PENGARUH HARGA, VOLUME PERDAGANGAN, DAN VOLATILITY SAHAM TERHADAP BID-ASK SPREAD SAHAM PADA INDEKS LQ45 Lukman Dwi Adisetia Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga, volume perdagangan, dan volatility harga saham dalam indeks LQ45. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 19 perusahaan yang tergabung indeks LQ45 secara berturut-turut selama periode 2008-2010. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS 17. Pengambilan saham dilakukan cara purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga saham berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread, volume perdagangan saham berpengaruh positif terhadap bid-ask spread, dan volatility harga saham berpengaruh positif terhadap bid-ask spread. Hasil penelitian mengenai pengaruh harga saham dan pengaruh volatility harga saham terhadap bid-ask spread adalah konsisten dengan penelitian sebelumnya, sedangkan pengaruh volume perdagangan saham terhadap bidask spread tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya. Kata Kunci : bid-ask spread, harga saham, volume perdagangan saham, volatility harga saham Abstract The purpose of this study is to determine the effect of the stock price, trading volume, and volatility of stock prices in the LQ45 index. The samples in this study were 19 companies that joined LQ45 respectively during the period 2008-2010. The analysis technique used is multiple linear regression analysis using SPSS 17. Stock retrieval is done using purposive sampling. These research results indicate that the negative effect on the stock price bid-ask spreads, trading volume has a positive effect on bid-ask spreads, and volatility of stock prices has a positive effect on the bid-ask spread. The results on the effect of stock prices and the effect of stock price volatility on the bid-ask spread is consistent with previous studies, whereas the effect of trading volume on the bid-ask spread is not consistent with previous research. Keywords : bid-ask spread, stock price, trading volume, stock price volatility PENDAHULUAN Pasar modal merupakan tempat pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Fungsinya adalah untuk membiayai secara langsung kegiatan perusahaan. Masyarakat diikutsertakan langsung didalamnya yaitu dengan menanamkan dananya ke dalam suatu perusahaan dengan cara membeli saham dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Husnan 287 288 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 (2003:3) pasar modal didefinisikan sebagai sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebgai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua peran sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi pasar modal yaitu pasar menyediakan fasilitas mempertemukan dua kepentingan: pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Sementara itu, pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karateristik investasi yang dipilih (Darmadi, 2006:2). Dalam transaksi saham di pasar modal terjadi proses pembelian saham dan penjualan saham. Proses transaksi jual-beli ini menciptakan adanya ask price dan bid price. Ketika investor ingin membeli saham, maka broker akan mengajukan harga yang dimintanya (ask). Sebaliknya bid price terjadi apabila broker memberikan harga penawaran (bid) saat investor ingin menjual sahamnya. Selisih antara harga tertinggi yang trader (pemegang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah yang trader bersedia menjual saham ini disebut dengan istilah bid-ask spread. Informasi wajib diketahui oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi ini berkaitan erat dengan pemilihan investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat risiko tertentu. Informasi ini dapat memperkecil ketidakpastian dalam pasar modal. Informasi mengenai harga saham dan volume perdagangan saham merupakan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam berinvestasi. Bagi investor yang ingin membeli saham perlu memperhatikan ask price, sebaliknya bila ingin menjual saham investor perlu memperhatikan bid price. Dengan kata lain bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk pengambilan keputusan apakah menjual atau menahan suatu saham. Sementara itu, likuiditas tercermin dari volume perdagangan saham. Harga saham yang selalu tinggi serta volume perdagangan saham yang besar menunjukkan bahwa saham tersebut digemari investor yang berarti saham tersebut cepat diperdagangkan. Hal ini berdampak pada menurunnya biaya pemilikan saham (inventory holding), dan selanjutnya mempersempit bid-ask spread. Risiko investasi dan ketidakpastian dapat terlihat dari fluktuasi harga saham atau volatility harga saham. Harga saham yang fluktuatif menandakan bahwa risiko investasi saham yang dihadapi oleh dealer akan menjadi besar. Oleh karena itu, dealer menutupi kerugian yang mungkin terjadi dengan spread yang lebih besar. Dengan kata lain, semakin besar volatility harga saham maka bid-ask spreadnya juga akan semakin besar. Studi empiris mengenai perilaku pasar saham beserta pelakunya selalu menarik dan telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak dengan tujuan masing-masing. Salah satu obyek perilaku pasar saham adalah perilaku bid-ask spread harga saham, khusunya yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan 289 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati dan Asri (1999) aktivitas stock split berpengaruh terhadap presentase bid-ask spread. Selain itu, ditemukan pula bahwa harga saham, volume perdagangan, dan varian return saham berpengaruh terhadap bid-ask spread. Tumirin (2005) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi bidask spread menemukan bahwa liquidity, closing price, dan volume berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread. Abdul Halim dan Nasuhi Hidayat (2000) menemukan bahwa volume perdagangan dan/atau return saham berpengaruh dengan arah negatif terhadap bid-ask spread. Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan pada penelitian Ramantha (2006) dan Ambarwati (2008). Pada hasil penelitian Ramantha (2006) membuktikan bahwa volatility harga saham yang berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread. Sedangkan pada penelitian Ambarwati (2008) yang meneliti pengaruh volume perdagangan, varian return saham, dan return saham terhadap bid-ask spread saham pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ45 periode tahun 2003-2005 menemukan bahwa return saham berpengaruh positif terhadap bid-ask spread. Hasil penelitian Ambarwati ini tidak konsisten dengan teori bid-ask spread, yaitu semakin besar volatility return saham maka investasi pada perusahaan itu dinilai tinggi (Jogiyanto, 2003:238). Risiko saham yang semakin tinggi menyebabkan dealer berusaha menutupnya dengan spread yang lebih besar. Adanya perbedaan hasil penelitian inilah yang merupakan menjadi salah satu latar belakang yang mendorong penulis mengambil masalah ini. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah harga saham berpengaruh terhadap bid-ask spread pada Indeks LQ45? 2. Apakah volume perdagangan saham berpengaruh terhadap bidask spread pada Indeks LQ45? 3. Apakah volatility harga saham berpengaruh terhadap bid-ask spread pada Indeks LQ45? Peneliti hanya meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi bid-ask spread ditinjau dari proksi-proksi keuangan yaitu harga saham, volume perdagangan saham, dan volatility harga saham. Sedangkan sampel yang akan diambil adalah perusahaanperusahaan yang mempunyai data closing price (harga saham), bid price, ask price, dan volume perdagangan pada Indeks LQ45 selama periode 2008–2010. TINJAUAN PUSTAKA Bid-Ask Spread Bid-ask spread merupakan selisih antara bid price dengan ask price. Hamilton (1990) dikutip oleh Fatmawati dan Asri (1999:267) membedakan spread menjadi dua model yaitu dealer spread dan market spread. Dealer spread merupakan selisih antara harga bid dengan harga ask yang menyebabkan dealer ingin memperdagangkan sekuritas dengan aktivanya sendiri. Sedangkan market spread merupakan perbedaan antara highest-bid dengan lowest-ask yang terjadi pada saat tertentu. Jenis spread yang lebih sesuai diteliti di BEI adalah market spread. Hal ini dikarenakan aktivitas di BEI lebih bersifat competitive order matching market atau dikenal dengan orderdriven market system dimana investor hanya diperbolehkan untuk menyerahkan order jual-beli dan 290 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 melakukan transaksi melalui broker. Dengan kata lain investor tidak dapat langsung melakukan transaksi di lantai bursa. Sementara itu dalam pasar sekunder seperti NYSE, AMEX, atau OTC, dealer lebih mendominasi sebagai perantara perdagangan (Fatmawati dan Asri, 1999:268). Stoll (1978) dikutip dalam Tumirin (2005:63) menyatakan bahwa bid-ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari tiga komponen biaya yaitu: 1. Biaya Pemilikan Saham (Inventory Holding Cost) Biaya pemilikan saham menunjukkan trade-off antara memiliki sedikit saham. Banyak sedikitnya saham dan memiliki terlalu sedikit saham juga ditunjukkan oleh lamanya trader memgang saham tersebut. Opportunity cost merupakan bagian terbesar dari biaya kepemilikan saham. 2. Biaya Pemrosesan Pesanan (Order Processing Cost) Biaya pemrosesan saham meliputi biaya untuk persiapan membeli atau menjual saham yang meliputi biaya administrasi, pelaporan, proses komputer dan lain-lain. Jenis biaya ini dapat diobservasi secara langsung. 3. Biaya Asimetri Informasi Biaya asimetri informasi terjadi karena dua pihak trader yang tidak sama dalam memiliki dan mengakses informasi. Pihak pertama, adalah informed trader atau pihak yang memiliki informasi lebih banyak, pihak kedua, adalah uninformed trader atau pihak yang memiliki informasi yang lebih sedikit. Perbedaan dalam hal informasi ini menyebabkan terdapatnya risiko bagi pihak yang kurang memiliki informasi, sehingga untuk menutup kerugiannya dicerminkan dalam bid-ask spread. Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi oleh pedagang saham bersedia membeli dengan harga jual terendah oleh pedagang saham bersedia menjual saham tersebut. Kajian Penelitian Terdahulu Ambarwati (2008) meneliti pengaruh volume perdagangan, varian return saham, dan return saham terhadap bid-ask spread saham pada 20 perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ45 periode tahun 2003-2005. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return saham berpengaruh positif signifikan terhadap bid-ask spread. Sebaliknya, hipotesis mengenai volume perdagangan saham dan varian return saham diterima. Hasil penelitian membuktikan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh negatif signifikan, sedangkan varian return dan return saham berpengaruh positif signifikan terhadap bid-ask spread. Penelitian Tumirin (2005) bertujuan untuk menganalisis informasi mengenai variabel akuntansi kuartalan, variabel pasar, arus kas operasi bid-ask spread. Penelitian ini menggunakan 684 sampel yang terdiri atas 521 laporan keuangan kuartalan interim dan 163 laporan keuangan kuartalan keempat. Hasilnya adalah variabel akuntansi dalam pengumuman laporan keuangan kuartalan yang mempengaruhi bid-ask spread secara signifikan adalah likuiditas. Sementara itu closing price dan volume yang merupakan variabel pasar berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread. Ramantha (2006) meneliti tentang pengaruh volume perdagangan dan volatility harga saham terhadap bidask spread pada 20 saham teraktif yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta periode Juni-Juli 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume perda- 291 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 gangan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread, demikian juga dengan volatility harga saham yang berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread. Hasil penelitian ini konsisten dengan teori bid-ask spread. Penilitian Halim dan Hidayat (2000) bertujuan untuk mengkonfirmasikan apakah biaya pemilikan saham (inventory holding costs) berpengaruh positif terhadap bid-ask spread pada pasar modal di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah tiga buah perusahaan rokok yang terdaftar di BEJ dengan model koreksi kesalahan (error correction model) atau ECM. Hasil dalam penelitian ini adalah volume perdagangan dan/atau return berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread baik dalam bentuk absolut maupun relatif. Dengan kata lain pengaruh biaya kepemilikan saham adalah positif dengan bid-ask spread. Fatmawati dan Asri (1999) meneliti pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang diukur dengan besarnya bid-ask spread di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini mengambil 30 sampel perusahaan yang melakukan stock split selama Juli 1995 sampai Juni 1997. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas split berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat harga saham, volume turnover dan presentase spread. Pengembangan Hipotesis Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar saham. Harga saham yang senantiasa naik menandakan bahwa return yang diberikan juga tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa saham tersebut disukai oleh investor. Akibatnya pedagang tidak perlu memegang saham tersebut terlalu lama, sehingga menurunkan biaya kepemilikan saham tersebut. Oleh karena itu, dengan menurunnya biaya kepemilikan saham maka bid-ask spread menyempit. Stoll (1989) yang dikutip dalam Halim dan Hidayat (2000:70) menyatakan, biaya pemilikan saham berpengaruh positif (secara searah) terhadap bidask spread. Tumirin (2005) melakukan studi empiris mengenai pengaruh variabel-variabel akuntansi dan variabel-variabel pasar terhadap bidask spread. Hasilnya menunjukkan bahwa spread berhubungan negatif dengan harga saham. Hasil penelitian ini juga serupa dengan penelitian Halim Hidayat (2000). Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Harga saham mempunyai pengaruh negatif terhadap bid-ask spread. Volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari tertentu (Halim dan Hidayat, 2000:73). Perdagangan saham yang aktif dapat dilihat dari volume perdagangan saham yang besar pula. Hal ini menunjukkan bahwa saham tersebut digemari investor, sehingga saham tersebut capat diperdagangkan. Kondisi ini menyebabkan pedagang tidak perlu memeegang terlalu lama memegang saham, yang dapat mengakibatkan penurunan biaya kepemilikan saham. Oleh karena itu, semakin cepat perdagangan saham, maka semakin besar pula volume perdagangan saham. Beberapa penelitian terdahulu yaitu Tumirin (2005), Ambarwati (2008), Halim dan Hidayat (2000), Ramantha (2006), dan Fatmawati dan Asri (1999) sama-sama menunjukkan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread. Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut maka hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 292 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 H2 : Volume perdagangan saham mempunyai pengaruh negatif terhadap bid-ask spread. Harga saham yang berfluktuasi disebut dengan volitilitas harga saham. Volatility harga saham dalam hal ini mewakili risiko saham yang disinyalir dapat mempengaruhi besar kecilnya bid-ask spread saham. Menurut Jogiyanto (2000:238) semakin besar volatility return saham maka investasi pada perusahaan itu dinilai tinggi. Risiko saham yang semakin tinggi menyebabkan dealer berusaha menutupnya dengan spread yang lebih besar. Howe dan Lin yang dikutip oleh Chandra (2003:25) menemukan bukti bahwa volatility harga saham berpengaruh positif terhadap bid-ask spread. Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H3 : Volatility harga saham mempunyai pengaruh positif terhadap bid-ask spread. Kerangka Konseptual Berdasarkan teori yang telah disampaikan, maka pengaruh harga saham, volume perdagangan saham, dan volatility harga saham terhadap bidask spread dapat ditunjukkan dengan rerangka konseptual sebagai berikut: Gambar 1. Kerangka Konseptual METODE PENELITIAN Populasi, Pengambilan Sampel dan Sampel Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dalam indeks LQ45 dari periode 2008-2010. Sampel merupakan sebagian dari elemen-elemen populasi. Penelitian ini adalah penelitian sampel yang dilakukan dengan metode purposive sampling. Pertimbangan yang diambil peneliti dalam memutuskan untuk mengambil sampel dari perusahaan yang tergabung dalam LQ45 yaitu antara lain: 1. Perusahaan-perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan dan termasuk dalam indeks LQ45 selama enam periode berturut-turut yaitu dari periode 2008-2010. 2. Perusahaan-perusahaan yang mempunyai closing price (harga saham), bid price, ask price, dan volume perdagangan saham selama periode tersebut. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara dokumentasi. Dokumentasi yang dikumpulkan langsung dari sumber yang diperoleh melalui Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Islam Indonesia untuk tahun 2008-2010. Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut dilakukan pembahasan dan penganalisaan secara sistematis dan obyektif. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Bid-Ask Price Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi (bid) tertinggi yang trader bersedia untuk membeli dengan harga jual (ask) 293 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 terendah yang trader bersedia untuk menjual saham tersebut.Variabel dependen dalam pengujian bid-ask price adalah ask price dikurangi bid price dibagi dengan rerata ask price ditambah bid price yang dirumuskan sebagai berikut: 2. Harga Saham Harga saham adalah harga penutupan (closing price) perdagangan harian saham selama periode penelitian. Penelitian ini menggunakan harga saham harian pada saat harga penutupan (closing price). 3. Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham didefinisikan sebagai banyaknya jumlah saham yang diperdagangkan per hari. Penelitian ini menggunakan volume perdagangan saham harian. 4. Volatility Harga Saham Volatility harga saham adalah fluktuasi harga saham sekuritas atau portofolio dalam waktu tertentu. Risiko saham sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari return saham yang diharapkan. Deviasi standar merupakan alat ukur yang digunakan untuk menghitung risiko yang berhubungan return yang diharpakan. Untuk mengukur volatility harga saham (variance) maka digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: DS : deviasi standar Xit : harga saham hari ke-t it : rata-rata harga saham n : jumlah periode pengamatan Alat Analisis Data 1. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan menunjukkan hubungan yang valid atau atau tidak bias. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, dan heterokedasitas 2. Analisis Regresi Berganda Model analisis dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: BAS : bid-ask spread α : konstanta β1, β2, dan ,β3 : koefisien regresi P : harga saham VOL : volume perdagangan saham VP : volatility harga saham ε : error ANALISIS DATA Pengujian Asumsi Klasik 1. Pengujian Normalitas Uji normalitas adalah alat analisis untuk mengetahui apakah suatu data berasal dari populasi yang sama. Proses pengujian normalitas dilakukan dengan dengan One-Sample KolmogorovSmirnov Test, dengan kriteria jika nilai signifikansi lebih kecil daripada nilai alpha 0,05 maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi tidak normal. Sebaliknya jika nilai signifikasi lebih besar daripada nilai alpha 0,05 maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal 294 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 (Sunyoto, 2012:121). Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N a,,b Normal Parameters Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Standardized Residual 10643 0,0000000 0,99985904 0,013 0,007 -0,013 1,311 0,064 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,064 yang artinya lebih besar daripada nilai alpha 0,05 maka disimpulkan nilai residual terstandarisasi telah berdistribusi normal. 2. Pengujian Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan sempurna antar variabel independen dalam model regresi. Jika nilai VIF di bawah 10 maka tidak terjadi multikolinieritas dan sebaliknya, dan sebaliknya jika nilai VIF di atas 10 maka terdapat gejala multikolinieritas (Suliyanto, 2011:90). Ringkasan pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Uji Multikolinieritas dengan Metode VIF Model Ln_Harga Ln_Volume Ln_Volatility Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,399 2,506 0,781 1,281 0,470 2,128 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai VIF pada ketiga variabel tersebut adalah 2,506; 1,281; dan 2,128, yang berarti tidak lebih dari angka 10. Kesimpulannya adalah model regresi tidak memiliki masalah multikolinieritas. 3. Pengujian Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas dilakakuan dengan dengan metode Spearman Rank, yaitu dengan mengkorelasikan nilai residual tidak terstandarisasi dengan masingmasing variabel independen. Jika signifikansi korelasi kurang dari 0,05 maka pada model regresi terjadi masalah heteroskedastisitas, dan begitu juga sebaliknya (Suliyanto, 2011:113). Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan metode Spearman Rank dapat ditampilkan pada tabel 3. Tabel 3. Uji Multikolinieritas dengan Metode Spearman Rank LN_Harga LN_Volume LN_Volatility Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) UR -0,005 0,295 0,002 0,438 -0,003 0,393 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai signifikansi pada ketiga variabel tersebut adalah 0,295; 0,438; dan 0,393. Dari hasil tabel 3 dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi 295 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 heteroskedasitas, karena nilai signifikasi variabel independen lebih dari nilai alpha 0,05. 4. Pengujian Autokorelasi Pendeteksian gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson, yaitu dengan cara melihat nilai Durbin-Watson (DW). Dasar pengambilan keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak adalah (1) jika nilai DW dibawah -2, berarti terjadi autokorelasi positif; (2) jika nilai DW berada di antara -2 dan +2, berarti tidak ada autokorelasi; dan (3) jika nilai DW di atas +2, berarti terjadi autokorelasi negatif (Sunyoto, 2012:146). Ringkasan pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson Model Durbin-Watson 1 1.661 Dari Tabel 4 diketahui bahwa nilai DW sebesar 1.661. Angka ini menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi, karena nilai DW berada di antara -2 dan +2. Analisis Regresi Berganda Berdasarkan proses pengolahan data hasil regresi yang didapatkan dapat ditampilkan pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Regresi Secara Parsial Model Unstandardized Coefficients (Constant) B -2,284 Std. Error 0,071 LN_Harga Standar dized Coeffici ents Beta t Sig. -32,191 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 -0,389 0,007 -0,676 -57,205 LN_Volume 0,067 0,004 0,152 17,951 LN_Volatilit y 0,365 0,005 0,790 72,630 Persamaan regresi yang dapat dibentuk berdasarkan tabel diatas adalah LnBAS = -2,284 - 0,389 LnHarga + 0,067 LnVolume + 0,365 LnVolatility + ε Berdasarkan model regresi di atas maka dapat dikemukakan bahwa konstanta sebesar -2,284 menunjukkan bahwa jika variabel harga saham, volume perdagangan, dan volatility harga saham dianggap konstan maka rata-rata bid-ask spread saham adalah sebesar -2,284%. Angka koefisien harga saham adalah sebesar -0,389; volume perdagangan saham sebesar 0,067; dan volatility harga saham sebesar 0,365. Angka koefisien tersebut artinya jika harga saham naik sebesar 1%, maka diharapkan bid-ask spread juga meningkat sebesar -0,389, begitu pula sebaliknya. Untuk menguji apakah harga saham, volume perdagangan saham, dan volatility harga saham berpengaruh terhadap bid-ask spread saham, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Ketepatan regresi dapat diukur dari nilai koefisien determinasi (R2), nilai statistik F dan nilai statistik t. Uji Determinasi (R2) Uji determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam presentase yang nilainya berkisar antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel 296 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 dependen. Hasil uji determinasi (R2) dapat diilustrasikan pada tabel 6. Tabel 6. Uji Determinasi (R2) R R Square 0,639a 0,408 Adjusted R Square 0,408 Std. Error of the Estimate 0,39348 Pada tabel 6 ditunjukkan bahwa nilai koefisisen determinasi (R2) adalah sebesar 0,408, artinya bahwa 40,8% variasi bid-ask spread dapat dijelaskan oleh variasi dari harga perdagangan saham, volume perdagangan saham, dan volatility harga saham, sedangkan sisanya sebesar 59,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian ini. Dengan kata lain, hubungan antara dari perdagangan saham, volume perdagangan saham, dan volatility harga saham yang berpengaruh terhadap bid-ask spread adalah positif. Uji F Pengujian berikutnya dilakukan dengan uji F. Uji model regresi ini dilakukan untuk memastikan bahwa model penelitian yang telah dirumuskan dapat diterapkan dalam penelitian ini. Uji model regresi ini dilakukan dengan menggunakan statistik F, dimana hasil signifikan dari F hitung harus dibawah tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan sebesar 2,5 %. Jika signifikansi dari F hitung lebih besar dari 0,025 maka model tidak bisa digunakan untuk memprediksi bid-ask spread saham. Hasil pengujian ini dapat dilihat dari tabel 7. Tabel 7. Uji F atau Uji Anova Model Regressio n Residual Total Sum of Square s 1135,18 0 1647,16 6 2782,34 6 df 3 1063 9 1064 2 Mean Squar e 378,39 3 0,155 F Sig. 2.444,03 3 0,00 a 0 Berdasarkan Tabel 7 diperoleh nilai Fhitung sebesar 2.444,033 dengan tingkat probabilitas (signifikan) 0,000 (0%). Oleh karena probabilitas jauh lebih kecil dari α = 0,025 (5%), maka model regresi linier berganda dapat digunakan untuk memprediksi bid-ask spread saham atau dengan kata lain harga saham, volume perdagangan saham, dan volatility harga saham secara bersama-sama berpengaruh terhadap bid-ask spread. Uji Hipotesis 1. Uji t Untuk menguji variabel yang berpengaruh (variabel independen) terhadap variabel dependen secara individual (parsial) maka digunakan uji t. Adapun kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut yaitu jika signifikansi lebih kecil dari 0,025 maka hipotesis 1, 2, atau 3 diterima berarti ada pengaruh signifikan variabel independen secara individual terhadap variabel dependen; dan jika signifikansi lebih besar dari 0,025 maka hipotesis 1, 2, dan 3 ditolak berarti tidak ada pengaruh signifikan variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. a. Hasil Uji Pengaruh Harga Saham terhadap Bid-Ask Spread Berdasarkan tabel 7 nilai diketahui bahwa probabilitas (signifikansi) harga saham sebesar 0,000 jauh lebih kecil dari α = 0,025, dan variabel harga saham memiliki koefisien regresi sebesar -0,389. Hasil ini menunjukkan bahwa harga saham berpengaruh negatif signifikan terhadap bid-ask spread, sehingga hipotesis 1 297 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 yang menyatakan harga saham berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harga suatu saham maka bid-ask spreadnya semakin kecil. Harga saham yang tinggi menunjukkan saham tersebut mempunyai return yang tinggi sehingga diminatinya oleh investor. Akibatnya pedagang tidak perlu memegang saham tersebut terlalu lama, sehingga menurunkan biaya kepemilikan saham tersebut. Oleh karena itu, dengan menurunnya biaya kepemilikan saham maka bidask spread menyempit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Tumirin (2005) yang menemukan hubungan yang negatif signifikan antara closing price dengan bid-ask spread. Selain itu, hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Halim dan Hidayat (2000) yang membuktikan bahwa harga (return) berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread. b. Hasil Uji Pengaruh Volume Perdagangan Saham terhadap Bid-Ask Spread Sementara itu, tingkat probabilitas (signifikansi) volume perdagangan saham adalah sebesar 0,000 atau lebih kecil dari α = 0,025, dan variabel harga saham memiliki koefisien regresi sebesar 0,067. Hasil ini menunjukkan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh positif signifikan terhadap bid-ask spread, sehingga hipotesis 2 yang menyatakan volume perdagangan saham berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar volume perdagangan saham maka semakin besar pula bid-ask spreadnya. Volume saham yang besar menunjukkan bahwa saham tersebut digemari oleh investor. Keadaan ini membuat dealer tidak langsung menjual saham tersebut melainkan tetap menahannya sampai jangka waktu tertentu. Hal ini mengakibatkan bid-ask spread saham menjadi lebih besar karena biaya kepemilikan saham yang ditanggung dealer juga semakin banyak. Semakin tinggi bid-ask spread, maka semakin besar tingkat kompensasi dealer, karena dealer membeli saham dengan harga bid yang lebih rendah daripada true price, dan menjualnya dengan harga ask yang lebih tinggi daripada true price. Dealer berusaha menutup biaya kepemilikan saham tersebut dengan tingkat bid-ask spread yang lebih besar. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu Tumirin (2005), Ambarwati (2008), Halim dan Hidayat (2000), Ramantha (2006), dan Fatmawati dan Asri (1999) yang menunjukkan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread. c. Hasil Uji Pengaruh Volatility Harga Saham terhadap BidAsk Spread Tingkat probabilitas (signifikansi) volatility harga saham adalah sebesar 0,000 298 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 atau lebih kecil dari α = 0,025, dan variabel harga saham memiliki koefisien regresi sebesar 0,365. Hasil ini menunjukkan bahwa volatility harga saham berpengaruh positif signifikan terhadap bidask spread, sehingga hipotesis 3 yang menyatakan volatility harga saham berpengaruh positif terhadap bid-ask spread diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi volatility harga saham maka semakin besar pula bid-ask spreadnya. Semakin tinggi volatility harga saham menunjukkan semakin besar pula risiko saham tersebut. Risiko saham yang semakin tinggi yang disebabkan oleh pergerakan naik-turunnya harga saham menyebabkan dealer berusaha menutupnya dengan spread yang lebih besar. Hal ini mengakibatkan dealer menahan saham tersebut sampai jangka waktu tertentu sehingga biaya kepemilikan saham meningkat dan begitu juga bid-ask spread semakin melebar. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Ambarwati (2008) yang menyatakan bahwa varian return (volatility) harga saham berpengaruh positif terhadap bid-ask spread. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Sri Dewi Ari. 2008. “Pengaruh Return Saham, Volume Perdagangan Saham dan Varian Return Saham terhadap Bid-Ask Spread Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Tergabung dalam Indeks LQ45 Periode Tahun 2003-2005”. Jurnal Siasat Bisnis (April), hal. 27-38. Chandra, Ardha. 2003. Pengaruh Harga Saham, Volume perdagangan,dan Volatility Harga Saham terhadap Bid-Ask Spread (Studi pada Perusahaan-Perusahaan yang Melakukan Stock Split di Bursa Efek Jakarta Periode Juni 1999September 2002). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Darmadi, Tjiptono. dan Fakhruddin, Hendy M. 2006. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Fatmawati, Sri dan Asri, Marwan. 1999. “Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas Saham yang Diukur dengan Besarnya Bid-Ask Spread di Bursa Efek Jakarta” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Oktober. hal, 93-110. Halim, Abdul dan Hidayat, Nasuhi. 2000. “Studi Empiris Tentang Pengaruh Volume Perdagangan dan Return Terhadap Bid-Ask Spread Saham Industri Rokok di Bursa Efek Jakarta dengan Model Koreksi Kesalahan” Jurnal Riset Akuntansi Indinesia (Januari), hal. 69-85. Husnan, Suad. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Jogiyanto, Hartono. 2003. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Ramantha, I Wayan. 2006. “Pengaruh Volume Perdagangan dan Volatility Harga Saham terhadap Bid-Ask Spread pada Saham Teraktif di Bursa Efek Jakarta” 299 Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013 Jurnal Aplikasi Manajemen (Desember) hal 479-484. Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Andi. Sunyoto, Danang. 2012. Analisis Validitas dan Asumsi Klasik. Yogyakarta: Gava Media. Tumirin. 2005. “Analisis Variabel Akuntansi Kuartalan, Variabel Pasar, dan Arus Kas Operasi yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread” JAAI (Juni), hal 61-75.