BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Menurut Stephen P. Robbins dan Marry Coulter ( 2009, p22 ) ” Manajemen involves coordinating and overseeing the work activities of others so that their activities are completed efficiently and effectively.” Manajemen diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasi dan mengatur segala aktivitas pekerjaan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. David R. Fred, (2006,p.171-178) Manajemen adalah adalah suatu proses mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sumber-sumber secara produktif untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Menurut pendapat Dyck dan Neubert (2010), manajemen is the process of planning, organizing,leading, and controlling human and other organizational recources in order to effetively achive organizational goals. Manajemen adalah proses perencanaan, mengorganisir, memimpin, dan pengontrolan manusia dan sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut solihin (2009,p4) manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien”. Menurut Heene dan Desmidt (2010, p8) manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkannya. Menurut Stoner, Freeman,dan Gilbert (2005) Manajemen adalah proses perencanaan,pengorganisasian dan penggunakann sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut saya Management adalah suatu proses yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk mencapai stau tujuan dengan perencanaan, memimpin, pengorganisir, mengontrol . 13 14 2.1.2 Fungsi Manajemen Menurut David R. Fred, (2006,p.171-178) manajemen melaksanakan fungsi- fungsi : perencanaan, pengorganisasian, perencanaan, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. 1. Perencanaan, terdiri atas semua aktivitas yang terkait dengan persiapan masa depan. Pekerjaan spesifik mencakup peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi, pengembangan kebijakan, dan penetapan tujuan. 2. Pengorganisasian, manajerial otoritas. pengorganisasian yang menghasilkan Area yang mencakup struktur pekerjaan semua aktivitas dan hubungan spesifik mencakup desain organisasi, spesialisasi pekerjaan, deskripsi pekerjaan, rentang pengendalian, kesatuan komando, koordinasi, desain pekerjaan, dan analisis pekerjaan. 3. Pemberian Motivasi, pemotivasian melibatkan usaha yang diarahkan untukmembentuk perilaku manusia. Topic spesifik mencakup kepemimpinan, komunikasi, kelompok penhayaan kerja, modifikasi perilaku, delegasi otoritas, pekerjaan, kepuasan kerja, pemuasan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan, dan moral manajerial. 4. Pengelolahan Staf, aktivitas pengelolahan staf dipusatkan pada manajemen staf atau sumber daya manusia. Termasuk administrasi gaji dan upah, fasilitas karyawan, wawancara, perekrutan, pelatihan, pengembangan manajemen, keselamatan karyawan, tindakan afirmatif, kesempatan kerja yang setara, hubungan dengan serikat kerja, penelitian personel, kebijakan disiplin, prosedur keluh kesah, dan hubungan masyarakat. 5. Pengendalian/control, pengendalian manajerial yang diarahkan untuk mengacu memastikan pada semua bahwa hasil aktivitas actual konsisten dengan hasil yang direncanakan. Area perhatian utama adalah kontrol kualitas, kontrol penjualan, kontrol persediaan, kontrol biaya, analisis varians, imbalan, dan sanksi. 15 2.1.3 Bidang – Bidang manajemen Manajemen dibagi kedalam 5 bidang yaitu : 1. Manajemen Produksi Manajemen produksi adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial seperti planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan) dan controlling (pengawasan) terhadap sistem-sistem produksi dengan tujuan agar produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Manajemen produksi menyangkut kegiatan untuk menghasilkan barang. Oleh karenanya dalam kegiatan manajemen produksi harus melalui proses sebagai berikut. a. Pemilihan (selecting) Adalah keputusan yang menyangkut pemilihan proses produksi dari berbagai barang yang akan diproduksi atau disediakan. Maksudnya, memilih bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi. b. Perancangan (engineering) Adalah keputusan yang menyangkut penggunaan metode-metode pelaksanaan suatu proses produksi atau cara kerja untuk memproduksi barang. c. Pengoperasian (operating) Adalah kegiatan riil untuk mewujudkan rencana kerja atau pelaksanaan proses kegiatan produksi barang. d. Pengawasan (controlling) Adalah prosedur-prosedur yang menyangkut pengambilan tindakan korektif dalam kegiatan produksi barang atau penyediaan jasa. e. Pembaharuan (inovating) Adalah kegiatan untuk memperbaiki yang diperlukan dalam sistem produksi berdasarkan perubahan teknologi, maupun manajemen. permintaan, tujuan organisasi, 16 Adapun penerapan fungsi manajemen produksi dapat diuraikan sebagai berikut. a. Fungsi perencanaan produksi Adalah kegiatan untuk merencanakan penentuan kualitas dan kuantitas barang yang akan diproduksi, merancang sistem transformasi, menjadwalkan berbagai aktivitas, serta menetapkan berbagai ukuran dan kriteria yang sangat diperlukan untuk kepentingan produksi. b. Fungsi pengorganisasian dalam produksi Mencakup kegiatan untuk merancang struktur organisasi produksi, menyiapkan dan menetapkan kriteria bagi staf yang menjabat dalam struktur organisasi, mendelegasikan wewenang serta menetapkan pola agar tercipta keserasian kerja antarsubsistem. c. Fungsi penggerakan dalam produksi, Mencakup usaha untuk memotivasi, memberi perintah, mengarahkan kegiatan produksi, mengoordinasikan tiap bagian, dan mengoptimalkan berbagai sistem transformasi. d. Fungsi pengendalian dalam produksi Adalah melakukan tindakan korektif terhadap pelaksanaan kegiatan produksi. Pendekatan dalam manajemen produksi bertujuan untuk menghasilkan produk yang baik, dapat dilakukan dengan tiga cara, sebagai berikut. a. Pendekatan pragmatis, Artinya manajemen produksi merupakan usaha untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan standar yang diinginkan, baik kualitas maupun kuantitasnya. b. Pendekatan Iptek, Artinya pendekatan yang menitikberatkan pada pemakaian konsep matematika modern terhadap kasus yang ada hubungannya dengan proses produksi. c. Pendekatan atas dasar siklus kehidupan industri, Artinya sistem produksi dipandang sebagai suatu organisme yang diawali oleh proses pertumbuhan operasi, proses pendewasaan sistem terhadap posisi tertentu, dan diakhiri oleh proses pelapukan sistem. 17 2. Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran mempunyai pengertian yang berbeda beda, di antaranya dapat kamu simak berikut ini a. Menurut The American Marketing Association Commite pemasaran adalah kegiatan-kegiatan perdagangan yang mengarahkan aliran barang-barang dan jasa dari produsen menuju ke konsumen atau pemakai. b. Menurut Prof. Malcolm Mc. Hair, merumuskan bahwa pemasaran adalah penciptaan dan penyerahan suatu standard hidup kepada masyarakat. Jadi, pemasaran terdiri atas usahausaha yang dibutuhkan untuk memuaskan, baik kebutuhan penjual maupun kebutuhan pembeli. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan penciptaan dan penyerahan barang atau jasa kepada konsumen atau masyarakat, agar dapat memperluas pasar bagi kemajuan suatu perusahaan ataupun industri. Penerapan manajemen dalam bidang pemasaran meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini. a. Perencanaan pemasaran, mencakup perencanaan di bidang produksi, pasar, dan pemilihan saluran pemasaran yang tepat dalam pendistribusian produk. Perencanaan produksi merupakan pertimbangan pertama dalam perencanaan pemasaran. Produk harus sesuai dengan kebutuhan pasar atau disesuaikan dengan permintaan para pembeli. Perencanaan pasar juga merupakan hal yang penting, karena dapat menggambarkan daerah yang dilayani untuk pemasaran, daya beli masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan tingkat hidup calon pembeli. b. Pengorganisasian pemasaran yaitu meciptakan dan memelihara struktur organisasi penjualan yang baik, yang harus disesuaikan dengan keadaan perusahaan. c. Penggerakan pemasaran, antara lain: − mendorong pegawai dan tenaga penjual melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin, − kepemimpinan yang kuat dan menyenangkan, 18 − supervisi serta pengawasan yang baik dalam kegiatan pemasaran, − sikap manajer dan pegawainya dalam melayani pemasanan, − komunikasi yang baik dalam kegiatan pemasaran. d. Pengawasan pemasaran, artinya pengawasan terhadap seluruh usahausaha pemasaran. Untuk melaksanakan pengawasan, diperlukan data-data dan informasi yang lengkap dan objektif. Selain itu pengawasan hendaklah disertai pula penilaian atas hasil-hasil yang diperoleh akibat penerapan manajemen yang efektif dan efisien di bidang pemasaran. Adapun fungsi pemasaran meliputi kegiatan penjualan, pembelian, pengangkutan, penyimpanan, penentuan standar, pembiayaan, penanggungan risiko, pengumpulan dan keterangan pasar. 3. Manajemen Personalia Manajemen personalia atau manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dalam hal pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan terhadap sumber daya manusia secara terpadu untuk mencapai tujuan organisasi. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan mengenai ruang lingkup manajemen personalia yang meliputi kegiatan berikut ini. a. Pengadaan pegawai (recruitment), Adalah kegiatan yang menyangkut tentang perencanaan penerimaan tenaga kerja, analisis jabatan, seleksi pegawai dan penempatan tenaga kerja. b. Pengembangan, Adalah kegiatan yang meliputi system pengupahan, mengadakan penilaian karyawan, mengadakan pemindahan, dan merencanakan tenaga kerja bagi karyawan. c. Pemberian kompensasi, Adalah kegiatan yang meliputi sistem pengupahan, mengadakan analisis tentang upah yang dibayarkan, mengadakan evaluasi jabatan, 19 mengadakan penilaian tingkat produktivitas, dan mengadakan penilaian sistem pengupahan insentif. d. Pengintegrasian Adalah kegiatan untuk memudahkan keinginan perusahaan, tenaga kerja, dan masyarakat. e. Pemeliharaan Adalah kegiatan yang meliputi penyusunan program keselamatan, kesehatan dan pelayanan karyawan serta pemutusan hubungan kerja. Adapun maksud dan tujuan manajemen personalia adalah sebagai berikut. a. Untuk mendapatkan pegawai yang berkualitas, yang bisa dibina dan dimanfaatkan dalam kegiatan organisasi. b. Untuk meningkatkan kemampuan kerja para pegawai. c. Untuk menciptakan hubungan kerja yang baik antar pegawai, baik secara vertikal maupun secara horizontal. 4. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah salah satu aktivitas fungsi manajemen untuk menyediakan segala kebutuhan financial yang berkaitan dengan operasional perusahaan dan organisasi. Fungsi utama manajemen keuangan antara lain: a. Raising of fund Adalah kegiatan untuk mendapatkan dana atau penyusunan sumber penerimaan atau anggaran penerimaan, b. Allocation of fund Adalah kegiatan untuk mengalokasikan sumber keuangan yang ada pada segala aktivitas perusahaan atau penyusunan anggaran pengeluaran. c. Controlling of fund Adalah kegiatan untuk melakukan pengawasan terhadap penggunaan dan pemanfaatan keuangan. Penerapan fungsi manajemen keuangan dimaksudkan untuk: a. mencapai efisiensi penggunaan atau pemanfaatan keuangan 20 b. meningkatkan serta memaksimalkan keuntungan (rentabilitas), c. menyediakan dana yang cukup untuk operasional jangka pendek dan jangka panjang, d. memberikan perlindungan terhadap penyelenggaraan atau pelaksanaan keuangan. 5. Manajemen Administrasi/Akuntansi Manajemen administrasi/akuntansi adalah cara mengajukan informasi mengenai administrasi atau akuntansi sedemikian rupa sehingga dapat membantu manajemen dalam menentukan garis-garis kebijakan dan operasional sehari-hari dari suatu usaha. Sasaran utama dari manajemen administrasi atau akuntansi adalah menyajikan laporan tentang peristiwa finansial atau keuangan. Peristiwa finansial atau keuangan yang dimaksud meliputi kegiatan mencatat, menguraikan dan menganalisis, menggolongkan, meringkas, menafsirkan, meramalkan, dan melaporkan peristiwa keuangan. Jadi, manajemen akuntansi senantiasa dapat digunakan karena merupakan alat yang sangat penting dalam manajemen perusahaan. 2.1.4 Unsur Manajemen Unsur – unsur management yaitu : 1. Man (sumber daya Manusia ) 2. Money ( uang yang dibutuhkan sebagai modal dan untuk mencapai tujuan) 3. Mathodes (sistem kerja yang digunakan untuk mencapai tujuan) 4. Materials ( bahan – bahan yang diperlukan) 5. Machines (mesin-mesin yang diperlukan untuk mencapai tujuan) 6. Market (pasar atau pemasaran sebagai tempat untuk menjual produk atau jasa 21 2.2. Manajemen Operasional Ada beberapa pengertian dari manajemen operasional menurut para ahli, antara lain: Menurut Jay Heizer dan Berry Rander (2009:4), manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Menurut Eddy Herjanto (2007:2) , manajemen operasional adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan. Menurut James Evans dan David Collier (2007:5), manajemen operasional adalah ilmu dan seni untuk memastikan bahwa barang dan jasa diciptakan dan berhasil dikirim ke pelanggan. Jadi, manajemen operasional adalah ilmu yang mempelajari serangkaian proses Management Operasional adalah salah satu dari tiga fungsi utama ( pemasaran, keuangan , dan operasi ) dari setiap organisasi. Management Operasional melakukan Rencana – mengatur – Staf – Lead – Kontrol 2.2.1 Keputusan Strategis management Sepuluh Keputusan Strategis Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:56-57), diferensiasi, biaya rendah dan respons yangcepat dapat dicapai saat manajer membuat keputusan efektif dalam sepuluh wilayah manajemen operasional. Keputusan ini dikenal sebagai keputusan operasi (operations decisions). Berikut sepuluh keputusan manajemen operasional yang mendukung misi dan menerapkan strategi: a. Perancangan barang dan jasa Perancangan barang dan jasa menetapkan sebagian besar proses transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya, kualitas dan sumber daya manusia bergantung pada keputusan perancangan. b. Kualitas. Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan, peraturan dan prosedur dibakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai standar kualitas tersebut. 22 c. Perancangan proses dan kapasitas. Keputusan proses yang diambil membuat manajemenmengambil komitmen dalam hal teknologi, kualitas, penggunaan sumber daya manusia dan pemeliharaan yang spesifik.Komitmen pengeluaran dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar suatu perusahaan. d. Pemilihan lokasi. Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa menentukan kesuksesan perusahaan. e. Perancangan tata letak. Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan, tingkat karyawan, keputusan teknologi dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata letak. f. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan. Manusia merupakan bagian yang integral dan mahal dari keseluruhan rancang sistem. Karenanya, kualitas lingkungan kerja diberikan, bakat dan keahlian yangdibutuhan, dan upah yang harus ditentukan dengan jelas. g. Manajemen rantai pasokan. Keputusan ini menjelaskanapa yang harus dibuat dan apa yang harus dibeli. h. Persediaan. Keputusan persediaan dapat dioptimalkanhanya jika kepuasan pelanggan, pemasok, perencanaan produksi dan sumberdaya manusia dipertimbangkan. i. Penjadwalan. Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus dikembangkan. j. Pemeliharaan. Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas yang diinginkan. 2.2.2 Pengertian Supply Chain Definisi supply chain menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002, p.5) adalah: ”Supply chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyalura barang “Supply chain is a network of connected and interdependent 23 organizations mutually and co-operatively working together to control, manage and improve the flow of material and information from supplier to end users.” (Indrajit dan Djokopranoto 2003, p.29, source:J.Aitken). Persediaan rantai adalah suatu jaringan dari organisasi yang saling tergantung dan dihubungkan satu sama lain dan co-operatively bekerja sama untuk mengendalikan, mengatur dan meningkatkan aliran material dan informasi dari para penyalur ke pemakai akhir. 2.2.2.1 Pengertian Supply Chain Management Menurut I Nyoman Pujawan (2005, p.22) Supply Chain Management adalah: ”Supply chain management merupakan metode atau pendekatan integrative untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintrgrasi yang melibatkan pihak- pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier , pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik.” Definisi supply chain manajemen menurut Chopra dan Meindl (2004, p.4) adalah: “Supply chain management adalah sebuah supply chain management terdiri dari perlibatan setiap mata rantai persediaan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung memenuhi permintaan pelanggan.” Menurut Yolanda M Siagian (2005, p.6), supply chain management menegaskan interaksi antar fungsi pemasaran, produksi pada suatu perusahaan. Memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan dan penurunan biaya dapat dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama antara pengadaan bahan baku dan pendistribusiannya. Christina Whidya Utami, (2006, p.126), supply chain management adalah proses penyatuan bisnis dari pengguna akhir melalui para penyalur asli yang menyediakan produk, jasa pelayanan, dan informasi untuk menambah nilai pelanggan. Menurut Barry Render dan Jay Heizer (2004, p.412), supply chain management merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses dan barang jadi, dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. 24 Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p279). ”Rantai pengadaan adalah suatu jalur aliran bahan, informasi, uang, dan jasa dari penyedia bahan mentah ke pabrik dan gudang hingga ke konsumen akhir dalam bentuk barang jadi / produk”. 2.2.2.2 Komponen Supply Chain Menurut Rainer dan Turban (2009, p.244) supply chain terdiri dari tiga segmen utama, yaitu: 1) Upstream Supply Chain Segmen Merupakan supply chain dari sisi supplier dan organisasinya di mana aktivitas utamanya adalah purchasing dan pengiriman. Di mana sourcing atau pengadaan dari supplier external terjadi 2) Internal Supply Chain Segment Segmen ini meliputi keseluruhan proses yang dilakukan oleh perusahaan dalam mentransformasi bahan baku yang dikirim oleh supplier menjadi barang jadi. Di mana packaging, assebly, atau manufaktur terjadi. 3) Downsteam Supply Chain Segment Segmen ini meliputi seluruh proses yang melibatkan distribusi dan pengiriman barang akhir atau barang jadi ke konsumen tingkat akhir. Di mana distribusi terjadi secara terus menerus oleh distributor luar Menurut pendapat Indrajit dan Djokopranoto, 2004, p.27. Upstream Supply Chain Management adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu supplier. Downstream Supply Chain Management adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hilir / wholesale, retailer 2.2.2.3 Element Supply Chain Management Menurut Tunggal (2009, p.90) Supply Chain Management terdiri dari 3 elemen yang saling terkait satu sama lain : 1) Struktur Jaringan Supply Chain Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain lainnya. (1) Identifikasi Anggota Supply Chain 25 Anggota Supply Chain meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui supplier atau customer dari point of origin hingga point of consumpion. (2) Dimensi Struktural Jaringan a. Struktur Horizontal Meliputi semua tiers yang ada pada supply chain, jaringannya bisa panjang bisa juga pendek. b. Struktur Vertikal Meliputi sejumlah supplier/customer yang mewakili tiap tingkat tier. c. Posisi Horizontal Perusahaan Sebuah perusahaan dapat diposisikan berada atau dekat dengan sumber supply atau customer akhir atau di suatu tempat antara poin-poin akhir dari supply chain. (3) Jenis-jenis Jaringan Proses Bisnis Menyatukan dan mengatur semua proses bisnis melalui supply chain tidak akan seefektif dengan hasil yang ingin dicapai. Oleh karena itu, harus ada pemisahan antar jaringan mana yang merupakan jaringan yang benar-benar penting. Terdapat 4 jenis jaringan proses bisnis, yaitu: a. Managed Process Links Jaringan di mana perusahaan merasa penting untuk bersatu dan berkolaborasi dengan anggota lain dari supply chain. b. Monitored Process Links. Pada proses ini perusahaan tidak terlalu aktif terlibat. Perusahaan hanya berkala meninjau dan mengaudit bagaimana setiap proses disatukan atau diatur. c. Not-Managed Process Links Perusahaan tidak terlibat secara aktif dan juga tidak meninjau sekritis hubungan di atas. Perusahaan mempercayakan anggota lain yang menggaturnya. d. Non-Member Process Links Proses antar anggota-anggota perusahaan dengan non-anggota dari supply chain. Non-anggota tidak termasuk dalam struktur jaringan supply chain perusahaan tetapi mereka dapat dan sering memberi pengaruh pada perusahaan dan anggota-anggota lainnya. 26 2) Proses Bisnis Supply Chain (1) Customer Relationship Management (CRM) Langkah pertama supply chain adalah mengidentifikasi pelanggan utama atau pelanggan yang kritis dengan misi dagang perusahaan. Rencana bisnis merupakan langkah awal identifikasi. Tim pelayanan pelanggan (Customer Service) membuat dan melaksanakan programprogram bersama, persetujuan produk dan jasa ditetapkan pada tingkat kerja tertentu untuk memenuhi kebutuhan customer. (2) Customer Service Management (CSM) Customer Service memberitahukan customer informasi mengenai tanggal pengiriman dan ketersediaan produk melalui hubungannya dengan bagian produksi dan distribusi (3) Demand Management Proses ini menyeimbangkan kebutuhan customer dengan kemampuan supply perusahaan untuk menentukan apa yang akan dibeli customer dan kapan. (4) Customer Pesanan Fulfillment Proses penyelesaian pesanan ini secara efektif memerlukan integrasi rencana kerja antara produksi, distribusi, dan transportasi. Hubungan dengan rekan kerja yakni anggota primer supply chain dan anggota sekunder diperlukan untuk memenuhi kebutuhan customer dan mengurangi total biaya kirim ke customer. (5) Manufacturing Flow Management Produk dihasilkan untuk memenuhi jadwal produksi. Seringkali produk yang salah mengakibatkanpersediaan yang tidak perlu, meningkatkan biaya penanganan/penyimpanan dan pengiriman produk terhambat. Dengan adanya Supply Chain Management, produk dihasilkan berdasarkan kebutuhan customer. (6) Procurement Melibatkan supplier sejak tahap desain produk akan mengurangi siklus pengembangan produk dan juga koordinasi antara purchasing, dan supplier pada tahap akhir desain. (7) Pengembangan Produk dan Komersialisasi engineering, 27 Untuk mengurangi waktu masuknya produk ke pangsa pasar, customer, dan supplier seharusnya dimasukkan ke dalam proses pengembangan produk. (8) Retur Proses manajemen retur yang efektif memungkinkan kita mengidentifikasi produktifitas kesempatan memperbaiki dan menerobos proyek-proyek agar dapat bersaing. Komponen-komponen Manajemen SCM Komponen-komponen manajemen bersifat kritis dan fundamental bagi keberhasilan SCM karena dibutuhkan untuk menunjukkan dan menentukan bagaimana setiap jaringan proses disatukan dan disusun. Tingkat integritas dan manajemen sebuah jaringan proses bisnis merupakan fungsi dari angka dan tingkat yang disusun dari yang rendah sampai yang tinggi dari komponen- komponen yang ditambahkan ke jaringan. Komponen-komponen utamanya adalah sebagai berikut: (1) Metode perencanaan dan pengedalian Perencanaan dan pengendalian operasi merupakan kunci untuk menuntun organisasi atau supply chain ke arah yang diinginkan. Perencanaan yang meliputi banyak aspek akan berpengaruh penting terhadap keberhasilan supply chain. (2) Struktur aliran kerja/aktivitas kerja Struktur aliran kerja atau aktivitas kerja menunjukkan bagaimana cara perusahaanmenyampaikan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitasnya. Tingkat integrasi proses-proses yang melalui supply chain merupakan pengukuran struktur organisasi. (3) Struktur organisasi Struktur organisasi dapat berdasarkan perusahaan individu dan supply chain. Kegunaan dari tim cross-functional menyarankan suatu pendekatan proses (4) Struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi Struktur fasilitas aliran informasi memiliki pengaruh yang kuat pada keifisienan supply chain dan merupakan komponen utama yang 28 menyatukan sebagian atau seluruh supply chain. (5) Struktur fasilitas aliran produk Struktur fasilitas aliran produk berhubungan dengan jaringan struktur sourcing, produksi, dan distribusi supply chain. Dengan pengurangan persediaan maka akan lebih sedikit ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan persediaan. Persediaan diperlukan dalam sistem, namun penyimpanan persediaan pada bagian tertentu terkadang dapat menjadi tidak proporsional. (6) Metode manajemen Metode menejemen meliputi filosofi perusahaan dan teknik manajemen. Antara struktur organisasi top-down dengan stuktur organisasi bottom-up akan sulit untuk disatukan. (7) Struktur wewenang dan kepemimpinan Struktur kewewenangan dan kepemimpinan melalui supply chain akan mempengaruhi formatnya. Satu pemimpin yang kuat akan mengendalikan arah supply chain. (8) Struktur resiko dan reward Antisipasi dari sharing resiko dan reward melalui supply chain akan mempengaruhi komitmen jangka panjang anggota-anggotanya (9) Budaya dan sikap Menghubungkan budaya dan sikap-sikap individu memerlukan waktu, tetapi diperlukan beberapa tingkat suppy chain sebagai jaringan yang terkoordinasi 2.2.2.4 Tujuan Supply Chain Management Menurut Miranda ST (2002, p.87), tujuan supply chain adalah memaksimalkan persaingan dan keuntungan perusahaan beserta seluruh anggotanya, termasuk pelanggannya. Chopra Dan Meindl 2004, p.5, tujuannya adalah untuk meminimalkan biaya keseluruhan (biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya bakan baku, biaya transportasi dan lain-lain) Menurut Shapiro dan Wagner (2009) dalam Proquest, Journal of Business Logistics Strategic Inventory Optimization : “Pendekatan analitis yang terlalu berfokus pada keputusan perencanaan persediaan jangka panjang sementara 29 mengabaikan persoalan desain jaringan dapat mengakibatkan solusi yang jauh dari optimal. Menurut O’Brien dan Marakas (2008, p305) tujuan dari Supply Chain Management adalah untuk menciptakan jaringan yang cepat, efisien, dan berbiaya rendah, yang biasa disebut rantai pasokan untuk membuat produk perusahaan tumbuh pada konsep pasar. Menurut Turban, et al. (2008, p308) Supply Chain Management bertujuan untuk meminimalkan tingkat persediaan, mengoptimalkan produksi dan meningkatkan output, mengurangi waktu produksi, mengoptimalkan logistik dan distribusi, merampingkan order yang berlebihan, dan secara keseluruhan mengurangi biaya yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut. Menurut Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky, dan Edith Simchi-Levi (2004, h2), tujuan supply chain management adalah untuk meraih efek tifitas dan efisiensi biaya pada sistem secara keseluruhan biaya total sistem, mulai dari biaya transportasi dan distribusi hingga penyimpanan bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi harus diminimalisir. 2.2.2.5 Keuntungan supply chain Beberapa keuntungan yang diperoleh dari supply chain (Indrajit dan Djokopranoto, (2002, pp.4-5) adalah : 1. Mengurangi inventory dengan berbagai cara a. Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan, yang berkisar antara 30%-40%. b. Sedangkan biaya penyimpanan barang (inventory carrying cost) berkisar antara 20%-40% dari nilai barang yang disimpan. c. Oleh karena itu usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan penimbunan barang dalam gudang agar biaya dapat ditekan menjadi sesedikit mungkin. 2. Menjamin kelancaran penyediaan barang a. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal (pabrik pembuat), supplier, perusahaan sendiri, wholesaler, retailer, sampai kepada final customers. 30 b. Jadi, rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai atau pelanggan merupakan suatu mata rantai yang panjang (chain) yang perlu dikelola dengan baik. 3. Menjamin mutu a. Mutu barang jadi (finished product) ditentukan tidak hanya oleh proses produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan dalam pengirimannya. b. Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus dikelola dengan baik. 2.2.2.6 Kegiatan Supply Chain Management Kegiatan supply chain management dapat dibagi menjadi 2 jenis kegiatan (I Nyoman Pujawan, 2005, p.17), yaitu : 1. Kegiatan fisik Kegiatan fisik perusahaan terdiri dari sourcing (mencari bahan baku), produksi, penyimpanan material/produk, distribusi/transportasi, dan pengembalian produk (return). 2. Kegiatan mediasi pasar Kegiatan mediasi pasar perusahaan terdiri dari riset pasar, pengembangan produk, penetapan harga diskon, serta pelayanan purna jual. 31 2.2.2.7 Proses Supply Chain Management Keuangan : Term pebayaran Material : Bahan baku komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman Supplier Tier 2 Supplier Tier 1 Manufacturer Distributor Retail Outlet Keuangan : Term pebayaran Material : Bahan baku komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman Gambar 2.1 Proses dari Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola Sumber : I Nyoman Pujawan (2005, p.5) Pada gambar di atas, terlihat bahwa supply chain management adalah koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan di antara perusahaan yang berpartisipasi. • Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. • Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan. • Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran, dan penetapan kepemilikan dan pengiriman. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan 32 Djokopranoto, 2002, p.9). Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang juga tidak sampai kelebihan barang terlalu banyak. 2.2.2.8 Pelaku Supply Chain Management Menurut Chopra dan Meindl, (2007, p20) menyatakan persyaratan dalam supply chain dapat berarti hanya ada satu pelaku yang dihubungakan dalam setiap bagian supply chain. Dalam proses yang sebenarnya perushaan produsen dapat memiliki bahan baku dari beberapa pemasok dan juga dapat memasok produk ke berbagai distributor. Maka kebanyakan supply chain adalah sebuah jaringan. Hal ini dapat dilihat dari gambar 2.2. Gambar 2.2 Supply Chain Stages Sumber : Chopra dan Meindl (2007, p20) Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003, pp.6-8) dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan di dalam arus barang, para pemain utama itu adalah : 1. Suppliers 2. Manufacturer 3. Distributors 4. Retail outlets 5. Customers 33 Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu antara lain sebagai berikut: Chain 1: Suppliers Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga suppliers’ suppliers atau subsuppliers. Jumlah suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers’ suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai yang pertama. Chain 1 – 2: Suppliers – Manufacturer Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carring cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan dapat diperoleh. Chain 1 – 2 – 3: Suppliers – Manufacturer - Distribution Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer. Chain 1 – 2 – 3 - 4: Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail outlets 34 Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlets). Chain 1 – 2 – 3 – 4 - 5: Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail outlets Customers Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlets tadi) ke real customers atau real user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply baru benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksud. 2.2.2.9 Model Supply Chain Management Model dari supply chain dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1. Push Based Supply Chain Yaitu model supply chain yang dilaksanakan di dalam pengantisipasian permintaan konsumen. 2. Pull Based Supply Chain Yaitu model dari supply chain yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan konsumen. Penentuan model dari supply chain sangat berguna pada saat pertimbangan keputusan strategik yang berkaitan dengan tahap strategi supply chain. 35 Suppliers Supplier’ Supplier Customers company Customers End Users Gambar 2.3 Model Supply Chain Sumber Indrajit dan Djokopranoto, 2002, pp8 Suppliers’ suppliers telah dimasukkan untuk menunjukkan hubungan y ang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulk an atau mencari, mengubah, dan mendistribusi an barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan ak urat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerak an barang y ang efektif dan efisien y ang menghasilkan k epuasan mak simal. (Indrajit dan Djokopranoto, 2002, pp8-9). 2.2.2.10 Strategi Supply Chain Management Di dalam tahap ini, perusahaan menentukan strategi kompetitif perusahaan dan strategi supply chain perusahaan. Kemudian penyesuaian perusahaan melakukan strategi supply chain dengan strategi kompetitif perusahaan. Penyesuaian strategi ini berarti bahwa kedua strategi, strategi kompetitif dan strategi supply chain mempunyai tujuan yang sama.Terdapat tiga langkah dasar untuk mencapai kesesuaian strategi, yaitu : 1. Mengerti konsumen Untuk mengerti konsumen, perusahaan harus mengidentifikasikan segmentasi dari kebutuhan konsumen yang dilayani. Terdapat beberapa point yang perlu diperhatikan untuk mengerti konsumen, yaitu : • Jumlah dari produk yang dibutuhkan dalam setiap segmen. • Waktu respon yang konsumen bersedia tolelir. • Varitas produk yang dibutuhkan. 36 • Level pelayanan yang dibutuhkan. • Harga produk. • Tingkat keinginan inovasi produk. Setelah mengetahui keinginan konsumen, perusahaan dapat menentukan tingkat permintaan konsumen termasuk yang mana. Dibawah ini akan digambarkan spektrum dari tingkat permintaan konsumen. Gambar 2.4 Spektrum Tingkat Permintaan Konsumen Sumber : Chopra, 2004, p.34 2. Mengerti supply chain Pada langkah ini, kita menentukan tingkat daya tanggap dari supply chain. Tingkat daya tanggap supply chain termasuk kemampuan supply chain untuk melakukan hal-hal berikut : • Tanggap terhadap permintaan pada rentang yang lebar. • Waktu tenggang yang singkat. • Mengatasi sejumlah besar variasi produk. • Membangun produk-produk yang berinovasi tinggi. • Mampu melakukan layanan pada tingkat yang sangat tinggi Gambar 2.5 Spektrum Tingkat Responsifitas Supply Chain Sumber: Chopra, 2004, p.36 37 3. Mencapai kesesuaian strategi Pada tahap ini, perusahaan melakukan penyesuaian strategi untuk memastikan bahwa supply chain sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tingkat responsifitas dari supply chain haruslah konsisten dengan tingkat permintaan konsumen. Berikut dibawah ini akan digambarkan diagram tentang kesesuaian strategi: Gambar 2.6 Zona Kesesuaian Strategi Sumber:Chopra, 2004, p.37 2.2.2.11 Kesesuaian antara Strategi Supply Chain dengan Kebijakan Taktis Tabel 2.1 Keputusan Taktis dan Strategi Supply Chain Keputusan taktis Efisien Responsif Cari lokasi yang dekat Lokasi Fasilitas Tempat pabrik di negara yang dengan pasar, punya akses ongkos tenaga kerjanya murah. tenaga terampil dan teknologi yang memadai 38 Sistem produksi Tingkat utilitas sistem produksi harus tinggi Perlu upaya meminimasi tingkat persediaan Persediaan Pengiriman TL/CL atau Transportasi subkontakkan ke pihak ketiga Pasokan Sistem produksi harus fleksibel dan ada kapasitas ekstra Diperlukan persediaan pengaman yang cukup di lokasi yang tepat Diperlukan transportasi cepat. Bila perlu tetapkan kebijakan LTL/LCL Pilih supplier dengan harga Pilih supplier berdasarkan dan kualitas sebaai kriteria kecepatan, fleksibelitas, utama dan kualitas Gunakan modular design Pengembangan produk Fokus ke minimasi ongkos dan tunda diferensiasi produk sebisa mungkin (postponement) Sumber: I Nyoman Pujawan, 2005, p.35 2.2.2.12 Prinsip – prinsip dasar supply chain management Menurut Anatan dan Ellitan (2008, p.46), prinsip manajemen rantai pasokan pada dasarnya merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang terkait dengan aliran material/produk, baik yang ada dalam suatu organisasi maupun antar organisasi. Sebuah rantai pasokan tidak hanya semata-mata aliran material atau produk namun juga aliran informasi yang menjadi suatu hal yang penting karena informasi dan data selalu dibutuhkan setiap waktu. Supply Chain Management adalah pengelolaan informasi,barang dan jasa mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir dengan menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan yang sama. Berdasarkan itu,maka prinsip dasar SCM seharusnya meliputi 5 hal,yaitu : 1. Prinsip Integrasi. 39 Semua elemen yang terlibat dalam rangkaian SCM dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan. 2. Prinsip jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras. 3. Prinsip ujung ke ujung Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir. 4. Prinsip saling tergantung Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang salng menguntungkan. 5. Prinsip komunikasi Artinya keakuratan data menjadi daerah dalam jaringan untuk menjadikan ketepatan informasi dan material. 2.2.2.13 Penggerak Supply Chain Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa supply chain. Menurut Chopra dan Meindl (2004, pp51-64) penggerak supply chain adalah sebagai berikut 1. Inventory Inventory adalah semua bahan-bahan mentah, dalam proses, dan barang-barang yang telah diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. (Chopra dan Meindl, 2004, p.52) Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004, pp.57-58): a. Cycle inventory Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misal dalam sebulan memerlukan 10 buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10 truk bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi supply chain apa yang mereka terapkan (responsive atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost (biaya pesan) dan holding cost (biaya penyimpanan). 40 b. Safety Inventory Safety Inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi ketidakpastian akan permintaan yang tinggi. c. Seasional inventory Seasional inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang menggunakan seasional inventory akan membangun inventory mereka pada periode permintaan akan barang rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan akan barang menjadi tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi dimana mereka tidak dapat memproduksi semua barang untuk memenuhi permintaan. 2. Transportasi Transportasi yaitu memindahkan inventory dari titik ke titik dalam supply chain. Transportasi terdiri dari banyak kombinasi dari model dan bentuk, yang memiliki keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. (Chopra dan Meindl,2004, p.52). Komponen dari keputusan mengenai transportasi adalah (Chopra dan Meindl,2004, pp.5960): a. Modes of Transportation Modes of Transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk dipindahkan dari satu lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat lain. Terdapat 5 cara dasar transportasi yang dapat dipilih yaitu: 1. Udara Udara merupakan cara transportasi yang pling cepat, tetapi memiliki biaya yang mahal. 2. Truk Truk cara yang paling relatif cepat dan mudah dengan fleksibilitas tinggi. 3. Kereta Kereta cara yang mudah yang digunakan untuk jumlah barang yang besar. 4. Kapal Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi pilihan yang paling ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang besar ke luar negeri. 41 5. Pipa saluran Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan minyak dan gas. 6. Route and network Route adalah jalur jalan dimana sebuah produk dikirimkan dan network adalah sebuah kumpulan lokasi dan route dimana produk dapat dikirimkan. Perusahaan membuat beberapa keputusan mengenai route pada saat langkah desain supply chain. b. house or outsource Secara tradisional, kebanyakan fungsi transportasi dilakukan oleh perusahan sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah dilimpahkan perusahaan lain (Outsourced). 1. Fasilitas Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory disimpan, dirakit atau diproduksi. Dua jenis umum fasilitas adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi penentuan fasilitas mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. (Chopra dan Meindl, 2004, p.52): Komponen dari keputusan mengenai fasilitas adalah (Chopra dan Meindl, 2004, pp.61-62): a. Location Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya merupakan bagian yang sangat besar dalam langkah desain supply chain. Penentuan lokasi secara ekonomis, sedangkan penentuan lokasi secara desentralisasi akan menjadi lebih responsif dalam permintaan konsumen b. Capacity Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sejumlah besar kapasitas akan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lebih responsif, demikian pula sebaliknya. c. Operating Disini digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam memproduksi barang, apakah mesin yang dipakai untuk membuat produk itu bersifat fleksibel, maksudnya adalah mesin tersebut juga dapat pula digunakan 42 untuk membuat produk yang lain (responsive) yang biasanya mesin itu relatif mahal atau menggunakan mesin yang dapat membuat 1 macam produk saja (efisien). d. Warehouse methodology 1. Storage Stock Keping Unit (SKU) Gudang tradisional yang menyimpan segala macam produk dalam satu tempat. 2. Job Lot Storage Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana semua produkproduk yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan khusus atau memuaskan konsumen tipe khusus, disimpan bersama-sama. 3. Crossdocking Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya tidak disimpan dalam fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari pemasok barang, tiap-tiap hari truk tersebut membawa jenis-jenis yang berbeda dari barang yang dipesan yang diangkut menuju fasilitas perusahaan, kemudian dari sana dipecah menjadi bagian-bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer menggunakan truk-truk yang berisi barang-barang yang beragam dari truk-truk sebelumnya. 2. Informasi Informasi terdiri dari data dan analisis berkaitan dengan inventory, transportasi, fasilitas, dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa supply chain. (Chopra dan Meindl, 2004,p.52) Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah (Chopra dan Meindl, 2004, pp.62-64): 1. Push versus Pull Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi, jadwal kepada pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan banyak barang yang dikirimkan ke perusahaan, sedangkan tipe pull menggunakan informasi atas permintaan aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat dengan tepat memenuhi permintaan tersebut. 43 2. Cordinating and Information sharing Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari supply chain bekerja menuju tujuan yaitu memaksimalkan keuntungan total supply chain dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri. Kekurangan koordinasi berpengaruh pada kerugian yang besar atas keuntungan supply chain. Ini bisa dilakukan dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam supply chain itu sendiri. 3. Forecasting and Aggregate Planning Forecasting adalah suatu ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana mengenai kebutuhan masa depan dan kondisinya. Forecasting (peramalan) ini digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah menciptakan peramalan, maka perusahaan aggregate planning, yang mengubah peramalan menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi permintaan yang telah diperhitungkan. 4. Enabling Technlogies Untuk mencapai informasi sharing dan integrasi dalam supply chain, maka terdapat teknologi-teknologi yang digunakan yaitu : • Electronic Data Interchange (EDI) EDI memungkinkan menurunkan waktu kepada perusahaan yang menjadi dibutuhkan lebih produk efisien, juga untuk sampai konsumen, transaksi menjadi lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI. • The Internet Internet sendiri mendukung pengunaan EDI. Dengan internet maka akan menjadi sebuah faktor yang penting dalam supply chain. • Enterprise Resources Planning (ERP) system Sistem ERP ini menyediakan pelacakan transaksi dan kemampuan melihat secara keseluruhan atas informasi dari tiap-tiap bagian perusahaan dan memungkinkan supply chain membuat keputusan yang cerdas 44 2.2.2.14 Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Menurut I Nyoman Pujawan (2005, pp.17-19) dalam mengelola supply chain terdapat dua tantangan terbesar yaitu : 1. Kompleksitas. Kompleksitas muncul akibat banyaknya pihak yang terlibat pada suatu supply chain. 2. Ketidakpastian Ketidakpastian bisa berasal dari arah permintaan, dari arah supplier, maupun internal perusahaan 2.2.2.15 hambatan dalam Mencapai Kesesuaian Strategi Seringkali perusahaan menemukan hambatan-hambatan dalam mencapai kesesuaian strategi. Hambatan-hambatan itu antara lain adalah (Chopra, 2001, p.60): 1. Meningkatnya keanekaragaman produk. Meningkatknya tingkat keanekaragaman produk menyulitkan supply chain yaitu pembuatan peramalan dengan pertemuannya dengan permintaan akan menjadi lebih sulit. 2. Menurunnya siklus hidup produk. Penurunan siklus hidup produk akan membuat pekerjaan penyesuaian strategi akan menjadi lebih sulit. Siklus hidup produk yang makin pendek akan meningkatkan ketidakpastian. Peningkatan ketidakpastian dikombinasikan dengan kesempatan yang kecil akan menambah tekanan terhadap supply chain untuk berkoordinasi dan menciptakan pasangan yang baik antara permintaan dan penawaran. 3. Meningkatnya permintaan konsumen. Peningkatan permintaan konsumen akan berpengaruh terhadap meningkatnya waktu tunggu, biaya, dan daya guna produk. Permintaan konsumen sekarang ini adalah pemenuhan produk yang lebih cepat, kualitas dan daya guna yang lebih baik untuk harga yang sama. Pertumbuhan permintaan konsumen yang sangat hebat ini berarti supply chain harus menyediakan lebih dari pada mempertahankan bisnis itu sendiri. 45 4. Pemecahan kepemilikan supply chain. Dengan pemecahan kepemilikan kepada banyak pemilik, setiap pemilik mempunyai kepentingan dan kebijakan politiknya sendiri, supply chain akan lebih sulit dikoordinasi. 5. Globalisasi Globalisasi menambah tingkat stress supply chain karena fasilitasfasilitas di dalam supply chain terpisah koordinasi menjadi lebih lebih jauh, membuat sulit. Juga globalisasi meningkatkan kompetisi. Situasi yang kompetitif ini akan menambah hambatan kepada supply chain. 6. Kesulitan dalam melaksanakan strategi baru. Bagaimanapun, sebuah strategi yang baik telah diformulasikan, sebenarnya melaksanakan strategi menjadi lebih sulit. Yang harus diingat adalah pelaksanaan yang mahir dari strategi sama pentingnya dengan strategi itu sendiri. 2.2.2.16 Melihat Proses Supply Chain Supply chain menyediakan proses dan alur yang diambil serta langkahlangkah yang berbeda dan ada 2 cara mengkombinasikannya untuk melihat hasil dari Supply Chain, yakni: 1. Cycle View proses Supply Chain yang membagi perputaran, dimana masing-masing dilakukan antara 2 langkah dari Supply Chain. 2. Push/Pull View proses Supply Chain yang dibagi dalam dua kategori depending apakah mereka melakukan mengeksekusi tanggapan ke pesanan pelanggan atau mengantisipasi pesanan pelanggan. Proses Pull dimulai dari pesanan pelanggan, sedangkan proses Push dimulai dari mengantisipasi pesanan pelanggan. Perputaran dalam melihat proses Supply Chain pada gambar 2.7, semua proses Supply Chain dapat merusak ke bawah yang ditunjukkan dalam empat proses perputar, yaitu • Customer Order Cycle / Perputaran Pesanan Pelanggan • Replenishment Cycle / Perputaran Perlengkapan 46 • Manufacturing Cycle / Perputaran Produksi • Procurement Cycle / Perputaran Persediaan Setiap terjadinya perputaran terdapat di antara 2 langkah dari Supply Chain. Demikian hasil lima langkah itu terdapat pada empat proses perputaran Supply Chain. Tidak semua Supply Chain memiliki keempat proses perputaran tersebut. Contohnya, Supply Chain grosir pada persediaan barang jadi akhir pada retail dan tempat terjadinya pemesanan kembali dengan distributor mungkin memiliki empat proses perputaran Supply Chain. Dell, dalam kontrak, penjualan pribadi ke pelanggan, dalam menyampaikan ke retailer dan distributor. Setiap perputaran memiliki enam subproses yang ditunjukkan pada gambar 2.7. setiap perputaran dimulai dari pemasaran produk oleh supplier ke pelanggan. Pesanan pembeli diterima langsung oleh supplier. Supplier menyediakan pesanan, dimana itu diterima dari pesanan pelanggan. Pembeli mungkin dapat mengembalikan beberapa dari produk tersebut atau mendaur ulang bahan lainnya kepada supplier atau pihak ketiga. Kemudian perputaran pada aktivitas dimulai kembali lagi. Gambar 2.7 Supply Chain Process Cycle Sumber : Supply Chain Management, Chopra dan Meindl, 2007, p.27 Tergantung pada transaksi pada pertanyaan, subproses pada gambar 2.7 berlaku padapendekatan perputaran. Ketika pelanggan berbelanja secara online di Amazon, mereka merupakan bagian dari perputaran pesanan pelanggan – dengan 47 pelanggan sebagai pembeli dan Amazon sebagai supplier. Dalam kontrak, Amazon memesan buku dari distributor untuk pemesanan kembali persediaan, merupakan bagian dari perputaran perlengkapan- dengan Amazon sebagai pembeli dan distributor sebagai supplier. Tanpa setiap perputaran, tercapainya pembeli dalam menjamin produk tersebut tersedia dan memiliki nilai ekonomis dari skala dalam pemesanan. Supplier menetapkan pada perkiraan pesanan pelanggan dan mengurangi biaya untuk setiap pesanan. Kemudian supplier bekerja untuk mengisi pesanan tepat waktu dan meningkatkan efisiensi dan akurasi pada proses pengisian kembali pesanan. Pembeli bekerja untuk mengurangi biaya dalam proses penerimaan. Membalikkan alur dengan mengatur pengurangan biaya dan menemukan sasaran Gambar 2.8 Subproses pada setiap Perputaran Supply Chain Sumber : Supply Chain Management, Chopra dan Meindl, 2007, p.27 Sebenarnya setiap perputaran memiliki subproses yang sama, diantaranya sebagian kecil perbedaan penting diantara perputaran. Pada perputaran pesanan pelanggan, permintaan merupakan eksternal ke supply chain dan ketidakpastian. Didalam semua perputaran yang lain, menggantikan pesanan adalah ketidakpastian tetapi dapat menjadi awal project dalam mengikuti aturan dari bagian supply chain. Untuk contohnya, didalam perputaran perlengkapan, tekanan supplier untuk industri otomotif dapat diperkirakan kejenuhan permintaan dengan tepat pada sekali jadwal produksi pada industry. Perbedaan kedua perputaran yang berlainan berhubungan dengan skala pada saat memesan. Dimana pelanggan membeli sebuah mobil, dealer melakukan pemesan mobil yang banyak dalam satu 48 waktu dari pengusaha industri dan industry itu sendiri, dalam pengembalian, pesanan dalam jumlah yang banyak dari supplier. Dimana kita berpindah dari pelanggan ke supplier, penurunan pesanan secara individu dan ukuran dengan beragam pengurangan pesanan. Dengan begitu, pembagian informasi dan aturan operasi berlainnan dengan langkah supply chain menjadi lebih penting dimana kita bergerak jauh dari pelanggan akhir. Melihat perputaran dari supply chain sangat berguna ketika mempertimbangkan keputusan operasionalnya karena menjelaskan secara jelas untuk setiap aturan dari supply chain. Untuk lebih jelasnya lagi dalam mendiskripsikan proses dari supply chain dalam melihat kekuatan desain supply chain untuk mempertimbangkan pemenuhan infrastruktur dalam mendukung proses tersebut. Melihat perputaran sangat berguna, untuk contohnya, ketika melakukan pengaturan sistem informasi ke pendukung operasional supply chain. 2.2.2.17 Area Cakupan Supply Chain Management Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan utama y ang masuk dalam k lasifik asi supply chain management (I Nyoman Pujawan, 2005, pp10-15). 1. Pengembangan Produk (Product Development). Bagian ini sangat penting artinya bagi perusahaan-perusahaan yang ada pada kelompok industri inovatif. Pada industri inovatif, jumlah produk baru yang diluncurkan tiap tahun bisa cukup banyak . Siklus hidup produk (product life cycle) pada industri pada industri ini biasanya sangat pendek . Beberapa industri yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah garmen, computer, elektronik , industri pengepakan, dan sebagainya. Bahkan industri-industri yang tadinya tidak terlalu mementingkan variasi juga banyak yang berubah menjadi lebih inovatif. Contohnya adalah industri otomotif seperti Ford. Dalam merancang produk baru, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, rancangan harus mencerminkan aspirasi atau keinginan pelanggan. Oleh k arena itu dibutuhkan riset pasar yang memadai. Kedua, produk yang dirancang harus mencerminkan ketersediaan dan sifat-sifat bahan baku. Ketiga, rancangan yang dibuat harus bisa diproduksi secara ekonomis dengan fasilitas produksi yang dimiliki atau yang akan dibangun. Jadi, dalam merancang produk baru, aspek 49 manufacturability perlu dipertimbangkan. Keempat, produk harus dirancang sedemikian rupa sehingga kegiatan pengiriman mudah dilakukan dan tidak menimbulkan biaya-biaya persediaan yang berlebihan disepanjang supply chain. 2. Bagian Pembelian (Procurement). Secara tradisional bagian pengadaan atau pembelian dianggap bagian yang kurang strategis. Bagian ini sering hanya diasosiasikan dengan kegiatan-kegiatan administrasi (klerikal) seperti meminta penawaran dari supplier (request for quotation, RFQ ), mencetak purchase order (PO ), mengirimkan PO ke supplier, dan sebagainya. Dewasa ini anggapan tersebut sudah sangat banyak berubah. Bagian pembelian semakin dianggap strategis oleh banyak perusahaan besar maupun kecil di dunia. Ini di karenakan bagian ini punya potensi untuk menciptakan daya saing perusahaan ataupun supply chain, bukan hanya perannya dari dalam mendapatkan bahan baku dengan harga murah, tetapi juga dalam upaya meningkatkan time to market, meningkatkan kualitas produk , dan meningkatkan responsiveness (memilih supplier-supplier yang bukan hanya murah, tetapi juga responsive). 3. Perencanaan dan pengendalian (Planning and Control). Perencanaan dan pengendalian dalam supply chain memainkan peranan y ang sangat vital. Bagian inilah yang banyak bertugas untuk menciptakan koordinasi taktis maupun operasional sehingga kegiatan produksi, pengadaan material, maupun pengiriman produk bisa dilak uk an dengan efisiensi dan tepat waktu. Dengan banyaknya perusahaan -perusahaan yang beroperasi secara global dan memiliki pabrik di beberapa tempat, koordinasi rencana produksi menjadi sangat penting. 4. Operasi atau Produksi. Bagian ini bertugas secara fisik melakukan transformasi dari bahan baku, bahan setengah jadi, atau komponen menjadi produk jadi. Kegiatan produksi dalam konteks supply chain tidak harus dilakukan di dalam perusahaan. Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang melakukan outsourcing, yakni memindahkan kegiatan produksi kepihak subkontraktor. Perusahaan kemudian berkonsentrasi untuk 50 melakukan kegiatan-kegiatan yang memang menjadi core competency mereka. Dengan demikian, produk tivitas tenaga kerja dan sumber daya lainnya akan bisa ditingkatkan karena semua pihak akan berkonsentrasi pada kompetensi mereka masing-masing. 5. Pengiriman atau Distribusi. Pada saat produk sudah selesai diproduksi, tugas berikutnya dalam lingkup supply chain adalah mengirim produk tersebut agar sampai di tangan pelanggan pada waktu dan tempat yang tepat. Dalam cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus bisa merancang jaringan distribusi yang tepat. Keputusan tentang perancangan jaringan distribusi harus mempertimbangkan antara aspek biaya, aspek fleksibilitas, dan aspek kecepatan respon terhadap pelanggan. Perusahaan harus menetapkan tingkat level yang harus dicapai di masing-masing wilayah, menentukan jadwal maupun rute pengiriman, serta mencari cara-cara yang inovatif untuk mengurangi biaya serta meningkat service level ke pelanggan. Tabel 2.2 Empat Bagian Utama Dalam Sebuah Perusahaan Manufactur yang Terkait Dengan Fungsi-Fungsi Utama Supply Chain. Bagian Cakupan Kegiatan antara lain Pengembangan Produk . Melakukan riset pasar, merancang produk baru, Pengadaan. melibatkan supplier dalam perancangan produk baru. Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier. Perencanaan dan pengendalian. Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan. Operasi / Produksi. Eksekusi produksi, pengendalian kualitas. Pengiriman / Distribusi. Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa Sumber: Pujawan, I Nyoman (20, p9) pengiriman, memonitor 51 2.2.2.18 Rekayasa Suply Chain Management Andi Ilham Said (2006,p10-16) dalam situasi internal dan eksternal yang sangat dinamis, maka supply chain management perlu direkayasa ulang secara keseluruhan. Artinya perlu melakukan pengujian ulang secara total terhadap ketepatan implementasi Supply Chain Management dikaitkan dengan strategi organisasi. Dalam merekayasa ulang Supply Chain Managemet dalam perusahaan terdapat beberapa hal penting, yaitu: 1. Tetapkan Supply Chain Management sebagai aspek strategis bagi perusahaan. Kesalahan yang banyak terjadi dalam implementasi Supply Chain Management adalah langsung menerapkan Supply Chain Management dalam level operasional tanpa memahami betul strategi organisasi secara keseluruhan. Terdapat empat generik strategi yang biasanya digunakan yaitu strategi inovasi, biaya, pelayanan, dan mutu. Organisasi yang strategi utamanya adalah inovasi misalnya, pengaturan Supply Chain Management-nya mengikuti prinsip bahwa kecepatan masuk kepasar jauh lebih penting dan efisien. Demikian pula yang bersaing di biaya, efisiensi akan sangat penting dibandingkan dengan kecepatan. 2. Rancang proses Supply Chain Management dari ujung ke ujung. Salah satu perbedaan utama antara Supply Chain Management dengan manajemen logistic adalah aspek integrasi dari ujung ke ujung. Disini organisasi perlu merancang pola aliran informasi dan barang mulai dari supplier paling awal sampai konsumen paling akhir. Bentuk intervensi yang perlu dilakukan bias berbeda-beda, ada yang perlu dikendalikan langsung, ada yang hanya perlu dimonitor, ada yang hanya perlu diketahui saja. Dengan memiliki rancangan ini, perusahaan bisa memetakan dengan baik proses mana yang dapat menyebabkan biaya tinggi atau proses mana yang dapat menyebabkan waktu paling lama (bottleneck ), dan seterusnya. 3. Rancang struktur organisasi Supply Chain Management. Merancang struktur organisasi yang cocok untuk implementasi Supply Chain Management sangat eksistensi Supply penting untuk memperjelas Chain Management diperusahaan. Banyak 52 perusahaan yang gagal mengimplementasikan Supply Chain Management karena melihat Supply Chain Management sebagai tools di luar sistem. Akibatnya, tim Supply Chain Management sepanjang masa hanya jadi tim ad-hoc, personelnya pun selalu menjadi orang asing di perusahaan. Padahal Supply Chain Management berada dan terintegrasi dalam operasional perusahaan. Memasukkan Supply Chain Management dalam struktur organisasi bisa berbagai macam, namun yang perlu dipahami betul adalah prinsip integrasi dari Supply Chain Management. 4. Kembangkan model kolaborasi yang tepat. Karena prinsip integrasi dari ujung ke ujung dalam Supply Chain Management, maka hampir tidak mungkin ada perusahaan yang bisa melakukannya sendiri tanpa membangun kerjasama dengan perusahaan lain. Salah satu yang menentukan adalah memilih mitra kerja sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih mitra adalah posisi strategik mitra, kecocokan proses operasi, k ecocokan budaya organisasi, dan kecocokan teknologi 5. Gunakan alat ukur kinerja yang tepat. Mengukur Supply kinerja sangat penting untuk mengetahui kondisi Chain Management, membaik atau memburuk . Dengan mengetahui posisi, perusahaan bisa terdorong untuk melakukan perbaikan. Alat ukur yang baik untuk Supply Chain Management ciricirinya adalah terhubung dengan strategi organisasi, seimbang dan komprehensif, penetapan target terbanding dengan situasi internal dan eksternal, targetnya agresif tapi dapat dicapai, dapat dimonitor dengan mudah, dapat digunakan untuk peningkatan produktivitas berkelanjutan, dan dilaksanakan melalui rencana implementasi formal. Pentingnya Supply Chain Management(SCM) Menurut Andi Ilham (2006,p3) Semakin banyak perusahaan yang menerapkan SCM. Terutama manufaktur yang distribusi produknya meliputi wilayah yang sangat luas, penerapan SCM sudah tidak dapat ditawar lagi demi memenangkan persaingan atau bahkan hanya untuk mempertahankan eksistensi dengan alasan : 1. Situasi Geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan 53 Bisa dibayangkan betapa rumitnya perusahaan yang pabriknya di Aceh, mengirimkan barang ke Papua. Mereka pelabuhan, beberapa moda transportasi, dan harus melewati beberapa jenis birokrasi. Dengan begitu, untuk menjamin kecepatan dan ketepatan pengiriman perlu biaya tinggi dan ketepatan informasi dengan akurasi yang tinggi. Untuk itu, diperlukan metode kerja yang mampu mengintegrasikan seluruh elemen yang berada dalam jaringan yang menghubungkan mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen akhir. 2. Perubahan paradigma persaingan Dari yang tadinya bersaing antar perusahaan, berubah menjadi bersaing antarjaringan. Contohnya adalah persaingan dalam ritel antara Alfa dan Indomaret Sesungguhnya yang bersaing jaringan SCM di belakangnya. Harga bukanlah mereka, melainkan barang keduanya bisa berbeda, meskipun lokasinya berhadapan. Salah satunya bisa terjadi karena tingkat efisiensi dan kerja sama yang dibangun jaringannya. Dan pemenangnya adalah yang didukung SCM yang lebih baik 3. Semakin canggihnya dukungan teknologi informasi Konsep integrasi arus barang dan informasi dari pemasok ke konsumen sebenarnya sudah lama sebatas wacana karena sulit dikemukakan. Masalahnya memang masih diterapkan. Sekarang lebih memungkinkan dengan tersedianya dukungan teknologi seperti tersedianya berbagai macam perangkat lunak ERP. Demikian pula dengan kemajuan sistem komunikasi seperti internet dan intranet yang bias menghubungkan tempat terpencil dan jauh sekalipun dengan sangat cepat. 2.2.2.19 Kriteria Supply Chain Management Andi Ilham Said (2006, p20-32) terdapat empat kriteria Supply Chain Management sukses, yaitu: 1. Sesuai dengan strategi bisnis. Banyak perusahaan gagal dalam Supply Chain Management, karena memandang Supply Chain Management sebagai masalah operasional saja yang cukup ditangani oleh bagian logistik saja. Pengarahan sumber daya pun setengah-setengah karena tujuannya hanya mengurangi biaya saja. Tanpa disadari bahwa dampak dari Supply 54 Chain Management sangat strategis karena bisa langsung mempengaruhi target strategis perusahaan. Strategi bisnis biasanya dinyatakan dalam visi menjawab pertanyaan strategik seperti: Apa sasaran strategik organisasi, nilai apa yangdiberikan ke konsumen, dan apa keunikan perusahaan dibanding pesaing. Supply Chain Management yang sukses haruslah mendukung tercapainya visi tersebut, yang berarti pula Supply Chain Management haruslah dirancang mengikutinya. Visi sendiri ditetapkan setelah mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: kompetensi inti perusahaan, kebijakan bisnis, dan sasaran keuangan. Sedangkan faktor eksternal meliputi: ukuran pasar, peta persaingan, dan kebutuhan konsumen. 2. Sesuai dengan kebutuhan konsumen. Mendengarkan apa yang dibutuhkan konsumen beserta prioritasnya sangat diperlukan untuk sukses SupplyChain Management. Artinya, kalau konsumen membutuhkan kecepatan maka Supply Chain Management pun harusnya dirancang mengutamakan kecepatan. Demikian pula bila konsumen membutuhkan efisiensi, maka Supply Chain Management pun dirancang mengutamakan biaya rendah satu hal yang paling prinsip dalam Supply Chain Management secara keseluruhan adalah bahwa satu-satunya elemen dalam Supply Chain Management yang mengeluarkan uang adalah konsumen. Distributor, dealer, pabrik , gudang, hingga pemasok pada dasarnya hanya menikmati beberapa persen bagian dari selisih harga jual di konsumen dengan biaya barang. Makanya, memastikan apa yang diinginkan oleh pelanggan akhir sangat perlu. 3. Sesuai dengan power position. Perlu dipahami bahwa Supply Chain Management adalah permainan posisi daya tawar dan kekuatan. Saat ini tidak satu pun perusahaan yang bisa sukses tanpa bekerja sama dengan perusahaan lain. Kerjasama itu bisa dengan perusahaan sama besarnya, lebih besar, atau lebiih kecil. Dalam permainan posisi ini, hal yang pertama harus dilakukan adalah mengetahui posisi tawar perusahaan. Dalam hal ini bisa dilihat dari lingkup operasi dan daya tarik produk bagi konsumen. 4. Adaptif. Seiring dengan situasi bisnis yang dinamis dan selalu berubah, maka suatu ketika Supply Chain Management pun perlu terus beradaptasi. Ada perubahan yang berlangsung secara tiba-tiba ada juga yang berlangsung secara perlahan. Perubahan 55 teknologi, lingkungan bisnis, basis kompetisi, dan terjadinya akuisisi bisa mempengaruhi rancangan Supply Chain Management secara mendasar. Tabel 2.3 Empat Kriteria Supply Chain Management Sukses. 1. Sesuai dengan strategi bisnis: biaya, inovasi, pelayanan, kualitas. 2. Sesuai dengan kebutuhan k onsumen: dengark an suara konsumen, kebutuhan antar segmen pasar berbeda, amati perubahan kebutuhan konsumen secara periodik . 3. Sesuai dengan power position: lihat skala operasi dan kekuatan merek, lakukan dialog dan titik optimal terbaik bagi konsumen, fokus pada konsumen akhir dan cari peluang kerjasama. 4. Adaptif: teknologi, lingkungan usaha, basis kompetisi, akuisisi dan merger. Sumber: Said, Andi Ilham, dkk (200 6,p21) . Yolanda (2005, p64) kepuasan konsumen tidak hanya diperoleh pada saat mendapatkan suatu barang yang dibelinya, tetapi pelayanan yang diberikan juga mempengaruhi kepuasan konsumen. Pelayanan pelanggan juga dapat dispesifikasikan sebagai bagian dari aktivitas penjualan yang dimulai saat order masuk sampai berakhirnya pengiriman barang kepada pelanggan, bahkan dapat berlanjut pada penyediaan peralatan atau perawatan. Adapun factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengukuran pelayan (Yolanda, 2005, p80-81) : 1. Order masuk . Waktu minimum, waktu maksimum, dan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk penanganan order. Persentase waktu penanganan order dengan target waktu yang ditetapkan (dalam layanan). 2. Keakuratan dokumentasi order sangat terlihat dari persentase dok umen order dengan kesalahan yang terjadi. 3. Transportasi / angkutan • Persentase pengiriman yang tepat waktu. • Persentase permintaan pengiriman dari pelanggan dan realisasinya. 56 • Persentase klaim / keluhan kerusakan, kehilangan barang dan kerugian biaya angkutan. • 4. Ketersediaan persediaan dan produk . • Persentase kekurangan persediaan. • Persentase order yang dapat terpenuhi, berarti semua order sesuai dengan pesanan. • Persentase rata-rata pesanan yang mengalami pengembalian. 5. Kerusakan produk . • Total order dibandingkan dengan produk yang dikembalikan. • Nilai produk yang dikembalikan dibandingkan total penjualan. 6. Waktu proses produksi / penggudangan, meliputi waktu minimum,maksimum, dan rata-rata masa pemesanan. Sedangkan menurut Amin Widjaja (2009, p111-112) pengukuran pelayanan pelanggan terdapat didalam beberapa perihal, yaitu : 1. Tingkat ketersediaan produk Pengukuran pelayanan pelanggan yang paling penting adalah ketersediaan persediaan dalam masa siklus pesanan yang ditetapkan. Pengukuran ketersediaan yang lazim adalah jumlah pesanan yang dikirimkan secara lengkap dalam periode waktu yang ditetapkan sebagai persentase dari total pesanan yang diterima. Ukuran terbaik pelayanan pelanggan mencerminkan kepentingan produk kepada pelanggan dan kepentingan pelanggan kepada perusahaan tersebut. 2. Kecepatan dan ketetapan siklus pesanan pelanggan. Siklus pesanan merupakan waktu yang berlalu di antara penempatan pesanan pelanggan dan masa produk diterima. Kemampuan untuk secara konsisten mencapai masa siklus pesanan yang ditargetkan mempengaruhi jumlah persediaan yang disimpan melalui Supply Chain. Konsekuensinya, keceptan, dan ketetapan siklus pesanan merupakan faktor-faktor utam dalam merancang Supply Chain. 57 Kebanyakan pelanggan lebih menyukai pelayanan yang konsisten dibandingkan pelayanan yang cepat, konsisten membantu mereka merencanakan tingkat persediaan yang lebih banyak dibandingkan cepat tetapi dengan siklus pesanan yang berubah-ubah. 3. Komunikasi yang berada di antara penjual dan pelanggan. Komunikasi yang berada di antara penjual dan pelanggan berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk menyediakan informasi mutakhir kepada pelanggan yang berkenaan seperti faktor- faktor status pesanan, penjelasan pemesanan, status back pesanan, konfirmasi pesanan, substitusi produk , kekurangan produk serta permintaan informasi produk . 2.2.2.20 Logistik 1. Donald J. Bowersok (2000) Logistik didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari supplier kepada para langganan 2. Council of Logistic Management (Ballou, 1992) Logistik didefinisikan sebagai proses perencanaan, implementasi dan pengendalian efisiensi , aliran biaya yang efektif dan penyimpanan bahan mentah, bahan setengah jadi, barang jadi dan informasi – informasi yang berhubungan dari asal titik konsumsi dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen 3. Yolanda M. Siagian (2005) Logistik didefinisikan sebagai bagian dari proses rantai suplai (supply chain) yang berfungsi merencanakan, melaksanakan, mengontrol secara efektif, efisien proses pengadaan, pengelolaan, penyimpanan barang, pelayaan dan ondormasi mulai dari titik awal (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen Fungsi Management Logistik Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai berikut : 1. Fungsi perencanaan 58 Proses utuk merumuskan sasaran dan menentuka langkah – langkah harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaa nnya dilakukan oleh semua calon pemakai atau user kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi. Menurut Subagya (1994), ” perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok gagasan, pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakancara terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan.” Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.Suatu rencana harus didukung oleh semua pihak. Rencana yang dipaksakanakan sulit mendapatkan dukungan bahkan akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya.Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pencapaian tujuan (sasaran) diperlukan kerjasama yang terus menerus anatar pimpinan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawas dengan masing – masing kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatandiarahkan pada pencapaian tujuan untuk mencapai sasaran organisasi.Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut: a. Rencana jangka panjang ( long range) b. Rencana jangka menengah (mid range) c. Rencana jangka pendek (short range) Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan menghasilkan antara lain: a. Rencana Pembelian b. Rencana Rehabilitasi c. Rencana Dislokasi d. Rencana Sewa e. Rencana Pembuatan 59 Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab danmenyimpulkan pernyataan sebagai berikut: a. Apakah yang dibutuhkan untuk menentukan jenis barang yang tepat (what) b. Berapa yang dibutuhkan untuk menentukan jumlah yang tepat (how much,how many) c. Kapan menentukan waktu yang tepat (when) d. Dimana dibutuhkan untuk menentukan tempat yang tepat (where) e. Siapa yang mengurus untuk menentukan orang atau unit yang tepat (who) f. Bagaimana diselenggarakan untuk menentukan proses yang tepat (how) g. Mengapa dibutuhkan pengecekan apakah keputusan yang diambil benar- benar tepat (why) 2. Fungsi Penganggaran Penganggaran (budgetting) adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu sakla standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya, 1994).Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaandan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari danadana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan danketerbatasan yang dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakananggaran yang tepat. Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan, maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa. Pengaturan keuangan yang jelas, sederhana dan tidak rumit akan sangat membantu kegiatan. Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain : a.Peraturan– peraturan terkait b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan teknologi c. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran d. Pengaturan anggaran seperti sumber biaya pendapatan sampai dengan pegaturan logistik Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam tergantung padainstitusi yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada rumah sakit pemerintah, sumber anggaran dapat berasal dari dana subsidi (Bappenas, Depkes,Pemda) dan dari 60 penerimaan rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit swastasumber anggaran berasal dari dana subsidi (Yayasan dan Donatur), penerimaanrumah sakit dan dana dari pihak ketiga. Alokasi anggaran logistik rumah sakit 40 % - 50 % dalam bentuk obat-obatandan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan makanan,alat kebersihan dan suku cadang. 3. Fungsi Pengadaan Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas- batas efisiensi (Subagya, 1994).Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan organisasi. Cara – cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah : a. Pembelian b. Penyewaan c. Peminjaman d. Pemberian ( hibah) e. Penukaran f. Pembuatan g. Perbaikan Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan b. Penyususnan dokumen tender c. Pengiklanan / penyampaian undangan lelang d. Pemasukan dan pembukuan penawaran e. Evaluasi penawaran f. Pengusulan dan penentuan pemenang g. Masa sanggah h. Penunjukan pemenang 61 i. Pengaturan kontrak j. Pelaksanaan kontrak Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi teknis yang menyangkut pihak luarmaka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres No. 80tahun 2003.Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain: a. Kode etik pengadaan Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain: 1. Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan. 2. Tidak boleh ada keterangan orang dalam kepada siapapun. 3.Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika. b. Pelelangan pengadaan barangSetiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan sebagai berikut: 1. Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab keuangan, penan ggung jawab perlengkapan, penanggung jawab teknis. 2.Dilarang duduk sebagai anggota panitia sepert kepala kantor/satuan pekerja/pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unitunityang berfungsi sebagai pemeriksa. 3. Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan pekerja/pemimpin proyek. 4. Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang pelelangan ditunjuk. 4. Fungsi Penyimpanan Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. Penyimpanan berf 62 ungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsifungsisebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendahrendahnya.Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang lebihmudah dan barang yang aman dari pencuri.Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah: a. Pemilihan lokasiAksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barangyang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik. b. Barang (jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam : • Barang biasa: kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar, kursiroda dll. • Barang khusus: obat-obatan, alat-alat medis dll. c. Pengaturan ruangBentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaanruang secara efisien dan pengawasan ruangan. d. Prosedur/sistem penyimpanan/ Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara pengambilan barang, pengawetan dll. e. Penggunaan alat bantu f. Pengamanan dan keselamatan. Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan,gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan. 5. Fungsi Penyaluran (Distribusi)Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya, 1994). F aktoryang mempengaruhi penyaluran barang antara lain: a. Proses Administrasi b. Proses penyampaian berita (data-data informasi) c. Proses pengeluaran fisik barang d. Proses angkutan e. Proses pembongkaran dan pemuatan f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan 63 Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluranmerupakan unsur yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6. Fungsi Penghapusan Penghapusan adalah kegiatan atau usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundangundangan yang berlaku(Subagya, 1994). Alasan penghapusan barang antara lain: a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam,administrasi yang salah, tercecer atau tidak ditemukan. b. Teknis dan ekonomis Nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya yang disebabkan beberapa faktor: • Kerusakaan yang tidak dapat diperbaiki • Kadaluarsa yaitu suatu barang tidak boleh dipergunakan lagimenurut ketentuan waktu yang ditetapkan • Aus atau deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut,menguap atau hadling • Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga barang tidakdapat dipergunakan lagi c. Surplus d. Tidak bertuan yaitu barang-barang yang tidak diurus e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain: a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur Dalam aspek yuridis mencakup pembentukan panitia penilai, identifikasi daninventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat, persyaratan atau ketentuanterhadap barang yang dihapus, penyelesaian kewajiban sebelum barangdihapus. b. Aspek rencana pelaksana teknis Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut.Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antara lain: 64 1. Pemanfaatan langsung yaitu usaha merehabilitasi/merekondisi komponenkomponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai barang persediaan baru. 2. Pemanfaatan kembali yaitu usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang yang dihapus menjadi barang lain. 3. Pemindahan yaitu mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka pemanfaatan langsung. 4. Hibah yaitu pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badanatau pihak di luar instansi (pemerintah). 5. Penjualan/Pelelangan yaitu dijual baik di bawah tangan atau dilelang. 6. Pemusnahan yaitu menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan. 7. Fungsi Pengendalian Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistik yangsedang atau telah berlangsung.Bentuk kegiatan pengendalian antara lain: a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma,instruksi dan prosedur lain. b. Melaksanakan pengamatan (monitoring), evaluasi dan laporan, gunamendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya pelaksanaan dari rencana. c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaandalam rangka pencapaian tujuan. d. Melakukan supervise Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan sarana-sarana pengendalian sebagai berikut: a. Struktur organisasi yang baik b. Sistem informasi yang memadai c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi d. Pendidikan dan pelatihan e. Anggaran yang cukup memadai 65 Pelayanan Logistik (Logistik Service) Beberapa karakteristik dari pelayanan yaitu: 1. Tidak berwujud (intangiability) Pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dilihat, tidak dapat dirasakan, dan dinikmati sebelum dibeli konsumen. Menurut Berry (dalam Tjiptono, 2002: 15) konsep intangiability memiliki dua pengertian yaitu: a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa. b. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah. 2. Tidak dapat dipisahkan (inseparitibility) Pada umumnya pelayanan yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya, maka mereka merupakan bagian dari pelayanan itu. Ciri khusus dalam pemasaran jasa adalah adanya interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan. 3. Variability/heterogeneity/inconsistency Pelayanan senantiasa mengalami perubahan tergantung dari siapa penyedia pelayanan dan kondisi dimana pelayanan tersebut diberikan. Pelayanan bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantng pada siapa, kapan, dan di mana pelayanan tersebut dihasilkan. Ada tiga factor yang menyebabkan variabilitas kualitas pelayanan (Bovee, Houston, dan Thill,1995, dalam Tjiptono, 2002:17) yaitu kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa, moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan, dan beban kerja perusahaan. 4. Tidak tahan lama (Perishability) Pelayanan tidak dapat disimpan sebagai persediaan yang siap dijual atau dikonsumsi pada saat diperlukan, karena hal tersebut maka pelayanan tidak tahan lama. Dengan demikian bila suatu pelayanan tidak digunakan, maka pelayanan tersebut akan berlalu begitu saja. 5. Lack of ownership Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara barang dan jasa/pelayanan. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa atau pelayanan, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu 66 jasa untuk jangka waktu yang terbatas. Pembayaran biasanya ditujukan untuk pemakaian, akses atau penyewaan item-item tertentu berkaitan dengan jasa/pelayanan yang ditawarkan. 2.2.2.21 Responsiveness Definisi daya tanggap (responsiveness) menurut Tjiptono (2007) yaitu keinginan para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Sehingga dimensi kualitas daya tanggap ini di dalam sebuah perusahaan haru benar-benar diwujudkan secara baik agar konsumen merasa dihargai atas tanggapan atau respon dari perusahaan atas segala keinginan dari konsumen. Menurut Berry dan Zenthaml yang dalam Lupiyoadi (2006: 181) berpendapat bahwa “Keberhasilan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dapat ditentukan dengan pendekatan service quality yang telah dikembangkan oleh Parasuraman”. Pelayanan yang baik memungkinkan sebuah perusahaan memperkuat kesetiaan pelanggan dan meningkatkan pangsa pasar (market share), karena itu pelayanan yang baik menjadi penting dalam operasi perusahaan. Menurut Stanton, service adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan dan tidak berwujud dan merupakan tujuan penting dari suatu rencana transaksi, guna memberikan kepuasan kepada konsumen (Hasibuan, 2005 : 72). Kotler mengemukakan pelayanan atau service adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat kepemilikian sesuatu dan produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik. Sedangkan menurut Hasibuan (2005) pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, tepat, dan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerimanya (Hasibuan, 2005 : 152). Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena ia merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan organisasi dalam masyarakat (Moenir, 2002 : 27). Berdasarkan 67 beberapa definisi di atas layanan atau service adalah serangkaian kegiatan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain yang tidak berwujud dan bertujuan memberikan kepuasan kepada pihak yang dilayani. 1. Unsur-unsur Pelayanan Dalam memasarkan produknya produsen atau penjual selalu berusaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan para pelanggan mereka dan berusaha mencari para pelanggan baru. Dalam usaha tersebut tidak terlepas dari adanya pelayanan. Agar loyalitas pelanggan semakin melekat erat dan pelanggan tidak berpaling pada pelayanan lain, penyedia jasa perlu menguasai lima unsur pelayanan yaitu: • Cepat Yang dimaksud dengan kecepatan di sini adalah adalah waktu yang digunakan dalam melayani konsumen minimal sama dengan batas waktu dalam standar pelayanan yang ditentukan oleh perusahaan. Bila pelanggan menetapkan membeli suatu produk, tidak saja harga yang dinilai dengan uang tetapi juga dilihat dari faktor waktu. • Tepat Kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan konsumen, karena tidak dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Oleh karena itu, ketepatan sangat penting dalam pelayanan. • Aman Dalam melayani konsumen, para petugas pelayanan harus memberikan perasaan aman pada konsumen. Tanpa perasaan aman di dalam hatinya niscaya konsumen akan berpikir dua kali jika harus kembali ke tempat tersebut. Rasa aman yang dimaksudkan di sini adalah selain rasa aman fisik adalah rasa aman psikis. Dengan adanya keamanan maka seorang konsumen akan merasa tentram dan mempunyai banyak kesempatan untuk memilih dan memutuskan apa yang diinginkan. • Ramah Dalam dunia pelayanan umumnya masih menggunakan perasaan dan mencampuradukkan antara kepentingan melayani dan perasaan sendiri. Jika penjual tersebut beramah tamah secara professional terhadap pelanggan, niscaya perusahaan dapat lebih meningkatkan hasil penjualan karena kepuasan pelanggan yang akan membuat pelanggan menjadi loyal. 68 • Nyaman Jika rasa nyaman dapat diberikan pada pelanggan, maka pelanggan akan berulang kali menggunakan jasa atau produk yang ditawarkan. Jika pelanggan merasa tenang, tenteram, dalam proses pelayanan tersebut pelanggan akan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk menjual produk atau jasa yang Universitas Sumatera Utara ditawarkan. Pelanggan juga akan lebih leluasa dalam menentukan pilihan sesuai dengan yang diinginkan. 2.2.2.22 Market performance Menurut sedarmayanti (2011:260), Kinerja merupakan terjermahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses management atau suatu organisasi keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standard yang telah ditentukan ) Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan – kegiatan yang di rancang untuk merencanakan, menentukan harga dan mempromosikan dan mendistribusikan harga barang Keragaan pasar (market performance) merupakan hasil akhir perilaku pasar. Dalam kenyataannya interaksi antara struktur-perilaku-keragaan pasar tidak selalu liniear, malah cenderung bersifat komplek dan sating mempengaruhi secara dinamis. Pangsa pasar ( Market Share ) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu (William J.S, 1984). Jika suatu perusahaan dengan produk tertentu mempunyai pangsa pasar 35%, maka dapat diartikan bahwa jika penjualan total produk-produk sejenis dalam periode tertentu adalah sebesar 1000 unit, maka perusahaan tersebut melalui produknya akan memperoleh penjualan sebesar 350 unit. Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera konsumen, atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk lain (Charles W. Lamb, 2001). Terdapat empat karakteristik yang mempengaruhi pengguna dalam melakukan 69 pembelian yaitu faktor budaya (budaya, subbudaya, dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok keluarga, peran, dan status), faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian), dan faktor psikologis (pengetahuan, motivasi, keyakinan, dan sikap). Proses keputusan membeli seorang pengguna melewati lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan tingkah laku pasca pembelian (Kotler, 1993) Strategi pemasaran bisa digolongkan atas dasar pangsa pasar yang diperoleh suatu perusahaan, maka terbagi atas 4 kelompok, yaitu : 1. Market Leader, disebut pimpinan pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 40% atau lebih 2. Market Chalengger, disebut penantang pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 30% 3. Market Follower, disebut pengikut pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 20%. 4. Market Nitcher, disebut juga penggarap relung pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 10% atau kurang. Pangsa pasar merupakan indikator dalam menentukan tingkat kekuatan pasar suatu perusahaan . pangsa pasar merupakan perbandingan antara penjualan suatu perusahaan dengan total penjualan dalam suatu industri. Pangsa pasar dapat diukur melalui rasio besar asset terhadap total asset dalam perusahaan. Semakin tinggi pangsa pasar suatu perusahaan maka semakin tinggi kekuatan pasar yang dimilikinya. Hal tersebut meninbulkan pengaruh pada perilaku perusahaan dan perilaku perusahaan pesaing Jumlah penjualan diukur dengan rasio konsentrasi (concentration ratio atau CR) dan Herfindahl Hirschman Index (HHI). Rasio konsentrasi menghitung persentase penjualan di pasar dari jumlah absolut beberapa perusahaan besar yang ada di pasar. Konsentrasi pasar menunjukan pangsa pasar yang dikuasai oleh beberapa perusahaan terbesar. Konsentrasi pasar menunjukan seberapa besar pengaruh beberapa perusahaan tersebut terhadap total penjualan dalam pasar secara keseluruhan. Konsentrasi pasar merupakan indicator dari struktur pasar yang menentukan perilaku, kinerja, dan tingkat persaingan dalam pasar. Semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar, maka semakin besar kekuatan pasarnya yang akan berimbas kepada bentuk pasar persaingan tidak sempurna. 70 Terdapat beberapa alat pengukuran konsentrasi yang umum dipergunakan untuk menggambarkan distribusi dari pangsa pasar di antara perusahaanperusahaan yang ada dalam industri, yaitu: Rasio Konsentrasi dan Herfindahl Hirschman Index (HHI). Pengukuran konsentrasi membutuhkan metode-metode yang dapat dijadikan indikator persaingan dalam pasar. Metode ini menggunakan beberapa variable seperti pangsa pasar, rasio, dan bentuk indeks lainnya yang dapat menunjukan derajat konsentrasi dalam suatu pasar. Jacobson dan O`Callaghan (1996:53) menjabarka metode konsentrasi sebagai berikut : 1. CRN atau N firm concentration 2. Indeks Herfindahl dan Indeks Herfindahl-Hirschman Rasio Konsentrasi (concentration ratio atau CR) Ukuran yang paling umum dari kekuatan pasar adalah concentration ratio (rasio konsentrasi) untuk suatu industri. Rasio Konsentrasi (concentration ratio, CR) secara luas dipergunakan untuk mengukur pangsa pasar dari output, turnover, jumlah pegawai atau nilai asset dari total industri. Rasio konsentrasi dapat 14 digunakan untuk mengukur struktural power karena melibatkan jumlah absolute perusahaan dan ukuran distribusi. CR yang di definisikan sebagai presentase dari keseluruhan output industri yang dihasilkan oleh perusahaan terbesar. Biasanya jumlah perusahaan N yang dihitung proporsi pangsa pasarnya adalah 4, sehingga dikenal sebagai CR4. Jika Pi mewakili pangsa pasar, dan jika proporsi dari output, turnover, jumlah pegawai atau nilai asset dari total industri yang diwakili oleh perusahaan i = 1,2, …, dengan P1 >= P2 >= P3 >= …, maka Concentration Ratio, CRN, untuk N perusahaan dihitung sebagai: CRN = P1 + P2 + P3 + … + PN Rasio konsentrasi dirumuskan sebagai berikut : Dimana : n = Jumlah perusahaan yang dipilih berdasarkan peringkat penjualan terbesar. 71 Xi = Besarnya angka penjualan dari perusahaan yang dipilih karena memiliki tingkat penjualan terbesar. T = Total penjualan dalam industri. Rasio konsentrasi berkisar antara nol hingga satu dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Nilai konsentrasi yang mendekati angka nol mengindikasikan bahwa sejumlah n perusahaan memiliki pangsa pasar yang relatif kecil. Sebaliknya, angka rasio konsentrasi yang mendekati satu mengindikasikan tingkat konsentrasi yang relatif tinggi. CRN sangatlah tergantung pada jumlah keseluruhan perusahaan yang ada dalam industri. CRN akan menurun jika jumlah perusahaan dalam industri meningkat. CRN dapat memberikan gambaran tentang peran n perusahaan yang ada dalam industri, namun demikian CRN tidak cukup dapat memberikan informasi mengenai keterkaitan antar perusahaan di dalam industri. Sebagaimana dikemukakan di atas, CR4 yang mewakili empat perusahaan. Beberapa kategori pasar dapat didefinisikan dengan menggunakan CR4 untuk menggambarkan tingkat kompetisi sebagaimana ditampilkan dalam gambar di bawah. 2.2.2.23 Financial performance Menurut Sucipto (2003), pengertian kinerja keuangan yakni penentuan ukuran ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba. Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya”. Menurut ikatan akuntan Indonesia (2012:5), laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalahnya penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial position, kinerja keuangan (financial performance) dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para penggunanya. Untuk dapat mencapai tujuan 72 ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai elemen dari entitas yang terdiri dari asset, kewajiban, network, beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi tersebut diikuti dengan catatatn, akan membantu pengguna memprediksi arus kas masa depan. Menurut Munawir (2010:5) pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah asset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba0rugi memperlihatkan hasil – hasil yang telah di capai oleh perusahaan serta beban yang terjadi pada periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan –alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Menurut harahap (2009:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan Tujuan Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambulan keputusan ekonomi. Tujuan utama laporan keuangan menurut Fahmi (2011:28) adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur – unsur laporan keuangan yang dujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan disamping pihak manajemen perusahaan. Para pemakai laporan akan menggunakan untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan dan menilai keuangan. Seandainya nilai uang tidak stabil, maka hail ini akan dijelaskan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek – aspek 73 kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan – penjelasan lainnya yang dirasa perlu. Dan informasi ini harus factual dan dapat diukur secara objektif Kinerja keuangan Kinerja keuangan perusahaan pada dasarnya diperlukan sebagai alat untuk mengukur financial health (kesehatan perusahaan) perusahaan. Kinerja Keuangan Perusahaan digunakan sebagai media pengukur subyektif yang menggambarkan efektifitas pengunaan asset oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis utamanya dan meningkatkan pendapatan. Menurut Al –Tuwajiri, et al (2003), Kinerja keuangan perusahaan secara umum dapat dilihat dari dua ukuran yaitu 1. Market-based measure Menurut Joner (2004) return dari sebuah saham merupakan salah satu tolak ukur dari kinerja saham sehingga para investor selalu berusahaan memaksimalkan tingkat return yang akan dihasilkan setelah memperhitungkan faktor resiko. Keuntungan menggunakan perhitungan berdasarjan pasar adalah return saham tidak rentan terhadap perbedaaan yang muncul akibat perlakuan akuntasi yang beragam serta manipulasi yang dapat mencul dalam laporan keuangan. Perhitungan berdasarkan pasar juga menggambarkan evaluasi invenstor tentang kemampuan perusahaan menghasikan pendapatan di masa depan dibandingkan dengan pendapatan di masa lalu. Kelemahannya yaitu metode ini hanya mewakili pengukuran dari sudut pandang investor 2. Accounting – based Accounting – based menggunakan tolak ukur pendapatan dengan focus terhadap reaksi pendapatan perusahaan terhadap perubahan kebijakan yang diambil oleh manajemen. Pengukuran return akuntansi inihanya berdasarkan kondisi financial internal perusahaan tanpa memperhitungkan factor eksternal. Menurut McGuire, Schneeweis dan Hill (1986), return akuntansi hanya menghitung historical aspects dari kinerja keuangan perusahaan 74 Faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan 1. Resiko 2. Ukuran Perusahaan 75 2.3 Kerangka Pemikiran PT. Dua Putri Makmur Data dan Analisis data Model Pengukuran Model struktur Validasi data dan model Discriminant Validity Analisi model linier dan non linier Analisi pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung Simpulan dan Saran Gambar 2.9Kerangka Pemikiran 76 2.4 Kerangka Pengukuran Tepat waktu dalam pengadaan barang Menerima saran para pelangggannya Tepat waktu dalam menerima bahan baku kapasitas dalam pengiriman Tanggapan Layanan logistik Memanfaatkan peluang pasar yang ada Jadwal pengiriman barang Kontrol hasil produksi Perpindahan Distributor kepada kompetitor lainnya biaya pengiriman barang sehubungan dengan penjualan Biaya operasional dalam transportasi Terus berkembang sesuai dengan perkembangan pasar Kinerja pasar Perkembangan pangsa pasar Pangsa pasar Biaya logistik Pendapatan bersih perusahaan 1 tahun terakhir tingkat inventory Tingkat kerugian dalam produksi Kinerja Keuangan Pendapatan bersih perusahaan 3 tahun terakhir Perkembangan pendapatan bersih perusahaan 3 tahun terakhir Gambar 2.10 Kerangkar pengukuran Sumber : Pengolahan data, 2015 77 2.5 Rancangan uji Hipotesis Pengujian Hipotesis T statistics : • Hipotesis Ho : Logistic Cost tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Performance Ha : Logistic Cost memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Performance • Hipotesis Ho : Logistic Cost tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Market performance Ha : Logistic Cost memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Market performance • Hipotesis Ho : Logistic Service tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Performance Ha : Logistic Service memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Performance • Hipotesis Ho : Logistic Service tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Market performance Ha : Logistic Service memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Market performance • Hipotesis Ho : Logistic Service tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Responsiveness Ha : Logistic Service memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Responsiveness • Hipotesis Ho : Market performance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Performance Ha : Market performance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Performance 78 • Hipotesis Ho : Responsiveness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Market performance Ha : Responsiveness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Market performance Pengujian hipotesis Tvalue : • Hipotesis Ho : Logistic Service memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Responsiveness Ha : Logistic Service memliki pengaruh yang signifikan terhadap Responsiveness • Hipotesis Ho : Logistic Service memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Market performance Ha : Logistic Service memliki pengaruh yang signifikan terhadap Market Performance • Hipotesis Ho : Logistic Service memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Financial performance Ha : Logistic Service memliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Performance • Hipotesis Ho : Logistic Cost memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Responsiveness Ha : Logistic Cost memliki pengaruh yang signifikan terhadap Responsiveness • Hipotesis Ho : Logistic Cost memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Market performance Ha : Logistic Cost memliki pengaruh yang signifikan terhadap Market Performance 79 • Hipotesis Ho : Logistic Cost memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Financial performance Ha : Logistic Cost memliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Performance • Hipotesis Ho : Responsiveness memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Market performance Ha : Responsiveness memliki pengaruh yang signifikan terhadap Market Performance • Hipotesis Ho : Market Performance memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Financial performance Ha : Market Performance memliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Performance