pengaruh kompotensi pedagogik, kompetensi profesional

advertisement
PENGARUH KOMPOTENSI PEDAGOGIK, KOMPETENSI PROFESIONAL,
KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA
Reksa Setiawan1, Arief Noviarakhman Zagladi2
1
SMK Dharma Putera
Jl. Sutoyo S, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
2
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjarmasin
Jl. A Yani Km 5,5 Banjarmasin, Kalimantan Selatan
e-mail: [email protected]
Abstract: Teacher‟s role as educators oblige them to have a series of goof
competence in teaching to maintain or increase student‟s learning motivation. This
research‟s goal is to understand how much teacher‟s teaching competence
influence student‟s learning motivation. Teacher‟s teaching competence in this
research are divided into pedagogic competence, professional competence,
personality competence, and social competence. This research is done in SMP
Kartika V-3 Banjarmasin by involving 90 students as research respondent. Partial
regression analysis result shows that only social competence happen to influence
student‟s learning motivation significantly, which means that social competence is
the dominant factor in influencing student‟s learning motivation. Simultaneous
regression analysis shows that teacher‟s competence have significant influence to
student‟s learning motivation, but only with a very low determination coefficient,
which means teacher‟s teaching competence doesn‟t really have a significant role
in understanding student‟s learning motivation.
Keywords : Teacher‟s competence, student‟s learning motivation.
Peran guru sebagai tenaga pendidik mengharuskan mereka untuk memiliki
serangkaian kompetensi yang mumpuni untuk menjaga atau meningkatkan
motivasi belajar dari siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar
pengaruh kompetensi mengajar guru terhadap motivasi siswa dalam menuntut
ilmu. Kompetensi mengajar dalam penelitian ini dibagi menjadi kompetensi
pedagogik, kompetensi professional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. Penelitian dilakukan pada SMP Kartika V-3 Banjarmasin dengan
melibatkan 90 siswa sebagai responden penelitian. Hasil uji regresi menunjukkan
bahwa secara parsial variabel yang memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar
siswa hanya variabel kompetensi sosial, ini artinya kompetensi sosial adalah
variabel yang berpengaruh dominan terhadap motivasi belajar siswa. Hasil uji
secara simultan menunjukkan pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki koefisien
determinasi yang sangat rendah, sehingga semakin menegaskan temuan bahwa
kompetensi mengajar guru tidak banyak berperan dalam menentukan motivasi
belajar siswa.
Kata Kunci: Kompetensi guru, motivasi belajar siswa
Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional
dengan
tugas
mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai, dan mengevaluasi, peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan
menengah.
Definisi
ini
memberikan pengertian bahwa guru
merupakan salah satu pekerjaan profesional
131
132 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
yang membutuhkan keahlian khusus hasil
proses pendidikan yang dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan keguruan. Dengan
demikian, jelaslah bahwa sebagai tenaga
profesional guru diharuskan untuk memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan
tugas
pendidikan
dan
pengajaran.
Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia
(WJS,
Purwadarminta)
kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan
untuk menentukan atau memutuskan sesuatu
hal.
Pengertian
dasar
kompetensi
(competency) yakni kemampuan atau
kecakapan.
Istilah kompetensi guru mempunyai
banyak makna, Broke and Stone (1995)
mengemukakan bahwa kompetensi guru
sebagai “descriptive of qualitative nature of
teacher behavior appears to be entirely
meaningful” (Kompetensi guru merupakan
gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku
guru penuh arti). Sementara Charles (1994)
mengemukakan bahwa: “competency as
rational performance which satisfactorily
meets the objective for a desired condition”
(Kompetensi merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang di
persyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan). Sedangkan dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.”
Kompetensi merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. The state of legally competent
or qualified (Mc. Leod 1989). Keadaan
berwewenang atau memenuhi syarat
menuntut ketentuan hukum. Adapun
kompetensi guru (teacher competency) the
ability of a teacher to responsibility perform
has or her duties appropriately. Kompetensi
guru merupakan kemampuan seseorang guru
dalam melasanakan kewajiban-kewajiban
secara bertanggung jawab dan layak. Dari
uraian di atas, bahwa kompetensi mengacu
pada kemampuan melaksanakan sesuatu
yang diperoleh
melalui
pendidikan;
kompetensi
guru
menunjuk
kepada
performance dan perbuatan yang rasional
untuk memenuhi spesifikasi tertentu didalam
pelaksanaan
tugas-tugas
pendidikan.
Dikatakan rasional karena mempunyai arah
dan
tujuan,
sedangkan
performance
merupakan perilaku nyata dalam arti tidak
hanya dapat diamati, tetapi mencakup
sesuatu yang tidak kasat mata.
Kompetensi merupakan komponen
utama dari standar profesi di samping kode
etik sebagai regulasi perilaku profesi yang
ditetapkan dalam prosedur dan sistem
pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan
dan dimaknai sebagai perangkat perilaku
efektif yang terkait dengan eksplorasi dan
investigasi, menganalisis dan memikirkan,
serta
memberikan
perhatian,
dan
mempersepsi yang mengarahkan seseorang
menemukan cara-cara untuk mencapai
tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari
suatu upaya melainkan suatu proses yang
berkembang dan belajar sepanjang hayat
(life long learning process). Kompetensi
guru
merupakan
perpaduan
antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi,
sosial dan spritual yang secara kaffah
membentuk kompetensi standar kompetensi
guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman
terhadap
peserta
didik
pembelajaran
yang
mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Penguasaan materi meliputi pemahaman
karakteristik dan substansi ilmu sumber
bahan pembelajaran, pemahaman disiplin
ilmu yang bersangkutan dalam konteks yang
lebih luas, penggunaan metodelogi ilmu
yang bersangkutan untuk memverifikasi dan
memantapkan pemahaman konsep yang
dipelajari, penyesuaian substansi dengan
tuntutan dan ruang gerak kurikuler, serta
pemahaman manajemen pembelajaran. Hal
ini menjadi penting dalam memberikan
dasar-dasar pembentukan kompetensi dan
profesionalisme guru di sekolah. Dengan
menguasai materi pembelajaran, guru dapat
memilih, menetapkan, dan mengembangkan
alternatif strategi dari berbagai sumber
belajar yang mendukung pembentukan
Setiawan dkk, Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi…. 133
standar kompetensi dan kompetensi dasar
(SKKD).
Pemahaman terhadap peserta didik
meliputi berbagai karakteristik, tahap-tahap
perkembangan dalam berbagai aspek dan
penerapannya (kognitif, afektif, dan
psikomotor)
dalam
mengoptimalkan
perkembangan dan pembelajaran. Guru
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
dihadapkan pada sekelompok individu yang
memiliki karakteristik berbeda sesuai
dengan jumlahnya. Pemahaman terhadap
karakteristik peserta didik oleh para guru
menjadi prasyarat dalam memberikan
pembelajaran, pembimbingan, dan pelatihan
yang sesuai dengan karkarestik dan
kebutuhan masing-masing individu peserta
didik.
Pembelajaran yang mendidik terdiri
atas pemahaman konsep dasar proses
pendidikan dan pembelajaran bidang studi
yang bersangkutan, serta penerapannya
dalam pelaksanaan dan pengembangan
pembelajaran. Pembelajaran yang mendidik
merupakan
upaya
memfasilitasi
perkembangan potensi individu secara
optimal dan bersinergi antara pengembangan
potensi pada setiap aspek kepribadian dalam
pembelajaran dilakukan dengan mengacu
pada pembentukan individu yang utuh
dalam kompetensi kecakapan hidup yang
bertakwa, bermartabat, bermoral, dan
bertanggung jawab.
Pengembangan
pribadi
dan
profesionalisme mencakup pengembangan
intuisi keagaamaan, kebangsaan yang
berkepribadian, sikap dan kemampuan
mengaktualisasi diri, serta sikap dan
kemampuan
mengembangkan
profesionalisme kependidikan.
Guru dalam melaksanakan tugasnya
harus bersikap terbuka, kritis, dan skeptis
untuk mengaktualisasikan penguasaan isi
bidang
studi,
pemahaman
terhadap
karakteristik peserta didik, dan melakonkan
pembelajaran yang mendidik. Di samping
itu, guru perlu dilandasi sifat ikhlas dan
bertanggung jawab atas profesi pilihannya,
sehingga
berpotensi
menumbuhkan
kepribadian yang tangguh dan memiliki jati
diri.
Dalam pasal 28 PP RI No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dinyatakan bahwa pendidik adalah agen
pembelajaran yang harus memiliki empat
jenis kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan
sosial. Kompetensi guru diartikan sebagai
keutuhan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diwujudkan dalam bentuk
perangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang
untuk memangku jabatan guru sebagai
profesi.
Pertama, kompetensi pedagogik
merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan pemahaman peserta didik dan
pengelola pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Secara substantif, kompetensi ini
mencakup
kemampuan
pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Kedua, kompetensi
kepribadian
merupakan
kemampuan
personal yang mencerminkan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. Ketiga,
kompetensi
profesional
merupakan
kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang
studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi
kurikulum tersebut serta menambah
wawasan keilmuan sebagai guru. Keempat,
kompetensi sosial berkenaan dengan
kemampuan pendidik sebagai bagian dan
masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Keempat standar kompetensi guru
tersebut masih bersifat umum dan perlu
dikemas dengan menempatkan manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah yang
beriman dan bertakwa, serta sebagai warga
negara
Indonesia
yang
demokratis
bertanggung jawab. Pengembangan keempat
134 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
standar kompetensi guru di atas perlu
didasarkan pada (1) landasan konseptual,
landasan
teoretik,
dan
peraturan
perundangan yang berlaku; (2) landasan
empirik dan fenomena pendidikan yang ada,
kondisi, strategi, dan hasil di lapangan, serta
kebutuhan stakeholders; (3) jabaran tugas
dan fungsi guru: merancang, melaksanakan
dan
menilai
pembelajaran,
serta
mengembangkan pribadi peserta didik; (4)
jabaran indikator standar kompetensi:
rumpun kompetensi, butir kompetensi, dan
indikator kompetensi; dan (5) pengalaman
belajar dan assesmen sebagai tagihan
konkret yang dapat diukur dan diamati untuk
setiap indikator kompetensi (Depdiknas,
2004).
Dalam upaya peningkatan kualitas
layanan dan hasil pendidikan, Indonesia
menempatkan pekerjaan guru sebagai
profesi. Untuk itu, seseorang yang ingin
menjadi guru dipersyaratkan memenuhi
kualifikasi akademik minimal S1 atau D4
dan memiliki sertifikat pendidik. Untuk
memperoleh sertifikat pendidik, seseorang
perlu menempuh pendidikan profesi terlebih
dahulu.
Pendidikan profesi adalah pendidikan
tinggi setelah program S1 atau D4 yang
mempersiapkan peserta
didik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus sesuai dengan standar
kompetensi.
Kompetensi
yang
di
persyaratkan bagi pendidikan profesi
pendidik mencakup kompetensi pedagogik,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
Pendidkan
profesi
pendidik
merupakan pendidikan dengan sistem
terbuka, sehingga peserta pendidikan profesi
pendidik dapat berasal dari guru atau calon
guru dengan latar belakang pendidikan
bidang pendidikan atau kelompok bidang
non kependidikan. Mengingat latar belakang
bidang studi peserta pendidikan profesi yang
beragam, diperlukan asesmen awal untuk
menentukan materi dan beban studi yang
harus ditempuh oleh setiap peserta.
Salah satu faktor penting yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar
peserta didik adalah motivasi belajar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar sebesar 98,30
%. Dengan demikian keberadaan motivasi
belajar siswa menjadi faktor yang sangat
penting dan harus diperhatikan untuk dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan
prestasi peserta didik. Menurut Winkels
yang dikutip oleh Iskandar “motivasi belajar
merupakan motivasi yang diterapkan dalam
kegiatan
belajar
mengajar
dengan
keseluruhan penggerak psikis dari diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan belajar dalam
mencapai satu tujuan”. Selain itu, motivasi
belajar adalah daya penggerak dari dalam
diri individu untuk melakukan kegiatan
belajar untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan serta pengalaman.
Dalam kegiatan belajar yang penting
adalah bagaimana menciptakan kondisi atau
suatu proses yang mengarahkan siswa
melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini
sudah barang tentu peran guru sangat
penting. Guru dituntut untuk melakukan
usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan
memberikan motivasi agar anak didiknya
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Untuk dapat
belajar dengan baik
diperlakukan proses dan motivasi yang baik
pula.
Guru memiliki peranan penting dalam
menumbuhkan motivasi belajar peserta
didiknya melalui berbagai aktivitas belajar
yang didasarkan pada pengalaman dan
kemampuan guru kepada siswa secara
individual. Untuk itulah, seorang guru
dituntut untuk mempunyai kepribadian
menarik agar mampu membangkitkan
semangat
belajar
anak
didik
dan
menanamkan mentalitas pemenang dalam
menakapi kehidupan yang terjal dan penuh
duri ini.
Bagaimanapun
kompetensi
kepribadian guru memiliki peranan dan
pengaruh yang sangat besar dalam rangka
menumbuhkan motivasi belajar siswa
dengan melalui berbagai aktivitas belajar
apapun. Hal tersebut kiranya disebabkan
karena guru memegang peran utama dalam
pembangunan pendidikan, khususnya yang
di selenggarakan secara formal di sekolah.
Guru sangat menentukan keberhasilan
Setiawan dkk, Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi…. 135
peserta didik, terutama dalam kaitannya
dengan proses belajar mengajar.
Penelitian ini dilakukan di sebuah
sekolah menengah yang ada di wilayah
perkotaan yaitu di SMP KARTIKA V-3
BANJARMASIN. Alasan peneliti memilih
SMP KARTIKA V-3 BANJARMASIN
sebagai lokasi penelitian di dasarkan pada
keunikan yang dimiliki lembaga tersebut
dalam meningkatkan kualitas pendidikan,
serta beberapa prestasi yang telah diraih
siswa dan sekolah dari tahun ke tahun.
Bagaimanapun, keberhasilan tersebut tidak
terlepas dari kompetensi guru yang dimiliki.
Penelitian ini untuk mengetahui dan
membuktikan
bahwa
kompetensi
kepribadian guru mempunyai posisi yang
sangat penting dan berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa. Maka dari itu perlu
diadakan penelitian lapangan agar kebenaran
dari teori-teori yang ada dalam buku-buku
dapat dibuktikan dan diperkuat dengan
kenyataan di lapangan. Urgensi penelitian
ini adalah untuk memperkuat teori dan
memberi informasi baru kepada kalangan
akademis bahwa kompetensi kepribadian
guru memiliki pengaruh terhadap motivasi
belajar siswa, sehingga dapat membantu
bagi tercapainya tujuan pendidikan.
Adapun masalah yang dihadapi adalah
pengaruh
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
profesional,
kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial guru
terhadap
motivasi
belajar
siswa.
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat
di temukan:
1. Apakah
kompetensi
pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian, dan kompetensi sosial
memiliki pengaruh yang signifikan secara
parsial terhadap motivasi belajar siswa?
2. Apakah
kompetensi
pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian, dan kompetensi sosial
memiliki pengaruh yang signifikan secara
simultan terhadap motivasi belajar siswa?
3. Variabel manakah diantara kompetensi
pedagogik,
kompetensi
profesional,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial yang memiliki pengaruh paling
kuat terhadap motivasi belajar siswa?
Kajian Literatur
Kompetensi, dalam bahasa Inggris
disebut competency, merupakan kebulatan
penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja,
yang dicapai setelah menyelesaikan suatu
program pendidikan. Beberapa kata kunci
yang terdapat dalam pengertian tersebut
sebagai berikut. Pertama, pengetahuan yang
dimaksud dalam kompetensi guru adalah
penguasaan, pemahaman disiplin ilmu yang
menjadi tanggung jawabnya, dan ilmu
kependidikan. Kedua, keterampilan atau
psikomotor,
yaitu
kemahiran
dalam
menjalankan, mengoperasikan tugas, fungsi
dan peran sebagai pendidik. Demikian
halnya dengan sikap, merupakan bagian dari
kepribadian
yang
menentukan
kecenderungan
bertindak
dalam
menghadapi, menjalankan peran, tugas, dan
fungsinya sebagai pendidik.
Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan teknis dalam menjalankan tugas
sebagai
pendidik,
pengajar,
dan
pembimbing. Untuk menguasai kompetensi
ini, calon guru atau guru harus belajar
tentang
pendidikan
sebagai
ilmu
pengetahuan. Ilmu mendidik, yang dalam
istilah latinnya disebut pedagogik, berasal
dari kata paeda yang artinya anak dan logos
yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, kalau
mau belajar ilmu tentang mendidik,
belajarlah pedagogik. Dalam kaitannya
dengan
kompetensi
pedagogik,
ini
berkenaan dengan pemahaman guru
terhadap peserta didik dan pengelolaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Maksudnya, guru harus mengenal secara
mendalam siapa sebenarnya peserta didik.
Bahwa peserta didik adalah manusia dengan
segala keunggulan dan kekurangannya.
Dengan menguasai kompetensi ini, guru
diharapkan akan memperlakukan peserta
didik sebagai manusia.
Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru yang berkenaan dengan
pemahaman terhadap peserta didik dan
pengelolaan pembelajaran yang mendidik
dan dialogis. Secara substantif, kompetensi
ini mencakup kemampuan pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
136 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
belajar, serta pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Secara rinci, tiap-tiap
elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat
dijabarkan menjadi subkompetensi dan
indikator esensial sebagai berikut.
1. Memahami Peserta Didik
Guru harus memahami peserta didik.
Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: memahami peserta didik dengan
memafaatkan
prinsip-prinsip
perkembangan
kognitif,
memahami
peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip
kepribadian,
dan
mengidentifikasi beka-ajar awal peserta
didik.
Agar memahami peserta didik, guru perlu
mempelajari psikologi perkembangan.
Dengan memahami sifat-sifat dan
tahapan perkembangan peserta didik,
guru diharapkan akan lebih mudah
berkomunikasi, menyesuaikan materi
pelajaran dengan perkembangan kognitif,
dan memperlakukan peserta didik
sebagaimana tuntutan setiap tahapan
perkembangan. Simpelnya, guru yang
memahami psikologi perkembangan akan
memperlakukan anak jenius sesuai
dengan kejeniusnya dan berbeda dalam
memperlakukan peserta didik yang
normal. Mengajar anak kelas 1 SD
berbeda dengan kelas VI karena tahap
perkembangan kognitifnya yang berbeda.
Pembelajaran yang mendidik dan
hendaknya bermakna bagi perkembangan
dan pertumbuhan, serta membuat peserta
didik semakin dewasa secara intelektual.
2. Merancang Pembelajaran
Guru harus merancang pembelajaran,
termasuk memahami landasan pendidikan
untuk
kepentingan
pembelajaran.
Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: menerapkan teori belajar dan
pembelajaran,
menentukan
strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin di
capai dan materi ajar, serta menyusun
rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
Merancang pembelajaran berarti harus
memilih teori atau pendekatan belajar
yang hendak diikuti pada saat proses
pembelajaran. Apakah akan mengikuti
teori
behavioristik,
kognitif,
konstruktivistik, sosial, atau yang lain?
Dalam memilih strategi belajar perlu
memperhatikan karakteristik peserta
didik dan tujuan yang hendak di capai
dari pembelajaran tersebut. Guru perlu
meningkatkan kemampuannya dalam
merancang pembelajaran yang efektif dan
efisien berdasarkan pengalaman dan
mempelajari ilmu pengetahuan yang
terbaru.
3. Melaksanakan Pembelajaran
Guru harus melaksanakan pembelajaran.
Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial:
menata
latar
(setting)
pembelajaran
dan
melaksanakan
pembelajaran yang kondusif.
Dalam
pembelajaran
di
sekolah
diharapkan terjadi dialog antara guru
dengan peserta didik, tidak hanya satu
arah dari guru yang mentransformasikan
ilmu pengetahuan kepada peserta
didiknya. Guru seharusnya memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mendebat, dan lain sebagainya
pada saat pembelajaran. Peserta didik
tidak hanya menerima begitu saja semua
materi melainkan harus bersifat proaktif
dan kreatif dalam setiap proses
pembelajaran. Pembelajaran yang bersifat
dialogis mengandung makna bahwa guru
dan peserta didik adalah setara. Di
lapangan, penulis sering menemukan
guru mengajar berdasarkan apa yang
diketahui, bukan berdasarkan apa yang
sudah
direncanakan.
Dalam
pembelajaran, hasil belajar itu penting,
tetapi proses tidak kalah pentingnya.
4. Evaluasi Hasil Belajar
Guru harus merancang dan melaksanakan
evaluasi pembelajaran. Subkompetensi
ini
memiliki
indikator
esensial:
melaksanakan evaluasi (assessment)
proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai
metode, menganilisis hasil penilaian
proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar
(master level), serta memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan
Setiawan dkk, Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi…. 137
kualitas program pembelajaran secara
umum.
Mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik sangat penting, baik bagi
guru maupun bagi peserta didik itu
sendiri. Bagi guru, hasil penilaian
tersebut menjadi umpan balik dalam
melanjutkan pembelajaran atau acuan
dalam memperbaiki atau meningkatkan
pembelajaran, sedangkan bagi peserta
didik berfungsi untuk memotivasi untuk
meraih tujuan pembelajaran berikutnya.
Guru harus terampil dalam menggunakan
berbagai cara dalam mengukur hasil
belajar
dan
terampil
dalam
memanfaatkan hasil penilaian tersebut.
Perlakuan terhadap peserta
didik
berdasarkan hasil pengukuran hasil
belajar,
antara
lain
memberikan
pengayaan kepada remedial bagi peserta
didik yang belum mencapai tingkat
ketuntasan belajar yang ditentukan.
5. Pengembangan Peserta Didik
Pengembangan harus mengembangkan
peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: memfasilitasi peserta didik
untuk pengembangan berbagai potensi
akademik dan nonakademik.
Selain menjadi tenaga pengajar yang
profesional, guru juga berperan sebagai
fasilitator dalam mengembangkan atau
mengaktualisasikan berbagai bakat dan
potensi yang dimiliki peserta didik. Guru
tidak
cukup
hanya
memberikan
pembelajaran sesuai dengan yang tertulis
dalam
kurikulum,
tetapi
juga
membimbing
peserta
didik
mengembangkan karya kreatif dan
inovatif, membimbing peserta didik
mengembangkan bakat dan minat, serta
mendorong
peserta
didik
untuk
melakukan proses belajar lanjut. Selain
itu, guru memfasilitasi peserta didik
untuk mengembangkan berbagai potensi
nonakademik, antara lain membimbing
peserta didik mengembangkan iman dan
taqwa serta membimbing peserta didik
mengembangkan keterampilan sosial.
(Situmorang & Winarno, 2009).
Dalam Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a di
kemukakan bahwa kompetensi pedagogik
adalah
kemampuan
mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didi,
perancangan
dan
pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. (E. Mulyasa, 2012:75).
Kompetensi
pedagogik
sebagai
kemampuan mengelola pelajaran yang
meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Dalam UndangUndang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dikemukakan kompetensi
pedagogik
adalah
“kemampuan
mengelola
pembelajaran
peserta
didik”. Depdiknas menyebut kompetensi
ini dengan kompetensi pengelolaan
pembelajaran. Kompetensi ini dapat
dilihat dari kemampuan merencanakan
program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola
proses belajar mengajar, dan kemampuan
melakukan
penilaian.
Kemampuan
merencanakan program belajar mengajar
mencakup kemampuan merencanakan
pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, merencanakan pengelolaan kegiatan
belajar mengajar, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan
media dan sumber pengajaran, dan merencanakan penilaian prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran.
Berdasarkan pengertian seperti tersebut
di atas maka yang dimaksud dengan
pedagogik
adalah
ilmu
tentang
pendidikan anak yang ruang lingkupnya
terbatas pada interaksi edukatif antara
pendidik dengan siswa. Kompetensi
pedagogik
memiliki
kemampuan
pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktuali-
138 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
1.
2.
3.
4.
5.
sasikan
berbagai
potensi
yang
dimilikinya. Sub
kompetensi
dalam
kompetensi pedagogik adalah:
Memahami
peserta
didik
secara
mendalam yang meliputi memahami
peserta didik dengan memamfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif,
prinsip-prinsip
kepribadian,
dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta
didik.
Merancang
pembelajaran
termasuk
memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran yang meliputi
memahmi
landasan
pendidikan,
menerapkan
teori
belajar
dan
pembelajaran,
menentukan
strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai, dan materi ajar, serta menyusun
rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
Melaksanakan
pembelajaran
yang
meliputi
menata
latar
(setting)
pembelajaran
dan
melaksanakan
pembelajaran yang kondusif.
Merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran yang meliputi merancang
dan melaksanakan evaluasi (assessment)
proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai
metode, menganalisis hasil evaluasi
proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar
(mastery level), dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara
umum.
Mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensinya
meliputi memfasilitasi peserta didik
untuk pengembangan berbagai potensi
akademik, dan memfasilitasi peserta
didik untuk mengembangkan berbagai
potensi non akademik.
Kompetensi profesional merupakan
kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang
studi secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan substansi isi materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dam
substansi keilmuan yang menaungi materi
kurikulum tersebut, serta menambah
wawasan keilmuan sebagai guru. Secara
rinci, tiap-tiap elemen kompetensi tersebut
memiliki subkompetensi dan indikator:
1. Memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah;
2. Memahami struktur, konsep, dan metode
keilmuan yang menaungi/koheren materi
ajar;
3. Memahami hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait; serta
4. Menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam
standar Nasional Pendidikan.
Dari berbagai sumber yang membahas
tentang kompetensi guru, secara umum
dapat diidentifikasikan dan disarikan tentang
ruang lingkup kompetensi profesional guru
sebagai berikut:
1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan
kependidikan baik filosofi, psikologis,
sosiologis, dan sebagainya;
2. Mengerti dan dapat menerapkan teori
belajar sesuai taraf perkembangan peserta
didik;
3. Mampu menangani dan mengembangkan
bidang studi yang menjadi tanggung
jawab;
4. Mengerti dan dapat menerapkan metode
pembelajaran yang bervariasi;
5. Mampu
mengembangkan
dan
menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan;
6. Mampu
mengorganisasikan
dan
melaksanakan program pembelajaran;
7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil
belajar peserta didik;
8. Mampu
menumbuhkan
kepribadian
peserta didik;
Memahami uraian di atas, nampak
bahwa kompetensi profesional merupakan
kompetensi yang harus dikuasai guru dalam
Setiawan dkk, Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi…. 139
kaitannya dengan pelaksanaan tugas
utamanya mengajar. Sementara itu, dalam
Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir c, sebagaimana
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (E.Mulyasa,
2012)
Kompetensi
profesional
yaitu
penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam, yang mencakup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran/mata diklat
di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap
struktur
dan
metodologi
keilmuannya. Sub kompetensi menguasai
keilmuan yang terkait dengan bidang studi
memiliki beberapa indikator, seperti
memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah, memahami struktur,
konsep, dan metode keilmuan yang
menaungi atau koheren dengan materi ajar,
memahami hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, dan menerapkan konsepkonsep keilmuan dalam kehidupan seharihari. Sedangkan sub kompetensi menguasai
struktur dan metode keilmuan memiliki
indikator esensial menguasai langkahlangkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan/materi bidang
studi.
Kepribadian merupakan „identitas‟
atau jati diri yang menggambarkan
seseorang. Kepribadian itu sendiri dapat
berkembang. Kepribadian terbentuk serta
berkembang melalui pengalaman dan
pendidikan. Dalam arti luas, pendidikan
adalah pembentukan atau pengembangan
kepribadian peserta didik. Penganut
psikonalisis
berpandangan
bahwa
pengalaman masa kanak-kanak sampai
dengan usia 5 tahun sangat berpengaruh
terhadap
pembentukan
kepribadian
seseorang. Pribadi anak yang sudah
ditunggu-tunggu oleh kedua orang tuanya
akan berbeda perkembangannya dengan
pribadi anak yang tidak diharapkan lahir
oleh ibu dan bapaknya. Secara umum,
pengembangan kepribadian tergantung pada
faktor-faktor internal, predisposisi yang
terdapat dalam diri indiividu dan faktor
eksternal, berupa kondisi yang berpengaruh
dilingkungan individu tersebut berada.
Kepribadian yang berkembang dengan
baik akan menjadi sehat atau normal.
Normal dalam arti sebagian besar orang
berprilaku demikian. Kelainan kepribadian
berarti menyimpang dari orang normal.
Pribadi yang demikian tidak sehat alias sakit
jiwa. Guru seharusnya memiliki kepribadian
yang sehat, normal, dan berkembang secara
wajar. Jika kepribadian guru tidak sehat,
misalnya ada luka batin yang mendalam, ada
kemungkinan
guru
tersebut
akan
melampiaskannya kepada peserta didik.
Rasanya, tidak mungkin orang yang sakit
jiwa melakukan tugas sebagai pendidik
dengan baik.
Kepribadian
guru
sangat
kuat
pengaruhnya terhadap tugasnya sebagai
pendidik. Kewibawaan guru ada dalam
kepribadiannya. Sulit bagi guru mendidik
peserta didik menggugu dan meniru gurunya
sehingga apa yang dikatakan oleh guru
seharusnya sama dengan tindakannya. Guru
yang jujur dan tulus dalam menjalankan
tugasnya sebagai pendidik berbeda dengan
guru yang mengajar karena tidak ada
pekerjaan lain. Peserta didik dengan mudah
membaca hal tersebut
Kompetensi kepribadian merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara
rinci, setiap elemen kepribadian tersebut
dapat dijabarkan menjadi subkompetensi
dan indikator esensial sebagai berikut.
1. Kepribadian Mantap dan Stabil
Guru harus memiliki kepribadian yang
mantap dan stabil. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma hukum, bertindak
sesuai dengan norma sosial, bangga
sebagai
pendidik,
dan
memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai
dengan norma.
Guru yang berkepribadian mantap dan
stabil berarti tidak plinplan, terpecaya.
Apa yang diucapkan sesuai dengan
tindakannya.
Bagi
guru
yang
140 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
berkepribadian seperti ini, janji sama
dengan utang yang harus dibayar, disiplin
dan konsisten dalam bertindak, serta
tidak melakukan perbuatan tercela,
apalagi melanggar tatanan sosial dan
norma
hukum.
Sebagai
anggota
masyarakat, ia ikut berpartisipasi
membangun kehidupan komunitasnya.
Kepribadiannya
terpancar
dari
tindakannya yang konsisten, bertanggung
jawab.
2. Kepribadian yang Dewasa
Guru harus memiliki kepribadian yang
dewasa. Subkompetensi ini memiliki
indikator
esensial:
menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai
pendidik.
Kepribadian dewasa boleh dikatakan
merupakan model kepribadian yang
menjadi tujuan pendidikan. Pada
akhirnya,
pendidikan
itu
adalah
mendewasakan peserta didik. Dewasa
berarti mampu berperan dan berfungsi
sebagai anggota masyarakat, tidak terkait
dalam mengambil keputusan, dan
bertanggung jawab terhadap semua
perbuatannya, serta dewasa dalam
berfikir, berbicara, dan bertindak.
3. Kepribadian yang Arif
Guru harus memiliki kepribadian yang
arif. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: menampilkan tindakan
yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan masyarakat,
serta menunjukkan keterbukaan dalam
berfikir dan bertindak.
Pribadi yang arif berarti bijaksana, dalam
arti tahu dan berbuat apa yang seharusnya
diperbuat, bukan berbuat apa yang
mampu diperbuat. Guru harus tahu apa
yang seharusnya diperbuat, bukan hanya
di depan peserta didik, tetapi dalam
kehidupan sehari-hari. Jika harus
memberi hukuman kepada peserta didik,
seharusnya guru bertindak bijaksabna
agar hukuman tersebut bermakna bagi
peserta didik dalam mengembangkan diri
menuju pribadi yang dewasa. Guru yang
memberi hukuman karena balas dendam
merupakan contoh yang tidak bijaksana.
4. Kepribadian yang Berwibawa
Guru harus memiliki kepribadian yang
berwibawa. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: memiliki perilaku
yang berperangkat positif terhadap
peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani.
Berwibawa berarti berpengaruh, tetapi
tidak sama dengan ditakuti. Ada guru
yang ditakuti oleh peserta didik karena
galak, tetapi ada guru yang disegani.
Berwibawa berarti disegani. Kehadiran
guru tersebut memberi warna terhadap
peserta didik. Peserta didiknya segan
untuk tidak mengerjakan tugas belajar,
segan untuk tidak hadir di sekolah. Rasa
segan itu sendiri muncul dengan
sendirinya sebagai reaksi peserta didik
terhadap
kepribadian
guru
yang
berwibawa tersebut. Bukan dibuat-buat,
tetapi apa adanya.
5. Memiliki Akhlak Mulia dan Dapat
Menjadi Teladan
Guru harus memiliki akhlak mulia dan
dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma religius (imtaq,
jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta
didik.
Guru berarti yang ditiru dan digugu oleh
peserta didik. Agar pantas ditiru dan
digugu oleh peserta didik, guru harus
mempunyai moral yang tinggi, jujur dan
religius. Sebagai orang yang religius, ia
menerapkan nilai-nilai agama yang
dianutnya dalam bertindak. Dengan
demikian, ia akan menjadi pribadi yang
pantas dijadikan teladan. Sangat tidak
pantas guru berbicara dengan kasar,
“jorok”, dan sinis. Dimana pun di dunia
ini guru selalu sopan serta berprilaku
terpuji dan berakhlak mulia. Oleh sebab
itu tidak mudah untuk menjadi guru yang
sejati. Guru boleh memiliki sense of
humor yang tinggi, tetapi humor tidak
identik
dengan
berbicara
jorok.
(Situmorang & Winarno, 2009:21)
Dalam Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi kepribadian adalah
Setiawan dkk, Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi…. 141
kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.
Pribadi guru memiliki andil yang
sangat
besar
terhadap
keberhasilan
pendidikan, khususnya dalam kegiatan
pembelajaran. Pribadi guru juga sangat
berperan dalam membentuk pribadi peserta
didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia
merupakan makhluk yang suka mencontoh,
termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam
membentuk
pribadinya.
Semua
itu
menunjukkan bahwa kompetensi personal
atau kepribadian guru sangat di butuhkan
oleh
peserta
didik
dalam
proses
pembentukkan pribadinya. Oleh karena itu
wajar, ketika orang tua mendaftarkan
anaknya ke suatu sekolah akan mencari tahu
dulu
siapa
guru-guru
yang
akan
membimbing anaknya.
Kompetensi kepribadian sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pribadi para peserta didik.
Komptensi kepribadian ini memiliki peran
dan fungsi yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian anak, guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber
daya manusia (SDM), serta mensejahterakan
masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa
pada umumnya.
Sehubungan dengan uraian di atas,
setiap guru dituntut untuk memiliki
kompetensi kepribadian yang memadai,
bahkan kompetensi ini akan melandasi atau
menjadi
landasan
bagi
kompetensikompetensi lainnya. Dalam hal ini, guru
tidak hanya dituntut untuk mampu
memaknai pembelajaran, tetapi dan yang
paling penting adalah bagaimana dia
menjadikan pembelajaran sebagai ajang
pembentukkan kompetensi dan perbaikan
kualitas pribadi peserta didik. Untuk
kepentingan tersebut, dalam bagian ini
dibahas berbagai hal yang berkaitan dengan
kompetensi kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia (E.Mulyasa, 2012).
Kompetensi sosial berkenaan dengan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara afektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Kompetensi
ini
memiliki
subkompetensi dengan indikator esensial
sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara Efektif
Guru harus mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta
didik. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik.
Guru harus mampu berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik, sejawat, dan
orang tua/wali. Keterampilan guru dalam
berkomunikasi antara lain:
a. Mengomunikasikan pesan (message)
secara lisan,
b. Memaknai pesan (message) lisan,
c. Mengomunikasikan pesan (message)
secara tertulis, dan
d. Memaknai pesan (message) tertulis.
e. Mengomunikasikan pesan (message)
secara lisan,
f. Memaknai pesan (message) lisan,
g. Mengomunikasikan pesan (message)
secara tertulis, dan
h. Memaknai pesan (message) tertulis.
2. Bergaul secara Efektif
Guru harus mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan. Selain
itu, guru harus mampu mengembangkan
hubungan secara efektif dengan peserta
didik, sejawat, orang tua/wali, dan
masyarakat, yang meliputi:
a. Mengembangkan hubungan atas dasar
prinsip saling menghormati;
b. Mengembangkan hubungan atas dasar
prinsip keterbukaan; dan
c. Mengembangkan
hubungan
berasaskan asah, asih, asuh.
Guru harus mampu bekerja sama secara
afektif dengan peserta didik sejawat,
orang tua/wali, dan masyarakat, yang
meliputi:
a. Bekerja sama atas dasar prinsip saling
menghormaati,
142 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
b. Bekerja sama atas dasar prinsip
keterbukaan, dan
c. Bekerja sama atas dasar prinsip saling
memberi dan menerima. (Situmorang
& Winarno, 2009).
Dalam Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi sosial adalah kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut
diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang
Guru, bahwa kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat.
Istilah motivasi berasal dari kata
bahasa Latin movere yang berarti
“menggerakkan”. Berdasarkan pengertian
ini, makna motivasi menjadi berkembang.
Romiszowski (1984) menjelaskan motivasi
sebagai suatu kondisi yang menyebabkan
atau menimbulkan perilaku tertentu dan
yang memberi arah dan ketahanan
(presistence) pada tingkah laku tersebut.
Pengertian
ini
jelas
bernafaskan
behaviorisme.
Ames dan Ames (1984) menjelaskan
motivasi dan pandangan kognitif. Menurut
pandangan ini, motivasi didefinisikan
sebagai perspektif yang dimiliki seseorang
mengenai
dirinya
sendiri
dan
lingkungannya. Sebagai contoh, seorang
siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki
kemampuan
yang
diperlukan
untuk
melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang
positif ini menjadi motor penggerak bagi
kemauannya.
Motivasi juga dapat di jelaskan
sebagai “tujuan yang ingin di capai melalui
perilaku tertentu” (Cropley, 1985). Dalam
pengertian ini, siswa akan berusaha
mencapai suatu tujuan karena di rangsang
oleh manfaat atau keuntungan yang akan
diperoleh.
Dalam proses belajar, motivasi siswa
tercermin melalui ketekunan yang tidak
mudah patah untuk mencapai sukses
meskipun di hadang banyak kesulitan.
Motivasi juga ditunjukkan melalui intensias
untuk bekerja dalam melakukan suatu tugas.
Beberapa penelitian tentang prestasi
belajar siswa menunjukkan motivasi sebagai
faktor yang banyak berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar siswa. Tokoh-tokoh
pendidikan seperti Mc clelland (1985),
Bandura (1977), Bloom (1980), Wiener
(1986), dan Fyans dan Maerh (1987)
melakukan berbagai penelitian tentang
peranan motivasi dalam belajar dan
menemukan hasil yang menarik.
Sebagai contoh, dalam studi yang
dilakukan Fyans dan maerh (1987) di antara
3 faktor, yaitu:
1. Latar belakang keluarga;
2. Kondisi atau konteks sekolah; dan
3. Motivasi
Faktor terakhir merupakan faktor
prediktor yang paling baik untuk prestasi
belajar. Walberg dan kawan-kawan (1983)
menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai
kontribusi antara 11 sampai dengan 20
persen terhadap presentasi belajar. Studi
yang
dilakukan
Suciati
(1990)
menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi
sebesar 36 persen, sedangkan Mc Clelland
menunjukkan bahwa motivasi berprestasi
(achievement
motivation)
mempunyai
kontribusi sampai dengan 64 persen
terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan penemuan di atas, guru
dapat mempertimbangkan untuk melakukan
intervensi dalam hal meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Berdasarkan berbagai teori motivasi
yang berkembang, Keller (1983) telah
menyusun
seperangkat
prinsip-prinsip
motivasi yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran yang disebut dengan
ARCS.
Guru sering berasumsi bahwa motivasi
belajar siswa merupakan masalah siswa itu
sendiri. Siswalah yang bertanggung jawab
untuk mengusahakan agar mempunyai
motivasi dan menerapkan prinsip-prinsip
motivasi dalam proses dan cara mengajar,
untuk merangsang, meningkatkan, dan
memelihara motivasi siswa dalam belajar.
Model ARCS dapat membantu guru untuk
melakukan hal tersebut.
Setiawan dkk, Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi…. 143
Di dalam model yang dikemukakan
ada empat kategori kondisi motivasional
yang harus diperhatikan oleh guru dalam
usaha menghasilkan belajar mengajar yang
menarik, bermakna, dan memberikan
tantangan bagi siswa. Keempat kondisi
motivasi tersebut di jelaskan sebagai
berikut;
1. Perhatian (Attention)
Perhatian siswa muncul, karena didorong
oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa
ingin
tahu
ini
perlu mendapat
rangsangan, sehingga siswa akan
memberikan perhatian, dan perhatian
tersebut terpelihara selama proses belajar,
bahwa lebih lagi. Rasa ingin tahu ini
dapat dirangsang atau dipancing melalui
elemen-elemen yang baru, aneh, lain
dengan yang sudah ada, kontradiktif, atau
kompleks.
Apabila elemen-elemen seperti itu
dimasukkan dalam proses belajar di
kelas, hal ini dapat menstimulasi rasa
ingin tahu siswa. Namun, perlu
diperhatikan agar stimulus tersebut
digunakan tidak berlebihan. Pengunaan
stimulus menjadi hal yang biasa dan
efektivitasnya hilang. Strategi untuk
merangsang minat dan perhatian siswa:
a. Gunakan metoda penyampaian materi
pelajaran yang bervariasi (diskusi,
permainan, simulasi, curah pendapat,
demontrasi, studi kasus, dan lain-lain).
b. Gunakan media (transparansi, animasi,
film, video, tape recorder) untuk
melengkapi penyampaian materi.
c. Apabila dirasa tepat, gunakan humor
dalam presentasi materi pelajaran,
meskipun dalam menyajikan pelajaran
yang serius sejenis matematika.
d. Gunakan peristiwa nyata, anekdot, dan
contoh-contoh untuk memperjelas
konsep yang diutarakan.
e. Gunakan teknik bertanya untuk
melibatkan siswa.
2. Relevansi (Relevance)
Relevansi
menunjukkan
adanya
hubungan materi perkuliahan dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi
siswa akan terpelihara apabila mereka
menganggap apa yang di pelajari
memenuhi kebutuhan pribadi atau
bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang
dipegang. Kebutuhan pribadi (basic
needs) dikelompokkan ke dalam 3
kategori, yaitu:
1. Motif pribadi;
2. Motif instrumental; dan
3. Motif kultural
Strategi untuk menunjukkan relevansi
dalam proses mengajar di kelas:
1. Sampaikan kepada siswa didik apa
yang dapat mereka lakukan setelah
mempelajari materi perkuliahan. Ini
berarti, guru harus menjelaskan tujuan
instruksional.
2. Jelaskan manfaat pengetahuan atau
keterampilan yang akan dipelajari
yang akan di pelajari dan bagaimana
hal tersebut dapat diterapkan dalam
pekerjaan nanti atau bertanyalah
kepada siswa bagaimana materi
pelajaran akan membantu mereka
untuk melaksanakan tugas dengan
lebih baik di kemudian hari.
3. Berikan contoh, latihan atau tes yang
langsung berhubungan dengan kondisi
siswa atau profesi tertentu.
3. Kepercayaan Diri (Confidence)
Merasa diri berkompeten atau mampu,
merupakan potensi dapat berinteraksi
secara positif dengan lingkungan.
Bandura (1997) mengembangkan lebih
lanjut
konsep
tersebut
dengan
mengajukan konsep self-efficacy. Konsep
tersebut berhubungan dengan keyakinan
pribadi
bahwa
dirinya
memiliki
kemampuan untuk melakukan suatu tugas
yang menjadi syarat keberhasilan.
Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah
bahwa motivasi akan meningkat sejalan
dengan meningkatnya harapan untuk
berhasil.
Harapan
ini
seringkali
dipengaruhi oleh pengalaman sukses si
masa lampau. Dengan demikian, ada
hubungan spiral antara pengalaman
sukses dan motivasi. Motivasi dapat
menghasilkan ketekunan yang membawa
keberhasilan
(prestasi),
selanjutnya
pengalaman sukses tersebut akan
memotivasi siswa untuk mengerjakan
tugas berikutnya. Strategi yang dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
kepercayaan diri:
144 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
a. Meningkatkan harapan siswa untuk
berhasil
dengan
memperbanyak
pengalaman berhasil siswa, misalnya
dengan menyusun materi pelajaran
agar mudah dipahami, diurutkan dari
materi yang mudah ke yang sukar.
Dengan demikian, siswa merasa
mengalami keberhasilan sejak awal.
b. Susunlah materi pelajaran ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil
sehingga siswa tidak dituntut untuk
mempelajari terlalu banyak konsep
baru sekaligus.
c. Meningkatkan harapan untuk berhasil
dengan menggunakan dan menyatakan
persyaratan untuk berhasil. Hal ini
dapat
dilakukan
dengan
menyampaikan
tujuan
belajar
mengajar dan kriteria tes atau ujian
pada awal kelas. Hal tersebut akan
membantu
siswa
mempunyai
gambaran yang jelas mengenai apa
yang diharapkan.
d. Meningkatkan harapan untuk berhasil
dengan menggunakan strategi yang
memungkinkan kontrol keberhasilan
di tangan siswa sendiri. Contoh yang
belum banyak dilakukan di Indonesia
adalah kontrak belajar (learning
contract)
yang
dengan
jelas
mencamtumkan strategi mengajar dan
kriteria untuk menentukan berhasil
atau tidaknya siswa belajar.
e. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri
siswa dengan mengatakan “tampaknya
Anda telah memahami konsep ini
dengan baik”, serta
menyebut
kelemahan siswa sebagai “hal-hal
yang perlu dikembangkan”.
f. Berikan umpan balik yang konstruktif
selama perkuliahan agar siswa
mengetahui pemahaman dan prestasi
belajar mereka sejauh ini.
4. Kepuasaan (Satisfaction)
Keberhasilan dalam mencapai suatu
tujuan akan menghasilkan kepuasaan dan
siswa akan termotivasi untuk terus
berusaha mencapai tujuan yang serupa.
Kepuasan karena mencapai tujuan di
pengaruhi oleh konsekuensi yang
diterima, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar diri siswa. Sebagai
contoh, dalam kelas bahasa inggris, siswa
diuji kemampuannya berpidato. Setelah
selesai berpidato, siswa merasa puas dan
lega karena ternyata dia tidak pingsan
seperti yang dikhawatirkannya. Akan
tetapi
beberapa
saat
kemudian,
konsekuensi dari luar (dari guru)
membuatnya merasa malu dan kecewa.
Guru mengatakan dia tampak tegang,
suaranya hampir tidak mendengar, dan
jelas dia terlihat tidak berlatih
sebelumnya. Dalam hal ini, terjadi
konflik dalam diri siswa tersebut dan
membuat kepuasannya menukik tajam.
Untuk meningkatkan dan memelihara
motivasi siswa, guru dapat menggunakan
pemberian penguatan (reinforcement)
berupa pujian, pemberian kesempatan,
dan sebagainya.
Strategi yang dapat dijalankan untuk
meningkatkan kepuasan bagi para peserta
didik meliputi:
a. Gunakan pujian secara verbal dan
umpan balik yang informatif, bukan
ancaman atau sejenisnya. Pujian yang
diberikan tetap harus dalam batasan
tertentu.
b. Berikan kesempatan kepada siswa
untuk segera menggunakan pengetahuan yang baru di pelajari.
c. Beri kesempatan kepada siswa untuk
mempraktikan pengetahuan yang baru
di pelajari.
d. Mintalah kepada siswa yang telah
menguasai suatu keterampilan atau
pengetahuan untuk membantu temantemannya yang belum berhasil.
e. Bandingkan prestasi siswa dengan
prestasinya sendiri di masa lalu atau
dengan suatu standar tertentu, bukan
dengan siswa lain.
Dengan menggunakan model tersebut,
guru diharapkan dapat menyusun rencana
mengajar di kelas yang mampu memotivasi
siswa secara optimal. (Hendy Hermawan,
2010).
Berdasarkan serangkaian uraian yang
telah
dikemukakan,
maka
kerangka
konseptual pada penelitian ini adalah seperti
ditunjukkan pada gambar 1.
Setiawan dkk, Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi…. 145
(X 1)
KOMPETENSI
PEDAGOGIK
(X 2)
KOMPETENSI
PROFESIONAL
(X 3)
KOMPETENSI
KEPRIBADIAN
MOTIVASI
BELAJAR
SISWA
(Y)
(X 4)
KOMPETENSI
SOSIAL
Gambar 1. Model Kerangka Konseptual
Hipotesis yang di gunakan pada
penelitian ini adalah:
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang
signifikan antara kompetensi pedagogik,
kompetensi
profesional,
kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial terhadap
motivasi belajar siswa.
H2 : Terdapat pengaruh simultan yang
signifikan antara kompetensi pedagogik,
kompetensi
profesional,
kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial terhadap
motivasi belajar siswa.
H3 : Kompetensi Kepribadian memiliki
pengaruh yang dominan terhadap motivasi
belajar siswa.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian
penjelasan (explanatory research) yaitu
menjelaskan variabel
dependen dan
independen melalui pengujian hipotesis.
Dalam penelitian ini di gunakan sampel dari
suatu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpul data primer yang
merupakan acuan dalam pembahasan
penelitian Singarimbun (1989). Populasi
dalam penlitian ini adalah seluruh siswa di
SMP KARTIKA V-3 BANJARMASIN
sejumlah 275 orang. Karena jumlah populasi
yang terlalu besar, maka diambil sampel
dengan rumus slovin:
Jadi jumlah sampel minimum pada
penelitian ini adalah 73,3 sampel. Untuk
memudahkan proses pembagian sampel,
maka diputuskan jumlah sampel yang akan
digunakan adalah 90 responden. Teknik
yang di gunakan untuk memilih sampel
adalah stratified random sampling yaitu
memilih sampel secara acak berdasarkan
kelompok tertentu, seperti ditunjukkan pada
tabel 1.
Tabel 1. Sampel Penelitian
No KELAS
%
1
VII
33.33%
2
VIII
33.33%
3
IX
33.33%
Jumlah
100%
SAMPEL
30
30
30
90
Teknis analisis data yang digunakan
ialah analisa data kuantitatif, kemudian
dianalisis dengan menggunakan dasar-dasar
teoritis dari landasan teori yang sudah ada.
Alat analisis yang di gunakan adalah analisis
regresi berganda, yaitu alat statistik untuk
mencari kekuatan pengaruh dari variabel
bebas terhadap variabel terikat, dengan
menggunakan software SPSS. Studi ini
dilaksanakan pada bulan Januari sampai
Febuari 2013. Pengambilan data dilakukan
di SMP KARTIKA V-3 BANJARMASIN
yang beralamat di jalan Jend. Sutoyo S No.
10 RT. 01. Telp. (0511) 3353957
Banjarmasin 70117.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Proses analisis kuantitatif dalam
penelitian ini dilakukan secara bertahap,
mulai dari pengujian kelayakan instrumen
hingga uji kekuatan pengaruh dari variabel
bebas
terhadap
variabel
terikat.
Selengkapnya urutan pengujian pada
penelitian ini adalah uji validitas, uji
reliabilitas,
uji
asumsi
klasik
(multikolinearitas, heterokedastisitas, dan
normalitas, dan terakhir analisis regresi
berganda.
Uji
validitas
bertujuan
untuk
memastikan
bahwa
instrumen
yang
digunakan pada penelitian ini adalah
instrumen yang memang sesuai dengan apa
yang ingin diukur. Validitas kuesioner
diukur dengan menghitung korelasi antar
data pada masing-masing pernyataan dengan
skor total. Suatu indikator dinyatakan valid
146 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
jika memiliki korelasi yang signifikan (a <
0,05).
Tabel 2. Uji Validitas
Item
Sig
Item
X1.1.1
0.001
X3.1.1
X1.1.2
0.000
X3.1.2
X1.2.1
0.000
X3.2.1
X1.2.2
0.000
X3.2.2
X1.3.1
0.000
X3.3.1
X1.3.2
0.000
X3.3.2
X1.4.1
0.000
X3.4.1
X1.4.2
0.000
X3.4.2
X1.5.1
0.000
X3.5.1
X1.5.2
0.000
X3.5.2
X2.1
0.000
X4.1.1
X2.2
0.000
X4.1.2
X2.3
0.000
X4.2.1
X2.4
0.000
X4.2.2
Y1.1
0.000
Y3.1
Y1.2
0.000
Y3.2
Y2.1
0.000
Y4.1
Y2.2
0.000
Y4.2
Sig
0.000
0.000
0.000
0.000
0.001
0.000
0.000
0.001
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.003
0.000
0.000
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa
semua item memiliki korelasi yang
signifikan dengan variabelnya, sehingga
semua item dinyatakan valid (lihat tabel 2).
Uji reliabilitas bertujuan untuk
memastikan
bahwa
instrumen
yang
digunakan dalam penelitian ini dapat
diandalkan, maksudnya akan memberikan
hasil yang konsisten jika dicoba berulangulang. Salah satu cara untuk melakukan
pengukuran reliabilitas suatu instrumen
penelitian adalah teknik One Shot, yaitu
dengan melihat nilai Alpha Cronbach dari
masing-masing variabel. Variabel yang baik
adalah variabel yang nilai Alpha Cronbach
nya ≥ 0,5.
Tabel 3. Uji Reliabilitas
Vari Cronbach Modifi
abel
Alpha
kasi
X1
0,825
X2
0,329
X2.1
dan
X2.3
dihapus
X3
0,620
X4
0,815
Y
0,603
-
dengan menghapus item pertanyaan X2.1
dan X2.3 sehingga hanya menyisakan 2
item, yaitu X2.2 dan X2.4, sehingga dengan
demikian semua variabel dinyatakan
reliabel.
Pengujian selanjutnya adalah uji
asumsi klasik. Uji asumsi klasik pada
penelitian
ini
terdiri
dari
uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan
uji normalitas. Uji Multikolinearitas
bertujuan untuk memastikan tidak ada
hubungan yang terlalu erat antar masingmasing variabel independen. Suatu model
regresi
dinyatakan
bebas
masalah
multikolinearitas jika nilai Tolerance untuk
masing-masing variabel bebasnya > 0,100.
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa semua
variabel memiliki nilai tolerance diatas
0,100 yang artinya semua variabel bebas
dari masalah multikolinearitas.
Tabel 4. Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
X1
.880
1.137
X2
.963
1.039
X3
.877
1.140
X4
.900
1.111
Uji Heterokesdastisitas bertujuan
untuk memastikan variasi dari residual data
menyebar secara merata. Suatu model
regresi
dinyatakan
bebas
masalah
Heterokesdastisitas jika titik-titik dalam
scatterplot menyebar tidak beraturan (tidak
condong ke sisi tertentu). Karena titik-titik
pada scatterplot di gambar 2 menyebar
secara acak, maka dapat dikatakan penelitian
ini bebas masalah Heterokesdastisitas.
Cronbach
Alpha
0,825
0,526
0,620
0,815
0,603
Hasil uji reliabilitas pada tabel 3
menunjukkan bahwa semua variabel
dinyatakan reliabel kecuali variabel X2.
Modifikasi dilakukan pada variabel X2
Gambar 2. Uji Heterokesdastisitas
Setiawan dkk, Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi…. 147
Uji Normalitas bertujuan untuk
memastikan tidak ada item pertanyaan yang
menyimpang terlalu jauh dari batas normal
(seperti ditunjukkan pada gambar 3).
Walaupun terdapat sedikit kemencengan,
tetapi tidak ada titik yang berada jauh dari
kurva normal, sehingga dapat disimpulkan
bahwa residual dari data penelitian
berdistribusi normal.
Gambar 3. Uji Normalitas
Pengujian selanjutnya adalah analisis
regresi berganda. Analisis regresi berganda
dilakukan untuk mencari pengaruh dari
masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat, baik secara simultan,
maupun secara parsial. Dari tabel 5 dapat
dilihat Nilai F pada penelitian ini adalah
2,752 dengan signifikansi sebesar 0,033.
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh simultan yang signifikan antara
kompetensi mengajar guru dengan motivasi
belajar siswa. Hasil ini tentunya masih
sangat gamblang mengingat tujuan utama
dari uji simultan lebih kearah keinginan
untuk mencari nilai koefisien determinasi.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa hanya
variabel X4 (kompetensi sosial yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap
motivasi belajar siswa. Variabel lainnya
dinyatkan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan karena nilai signifikansinya jauh
diatas standar yang sudah ditetapkan
(0,050).
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa
nilai koefisien determinasinya adalah 0,115.
Nilai ini berarti kompetensi mengajar guru
hanya mampu menjelaskan 11,5% dari
perubahan
motivasi
belajar
siswa,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktorfaktor lain selain kompetensi mengajar guru,
seperti misalnya suasana kelas, kondisi fisik
kelas, kondisi fisik dan psikologis siswa, dll.
Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan
variabel-variabel kompetensi mengajar guru
dalam menjelaskan motivasi belajar siswa
sangat rendah, sehingga disarankan pada
peneliti selanjutnya untuk menambah
variabel bebas yang digunakan untuk
menaikkkan nilai koefisien determinasinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hipotesis pertama yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh parsial yang
signifikan dari kompetensi mengajar guru
terhadap motivasi belajar siswa tidak
sepenuhnya benar, sehingga hipotesis 1
dinyatakan hanya terbukti sebagian.
Variabel
yang terbukti
berpengaruh
signifikan terhadap motivasi belajar siswa
hanya variabel kompetensi sosial, sedangkan
variabel kompetensi pedagogik, kompetensi
professional, dan kompetensi kepribadian
tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
Tabel 5. ANOVA
ANOVAb
Model
Sum of Squares
df
1
Regression
38.788
4
Residual
299.534
85
Total
338.322
89
a. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3
b. Dependent Variable:
Mean Square
9.697
3.524
F
2.752
Sig.
.033a
148 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
Tabel 6. Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1
(Constant)
27.752
3.457
X1
-.004
.043
X2
-.060
.321
X3
.068
.063
X4
.222
.081
a. Dependent Variable: Y
Tabel 7. Ringkasan Model
Model
R
R Square
1
.339a
.115
a. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3
b. Dependent Variable: Y
Hipotesis kedua yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh simultan yang
signifikan antara kompetensi mengajar guru
dengan motivasi belajar siswa terbukti
memiliki pengaruh yang signifikan, yang
artinya hipotesis kedua dinyatakan
diterima, namun hasilnya masih kurang
memuaskan mengingat nilai koefisien
determinasinya yang sangat kecil. Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
kompetensi mengajar guru hanya berperan
kecil terhadap perubahan motivasi belajar
siswa.
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa
variabel kompetensi yang diharapkan akan
berpengaruh paling besar terhadap motivasi
belajar
siswa
adalah
kompetensi
kepribadian. Hipotesis ini dinyatakan
ditolak, mengingat satu-satunya variabel
yang berpengaruh terhadap motivasi belajar
siswa hanya variabel kompetensi sosial.
Temuan-temuan pada penelitian ini
bertolak belakang dengan hasil penelitianpenelitian terdahulu. Hasil ini bisa
dimaklumi, mengingat penelitian ini bersifat
applied research, sehingga tidak mampu
untuk digeneralisasi pada objek yang lebih
luas. Temuan ini menyatakan bahwa muridmurid di SMP Kartika V-3 Banjarmasin
akan lebih termotivasi untuk berupaya
meningkatkan prestasinya jika gurunya
mampu berkomunikasi dengan baik dan
Standardized
Coefficients
Beta
-.011
-.019
.116
.295
Adjusted R Square
.073
t
8.028
-.104
-.186
1.064
2.741
Sig.
.000
.918
.853
.290
.007
Std. Error of the
Estimate
1.87721
mampu bergaul dengan akrab dengan
peserta
didik.
Kompetensi-kompetensi
lainnya, seperti pedagogik, professional, dan
kepribadian guru, juga merupakan hal
penting yang mutlak harus dimiliki oleh
seorang guru, tetapi penelitian ini
menunjukkan bahwa hal-hal tersebut tidak
dapat mempengaruhi motivasi belajar dari
siswa. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari
perilaku siswa
yang tidak terlalu
mempermasalahkan tentang pengetahuan
dan kemampuan dari guru. Guru adalah
panutan, sehingga seringkali dianggap selalu
benar dan selalu lebih tahu. Semangat
belajar murid baru meningkat jika gurunya
bersikap ramah dan akrab dengan siswa.
Kompetensi sosial mutlak dibutuhkan
oleh setiap individu, terutama sekali seorang
tenaga pengajar, seperti guru. Kompetensi
sosial sendiri dapat dimengerti sebagai
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Hal tersebut diuraikan dalam RPP
tentang guru, bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya
memiliki kompetensi untuk:
1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan
isyarat.
Setiawan dkk, Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi…. 149
2. Menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan peserta
didik,
sesama
pendidik,
tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta
didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar.
Dalam kompetensi sosial ini terdapat
sub kompetensi, diantaranya adalah: seorang
guru harus mampu bergaul secara efektif
dengan peserta didik, mampu begaul secara
efektif dengan pendidik dan tenaga
kependidikan yang lain, dan yang terakhir
adalah mampu berkomunikasi secara efektif
dengan orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitanya.
Dalam kompetensi sosial jelaslah
seorang guru dituntut untuk dapat
berkomunikasi dengan baik tidak hanya
sebatas pada peserta didik yang menjadi
bagian dari proses pembelajaran didalam
kelas dan sesama pendidik yang merupakan
teman sejawat dalam dunia pendidikan
namun juga seorang guru harus dapat
berkomunikasi dengan baik dengan tenaga
kependidikan, orang tua dan masyarakat
sekitar yang juga bagian dari lembaga
pendidikan yang seharusnya saling bekerja
sama untuk dapat menciptakan suasana
kondusif dalam proses belajar dan mengajar,
serta dapat terjalinya kantinuitas antara apa
yang diajarkan dalam kelas dapat diterapkan
dan dipelajari kembali dalam lingkup
keluarga dan masyarakat demi tercapainya
tujuan pendidikan.
Kompetensi sosial sangatlah penting
dan harus dimiliki oleh seorang guru selain
3 kompetensi yang lainya yaitu kompetensi
pedagogik, profesional, dan kepribadian.
Kompetensi ini diangap sangat penting dan
harus dimiliki oleh seorang guru karena guru
itu sendiri merupakan bagian dari sosial
(masyarakat) diamana masyarakat sendiri
adalah konsumen pendidikan sehingga mau
tidak mau baik guru maupun sekolah harus
dapat berkomunikasi dengan baik dan
efektif dengan masayarakat, jika tidak maka
sekolah ataupun guru yang tidak dapat
berkomunikasi
dengan
baik
dengan
masyarakat cenderung untuk ditinggalkan,
mengingat bahwasanya lembaga pendidikan
dan guru sebagai wadah untuk dapat
mempersiapkan seorang peserta didik
sebagai anggota dari masyarakat yang baik
dan dapat mengahadapi permasalahan yang
akan datang.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kompetensi sosial guru perlu untuk
dipertahankan dan ditingkatkan agar
motivasi belajar siswa dapat meningkat. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menciptakan guru dengan kompetensi sosial
yang baik, seperti:
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi
guru, seperti lebih sering mengirim guru
ke seminar-seminar, workshop, atau
pelatihan-pelatihan.
2. Meningkatkan
keberadaan
fasilitas
komunikasi visual di kelas, seperti alatalat peraga, LCD Proyektor, pemutar
audio video, dll
3. Meningkatkan keakraban antar guru
melalui
kegiatan-kegiatan
bersama
seperti outbond, serta meningkatkan
interaksi guru dan murid melalui kegiatan
seperti kerja bakti.
4. Meningkatkan interaksi guru dan murid
terhadap masyarakat sekitar seperti
mengadakan kegiatan-kegiatan sosial,
atau
kunjungan-kunjungan
ke
masyarakat.
Kesimpulan
Melalui uji secara parsial, ditemukan
bahwa hanya hanya variabel kompetensi
sosial yang berpengaruh signifikan terhadap
motivasi belajar siswa. Variabel kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi professional ternyata tidak
memiliki dampak yang signifikan terhadap
perubahan motivasi belajar pada siswa di
SMP Kartika V-3 Banjarmasin. Hasil
pengujian secara simultan menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh simultan yang
signifikan antara kompetensi guru dengan
motivasi belajar siswa, namun nilai
determinasi
yang
sangat
rendah
menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa
lebih banyak ditentukan oleh hal-hal selain
kompetensi mengajar guru. Ditemukan
bahwa variabel yang berpengaruh paling
kuat terhadap motivasi belajar siswa adalah
150 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 131 - 150
satu-satunya variabel yang signifikan, yaitu
variabel kompetensi sosial.
Disarankan pada pihak yang terkait
untuk semakin memperhatikan kompetensi
sosial guru untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa. Peneliti selanjutnya dapat
mengeksplorasi
penelitian
dengan
menambahkan variabel-variabel lain untuk
meningkatkan koefisien determinasinya.
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian yang sama pada ruang
lingkup yang lebih luas agar dimungkinkan
74
untuk
dilakukan
generalisasi
hasil
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ames, R & L. Ames. 1984. Research on
Motivation
Education:
Student
Motivation (vol:1). Orlando: academic
Press, Inc.
Bandura, A. 1977. Self-Efficacy: Toward a
Unifying Theory of Behavioral
Change. Psychological Review, 84,
191-215.
Bloom, B. 1980. The New direction in
Educational Research: Alternative
Variables. Phi Delta Kappan, 61, 382285.
Cropley, A.J. 1985. Motivation for
Participation in Adult Education.
Pada J.H. Knoll (Ed.) Motivation for
Adult Education. Bonn K.G. Saur
Munchen: German Commission for
Unesco.
Fathurrohman, Pupuh & Sukitno, M. Sobry.
2010. Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsep Umum &
Konsep
Islami
PT. Refika Aditama. Bandung.
Fyans, L.J. & Maerh, M.L. 1987. Source of
Student
Achievement:
Student
Motivation, School Context and
Family Background. Sebuah Paper
yang di presentasikan pada The
Annual Conference of APA.
Hermawan, Hendy. 2010. Teori Belajar dan
Motivasi. CV Citra Praya Komplek
Cibolerang Indah Blok E No. 52.
Bandung.
Keller, J.M. 1983. Motivation Design of
Instruction, in Instructional-Design
Theories and Models: An Overwiew of
Their Current Status. Hillsdale:
Lawrence
Erlbaum
Associates,
Publishers.
Mc Clelland, D. 1985. How Motives, Skills,
and Value Determine What People
Do. American Phychologist 40, 812825.
Mc. Donald, Frederick. 1959. Educational
Phychology, Wadsworth Publishing
Company, Inc., San Fransisco –
Overseas Publications, Ltd., (Kaigai
Shuppan Boeki KK), Tokyo.
Mulyasa, E. 2012. Standar Kompetensi dan
Sertifikasi
Guru.
PT.
Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Romiszowski, A.J. 1984. Developing Auto
Instructional
Materials:
From
Programmed Text to CAL and
Interactive Video. London: Kogan
Page Ltd.
Sardiman, AM. 2011. Interaksi & Motivasi
Belajar Mengajar. PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
Situmorang & Winarno. 200). Pendidikan
Profesi & Sertifikasi Pendidik. PT.
Saka Mitra Kompetensi.
Suciati. 1990. The Effect of Motivation on
Academia Achievement in Distance
Education Setting: A Examination of
Latent Variables in an Indonesian
Case. Sebuah disertasi.
Walberg, H.J. 1983. Probing a Model of
Educational
Productivity
With
National Assessment Samples. Journal
of Educational Phychology, 74, 285307.
Weiner, B. 1986. An Attributional Theory of
Motivation and Emotion. New York:
Springler-Verlag.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Profesional. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung
http: //id.shvoong.com/books/dictionary
/2117613 kompetensi guru/#ixzz27
GHJPPtU).
http://halil-pkn.blogspot.com/2012/03/
empat-kompetensi-guru-professional.
html).
Download