apakah berbisnis hanya mencari

advertisement
APAKAH BERBISNIS HANYA MENCARI
KEUNTUNGAN SEMATA?
Pada prinsipnya bisnis memang dijalankan untuk mendapatkan suatu
keuntungan, namun yang menjadi pertanyaan, apakah mencari keuntungan
merupakan satu-satunya tujuan dari berbisnis ? jawabannya adalah TIDAK,
mari kita bahas lebih jauh.
Sangat menarik jika kita mengutip pernyataan dari salah seorang pakar
marketing Peter F Drucker berikut ini :
“If we want to know about business is, we have to start with its purpose. And its
purpose must lie outside the business itself. In fact, it must lie in society since a
business enterprise is an organ of society”.
“Jika kita ingin mengetahui suatu bisnis yaitu dimulai dengan mengetahui
kebutuhannya, dan kebutuhan itu hendaknya bersandar diluar dari bisnis itu
sendiri, dan pada kenyataannya harus bersandar kepada masyarakat
mengingat bisnis usaha adalah merupakan bagian dari masyarakat”.
Bisa kita tarik kesimpulan dari pernyataan Peter F Drucker tersebut diatas, jika
kita hendak menjalankan bisnis hendaknya dimulai dengan mengetahui apa
kebutuhan dan keinginan masyarakat. Hal ini menggambarkan kepada kita bahwa
bisnis tidak dapat berjalan sendiri dengan hanya mengandalkan kepentingan “si
pebisnis” namun harus sejalan dengan kepentingan masyarakat luas.
Robert Almeder dalam penulisannya “Morality In the Marketplace” mencoba
memberikan gambaran lebih kritis mengenai perilaku bisnis, betapa suatu product
maupun aktifitas suatu perusahaan dapat memberikan pengaruh baik maupun
buruk terhadap masyarakat luas, baik yang berdampak terhadap lingkungan
disekitar, para pengguna product secara langsung maupun yang berdampak social
ke masyarakat.
Sebagai contoh, suatu perusahaan di Negara Chili diindikasikan telah membuang
limbah industrinya dan mencemari area suplai kebutuhan air bagi masyarakat
disekitarnya. General Motor pernah membuat suatu product yang ternyata dapat
membahayakan diri pengguna product tersebut dan menolak untuk melakukan
penarikan product yang sudah terlanjur dipasarkan ke masyarakat luas.
Perusahaan rokok American Tobacco dengan product rokoknya yang secara luas
dapat berdampak buruk terhadap kesehatan para penggunanya, disisi lain bisnis
advertising diuntungkan dengan gencarnya iklan-iklan product rokok meskipun
mereka mengetahui bahwa rokok membawa dampak buruk terhadap kesehatan
penggunanya.
Apakah gambaran-gambaran tersebut diatas adil terhadap masyarakat diluar
perusahaan? Apakah tidak menyalahi hukum melakukan aktifitas yang berdampak
dapat merugikan masyarakat luas? dan yang terpenting apakah “si pelaku” bisnis
peduli terhadap apa yang sudah dilakukannya?
Dilihat dari sisi perusahaan yang merupakan profit oriented hal tersebut tidaklah
salah Business is to make profit, isn’t it? Kenapa harus berpikir ke hal-hal lain yang
berdampak sebagai akibat dari bisnis yang dijalankan “Emang Gue Pikirin”
mengutip bahasa gaul sekarang. Nah yang menjadi pertanyaan apakah tidak ada
bentuk tanggung jawab dari bisnis itu sendiri ke masyarakat, apakah cukup dengan
menghasilkan profit? Apakah masyarakat berhak menuntut jika mereka dirugikan
sebagai sebab akibat dari aktifitas bisnis yang dijalankan perusahaan.
Robert Almeder dalam tulisannya mengemukakan bisnis perusahaan bukanlah
hanya sekedar mencari keuntungan semata namun harus memiliki tanggung jawab
moral dan social terhadap masyarakat.
Hal ini bertentangan dengan prinsip bisnis yang dikemukakan oleh Milton
Friedman, bahwa tujuan berbisnis dan tanggung jawab pebisnis adalah hanya
bagaimana menghasilkan keuntungan dengan tidak harus mengorbankan
kesempatan menghasilkan profit atas segala efek samping yang mungkin
ditimbulkan dari product yang dihasilkan maupun aktifitas yang dijalankan dalam
berbisnis.
Saat ini di dunia usaha baik lokal maupun internasional sudah mulai
diperkenalkan dan banyak juga yang sudah menerapkan policy perusahaan yang
mengarah kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar (Community
Development). Mari kita ambil contoh positif dari beberapa perusahaan –
perusahaan besar di Indonesia yang tidak hanya berorientasi kepada memperoleh
keuntungan semata namun ikut memiliki tanggung jawab moral dan social
terhadap masyarakat.
PT. Unilever memiliki suatu program Corporate Social Responsibility (CSR) yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program bina
lingkungan, mendanai program-program pendidikan anak SD serta bantuanbantuan kesehatan. Begitu juga dengan perusahaan – perusahaan perkebunan
kelapa sawit yang tergabung dalam SINAR MAS Group, mereka memiliki programprogram Community Development yang semuanya bertujuan untuk ikut
mensejahterakan masyarakat sekitar dengan bantuan pendidikan, bantuan
kesehatan maupun melalui perkebunan inti rakyatnya. Perusahaan-perusahaan
kontraktor tambang di wilayah Kalimantan KPC, ADARO, KIDECO, THIESS, dan
banyak lagi lainnya memiliki tanggung jawab untuk menjalankan programprogram CSR maupun Community Development. Tidak hanya itu, perusahaanperusahaan tambang tersebut juga bertanggung jawab terhadap efek negative
pembuangan limbah atas aktifitas mining yang dijalankan serta wajib untuk
melakukan Reklamasi lingkungan atas lahan yang sudah mereka tambang.
Kasus PT. Newmonth di buyat minahasa menjadi contoh nyata kepada kita betapa
suatu perusahaan tidak bisa hanya mengejar keuntungan semata dengan
mengabaikan dan mengorbankan masyarakat luas, perusahaan harus ikut
bertanggung jawab atas kesejahteraan, keamanan dan keselamatan masyarakat
sekitar. Kita semua pasti setuju dan meyakini bahwa tidaklah dapat dibenarkan
dengan mengorbankan masyarakat yang tidak bersalah disatu sisi, sedangkan
disisi lain ada pihak-pihak yang diuntungkan.
Dengan uraian-uraian tersebut diatas apakah kita masih bisa bicara : PROFITS IS
THE ONLY BUSINESS OF BUSINESS ? I DON’T THINK SO
Download