identifikasi bakteri

advertisement
Laporan Praktikum
Mikrobiologi
Nama
NIM
Kelas/kelompok
PJP
Asisten
: Diana Agustini Raharja
: J3L112168
: C P1/1
: M. Arif Mulya, S. Pi.
: 1. Yuriska Sekar Rani
2. Lia Suliani
3. Ramdhani
IDENTIFIKASI BAKTERI
(Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologis Bakteri)
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA
PROGAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Pendahuluan
Makhluk hidup yang sangat kecil yang tidak bisa dilihat oleh mata
telanjang disebut mikroorganisme (Dwijoseputro 2003). Masing-masing
mikroorganisme itu dibagi dalam filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies.
Pembagian mikroorganisme tersebut menyebabkan diperlukannya suatu cara
pengelompokan atau pengklasifikasian. Penetapkan suatu sistem klasifikasi
mikroba yang mencerminkan dengan semua persamaan dan perbedaannya
dinamakan taksonomi. Kegiatan di dalam penyusunan taksonomi mikroorganisme
berupa pengklasifikasian, penamaan, dan pengidentifikasi yang disebut dengan
sistematika mikroba. Sistem klasifikasi mikroba baik jamur, bakteri, ataupun virus
didasarkan pada hierarki taksonomi atau penamaan kelompok atau kategori yang
menempatkan spesies pada satu ujung dunia dan di ujung dunia lainnya dalam
urutan spesies - genus – famili - ordo - kelas - filum atau divisi - dunia.
Mikroorganisme sebagaimana bentuk-bentuk kehidupan yang lain, diberi nama
menurut nomenklatur sistem biner (Volk 1988).
Klasifikasi bakteri menurut Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology pada umumnya diterima secara internasional. Manual ini direvisi
secara berkala untuk memanfaatkan pengetahuan baru melalui penelitian dengan
mikroorganisme dan melalui teknik-teknik baru untuk menganilisis data yang
diperoleh. Bergey’s Manual edisi kedelapan yang sekarang ini, membagi semua
bakteri menjadi 19 bagian (kelompok), dan masing-masing dicirikan oleh sifatsifat morfologi atau metabolik yang nyata. Tekanan diberikan pada
pengelompokan bakteri yang memiliki ciri-ciri umum dan mudah dikenali. Tidak
ada usaha untuk mengatur penempatan mikroorganisme yang mencerminkan
skema suatu perkembangan evolusi, sebagaimana dilakukan pada edisi-edisi
sebelumnya. Hal ini dikarenakan masih banyak pengetahuan mengenai
mikroorganisme yang belum lengkap diketahui (Karser 2004).
Karakterisasi morfologi bertujuan untuk mengamati baik morfologi koloni
maupun morfologi sel bakteri pada isolat bakteri yang telah lolos seleksi. Ketika
ditumbuhkan dalam media yang bervariasi, mikroorganisme akan menunjukkan
penampakan makroskopis yang berbeda-beda pada pertumbuhannya. Perbedaan
ini disebut dengan karakterisktik kultur, yang digunakan sebagai dasar untuk
memisahkan mikroorganisme dalam kelompok taksonomik (Capuccino 1992).
Pengujian secara fisiologis juga dapat dilakukan untuk mengelompokkan
taksonomi mikroorganisme termasuk taksonomi bakteri. Pengujian fisiologis
terdiri dari uji motilitas, uji katalase, uji oksidase, uji gelatin, dan uji
fermentatif/oksidatif. Selain kelima uji tersebut, dapat juga dilakukan uji yang
lain yaitu dengan menggunakan uji hidrolisis pati, uji indol, uji methyl red, uji
sitrat, dan uji hidrolisis urea (Hadioetomo 1993).
Tujuan
Percobaan bertujuan mengidentifikasi sifat biokimia dan fisiologis suatu
bakteri berdasarkan uji oksidase, uji katalase, uji oksidatif/fermentatif, uji
motilitas, dan uji gelatin, serta memperkirakan genus dari bakteri yang diujikan.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan di antaranya kaca preparat, pembakar spirtus,
kawat ose dengan ujung bulat, kawat ose dengan ujung runcing, tabung reaksi
bertutup, dan rak tabung. Bahan-bahan yang digunakan di antaranya sampel
bakteri Y, alkohol 70%, p-aminodimetil anilina oksalat 1%, kertas cakram, media
yang mengandung glukosa, paraffin, media sulfide indol motility, H2O2, dan
gelatin.
Prosedur Kerja
Percobaan identifikasi sifat biokimia dan fisiologis sampel bakteri Y
dilakukan dengan menggunakan uji oksidase, uji katalase, uji oksidatif/fermentatif,
uji motilitas, dan uji gelatin. Uji oksidase dilakukan dengan cara dua buah kertas
cakram steril diletakkan di atas kaca preparat dengan salah satu kertas cakram
steril digunakan sebagai kontrol. Reagen p-aminodimetil anilina oksalat 1%
diteteskan pada kedua kertas cakram. Koloni bakteri diambil dengan
menggunakan pipet tetes secara aseptis, kemudian diteteskan pada salah satu
kertas cakram. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna yang
dapat diamati dengan cara membandingkannya menggunakan larutan kontrol. Uji
katalase dilakukan dengan cara hidrogen peroksida diteteskan pada kaca preparat
di sisi kanan dan sisi kiri, yang mana salah satunya dijadikan sebagai kontrol.
Sampel koloni bakteri Y diambil dan diletakkan pada salah satu hidrogen perosida
dan diamati ada atau tidaknya gelembung-gelembung udara yang menunjukkan
reaksi positif.
Uji oksidasi/fermentatif dilakukan dengan cara sampel koloni bakteri
dimasukkan ke dalam dua buah tabung yang berisi media uji oksidasi/fermentatif.
Salah satu tabung ditambahkan dengan paraffin, kemudian kedua tabung ditutup.
Uji motilitas dilakukan dengan cara sampel bakteri diambil dengan menggunakan
kawat ose dengan ujung runcing kemudian ditusukkan secara vertikal dengan satu
tusukan pada media SIM yang ada di dalam tabung, kemudian tabung ditutup
rapat. Uji gelatin dilakukan dengan cara sampel bakteri Y diambil dengan
menggunakan kawat ose dan dimasukkan ke dalam nutrien gelatin yang ada di
dalam tabung, kemudian tabung ditutup rapat. Tabung uji oksidasi/fermentatif, uji
motilitas dan uji gelatin diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, hasil yang
diperoleh dapat langsung diamati pada uji O/F dan uji motilitas, sedangkan untuk
tabung uji gelatin terlebih dahulu disimpan dalam kulkas pendingin selama
beberapa menit, jika gelatin tetap cair menunjukkan hasil positif pada uji gelatin.
Data dan Hasil Pengamatan
Berikut ini data dan hasil pengamatan yang dilakukan pada sampel bakteri
Y.
Tabel 1 Hasil uji sifat biokimia dan sifat fisiologis bakteri Y
Jenis uji Hasil
Gambar
Keterangan
Oksidase
Sampel bakteri (b)
memiliki warna yang
sama dengan kontrol
(a)
Lanjutan tabel 1 Hasil uji sifat biokimia dan sifat fisiologis bakteri Y
Jenis uji Hasil
Gambar
Keterangan
Katalase
Sampel bakteri (b)
tidak
membentuk
gelembung gas sama
seperti kontrol (a)
O/F
F
Motilitas
-
Gelatin
+
Sampel
bakteri
dengan media glukosa
membentuk
warna
kuning dalam suasana
anaerob (a) dan tidak
ada perubahan warna
dalam suasana aerob
(b)
sehingga
merupakan
bakteri
fermentatif
Sampel
bakteri
bersifat
nonmotil
dengan tidak adanya
pergerakan
koloni
bakteri pada media
Gelatin tetap cair
setelah didinginkan
dalam kulkas
Tabel 2 Hasil identifikasi bakteri Y tingkat genus
Bakteri Gram positif
Erysipelothrix
Lactobacillus
Arachnia
Pembahasan
Identifikasi sifat biokimia dan fisiologis bakteri Y berdasarkan uji oksidase,
uji katalase, uji oksidatif/fermentatif, uji motilitas, dan uji gelatin, serta
memperkirakan genus dari bakteri yang diujikan. Uji oksidase digunakan untuk
menentukan kehadiran enzim oksidase yang dimiliki oleh bakteri. Enzim oksidase
memegang peranan penting dalam transport elektron selama respirasi aerobik.
Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan reduksi sitokrom oleh molekul
oksigen. Enzim oksidase dihasilkan oleh bakteri aerob, fakultatif anaerob, dan
mikroaerofilik. Mikroorganisme ini menggunakan oksigen sebagai akseptor
elektron terakhir selama penguraian karbohidrat untuk menghasilkan energi.
Kemampuan bakteri memproduksi sitokrom oksidase dapat diketahui dari reaksi
yang ditimbulkan setelah pemberian reagen oksidase pada koloni bakteri. Enzim
ini merupakan bagian dari kompleks enzim yang berperan dalam proses fosforilasi
oksidatif. Reagen yang digunakan ialah p-aminodimetil anilina oksalat 1% yang
memiliki warna ungu. Reagen akan mendonorkan elektron terhadap enzim ini
sehingga akan teroksidasi membentuk senyawa yang berwarna biru kehitaman
atau merah marun. Positif tertunda yaitu warna biruatau merah muncul antara 1060 detik setelah diteteskan reagen menandakan bahwa bakteri uji memiliki sedikit
enzim. Tidak adanya perubahan warna mengidikasikan bahwa uji yang dilakukan
negatif. Hasil percobaan menunjukkan bahwa bakteri Y tidak memiliki enzim
oksidase.
Selama respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif), mikroorganisme
menghasilkan hidrogen peroksida, bahkan ada yang menghasilkan superoksida
yang sangat beracun. Senyawa ini dalam jumlah besar akan menyebabkan
kematian pada mikroorganisme. Senyawa ini dihasilkan oleh mikroorganisme
aerobik, fakultatif aerob maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi
aerobik. Superoksida dismutase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk
penguraian khususnya superoksida pada organisme aerob yang bersifat katalase
negatif. Produksi katalase bisa diidentifikasi dengan menambahkan reagen H2O2
pada suspensi bakteri. Jika dihasilkan gelembung gas, berarti bakteri tersebut
mampu memproduksi enzim katalase. Jika tidak dihasilkan gelembung gas berarti
uji katalase dinyatakan negatif.
Pembentukan gelembung udara pada uji katalase dapat terlihat dengan jelas
maupun sulit terlihat dengan jelas, karena tidak semua bakteri dapat menghasilkan
banyak gelembung udara. Percobaan dengan uji katalase dapat diulangi jika raguragu dengan hasil yang diperoleh apabila bakteri tersebut menghasilkan
gelembung udara sangat sedikit sehingga sulit untuk diamati. Terbentuknya
gelembung udara ketika bakteri diinokulasikan perlu diamati dengan seksama
sehingga dapat terlihat perbedaan antara gelembung udara yang dihasilkan oleh
bakteri atau gelembung udara yang dihasilkan akibat adanya pergerakan kawat
ose. Gelembung udara terbentuk apabila bakteri tersebut memiliki enzim katalase
yang dapat mengubah H2O2 menjadi air dan oksigen dengan reaksi yang terjadi
pada uji katalase dapat dilihat pada gambar 1.
2 H2O2
katalase
2 H2O
+ O2
Gambar 1 Reaksi uji katalase dengan bakteri yang mengandung enzim
katalase (Hadioetomo 1993)
Hasil percobaan menunjukkan bahwa bakteri Y tidak memiliki enzim katalase.
Uji O/F atau oksidasi/fermentatif menggunakan media uji O/F yang
merupakan salah satu media yang digunakan untuk pengujian fisio-metabolisme
suatu bakteri yaitu untuk mengetahui kemampuan memecah karbohidrat (glukosa)
dalam suasana aerobik (oksidatif) atau anaerobik (fermentatif). Media ini terdiri
dari bacto trypton sebanyak 2.00 gram, K2HPO4 0.30 gram, NaCl 5.00 gram,
bacto agar 2.00 gram, dan bromotimol biru 0.08 gram. Penyediaan media
dilakukan dengan melarutkan 9.4 gram bahan dalam 1 liter air, ditambahkan 10
gram glukosa, kemudian dipanaskan di penangas air hingga larut sempurna.
Media yang telah larut sempurna didistribusikan ke dalam tabung reaksi senyak 5
mL dan disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C dengan
tekanan 1 atm. Paraffin digunakan pada uji O/F untuk memberikan suasana
anaerob pada media glukosa.
Hasil pengujian jika menunjukkan perubahan warna pada media glukosa
yang tadinya berwarna hijau menjadi kuning pada tabung yang ditambahkan
paraffin, sedangkan pada tabung yang tidak ditambahkan paraffin tetap berwarna
hijau menunjukkan bahwa bakteri uji bersifat fermentatif. Sifat fermentatif
menunjukkan bahwa bakteri hidup dalam suasana anaerob saja. Jika pada tabung
yang tidak ditambahkan paraffin membentuk warna kuning, sedangkan pada
tabung yang ditambahkan paraffin tetap berwarna hijau menunjukkan bahwa
bakteri uji bersifat oksidatif. Sifat oksidatif menunjukkan bahwa bakteri hidup
dalam suasana aerob saja. Jika tabung baik yang ditambahkan maupun yang tidak
ditambahkan paraffin membentuk warna kuning menunjukkan bahwa bakteri uji
memiliki sifat oksidatif/fermentatif. Sifat O/F ini menunjukkan bahwa bakteri
dapat hidup baik dalam suasana aerob maupun anaerob. Jika tabung baik yang
ditambahkan maupun yang tidak ditambahkan paraffin tetap berwana hijau, maka
hasil yang diperoleh disebut dengan NT (not testable). Hasil NT ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adanya ketidakcocokan dengan
nutrien yang digunakan, sehingga perlu nutrien lain yang sesuai dengan jenis
bakteri uji. Hasil percobaan menunjukkan bahwa bakteri Y bersifat fermentatif
yang bisa hidup dalam suasana anaerob saja.
Media yang digunakan pada uji motilitas ialah sulfide indol motility (SIM).
Media SIM merupakan salah satu media semisolid yang digunakan untuk
pengujian fisio-metabolisme suatu bakteri yaitu untuk mengetahui kemampuan
membentuk indol (produk hasil degradasi protein), ikattan sulfida, dan motilitas
atau pergerakan bakteri karena sebagian bakteri memiliki flagel. Flagel ini
berguna agar bakteri dapat bergerak. Media ini terdiri dari trypton 20.0 gram,
ferrous ammonium sulphate 0.2 gram, sodium thiosulphate 0.2 gram, pepton 6.1
gram, dan bacto agar 3.5 gram. Penyiapan media dilakukan dengan cara
melarutkan 30 gram bahan dalam 1 liter, dipanaskan di penangas air hingga larut
sempurna, didistribusikan dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL, dan disterilkan
dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 °C dengan tekanan
1 atm Hasil uji motilitas pada bakteri motil diperlihatkan dengan adanya
pertumbuhan pada permukaan medium dan tidak hanya pada bekas tusukan.
Bakteri nonmotil hanya tumbuh di sepanjang tusukan. Pembelahan indol ditandai
dengan timbulnya warna merah muda setelah penambahan pereaksi Kovak ata
Ehrlich, selain itu adanya pembebasan sulfida ditunjukkan oleh terbentuknya
warna hitam. Percobaan yang dilakukan hanya untuk menentukan motilitas
bakteri dan hasil percobaan menunjukkan bahwa bakteri Y bersifat nonmotil
dengan tidak adanya pertumbuhan bakteri melewati daerah tusukan bakteri yang
telah diinokulasikan dengan kawat ose.
Uji gelatin digunakan untuk mengetahui keberadaan enzim gelatinase yang
dimiliki oleh bakteri uji. Media yang digunakan ialah gelatin. Gelatin merupakan
protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yaitu zat pada jaringan penghubung
dan tendon dari hewan. Gelatin akan terurai oleh jasad renik yang mempunyai
enzim gelatinase. Larutan gelatin bersifat cair pada suhu ruang atau suhu kamar
dan padat apabila berada di dalam lemari es. Jika gelatin telah dihidrolisis oleh
jasad renik maka akan tetap berifat cair meskipun berada di dalam suhu es yang
menunjukkkan reaksi positif. Hasil percobaan menunjukkan bahwa bakteri Y
memiliki kemampuan untuk membuat gelatin tetap cair, sehingga bakteri Y dapat
menghasilkan enzim gelatinase.
Uji proteolitik tidak dilakukan pada percobaan, akan tetapi uji proteolitik
berguna untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam menghasilkan
enzim protease. Media yang digunakan ialah skim milk agar. Selain media ini
dapat pula menggunakan media nutrient agar yang mengandung susu bubuk 1%.
Hidrolisis kasein secara bertahap akan menghasilkan monomernya berupa asam
amino. Proses ini dinamakan peptonisasi atau proteolisis. Reaksi yang terjadi pada
uji proteolitik dengan penambahan HCl 10% (air 90%) dapat dilihat pada gambar
2.
Gambar 2 Reaksi pada uji proteolitik (Hadioetomo 1993)
Pewarnaan Gram tidak lakukan pada percobaan, akan tetapi berdasarkan
informasi yang diperoleh bakteri Y merupakan bakteri Gram positif yang
memiliki bentuk batang. Pewarnaan Gram berguna untuk mengetahui penataan sel
bakteri serta sifat Gram yang digunakan. Pewarnaan Gram menggunakan kristal
ungu, kalium iodide, alkohol 90%, dan pewarna safranin. Pewarnaan Gram dapat
dilakukan dengan cara sampel biakan bakteri jika pada media agar perlu
ditambahkan akuades terlebih dahulu sebelum diberi pewarna pada pewarnaan
Gram. Hal tersebut bertujuan agar bakteri yang dioleskan tidak dalam keadaan
menumpuk, karena akan sulit untuk menentukan penataan selnya ketika
bertumpuk. Bakteri yang dioleskan juga tidak boleh terlalu tipis, karena sejumlah
besar bakteri yang diberi berbagai macam perlakuan dapat hilang pada kaca
preparat akibat ikut terbilas dengan akuades maupun alkohol. Bakteri yang telah
dioleskan pada kaca preparat diberi tanda pada bagian belakang kaca preparat
dengan spidol agar mempermudah dalam pemberian perlakuan sehingga semua
bakteri yang telah dioleskan dapat terwarnai semua. Selain itu, jika sampel bakteri
yang dihasilkan dapat menumpuk, terlalu sedikit, ataupun tidak ada maka
sebaiknya bakteri yang dioleskan pada kaca preparat dibuat dua. Bakteri yang
telah dioleskan dikeringudarakan atau fiksasi udara agar bakteri menempel pada
kaca preparat. Agar fiksasi memakan waktu lebih sedikit maka fiksasi dilakukan
di dekat api pembakar spirtus, akan tetapi fiksasi ini tidak boleh dilakukan terlalu
dekat dengan api pembakar spirtus karena bakteri yang menempel dapat mati
akibat suhu yang panas sehingga ketika ditambahkan kristal ungu maupun
safranin dapat larut dan hilang ketika dibilas. Setelah bakteri terebut diteteskan
kristal ungu yang berfungsi memberikan warna utama dengan warna berupa ungu
selama 1 menit yang kemudian dibilas dengan akuades. Pembilasan dengan
akudes dilakukan dengan cara mengalirkannya pada bagian bakteri tidak
dioleskan dengan cara kaca preparat sedikit dimiringkan, bukan dengan cara
menyemprotkannya secara langsung pada bakteri karena dapat menyebabkan
sejumlah besar bakteri yang menempel pada kaca preparat ikut terbilas. Setelah
itu, kaca preparat dikeringudarakan dan ditambahkan kalium iodida selama satu
menit yang dapat menyatu dengan kristal ungu membentuk kompleks di dalam sel
sehingga sel tetap berwarna ungu atau dengan kata lain untuk mengintensifkan
warna utama. Setelah satu menit, kaca preparat dibilas dengan alkohol 90%.
Fungsi alkohol ini adalah untuk dekolorisasi atau dengan kata lain untuk
melakukan penetrasi ke dalam dinding sel dan melunturkan pewarnaan ungu daru
kompleks kristal ungu dan kalium iodida (KU-KI) pada bakteri Gram negatif,
karena mengandung lebih banyak lipid sedangkan pada bakteri Gram positif akan
tetap mempertahankan warna ungu karena mengandung lebih banyak
peptidoglikannya. Bakteri Gram positif akan mengalami dehidrasi pada dinding
selnya dan pori-porinya menciut karena daya rembes dinding sel dan membran
menurun sehingga kompleks KU-KI tidak dapat keluar dari sel dan tetap berwarna
ungu, sedangkan pada bakteri Gram negatif lipid tereksitasi (keluar) dari dinding
sel dan pori-pori mengembang sehingga kompleks KU-KI keluar dari sel dan sel
menjadi tidak berwarna atau warna ungu akan luntur karena peluruhan dinding sel.
Setelah dibilas dengan alkohol dan dikeringudarakan, larutan safrani diteteskan
pada area dioleskannya bakteri selama 1 menit. Saftranin merupakan warna
penutup, pewarna tandingan, atau counterstain yang berfungsi untuk mewarna
bakteri Gram negatif yang semula telah luntur pewarnaanya menjadi warna merah
atau merah muda. Hasil akhirnya yaitu bakteri Gram positif akan berwarna ungu
atau biru gelap dan bakteri Gram negatif akan memberikan warna merah atau
merah muda. Pengamatan Gram yang dilakukan dengan mikroskop pembesaran
1000 kali harus menggunakan minyak imersi. Minyak imersi ini dapat
menyebabkan karat, oleh karena itu setelah mikroskop tidak digunakan lagi maka
minyak imersi yang menempel pada lensa dibersihkan.
Informasi yang diperoleh dari identifikasi sifat biokimia dan fisiologis suatu
bakteri berdasarkan uji oksidase, uji katalase, uji oksidatif/fermentatif, uji
motilitas, dan uji gelatin dapat digunakan untuk memperkirakan genus dari bakteri
yang diujikan. Identifikasi bakteri yang dilakukan pada percobaan menggunakan
metode Cowan yang membagi jenis identifikasinya dalam 2 kelompok besar yaitu
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Genus bakteri yang diperoleh
setelah diidentifikasi yaitu Erysipelothrix, Lactobacillus, ataupun Arachnia.
Erysipelothrix merupakan bagian dari kelompok bakteri Gram positif dan patogen
penting pada babi yang dapat menyebabkan penyakit diamond skin disease.
Erysipelothrix memiliki bentuk batang dengan bentuknya teratur dan berukuran
kecil. Bakteri ini bersifat fakultatif anaerob namun menyukai lingkungan dengan
5-10% CO2, bersifat nonmotil, dan nonspora. Koloni E. rhusiopathiae dalam agar
darah dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Koloni bakteri E. rhusiopathiae dalam agar darah
Erysipelothrix dapat diisolasi dari beragam lingkungan, seperti kolam, WC,
abatoar, tanah, maupun ikan tawar atau ikan laut. Bakteri genus ini juga sudah
pernah diisolasi dari saluran pencernaan dan membran mukosa dari berbagai
mamalia dan burung, serta dapat diisolasi dari tonsil babi yang tampak sehat. Babi
dianggap sebagai reservoar utama Erysipelothrix. Bakteri ini memiliki sifat
nonmotil dan katalase negatif dengan pewarnaan Gram pada E. rhusiopathiae
terlihat ukurannya yang sangat pendek pada gambar 4.
Gambar 4 Pewarnaan Gram pada E. rhusiopathiae
Lactobacillus adalah genus bakteri Gram positif, anaerobik fakultatif atau
mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok
bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat
mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri
ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Klasifikasi Lactobacillus yaitu
genus Lactobacillus, famili Lactobacillaceae, ordo Lactobacillales, kelas Bacilli,
divisi Firmicutes, dan kingdom Bacteria. Pewarnaan Gram Lactobacillus dapat
dilihat pada gambar 5.
Gambar 5 Pewarnaa Gram pada Lactobacillus
Arachnia meruapakan sebuah genus yang bersifat nonmotil, tidak menghasilkan
spora, bakteri fakultatif anaerob (keluarga Actinomycetaceae), mengandung Gram
positif, bercabang, memiliki bentuk batang dengan ukuran 3 sampai 5 µm atau
lebih panjang. Metabolismenya yaitu fermentasi glukosa menjadi asam propionate
dan asam asetat. Enzim katalase tidak diproduksi pada bakteri genus ini. Dinding
sel mengandung asam diaminopimelat tapi tidak mengandung arabinosa.
Organisme ini bersifat patogen bagi manusia. Jenis dari genus Arachnia di
antaranya spesies Arachnia propionica dan Arachnia propionica.
Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
bakteri Y memiliki genus Erysipelothrix, Lactobacillus, ataupun Arachnia yang
bersifat Gram positif, berbentuk batang, tidak memiliki enzim oksidase, tidak
memiliki enzim katalase, fermentatif, nonmotil, dan memiliki enzim gelatinase.
Daftar Pustaka
Capuccino JG, Sherman N. 1992. Microbiology a Labolatory Mannual. Amerika:
The Benjamin.
Dwijoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Karser G. 2994. Microbiology Laboratory Manual. New York: Cotons Ville
Campus.
Volk S. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Download