KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16 JAKARTA 10110, KOTAK POS 4130 JKP 10041 TELEPON (021) 3519070 (LACAK), FAKSIMILE (021) 35113282 LAMAN : http//www.bkipm.kkp.go.id, POS ELEKTRONIK : [email protected] KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014 TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, Menimbang : a. b. Mengingat : bahwa dalam rangka melaksanakan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina Ikan, perlu menetapkan pedoman Instalasi Karantina Ikan bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Pemilik Instalasi Karantina Ikan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Pedoman Instalasi Karantina Ikan; 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); 4. Peraturan . . . 1 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 25); 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 189); 6. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan; 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1); 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN. KESATU : Menetapkan Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini. KEDUA . . . 2 KEDUA : Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud diktum KESATU digunakan sebagai dasar dalam proses penetapan, penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina Ikan milik pemerintah, perorangan dan badan hukum; KETIGA : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2015. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 November 2014 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, Kepala Bagian Kepegawaian Hukum dan Organisasi, ttd. NARMOKO PRASMADJI Sugiman 3 PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN 2014 4 PUSAT KARANTINA IKAN BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUT DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014 TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Karantina Ikan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri serta keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Karantina Ikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka melindungi negara dari ancaman masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di wilayah Republik Indonesia, yang berpotensi merusak kelestarian sumberdaya hayati perikanan, yang dapat mengakibatkan penurunan produksi perikanan nasional. Perdagangan hasil perikanan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap perekonomian negara, serta kelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan, salah satu dampak negatifnya yaitu ikut terbawanya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) atau Hama dan Penyakit Ikan (HPI) tertentu masuk dan tersebar ke dalam wilayah Republik Indonesia melalui media pembawa yang dilalulintaskan. Petugas Karantina Ikan dalam rangka mengantisipasi resiko dari ancaman masuk dan/atau keluar, dan tersebarnya HPIK sebagaimana diamanatkan di dalam peraturan perundangan perkarantinaan ikan perlu melakukan tindakan karantina ikan bagi media pembawa HPIK yang akan dilalulintaskan. Pelaksanaan tindakan karantina pemasukan/ ikan pengeluaran tersebut dapat atau di luar dilakukan tempat di tempat pemasukan/ pengeluaran baik di dalam maupun di luar Instalasi Karantina Ikan (IKI) yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina dilakukan dalam rangka: 5 a. Mendeteksi terhadap adanya infeksi HPIK/HPI tertentu pada media pembawa. b. Membebaskan/mensucihamakan media pembawa dari HPIK/HPI tertentu. c. Menjamin media pembawa telah memenuhi persyaratan kesehatan ikan yang akan dilalulintaskan. Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai instalasi karantina apabila telah memenuhi persyaratan, prosedur, penetapan, dan pengelolaannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu adanya pedoman instalasi karantina ikan untuk menjaga konsistensi penerapan cara karantina ikan yang baik di instalasi karantina. 1.2. Tujuan Tujuan penyusunan Pedoman Instalasi Karantina Ikan ini adalah : a. Sebagai pedoman bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) dalam proses penetapan, pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina Ikan. b. Pemilik instalasi karantina mengetahui prosedur penetapan, penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina Ikan. 1.3. Pengertian dan Istilah a. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut instalasi karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. b. Instalasi Karantina Ikan milik Kementerian yang selanjutnya disebut instalasi karantina Kementerian adalah instalasi karantina yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dan telah ditetapkan dalam bentuk Sertifikat 6 Instalasi Karantina Ikan yang pengelolaannya dilakukan oleh UPT KIPM c. Instalasi Karantina Ikan milik Perorangan atau Badan Hukum yang selanjutnya disebut instalasi karantina Perorangan atau Badan Hukum adalah instalasi karantina yang dibangun oleh perorangan atau badan hukum dan telah ditetapkan dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, yang pengelolaannya dibawah pengawasan UPT KIPM. d. Menteri Kelautan dan Perikanan adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang karantina ikan. e. Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut Kepala BKIPM adalah kepala badan yang melaksanakan tugas teknis di bidang karantina ikan. f. Kepala Pusat Karantina Ikan yang selanjutnya disebut dengan Kapuskari adalah Kepala Pusat yang melaksanakan tugas teknis di bidang karantina ikan. g. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan adalah surat penetapan yang menyatakan instalasi karantina telah memenuhi persyaratan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan karantina ikan. h. Tindakan karantina ikan yang selanjutnya disebut tindakan karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. i. Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut UPT KIPM adalah unit kerja teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKIPM. 7 j. Pejabat Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI) yang selanjutnya disebut PHPI adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengendalian hama dan penyakit ikan serta lingkungan yang bekerja di lingkup BKIPM. k. Inspektur karantina ikan yang selanjutnya disebut inspektur karantina adalah pegawai negeri tertentu yang memiliki kompetensi melakukan kegiatan inspeksi dalam rangka penerapan cara karantina ikan yang baik, yang telah ditetapkan dan mendapatkan nomor registrasi sebagai inspektur karantina ikan dengan surat keputusan Kepala BKIPM. l. Hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum terdapat dan/ atau telah terdapat hanya di area tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. m. Hama dan Penyakit Ikan Tertentu yang selanjutnya disebut HPI tertentu adalah semua hama dan penyakit ikan yang berpotensi seperti HPIK, belum dan/atau telah terdapat di area tertentu di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, tetapi belum ditetapkan sebagai HPIK atau HPI yang dipersyaratkan oleh negara tujuan untuk dicegah pemasukannya. n. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut media pembawa adalah ikan dan atau benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina. o. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di dalam air dalam keadaan hidup atau mati termasuk bagian-bagiannya. 8 p. Benda lain adalah media pembawa selain ikan yang mempunyai potensi penyebaran Hama dan Penyakit Ikan Karantina. q. Sarana instalasi karantina adalah segala peralatan/ fasilitas dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan karantina di instalasi karantina. r. Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang berisikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar biosecurity untuk menjamin kesehatan ikan. s. Biosecurity adalah suatu upaya atau langkah-langkah untuk mencegah dan/ atau mengurangi resiko masuk dan tersebarnya agen penyakit ikan. t. Ruang anteroom atau ruang antara adalah ruang steril/ mensucihamakan bagi pekerja sebelum dan sesudah memasuki IKI yang berada di lokasi instalasi karantina. u. Personil adalah petugas yang melaksanakan tindakan karantina tertentu pada instalasi milik perorangan atau badan hukum yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tindakan karantina di instalasi karantina. 1.4. Dasar Hukum Dasar hukum perangkat perundangan penyusunan Pedoman Penilaian Instalasi Karantina Ikan adalah : a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 9 c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun 2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20 Tahun 2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri Dan Dari Suatu Area Ke Area Lain di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun 2012 tentang kewajiban tambahan karantina ikan; g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 33 Tahun 2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; dan h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.26/MEN/2013 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya. 1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi klasifikasi, persyaratan, prosedur penetapan dan perpanjangan, pengelolaan, inspeksi dan verifikasi, pembinaan dan pelaporan IKI. 10 BAB II KLASIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI Instalasi Karantina Ikan adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. Berdasarkan klasifikasinya, instalasi karantina dibedakan menjadi : 2.1. A. Klasifikasi Klasifikasi Peruntukan Instalasi Klasifikasi Karantina instalasi karantina Ikan ikan Berdasarkan berdasarkan peruntukannya, terdiri dari : a. Instalasi karantina ikan untuk ikan hidup b. Instalasi karantina ikan untuk ikan mati c. Instalasi karantina ikan untuk benda lain B. Klasifikasi Instalasi Kepemilikan Klasifikasi Karantina Instalasi Karantina Ikan Ikan Berdasarkan berdasarkan kepemilikan dibedakan menjadi : a. Instalasi karantina ikan milik Kementerian adalah Instalasi Karantina yang dibangun oleh pemerintah dan pengelolaannya dilakukan oleh UPT KIPM. b. Instalasi karantina ikan milik perorangan atau badan hukum adalah milik swasta baik secara perorangan atau badan hukum. 2.2. Sertifikasi A. Sertifikasi Instalasi Karantina Ikan Kelayakan Instalasi Karantina didasarkan pada hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan yang meliputi persyaratan administrasi, manajemen, dan teknis. Hasil penilaian diberikan dalam kriteria layak (sangat baik, baik, cukup) dan tidak 11 layak. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan diberikan untuk instalasi karantina dengan kriteria layak. Konsistensi penerapan biosecurity di Instalasi Karantina Ikan yang telah ditetapkan dalam pengendalian HPIK/ HPI tertentu dilakukan melalui proses Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik (SCKIB). B. Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik. Sertifikasi penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik (SCKIB) didasarkan atas : - Konsistensi persyaratan dan penerapan dokumen mutu karantina ikan; - Konsistensi kelayakan dan peruntukan teknis; dan - Hasil pemeriksaan HPIK/ HPI tertentu Berdasarkan konsistensi penerapan cara karantina di atas maka instalasi karantina ikan dikategorikan sebagai berikut: a. Kategori A : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria A, sehingga dapat digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan karantina impor, ekspor, dan/atau antar area dan sesuai kebutuhan jenis usaha dibidang perikanan b. Kategori B : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria B, sehingga dapat digunakan untuk tindakan karantina ikan impor, ekspor ke Negara bersyarat tertentu dan/atau antar area sesuai kebutuhan usaha dibidang perikanan c. Kategori C : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria C, sehingga dapat digunakan untuk tindakan karantina ikan ekspor ke Negara tidak bersyarat dan/atau antar area sesuai kebutuhan usaha dibidang perikanan 12 Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi cara karantina ikan yang baik mengacu pada pedoman CKIB. 13 BAB III PERSYARATAN INSTALASI KARANTINA IKAN Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai IKI apabila telah memenuhi persyaratan administrasi, manajemen, dan teknis. Adapun persyaratan IKI adalah sebagai berikut : 3.1. Persyaratan Administrasi 3.1.1. Pengajuan permohonan penilaian instalasi karantina Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum sebelum karantina, harus mengajukan mengajukan permohonan permohonan penetapan instalasi penilaian instalasi karantina kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan persyaratan administrasi sebagai berikut : a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang *); e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersangkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina; 14 g. Dokumen mutu Karantina Ikan. *) diperlukan dalam rangka sinkronisasi surat ijin pemasukan media pembawa dan realisasi penggunaan instalasi karantina terkait kesesuaian jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke dalam instalasi karantina. 3.1.2. Pengajuan permohonan penetapan instalasi karantina Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum setelah mendapatkan rekomendasi hasil penilaian, dapat mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina kepada Kepala BKIPM dengan melampirkan persyaratan administrasi sebagai berikut : a. Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari UPT KIPM b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Dokumen mutu Karantina Ikan. 3.2. Persyaratan Manajemen Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum wajib memenuhi persyaratan manajemen sebagai berikut : a. Struktur organisasi yang jelas dimana ada penanggung jawab instalasi, ada petugas untuk kegiatan operasional dan petugas pembuat rekam data beserta uraian tugas dan wewenangnya (job description); b. Dokumen mutu karantina ikan yang memuat : 1. Panduan Mutu; 2. Prosedur Kerja dan/ atau Instruksi kerja dan; 3. Formulir kegiatan. c. Rekam data logbook media pembawa yang masuk dan keluar, data kegiatan operasional dalam instalasi. Data kegiatan 15 operasional tersebut dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip biosecurity; d. Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk semua kegiatan yang terkait dengan tindakan karantina di dalam instalasi karantina; e. Instalasi karantina mempunyai kebijakan tentang kegiatan evaluasi atau audit internal untuk semua kegiatan yang berkaitan dengan manajemen dan teknis instalasi karantina; f. Instalasi karantina mempunyai sumber daya manusia (personil) yang berpengalaman, terampil dan berlatar belakang pendidikan perikanan atau biologi atau sejenisnya yang telah dilatih dan disertifikasi kompetensinya serta menandatangani pakta integritas dari otoritas kompeten yaitu BKIPM. 3.3. Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan 3.3.1. Persyaratan Umum Persyaratan umum instalasi karantina untuk ikan hidup, ikan mati, dan benda lain adalah sebagai berikut : A. Lokasi Lokasi yang digunakan sebagai instalasi karantina harus layak dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Instalasi karantina harus bebas banjir. Sarana dan bahan pemeriksaan, sarana pengasingan dan pengamatan, sarana perlakuan, sarana penahanan, sarana pemusnahan, dan sarana pendukung lainnya tidak boleh terkena banjir. 2) Mudah diakses oleh sarana transportasi. Instalasi karantina mudah dijangkau oleh sarana transportasi air atau darat atau udara. 3) Memiliki sumber air yang cukup dan berkualitas baik. Instalasi karantina berada pada lokasi yang mudah mendapatkan air berkualitas baik. 16 4) Instalasi karantina berada pada lingkungan yang tidak tercemar. Kelayakan lokasi tersebut dimaksudkan untuk menghindari resiko dan kerugian akibat adanya kontaminasi cemaran dari lingkungan sekitar dan dari instalasi ke lingkungan sekitar. 5) Apabila instalasi karantina berada pada suatu farm/hatchery, maka fasilitas instalasi karantina tersebut harus merupakan bangunan berikut saluran air limbah yang terpisah dengan fasilitas pematangan induk (maturation) dan pembenihan (hatchery). Unit instalasi harus memiliki sarana pengelolaan, sterilisasi air, dan pengolahan limbah. B. Air Air yang digunakan dalam proses tindakan karantina harus layak dan sesuai dengan kebutuhan. Air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Bebas dari mikroba patogen; 2) Bebas bahan pencemar fisika maupun kimia; 3) Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu; 4) Memenuhi persyaratan standar baku mutu air sesuai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. C. Personil/ tenaga Kerja Personil atau tenaga kerja di instalasi karantina adalah pekerja yang diberi tanggung jawab untuk menangani instalasi karantina selama berlakunya sertifikat Penetapan instalasi karantina. Adapun penanggung jawab teknis instalasi karantina harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Memiliki latar belakang pendidikan di bidang perikanan atau biologi; 2) Mempunyai kompetens pengelolaan instalasi karantina; 3) Telah dilatih dan disertifikasi kompetensinya, atau; 17 4) Memiliki keterangan kemampuan teknis pengelolaan instalasi karantina dari Kepala UPT setempat. 3.3.2. Persyaratan Utama A. Instalasi Karantina Ikan Hidup Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa ikan hidup harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Bangunan dibuat khusus dengan tata ruang atau lay out yang terpisah dan terdiri dari sarana : pemeriksaan, pengasingan dan pengamatan, perlakuan, pemusnahan dan sarana pendukung lainnya; 2) Jarak antar wadah dengan wadah atau wadah dengan dinding diberikan koridor selebar minimal 75 cm; 3) Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan dengan jenis dan jumlah media pembawa yang akan dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut; 4) Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor; 5) Dinding harus dibuat khusus agar mudah dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran; 6) Lantai tidak boleh berpori, dibuat dengan kemiringan tertentu dan mengarah ke drainase, sehingga tidak memungkinkan terjadi genangan di lantai; 7) Drainase lantai harus baik, dan lubang pembuangan harus dilengkapi dengan saringan agar media pembawa tidak keluar; 8) Pencahayaan harus memadai intensitasnya, agar mudah dalam pengamatan media pembawa; 9) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah dibersihkan dan dikeringkan; 10) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi karantina untuk mencegah kontaminasi silang dan dilengkapi dengan foot deep bath yang berisi cairan desinfektan; 18 11) Dilengkapi dengan pintu darurat (emergency exit) dan standar keselamatan, keamanan kerja (K3); 12) Apabila pengelolaan limbah dilakukan oleh pihak ketiga maka perlu disertakan surat keterangan dari pihak ketiga bahwa perusahaan pihak ketiga tersebut memiliki ijin untuk mengelola limbah; 13) Saluran pembuangan dari ruangan/ bak/ akuarium harus mudah dibersihkan, dan dikeringkan; 14) Dinding bak/ akuarium harus kedap air/ tidak bocor, mudah dibersihkan dan dikeringkan; 15) Pada pintu gerbang untuk orang dilengkapi dengan foot deep bath yang diberi cairan desinfektan dan untuk kendaraan terdapat bak desinfektan untuk rendam roda. Instalasi karantina ikan hidup harus dilengkapi sarana untuk tindakan karantina yang harus disesuaikan dengan peruntukan instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity. Instalasi karantina ikan hidup Kementerian harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit : 1) Sarana dan bahan pemeriksaan; 2) Sarana pengasingan dan pengamatan; 3) Sarana perlakuan; 4) Sarana penahanan; 5) Sarana pemusnahan; dan 6) Sarana pendukung lainnya. Sedangkan instalasi karantina ikan hidup perorangan atau badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit : 1) Sarana pengasingan dan pengamatan; 2) Sarana perlakuan; 3) Sarana pemusnahan; dan 4) Sarana pendukung lainnya. 19 Adapun sarana instalasi karantina ikan hidup tersebut di atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina berfungsi kegiatan sebagai tempat penentuan untuk melakukan rangkaian penyakit dan/atau diagnosis pengukuran kualitas air. b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta terjaga kebersihannya. c) Pengujian laboratorium selengkapnya terhadap adanya HPIK/ HPI tertentu meliputi pemeriksaan parasit, virus, bakteri dan mikotik pada media pembawa dilakukan oleh laboratorium milik UPT KIPM. d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh instalasi karantina Kementerian. 2) Sarana pengasingan dan pengamatan a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang digunakan untuk pengasingan dan pengamatan setelah ikan diterima di instalasi. b) Sarana yang ada pada ruang ini berupa: - wadah pemeliharaan (bak fiber dan/ atau aquarium dan/ bak beton) dengan kualitas yang standar disertai perlengkapannya. - Bak tersebut harus terbuat dari material yang kokoh, kedap air dan mudah dibersihkan. c) Bentuk, jumlah dan volume bak harus disesuaikan dengan sifat biologi dan persyaratan sebagaimana masing-masing komoditas. d) Kegiatan pengasingan dilakukan untuk satu pemasukan/ pengeluaran (shipment) yang sama. 20 e) Area tersebut harus terjaga kebersihannya dan bebas dari kontaminan. 3) Sarana perlakuan a) Sarana perlakuan adalah sarana yang digunakan untuk melakukan tindakan pengobatan setelah diketahui bahwa media pembawa tersebut terindikasi penyakit (HPIK golongan II). b) Sarana yang terdapat dalam ruangan ini adalah berupa wadah untuk media pembawa yang akan diberi perlakuan (bak fiber/ aquarium/ bak beton) beserta perlengkapannya. c) Wadah tersebut harus terbuat dari material yang kokoh, kedap air dan mudah dibersihkan. d) Peralatan yang digunakan didalam satu ruang tidak boleh digunakan di ruangan lain 4) Sarana Penahanan a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk menahan media pembawa apabila ditemukan ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa. b) Sarana penahanan dapat berupa bak/ akuarium atau wadah, alat, bahan, dan ruang untuk penahanan media pembawa. c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina Kementerian. 5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan) a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu. 21 b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat pembakaran dan/ atau incinerator. 6) Sarana penanganan limbah a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan limbah untuk menetralkan limbah yang berupa patogen atau bahan cemaran lain yang berasal dari instalasi tersebut sebelum dibuang melalui peresapan tanah atau ke perairan umum. b) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk proses klorinasi dan/ atau perlakuan dengan pemanasan (heat treatment) dan/ atau radiasi ultraviolet. c) Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/ akuarium untuk pengujian indikator biologis dengan menggunakan ikan hidup dan tanaman air serta pompa untuk resirkulasi air. d) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan. e) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi. 7) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath dipping mat) a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk - Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan instalasi karantina. - Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan lebarnya jalan serta kendaraan. - Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/ spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi 22 dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu gerbang lingkungan instalasi. b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat) - Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan masuk ke dalam instalasi. - Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan ukuran pintu masuk. - Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan spesifikasi dan kebutuhan. c) Sarana desinfeksi tangan - Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun keluar instalasi. - Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik. d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil - Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi. - Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman dipakai dan harus selalu bersih. - Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan lainnya 23 8) Sarana pengelolaan air bersih dan tandon air 1) Penampungan air Instalasi karantina yang menggunakan air berasal dari perairan umum (laut, sungai, saluran irigasi), harus memiliki sarana pengendapan, filtrasi dan bak tandon, yang berfungsi untuk mengendapkan, menyaring dan menyimpan air, sehingga diperoleh air yang bermutu, dengan kualitas dan jumlah yang sesuai kebutuhan. 2) Pengolahan air ini dapat dilakukan secara biologi/fisika,dan/atau kimia. Secara biologi dapat menggunakan mikroba (penggunaan probiotik), Secara fisika dapat menggunakan pengedapan dan/ atau UV dan/atau ozonisasidan/ atau filter yang menggunakan arang/karbon aktif. Secara kimia dapat dengan cara klorinasi. 9) Pagar keliling Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada instalasi karantina berfungsi sebagai : a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar. b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam lingkungan instalasi. c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya. 10) Ruang ganti pakaian a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi bagi personil instalasi Karantina. 24 b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik personil instalasi karantina. c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan kamar mandi (shower room). B. Instalasi Karantina Ikan Mati Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa ikan mati harus memenuhi persyaratan seperti berikut : 1) Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan dengan jenis dan jumlah ikan/media pembawa yang akan dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut; 2) Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari bahan yang bisa menutupi keseluruhan; 3) Memilki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi media pembawa dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke lingkungan; 4) Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan limbah cair lainnya; 5) Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan untuk mengganti pakaian khusus bagi pekerja sebelum memasuki instalasi karantina; 6) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/keluar ke instalasi karantina untuk mencegah kontaminasi silang; 7) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik yang memadai; 25 8) Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan; 9) Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas yang sesuai dengan jenis media pembawa (segar, beku, kering) yang memenuhi persyaratan biosecurity; 10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass atau plastik; 11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas cold storage harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat; 12) Mempunyai peralatan dan program pengendalian serangga dan tikus; 13) Untuk media pembawa berupa produk beku instalasi karantina harus dilengkapi dengan Cold storage dengan persyaratan adalah sebagai berikut: a) Mampu mempertahankan suhu bagian dalam (internal temperature) kurang dari -18 °C dan sistem pendingin harus mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi dengan air circulator (blower) b) Harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar cold storage; c) Letak bangunan harus memudahkan dalam memudahkan pengaturan ditata sedemikian pelaksanaan drainase kegiatan dan rupa agar sehari-hari, penampungan limbah. Instalasi karantina ikan mati harus dilengkapi sarana untuk tindakan karantina yang harus disesuaikan dengan peruntukan instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity. Instalasi karantina ikan mati Kemementerian harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit: 26 1) Sarana dan bahan pemeriksaan; 2) Sarana pengasingan; 3) Sarana penahanan; 4) Sarana pemusnahan; dan 5) Sarana pendukung lainnya. Sedangkan instalasi karantina ikan mati perorangan atau badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit: 1) Sarana pengasingan; 2) Sarana pemusnahan; dan 3) Sarana pendukung lainnya Sarana instalasi karantina ikan mati tersebut di atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut 1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina berfungsi sebagai tempat untuk melakukan rangkaian kegiatan penentuan diagnosis awal penyakit ikan. b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta terjaga kebersihannya. c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan organoleptik, formalin, logam berat, dan mikrobiologi pada media pembawa dilakukan oleh laboratorium milik UPT KIPM. d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh instalasi karantina Kementerian. 2) Sarana pengasingan dan pengamatan a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengasingan dan pengamatan selama masa karantina ikan. 27 b) Sarana yang harus ada adalah rak atau pallet untuk meletakkan dan menyimpan ikan selama di ruang pengasingan dan pengamatan. c) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan segar dan beku diperlukan fasilitas cold storage dengan suhu diatur sesuai dengan kebutuhan jenis komoditasnya. d) Kapasitas volume cold storage disesuaikan dengan jumlah dan jenis media pembawa yang akan dikenakan tindakan karantina. e) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan kering, sarana ruang harus dilengkapi dengan pengatur kelembaban udara. 3) Sarana Penahanan a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk menahan media pembawa apabila ditemukan ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa. b) Sarana penahanan dapat berupa cold storage atau ruangan dengan suhu yang dapat diatur sesuai dengan jenis komoditasnya. c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina Kementerian. 4) Sarana Penanganan Limbah a) Instalasi karantina wajib melakukan penanganan limbah. b) Instalasi karantina yang melakukan kegiatan processing wajib memiliki sarana pengolahan limbah cair. c) Sarana pengolahan limbah cair berfungsi untuk menetralkan limbah cair yang berasal dari sisa proses produksi berupa patogen atau bahan cemaran lain sebelum dibuang melalui peresapan tanah atau ke perairan umum. 28 d) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk proses klorinasi. Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/ kolam untuk pengujian indikator biologis dengan menggunakan ikan hidup dan tanaman air serta pompa untuk resirkulasi air. e) Apabila instalasi karantina tidak mempunyai sarana pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan kepada pihak ketiga, limbah ditampung pada bak penampungan limbah sementara. f) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan. g) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi. 5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan) a) Tempat pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu, media pembawa yang rusak/ busuk dan wadah kemasan media pembawa. b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat pembakaran dan/ atau incinerator. 6) Pagar keliling Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada instalasi karantina berfungsi sebagai : a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam lingkungan instalasi. c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya. 29 7) Ruang ganti pakaian a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi bagi personil instalasi karantina. b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik personil instalasi karantina. c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan kamar mandi (shower room). 8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath dipping mat) a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk - Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan instalasi karantina. - Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan lebarnya jalan serta kendaraan. - Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/ spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu gerbang lingkungan instalasi. b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat) - Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan masuk ke dalam instalasi. - Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan ukuran pintu masuk. 30 - Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan spesifikasi dan kebutuhan. c) Sarana desinfeksi tangan - Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun keluar instalasi. - Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik. d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil - Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi. - Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman dipakai dan harus selalu bersih. - Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan lainnya. C. Instalasi Karantina Ikan Benda Lain Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa benda lain harus memenuhi persyaratan seperti berikut : 1) Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan dengan jenis dan jumlah ikan/media pembawa yang akan dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut; 2) Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari bahan yang bisa menutupi keseluruhan; 3) Memiliki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi produk dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat 31 mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke lingkungan; 4) Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan limbah cair lainnya; 5) Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan untuk mengganti pakaian khusus bagi pekerja sebelum memasuki instalasi karantina; 6) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi karantina untuk mencegah kontaminasi silang; 7) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik yang memadai; 8) Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan. ; 9) Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas yang sesuai dengan jenis media pembawa yang memenuhi persyaratan biosecurity; 10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass atau plastik ; 11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas instalasi harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat (untuk gudang bersuhu dingin). 12) Mempunyai program pengendalian serangga dan tikus. 13) Untuk media pembawa berupa produk carragenan karena bersifat hydroskopis maka instalasi karantina dilengkapi dengan pengatur suhu (AC) dengan persyaratan adalah sebagai berikut: a) Mampu mempertahankan suhu bagian dalam (internal temperature) kurang dari 22°C dan sistem pendingin harus 32 mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi dengan air circulator (blower) b) Harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar; c) Letak bangunan harus memudahkan dalam memudahkan pengaturan ditata sedemikian pelaksanaan drainase kegiatan dan rupa agar sehari-hari, penampungan limbah. Instalasi karantina benda lain harus dilengkapi sarana untuk tindakan karantina yang harus disesuaikan dengan peruntukan instalasi karantina benda lain dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity. Instalasi karantina ikan benda lain milik Kementerian harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit : 1) Sarana dan bahan pemeriksaan; 2) Sarana pengasingan; 3) Sarana penahanan; 4) Sarana pemusnahan; dan 5) Sarana pendukung lainnya. Sedangkan instalasi karantina benda lain perorangan dan badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit : 1) Sarana pengasingan; 2) Sarana pemusnahan; dan 3) Sarana pendukung lainnya Adapun sarana instalasi karantina ikan benda lain tersebut di atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada IKI berfungsi sebagai tempat untuk melakukan rangkaian kegiatan penentuan diagnosis awal penyakit ikan. 33 b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta terjaga kebersihannya. c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan fisik (kebersihan, kemurnian, warna dan bentuk), bau, proximat, dan kelembaban pada media pembawa dilakukan oleh laboratorium milik UPT KIPM. d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh IKI milik pemerintah 2) Sarana pengasingan dan pengamatan a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengasingan dan pengamatan selama masa karantina ikan. b) Sarana yang harus ada adalah rak atau pallet untuk meletakkan dan menyimpan media pembawa selama di dalam ruang pengasingan dan pengamatan. 3) Sarana Penahanan a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk menahan media pembawa apabila ditemukan ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa. b) Sarana penahanan dapat berupa ruangan dengan suhu yang dapat diatur sesuai dengan jenis komoditasnya. c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina milik Kementerian 4) Sarana Penanganan Limbah a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan limbah. b) Instalasi karantina yang mengelolah bahan baku, wajib mempunyai sarana pengolahan limbah guna menetralkan 34 limbah yang berasal dari instalasi karantina tersebut, sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. c) Sarana pengolahan limbah cair dapat berupa bak pengolah limbah yang memenuhi standar pengolahan limbah. d) Sarana yang dibutuhkan pada ruang pengolahan limbah adalah filter pasir apabila di dalam instalasi diasumsikan tidak ada patogen, air diaerasi sebelum ditreatment filter pasir dan filter biologi (minimal tanaman air). e) Saluran pembuangan dari ruang ke sarana/ unit pengolahan limbah harus mudah dibersihkan dan dikeringkan. f) Apabila Instalasi karantina tidak mempunyai sarana pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan kepada pihak ketiga, limbah ditampung pada bak penampungan limbah sementara. g) Limbah padat dapat berupa plastik bekas kemasan dan media pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan sebelum digunakan kembali. h) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi. 5) Sarana Pemusnahan (pembakaran/ penimbunan) a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu. b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat pembakaran dan/ atau incinerator. 6) Pagar Keliling Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada IKI berfungsi sebagai : 35 a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam lingkungan instalasi. c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya 7) Ruang Ganti Pakaian a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi bagi personil instalasi karantina. b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik personil instalasi karantina. c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan kamar mandi (shower room). 8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath dipping mat) a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk - Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan instalasi karantina. - Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan lebarnya jalan serta kendaraan. - Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/ spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu gerbang lingkungan instalasi. 36 b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat) - Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan masuk ke dalam instalasi. - Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan ukuran pintu masuk. - Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan spesifikasi dan kebutuhan. c) Sarana desinfeksi tangan - Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun keluar instalasi. - Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik. d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil - Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi. - Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman dipakai dan harus selalu bersih. - Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan lainnya. 37 3.3.3. Sarana Pendukung Sarana pendukung instalasi karantina untuk ikan hidup, ikan mati, dan benda lain adalah sebagai berikut : 1) Sarana Penyimpanan bahan kimia/ obat/ bahan pakan Sarana penyimpanan bahan kimia/ obat pada instalasi karantina berfungsi untuk menyimpan bahan kimia, obat dan bahan pakan. Sarana ini hanya terdapat pada instalasi karantina ikan hidup. 2) Sarana Penyimpan Peralatan Sarana penyimpanan peralatan pada instalasi karantina berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan kerja di instalasi karantina selain bahan kimia, obat dan bahan pakan. 3) Rumah Genset Rumah genset pada instalasi karantina terletak terpisah dari bangunan dan ruang lainnya dan berfungsi sebagai tempat untuk mengoperasikan genset. Sarana yang ada dalam ruang genset adalah mesin genset dengan daya sesuai kebutuhan berikut instalasi listrik, cerobong asap, lampu penerang dan peralatan perawatan genset. 4) Ruang Istirahat Personil dan Kantin Ruang istirahat personil instala dan kantin pada instalasi karantina berfungsi sebagai tempat istirahat pada saat jam istirahat dan makan siang personil. Sarana yang ada pada ruang ini adalah kursi dan meja untuk makan dan beristirahat, dispenser air minum, counter yang menyediakan makan siang bagi personil. 38 5) Toilet dan Wastafel Toilet dan wastafel pada instalasi karantina disediakan bagi para personil instalasi.Toilet harus terjaga kebersihannya, pada toilet dan pada wastafel harus tersedia sabun cuci tangan/ antiseptic serta tisu atau pengering tangan. 6) Mess Pegawai Mess pegawai pada instalasi karantina diperuntukkan bagi personil yang mempunyai tugas khusus yaitu tugas yang harus dilakukan pada malam hari sampai dini hari. Sarana yang ada pada ruang ini adalah alat penerangan, tempat tidur beserta kasur, kamar mandi, ruang dapur dan perlengkapannya. 7) Pos Penjaga Pos jaga instalasi karantina digunakan sebagai pos pengawas, keamanan dan terletak di dekat pintu masuk dilengkapi dengan penerangan listrik serta portal. Sarana yang diperlukan seperti lampu emergensi, alat komunikasi, lampu senter, meja dan kursi jaga. Jika diperlukan dapat dilengkapi dengan CCTV. 39 BAB IV PROSEDUR PENETAPAN DAN PERPANJANGAN INSTALASI KARANTINA IKAN Instalasi pelaksanaan karantina tindakan dapat karantina digunakan apabila sebagai telah tempat mendapatkan penetapan oleh Menteri. Menteri memberikan kewenangan kepada Kepala BKIPM untuk menetapkan instalasi karantina. Adapun prosedur penetapan instalasi karantina adalah sebagai berikut : 4.1. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan 4.1.1. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan Milik Kementerian Prosedur Penetapan instalasi karantina Kementerian adalah sebagai berikut : 1. Kepala UPT KIPM mengajukan permohonan kepada Kepala BKIPM dengan melampirkan dokumen mutu karantina ikan. 2. Apabila dokumen lengkap dilakukan penilaian terhadap instalasi karantina oleh PHPI Pusat. 3. Kepala BKIPM dalam waktu paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap harus: a. Menetapkan Sertifikat instalasi instalasi karantina karantina, dalam apabila bentuk instalasi karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau b. Menerbitkan alasannya instalasi surat dan penolakan rekomendasi karantina disertai dengan perbaikan, apabila dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. 40 Gambar 1. Prosedur penetapan instalasi karantina milik Pemerintah 4.1.2. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan Milik Perorangan atau Badan Hukum Prosedur Penetapan instalasi karantina milik perorangan/ badan hukum adalah sebagai berikut : 1. Perorangan atau badan permohonan penetapan mengajukan permohonan hukum sebelum instalasi mengajukan karantina, penilaian instalasi harus karantina kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan persyaratan: a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang *); 41 e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina; g. Dokumen mutu Karantina Ikan *) diperlukan dalam rangka sinkronisasi surat ijin pemasukan media pembawa dan realisasi penggunaan instalasi karantina terkait kesesuaian jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke dalam instalasi karantina 2. Petugas verifikasi UPT KIPM melakukan verifikasi terhadap kelengkapan kesesuaian dan keabsahan dokumen yang dipersyaratkan. Apabila dokumen dinyatakan lengkap dan sah, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap instalasi karantina oleh PHPI UPT KIPM. Apabila dokumen dinyatakan tidak lengkap, maka dikembalikan kepada pengguna jasa untuk dilengkapi. 3. PHPI melakukan penilaian berdasarkan Juknis Penilaian instalasi karantina dan menyusun laporan hasil penilaian instalasi karantina 4. Kepala UPT KIPM menerbitkan rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina apabila dinyatakan memenuhi persyaratan, atau menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan apabila instalasi karantina tidak memenuhi syarat. Rekomendasi tersebut diterbitkan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari 42 kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap dan diserahkan kepada pengguna jasa. 5. Kepala UPT melaporkan hasil evaluasi dan rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina kepada Kepala BKIPM melalui Kepala Pusat Karantina Ikan. Laporan tersebut dapat dikirimkan melalui fasilitas elektronik. 6. Perorangan atau rekomendasi badan hasil hukum penilaian setelah memperoleh instalasi karantina, mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina kepada Kepala BKIPM, dengan melampirkan persyaratan: a. Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari UPT KIPM b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Dokumen mutu Karantina Ikan. 7. Tim Evaluasi, melakukan evaluasi terhadap kelengkapan dokumen dan rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari UPT KIPM. Apabila diperlukan dilakukan penilaian ulang oleh PHPI. 8. Kepala BKIPM menetapkan instalasi karantina dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, apabila instalasi karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan, apabila instalasi karantina dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Sertifikat instalasi karantina ditetapkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan penetapan instalasi karantina secara lengkap atau sejak diterimanya hasil penilaian instalasi karantina. 43 Perorangan/ Badan Hukum Pengajuan permohonan penilaian kepada Ka. UPT KIPM 1 2 Verifikasi kelengkapan dokumen 3 Penilaian oleh PHPI UPT Penolakan dan perbaikan hasil 4 5 Rekomendasi hasil penilaian IKI 6 Pengajuan permohonan penetapan IKI kepada Ka. BKIPM 7 Evaluasi penerbitan sertifikat IKI berdasarkan rekomendasi hasil perbaikan Apabila diperlukan Penilaian kelayakan oleh PHPI Pusat Penolakan dan rekomendasi perbaikan 8 Rekomendasi hasil penilaian IKI Penetapan IKI 9 Sertifikat IKI Gambar 4.2. 2. Penetapan Prosedur penetapan instalasi perorangan atau badan hukum Kategorisasi Instalasi karantina Karantina milik Ikan Berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik Penetapan kategorisasi pada Instalasi Karantina Ikan berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kategori A : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria A ditetapkan oleh Kepala BKIPM. 44 b. Kategori B : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria B ditetapkan oleh Kepala Pusat Karantina Ikan. c. Kategori C : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria C ditetapkan oleh Kepala UPT KIPM. 4.3. Prosedur Perpanjangan Instalasi Karantina 1. Kepala UPT KIPM atau pengguna jasa (perorangan atau badan hukum) perpanjangan dapat penetapan mengajukan instalasi permohonan karantina sekurang- kurangnya 3 bulan sebelum masa berlakuknya habis. 2. Pengajuan permohonan perpanjangan instalasi karantina harus disertai dengan fotokopi sertifikat instalasi karantina yang akan diperpanjang dan melampirkan hasil inspeksi dan verifikasi terakhir. 3. Kepala BKIPM mengeluarkan sertifikat perpanjangan instalasi karantina apabila berdasarkan hasil inspeksi dan verifikasi, instalasi karantina tersebut masih konsisten menerapkan dokumen mutu, kelayakan teknis, dan peruntukan instalasi karantina. 4. Apabila hasil inspeksi dan verifikasi menunjukkan bahwa instalasi karantina tidak konsisten dalam penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis, dan peruntukkan instalasi karantina maka Kepala BKIPM menerbitkan surat penolakan perpanjangan sertifikat instalasi karantina. 5. Sertifikat perpanjangan instalasi karantina ditetapkan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan perpanjangan instalasi karantina. 45 BAB V PENGELOLAAN INSTALASI KARANTINA IKAN Masuknya patogen potensial dapat dicegah atau diminimalisir dengan pengelolaan instalasi karantina yang menerapkan prinsip cara karantina ikan yang baik (CKIB) dan biosecurity secara konsisten sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penerapan prinsip tersebut meliputi 3 komponen : a. Menjaga kesehatan ikan b. Mencegah masuknya patogen c. Memberantas penyakit agar tidak menyebar dalam lokasi 5.1. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan hidup Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan hidup harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah jenis ikan, habitat, pola makan, kebiasaan hidup, metabolisme dan kondisi ikan untuk memberikan lingkungan optimal pada media pembawa, dengan memperhatikan prinsip-prinsip biosecurity sebagai berikut : A. Media Pembawa 1) Paparan infeksi penyakit pada media pembawa dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang terkendali. 2) Patogen dapat menyebar melalui ikan sakit, ikan liar, air, peralatan yang berbagi pakai, kontak personel, pengunjung dan alat angkut. 3) Penanganan media pembawa harus sesuai dengan SOP Penanganan kesehatan ikan ikan, masuk, Perawatan Perlakuan, ikan, Pengelolaan Pencatatan pakan, dan Penanganan pengeluaran ikan 46 4) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan pelepasan dikeluarkan oleh Petugas Karantina Ikan. 5) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa berita acara pemindahan. 6) Media pembawa yang mengalami kematian massal atau menunjukkan gejala klinis yang nyata harus mengikuti rencana kontinjensi. 7) Penggunaan obat dan bahan kimia terhadap media pembawa harus dicoba dalam skala kecil terlebih dahulu sebelum diterapkan atau mengikuti rekaman yang sudah ada sebelumnya. 8) Pemberian pakan harus diamati dalam kurun waktu awal pemberian untuk memonitor keberterimaan pakan oleh ikan, penolakan pakan oleh ikan harus mengikuti rencana kontingensi B. Personil 1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang sudah ditetapkan oleh manajemen. 2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen. C. Lingkungan (Sanitasi dan desinfeksi, Pengelolaan kualitas air, Penanganan limbah) 1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan daerah yang bebas wabah penyakit atau setidaknya selama 5 tahun terakhir tidak pernah mengalami kejadian wabah penyakit ikan. 2) Lingkungan secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan higienis. 47 3) Pada kondisi tertentu, seperti debit dan sumber air kurang dari kebutuhan, keterbatasan ruang maka penggunaan sistem resirkulasi air dapat dilakukan pada masing-masing bak pemeliharaan (terpisah), dengan syarat hanya berlaku setiap shipment. 4) Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit pada seluruh wadah pemeliharaan. 5) Pengelolaan kualitas air harus memperhatikan kebutuhan debit air dan jenis ikan yang dipelihara, setiap perubahan drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana kontinjensi. 6) Pengecekan terhadap fungsi dari sarana pengelolaan air (filter, ozon, UV, dll) harus dilakukan secara berkala. Apabila terjadi kebocoran limbah harus mengikuti rencana kontinjensi. D. Pengujian stress dan kohabitasi 1) Pengujian perlu dilakukan karena beberapa penyakit dapat timbul dipicu oleh keadaan stress oleh karena itu untuk mempermudah identifikasi penyakit terutama jenis penyakit yang dormant atau carrier. 2) Tindakan kohabitasi untuk melihat penyebaran penyakit antar spesies antara lain adalah : a. Pengujian stress Pengujian stress harus memperhatikan kondisi dan jenis ikan, pengujian yang menimbulkan kematian besar mengacu pada kontingensi plan. b. Pengujian kohabitasi Pengujian kohabitasi dilakukan menggunakan spesies yang rentan, indigenous spesies atau spesies potensial. 48 E. Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan dilakukan setelah pengujian dengan mempertimbangkan gejala klinis yang nampak dan tingkat kematian yang terjadi. F. Pengamatan perkembangan kesehatan ikan 1) Setiap perubahan yang terjadi pada ikan dan air harus dibuat pencatatan terinci meliputi gejala klinis, perubahan warna, pola renang dan anatomi. 2) Kejadian perubahan struktur pada ikan dijelaskan tipe lesi, ukuran lesi, tingkat keparahan dan status penyakit. 3) Kondisi ikan yang parah mengacu pada rencana kontinjensi. G. Penanganan kejadian wabah penyakit. 1) Kejadian kontinjensi wabah yang penyakit telah harus dibuat mengikuti untuk rencana masing-masing kejadian. 2) Tindakan isolasi harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit didalam instalasi meliputi penyegelan instalasi dan pembatasan akses masuk dan keluar media. H. Penanganan obat dan bahan kimia. Penyimpanan obat dan bahan kimia harus memperhatikan sifat bahan tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet untuk obat dan bahan kimia yang ada. I. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI tertentu 1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat. 49 2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari permukaan tanah. 3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan. J. Penanganan Limbah 1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan Limbah cair sisa kegiatan didesinfeksi dengan menggunakan klorin, dan/ atau pemanasan (heat treatment), dan/ atau radiasi ultraviolet. Selanjutnya dialirkan ke kolam pembuangan akhir (bak resapan) yang telah diberi indikator pengujian biologis seperti ikan hidup atau tanaman air. 2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas, daun atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara dibakar kemudian ditimbun. 3) Penanganan Limbah ikan mati/ rusak Penanganan ikan mati/rusak yang akan diperiksa secara laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan mati/ rusak lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian diberi label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah selesai masa karantina ikan yang mati/ rusak yang telah disimpan di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara dibakar secara sempurna atau diautoclave kemudian ditimbun. 4) Penanganan Limbah bekas kemasan Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air 50 bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar. K. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina 1) Jumlah dan kapasitas wadah/bak harus sesuai dengan peruntukannya. 2) Bak terbuat dari bahan fiberglas antibocor dengan kualitas yang baik. 3) Instalasi karantina dibersihkan secara rutin sesuai jadwal dengan bahan berkualitas. 4) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada di dalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses memasuki areal ini. 5) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan air dan kuat serta mudah kering. 6) Sistem drainase memiliki kapasitas yang cukup dan berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus selalu dijaga memungkinkan kebersihannya berkembangnya sehingga tidak mikroorganisma dan tidak menimbulkan bau. 7) Mencegah media pembawa keluar area instalasi karantina instalasi karantina atau masuknya binatang ke dalam area instalasi karantina melalui saluran drainase ataupun tempat lainnya yang memungkinkan. 8) Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak berpori/ lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin, bebas retak dan tidak ada sambungan terbuka 9) Dinding, partisi dan pilar harus selalu dibersihkan, permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan panel 10) Pencahayaan harus memadai 51 11) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian dilakukan oleh professional 12) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu pengangkutan lainnya. L. Suplai air 1) Dilakukan monitoring secara rutin terhadap mutu/ kualitas sumber air. 2) Dilakukan desinfeksi sumber air menggunakan bahanbahan kimia sesuai standar. 3) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi 4) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten. Program sanitasi terdiri dari : daftar areal dan ruangan yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran dan aplikasi M. Toilet dan Ruang Ganti 1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki sistem yang dapat menutup sendiri. Memiliki ventilasi yang memadai. 2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu, sebaiknya wastafel dilengkapi keran yang tidak dioperasionalkan dengan tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan dengan kaki. 3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung dalam area atau ruangan dimana media ke pembawa 52 disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal coldstorage. 4) Pekerja harus diberikan locker pakaian sendiri dan terpisah dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih dan terlindungi 5.2. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan mati Pengelolaan instalasi karantina mati meliputi beberapa hal yang harus diperhatikan dan diterapkan terutama kondisi lingkungan media pembawa dan meminimalisir penyebaran patogen. Patogen dapat menyebar melalui vector, air limbah, air cucian, peralatan yang berbagi pakai, atau melalui kontak personel, pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina mati adalah : A. Media pembawa 1) Media pembawa dapat dicegah dari kemungkinan terkontaminasi oleh paparan vector dan kontaminan lainnya, dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang terkendali. 2) Media pembawa karantina dengan tidak boleh alasan dikeluarkan apapun sampai dari instalasi persetujuan pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan. 3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa berita acara pemindahan. 4) Media pembawa yang mengalami pembusukan atau menunjukkan kelainan yang nyata harus mengikuti rencana kontinjensi. 53 B. Personil 1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang sudah ditetapkan oleh manajemen. 2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen. C. Lingkungan 1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan lingkungan yang secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan higienis. 2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana kontinjensi. 3) Apabila terjadi kebocoran limbah, harus mengikuti rencana kontinjensi. D. Pengambilan sampel Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan agar kondisi ikan tetap stabil dan bebas kontaminasi. E. Penanganan bahan kimia. Penyimpanan bahan kimia harus memperhatikan sifat bahan tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet untuk obat dan bahan kimia yang ada. F. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI tertentu 1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat. 54 2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari permukaan tanah. 3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan. G. Penanganan Limbah 1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan Pengelolaan limbah cair sisa kegiatan pada instalasi karantina mati yang dikelola sendiri (di luar kawasan industri), dilakukan dengan desinfeksi menggunakan klorin dan dialirkan ke kolam resapan. Pengelolaan limbah cair pada instalasi karantina yang berada di kawasan industri, dilakukan dengan menampung limbah cair sisa kegiatan ke dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan ke instalasi pengelolaan limbah milik pihak pengelola. 2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara dibakar kemudian ditimbun. 3) Penanganan ikan rusak Penanganan ikan rusak yang akan diperiksa secara laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan rusak lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian diberi label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah selesai masa karantina ikan yang rusak yang telah disimpan di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara dibakar secara sempurna atau diautoclave kemudian ditimbun. 4) Penanganan bekas kemasan Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air 55 bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar. H. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina 1) Jumlah dan kapasitas wadah harus sesuai dengan peruntukannya. 2) instalasi karantina dibersihkan secara rutin sesuai jadwal dengan bahan berkualitas. 3) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan air dan kuat serta mudah kering. 4) Sistem drainase memiliki kapasitas yang cukup dan berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus selalu dijaga memungkinkan kebersihannya berkembangnya sehingga mikroorganisma tidak dan tidak menimbulkan bau 5) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi dan pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam fasilitas IKI 6) Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat dan rutin dilakukan pengecekan 7) Temperatur harus selalu rutin dikontrol 8) Termometer secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang temperature yang sesuai. Ditempatkan dalam posisi yang sesuai 9) Pengontrolan fasilitas harus termasuk sabun yang digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali pakai 56 10) Media pembawa harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan sirkulasi udara. Media pembawa tidak boleh diletakkan langsung di lantai 11) Chiller, freezer dan cold storage harus bebas bau, jamur dan debu 12) Dinding dan lantai ruang refrigerasi harus dapat dibersihkan 13) Kapasitas freezer harus memadai untuk temperature yang dikehendaki, tidak boleh ada pembentukan bunga es. 14) Volume cold storage maksimum yang dapat diisi komoditas adalah 90% 15) Jarak antara tumpukan kardus komoditi dalam penyimpanan di cold storage, minimal 15 cm. 16) Suhu di ruang bongkar muat pada fasilitas cold storage maksimum <10oC. 17) Semua fasilitas diberi label dengan model tulisan yang resmi, huruf jelas dan standar, tulisan berwarna hitam, dengan latar belakang kuning. 18) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan bebas hama. 19) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu pengangkutan lainnya 20) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi ruangan dan perlengkapan 21) Sistem drainase berfungsi dengan baik dan selalu dijaga kebersihannya sehingga tidak memungkinkan berkembangnya mikroorganisma serta tidak menimbulkan bau. 22) Dinding, partisi dan pilar harus halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan panel 23) Struktur atap dan langit langit harus rata, tidak bocor, berwarna terang dan dapat dicuci 57 24) Permukaan pintu dan bingkai pintu harus rata, tidak bocor, dapat mencegah hama, bebas hama, berwarna terang dan tahan korosi 25) Jendela harus berwarna terang, bingkai tahan korosi dan diberi pelapis (glaze), pas/cocok dengan kasa insekta yang digunakan dalam ventilasi dan memiliki bukaan 45 derajat. Sistem sirkulasi udara harus baik 26) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian dilakukan oleh professional 27) Pencahayaan harus memadai 28) Lantai harus bersih dan kering I. Suplai air 1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring 2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi 3) Pengujian kualitas air dengan baku mutu air yang langsung dapat diminum untuk sarana cold storage pada komoditas ikan segar dan beku dilakukan secara periodic. 4) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten. Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran dan aplikasi 5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil bagian kebersihan J. Toilet dan Ruang Ganti 1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki 58 system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan memiliki ventilasi yang memadai 2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu, wastafel dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan dengan kaki 3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung kedalam are atau ruangan dimana media pembawa disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal cold storage 4) Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih dan terlindungi 5.3. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa benda lain Pengelolaan instalasi karantina media pembawa benda lain meliputi beberapa hal yang harus diperhatikan dan diterapkan terutama kondisi lingkungan media pembawa dan meminimalisir penyebaran patogen. Patogen dapat menyebar melalui vector, air limbah, air cucian, peralatan yang berbagi pakai, atau melalui kontak personel, pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina media pembawa benda lain. A. Media pembawa 1) Media pembawa terkontaminasi dapat oleh dicegah paparan dari vector dan kemungkinan kontaminan lainnya, dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang terkendali. 59 2) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan. 3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa berita acara pemindahan. 4) Media pembawa menunjukkan yang mengalami kelainan yang pembusukan nyata harus atau ditangani mengikuti rencana kontinjensi. B. Personil 1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang sudah ditetapkan oleh manajemen. 2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani media pembawa dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen. C. Lingkungan 1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan lingkungan yang secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan higinis. 2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana kontinjensi. 3) Apabila terjadi kebocoran limbah, penanganannya harus mengikuti rencana kontinjensi (untuk instalasi yang berintegrasi dengan unit pengolahan). D. Pengambilan sampel Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan agar kondisi media pembawa tetap stabil dan bebas kontaminasi. 60 E. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI tertentu 1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis atau visual, dan laboratoris, wajib segera dimusnahkan di bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat. 2) Pemusnahan media pembawa dan kemasannya dilakukan dengan cara dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari permukaan tanah. 3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan media pembawa tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan seperti pada pada lampiran (SOP desinfeksi sarana dan prasarana instalasi karantina). 4) Urutan tindakan pemusnahan dapat dilihat pada SOP pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang terinfeksi HPIK/ HPI tertentu. F. Penanganan Limbah 1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan (untuk instalasi yang berintegrasi dengan unit pengolahan) Pengelolaan limbah cair sisa kegiatan pada instalasi karantina media pembawa benda lain yang dikelola sendiri (di luar kawasan industri), dilakukan dengan desinfeksi menggunakan klorin dan dialirkan ke kolam resapan. Pengelolaan limbah cair pada instalasi karantina yang berada di kawasan industri, dilakukan dengan menampung limbah cair sisa kegiatan ke dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan ke instalasi pengelolaan limbah milik pihak pengelola. 61 2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara dibakar kemudian ditimbun. 3) Penanganan media pembawa yang rusak Penanganan media pembawa yang rusak dikumpulkan kemudian dipisahkan lalu diberi label/ identitas. Setelah selesai masa karantina media pembawa yang rusak segera dimusnahkan dengan cara dibakar secara sempurna atau diautoclave kemudian ditimbun. 4) Penanganan bekas kemasan Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar. G. Pengelolaan Sarana dan Prasarana 1) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi dan pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam fasilitas instalasi karantina 2) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan air dan kuat serta dapat kering dengan system drainase cepat dan memiliki kapasitas yang cukup untuk tidak menyebabkan tergenang pada saat hujan/badai 3) Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat dan rutin dilakukan pengecekan 4) Temperatur harus selalu rutin dikontrol dan termometer secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang temperature yang sesuai. Termometer ditempatkan dalam posisi yang sesuai 62 5) Pengontrolan fasilitas harus termasuk sabun yang digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali pakai 6) Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak berpori/ lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin, bebas retak dan tidak ada sambungan terbuka. 7) Media pembawa harus disusun rapi, diberi jarak yang cukup sehingga memungkinkan sirkulasi udara, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai 8) Dinding, partisi dan pilar harus selalu dibersihkan, permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan panel 9) Kapasitas harus memadai untuk temperature yang dikehendaki 10) Pencahayaan harus memadai 11) Ruangan memiliki system drainase baik 12) Komoditas fish oil untuk konsumsi manusia harus disimpan dalam cold storage dengan suhu -4oC. 13) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan bebas hama. 14) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu pengangkutan lainnya 15) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi ruangan dan perlengkapan 16) Mekanisme tempat pembuangan dapat mencegah binatang masuk dan bau 17) Sistem sirkulasi udara harus baik 18) Menerapkan dasar pemikiran higinis 19) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian dilakukan oleh professional 63 H. Suplai air 1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring 2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi 3) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten 4) Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran dan aplikasi 5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil bagian kebersihan I. Toilet dan Ruang Ganti 1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan memiliki ventilasi yang memadai 2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu, wastafel dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan dengan kaki 3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung kedalam are atau ruangan dimana media pembawa disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal instalasi karantina 4) Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih dan terlindungi 64 5.4. Dokumen Mutu Karantina Ikan Instalasi karantina harus memiliki Dokumen Mutu Karantina Ikan. Dokumen Mutu Karantina Ikan memuat: a. Panduan mutu; b. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja; dan c. Formulir kegiatan 5.4.1. Panduan Mutu Panduan mutu merupakan dokumen yang menyatakan kebijakan mutu dan menguraikan sistem mutu pada instalasi karantina. Manfaat panduan mutu adalah sebagai berikut: a. Merupakan dokumen pengendali semua aspek manajemen mutu; b. Merupakan dokumen acuan untuk audit sistem mutu oleh internal instalasi karantina maupun pihak eksternal c. Merupakan acuan dalam penerapan manajemen mutu (operasional instalasi karantina, pelatihan, inspeksi, audit dan lainnya) 5.4.2. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja Dokumen prosedur kerja merupakan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang menerangkan tentang langkah-langkah kegiatan operasional disetiap sarana instalasi karantina, yang menjelaskan tentang pengelolaan instalasi karantina. SOP disusun dan ditetapkan oleh penanggung jawab instalasi karantina. Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus berdasarkan SOP yang telah ditetapkan dan tertelusur serta tercatat pada rekaman/ formulir/ logbook kegiatan. Adapun SOP pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa hidup, mati dan benda lain meliputi : a. SOP untuk media pembawa hidup : 1. SOP penanganan sarana, prasarana di instalasi karantina 65 2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana instalasi karantina 3. SOP pelaksanaan pemasukan ikan 4. SOP pengasingan dan pengamatan 5. SOP pengelolaan limbah 6. SOP pemusnahan 7. SOP pengambilan sampel 8. SOP perlakuan 9. SOP penanganan ikan keluar 10. SOP rencana kontinjensi b. SOP untuk media pembawa mati : 1. SOP penanganan sarana, prasarana di instalasi karantina ikan mati 2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana instalasi karantina 3. SOP penanganan pemasukan ikan mati 4. SOP pengasingan dan pengamatan 5. SOP pengelolaan limbah 6. SOP pengambilan sampel 7. SOP penanganan ikan keluar. 8. SOP pemusnahan 9. SOP rencana kontinjensi c. SOP untuk media pembawa benda lain: 1. SOP penanganan sarana, prasarana di instalasi karantina ikan benda lain 2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana instalasi karantina 3. SOP penanganan pemasukan media pembawa benda lain 4. SOP pengasingan dan pengamatan 5. SOP pengelolaan limbah 6. SOP pemusnahan 66 7. SOP pengambilan sampel 8. SOP penanganan ikan keluar 9. SOP rencana kontinjensi Penerapan SOP dalam pengelolaan instalasi karantina harus konsisten seperti alur pada gambar 3, 4 dan 5. Persiapan Pemasukan Media Pembawa 1. 2. 3. 4. SOP Penanganan sarana prasarana di IKI 1 SOP Pengelolaan Pakan Ikan di IKI ) 1 SOP Pengelolaan Air di IKI ) SOP Desinfeksi dan sanitasi Sarana Prasarana di IKI Pelaksanaan pemasukkan media pembawa 1. 2. SOP Pelaksanaan pemasukan ikan hidup (aklimatisasi dan seleksi) SOP Pengasingan dan pengamatan (masukkan unsur pemeliharaan, pemberian pakan dan pengelolaan kualitas air) SOP Pengelolaan Limbah SOP Pemusnahan 3. 4. Pengambilan Sampel (dilakukan 3 sebelum perlakuan) ) 1. SOP Pengambilan sampel Pengujian Laboratorium 4 Positif HPIK golongan II ) Positif HPIK Gol I Negatif 4 ) Penanganan Sampel Ikan 4 dilakukan oleh UPT KIPM ) 2 1. SOP Bioassay Stressing ) 2. SOP Infeksi Buatan (kohabitasi, dan injeksi suspensi) Penanganan Ikan sakit 1. SOP Perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan 2. SOP Pengelolaan Limbah 3. 4 Positif HPIK Gol I ) Negatif SOP Pengambilan sampel (dilakukan pengambilan sampel ulang) Tidak Tidak dapat dapat dibebaskan dibebaskan dari dari HPIK HPIK Gol Gol II II 4 Pemusnahan ) 1. SOP Pemusnahan 2. SOP Pengelolaan Limbah Pelepasan SOP Penanganan Ikan Keluar Gambar 3. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan Hidup 67 Keterangan : 1) Pilihan disesuaikan dengan jenis komoditi yang ditangani (misal : untuk penanganan pada komoditas kekerangan dan reptil (kurakura)) 2) Stressing dilakukan pada : a. semua sampel ikan/ udang yang menjadi media pembawa HPIK b. Ikan jenis baru yang belum ada di Indonesia c. uji bioasay dilakukan apabila hasil stressing ikan/udang menunjukan gejala klinis terinfeksi HPIK d. Apabila hasil uji laboratorium dari ikan yang telah dilakukan stressing positif HPIK maka tidak perlu dilanjutkan dengan uji infeksi buatan/ kohabitasi. e. Bioassay dilakukan apabila diperlukan sebagai uji konfirmasi dan uji stressing tidak menunjukkan hasil dan untuk jenis- jenis ikan eksotik yang belum ada di Indonesia (stressing dilakukan paling lama 3 hari). 3) Pengambilan sampel dilakukan di instalasi pada saat kemasan dibuka 4) Apabila terjadi keadaan darurat (serangan HPIK/ HPI tertentu), maka diberlakukan SOP rencana kontinjensi, dan segera menghubungi petugas karantina .: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina : dilakukan oleh PHPI UPT KIPM 68 Persiapan pemasukan media pembawa mati 1. SOP penanganan sarana,SDM prasarana, dan SDM di IKI 2. SOP tata tertib personil di IKI 3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI 4. SOP Desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI Pelaksanaan pemasukan ikan mati (impor) 2) 1. SOP penanganan pemasukan ikan mati 2. SOP pengasingan dan pengamatan 3. SOP pengelolaan limbah 1) 4. SOP pemusnahan Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium 1. SOP pengambilan sampel Positif 2) negatif Pemusnahan 2) 1. SOP pemusnahan 2. SOP pengolahan limbah Pelepasan 1. SOP penanganan ikan keluar Gambar 4. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan Mati Keterangan : 1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses pengolahan atau ganti kemasan 2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP rencana kontinjensi, dan segera menghubungi petugas karantina : dilakukan oleh pemilik instalasi karantina : dilakukan oleh PHPI UPT KIPM 69 Persiapan pemasukan media pembawa benda lain 1. SOP penanganan sarana, prasarana, dan SDM di IKI 2. SOP tata tertib personil di IKI 3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI 4. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI Pelaksanaan pemasukan media pembawa benda lain 2) 1. SOP pemasukan media pembawa benda lain 2. SOP pengasingan dan pengamatan 3. SOP pengelolaan limbah 1) 4. SOP pemusnahan Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium 1. SOP pengambilan sampel Positif 2) negatif Pemusnahan2) 1. SOP Pemusnahan 2. SOP Pengolahan Limbah Pelepasan 1. SOP penanganan ikan keluar Gambar 5. Alur penerapan SOP pada pengelolaan IKI untuk pemasukan media pembawa Benda Lain 3) Keterangan : 1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses pengolahan atau ganti kemasan (repacking) 2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP rencana kontinjensi, dan segera menghubungi petugas karantina 3) Kecuali bahan patogenik dan biologik : dilakukan oleh pemilik instalasi karantina : dilakukan oleh PHPI UPT 70 5.4.3. Formulir kegiatan Formulir kegiatan adalah sarana untuk merekam/ mencatat/ mendokumentasikan data dan informasi agar seluruh kegiatan instalasi karantina yang tercantum dalam SOP dapat tertelusur dan sebagai bukti diterapkannya sistem mutu pada pengelolaan instalasi karantina. 5.5. Monitoring dan Evaluasi Instalasi Karantina Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan terhadap instalasi karantina yang telah ditetapkan. Hal ini dalam rangka memantau konsistensi pengelolaan instalasi karantina dalam pemenuhan penerapan persyaratan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) meliputi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis, dan peruntukan instalasi karantina. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Pusat Karantina Ikan dilakukan oleh PHPI/ Pejabat Pusat Karantina Ikan yang berkompeten dan telah memiliki sertifikat pelatihan penerapan biosecurity dalam pengelolaan instalasi karantina. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan selama berlakunya Sertifikat Instalasi Karantina Ikan. 71 BAB VI INSPEKSI DAN VERIFIKASI Kepala UPT KIPM yang mengelola instalasi karantina kementerian dan perorangan atau badan hukum wajib menjaga konsistensi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis instalasi karantina, dan peruntukan instalasi karantina. Untuk menjaga konsistensi sebagaimana dimaksud di atas maka dilakukan inspeksi dan verifikasi terhadap instalasi karantina ikan. Adapun tata cara inspeksi dan verifikasi adalah sebagai berikut: 1. Inspeksi dan verifikasi dilakukan oleh: a. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik kementerian, dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat inspektur karantina, yang bertugas di pusat. b. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum, dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat inspektur karantina, dengan kriteria : 1) Instalasi kategori A dan B oleh tim inspektur karantina yang terdiri dari inspektur karantina pusat dan inspektur karantina UPT KIPM yang ditetapkan oleh Kepala BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan. 2) Instalasi kategori C oleh inspektur karantina UPT KIPM 2. Inspeksi dan verifikasi dilakukan paling kurang setiap 6 (enam) bulan. 3. Dalam hal hasil ketidaksesuaian, inspeksi inspektur dan verifikasi karantina wajib ditemukan menerbitkan rekomendasi perbaikan kepada : a. Kepala BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan untuk instalasi karantina milik kementerian dan milik perorangan atau badan hukum dengan kategori A dan B. 72 b. Kepala UPT KIPM untuk instalasi karantina kategori C. 4. Rekomendasi perbaikan wajib ditindaklanjuti dalam jangka waktu paling lama (7) hari kalender. 5. Inspektur karantina melaporkan hasil inspeksi dan verifikasi dengan ketentuan : a. untuk instalasi karantina milik kementerian dan milik perorangan atau badan hukum kategori A dan B, laporan hasil inspeksi ditujukan kepada kepala BKIPM c.q. Kepala Pusat Karantina Ikan b. untuk instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum kategori C laporan hasil inspeksi ditujukan kepada Kepala UPT KIPM. c. Kepala UPT KIPM melaporkan rekapitulasi hasil inspeksi dan evaluasi IKI kategori A, B, dan C setiap bulan kepada Kepala BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan. 6. Hasil inspeksi dan verifikasi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perpanjangan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan. 7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inspeksi dan verifikasi diatur dengan Peraturan Kepala Badan. 73 BAB VII PEMBINAAN INSTALASI KARANTINA IKAN Pembangunan instalasi karantina harus dilakukan dengan perencanaan yang matang, dalam rangka mengantisipasi resiko penyebaran HPIK/ HPI tertentu melalui media pembawa, orang, alat angkut, sarana dan fasilitas yang terkontaminasi HPIK/ HPI tertentu. Pembinaan instalasi karantina ikan dilakukan oleh Kepala BKIPM c.q. Kepala Pusat Karantina Ikan, dalam rangka peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina dan personil dalam mendukung Cara Karantina Ikan yang Baik. Kerjasama yang baik antara BKIPM sebagai regulator dan UPT KIPM atau pemilik instalasi sebagai pelaksana di dalam pengelolaan instalasi karantina perlu dioptimalisasi melalui kegiatan pembinaan teknis antara lain: 1. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik kementerian; 2. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum; 3. Peningkatan kompetensi personil penanggung jawab instalasi karantina; 4. Standardisasi sarana dan prasarana instalasi karantina; 5. Penerapan Biosekuriti pada instalasi karantina; dan/ atau 6. Pengelolaan sarana dan fasilitas instalasi karantina ikan. 74 BAB VIII PELAPORAN DAN SANKSI Instalasi karantina milik kementerian dan perorangan atau badan hukum wajib menyampaikan laporan penggunaan dan pengelolaan instalasi karantina meliputi: 1. Jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke instalasi karantina; 2. Tindakan karantina ikan yang dilakukan; 3. Hasil dari tindakan karantina ikan. Penyampaian laporan tersebut dapat dilakukan secara manual maupun elektronik. 6.1. Prosedur Pelaporan a. Perorangan atau badan hukum wajib menyampaikan laporan penggunaan dan pengelolaan instalasi karantina kepada kepala UPT KIPM setempat. b. Kepala UPT KIPM melakukan rekapitulasi laporan dan melaporkannya kepada Kepala Badan. c. Kepala UPT KIPM selain merekapitulasi dan melaporkan penggunaan instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum, juga wajib melaporkan penggunaan instalasi karantina yang dikelolanya. 6.2. Sanksi a. Perorangan atau badan hukum yang tidak menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina akan dikenakan sanksi administratif berupa : 1) Peringatan tertulis Peringatan tertulis dilakukan paling banyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kalender. 75 2) Pembekuan sertifikat instalasi karantina Pembekuan sertifikat instalasi paling lama 30 (tiga puluh) hari berakhirnya kalender apabila peringatan sampai tertulis kedua dengan tidak menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina. 3) Pencabutan sertifikat instalasi karantina Pencabutan sertifikat instalasi karantina dilakukan apabila sampai dengan berakhirnya pembekuan sertifikat instalasi karantina tidak menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina. b. Kepala UPT KIPM yang tidak melaksanakan kewajiban akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. 76 DAFTAR PUSTAKA Arthur, J.R., Reantaso, M.B., dan Subangsinghe, R.P., 2008, A Manual of Procedures for The Quarantine of Live Aquatic Animals, Roma, Food and Agriculture Organization of United Nation. Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33 tahun 2014 tentang IKI. Jakarta Offices des International des Epizooties (OIE), 2012, Manual of Diagnostic Test for Aquatic Animal Disease. Paris Sekretaris Negara, 1992. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Jakarta Sekretaris Negara, 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan. Jakarta 77 LAMPIRAN 1. Form Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan KOP SURAT PERUSAHAAN Nomor Tanggal Lampiran Perihal : : : : Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan Kepada Yth, Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM ........................................... di Tempat Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik Nama Perusahaan Alamat Kantor Alamat Instalasi Karantina Ikan : : : : Mengajukan Permohonan Penilaian dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Instalasi Karantina Ikan, Peruntukan Instalasi Karantina Ikan : Jenis Instalasi Karantina Ikan : Kapasitas : Jenis Media Pembawa : Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan : a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang; e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang 73 menjelaskan bahwa yang bersangkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bangunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina ikan, dan ; g. Dokumen mutu Karantina Ikan. Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenarbenarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian permohonan ini kami buat, atas bantuan dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Pemilik/ Pimpinan Ttd dan stampel (…………………….) 74 LAMPIRAN 2. Form Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan KOP SURAT PERUSAHAAN Nomor Tanggal Lampiran Perihal : : : : Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan Kepada Yth, Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan di Tempat Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik Nama Perusahaan Alamat Kantor Alamat Instalasi Karantina Ikan : : : : Mengajukan Permohonan Penetapan Instalasi karantina Ikan, dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Peruntukan Instalasi Karantina Ikan Jenis Instalasi Karantina Ikan Kapasitas Jenis Media Pembawa : : : : Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan : a. Rekomendasi hasil penilaian dari UPT KIPM. b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Dokumen mutu Karantina Ikan. Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenar- benarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 75 Demikian permohonan ini kami buat, atas bantuan dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Pemilik/ Pimpinan Ttd dan stampel (…………………….) Tembusan Yth ; Kepala Pusat Karantina Ikan 76 LAMPIRAN 3. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan KOP SURAT UPT KIPM FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN Berdasarkan permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan milik : 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat instalasi : bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut : Kelengkapan Keterangan dokumen No Dokumen ada Tidak ada 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; 2. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 3. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; 4. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang; 5. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; 6. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai IKI.; 7. Dokumen mutu Karantina Ikan; Kesimpulan : 1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti) 2. Tidak lengkap / tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi) LEMBAR PENGESAHAN JABATAN PARAF Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM............. .................., ...................................... 20…. Petugas, 1. …………………………. NIP 2. …………………………. NIP 77 LAMPIRAN 4. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan KOP SURAT KIPM FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PENETAPAN INSTALASI KARANTINA IKAN Berdasarkan permohonan penetapan Instalasi Karantina Ikan milik : 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat instalasi : bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut : No 1. Kelengkapan dokumen ada Tidak ada Dokumen Rekomendasi hasil penilaian Keterangan instalasi karantina dari UPT KIPM; 2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan/ Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; 3. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 4. Dokumen mutu Karantina Ikan. Kesimpulan : 1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti) 2. Tidak lengkap/ tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi) LEMBAR PENGESAHAN JABATAN PARAF Kepala Bidang Pengelolaan Instalasi dan Laboratorium .................., ....................................20…. Petugas, 1. …………………………. NIP 2. …………………………. NIP 78 Lampiran 5. Format Laporan Evaluasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan KOP SURAT UPT LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN Nomor Dokumen Tanggal Halaman : ........................ : ........................... : 1/3 Sesuai dengan ketentuan pada Pedoman Instalasi Karantina Ikan bahwa harus dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan, maka setiap hasil laporan penilaian Instalasi Karantina Ikan, dilakukan evaluasi oleh Tim Evaluasi UPT KIPM, sebelum dilakukan penolakan, ditunda, atau direkomendasikan oleh Kepala UPT KIPM untuk penetapan Sertifika Instalasi Karantina Ikan oleh Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Berdasarkan laporan hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan oleh tim penilai pada tanggal ............................, terhadap: Nama Perusahaan : ................................................................ Alamat Kantor : ................................................................ Alamat Instalasi : ................................................................ Jenis Instalasi : Instalasi Karantina Ikan ........................ Jenis Media Pembawa Peruntukan Instalasi Kapasitas Tim Penilai : ............................................................ : ............................................................... : ............................................................... : 1. ....................... 2. ...................... 3. ...................... telah dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi tersebut. Adapun hasil evaluasinya dapat kami laporkan sebagai berikut : Pengesahan Dibuat oleh Anggota ......................... NIP............................. ........................... Diperiksa oleh Penanggungjawab NIP. ............................. NIP. …………………………. Disahkan oleh Kepala UPT NIP. Ketua NIP. …………………………… 79 KOP SURAT UPT Nomor Dokumen LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN Tanggal Halaman 1. Persyaratan : ............................... : ...................................... : 2/3 Administrasi (lengkap) a. Fotokopi KTP atau Akta ...................................................................…….Lengkap b. Fotokopi NPWP .................................................................................Lengkap c. Surat Pernyataan kepemilikan / sewa .................................................Lengkap d. Surat Ijin Impor ................................................................................ Lengkap e. Surat Keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan ...........................Lengkap f. Layout/ Denah IKI ...............................................................................Lengkap g. Dokumen Mutu Karantina Ikan ...........................................................Lengkap 2. Persyaratan Teknis (Sesuai dengan Pedoman Instalasi Karantina Ikan .............) a. Lokasi : .............................................................................. b. Sarana instalasi telah dilengkapi fasilitas berupa; • Ruang Karantina sebagai sarana untuk pengasingan dan pemeriksaan untuk Media Pembawa selama masa karantina berlangsung. • Sarana Pemeriksaan / Laboratorium berupa………………….. • Sarana Pengasingan dan Pengamatan, berupa........................................ • Sarana perlakuan berupa………………………………….. • Sarana penahanan berupa .................................................. • Sarana pemusnahan berupa ……………………………………… • Sarana Sanitasi dan desinfeksi untuk Personil dan Tamu berupa…………… • Sarana pengelolaan limbah berupa……………………………………….. Dibuat oleh Anggota ......................... NIP............................. Pengesahan ........................... NIP. ............................. Diperiksa oleh Disahkan oleh Penanggungjawab Kepala UPT NIP. Ketua NIP. NIP. 80 KOP SURAT UPT Nomor Dokumen LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN Tanggal Halaman : ............................... : ...................................... : 2/3 3. Fasilitas Gedung ......................................................... Instalasi listrik ................................................. Air .................................................................. 4. Fasilitas pendukung dilengkapi; .............................................. ................................................ .................................................. 5. Sanitasi dan Kebersihan lingkungan kerja ; ..................................................... ..................................................... 6. Sumber Daya Manusia ....................................................... Berdasarkan Tim Evaluasi yang telah dilakukan terhadap Penilai Kelayakan Instalasi Karantina terhadap ..........................., Alamat Laporan Hasil oleh UPT KIPM, maka instalasi .................................., telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga dinyatakan layak untuk tempat pelaksanaan tindakan karantina dalam rangka mencegah masuk, keluar dan tersebarnya Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan diusulkan untuk dapat Diterbitkan rekomendasi hasil penilaian oleh kepala UPT Dibuat oleh Anggota ......................... NIP............................. Pengesahan ........................... NIP. ............................. Diperiksa oleh Disahkan oleh Penanggungjawab Kepala UPT NIP. Ketua NIP. NIP. 81 LAMPIRAN 6. Format Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan KOP SURAT UPT Nomor Sifat Lampiran Perihal : ...............,......................20.. : Penting :: Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan Yth. Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta Menindaklanjuti Surat Direktur..............Nomor..........tanggal........ perihal : Permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan, berdasarkan : 1. Hasil Verifikasi Dokumen : Fotokopi KTP dan atau Akta pendirian perusahaan Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; Surat Ijin Impor Surat keterangan dari dinas yang membidangi Kelautan dan Perikanan Peta lokasi, lay out dan foto bagunan/ ruangan instalasi Dokumen Mutu Karantina Ikan 2. Hasil penilaian Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan yang dipersyaratkan telah sesuai dengan: a. Sarana Instalasi : Sarana dan bahan pemeriksaan Sarana pengasingan dan pengamatan Sarana perlakuan Sarana penahanan Sarana pemusnahan Sarana pengolahan limbah b. Peruntukan Instalasi : Hidup/ Mati/ Benda Lain c. Jenis Komoditi (nama latin) : 1. 82 2. 3. dst d. Kapasitas Instalasi : e. Penanggung jawab instalasi : Berdasarkan hasil verifikasi dan penilaian, maka dinyatakan LAYAK dan MEMENUHI SYARAT untuk diterbitkan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan Demikian kami sampaikan atas perhatiannya disampaikan terima kasih. Kepala Balai Stasiun KIPM Besar/ Balai/ ............................. NIP. Tembusan: Yth. Kepala Pusat Karantina Ikan 83 Lampiran 7. Contoh SOP penanganan sarana dan prasarana pada instalasi karantina ikan Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Penanganan Sarana dan Prasarana Instalasi Karantina Ikan 1. TUJUAN & SASARAN SOP penanganan sarana dan prasarana IKI disusun dengan tujuan sebagai petunjuk bagi petugas karantina dan penanggungjawab IKI dalam melakukan kegiatan penanganan sarana dan prasarana IKI agar dilaksanakan secara tepat dan sesuai standar 2. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi sarana dan prasarana media pembawa hidup di IKI meliputi istolah dan definisi, penanggung jawab, prosedur kerja, dan rekam data. 3. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Penanganan adalah segala pekerjaan yang dilakukan semenjak sarana dan prasana berdiri dan digunakan sampai dkatakan siap untuk dijadikan tempat tindak karantina ikan (IKI) 3.2. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti bak, alat serok dan sejenisnya, blower, alat kualitas air dan sebagainya. 3.3. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung, ruang, kolam, bak permanen, tanah, dan sebagainya. 3.4. IKI adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. 4. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas/ penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI 5. PROSEDUR KERJA Penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup dilakukan sebelum masa karantina. Pemeriksaan dan evaluasi harus dilakukan sebelum masa karantina di IKI terhadap sarana dan prasarana baik yang bersifat pokok dan penunjang: Prosedur penanganan sarana dan prasarana harus memperhatikan dan mendukung standar operasinal prosedur (SOP) di IKI. SOP yang terdapat di IKI sebagai berikut : 84 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Tata Tertib Personel IKI. Keselamatan dan Keamanan Bekerja di IKI Desinfeksi dan Sanitasi Sarana dan Prasarana IKI Pengelolaan Air IKI Penanganan Ikan Masuk ke dalam IKI Pengujian Stress dan Kohabitasi di IKI Pemeliharaan Ikan IKI Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan IKI Perlakuan IKI Pengelolaan Pakan IKI Penanganan Ikan Keluar di IKI Penanganan Limbah IKI Rencana Kontingensi Pemeriksaan klinis dan/atau visual Pemeriksaan visual dan/atau uji organoleptik (Udang segar/beku/kering/bagian tubuh) Pengambilan sampel media pembawa hidup Pengambilan sampel media pembawa pada Produk perikanan segar/beku/kering/bagian tubuh Desinfeksi sarana dan prasarana IKI Pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang terinfeksi hpik/hpi tertentu Pengamatan peubah fisika kimia air Prosedur penanganan sarana dan prasarana IKI sebelum masa karantina dilakukan sebagai berikut : 1. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pokok yaitu srana dan prasarana yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan tindak karantina seperti bak penampungan air baik tawar atau laut, bak pemeliharaan (induk, telur, larva, pakan alami). Sarana pokok tersebut harus dipastikan telah didesinfeksi dan terjamin biosecurity dan sanitasinya 2. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana penunjang yaitu sarana untuk menunjang tindakan karantina di IKI seperti pompa air, alat serok, alat kualitas air, aerasi, ruang genset, dan sebagainya. Sarana penunjang harus tersedia dan ditata untuk menjamin kemudahan penggunaan selama masa karantina ikan. 3. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana pelengkap di IKI secara periodic oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pelengkap seperti ruang kantor, alat tulis menulis, computer dan sejenisnya. 4. Evaluasi secara menyeluruh sarana dan prasarana tersebut maksimal sudah siap dua hari sebelum pemasukan media pembawa 5. Laporkan hasil evaluasi sarana dan prasarana tersebut kepada petugas karantina sebelum dilakukan pemasukan media pembawa 85 6. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan. 86 FORM PENANGANAN SARANA DAN PRASARANA NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : FORM PERSIAPAN BAK NO T G L NO. BAK JENIS MEDIA PEMBAWA BAK PENAMPUNGAN AIR TAWAR* LAUT* BAK PEMELIHARAAN INDUK* TELUR* LARVA PERSO NIL IKI PAKAN ALAMI * Apabila media pembawa air tawar/air laut *Apabila media pembawa induk/telur/larva/pakan alami PENANGGUNG JAWAB ……………………………….. CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………… 87 KET NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : FORM DESINFEKSI NO TGL PERALATAN YANG DIDESINFEKSI BAHAN DESINFEKSI DOSIS PERSONIL IKI KET PENANGGUNG JAWAB ……………………………….. CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………… 88 NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : FORM KELENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA NO. TANGGAL SARANA DAN PRASARANA KELENGKAPAN ADA PERSONIL IKI KET TIDAK PENANGGUNG JAWAB ……………………………….. CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………… 89 Lampiran 8. Contoh SOP Penanganan Ikan Masuk Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Penanganan ikan Masuk I. TUJUAN & SASARAN Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI untuk mendapatkan penanganan ikan yang tepat dan baik. II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi: Jenis Ikan Ukuran ikan Cara penanganan III. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas yang ditunjuk. IV. PROSEDUR KERJA 1.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI, antara lain: Wadah/bak/aquarium penampungan aerator serok obat anti stress 1.2. Prosedur pelaksanaan 1. Lakukan aklimatisasi selama beberapa menit pada seluruh ikan yang baru masuk ke dalam bak/aquarium penampungan tanpa membuka kemasan 2. Buka kemasan kemudian keluarkan ikan berdasarkan jenis ikan dari dalam kemasan 3. Lakukan aklimatisasi ke dalam bak penampungan selama beberapa jam, bila diperlukan dapat ditambahkan obat anti stress 4. Masukkan ikan tersebut kedalam wadah/bak pemeliharaan berdasarkan jenis ikan 5. Selesai. V. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan ikan masuk pada unit penampungan/pengumpul ikan hias air tawar harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan. 90 Nama Perusahaan Alamat Perusahaan : : Penanganan Ikan Masuk pada IKI No. Tanggal Jenis ikan Ukuran Ikan Jumlah Ikan Obat anti stress Dosis obat Paraf petugas Ket*) *) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak pemeliharaan (Tempat waktu) dan Penanggung jawab Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ 91 Lampiran 9. Contoh SOP Pengasingan dan Pengamatan Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pengasingan dan Pengamatan I. TUJUAN & SASARAN 1. Sebagai pedoman petugas IKI/Penanggung Jawab IKI untuk melakukan tindakan penanganan media pembawa (MP) HPI/HPIK hidup pada saat dikenakan pengasingan di IKI sebelum atau sesudah MP tersebut dilalulintaskan. 2. Sasaran tindakan pengeluaran MP pengasingan HPI/HPIK terhadap adalah pemasukan dan mencegah kemungkinan terjadinya penyebaran HPI/HPIK selama dilakukannya tindakan pengamatan atau pemeriksaan kesehatan lebih lanjut/deteksi HPI/HPIK secara laboratoris. II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan MP hidup yang dikenakan Tindakan Pengasingan di IKI, meliputi : 1. Evaluasi kesiapan sarana pengasingan dan penyiapan sarana pengasingan; 2. Penanganan MP yang dikenakan tindakan pengasingan; III. ISTILAH DAN DEFINISI 1. Instalasi dan Karantina fasilitas Ikan (IKI) adalah : Tempat yang ada padanya yang beserta sarana digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. 2. Petugas IKI adalah pegawai / karyawan yang bekerja di IKI dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan. 3. Pengasingan adalah tindakan mengisolasi Media Pembawa yang diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus, karena sifatnya yang memerlukan waktu yang lama untuk 92 mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan. 4. Pengamatan adalah tindakan mendeteksi lebih lanjut terhadap HPIK dan/atau HPI pada Media Pembawa yang diasingkan. IV. PENANGGUNG JAWAB Pengelola pelaksanaan kegiatan penanganan MP hidup yang dikenakan tindakan pengasingan di IKI, merupakan Petugas Karantina yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala UPT KIPM. V. PROSEDUR KERJA Petugas IKI/ penanggungjawab IKI wajib memahami tentang prosedur penanganan media pengasingan di pembawa IKI. hidup Penanganan yang media dikenakan pembawa tindakan hidup yang dikenakan tindakan pengasingan di IKI : 1. Lakukan evaluasi kesiapan dan laksanakan kegiatan penyiapan sarana pengasingan; 2. Berita Acara (BA) penyerahan MP dari Pemilik kepada Penanggung Jawab IKI; 3. Registrasi ulang MP pada saat pelaksanaan kegiatan adaptasi/ aklimatisasi suhu terhadap MP dan air wadah penampungan/ pemeliharaan; 4. Penandaan/ pengumuman identitas di setiap wadah penampungan/ pemeliharaan yang dipergunakan; 5. Pelepasan atau pemasukan MP dengan membuka kemasannya di permukaan air masing-masing wadah/sarana yang telah diberi tanda/pengumuman oleh petugas dalam ruang pengasingan; 6. Petugas IKI segera melakukan tindakan pengamatan; 7. Pengamatan kesehatan dan pengelolaan kualitas air dilakukan setiap hari selama masa karantina di ruang pengasingan berlangsung; 8. Petugas IKI melakukan kegiatan pemeliharaan MP sesuai dengan pedoman pemeliharaan yang telah ditetapkan selama masa karantina berlaku; 93 9. Petugas IKI mengakhiri kegiatan pemeliharaan setelah masa karantina berakhir dengan adanya hasil analisis terhadap hasil uji laboratories berupa rekomendasi penerbitan Sertifikat Kesehatan VI. REKAM DATA Setiap kegiatan atau kejadian dalam penanganan MP hidup yang dikenakan tindakan pengasingan di IKI dilakukan pencatatan dalam Lembar (Form) penanganan MP hidup selama masa berlaku tindakan pengasingan. 94 FORM PERLAKUAN DAN PENGAMATAN NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : FORM IKAN MASUK NO TGL NO. BAK JENIS MEDIA PEMBAWA JUMLAH HIDUP SAKIT MATI PERSONIL IKI KETERANGAN PENANGGUNG JAWAB ……………………………….. CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………… 95 NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : FORM PENGECEKAN KUALITAS AIR NO TGL NO. BAK JENIS MEDIA PEMBA WA JUML AH SAL* DO KUALITAS AIR NIT NITRIT RAT S U H U p H PERSO NIL IKI KET * media pembawa air laut PENANGGUNG JAWAB ……………………………….. CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………… 96 NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : FORM PEMBERIAN PAKAN NO. NO. BAK JENIS MEDIA PEMBAWA JUMLAH JENIS PAKAN JAM PEMBERIAN PAKAN 09.00 PERSONIL IKI KET 15.00 PENANGGUNG JAWAB ……………………………….. CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………… 97 NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : FORM PERLAKUAN NO. TANGGAL NO.BAK JENIS MEDIA PEMBAWA JUMLAH INDIKASI JENIS OBAT PERSONIL IKI KET PENANGGUNG JAWAB ……………………………….. CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………… 98 Lampiran 10. Contoh SOP Pemeliharaan dan Perawatan Ikan Selama Masa Karantina Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Pemeliharaan dan Perawatan ikan I. TUJUAN & SASARAN SOP pemeliharaan dan perawatan Ikan disusun sebagai petunjuk bagi petugas karantina ikan dan penanggungjawab IKI dalam melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di IKI dengan dukungan media pemeliharaan yang optimal II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup SOP pemeliharaan Ikan mencakup komponen penunjang media pemeliharaan ikan berupa sumber air yang berkualitas, dan pengamatan kesehatan ikan. III. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Ikan penanggungjawab instalasi karantina milik pihak ketiga adalah IV. ISTILAH DAN DEFINISI 1.1. Stress adalah kondisi di luar kemampuan batas toleransi yang disebabkan oleh salah satu atau lebih faktor eksternal (fisika, kimia atau biologi). 1.2. Pengelolaan kualitas air adalah aktivitas penyediaan dan pemeliharaan kondisi lingkungan perairan (fisika, kimia dan biologi) yang sesuai dengan kebutuhan dasar (kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang ada di dalamnya. 1.3. Pengelolaan pakan adalah aktivitas penyediaan dan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar (kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang dipelihara, dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan & periode makan ikan (feeding habit & feeding periodicity). 1.4. Apparent satiation adalah metoda pemberian pakan yang jumlahnya hanya didasarkan pada selera makan ikan semata 99 V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan & bahan Peralatan dan bahan yang diperlukan pada kegiatan pemeliharaan dan perawatan ikan antara lain: alat tangkap/serok wadah ikan (bak/akuarium/fiber glass) dan perlengkapannya aerator pakan ikan alat pengukur kualitas air alat tulis 5.2. Prosedur Kerja Kegiatan Pemeliharaan ikan dilakukan terhadap ikan–ikan yang telah melewati masa aklimatisasi , dan masa karantina,serta tidak menunjukkan gejala klinis terinfeksi / terinfestasi penyakit., maupun yang telah sembuh setelah perlakuan. Adapun faktor penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ikan antara lain: 1. Pengelolaan kualitas air , yaitu dengan pemakaian sumber air yang berkualitas ( bebas patogen dan memenuhi baku mutu air), 2. Penggunaan peralatan dan sarana pemeliharaan bebas petogen, 3. Pakan berkualitas, dan 4. Pengelolaan kesehatan ikan 5.2.1. Pengelolaan kualitas air Pengelolaan kualitas air yang akan digunakan sebagai media hidup ikan, adalah sbb: 1. Air yang akan digunakan adalah air segar yang telah dipersiapkan lebih dari 24 jam sebelum ikan dimasukkan ke dalamnya, telah di filter maupun disucihamakan , dan tidak mengandung bahan toksikan (chlorine, kapur, dll). 2. Selalu dilakukan pengontrolan kualitas air melalui pengukuran parameter kualitas air secara berkala, baik terhadap air sumber maupun air pemeliharaan ikan. 3. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk kehidupan ikan tropis secara umum dapat dilhat pada Tabel 1. Manipulasi beberapa parameter kualitas air agar tetap stabil pada kisaran yang baik untuk kehidupan ikan yang dipelihara dapat dilakukan secara fisikis, kimiawi, maupun biologis. Misalnya untuk menaikkan dan mempertahankan suhu air pada kisaran tertentu, dapat digunakan heater (thermoregulator). 100 4. Kondisi parameter kualitas air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari standar optimal dapat menyebabkan ikan stress. Tabel 1. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk kehidupan ikan Parameter Suhu pH Oksigen terlarut (O2) Karbondioksida (CO2) Ammonia (NH3) Alkalinitas (kesadahan dalam CaCO3) Hidrogen sulfida (H2S) Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) Total Suspended Solid (TSS) Kisaran konsentrasi 26 – 32 oC 6,5 – 8.5 75% kejenuhan, > 4 ppm ± 1,5 ppm dan tidak lebih dari 15 ppm < 0,02 ppm Minimum 20 ppm < 0,003 ppm < 1,00 ppm < 1,00 ppm < 80 ppm 5.2.2. Peralatan, sarana pemeliharaan ikan dan bahan Peralatan dan sarana pemeliharaan yang digunakan harus memadai untuk seluruh pemeliharaan ikan. Bahan seperti obatobatan/ atibiotik, desinfektan atau bahan uji kualitas air, juga harus tersedia dalam jumlah cukup. 1. Pastikan bahwa peralatan dan bahan yang diperlukan selama proses pemeliharaan dan perawatan ikan telah tersedia, baik kualitas maupun kuantitasnya. 2. Gunakan peralatan dan wadah pemeliharaan /perawatan ikan dari bahan berkualitas, dan telah didesihfeksi sebelum pemakaian maupun setelah pemakaian 3. Bahan –bahan seperti desinfektan ( Clorin. KMNO4,) antibiotk, dll yang mendukung dalam pemeliharaan ikan tersedia dalam jumlah cukup, dan diletakkan dalam lemari khusus. 5.2.3. Pemberian Pakan berkualitas Pakan yang digunakan harus terjamin kualitasnya. Pakan hidup/alami, pakan segar, dan pakan olahan harus melalui pengelolaan yang baik dalam hal penyimpanan, agar tidak terjadi penurunan kualitas dan kontaminasi penyakit pada ikan melalui pakan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian dan penyimpanan pakan sbb : 101 5.6. Pemberian pakan Jenis dan ukuran pakan yang diberikan selama proses pemeliharaan dan perawatan, idealnya disamakan dengan jenis dan ukuran pakan yang diberikan di tempat asal ikan tersebut. Pemberian pakan pertama dilakukan setelah ikan tampak normal dan responsif terhadap pakan yang diberikan secara apparent satiation. 5.7. Pengelolaan pakan Pengelolaan pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dasar (kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang dipelihara, dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan & periode makan ikan (feeding habit & feeding periodicity). Kualitas pakan ikan umumnya lebih diutaman pada jenis sediaan (pakan hidup atau buatan), kadar protein, food convertion ration (FCR), serta palability & stability. Sedangkan kuantitas pakan umumnya lebih didasarkan pada stadia ikan, berkisar antara 3-10% bobot tubuh ikan/hari. 5.8. Penyimpanan Pakan 1. Pakan harus disimpan di tempat khusus, sesuai dengan jenis pakan. Pakan alami/hidup seperti artemia atau ikanikan berukuran lebih kecil dipelihara dalam keadaaan hidup di dalam wadah / bak khusus, sedangkan cyste. Artemia pada umumnya disimpan kering (dalam kemasan kaleng)dan disimpan di lemari dan diberi label/kode 2. Pakan segar seperti ikan rucah untuk tujuan diberikan sebagai pakan ikan,atau yang masih tersisa disimpan pada suhu dingin atau beku di dalam referigerator dan diberi label/kode 3. Pakan olahan seperti pelet atau fish meal, disimpan dalam kondisi kering, di dalam lemari atau di atas rak terbuka 5.2.4. Pengelolaan Kesehatan ikan Selama masa pemeliharaan ikan, pengelolaan kesehatan ikan harus selalu dilakukan melalui monitoring secara berkala terhadap status kesehatan ikan, diagnosa secara klinis dan/atau visual yang dilanjutkan secara laboratoris apabila diperlukan, serta tindakan perlakuan apabila terjadi infeksi patogen yang secara definitif dapat dikontrol; baik secara fisikis, kimiawi maupun biologis. Apabila ditemukan adanya indikasi gejala infeksi patogen, maka segera kumpulkan informasi antara lain : 102 - Ada / tidaknya kematian ikan, jumlah ikan mati Gejala klinis, kelainan pada tubuh ikan, respon /reflek, nafsu makan dll dan segara lakukan pengambilan sejumlah ikan sakit (sampel) untuk mengujian laboratoris. Pengamatan gejala klinis pada ikan, dan kemungkinan penyebabnya seperti Pada Tabel 2. Tabel 2. Gejala klinis umum penyakit ikan, kemungkinan penyebab serta tindak lanjut diagnosa Gejala klinis Kematian mendadak beberapa ekor ikan dalam tempo yang singkat dengan gejala klinis yang tidak jelas. Ikan yang bertahan hidup menggantung di permukaan air/diam di dasar dan hilang keseimbangan. Ikan sangat lemah dan tidak mau makan. Kemungkinan penyebab 1) Keracunan akut. Periksa kemungkinan adanya infeksi parasit atau bakteri, apabila negatif maka segeralah ganti air 75% atau lebih dengan asumsi terjadi keracunan. Ambil air dan analisis lebih lanjut di laboratorium 2) Kadar oksigen rendah. Periksa kadar oksigen pada saat level oksigen terlarut minimal 3) Infeksi bakteri atau virus perakut. Diagnosa lanjut perlu dilakukan Ikan menggosok-gosokkan Indikator adanya iritasi di kulit atau badannya pada benda keras insang dan melesat “flashing” atau berkilap ketika menggosok 1) Dapat disebabkan akibat kadar sisi badan lainnya, ammonia tinggi, nitrit yang terkadang meloncat ke meningkat atau pH rendah/tinggi permukaan air. Fluktuasi harian pH air yang tinggi juga dapat mengakibatkan iritasi. Periksa kualitas air. 2) Iritasi dapat pula disebabkan oleh infeksi ekto parasit seperti cacing, Ichthyophthirius, Trichodina dll. pada kulit/insang. Periksa lendir/sirip dan insang secara mikroskopis. 1) Kadar oksigen terlarut sangat rendah, periksa kadarnya pada saat Ikan berenang normal, tapi level terendah (pagi hari) nampak kesulitan bernafas 2) Kualitas air yang buruk (terlihat dari gerakan tutup mengakibatkan hiperplasia insang, insang) ekses produksi lendir atau keracunan nitrit. Periksa ammonia, Ikan terlihat megap-megap, nitrit dan pH berkumpul di dekat sumber 3) Indikator adanya tahap awal infeksi aerasi. penyakit pada insang. Bila kondisi berlanjut, periksa parasit atau 103 kondisi insang 4) Anemia. Insang terlihat pucat Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa lanjut Ikan secara individual terpisah dari kelompoknya, bernafas normal, tidak mau makan, tampak kusam atau 1) Ikan mungkin menderita akibat ada area yang kusam di infeksi parasit. Periksa kulitnya. kulit/llendir/sirip dan insang 2) Ikan mungkin menderita infeksi Tidak nampak adanya patogen internal gejala klinis yang nyata. 3) Tahap awal infeksi bakteri sistemik. Isolasi dan identifikasi 4) Periksa kualitas air Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa Beberapa ikan tampak lanjut lemah, tidak mau makan atau makan sangat sedikit. 1) Kualitas air buruk. Periksa ammonia, nitrit, pH Ikan terlihat malas, 2) Polusi bahan organik beberapa siripnya sobek 3) Infeksi ekto parasit. Periksa parasit atau rombeng. di kulit/llendir/sirip dan kondisi insang 4) Tahap awal infeksi bakteri sistemik, isolasi dan identifikasi serta periksa adanya pendarahan, luka atau borok Ekses lendir di insang 1) Infeksi ekto parasit. Periksa dan/atau kulit. Lendir kulit/lendir/sirip dan insang kecoklatan atau 2) Kualitas air buruk. Periksa beberapa menggumpal, kemungkinan parameter kunci diikuti dengan menggosokgosokkan badan serta “flushing”, megap-megap dan/atau lemah. 1) Kerusakan fisik. Luka yang terlihat Luka atau borok di kulit bersih dengan sedikit peradangan. Umumnya akan sembuh dalam Kemerahan atau beberapa hari, tetapi berisiko adanya peradangan di permukaan infeksi sekunder badan atau sirip 2) Iritasi jaringan yang terfokus biasanya disebabkan oleh infeksi Insang terkuak, ekto parasit. Periksa parasit secara pembengkakan, luka yang mikroskopis tidak sembuh dalam tempo 3) Infeksi bakteri. Isolasi dan 1 – 2 hari. identifikasi 4) Kualitas air bermasalah, termasuk kadar bahan organik yang tinggi. Periksa beberapa parameter kunci. 104 Luka kemerahan atau putih di badan yang terfokus Insang geripis Sirip sobek, terbelah atau rombeng. Mungkin ujungnya berwarna keputihan dan/atau kemerahan pada bagian pangkal. Perut ikan membengkak (dropsy). Mungkin sisik terkuak, dan kemerahan di badan atau sirip. Mungkin mata melotot (exophthalmos) Ikan mengalami masalah pernafasan, megap-megap. Pada insang terdapat jaringan/sel yang mati (necrosis), ada bercakbercak abnormal, dan ekses lendir. Bintik-bintik putih kecil di kulit dan sirip, ikan tampak seperi ditaburi garam. Umumnya lendir tampak lebih tebal. Putih atau putih kecoklatan seperti gumpalan kapas di kulit atau sirip. Biasanya diikuti oleh pembengkakan atau erosi kulit. Infeksi ekto parasit yang berukuran relatif besar seperti Argulus, Lernaea, Alitropus atau lintah. Parasit-parasit tersebut biasanya dapat diamai dengan mata telanjang 1) Infeksi bakteri 2) Infeksi ekto parasit. Periksa kulit/lendir/sirip dan insang secara mikroskopis 3) Kualitas air buruk. Periksa beberapa parameter kunci 4) Kerusakan fisik 5) Terlalu padat 6) Infeksi jamur 7) Infeksi bakteri Columnaris 1) Infeksi virus 2) Infeksi bakteri sistemik, mengakibatkan pembengkakan perut “dropsy”. Dapat dibedakan dari tomour melalui bentuk, simetri dan bila diraba (keras atau cair) 3) Neoplasm (tumour). Dapat ditentukan dari ukuran, bentuk (biasanya asimetri) dan apabila diraba terasa keras 4) Penyakit yang menginfeksi hati atau ginjal Lakukan diagnosa lanjut secara laboratoris 5) Infeksi parasit internal (endo parasit) 6) Masalah genetis 7) Masalah pencernaan. Lakukan autopsi terhadap saluran pencernaan 1) Infeksi bakteri di insang 2) Infeksi virus 3) Infeksi parasit di insang Infeksi Ichthyophthirius. Diagnosa definitif dapat dilakukan melalui pemeriksaan secara mikroskopis 1) Infeksi jamur 2) Infeksi bakteri Columnaris. Periksa sampel untuk pemeriksaan mikroskopis yang diindikasikan adanya bakteri yang berukuran relatif panjang dan bergerak meluncur (Flexibacter sp.) 105 1) Infeksi kista parasit. Periksa secara mikroskopis dari sampel yang Pembengkakan di kulit. diambil dari lokasi bengkak 2) Kerusakan fisik 3) Infeksi bakteri. Biasanya diikuti dengan luka atau sisik terkuak 4) Tumour internal. Tumour atau infeksi virus seperti: 1) “Cacar ikan”, yang terlihat seperti lilin meleleh menempel di sirip/kulit 2) Papiloma, seperti kutil yang terus membesar, berbentuk bulat halus atau seperti bunga kol, berwarna Ada “sesuatu” yang tumbuh putih, merah muda atau merah di kulit/sirip 3) Lymphocystis, ukuran bervariasi, kutil berwarna putih atau merah muda di kulit/sirip/insang. Periksa secara mikroskopis terhadap irisan kutil tersebut 4) Tidak ada obat untuk kondisi-kondisi tersebut, namun sering sembuh dengan sendirinya. Namun tetap berisiko terjadinya infeksi sekunder 1) Kerusakan fisik Kornea mata berwarna 2) Defisiensi nutrisi keruh (berkabut) 3) Kualitas air buruk 4) Infeksi bakteri 1) Penggunaan organophosphate Bentuk badan yang 2) Nutrisi tidak seimbang abnormal, tulang belakang 3) Masalah genetik bengkok. 4) Kerusakan otot/fisik 5) Keracunan Hilang keseimbangan dan 1) Masalah pada gelembung renang ikan tidak mampu diam (infeksi bakteri atau virus) dengan posisi yang benar 2) Penyakit pada organ internal seperti (ikan terlihat baik pada saat hati, ginjal atau organ pencernaan berenang, tetapi gerakannya akan tampak abnormal pada saat berhenti berenang) Lemah, bobot tubuh Parasit internal. Periksa sampel darah menurun, terjadi kematian dan kotoran secara mikroskopis secara kronis. Mungkin terlihat adanya cacing yang menggantung atau keluar dari anus Ikan (mas/koi) terlihat bersih, gerakan seperti nervous atau megap-megap Beberapa hari sebelumnya 106 nafsu makan normal, namun mendadak hilang Infeksi Koi Herpes Virus. nafsu makan pada hari-hari berikutnya Terdapat bercak putih atau kerusakan pada lamella insang, mungkin diikuti pendarahan di sirip/badan, lepuh atau luka Terjadi kematian sporadis dalam tempo singkat (1 – 7 hari) VI. REKAM DATA Hasil kegiatan pemeliharaan dan perawatan ikan harus direkam sesuai dengan formulir standar. Seluruh informasi yang tertuang dalam formulir tersebut merupakan informasi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan karantina selanjutnya. VII. PELAPORAN Hasil pemeliharaan dan perawatan ikan harus dituangkan dalam bentuk laporan yang ditandatangani oleh petugas pelaksana. Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan sementara serta saran tindak lanjut, dan formulir hasil pemeliharaan dan perawatan ikan merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir hasil pemeliharaan dan perawatan ikan. 107 KOP SURAT PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN IKAN Nomor: ________________ Tanggal : _______________ Nama pemilik :__________________________________________ Instansi/perusahaan : __________________________________________ Alamat : __________________________________________ Telepon/Fax : __________________________________________ Jenis ikan : ukuran : No. Wadah : Hari ke- Hari & Tanggal Jumlah (ekor/kg) Jenis dan jumlah pakan/hari Parameter kualitas air A B C D Kematian (ekor) Diagnosa Penyakit Petugas Nama Paraf 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. *) Beri catatan tambahan apabila ada informasi penting yang belum termuat dalam formulir ini. Catatan:_________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _____________________________ 108 Ket*) KOP SURAT PENGAMATAN KESEHATAN IKAN DAN TINDAKAN Nomor: ________________ Tanggal : _______________ Nama pemilik : __________________________________________ Instansi/perusahaan: __________________________________________ Alamat : __________________________________________ Telepon/Fax : __________________________________________ Jenis ikan : Stadia No. Wadah : No. Hari& Jumlah Tanggal Ikan : Gejala Klinis Nafsu Makan Respon Terhadap Rangsang Pergerakan Ikan Tindakan Paraf Ket *) Petugas Jml kematian 1. 2. 3 4 5 6 7 109 Lampiran 11. Contoh SOP Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan I. TUJUAN & SASARAN SOP perlakuan dan perkembangan kesehatan ikan di IKI disusun sebagai acuan bagi petugas karantina ikan dan penangungjawab instalasi dalam melakukan perlakuan dan pengamatan terhadap perkembangan kesehatan ikan di IKI II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan meliputi perlakuan pada ikan sakit, obat dan dosis ikan, pengamatan kesehatan ikan (gejala klinis, perubahan tingkah laku dll), pengukur kualitas air, dan pencatatan III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Obat Ikan adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan dalam mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala klinis dan luka pada ikan. 3.2. Dosis adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan untuk dipakai sebagai obat dalam atau obat luar. 3.3. Gejala Klinis adalah ada atau tidaknya infeksi HPI/HPIK pada ikan yang didasarkan pada pengamatan gejala atau perubahan abnormalitas secara visual. IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI adalah petugas karantina dan penanggungjawab IKI yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan, sarana dan bahan Peralatan, dan bahan yang diperlukan pada pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI antara lain: 1. Alat ukur/ bahan uji kualitas air 2. Wadah pemeliharaan (bak/akuarium) 3. Aerator 4. Serok 5. Media pemeliharaan (air) 6. Obat ikan /antibiotik 110 5.2. Prosedur pelaksanaan Kegiatan pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan pada ikan yang menunjukkan gejala klinis dan perubahan tingkah laku ( diduga terpapar penyakit ) dan telah diberi perlakuan/ pengobatan sesuai jenis penyakit, dan diamati perkembangan penyakitnya. Adapun tahapan kegiatannya adalah : 5.2.1. Perlakuan / pengobatan pada ikan 1. Ikan yang diduga terpapar penyakit HPIK golongan II , dipisahkan dan segera dipindahkan ke bak khusus yang dilengkapi dengan aerasi, dan dipelihara menggunakan peralatan tersendiri 2. Amati dan catat adanya gejala klinis pada tubuh, kelainan tingkah laku, dan ketidaknormalan lainnya. 3. Segera lakukan diagnosa terhadap penyebab penyakit ikan , tentukan jenis obat dan dosis yang akan diberikan, dan analisis terhadap interaksi obat yang akan digunakan serta metode perlakuan/pengobatan yang akan dilakukan ( deeping atau bathing, long bathing, oles dan oral ) 4. Lakukan perlakuan/pengobatan sesuai dengan metode yang telah ditentukan 5. Setelah perlakuan/pengobatan dengan deeping atau bathing, ikan dipindahkan ke dalam bak baru berisi air bersih 6. Apabila diberi perlakuan /pengobatan dengan metode long bathing, oles dan oral, ikan 7. Tidak perlu dipindahkan kedalam wadah baru 8. Selama masa pengobatan lakukan pengamatan terhadap perkembangan kesehatan ikan 9. Setelah perlakuan/pengobatan selesai, lakukan pengamatan terhadap perkembangan hasil pengobatan 10.Setelah ikan sehat kembali, dapat digabungkan dengan ikan lainnya 11.Apabila masih terdapat ikan yang belum dapat disembuhkan, maka pengobatan ikan dapat dilakukan menggunakan jenis obat dan metode lainnya. Apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga, maka dilakukan pemusnahan. 5.2.2. Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan Pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan selama masa pengobatan (no. 6, sub bab 5.2.1). Tahapan yang dilakukan sbb : 1. Amati dan catat adanya awal gejala klinis / ketidaknormalan tubuh /perubahan warna tubuh/ perubahan tingkah laku atau kepekaan terhadap rangsang paada ikan, sebelum pengobatan diberikan 2. Lakukan pengamatan perkembangan kesehatan ikan, satu hari setelah perlakuan (pemberian obat) sampai dengan selesai pengobatan, dan catat perubahan yang terjadi. 3. Apabila gejala klinis pada ikan berkurang atau ikan dapat disembukan, maka pengobatan tersebut efektif, tetapi apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga lakukan seperti pada no 10 sub bab 5.2.1. 111 4. Selama waktu pengamatan lakukan pengukuran kualitas air secara berkala. VI. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan. 112 FORM PERLAKUAN PADA IKAN Nama Perusahaan Alamat Perusahaan Alamat IKI : Gejala klinis : : : Dugaan infeksi penyakit : No. Hari/ Tanggal Nomor Wadah/bak Jenis Ikan Jumlah Ikan Jenis Obat Metode Pengobatan & dosis (ppm) Petugas Ket *) Catatan : *) waktu / lama perlakuan( pemberian obat) (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ 113 FORM PENGAMATAN PERKEMBANGAN KESEHATAN IKAN DI IKI Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Metode Pengobatan : perendaman dengan oxytetracicline 20 ppm selama 3 hari Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di IKI No. Hari /Tanggal/ jam Jenis ikan dan ukuran ikan 1 Senin 2/8/ 2010 09.00 Mas koki/ 7 cm Perubahan/perkembangan kesehatan ikan (Gejala klinis/ kelainan tingkah laku) Sebelum pengobatan Setelah pengobatan (hari ke) Pendarahan pada pangkal sirip ekor Paraf petugas Ket*) Insang pucat Sirip grepes 2 3 Selasa/ 3/8/2010 09.00 Rabu/ 4/8/2010 09.00 Mas koki/ 7 cm …………………………. Hari ke 1 ……………………………… …… Hari ke 2 dst *) Keterangan diisi dengan waktu pengobatan (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ 114 Lampiran 11. Contoh SOP Pengelolaan Air pada IKI Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pengelolaan Air Tawar I. TUJUAN & SASARAN Prosedur Operasional Standar / SOP pengelolaan air tawar pada IKI bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal media pemeliharaan ikan sesuai dengan jenis dan masing masing stadia. Sasaran yang hendak dicapai adalah meminimalisir gangguan lingkungan bagi kelangsungan hidup ikan II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan air: adalah sumber air, filterisasi, aerasi/ netralisasi/ dekhlorinasi dan pengukuran kualitas air. III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Declorinisasi Proses penghilangan klorin dalam air dengan cara pemberian aerasi secara terus menerus. 3.2. Filterisasi Proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI. V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan persiapan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI antara lain: bak penampungan air/tandon air tawar filtrasi aerasi/blower 5.2. Prosedur pelaksanaan 5.2.1. Sumber Air Sumber air dapat berasal dari air sungai, air tanah, dan air pam. Sebelum air tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan filterisasi, dan dilanjutkan dengan perlakuan fisika (misalnya :ozon dan uv) dan/ atau perlakuan kimia (misalnya: chlor) untuk meminimalkan kotoran atau kontaminan yang berasal dari luar. 115 5.2.2. Aerasi/netralisasi /declorinisasi Air yang berasal dari PAM atau yang telah diberi perlakuan secara kimia, sebelum digunakan terlebih dahulu di aerasi/declorinisasi. Aerasi/deklorinisasi dilakukan sbb : 1. Alirkan air ke dalam bak penampungan/ tandon yang sudah disiapkan 2. Lakukan aerasi selama minimal 3 hari untuk menghilangkan khlorin atau zat-zat beracun lainnya yang terkandung dalam air 3. Biarkan air tanpa aerasi selama 24 jam, untuk mngendapkan sisa-sisa bahan organik 4. Air siap untuk dilakukan filterisasi 5.2.3. Filterisasi Filterisasi dapat dilakukan secara mekanik dan biologis. Bahan dan proses pelaksanaannya sebagai berikut : 1. Secara mekanik antara lain dapat menggunakan pasir silika, karang, busa, dan lain-lain. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih. 2. Secara biologis antara lain dapat menggunakan Coral hidup, kerang, bioball, tanaman air, dll. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih, tidak berbau dan pH netral. 3. Tampung air yang sudah jernih dan tidak berbau pada bak penampungan/tendon. 4. Air siap untuk digunakan 5.2.4.Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air antara lain meliputi pengukuran suhu air, oksigen terlarut (DO), drajat keasaman (pH), salinitas, dan kadar amoniak. 1. Pengukuran suhu Masukkan termometer yang sudah dikalibrasi kedalam air yang akan diukur suhunya Tunggu beberapa saat hingga terjadi pergerakan air raksa dalam thermometer Amati perubahan yang terjadi pada thermometer, dan catat hasilnya Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore 2. Pengukuran oksigen terlarut (DO) Masukkan DO meter yang sudah dikalibrasi kedalam air yang akan diukur DO nya Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada DO meter 116 Amati perubahan yang terjadi pada DO meter, angka yang tertera pada layar DO meter menunjukkan kadar oksigen terlarut didalam air, dan catat hasilnya Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore 3. Pengukuran drajat keasaman (pH) Masukkan pH meter yang sudah dikalibrasi /kertas lakmus kedalam air Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada pH meter atau perubahan warna pada kertas lakmus Amati perubahan yang terjadi pada pH meter, atau bandingkan perubahan warna pada kertas lakmus, bandingkan dengan indikator pH, dan catat hasilnya Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore 4. Pengukuran salinitas Teteskan air yang akan diukur pada refraktometer yang sudah dikalibrasi Tutup cover refraktometer dan amati perubahan garis batas didalam refraktometer, dan catat hasilnya Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore 5. Pengukuran amoniak menggunakan kit Ambil 5 ml air yang akan diukur, dan masukan ke dalam tabung KIT amoniak (sesuai manual pabrikan) Tetesi dengan reagen amoniak Cocokkan warna yang timbul dengan kartu warna Tentukan hasil pengukuran amoniak, dan catat hasilnya VI. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan air pemeliharaan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan. 117 Nama Perusahaan Alamat Perusahaan : : Persiapan Pengelolaan Air Sebelum Pakai Pada IKI No. Tanggal Jenis Kegiatan Hasil Kegiatan Keterangan*) *) keterangan diisi dengan penggunaan desinfektan, dosis dan waktu. (Tempat waktu) dan Penanggung jawab Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ 118 Lampiran 13. Contoh SOP Pengelolaan Pakan di IKI Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pengelolaan Pakan I. TUJUAN & SASARAN Pedoman dalam pengelolaan pakan IKI harus memperhatikan jenis, jumlah dan komposisi yang tepat untuk masing – masing jenis ikan. II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan pakan ini antara lain: Jenis pakan (alami dan buatan, stadia,) Cara persiapan pakan Waktu pemberian pakan Jumlah pakan Cara Pemberian Pakan Perhitungan FCR (Food Conversion Ratio) III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1 Pakan Alami Pakan yang berasal dari alam 3.2 Pakan Buatan Pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan pakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI. V. PROSEDUR KERJA Pemberian pakan pada IKI dapat dilakukan dengan menggunakan pakan alami dan atau buatan. 5.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pemberian pakan pada IKI antara lain: Pakan alami Pakan buatan Wadah pakan ikan Alat ukur 5.2. Prosedur Pelaksanaan 5.2.1. Pakan Alami 1. Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi 2. Panen pakan alami yang telah dikultur 3. Cuci pakan alami dengan menggunakan air bersih atau pelarut lain untuk menghilangkan kotoran dan mikroba 119 4. Pakan alami siap untuk digunakan 5. Beri pakan alami dengan efisien berdasarkan kebutuhan 6. Selesai. 5.2.2 1. 2. 3. Pakan Buatan Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi Gunakan pakan buatan yang tersedia Tidak mencampur pakan dengan bahan tambahan seperti antibiotik, bahan kimia lainnya atau hormon yang dilarang 4. Beri pakan dengan efisien sesuai dosis dan waktu pemberian pakan berdasarkan kebutuhan 5. Selesai. VI. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan pakan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan. 120 Nama Perusahaan Alamat Perusahaan : : Pengelolaan Pakan pada IKI No. Tanggal Waktu Pemberian Nomor wadah/bak Jenis Jumlah Keterangan*) *) Keterangan diisi dengan pakan alami atau buatan (Tempat waktu) dan Penanggung jawab Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ 121 Lampiran 14. Contoh SOP Penanganan Ikan Keluar Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN IKAN KELUAR I. TUJUAN & SASARAN Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari IKI II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI meliputi: Konfirmasi, Jenis dan Ukuran Ikan, Status Kesehatan Ikan, dan Pengemasan III. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari iki adalah petugas yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI. IV. PROSEDUR KERJA 4.1. Peralatan & bahan Peralatan bahan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI antara lain: wadah penyortiran dengan lubang ukuran tertentu wadah penampung aerator serok 4.2. Prosedur pelaksanaan 1. Lakukan pengurangan air pada wadah/bak pemeliharaan sampai dengan tinggal 1/3 bagian 2. Ambil ikan dengan menggunakan serok secara perlahan 3. Pisahkan ikan berdasarkan jenis ikan, ukuran dan jenis kelamin ikan. Untuk memisahkan ikan ukuran benih dengan menggunakan ember yang mempunyai lubang ukuran tertentu, sedangkan untuk ikan berukuran besar dapat dilakukan dengan menggunakan serok 4. Masukkan ikan yang telah dilakukan penyortiran kedalam wadah/bak sesuai dengan ukuran dan jenis ikan yang telah diberi es untuk menurunkan suhu 5. Ikan yang sudah dipisah–pisahkan dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diberi oksigen sesuai kebutuhan 6. Ikan dikemas rapi menggunakan styrofoam/ kardus/ plastik, pada bagian samping dapat diberikan es batu pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI 122 V. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan selama masa karantina sebelum ikan dikeluarkan dari IKI, harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan. 123 Nama Perusahaan Alamat Perusahaan Alamat IKI : : : KEGIATAN PENANGANAN IKAN SELAMA MASA KARANTINA SEBELUM KELUAR DARI IKI No. Tanggal Nomor Wadah/bak Ukuran/ Jumlah ikan Status Kesehatan Jumlah Ikan Paraf petugas Ket*) *) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak hasil sortir (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ 124 Lampiran 15. Contoh SOP Pemusnahan Inisial IKI/Tahun Nama IKI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUSNAHAN I. TUJUAN DAN SASARAN Sebagai petunjuk bagi Petugas karantina /Penanggung Jawab IKI UPT KIPM /Badan hukum/pihak ketiga untuk melakukan tindakan pemusnahan terhadap media pembawa HPI/HPIK yang tidak memiliki dokumen yang lengkap dan atau media pembawa yang terinfeksi HPIK gol I dan gol II yang tidak bisa disembuhkan. II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup POS pemusnahan media pembawa HPI/HPIK di IKI meliputi : 1. Persiapan pelaksanaan tindakan pemusnahan. 2. Prosedur dan pelaksanaan tindakan pemusnahan. 3. Berita acara pemusnahan. III. ISTILAH DAN DEFINISI 1. Instalasi dan Karantina fasilitas Ikan (IKI) adalah : Tempat yang ada padanya yang beserta digunakan sarana untuk melaksanakan tindakan karantina. 2. Petugas IKI adalah Pegawai / karyawan yang bekerja di IKI dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan. 3. Penahanan adalah tindakan menahan Media Pembawa yang akan dimasukkan ke dalam negeri atau suatu Are di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 4. Perlakuan adalah tindakan membebaskan atau menyucihamakan Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan/atau Hama dan Penyakit Ika (HPI); 125 5. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan Media Pembawa sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya; 6. Pengasingan adalah tindakan mengisolasi Media Pembawa yang diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus, karena sifatnya yang memerlukan waktu yang lama untuk mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan’. IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksanaan pemusnahan media pembawa HPI/HPIK dilakukan oleh personil IKI dibawah pengawasan Petugas Karantina yang ditunjuk melalui Surat Tugas yang ditetapkan oleh Kepala UPT KIPM. V. PROSEDUR KERJA Untuk pemusnahan skala kecil bisa menggunakan incinerator dan apabila skala besar pemusnahan dilakukan pada area khusus yang jauh dari pemukiman penduduk dan telah disiapkan lubang khusus untuk melakukan kemudian ditimbun proses pembakaran. kembali untuk Abu sisa pembakaran menghindari tersebarnya HPI/HPIK yang mungkin masih terbawa setelah proses tersebut. Menyiapkan berita acara pemusnahan dengan mencatat tanggal pemusnahan, nama perusahaan, media pembawa yang dimusnahkan, jenis,jumlah, indikasi pemusnahan, penanggung jawab instalasi. V. REKAM DATA Setiap kegiatan pemusnahan wajib melakukan pencatatan pada lembar (form) pemusnahan. 126 Lampiran . Form pemusnahan media pembawa Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : PEMUSNAHAN MEDIA PEMBAWA PADA IKI No. Tanggal Media Pembawa Jumlah Indikasi Paraf Petugas Penanggung Jawab IKI Penanggung Jawab …………………… Catatan: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………… 127 Lampiran 16. Contoh SOP Pengelolaan Limbah Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pengelolaan Limbah I. TUJUAN & SASARAN SOP pengelolaan limbah bagi petugas karantina dan penanggungjawab IKI dalam melakukan kegiatan pengelolaan limbah agar dilaksanakan secara tepat dan sesuai standar II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan Pengelolaan Limbah meliputi : Peralatan dan bahan penanganan limbah III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Limbah karantina ikan adalah semua jenis dan bentuk bahan buangan pelaksanaan kegiatan tindak karantina yang meliputi pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa. 3.2. Limbah padat adalah semua jenis dan bentuk bahan padat yang tidak terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa. 3.3. Limbah cair adalah semua jenis dan bentuk bahan buangan cair yang tidak terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa. 3.4. Limbah gas adalah semua jenis dan bahan gas berbahaya yang dikeluarkan instalasi karantina ikan sebagai hasil samping reaksi kimia atau pembakaran dan penguapan bahan kimia. Pathogen yang tersebar di udara tidak diklasifikasikan ke dalam limbah gas. 3.5. Pengelolaan limbah adalah upaya mengeliminasi bahan buangan berbahaya dari instalasi karantina ikan agar limbah dapat dibuang dengan aman ke lingkungan atau dimanfaatkan untuk tujuan lain. 3.6. Laboratorium adalah tempat termasuk fasilitas yang digunakan untuk kegiatan pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa. 3.7. Desinfektan adalah bahan kimia dan/atau organik yang memiliki kemampuan merusak dan membunuh organisma, sehingga dapat 128 digunakan dalam mikroorganisma. proses suci hama terhadap kontaminasi IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan limbah adalah petugas/penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI V. PROSEDUR KERJA Mekanisme pelaksanaan tindak karantina terhadap media pembawa antara lain adalah pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan dan mungkin pemusnahan. Keseluruhan tindakan tersebut sangat terkait dengan potensi ada serta tersebarnya patogen infeksius yang tergolong HPIK pada media pembawa; maka semua limbah dari kegiatan tersebut harus dikelola hingga dianggap aman untuk dibuang ke lingkungan. 5.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pengelolaan limbah laboratorium karantina ikan antara lain: disinfektan bak penampung limbah dan disinfeksi bak oksidasi, filtrasi dan hewan uji autoclave/incinerator/tempat pembakaran tempat sampah fume hood (lemari asam) dan/atau lemari asap, jika memungkinkan. botol BOD spectroquant dan/atau atomic absorption spectrohotometer (AAS) dan/atau high precisssion liquid chromatograph (HPLC) – (disesuaikan dengan volume dan intensitas kegiatan pengelolaan limbah di laboratorium) jika memungkinkan. 5.2. Prosedur pelaksanaan 52.1. Pengelolaan atau Penanganan limbah padat 1. Sediakan tempat sampah di setiap ruang secara mandiri untuk limbah padat. Ukuran/volume tempat sampah disesuaikan dengan volume limbah padat harian dan senantiasa tertutup. Semua personil/operator di setiap ruang harus secara disiplin membuang limbah padat di wadah yang telah disediakan. 129 2. Limbah padat seperti kertas dan selain media pembawa sebaiknya dibuang tiap hari dan dibakar secara sempurna. 3. Pada Instalasi Karantina Ikan untuk media pembawa ikan yang mati saat pengangkutan atau selama dalam IKI dilaporkan kepada petugas karantina ikan (UPT KIPM) untuk dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab kematian atau dapat dimusnahkan. 4. Ikan yang mati dimasukkan di dalam kantong plastik dan diberikan labeling yang memuat data informasi tentang shipment, spesies, no wadah/bak/kolam/aquarium dan tanggal kematian kemudian disimpan di dalam refrigerator/ freezer sebelum dilakukan pemeriksaan. 5. Ikan yang mati dapat dimusnahkan menggunakan autoclave, dikubur dalam-dalam dan diberi desinfektan, atau di incenerator. 6. Apabila incinerator tidak tersedia, pembakaran limbah padat dapat dilakukan dalam lubang tanah sesuai prosedur pemusnahan media pembawa dan kemasannya. Pastikan bahwa pembakaran berlangsung sempurna hingga limbah menjadi abu. 7. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik sesuai dengan persetujuan dari otoritas kompeten dapat digunakan kembali atau dimusnahkan dengan melihat kondisi dari bekas kemasan tersebut. 8. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik yang akan digunakan kembali harus dikelola dengan cara dibasuh dengan menggunakan sodium hipoklorit dosis 20 ppm atau direndam dengan menggunakan Copper sulphate 0,1 ppm selama kurang lebih 1 jam atau bahan lain yang aman. 5.2.2. Pengelolaan limbah cair 1. Semua fasilitas pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa harus dihubungkan dengan instalasi pipa yang bemuara ke bak penampung limbah (Diagram 3). Saluran terbuka tidak disarankan untuk mengalirkan limbah. Diamater pipa tempat saluran dari setiap unit laboratorium bermuara, minimal harus berukuran sama dengan jumlah pipa yang bermuara dikalikan diameternya untuk menjamin tidak ada penimbunan massa limbah dalam pipa. 2. Sebelum dibuang, semua jenis limbah cair harus didisinfeksi dengan cara direndam selama 1 hari menggunakan khlorin pada dosis 5 mL/L atau dapat dengan dosis yang lain sesuai waktu pemaparan. Setiap sumber khlorin yang diperdagangkan memiliki kadar khlorin yang berbeda karena itu dosis sumber khlorin harus 130 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. disesuaikan dengan kandungan khlorin yang tertera dalam kemasan. Bak penampung limbah dapat juga digunakan sebagai bak desinfeksi karena itu dapat dilengkapi dengan disinfectan diffuser dan agitator seperti turbo jet atau air-O2 untuk menjamin kontak sempurna antara disinfektan dengan mikroba target. Effektifitas diffuser di cek secara berkala dengan mengamati perkembangan populasi patogen yang akan dimusnahkan. Satu diffuser memadai untuk tiap ton air limbah. Disinfectan diffuser dapat dibuat dari pipa pvc diameter 3 inchi panjang 50 cm yang ditutup dikedua ujungnya. Di sepanjang pipa di buat lima lubang kecil, begitu juga masing-masing tutup ujung pipa dilubangi. Sebelum ditutup pipa diisi campuran pasir kering dengan disinfektan seperti kaporit yang mengandung khlorin dengan perbandingan 1:1. Setelah ditutup gantung diffuser di dekat pipa pemasukan limbah ke bak disinfeksi sedemikian rupa sehingga khlorin secara perlahan-lahan berdifusi kedalam air limbah. Dari bak disinfeksi, air limbah dialirkan melalui pipa atas ke bak oksidasi yang diaerasi menggunakan diffuser untuk memungkinkan proses nitrifikasi terjadi dan pertumbuhan phytoplankton berlangsung. Pada ujung akhir bak oksidasi ditempatkan rakit fitoremediasi seluas maksimum 30 % luas bak. Rakit untuk fitoremediasi dibuat dari kerangka pvc diameter 2 inch, bagian tengah kerangka dilengkapi keranjang yang diisi arang sebagi media tumbuh tanaman sebagai fitoremediator. Tanaman tertentu seperti eceng gondok (Eichornia crasipes) dan spesies Salvinia sp. tidak memerlukan media padat untuk tumbuh diatas air dan merupakan penyerap bahan beracun seperti logam berat yang effektif. Pandan (Pandanus sp.) merupakan fitoremediator yang sekaligus dapat berfungsi menetralkan aroma limbah. Apabila limbah tercampur dengan air laut maka fitoremediator dalam bentuk tanaman tingkat tinggi sebaiknya dihilangkan. Vegetasi mangrove sebetulnya fitoremediator yang efektif tapi sulit menumbuhkannya dalam kolam. Air dari bak aerasi dialirkan ke bak filter merata dipermukaan sehingga air merembes menembus filter ke bak ikan uji karena gaya gravitasi. Bak filter harus dilengkapi dengan pipa untuk back wash supaya filter tidak tersumbat hingga tidak dapat berfungsi benar. Cek fungsi filter tiap pagi hari, kalau tersumbat lakukan back wash, kembalikan air back wash ke bak disinfeksi. Luas bak filter tidak lebih dari 20 % luas bak oksidasi. Cek oksigen terlarut, BOD, COD, alkalinitas, dan pH air yang keluar dari bak filter tiap hari. Alirkan air dari bak filter ke bak tempat 131 pemeliharaan ikan seperti Tilapia sp. dan kerang seperti Anadonta sp. Bandeng (Chanos chanos) dan kerang hijau (Perna viridis) sebagaif filter feeder dapat dipelihara bila limbah tercampur air laut. Amati kematian ikan dan kerang tiap hari dan ketahui penyebab kematian kalau ada. Cek kandungan logam berat daging kerang secara rutin tiap 2 minggu. 10. Air limbah yang telah dikelola dialirkan ke lingkungan bila ikan tidak sakit dan mampu bereproduksi serta daging kerang tidak mengandung logam berat diatas ambang yang diperbolehkan. Pemeriksaan kandungan logam berat dan bahan karsinogen dapat dilakukan di laboratorium yang menggunakan AAS, HPLC dan Spectroquant atau di lapangan menggunakan kit. 11. Dalam hal instalasi tidak memiliki cukup lahan untuk fasilitas pengolahan limbah, prosedur seperti diatas dapat dilaksanakan menggunakan bak fiberglass yang besarnya disesuaikan dengan kapasitas limbah dan sarana pendukung yang tersedia. 12. Apabila disinfektan yang digunakan larutan khlorin maka aerasi selama 6 jam sudah memadai untuk menetralkan khlor sehingga air limbah layak untuk dibuang ke perairan umum. Tetapi kalau larutan formalin yang digunakan untuk disinfeksi, aerasi harus dilakukan sampai alkalinitas mencapai 50 mg CaCO3/L atau larutan formalin tidak terdeteksi menggunakan kit antilin. 13. Selain bak penampung limbah sebaiknya juga disediakan lubang tanah tertutup rapat untuk menampung sludge dan limbah cair yang telah dikelola. VI. REKAM DATA Hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah direkam sesuai dengan formulir. Seluruh informasi yang tertuang dalam formulir tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan selanjutnya. VII. PELAPORAN Hasil kegiatan pengelolaan limbah harus dituangkan dalam bentuk laporan hasil pelaksanaan pengelolaan limbah yang ditandatangani oleh petugas pelaksana. Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan sementara serta saran tindak lanjut, dan formulir hasil pengelolaan limbah merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir pelaksanaan kegiatan. 132 Diagram 1. Garis besar alur pengelolaan limbah Dimusnahkan Ikan yang Mati Limbah padat Bekas Kemasan/Lim bah Padat lainnya Sludge Limbah Limbah cair Timbun O2 (dibakar/diincen erator, diautoclave, dikubur dalamdaalam T a n a m a n Disinfeksi Kompos p e l i n d u n g Disinfeksi Air OksidasiFil trasi Perairan O2 133 Tabel 1. Desinfektan dan Prosedur Penangan Limbah No. 1. Alat/ Bahan Perlakuan Klorin Fungsi Mendesinfeksi limbah cair Mendesinfeksi limbah cair, bekas kemasan Mendesinfeksi limbah cair Mendesinfeksi limbah cair, bekas kemasan Mensterilisasi air yang akan digunakan kembali 2. Oxytretacycline Mendesinfeksi peralatan, filter 3. Copper Sulfat 4. Formalin Dosis / Ukuran 5 mL/L Aplikasi 20 ppm > 60 menit Sodium Hipoklorit 50 pp m >200 ppm > 30 menit Sodium Hipoklorit Sodium Hipoklorit >200 ppm Konsentrasi Kalsium 0.3 gr/L air Hipoklorit kemudian dilakukan agutisasi minimal 10 menit dan diulang minimal selama 1 jam Direndam sabanyak 5-7 kali dalam sehari Direndam 10 ppm Mendesinfeski 0.1 ikan yang mati, bekas kemasan Mendesinfeksi 50-100 ikan yang ppm mati, bekas kemasan 30-50 ppm 50-100 ppm Direndam kurang lebih 1 jam Keterangan Direndam 30-60 menit Direndam pada air yang diaerasi selama 1 jam Direndam pada air yang diaerasi 134 5. Aldehid 6. Pengoksidasi 7. Halogen 8. Fenol 9. Garam (A.K) 10. Biguanida 11. Ultra violet 12. Pemansan Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi limbah cair Mendesifeski limbah cair 0,5 mL/m3 atau 0,5 mg/L 0,1 mL/m3 atau 0,1 mg/L >1,5% 0,02 %. secara kuat-kuat selama 3060 menit Rentang jam . Rentang menit 0,5 – 2 jam 1,0-5,0%. 10-30 menit 0,1-5,0% 10-30 menit 0,1-5,0% 10-30 menit Rentang jam >130 Spekrum 2 mWs/cm 190-280 nm 85 °C kurang lebih 30 menit 13. Incenerator Memusnahkan ikan yang mati atau bekas kemasan 14. Dikubur dalam- Memusnahkan dalam ikan yang mati 135 15. Autoclave atau bekas kemasan Memusnahkan ikan yang mati atau bekas kemasan 136 Tabel 2. Beberapa bahan aktif dari golongan disinfektan yang dapat digunakan untuk disinfeksi berbagai sarana dan prasarana laboratorium. Golongan Disinfektan Aldehid Bahan Kimia Formaldehid, glutaraldehid dan glioksal Alkohol Etanol, propanol dan isopropanol Pengoksidasi Peroksida dan peroksigen seperti hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat. Halogen Berbasis iodium: larutan iodium, iodofor, povidon iodium, Gugus klor: Kalsium hipoklorit, natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin Fenol Fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Garam (A.K) Benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida Biguanida Klorheksidin 137 KOP SURAT REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH Waktu sampling (h/b/t) : Tindak karantina : Penanggung jawab : Pelaksana Kegiatan Limbah padat Pemisahan limbah Limbah organik Disposable item Bahan tidak terbakar Pengolahan limbah cair Pengukuran volume limbah Penentuan disinfektan Identifikasi pathogen Periksa disinfectan diffuser Pembuangan sludge Analisa air limbah hasil olahan Temperatur (oC) pH Salinitas Oksigen terlarut (mg/L) : Frekwensi Tiap hari Tiap hari Sesuai kegiatan Sesuai kegiatan Tiap hari Tiap hari Kalau diperlukan Seminggu sekali Kalau diperlukan Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Sebelum ke Disarankan Dibakar Incinerator Sterilisasi Kaporit Ditimbun 26-28 6,5-8,5 0 - 35 >4 > 50 < 25 Hasil Keterangan*) Spesifikasi Pupuk Abu Dikubur Efektif Nihil Berfungsi Pupuk Dalam kisaran Dalam kisaran Dalam kisaran 138 Alkalinitas (mg CaCO3/L) BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2 Total nitrogen (mg/L)-N Total fosfor (mg/L )-P Pengoperasian, pemeliharaan Pompa Aerator Filter Penggantian fitoremediator Kegiatan akhir Periksa logam berat (µg/L) Periksa bahan karsinogen Periksa kematian ikan+kerang Pengaliran limbah Limbah gas Periksa fungsi fume hood Periksa fungsi lemari asam Periksa fungsi incinerator lk Sebelum lk Sebelum lk Sebelum lk ke < 125 10 1,0 ke ke Tiap hari Tiap hari Tiap hari Kalau diperlukan Sebelum ke lk Sebelum ke lk Tiap hari Limbah aman Tiap hari Tiap hari Tiap hari Diatas ambang Diatas ambang Bawah ambang Bawah ambang Bawah ambang Bawah ambang Berfungsi Berfungsi Berfungsi Kompos 1,0-8,0 Bawah ambang TTD Nil Berfungsi Berfungsi Berfungsi 139 KOP SURAT REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR No. 1. 2 Hari&Tanggal No. Bak/Kolam Sabtu,07/02/14 Kolam limbah L1 Minggu, 08/02/14 Jenis Kegiatan Jumlah Petugas Paraf Petugas Desinfeksi menggunakan 1 orang Clorin dengan konsentrasi 5 mg/L pada bak penampungan limbah Kolam Aerasi limbah secara Limbah L1 kuat 1 orang Keterangan*) Direndam selama 1 hari 6 jam Jakarta, ........... Pengelola/Penanggung Jawab, .................................................... 140 KOP SURAT REKAMAN PENGELOLAAN/ PENANGANAN IKAN MATI No. Hari&Tanggal Jenis Kegiatan Jumlah Petugas 1. Senin, 04/03/13 pemusnahan ikan mati 1 orang 2. 4 orang Paraf Petugas Keterangan*) Jakarta, ........... Pengelola/Penanggung Jawab, ..................................................... 141 KOP SURAT PENANGANAN BEKAS KEMASAN Hari & No. Jenis Kegiatan Metode Tanggal 1. Senin, Desinfeksi 04/03/13 Stereoform Jumlah Petugas Paraf Petugas Keterangan*) Chlorin dibasuh dengan klorin 5 ppm 1 orang 20 pcs Pemusnahan plastic Dibakar secara bekas kemasan sempurna 04/03/13 kemudian abu dikubur dalamdalam 4 orang 40 psc 2. Senin, Jakarta, ........... Pengelola/Penanggung Jawab, ..................................................... 142 KOP SURAT PENGAMATA KUALITAS AIR PADA BAK PENGELOLAAN LIMBAH Parameter No Hari & Tanggal No. Temperatur pH Bak Limbah (oC) Paraf Salinitas Oksigen terlarut (mg/L) Alkalinitas (mg BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2 CaCO3/L) Total nitrogen (mg/L)-N Petugas 1. Senin, L1 04/03/1 3 143 Lampiran 17. Jenis dan Daftar Obat Ikan sesuai dengan Klasifikasinya LAMPIRAN : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.20/MEN/2003 Tentang Klasifikasi Obat Ikan JENIS DAN DAFTAR OBAT IKAN SESUAI DENGAN KLASIFIKASINYA I. JENIS-JENIS OBAT KERAS A. Antibiotika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garamgaramnya : 1. Albucid, sodium; 2. Ampicillin, sodium; 3. Ampicillin Thrihydrate; 4. Aureomycin; 5. Bacitracin; 6. Carbenicilin disodium; 7. Cephaloridine; 8. Chlortetracycline; 9. Cloxacillin, sodium; 10. Colistin Sulfate; 11. Cycloserine; 12. Doxycline Hyclate; 13. Emtrysidina; 14. Enrofloxacin; 15. Erythromycin; 16. Fosfomicina; 17. Furpyridinol; 18. Gentamycin sulfate; 19. Griseofulvin; 20. Kanamycin; 21. Lincomycin; 22. Methacillin sodium; 23. Neomycin; 24. Novobiocin; 25. Oleandomycin; 26. Oxolinic Acid (Quinolon); 27. Paromomycin; 28. Penicilin, Potasium; 29. Polymyxin B, Sulfate. B. Sulfonamida tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garamgaramnya : 1. Albucid, sodium; 2. Sulfadiazine; 3. Sulfadimethoxine Sodium; 4. Sulfamethazine, Sodium; 5. Sulfamonomethxine; 6. Sulfanilamide; 7. Sulfisoxazole; 8. Trimethoprim. C. Obat-obat anti bakteri yang lain tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya 1. Acriflavine (hydrochloride dan neutral); 2. Basic Bright Green, Oxalate; 3. Benzentonium chlorida; 144 4. 5. 6. 7. Cloxacillin, Sodium; Merthiolate; Nifurpyrinol; Nifurprazine HCL. D. Obat-obat antelmintika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya: - Antimony Potassium tartrate. E. Obat-obat anti protozoa tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya : - Acetarsone. F. Obat-obat anesthesi tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya: 1. Ether; 2. MS-22 (tricaine methanesulfonate); 3. Propoxate; 4. Quinaldine sulfate. G. Vaksin : 1. Vaksin Aeromonas; 2. Vaksin Vibrio. H. Imunostimulan (Sediaan Biologi) : 1. LPS; 2. Glucan I. Hormon: 17 – Methyl II. JENIS-JENIS OBAT BEBAS TERBATAS A. Desinfektan : 1. Acriflavine; 2. Benzalkonium chloride; 3. Boric acid; 4. Calcium hypochlorite (kaporit); 5. Chloramine - B; 6. Copper sulfate; 7. Formalin (37-40%); 8. Iodophors; 9. Paraformaldehyde; 10. Phenoxethol; 11. Silvol; 12. Sodium hypochloride; 13. Sodium Peroxide Pyrophosphate; 14. Sodium Thiosulfate. B. Antiseptik: 1. Betanaphthol; 2. Chloramine - T; 3. Potassium permanganate (PK, KMn04). D. Antibakteri : 145 1. Atabrine, hyrochloride; 2. Basic Bright Green, oxalate; 3. Malachite Green, zinc free oxalate. E. Antelmentika: 1. Niclosamide; 2. Picric Acid. F. Feed Additive (imbuhan pakan ikan/udang) : 1. Avilamisina; 2. Avoparsina; 3. Bacitracin zink; 4. Enramisina; 5. Flavomisina; 6. Hygromycin B; 7. Kitasamycin; 8. Kolistin sulfat feed grade; 9. Lasalosid; 10. Linkomisina hidroklorida; 11. Maduramisina; 12. Monensin (natrium) 13. Narasina; 14. Nistatina; 15. Salinomycin (natrium); 16. Spiramycin (base, embonat); 17. Tiamulin hidrogen fumarat; 18. Tilocyn; 19. Virginiamycin; 20. Aklomide; 21. Amrolium; 22. Butynorate; 23. Clopidol; 24. Decoquinate; 25. Ethopabate; 26. Halquinaol; 27. Olakuinol; 28. Sulfanitran. III. JENIS-JENIS OBAT BEBAS A. Desinfektan dan Antiseptik : 1. Calcium chloride; 2. Calcium Nitrate; 3. Lysol; 4. Rivanol; 5. Hydrogen Peroxida (H202) dengan konsentrasi kurang dari 3%. B. Antiprotozoa : 1. Calcium Carbonate (Ca C03); 2. Sodium Chloride (Na Cljgaram dapur). C. Antelmintika : - Garlic. IV. ZAT AKTIF YANG DILARANG BEREDAR DAN DIPERGUNAKAN SEBAGAI OBAT IKAN 1. Nitrofuran, termasuk Furazolidone dan derivat-derivatnya; 146 2. Ronidozol; 3. Dapson; 4. Chloramphenicol, termasuk derivat-derivatnya dan garam-garamnya; 5. Cholichicin; 6. Chlorpromazone; 7. Trichlorfon; 8. Dimetildazole; 9. Metronidazole; 10. Aristolochia spp. KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, ttd. NARMOKO PRASMADJI 147