxacillin, sodium;
10. Colistin Sulfate;
11. Cycloserine;
12. Doxycline Hyclate;
13. Emtrysidina;
14. Enrofloxacin;
15. Erythromycin;
16. Fosfomicina;
17. Furpyridinol;
18. Gentamycin sulfate;
19. Griseofulvin;
20. Kanamycin;
21. Lincomycin;
22. Methacillin sodium;
23. Neomycin;
24. Novobiocin;
25. Oleandomycin;
26. Oxolinic Acid (Quinolon);
27. Paromomycin;
28. Penicilin, Potasium;
29. Polymyxin B, Sulfate.
B. Sulfonamida tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garamgaramnya :
1. Albucid, sodium;
2. Sulfadiazine;
3. Sulfadimethoxine Sodium;
4. Sulfamethazine, Sodium;
5. Sulfamonomethxine;
6. Sulfanilamide;
7. Sulfisoxazole;
8. Trimethoprim.
C. Obat-obat anti bakteri yang lain tersebut di bawah ini serta derivat-derivat
dan garam-garamnya
1. Acriflavine (hydrochloride dan neutral);
2. Basic Bright Green, Oxalate;
3. Benzentonium chlorida;
144
4.
5.
6.
7.
Cloxacillin, Sodium;
Merthiolate;
Nifurpyrinol;
Nifurprazine HCL.
D. Obat-obat antelmintika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan
garam garamnya:
- Antimony Potassium tartrate.
E. Obat-obat anti protozoa tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan
garam garamnya :
- Acetarsone.
F. Obat-obat anesthesi tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam
garamnya:
1. Ether;
2. MS-22 (tricaine methanesulfonate);
3. Propoxate;
4. Quinaldine sulfate.
G. Vaksin :
1. Vaksin Aeromonas;
2. Vaksin Vibrio.
H. Imunostimulan (Sediaan Biologi) :
1. LPS;
2. Glucan
I. Hormon:
17 – Methyl
II. JENIS-JENIS OBAT BEBAS TERBATAS
A. Desinfektan :
1. Acriflavine;
2. Benzalkonium chloride;
3. Boric acid;
4. Calcium hypochlorite (kaporit);
5. Chloramine - B;
6. Copper sulfate;
7. Formalin (37-40%);
8. Iodophors;
9. Paraformaldehyde;
10. Phenoxethol;
11. Silvol;
12. Sodium hypochloride;
13. Sodium Peroxide Pyrophosphate;
14. Sodium Thiosulfate.
B. Antiseptik:
1. Betanaphthol;
2. Chloramine - T;
3. Potassium permanganate (PK, KMn04).
D. Antibakteri :
145
1. Atabrine, hyrochloride;
2. Basic Bright Green, oxalate;
3. Malachite Green, zinc free oxalate.
E. Antelmentika:
1. Niclosamide;
2. Picric Acid.
F. Feed Additive (imbuhan pakan ikan/udang) :
1. Avilamisina;
2. Avoparsina;
3. Bacitracin zink;
4. Enramisina;
5. Flavomisina;
6. Hygromycin B;
7. Kitasamycin;
8. Kolistin sulfat feed grade;
9. Lasalosid;
10. Linkomisina hidroklorida;
11. Maduramisina;
12. Monensin (natrium)
13. Narasina;
14. Nistatina;
15. Salinomycin (natrium);
16. Spiramycin (base, embonat);
17. Tiamulin hidrogen fumarat;
18. Tilocyn;
19. Virginiamycin;
20. Aklomide;
21. Amrolium;
22. Butynorate;
23. Clopidol;
24. Decoquinate;
25. Ethopabate;
26. Halquinaol;
27. Olakuinol;
28. Sulfanitran.
III. JENIS-JENIS OBAT BEBAS
A. Desinfektan dan Antiseptik :
1. Calcium chloride;
2. Calcium Nitrate;
3. Lysol;
4. Rivanol;
5. Hydrogen Peroxida (H202) dengan konsentrasi kurang dari 3%.
B. Antiprotozoa :
1. Calcium Carbonate (Ca C03);
2. Sodium Chloride (Na Cljgaram dapur).
C. Antelmintika :
- Garlic.
IV. ZAT AKTIF YANG DILARANG BEREDAR DAN DIPERGUNAKAN SEBAGAI
OBAT IKAN
1. Nitrofuran, termasuk Furazolidone dan derivat-derivatnya;
146
2. Ronidozol;
3. Dapson;
4. Chloramphenicol, termasuk derivat-derivatnya dan garam-garamnya;
5. Cholichicin;
6. Chlorpromazone;
7. Trichlorfon;
8. Dimetildazole;
9. Metronidazole;
10. Aristolochia spp.
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,
ttd.
NARMOKO PRASMADJI
147
Download