1 Analisis Akuntansi Manajemen Lingkungan di Industri Rokok Studi Kasus di PT Djarum, Kudus, Indonesia Anastasia Winayanti dan Chaerul D. Djakman Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang peranan dan hubungan Akuntansi Manajemen Lingkungan / Environmental Management Accounting (EMA) dalam sistem manajemen manufaktur, dengan menelaah penerapan, pemahaman dan manfaatnya pada industri rokok di PT Djarum, Kudus, Indonesia. Dasar penerapan EMA adalah integrasi peningkatan produktivitas, kualitas dan kepedulian lingkungan yang didukung kelengkapan informasi data fisik dan moneter dalam penetapan alokasi biaya sesuai kaidah akuntansi terhadap kegiatan ekonomi lingkungan. Fakta di lapangan dan diskusi dengan staf perusahaan disinkronisasikan dengan teori EMA untuk digunakan sebagai dasar dalam mengarahkan analisis EMA yang mudah dipahami secara umum, dan diterapkan di perusahaan sesuai dengan arah dan kebutuhan masing-masing organisasi. Analisis EMA yang disusun dalam skripsi ini diharapkan dapat memberi arahan untuk mempermudah pemahaman dan penerapannya di industri manufaktur di Indonesia sehingga mampu bersaing di pasar global demi keberlangsungan bisnis lestari (business continuity and sustainability in global market). Kata kunci: akuntansi manajemen, bisnis lestari, green company, integrasi, kerangka, keberlanjutan bisnis, laporan keberlanjutan, lingkungan Analysis of Environmental Management Accounting in Tobacco Industry A Case Study at PT Djarum, Kudus, Indonesia ABSTRACT This thesis aims to explain about the role of Environmental Management Accounting (EMA) and its relationship with manufacturing management system by analyzing the implementation, comprehension, and the benefits of EMA in the tobacco industry, specifically at PT Djarum, Kudus, Indonesia. Basic implementation of EMA is the integration of productivity, quality, and environmental concern supported by the completeness of physical and monetary data information for determination of cost driver allocation based on accounting principle toward environmental-economic activities. The facts and discussions with company’s staffs are synchronized with EMA theory to develop a basis for analysis of EMA that can be understood generally, to be implemented in all types of manufacturing industry regardless their needs. The analysis of EMA in this thesis may give a better understanding about its implementation in manufacturing industries in Indonesia so that they will be able to compete globally, especially in terms of business continuity and sustainability in global market. Keywords: business continuity, environment, framework, green company, integration, management accounting, sustainable business continuity, sustainability report Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 2 PENDAHULUAN Dewasa ini, istilah green menjadi semakin populer. Bagi perusahaan, masalah green bisa menjadi suatu hambatan, tantangan, peluang, kewajiban, bahkan beban. Perusahaan dituntut untuk menjadi green company dengan green process yang menghasilkan green product. Ada perusahaan yang memikirkan business continuity, green productivity, persaingan di pasar global, product life cycle, product stewardship, dan sebagian besar telah melaksanakan CSR. Bagaimana perusahaan dapat menyetimbangkan antara uang dan isu lingkungan? Di sinilah peran akuntansi lingkungan menjadi berguna. Akuntan yang berwawasan lingkungan memiliki peran penting untuk merangkum dampak fisik perusahaan terhadap lingkungan, menilai informasi non-keuangan seperti konsumsi sumber daya alam, produksi dan pengelolaan limbah, emisi udara, dan pencemaran lingkungan, dalam pengungkapan laporan alokasi biaya terkait lingkungan ke angka-angka moneter yang dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini, profesi akuntansi adalah sebagai jembatan dari informasi data yang akurat dan dapat diandalkan yang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan internal. Pada sistem akuntansi konvensional, biaya terkait lingkungan tidak memiliki pos akun terpisah dan umumnya digabung sebagai biaya overhead. Akuntansi Manajemen Lingkungan atau Environmental Management Accounting yang selanjutnya disingkat EMA yang terdiri dari Physically EMA dan Monetary EMA adalah sistem akuntansi lingkungan yang menggabungkan data fisik lingkungan dan data moneter keuangan yang terkait lingkungan yang memungkinkan manajemen melakukan penelusuran, mengevaluasi tingkat risiko, dampak, kinerja lingkungan dan keuangannya dari produk dan kegiatan operasional perusahaan serta untuk pengambilan keputusan bisnis strategis jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tingkat internal, EMA berfungsi dan berfokus pada informasi untuk para manajer operasional dalam membuat keputusan investasi, target dan biaya operasional, desain proses/produk, evaluasi kinerja dan sejumlah keputusan bisnis operasional yang lain. Di sisi lain, pada tingkat pemangku kepentingan eksternal, EMA dapat berperan sebagai bagian dari alat untuk pelaporan kegiatan terkait lingkungan, evaluasi pencapaian kinerja, efisiensi biaya lingkungan dan sebagai patok duga (benchmark) terhadap industri sejenis, Penerapan EMA tidak terikat oleh aturan ketat seperti akuntansi keuangan dan memungkinkan ruang untuk mempertimbangkan kondisi khusus sesuai kebutuhan, arah dan tujuan perusahaan yang bersangkutan. Industri rokok Indonesia merupakan industri berbasis bahan baku produk pertanian dan perkebunan. Pasokan tembakau dan cengkeh kualitas terbaik untuk industri rokok kretek sangat tergantung pada perubahan iklim dan kondisi lingkungan global. Kepedulian industri rokok terhadap kegiatan lingkungan adalah suatu hal yang wajar dalam menjaga kesinambungan pasukan bahan baku berkualitas. Di samping itu, industri rokok berada di Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 3 “area abu-abu” (grey area) dan di Indonesia menjadi kontroversi antara isu kesehatan, perburuhan dan pendapatan negara dari cukai. Ruang lingkup promosi, iklan dan ketersediaan lokasi khusus untuk merokok makin dibatasi. Bagi perusahaan besar, berbagai cara ditempuh sebagai bagian dari promosi yang tidak secara langsung dan vulgar. Isu lingkungan, aspek kepedulian perusahaan terhadap lingkungan adalah salah satu celah yang dapat dimanfaatkan untuk menembus hambatan tersebut demi keberlangsungan bisnis. PT Djarum, sebagai salah satu perusahaan rokok lokal terbesar ketiga di Indonesia: • dengan pangsa pasar lokal mencapai 20%: • dengan produknya yang juga merambah pasar internasional; • yang berawal dari perusahaan kecil dan telah memposisikan sebagai perusahaan rokok terkemuka di Indonesia; • dengan basis bahan baku produk pertanian/perkebunan (tembakau, cengkeh) yang juga sangat terpengaruh oleh kondisi iklim global; • dengan berbagai kegiatan dan kegiatan terkait lingkungan CSR melalui Djarum Foundation; • salah satu kegiatan CSR terkait eksternalitas lingkungan adalah trees for life, penanaman pohon trembesi sepanjang jalan Merak-Banyuwangi; dengan pabrik baru yang disebut Djarum Oasis Kretek Factory (2013) yang memadukan konsep industri, lingkungan dan budaya lokal; adalah perusahaan lokal yang menarik untuk ditelaah dari sisi penerapan EMA. Penelitian pada skripsi ini difokuskan pada (1) analisis penerapan EMA dalam industri rokok, yaitu PT Djarum, dan (2) memberikan suatu saran atau usulan terhadap penerapan EMA di PT Djarum. Hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan risalah analisis yang diperlukan untuk mengarahkan dan memfokuskan pengembangan lebih lanjut penerapan kerangka EMA menuju ke Sustainability Management Accounting System (SMAS), yang juga dapat diadopsi oleh berbagai jenis industri manufaktur di Indonesia. • TINJAUAN TEORITIS Environmental Management Accounting – EMA (akuntansi manajemen lingkungan) tidak memiliki suatu definisi tunggal yang diterima secara universal. Menurut pernyataan IFAC (International Federation of Accountants) di Konsep Akuntansi Manajemen, EMA adalah “sebuah manajemen kinerja lingkungan dan ekonomi melalui pengembangan dan implementasi sistem akuntansi dan praktik terkait lingkungan yang sesuai”. Di beberapa perusahaan hal ini termasuk pelaporan dan audit, tapi umumnya EMA melibatkan biaya siklus hidup (life-cycle costing), akuntansi biaya penuh (full-cost accounting), penilaian manfaat (benefit assessment), dan perencanaan strategis (strategic planning) untuk Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 4 manajemen lingkungan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa fokus EMA tidak semuanya murni bidang keuangan, namun juga mencakup pertimbangan biaya versus manfaat bila membeli material dari pemasok yang lebih sadar/ramah lingkungan, pemilihan penggunaan energi biru, citra masyarakat terhadap perusahaan karena kasus pelanggaran lingkungan seperti pencemaran air, emisi gas buangan, pengelolaan limbah dan sampah, dlsb. Kelengkapan definisi disampaikan oleh tim ahli dari The United Nations Division for Sustainable Development (UNDSD) tentang EMA dimana lebih ditonjolkan kedua sisi fisik dan sisi moneter dari EMA. Definisi ini dikembangkan oleh kelompok konsensus internasional yang mewakili lebih dari 30 negara. EMA secara luas didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengumpulan, analisis, dan penggunaan dua jenis informasi untuk pengambilan keputusan internal, yaitu: • Informasi fisik tentang penggunaan dan aliran energi, air, material (termasuk limbah). • Informasi moneter tentang biaya terkait lingkungan, pendapatan, dan tabungan. Pada kenyataannya, EMA dapat berada sebagai penyesuaian sederhana terhadap sistem akuntansi yang ada hingga untuk penerapan praktek EMA yang lebih terintegrasi yang menghubungkan sistem informasi fisik dan informasi moneter konvensional. Pendekatan penerapan EMA diharapkan mampu mendukung Konsep Akuntansi Manajemen, dengan cara mengedepankan MA, dari ketidakpedulian terhadap masalah lingkungan dan sosial yang sebelumnya dianggap tidak efektif, hingga penggunaan sumber daya yang dinilai efektif jika mengoptimalkan dan menciptakan nilai untuk jangka panjang, dengan tetap memperhatikan eksternalitas yang berhubungan dengan kegiatan organisasi. Sebagai contoh perusahaan harus secara cermat memperhitungkan adanya risiko reputasi yang mungkin akan timbul akibat kegiatan operasionalnya yang tidak memperhatikan lingkungan. Aliran material adalah aliran uang. Pada sistem akuntansi konvensional, identifikasi terhadap potensi peningkatan efisiensi dan peningkatan produktivitas tidak mampu memberikan informasi yang relevan terhadap struktur aliran material. Output dari NPO (limbah, air limbah, emisi) tidak diukur dan dinilai secara terpisah dalam sistem akuntansi. Beberapa metoda pendekatan telah dikembangkan dan diterapkan untuk mengatasi masalah ini, yaitu: • Conventional environmental cost accounting; Akuntansi biaya lingkungan konvensional Cara ini tidak mempertimbangkan aliran material, tetapi lebih terfokus pada pengelolaan limbah, biaya pembuangan, dan investasi teknologi pengendalian polusi (end-of-pipe). Aliran kesetimbangan material ditentukan belakangan tanpa mengintegrasikan secara sitematis kedua sistem informasi dan tanpa melakukan penilaian biaya aliran material. • Residual waste accounting; Akuntansi limbah Tahap berikutnya adalah tidak hanya mengukur biaya limbah tetapi juga menambahkan nilai pembelian bahan dan biaya produksi secara pro-rata. Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 5 • Activity-based costing (ABC); Biaya berdasarkan aktivitas ABC mengalokasikan biaya internal pada cost centre dan cost driver dengan dasar aktivitas dan produk yang menambah beban biaya. Dalam konteks EMA, ABC membedakan antara biaya terkait lingkungan, dimana bisa diatribusikan ke cost centre gabungan, dan biaya lingkungan, yang cenderung tersembunyi dalam general overhead. • Flow cost accounting; Akuntansi aliran biaya Teknik ini bertujuan tidak hanya untuk memisahkan biaya perlindungan lingkungan, tetapi juga mendeteksi semua aliran material melalui pusat biaya perusahaan dan untuk menilai kembali biaya produksi dan jumlah persentase yang ditambahkan di tiap tahapan produksi. Keberadaan diagram alir proses berguna untuk mendukung pendekatan ini. Metode ini menilai jumlah dan biaya agregat aliran material, sehingga menghasilkan perhitungan biaya produksi yang lebih akurat. • Input/output analysis of material flows; Analisis aliran masuk-keluar material. Lebih lanjut dapat dibagi menjadi dua tingkat, yaitu tingkat proses pengolahan hingga menghasilkan produk dan tingkat produk yang meninggalkan perusahaan mengikuti daur hidup produk. Metode ini didasarkan pada konsep aliran material, dan telah digabungkan dengan ISO 14040. • Life-cycle costing; Biaya daur hidup Merupakan tahap lanjutan yang menggabungkan dengan biaya daur hidup suatu produk, terkait produk stewardship dan product service. Dalam konteks EMA, life cycle costing adalah teknik yang membutuhkan konsekuensi lingkungan secara menyeluruh, sehingga biaya yang muncul karena dalam memproduksi suatu produk harus diperhitungkan sepanjang daur hidupnya hingga setelah produk tersebut digunakan. Dengan konsep menerapkan peningkatan pengawasan produk dan sistem layanan produk dari awal hingga akhir atau dalam istilah lingkungan ‘from cradle to grave’; di mana kepemilikan produk tetap pada produsen, dan menunjukkan tanggung jawab penuh dari produsen hingga siklus hidupnya. Versi modifikasi dari biaya siklus hidup ini akan semakin mendapatkan perhatian di masa mendatang, terutama sudah berlaku pada industri obat, elektronik. Masing-masing perusahaan dapat mendefinisikan biaya terkait lingkungan secara berbeda dan menggunakan metode yang bervariasi untuk pembebanan biaya. EMA memiliki tujuan efisiensi dan efektivitas manajemen internal memperhitungkan semua biaya yang signifikan dan relevan dalam pengambilan keputusan, sehingga fokus EMA bukan hanya pada definisi. Peran dan Manfaat EMA Penerapan EMA mencakup berbagai bidang seperti: (UNDSD, 2001) • Penilaian tahunan biaya lingkungan • Harga produk Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 6 • Penganggaran • Penilaian investasi, menghitung pilihan investasi • Menghitung biaya, tabungan dan manfaat dari proyek-proyek lingkungan • Desain dan implementasi sistem manajemen lingkungan • Evaluasi kinerja lingkungan, indikator dan benchmarking • Menetapkan target kinerja yang terukur • Penerapan teknologi produksi bersih, pencegahan polusi, supply chain management dan desain untuk proyek lingkungan hidup • Pengungkapan eksternal untuk pengeluaran biaya lingkungan, investasi dan kewajiban • Pelaporan lingkungan keberlanjutan untuk pihak eksternal • Pelaporan data lingkungan kepada lembaga statistik dan institusi pemerintah. EMA bermanfaat dalam membantu perusahaan di tiga bidang berikut: 1. Efisiensi kepatuhan (compliance) EMA mendukung perlindungan lingkungan melalui kepatuhan biaya efisien terhadap regulasi dan kebijakan lingkungan. Contoh: o Merencanakan dan implementasi investasi kendali polusi. o Menginvestigasi dan membeli bahan pengganti yang efisien untuk material berbahaya o Melaporkan limbah dan emisi lingkungan kepada otoritas regulator. 2. Eco-efficiency EMA mendukung pengurangan biaya dan dampak lingkungan melalui penggunaan energi, air, dan material yang efisien dalam operasi internal dan produk final. Contoh: o Melacak aliran energi, air, material, dan limbah dengan lebih akurat. o Merencanakan dan implementasi proyek efisiensi energi, air, dan material. o Menilai return total tahunan untuk investasi di kegiatan eco-efficiency. 3. Posisi strategis (strategic position) EMA mendukung evaluasi dan implementasi program yang hemat biaya dan peduli lingkungan untuk memastikan posisi strategis organisasi dalam jangka panjang. Contoh: o Bekerjasama dengan para pemasok untuk merancang produk dan layanan bagi pasar “hijau” o Memperkirakan biaya internal untuk antisipasi regulasi masa depan. o Melaporkan kepada para pemangku kepentingan, misalnya pelanggan dan investor. Agar berbagai inisiatif lingkungan bisa terpenuhi, hal yang terpenting adalah adanya komitmen pihak manajemen puncak. Hal utama yang harus dipahami adalah EMA juga membantu pihak manajemen dalam mengidentifikasi biaya lingkungan tersembunyi yang dapat ditelusuri, dievaluasi dan dicermati sebagai bagian dari target kinerja lingkungan. Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 7 Contoh biaya transparan dan biaya tersembunyi: • Biaya transparan: biaya pengelolaan/pemusnahan limbah dan sampah • Biaya tersembunyi: - Biaya energi untuk material terbuang - Biaya pembelian untuk material terbuang - Biaya proses untuk material terbuang - Biaya administrasi untuk memproses limbah dan material terbuang - Biaya tenaga kerja untuk memproses limbah dan material terbuang - Biaya kerusakan mesin yang disebabkan oleh material terbuang - Biaya ruang penyimpanan tambahan untuk limbah *material terbuang = porsi dari material input yang berakhir menjadi limbah Menurut Business and International Institutes for Sustainable Development, perusahaan dibagi dalam lima tahapan tanggap lingkungan (environmental responsiveness), yaitu: (Sulaiman & Ahmad, 2006) 1. Tingkat 1: Tidak peduli Manajemen tidak melakukan tindakan apapun terkait isu lingkungan hidup. 2. Tingkat 2: Memperbaiki masalah Manajemen hanya bersiap dan berurusan dengan masalah lingkungan hidup yang ada. 3. Tingkat 3: Kepatuhan terhadap regulasi Manajemen hanya berfokus pada tuntutan dan perkara hukum yang mungkin timbul. 4. Tingkat 4: Manajemen lingkungan total Manajemen bersikap proaktif terhadap isu lingkungan hidup. 5. Tingkat 5: Pembangunan berkelanjutan Manajemen mempertimbangkan dampak operasi terhadap kepentingan dan kebutuhan jangka panjang para pemangku kepentingan. Untuk menjadi proaktif dalam isu lingkungan, perusahaan harus berfokus pada beberapa area berikut: (Sulaiman & Ahmad, 2006) • Mengintegrasikan masalah lingkungan ke dalam keputusan capital expenditure • Memahami dan mengelola biaya lingkungan hidup • Memperkenalkan skema pengurangan limbah. • Memahami dan mengelola biaya daur hidup. • Mengukur kinerja lingkungan hidup. • Memulai pendekatan strategis untuk akuntansi manajemen terkait lingkungan hidup dan evaluasi kinerja. Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 8 Jenis Informasi EMA Jenis informasi yang menjadi komponen utama dalam EMA adalah informasi fisik dan moneter. Konsep EMA terdiri dari monetary EMA (MEMA) dan physical EMA (PEMA) yang saling terkait. MEMA adalah pengembangan lebih lanjut dari akuntansi konvensional, dengan fokus pada data terkait lingkungan dan activity based material flow cost accounting aktivitas berdasarkan akuntansi aliran biaya material. PEMA adalah material flow balances yaitu kesetimbangan aliran material dari data operasional produksi, misalnya energi, air, bahan baku, limbah, dsb. Data MEMA dan PEMA bermanfaat di semua level, untuk pelaporan internal dan eksternal, misalnya untuk pengambilan keputusan, statistik, indikator, penilaian investasi lingkungan, penganggaran, pengukuran kinerja, benchmarking, laporan keberlanjutan, dsb. Secara nasional, data ini bisa digunakan untuk menghitung investasi, biaya lingkungan dan eksternalitas serta kesetimbangan aliran material per industri, sektor, wilayah, atau negara. Untuk menilai biaya dengan benar, sebuah organisasi harus mengumpulkan data fisik dan data keuangan tentang penggunaan material, jam kerja karyawan, jumlah shift, kebutuhan energi (listrik, bahan bakar, uap), penggunaan air; pengelolaan limbah dan sampah; serta pemicu biaya lainnya. EMA secara khusus menekankan tentang material (termasuk limbah), energi dan air dan biaya yang dipicu dari kegiatan produksi karena: 1. Penggunaan energi, air, dan material, produksi limbah dan emisi, saling berkaitan secara langsung dengan dampak yang diakibatkan terhadap lingkungan hidup. 2. Biaya pembelian material pada umumnya adalah kontributor biaya utama. Tergantung jenis industri dan kualitas produk, biaya material bisa dalam range 25-75% terhadap total biaya produksi. Gambar 1. Akuntansi Aliran Material (Materials Flow Accounting) Sumber: IFAC (2005) Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 9 Banyak organisasi yang melakukan keseimbangan energi dan air secara terpisah dari material lainnya. Gambar 1 di atas menjelaskan bahwa asumsi pokok akuntansi ini adalah semua input fisik pada akhirnya harus menjadi output – baik dalam bentuk produk, limbah, atau emisi – dan parameter fisik input dan output tersebut harus seimbang. Tingkat keakuratan keseimbangan material bisa bervariasi, tergantung dari tujuan spesifik pengumpulan informasi serta ketersediaan dan kualitas data. Untuk gambaran yang lengkap dan terintegrasi, rincian aliran material harus ditelusuri melalui setiap langkah manajemen material di organisasi, seperti pengadaan material, pengiriman, persediaan, distribusi internal, penggunaan dan pengiriman produk, serta pengumpulan limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan, semua dengan angka saldo yang terpasang di material. Jenis akuntansi ini dapat disebut akuntansi aliran material. Dasar perhitungan biaya terkait lingkungan yang terintegrasi dengan produktivitas dan efisiensi, adalah korelasi antara nilai dan biaya masing masing unit dari material input dan output, baik yang menjadi produk maupun nonproduk. Berikut ini adalah ilustrasi standar produksi dengan perbandingan asumsi produktivitas naik dan turun. Tabel 1. Ilustrasi Standar Produksi dengan Produktivitas Naik / Turun Sumber: Data hasil olahan penulis DESKRIPSI SATUAN Produktivitas PARAMETER FISIK Jumlah Material Input Jumlah Produk Output Jumlah NPO Selisih NPO % Selisih NPO STANDAR PRODUKSI PRODUKTIVITAS NAIK PRODUKTIVITAS TURUN % 90% 95% 85% kg kg kg kg % 1,000 900 100 - 1,000 950 50 (50) -50% 1,000 850 150 50 50% (10,000) (5,000) 18,000 (300) 2,700 - (10,000) (5,000) 19,000 (150) 3,850 1,150 43% (10,000) (5,000) 17,000 (450) 1,550 (1,150) -43% PARAMETER KEUANGAN Nilai Material Input 000 IDR Biaya Pendukung 000 IDR Nilai Produk Output 000 IDR Biaya NPO 000 IDR Profit 000 IDR Selisih Profit 000 IDR % Selisih Profit % Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 10 Sebagai contoh, bila standar produksi untuk 1000 kg Material Input dengan nilai 10 juta IDR, dan produktivitas 90% menghasilkan 900 kg Product Output dengan nilai 18 juta IDR dan 100 kg Non Product Output (NPO) dengan total biaya pengelolaan (-) 300 ribu IDR. Bila diasumsikan biaya pendukung lain-lain = 5 juta IDR, maka nilai profit = 2.7 juta IDR. Bandingkan angka fisik dan moneter bila produktivitas meningkat menjadi 95% atau turun menjadi 85% dengan asumsi biaya lain-lain tetap. Pada kasus peningkatan produktivitas, selain nilai moneter yang meningkat, yaitu profit meningkat menjadi 3.85 juta IDR atau meningkat ~ 43% dan jumlah limbah turun dari 100 kg menjadi 50 kg atau turun 50%! Angka-angka sebaliknya akan terjadi pada kasus penurunan produktivitas sebanyak 5%; profit berkurang 43% menjadi hanya 1.55 juta IDR dan jumlah limbah yang harus dikelola meningkat 50% dari 100 menjadi 150 kg! Bila perusahaan harus mengolah limbah sendiri, maka dibutuhkan investasi pengolahan limbah yang lebih besar. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Untuk menjembatani kedua jenis informasi, yaitu fisik dan keuangan, diperlukan sebuah sistem yang terintegrasi. Dalam akuntansi, sistem ini disebut sistem informasi akuntansi (SIA). Akuntansi adalah identifikasi data, pengumpulan, dan proses penyimpanan serta pengembangan informasi, pengukuran, dan proses komunikasi. Pada dasarnya, akuntansi adalah sistem informasi, karena SIA mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses akuntansi dan data lainnya untuk menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan. Tantangan EMA Ada beberapa keterbatasan sistem dan praktik akuntansi manajemen yang mempersulit pengumpulan dan evaluasi data terkait lingkungan secara efektif. Keterbatasan ini bisa menimbulkan pengambilan keputusan manajemen yang didasarkan atas informasi yang hilang, ketidak akuratan, atau salah interpretasi. Hasilnya, manajer bisa salah memahami konsekuensi keuangan yang negatif dari kinerja lingkungan yang buruk, serta biaya dan manfaat potensial dari kinerja lingkungan yang meningkat. Keterbatasan ini ada yang bersifat umum, dan ada yang bersifat spesifik terkait lingkungan. Faktor penyebabnya antara lain: (IFAC, 2005) • Komunikasi antara akuntansi dan departemen lainnya kurang lancar. • Informasi biaya terkait lingkungan tersembunyi dalam akun overhead. • Penggunaan material dan informasi biaya tidak ditelusuri secara benar. • Banyak jenis informasi biaya terkait lingkungan tidak dapat ditemukan di database. • Keputusan investasi sering didasarkan dari informasi yang tidak lengkap. Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 11 Internalitas dan Eksternalitas Terkait Lingkungan Biaya internal adalah biaya yang menjadi dasar penetapan harga produk atau jasa bagi perusahaan. Biaya ini termasuk harga dan ongkos material, energi, tenaga kerja, pabrik, peralatan, dan overhead serta biaya terkait lingkungan yang menjadi kewajiban perusahaan. Menurut peraturan perundangan, setiap perusahaan wajib melakukan pengelolaan limbahnya. Biaya pengelolaan limbah tersebut hingga memenuhi persyaratan peraturan perundangan yang ditetapkan pemerintah masuk dalam kategori sebagai biaya internal, yang merupakan bagian dari biaya produk yang kemudian akan dibebankan ke harga jual produk. Pada perusahaan yang tidak peduli terhadap lingkungan serta mengabaikan peraturan perundangan yang berlaku, maka limbah yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut akan dibuang langsung ke lingkungan tanpa melalui pengolahan terlebih dulu. Dampak terhadap perusahaan adalah biaya produksi menjadi lebih rendah dibanding perusahaan yang mengelola limbahnya dengan baik dan benar karena perusahaan tersebut tidak menerapkan biaya internal untuk pengelolaan limbahnya. Akibatnya perusahaan dapat menetapkan harga jual produknya lebih rendah dibanding produk kompetitor dari perusahaan lain yang peduli lingkungan (Gambar 2). Gambar 2. Pengaruh eksternalitas terhadap harga Sumber: Econation (2013) Limbah yang tidak diolah akan berdampak negatif terhadap lingkungan eksternal perusahaan, yaitu kerusakan lingkungan. Bila terjadi sengketa lingkungan dan perusahaan harus mempertanggung jawabkan kerusakan lingkungan tersebut, maka biaya yang dikeluarkan bisa jauh lebih besar dibanding bila sebelumnya telah dilakukan pengelolaan lingkungan secara benar dan proporsional. ‘Penghematan’ atau perilaku menghindar dari kewajiban internal pengelolaan lingkungan tidak sebanding dengan berbagai resiko yang akan dihadapi perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, terutama terkait komitmen dan citra perusahaan. Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 12 Biaya eksternal adalah biaya yang tidak diperhitungkan dalam harga barang dan jasa. Biaya terkait kemasan produk, penggunaan produk, dan dampak setelahnya umumnya masuk sebagai biaya eksternal. Meskipun biaya eksternal tidak termasuk dalam harga produk, biaya ini pada akhirnya tetap harus dibayar; yaitu oleh masyarakat melalui pajak, kompensasi, premi asuransi, dan juga generasi penerus yang terimbas oleh penurunan kualitas lingkungan dan sumber daya alam. Penerapan EMA dan Keterkaitan dengan Inisiatif Pelaporan Akuntansi Eksternal Pada intinya pelaporan EMA adalah bagian dari pelaporan yang terintegrasi (integrated reporting) <IR>; yaitu sebuah proses yang didasarkan pada pemikiran yang terintegrasi yang menghasilkan laporan terintegrasi berkala oleh sebuah organisasi tentang penciptaan nilai dari waktu ke waktu dan komunikasi terkait mengenai aspek penciptaan nilai. Sebuah laporan terintegrasi adalah komunikasi ringkas tentang bagaimana strategi, tata kelola, kinerja dan prospek organisasi, dalam konteks lingkungan eksternal, mengarah kepada penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah dan panjang. (IIRC, 2013) Ada beberapa jenis pelaporan yang terkait dengan informasi EMA, yaitu: a. Pelaporan RKL/RPL atau UKL/UPL b. National Reporting c. Pelaporan Akuntansi Keuangan d. Pelaporan Kinerja Lingkungan Perusahaan METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berbentuk studi kasus, dimana penulis menganalisis penerapan EMA di PT Djarum, dan kemudian dari hasil analisis tersebut, penulis akan mengembangkan sebuah kerangka EMA yang bisa diterapkan di industri yang bersangkutan maupun terhadap industri manufaktur pada umumnya. Ada 4 jenis sumber data yang saling terkait, yang akan digunakan dalam penelusuran untuk penyusunan penelitian ini, yaitu: • Data primer dari hasil kuesioner internal (operasional) dan eksternal (umum). • Wawancara (in-depth interview) untuk identifikasi dan konfirmasi. • Data sekunder (laporan dan foto-foto) sebagai kelengkapan. • Kunjungan lapangan untuk lebih meyakinkan dari aspek fisik. Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 13 ANALISIS DAN PEMBAHASAN PT Djarum sudah memiliki visi dan misi di bidang lingkungan, yaitu: Menjadi salah satu perusahaan rokok kretek lokal terbesar di Indonesia yang unggul dalam penerapan nilai-nilai sosial dan semangat dalam melestarikan bumi. Kegiatan CSR Djarum terutama disalurkan melalui yayasan Djarum Foundation. Berdasarkan EHS System References, PT Djarum memiliki kebijakan lingkungan yaitu: • Sistem Manajemen Mutu (SMM) o ISO 9001:2008 (sudah sertifikasi) • Sistem Manajemen Lingkungan (SML) o ISO 14001:2008 (belum sertifikasi, hanya adopsi sistem) • Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3) o Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Ketiga sistem ini kemudian disebut sebagai suatu system terintegrasi (integrated system) yang disebut Djarum Quality Management Systems (DQMS). Penerapan EMA di PT Djarum Cakupan obyek pembahasan dan departemen yang terkait penerapan EMA di PT Djarum dibatasi pada kegiatan terkait lingkungan sesuai definisi EMA menurut IFAC dan kebutuhan data sesuai GRI. Tabel 2. Cakupan Obyek Pembahasan Penerapan EMA di PT Djarum Sumber: Data hasil olahan penulis Aspect GRI-G4 RKL/RPL Departemen terkait Materials Data awal saja SCM, Produksi, Finance, EHS G4-EN1 Tidak diminta G4-EN2 Tidak diminta Data Produksi & Nilai material/produk terpisah Data Produksi & Nilai material/produk terpisah Keterangan Data Fisik & Moneter dalam proses integrasi online Dalam proses integrasi online Dalam proses integrasi online Data Fisik & Moneter dalam proses integrasi online Dalam proses integrasi online Data awal jenis energi & konsumsi Utilitas, Produksi, Finance, EHS G4-EN3 Emisi cerobong Data Fisik & Moneter terpisah G4-EN5 G4-EN6 G4-EN7 Tidak diminta Data Fisik & Moneter terpisah Target EPI Tidak diminta Data Fisik & Moneter terpisah Target EPI Tidak diminta Data Fisik & Moneter terpisah Target EPI Energy Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 14 Data Fisik & Moneter dalam proses integrasi online Dalam proses integrasi online Dalam proses integrasi online Data awal sumber air & konsumsi Utilitas, Produksi, Finance, GA, EHS G4-EN8 Tidak diminta Data Fisik & Moneter terpisah G4-EN9 Tidak diminta Data lingkungan belum update G4-EN10 Tidak diminta Fasilitas belum memungkinkan Target EPI Data awal konsumsi energi; tidak dikonversi ke emisi Produksi, Utility, Finance, EHS Data fisik belum dikonversi/ dihitung Monitor Quality Data fisik ada Belum dihitung Tidak diminta Data fisik ada Belum dihitung Tidak diminta Data fisik belum prioritas Belum didata Tidak diminta Data fisik terpisah Target EPI Tidak diminta Data Fisik & Moneter terpisah Target EPI Tidak diminta Data Fisik & Moneter terpisah Target EPI Monitor Quality Data fisik ada Belum dihitung Effluents and Waste Efluent Quality & Waste Quantity SCM, Produksi, Utilitas, Finance, EHS G4-EN22 Quality & Quantity Data Fisik & Moneter terpisah G4-EN23 Quantity Data Fisik & Moneter terpisah G4-EN24 Quantity & kejadian Data Fisik & Moneter terpisah Target EPI Jumlah kejadian & Biaya EHS, Utilitas, Produksi, Finance Kajian environmental risk assessment EHS, Utilitas, Produksi, Finance Kajian investasi dan biaya terkait lingkungan Biaya pencegahan kasus lingkungan Lebih ke upaya pencegahan Water Emissions G4-EN15 G4-EN16 G4-EN17 G4-EN18 G4-EN19 G4-EN20 G4-EN21 Compliance G4-EN29 Overall G4-EN31 Employment G4-LA1 Training and Education G4-LA9 Local Communities G4-SO1 G4-SO2 Data kasus Kajian awal atau bila ada perubahan Persyaratan Sarana Pengelolaan Lingkungan Data Fisik & Moneter dalam proses integrasi online Dalam proses integrasi online Dalam proses integrasi online Target EPI Planning & Anggaran Investasi & Biaya Dalam proses integrasi online Data awal GA, Produksi, Utilitas, EHS Tidak diminta Jumlah karyawan vs. konsumsi energi & air Perhitungan terhadap intensitas karyawan Dalam proses integrasi online Data awal Peningkatan kualitas personnel Pengurangan resiko kecelakaan Tidak diminta Training vs. accident Target EPI Data awal EHS, GA, Produksi, Utilitas Bagian dari CSR Tidak diminta Kajian Social Risk Assessment Target EPI Tidak diminta Pengembangan masyarakat Bagian dari CSR CorA (Corporate Affairs) Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 15 Tabel 4.1 tersebut menggambarkan minimnya persyaratan pemerintah atau peraturan perundangan terhadap kelengkapan data lingkungan (RKL-RPL) dibandingkan dengan kriteria GRI. Penerapan EMA melalui sistem informasi akuntansi (SIA) secara online yang terintegrasi akan mempermudah pelacakan investigasi terhadap pencapaian target EPI (Environmental Performance Index) dan antisipasi terjadinya penyimpangan operasional secara dini. Konsistensi data input, perumusan keterkaitan antar data fisik operasional dan moneter/keuangan secara otomatis melalui system akan memberikan informasi dan evaluasi pelaporan rutin ke masing-masing departemen operasional. PT Djarum telah menerapkan pencatatan kelengkapan data yang mengarah ke standar kriteria GRI untuk kelengkapan pelaporan eksternal (beyond compliance dan strategic positioning) serta menyiapkan dan memformulasikan data ke sistem integrasi online sebagai bagian dari pencapaian ecoefisiensi. PT Djarum di lokasi pabrik baru OASIS di Gondang Manis-Kudus sedang mempersiapkan integrasi data fisik dan moneter secara online dan real time. Alokasi Beban Biaya Terkait Lingkungan di PT Djarum Penerapan EMA di PT Djarum tidak sepenuhnya menerapkan cara-cara alokasi pembebanan biaya lingkungan secara kaku, tetapi disesuaikan dengan kondisi operasional dan segi kepraktisnya serta kemudahan penelusuran (traceable) untuk proses identifikasi, dan pengkajian dalam pengambilan keputusan tentang kebijakan perusahaan terkait pengelolaan lingkungan dalam penentuan dan alokasi anggaran investasi dan biaya operasional. Beberapa obyek penting/utama yang masuk dalam kategori kegiatan terkait lingkungan dan departemen pengelolanya adalah: • Material sebagai cost driver: dikelola departemen produksi • Sumber daya alam, energi, listrik, air sebagai technical driver dikelola departemen teknik/utilitas. • Penerapan kebijakan lingkungan, pelaporan sebagai control driver oleh EHS. • Mengawal alokasi anggaran dan penggunaan dana investasi dan biaya operasional sebagai control driver oleh bagian keuangan (finance & accounting). • Departemen pendukung yang lain seperti: SCM untuk alur material dan supplier potensial; pergudangan, transportasi sebagai bagian dari alur material; bagian bangunan untuk sarana teknis; IT untuk sistem informasi dan kerahasiaan data; HRD untuk peran serta karyawan; GA untuk peran pihak eksternal, komunikasi & pengembangan komunitas; bidang hukum untuk penataan aspek legalitas yang lain. • Departemen EHS (secara teknis dan legal) bersama bagian keuangan (aspek finansial) secara bersama akan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan alokasi anggaran investasi dan operasional berdasarkan sinkronisasi data fisik dan moneter dari departemen teknik, produksi dan SCM secara proporsional. Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 16 Ilustrasi biaya pengelolaan lingkungan dan pembebanan terhadap harga jual produk, dan terhadap biaya produksi serta profit digambarkan pada tabel 3 dan 4. Tabel 3. Jenis Industri Industri besar Industri menengah Ilustrasi Beban Biaya Internal Pengelolaan Lingkungan Sumber: Data hasil olahan penulis Harga jual cukai Harga nett incl. promo Biaya promo Harga pabrik Biaya Lingk thd Harga jual Biaya Lingk Biaya Lingk thd Harga pabrik Rp/pack % Rp/pack % Rp/pack % Rp/pack % 12000 35% 7800 30% 5460 0.04% 5 0.09% 7000 20% 5600 10% 5040 0.07% 5 0.10% Bila perusahaan besar dan perusahaan menengah menargetkan keuntungan 25% dan 20%, maka biaya lingkungan terhadap profit ~0.4% dan 0.6%; terhadap biaya produksi ~0.12%. Tabel 4. Ilustrasi Beban Biaya Internal Pengelolaan Lingkungan*) Terhadap Biaya Produksi **) dan Terhadap Profit***) Sumber: Data hasil olahan penulis Biaya Produksi Biaya Lingk thd profit Biaya Lingk thd Biaya Produksi Rp/pack Rp/pack % % 25% 1092 4368 0.4% 0.11% 20% 840 4200 0.6% 0.12% Harga pabrik Biaya Lingk Rp/pack Rp/pack % Industri besar 5460 5 Industri menengah 5040 5 Jenis Industri *) **) ***) Profit produktivitas dengan tidak memperhatikan peningkatan relevan terhadap perhitungan pada Tabel 5.2a, b dan c. apakah perusahaan akan mengeksternalisasikan biaya internal? apakah nilai tersebut sebanding dengan tingkat resiko kelangsungan bisnis Secara keseluruhan, besarnya biaya pengelolaan lingkungan yang mencakup investasi dan biaya pengelolaan limbah dan emisi, biaya ke pihak ke-3 dan perizinan pada industri rokok besar seperti PT Djarum, relatif sangat kecil dibanding total biaya investasi pendirian pabrik secara keseluruhan; yaitu diperkirakan kurang dari 1%. Sebagai ilustrasi, dari investasi pengelolaan limbah dan emisi ~Rp 20M versus total investasi ~Rp 2.5T. Sedangkan biaya operasional (termasuk depresiasi) terhadap harga jual produk malah lebih kecil dari 0.04% (~Rp 6M/tahun versus ~Rp 18T/tahun). Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa kewajiban internal biaya pengelolaan lingkungan untuk pemenuhan peraturan perundangan terhadap 1 bungkus rokok isi 12 batang yang diproduksi industri besar dengan harga jual Rp Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 17 12K/bungkus adalah ~Rp 5/bungkus. Untuk industri rokok kecil-menengah justru angkanya sedikit lebih tinggi, yaitu nilai investasi relatif terhadap total investasi diperkirakan ~1.5% 2%, dengan biaya operasional relatif terhadap nilai jual produk ~0.07%. Pada kondisi ini, akan diperoleh hasil yang hampir sama, yaitu dengan harga jual rokok produksi industri menengah ~Rp 7K/bungkus akan diperoleh nilai kewajiban internalitas biaya pengelolaan lingkungan ~Rp 5/bungkus. Manfaat EMA terhadap PT Djarum Dari 3 manfaat EMA terhadap perusahaan, yaitu: efisiensi kepatuhan (compliance), ecoefficiency, dan posisi strategis (strategic position); maka tingkat kepatuhan di PT Djarum sudah tercapai. Manajemen memahami serta merasakan bahwa tingkat kepatuhan yang tinggi bukan sekedar pemenuhan tanggung jawab terhadap semua pemangku kepentingan, tapi sudah merupakan sifat mendasar dan terintegrasi dengan kegiatan operasional organisasi yang memberi manfaat lebih dalam memperlancar semua kegiatan operasional dan komunikasi dengan pihak eksternal. Eco-efisiensi akan lebih diintegrasikan di lintas operasional tiap bagian atau departemental yang terkait kegiatan lingkungan. Data fisik antar departemen yang didukung dengan data moneter dari bagian keuangan akan saling diintegrasikan untuk dapat menentukan EPI dengan tingkat pencapaian yang logis. Dengan banyaknya lokasi kegiatan di PT Djarum yang tersebar di beberapa area, dengan beberapa yang sejenis (SKT, SKM, pergudangan) maka dapat dilakukan internal benchmarking, misal eco-efisiensi konsumsi air dan energi; pengurangan dan pengelolaan limbah, pemanfaatan sampah. Posisi strategis akan dengan mudah dicapai setelah perusahaan dapat mewujudkan posisi beyond compliance dan eco-efisiensi secara konsisten. Penerapan eco-efisiensi yang sejalan dengan pemingkatan kualitas dan pelayanan yang prima, baik teoritis maupun praktis akan memberikan peningkatan keuntungan ekonomis (profit), meraih kepercayaan konsumen (peningkatan pangsa pasar). Ini adalah salah satu cara mewujudkan visi-misi perusahaan. Melalui semangat peduli dan berbagi, PT Djarum akan semakin dekat secara sosial dengan masyarakat, khususnya para perokok sejati yang juga peduli lingkungan. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kesadaran (awareness) karyawan terhadap efisiensi kepatuhan (compliance) telah berjalan dengan baik, dan perlu dipertahankan. Sedangkan untuk eco-efisiensi dan posisi strategis, masih perlu ditingkatkan (enhance) dengan cara lebih proaktif melalui komunikasi antar divisi, integrasi data fisik dan moneter. Kendala dan Hambatan Penerapan EMA di PT Djarum Secara umum tidak ada kendala atau hambatan yang signifikan pada penerapan EMA di PT Djarum. Jajaran manajemen puncak telah memahami, dan menyadari bahwa: Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 18 • Pengelolaan lingkungan pada tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan atau level eco-compliance adalah internalisasi biaya terkait lingkungan yang menjadi tanggungjawab perusahaan. • Bagi perusahaan, persentase biaya investasi maupun biaya operasional terkait lingkungan relatif kecil. Penyimpangan dengan melakukan eksternalisasi biaya internal terkait lingkungan yang kecil tersebut tidak sebanding dengan resiko tuntutan hukum, konflik dengan warga, citra perusahaan, daya saing produk rokok di pasaran hingga turunnya pangsa pasar. • Dengan mengintegrasikan konsep produksi bersih, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas dan penerapan konsep produksi hijau akan mendorong perusahaan ke posisi eco-efisiensi yang lebih menguntungkan baik secara finansial, maupun lingkungan. • Dengan posisi perusahaan rokok yang penuh kontroversi; isu kesehatan, ruang gerak promosi yang makin dibatasi, aturan produk yang semakin ketat, maka langkah lebih lanjut dengan mendukung evaluasi dan penerapan biaya secara efektif terhadap program lingkungan yang sensitif (misal pemanasan global, konservasi sumber daya alam) akan menjamin perusahaan pada posisi strategis jangka panjang. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam penerapan EMA di PT Djarum. • Komunikasi/hubungan antara parameter moneter akuntansi dan parameter fisik dari departemen operasional belum sepenuhnya terintegrasi untuk dapat menentukan angka base line sebagai standar acuan operasional. • Informasi biaya terkait lingkungan “tersembunyi” dalam akun overhead. Secara bertahap biaya dari pos yang penting akan lebih diperhatikan untuk pengalikasian yang lebih proporsional. • Penggunaan material, informasi biaya dan aliran belum ditelusuri secara benar dan proporsional untuk eco-efisiensi yang berkelanjutan. Dengan penerapan dan integrasi system pencatatan informasi fisik dan moneter kendala ini akan dapat diatasi untuk menuju posisi strategis. • Keputusan investasi sering didasarkan dari informasi yang kurang lengkap, belum mempertimbangkan aspek yang lain; atau kalkulasi hanya dari salah satu aspek saja. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara dengan pihak operasional terkait serta pihak manajemen PT Djarum, tingkatan tanggap lingkungan (environmental responsiveness) di semua aspek kegiatan terkait lingkungan sudah di atas tingkat kepatuhan terhadap regulasi. Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 19 Pada aspek visi-misi; PT Djarum sudah berpikir jauh ke depan dari kondisi manajemen lingkungan total yang pro-aktif terhadap isu lingkungan menuju tingkat kepedulian perusahaan terhadap pembangunan yang berkelanjutan seiring dengan keberlangsungan bisnis yang lebih ramah lingkungan (business continuity and sustainability). Pada aspek tingkat kepatuhan terhadap regulasi; selain taat dan patuh, PT Djarum juga telah mengintegrasikan sebagian aspek legal dengan berbagai kegiatan peningkatan kualitas lingkungan. Perusahaan menginvestasikan dan mengoperasikan pengelolaan lingkungan dengan sarana dan infrastruktur terbaik dan profesionalisme dalam operasional. Perusahaan telah memenuhi kelengkapan tahap pemenuhan regulasi berdasarkan ketentuan pada dokumen RKL-RPL/UKL-UPL. Langkah selanjutnya, perusahaan sudah mengarah ke kaidah pelaporan global sesuai klausul pada GRI, yang saat ini dipakai sebagai dasar pelaporan internal untuk membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan strategis terkait investasi dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai standar global. Pada aspek penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA); perusahaan telah menerapkan manajemen pengelolaan lingkungan hidup ke dalam SIA, meskipun tidak terlalu detail dan spesifik. Secara umum perusahaan menyadari bahwa pengelolaan lingkungan yang baik dan benar serta tertata justru akan mendorong keberlangsungan bisnis, sehingga manajemen juga memberi perhatian khusus terhadap upaya peningkatan pengelolaan lingkungan melalui investasi dan alokasi biaya terkait lingkungan secara terintegrasi proporsional dan terkontrol. Pada aspek pencatatan parameter moneter dan parameter fisik; perusahaan telah melakukan penganggaran, pencatatan, dan kontrol terhadap investasi dan biaya terkait lingkungan; terutama keterkaitan unsur material dan produktivitas secara lebih spesifik, dan terintegrasi. Pencatatan data dan kaidah pelaporan operasional terkait bidang lingkungan dari masing-masing departemen sudah dalam proses integrasi secara online termasuk pengolahan data sesuai kaidah pelaporan GRI. SARAN Sesuai dengan keberadaan posisi PT Djarum saat ini terhadap tingkatan tanggap lingkungan; ada beberapa hal yang dapat saya berikan sebagai masukan: • Meningkatkan penerapan kebijakan lingkungan yang terintegrasi dalam kegiatan operasional yang berkesinambungan secara lebih komprehensif. • Menerapkan EMA secara benar dan konsisten dalam pengelolaan biaya lingkungan yang terintegrasi di tingkat operasional. • Meningkatkan penerapan skema pengurangan (reduce) limbah, baik melalui peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan material, air, energi secara terukur. Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014 20 • Memahami dan berinisiatif untuk mengelola biaya daur hidup (product life cycle) salah satunya melalui product stewardship. • Me-review kinerja lingkungan dan menetapkan target parameter indikator benchmarking dalam KPI dan EPI secara proporsional dan konsisten. • Menerapkan pendekatan strategis dalam penerapan akuntansi manajemen lingkungan (EMA), pelaporan eksternal (sesuai kaidah GRI) dan penghargaan terhadap evaluasi kinerja (reward on achievement). • Mengintegrasikan EMA dan SMA (Social Management Accounting) menuju ke SMAS (Sustainability Management Accounting System) yaitu penerapan TBL (Triple Bottom Line – Economic-Social-Environment) atau CSR (Corporate Social Responsibility) yang terintegrasi dengan aktivitas produksi. • Mengintegrasikan informasi EMA ke dalam Pelaporan Terintegrasi (Integrated Reporting) <IR> sesuai SEEA (System of Environmental-Economic Accounting). DAFTAR REFERENSI Econation. (2013). http://www.econation.co.nz/external-costs.html [diakses pada tanggal 11/12/2013] GRI. (2013). GRI G4 Part 1 Reporting Principles and Standard Disclosures. Amsterdam: Global Reporting Initiative (GRI). Sumber: https://www.globalreporting.org/resourcelibrary/GRIG4-Part1-ReportingPrinciples-and-Standard-Disclosures.pdf [diakses pada tanggal 11/12/2013] GRI. (2013). GRI G4 Part 2 Implementation Manual. Amsterdam: Global Reporting Initiative (GRI). Sumber: https://www.globalreporting.org/resourcelibrary/GRIG4-Part2-Implementation-Manual.pdf [diakses pada tanggal 11/12/2013] Helbling, Thomas. (2012). Finance & Development. International Monetary Fund. Sumber: http://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/basics/external.htm [diakses pada tanggal 11/12/2013] IFAC. (2005). International Guidance Document: Environmental Management Accounting. New York: International Federation of Accountants (IFAC). Romney, Marshall B. and Paul J. Steinbart. (2012). Accounting Information Systems, 12th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Sulaiman, Maliah and Nik Nazli Nik Ahmad. (2006). Environmental Management Accounting: Towards a Sustainable Future. Accountants Today. UNDSD. (2000). Improving Governments’ Role in the Promotion of Environmental Managerial Accounting. New York: United Nations Division for Sustainable Development (UNDSD). UNDSD. (2001). Environmental Management Accounting: Policies and Linkages. New York: United Nations Division for Sustainable Development (UNDSD). UNDSD. (2001). Environmental Management Accounting: Procedures and Principles. New York: United Nations Division for Sustainable Development (UNDSD). Analisis akuntansi..., Anastasia Winayanti, FE UI, 2014