DownloadPutaran Perundingan RCEP ke-8 Capai

advertisement
SIARAN PERS
Pusat Hubungan Masyarakat
Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711
www.kemendag.go.id
Putaran Perundingan RCEP ke-8 Capai Sejumlah Kemajuan
Kyoto, 13 Juni 2015 – Sejumlah kemajuan dicapai dalam putaran ke-8 perundingan Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP), meskipun isu utama terkait dengan modalitas masih
belum sepenuhnya disepakati. Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional (KPI) Bachrul Chairi yang
memimpin delegasi Indonesia menegaskan bahwa Indonesia memastikan hal-hal yang disepakati
dalam perundingan sejalan dengan kepentingan Indonesia.
“Indonesia secara aktif mengawal perundingan RCEP untuk memastikan pembukaan pasar ekspor,
sekaligus menjaga kepentingan domestik Indonesia,” tegas Bachrul usai menghadiri perundingan RCEP
yang berlangsung pada 8-13 Juni 2015 di Kyoto, Jepang. Kesepakatan RCEP yang sedang dirundingkan
ini diharapkan menjadi daya tarik bagi dunia usaha untuk berpartisipasi aktif dalam implementasi
program pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam program “Nawa Cita” pemerintah.
Keikutsertaan Indonesia secara aktif dalam perundingan RCEP akan memberi citra yang positif tentang
lingkungan usaha di Indonesia dalam menarik investor masuk ke Indonesia dan turut mendukung
upaya Indonesia menjadi basis produksi untuk ekspor.
Lebih jauh, Bachrul menambahkan bahwa investor asing cenderung memilih berinvestasi di negara
yang memiliki iklim bisnis yang lebih terbuka dan aktif membangun pembukaan pasar ekspor (FTAs)
seperti Thailand dan Vietnam.
“Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan jumlah penduduk yang sebesar 250 juta sebagai modal yang
menggiurkan untuk menarik investor karena sasaran pasar yang ingin diraih investor besar jauh lebih
besar lagi," katanya.
Oleh sebab itu, Indonesia harus mampu membuka akses pasar ekspor yang lebih besar. "RCEP dapat
menjadi solusi dengan tetap mengedepankan kepentingan nasional di dalam negeri,” imbuhnya.
Menurut Bachrul, keikutsertaan Indonesia dalam perundingan kerja sama ekonomi dengan negara
mitra, baik dalam konteks bilateral, regional, maupun multilateral merupakan langkah penting.
Terutama untuk memastikan akses pasar dalam upaya menarik investasi dan menjadikan Indonesia
sebagai basis produksi guna meningkatkan ekspor ke negara-negara anggota RCEP terutama Jepang,
China, India, Korea Selatan dan negara lainnya.
Tiga Isu Utama
Perundingan RCEP menitikberatkan pembahasan pada upaya menyepakati modalitas integrasi
ekonomi RCEP untuk tiga isu utama yaitu perdagangan barang, perdagangan jasa, dan investasi.
Namun, ada kendala yang dihadapi dalam menyatukan pandangan terhadap modalitas integrasi.
“Upaya penyatuan pandangan terhadap modalitas integrasi sangat sulit dicapai karena perbedaan
kepentingan dan tingkat pertumbuhan ekonomi masing-masing negara peserta RCEP yang mencapai
16 negara,” ungkap Bachrul Chairi.
Dialog dengan Dunia Usaha
Di sela-sela perundingan, negara peserta RCEP melakukan dialog dengan dunia usaha terkait isu
hambatan nontarif dalam meningkatkan ekspor.
Mewakili dunia usaha Indonesia, Ketua Bidang Perdagangan Internasional, APINDO, Yos Ginting,
menyambut baik keterbukaan negara anggota RCEP mendengarkan dan mempertimbangkan masukan
dunia usaha dalam perjanjian RCEP yang akan disepakati untuk memperlancar arus barang, jasa, dan
investasi di kawasan.
Menurutnya, APINDO juga menyambut baik upaya negara-negara anggota RCEP dalam mengurangi
birokrasi yang berlebihan dan tidak bersahabat bagi dunia usaha.
“RCEP harus menggarisbawahi praktik-praktik dan prinsip-prinsip regulasi yang baik untuk memastikan
bahwa kebijakan-kebijakan publik, seperti kebijakan terkait kesehatan dan lingkungan, adalah berbasis
bukti-bukti ilmiah, efektif, dan proporsional untuk mencapai tujuan dari kebijakan publik tersebut,”
jelas Yos Ginting.
Perdagangan via Elektronik
Pertemuan juga mendiskusikan isu perdagangan elektronik (e-Commerce). Dorongan untuk
menjadikan isu ini sebagai salah satu bidang yang diatur dalam RCEP cukup kuat, khususnya dari
negara mitra kecuali India. Mempertimbangkan tingkat kesiapan Indonesia dan negara ASEAN lainnya
yang masih tertinggal dibandingkan negara mitra, Delegasi Indonesia sangat berhati-hati dan
menekankan kesediaannya membahas isu ini hanya dalam konteks kerja sama yang dapat
meningkatkan kesiapan Indonesia khususnya UKM dalam mengakses pasar via elektronik.
“Indonesia menekankan bahwa pengaturan perdagangan elektronik dalam kerangka RCEP harus
difokuskan pada kerja sama yang dapat meningkatkan kemampuan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dalam menggunakan fasilitas perdagangan elektronik di kawasan RCEP dan pasar dunia, melalui
rantai pasok global; dan dapat mengimplementasikan best practices dalam mendukung common
pattern regulatory yang kondusif di masing-masing negara RCEP,” jelas Bachrul.
Penekanan ini merupakan hal yang penting mengingat Indonesia sedang menyiapkan Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang perdagangan elektronik atau e-Commerce dalam mendorong
aktvitas perdagangan elektronik termasuk perlindungan konsumen.
Transaksi perdagangan elektronik di Indonesia pada tahun 2014 tercatat sebesar USD 12 miliar dan
diperkirakan pada tahun 2016 mendatang akan mencapai USD 20 miliar.
--selesai-Informasi lebih lanjut hubungi:
Ani Mulyati
Kepala Pusat Humas
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711
Email: [email protected]
Donna Gultom
Direktur Kerja Sama ASEAN
Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3858203/021-3858203
Email : [email protected]
Download