POLA PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN KARANG DI KOTA SABANG PROVINSI ACEH IMELDA AGUSTINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pola Pengembangan Usaha Perikanan Karang di Kota Sabang Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Imelda Agustina NRP C451140121 RINGKASAN IMELDA AGUSTINA. Pola Pengembangan Usaha Perikanan Karang di Kota Sabang. Dibimbing oleh MUSTARUDDIN, NIMMI ZULBAINARNI dan JOHN HALUAN. Pengembangan usaha perikanan karang di Kota Sabang belum berjalan efektif. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai pemikiran agar usaha perikanan karang mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan terutama nelayan kecil. Namun pengembangan disektor perikanan karang masih memiliki peluang besar, terutama yang berbasis pada komoditas unggulan. Penelitian ini bertujuan untuk, menentukan penangkapan usaha perikanan karang yang unggul berdasarkan aspek teknis, lingkungan dan sosial ekonomi, menganalisis kelayakan finansial dan merumuskan strategi pengembangan usaha perikanan karang. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sabang, waktu penelitian pada bulan Oktober-November 2015. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan perangkat analisis antara lain metode skoring, finansial dan analisis SWOT. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan di lapang berkaitan dengan pengembangan perikanan karang. Sedangkan data sekunder berasal dari instansi yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan, yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Sabang. Hasil kajian menujukkan bahwa analisis untuk jenis usaha penangkapan ikan karang unggulan dari gabungan teknik, lingkungan dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di perairan Kota Sabang adalah pancing (VA gab=2,000) dan ,bubu (VA gab= 0,757). Dari analisis finansial pada alat tangkap pancing diperoleh hasil Net Present Value bernilai positif sebesar Rp 64.374.546-, Internal Rate of Return sebesar 28% , B/C ratio sebesar 3,86, sehingga usaha perikanan karang pada alat tangkap pancing dikatakan layak untuk dikembangkan di Kota Sabang. Dari hasil analisis SWOT untuk mengoptimalkan pengembangan usaha perikanan karang di Kota Sabang, maka didapatkan strategi-strategi usaha pengembangan perikanan karang yaitu meningkatkan kapasitas produksi, memperbaiki mutu terhadap ekspor, mengembangkan alat tangkap unggulan, melakukan konservasi terumbu karang, memanfaatkan tenaga penyuluh, mengundang investor, meningkatkan pengawasan investasi. Kata kunci : perikanan, usaha penangkapan, Kota Sabang SUMMARY IMELDA AGUSTINA. Reef Fishery Fishing Effort Development Pattern in Kota Sabang, Aceh Province. Supervised by MUSTARUDDIN, NIMMI ZULBAINARNI and JOHN HALUAN. Reef fishery business development in Kota Sabang has not run effectively yet. This condition will grow some thinking in order to the reef fishery able to increase a fisher welfare especially for traditional fisher. Nevertheless, development in the reef fishery have still big opportunity on the prime commodities. This research aimed to analyze the types of prime commodities , determine best fishing activity based on technic, environtment and social economic aspects, analyze feasibility financial and formulate the bussiness development strategy of reef fishery. Research and analyze methods had been done and data used in this research were primarly and secondary. The primarly data were strategy, weakness, opportunity and threat which came from observation and the fisher directly. The secondary data was production number and price which came from the district official of marine and fisheries affair. This result showed of best fishing activity was hand line (VA gab=2,000) dan bubu (VA gab= 0,757). Based on the feasibility financial calculation, the hand line autocomes with NPV Rp 64.374.546-, IRR 28% and B/C ratio 3,86. The bussiness development strategy is suggested to be developing production capacity, repairing the fish quality for export, developing the best fishing activity (hand line), doing the reef conservation, utilyzing the fishery instructor, inviting the investor and increasing the investment control. Keywords : fisheries, fishing effort, Kota Sabang © Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB POLA PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN KARANG DI KOTA SABANG PROVINSI ACEH IMELDA AGUSTINA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Perikanan Laut SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN PRAKATABOGOR BOGOR 2016 Penguji luar pada ujian Tesis : Dr Iin Solihin, SPi MSi PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Oktober, dengan judul Pengembangan Usaha Perikanan Karang Kota Sabang Provinsi Aceh. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Mustaruddin, S.TP. Dr. Nimmi Zulbainarni, S. Pi., M.Si dam Prof. Dr.Ir. John Haluan M. Sc. selaku Pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan. Semoga proposal ini dapat menjadi panduan penulis dalam melakukan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dosen dan staf pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Laut yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada penulis selama menempuh pendidikan di IPB; 2. Keluarga besar di Sabang ayahanda Imran Ibrahim dan ibunda Asdewi Alida, S.Pd serta keluarga penulis Taufik Abdillah dan Farisha Maulidina atas motivasi yang diberikan selama ini; dan 3. Teman-teman seperjuangan Yulia, Auliya, Ratu serta keluarga kemuning 25 dan teman-teman TPL 2014 atas kebersamaan yang terjalin erat selama ini. Penulis berharap tesis ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi para pembaca. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan isi tesis. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Bogor, Agustus 2016 Imelda Agustina DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran 1 1 3 3 3 4 2 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penelitian Analisis Skooring Analisis Finansial Analisis Pengembangan Perikanan Karang (SWOT) 5 5 5 6 6 7 10 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Skoring Penilaian Aspek Teknik Penilaian Aspek Lingkungan Penilaian Aspek Sosial Ekonomi Gabungan Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial Ekonomi Analisis Finansial Biaya Investasi Usaha Pancing Biaya Operasional Usaha Pancing Penerimaan Usaha Pancing Analisis Kelayakan Finansial Strategi Pengembangan Perikanan Karang (SWOT) Identifikasi Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Identifikasi Faktor Eksternal Peluang Ancaman 12 12 12 13 14 15 17 17 18 18 19 20 20 20 21 22 22 23 4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 31 31 32 DAFTAR PUSTAKA 32 LAMPIRAN 36 RIWAYAT HIDUP 50 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Produksi ikan karang Nilai produksi ikan karang Matriks faktor strategi internal (IFAS) Matriks faktor strategi eksternal (EFAS) Matriks SWOT Penilaian aspek teknik Standarisasi penilaian aspek teknik` Penilaian aspek lingkungan Standarisasi aspek lingkungan Penilaian aspek sosial ekonomi Standarisasi aspek sosial ekonomi Gabungan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi Standarisasi gabungan teknik, lingkungan dan sosial ekonomi Biaya invesati usaha pancing Biaya operasional pancing Penerimaan usaha perikanan karang di Kota Sabang Finansial usaha penangkapan pancing IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) usaha perikanan karang di Kota Sabang 19 EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary) usaha perikanan karang di Kota Sabang 20 Matriks SWOT pada usaha pengembangan perikanan karang di Kota Sabang 2 2 10 10 11 12 12 13 14 15 15 16 16 17 18 19 19 22 24 25 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 Kerangka pemikiran penilitian Gambar peta Kota Sabang Jenis-jenis ikan karang Jenis-jenis alat penangkapan ikan karang 4 5 48 49 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Lampiran 1 Nilai rata-rata aspek teknik Lampiran 2 Nilai rata-rata aspek lingkungan Lampiran 3 Nilai rata-rata aspek sosial ekonomi Lampiran 4 Biaya investasi usaha perikanan karang Lampiran 5 Biaya perawatan usaha perikanan karang Lampiran 6 Operasional usaha perikanan karang lampiran 7 Penerimaan usaha perikanan karang Lampiran 8 Analisis finansial pancing Lampiran 9 IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary Lampiran 10 EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) Lampiran 11 Jenis-jenis ikan karang 36 37 39 40 40 41 42 43 44 46 48 DAFTAR ISTILAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SLIN Hand Line Tondak Bubu NPV B/C ratio IRR IFAS EFAS SWOT CCRF Cold Storage : Sistem Logistik Ikan Nasional : Alat Tangkap Pancing : Alat Tangkap Panah Ikan : Alat Perangkap Ikan : Net Present Value : Benefit-cost Ratio : Internal Rate of Return : Faktor Strategi Internal : Faktor Strategi Eksternal : Strategi Weakness Opportunities Threat) : Code of Conduct for Responsible Fisheries : Pendingin Ikan 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas ikan karang merupakan ikan target di Kota Sabang yang permintaan ekspornya (Singapura dan Hongkong) cenderung meningkat dari tahun ketahun. Peningkatan tersebut dominan karena kelimpahan ikan karang terutama di kawasan terunbu karang yang masuk kawasan konservasi Sabang. Manfaat penting dari keberadaan daerah konservasi ikan karang tersebut adalah dapat melindungi habitat ikan karang dan menjamin mata pencaharian bagi nelayan di Kota Sabang. Usaha penangkapan ikan karang berdampak positif secara ekonomi bagi masyarakat. Salah satu jenis ikan karang yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan adalah ikan kerapu. Ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta memilih peluang pasar dalam dan luar negeri yang sangat baik. Permintaan pasar internasional akan ikan kerapu yang terus meningkat, memberikan peluang besar bagi pengembangan usaha penagkapan ikan karang di Kota Sabang (Kordi 2001). Saat ini, pemanfaatan sumberdaya ikan karang di Kota Sabang masih terbatas pada usaha penangkapan yang dikembangkan dengan skala kecil. Usaha penangkapan yang dikelola dan dilengkapi dengan peralatan pendukung yang memadai dapat menjamin kontinyuitas produksi ikan. Selain dapat meningkatkan volume dan nilai ekspor, peningkatan produksi juga dapat menjamin ketersesediaan sumber protein hewani bagi masyarakat (Mayunar 1996). Ikan karang di Kota Sabang umumnya ditangkap menggunakan unit penangkapan berteknologi sederhana, seperti pancing, tondan dan bubu. Alat tangkap ini yang digunakan oleh nelayan di lokasi karena mereka cukup menguasai teknologinya, meskipun hasil tangkapan ikan yang didapat umumnya tidak banyak. Jumlah hasil tangkapan tersebut bisa berbeda-beda di setiap lokasi dipengaruhi oleh pola migrasi ikan, musim, dan faktor lingkungan perairan lainnya. Tabel 1 menyajikan data perkembangan hasil tangkapan ikan karang di Kota Sabang tahun 2010 – 2014 (skala tahunan). Menurut DKP Kota Sabang (2015),tahun 2013 produksi ikan karang mencapai 3,6 kg/trip ikan karang. Jumlah produksi yang cukup tinggi tersebut Kota Sabang dan Provinsi Aceh secara umum diharapkan dapat mendukung Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) guna menyediakan stock sumberdaya ikan bagi kepentingan nasional.Tabel 1 menyajikan data produksi ikan karang di Kota Sabang selama periode tahun 20102014. 2 Tabel 1 Produksi ikan karang Jumlah Produksi (Kg) Jenis Ikan Karang 2010 2011 2012 Ikan Kerapu Macan 81.821 26.025 45.200 Ikan kerapu Tikus 68.435 54.559 25.100 Ikan Kerapu sunuk Merah 77.493 36.805 21.800 Ikan mata merah 45.833 26.236 24.563 Sumber: Dinas Kelautan dan Kota Sabang 2015 2013 18.636 16.226 14.324 12.800 2014 18.900 16.900 16.266 12.992 Berdasarkan Tabel 1 hasil tangkapan tersebut cukup fluktuatif, namun pada tahun terakhir (2014) meningkat kembali. Hasl ini merupakan indikasi adanya peluang untuk pengembangan lanjut kegiatan perikanan karang di Kota Sabang.Untuk melihat, nilai produksi hasil tangkapan setiap jenis ikan di setiap tahun selama 2 tahun (2010-2014). Tabel 2 Nilai produksi ikan karang Jenis Ikan Karang Ikan kerapu macan Ikan kerapu tikus Ikan kerapu sunuk merah Ikan mata merah Nilai Produksi (Rp) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata % 2.118.024 2.175.000 188.775.000 1.884.372.000 1.626.688.000 409.184.000 484.536.000 194.712.000 567.000.000 573.823.405 30% 202.800.000 538.648.600 20% 2.346.656 1.145.825 2.439.830.000 183.652.000 174.400.000 171.941.000 200.536.000 307.200.000 325.320.000 628.486.531 35% 389.760.000 210.739.765 15% Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang (2015) Usaha penangkapan ikan merupakan kegiatan utama pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan. Adapun usaha penangkapan ikan yang dominan dilakukan dalam menangkap ikan karang di Kota Sabang, adalah pancing(hand line),tondak (alat penembak ikan) dan bubu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga dilakukan penyeleksian terhadap unit penangkapan ikan yang tepat unit penangkapan ikan karang di Kota Sabang. Usaha penangkapan ikan karang di Kota Sabang belum berjalan efektif. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai pemikiran agar usaha perikanan karang yang mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan terutama nelayan kecil. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan usaha perikanan karang sehingga potensi perikan karang dapat dimanfaatkan secara baik dan berkelanjutan. Pemanfaatan potensi sumberdaya karang kecil banyak dilakukan oleh nelayan umumnya tetapi belum memberikan hasil maksimal yang dapat meningkat kesejahteraan mereka. Usaha tersebut masih banyak terkendala dengan berbagai masalah antara lain masalah seperti alat tangkap yang kurang tepat, fasilitas penangkapan yang sangat sederhana, nelayan belum terampil dalam mengoperasikan unit penangkapan, pasar dan kelembagaan nelayan belum berjalan dengan baik sehingga usaha tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Mengacu pada penelitian (Budiman 2014), usaha penangkapan ikan merupakan kegiatan ekonomi yang dipengaruhi oleh faktor produksi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal dan biaya pengeluaran untuk melihat nilai usaha pada perikanan karang yang dapat dikembangkan, sehingga dilihat dari hasil pengeluaran dan pemasukan yang didapat apakah usaha tersebut layak dikembangkan 3 Kondisi keuangan suatu usaha biasanya dilihat dari kriteria Net Present value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit-cost Ratio (B/C ratio). Suatu usaha perikanan tangkap akan dikatakan sehat dan dapat dikembangkan lebih lanjut apabila hasil analisis keuangannya menunjukkan NPV>0, IRR lebih besar dari suku bunga (interest rate) yang berlaku dan B/C ratio>1 . Perumusan Masalah Kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan karang terutama untuk jenis ikan karang di Kota Sabang diperkirakan belum berjalan optimal terutama untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang bertanggungjawab dan berorientasi pada kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dikaji untuk mengoptimalkan usaha perikanan karang, yaitu: 1. Unit penangkapan yang tepat untuk menangkap ikan karang dikaitkan dengan kondisi perairan Kota Sabang belum diketahui secara pasti 2. Usaha penangkapan ikan karang masih belum dapat mengangkat kesejahteraan nelayan. Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan apakah usaha tersebut layak dikembangkan secara finansial. 3. Bagaimana strategi untuk kebijakan pengembangan ikan karang agar usaha penangkapan ikan karang berjalan efektif. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola pengembangan perikanan karang di Kota Sabang. Adapun tujuan khusus penelitian adalah : 1. Menentukan usaha penangkapan pada ikan karang yang unggul berdasarkan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi. 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha penangkapan ikan karang di Kota Sabang . 3. Merumuskan strategi pengembangan usaha penangkapan ikan karang di Kota Sabang. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan khususnya pelaku usaha perikanan karang di Kota Sabang terkait kepentingan : 1. Menentukan unit penangkapan ikan karang yang tepat di perairan laut Sabang. 2. Tersedianya informasi data finansial, kelayakan pengembangan usaha penangkapan ikan karang, dan jenis unit penangkapan yang layak. 3. Menentukan strategi pengembangan usaha penangkapan ikan karang yang tepat di Kota Sabang. 4 Kerangka Pemikiran Potensi sumberdaya perikanan memiliki prospek yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan demi tercapainya tingkat pendapatan dan kesajahteraan bagi masyarakat, khususnya nelayan. Salah satu jenis komoditi perikanan yang dirintis untuk meningkatkan pendapatan adalah perikanan karang dimana ikan karang ini merupakan salah satu jenis komoditi yang dapat untuk disesuaikan sehingga ikan karang ini memiliki harga jual yang tinggi baik di pasar lokal maupun di pasar internasional. Permasalahan pada perikanan karang di Kota Sabang yaitu unit penangkapan yang belum langka, belum dapat mengangkat kesejahteraan nelayan dan belum ada kebijakan untuk pengembangan perikanan karang yang efektif. Kondisi umum Kota Sabang - Produksi ikan karang (kerapu macan, kerapu tikus, kerapu sunuk merah dan mata merah) - Permintaan ekspor (Singapura dan Hongkong) - Alat tangkap ikan karang (pancing, bubu dan Tondak) Permasalahan yang dihadapi - Unit Penangkapan ikan karang yang tepat belum diketahui - Usaha penangkapan ikan karang belum dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan - Kebijakan pengembangan ikan karang belum berjalan efektif Analisis skooring - Aspek teknik - Aspek lingkungan - Aspek sosial ekonomi Analisis finansial - NPV - IRR - B/C ratio Alat tangkap unggulan Usaha yang layak Pola Pengembangan Perikanan Karang Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis SWOT - Matriks IFAS - Matriks EFAS - Matriks SWOT Strategi pengembangan 5 2 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sabang Provinsi Aceh pada bulan Oktober dan November 2015. Kota Sabang menjadi tempat pengembangan usaha perikanan karang. Gambar 2 Peta Kota Sabang Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan di lapangan berkaitan dengan pengembangan perikanan karang serta alat tangkap yang digunakan nelayan. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Sabang dan isntansi terkait lainnya. Adapun rincian data yang dikumpulkan, baik dari jenis data primer maupun data sekunder adalah: 1). Data ikan karang di Kota Sabang diantaranya meliputi jenis ikan karang hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan, dan upaya penangkapan. 2). Data terkait dengan unit penangkapan ikan karang yang tepat berdasarkan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi. wanwancara dan kusioner dengan analisis skoring. 3). Data terkait analisis finansial ikan karang di Kota Sabang Provinsi Aceh. 4). Data terkait dengan strategi pengembangan ikankarang di Kota Sabang Provinsi Aceh yang menyangkut kepentingan pihak-pihak terkait di lokasi, kriteria dan harapan dari pengembangan.Menggunakan data primer 6 Metode Penelitian Metode pada penelitian ini yaitu metode pengumpulan data primer dengan cara wawancara dan pembagian kusioner . Data yang dikumpulkan langsung untuk analisis skoring, analisis finansial dan analisis SWOT. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan metode purposive sampling, bertujuan untuk memilih responden yang benar-benar mengerti dan paham maksud dan tujuan dari penelitian. responden yang mewakili sampel populasi nelayan sebagai pelaku usaha perikanan karang kelompok nelayan setempat yang menguasai kondisi masyarakat nelayan setempat, staf dinas kelautan dan perikanan Kota Sabang, termasuk beberapa orang masyarakat dan penjual ikan. Pengumpulan data sekunder dengan cara telaah pustaka terhadap hasil studi literatur dan yang tersedia dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang untuk melihat nilai produksi Ikan karang yaitu ikan kerapu macan, ikan kerapu tikus, ikan kerapu sunu merah dan ikan mata merah selama lima tahun 2010-2014. Analisis Skoring Analisis skoring digunakan untuk menentukan unit penangkapan ikan karang yang tepat berdasarkan aspek teknik lingkungan dan sosial ekonomi di perairan Sabang. Pada pemilihan alat tangkap yang umumnya digunakan di Kota Sabang adalah alat tangkap pancing dan tondak sedangkan alat tangkap bubu masih jarang digunakan oleh nelayan sehingga pada penelitian ini melihat apakah alat tangkap bubu dapat dikembangkan di Kota Sabang sehingga analisis skoring ini dapat melihat hasil alat tangkap yang baik digunakan untuk perikanan karang dan ramah terhadap lingkungan. Pemilihan alat tangkap unggulan dilakukan dengan menggunakan standarisasi fungsi nilai (Kuntora & Listiarini 1983) dengan rumus sebagai berikut: ∑ Dimana : Untuk V(X) = fungsi nilai dari variabel x, xo= nilai terburuk kriteriax; x1= nilai terbaik pada kriteria x; V(A)= Fungsi nilai dari alternatif A; Vi(Xi)= funsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i; xi= kriteria ke-i; i= 1, 2, 3,....,n. Kriteria-kriteria pada rumus tersebut merupakan penciri dari setiap aspek pengelolaan yang dianalisis. Sedangkan aspek pengelolaan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah aspek teknologi, aspek lingkungan, dan aspek sosial ekonomi. Berikut disajikan jenis-jenis untuk setiap aspek pengelolaan tersebut dan cara pemberian skornya. 7 Kriteria-Kriteria pada Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial ekonomi Analisis ini dilakukan secara deskriptif untuk menyeleksi sifat keandalan teknologi dari unit penangkapan ikan karang dalam meminimalisir sifat destruktif terhadap sumberdaya ikan, ekosistem, lingkungan sekitar, dan masyarakat. Pemberian skor terhadap kriteria terkait pada setiap aspek unit penangkapan ikan ini dilakukan menggunakan metode rating. Secara spesifik, skor yang diberikan untuk setiap kriteria dari setiap aspek unit penangkapan ikan karang ini mengacu pada kriteria-kriteria dari aspek. Skor yang diberikan berkisar antara 1–4, dimana semakin tinggi keandalandari aspek (destruksi unit penangkapan ikan rendah), maka semakin tinggi skor yang diberikan, dan bila sebaliknya (destruksi unit penangkapan ikan tinggi) maka semakin rendah skor yang diberikan. Kriteria dan skor dalam analisis aspek teknologi unit penangkapan ikan karang Pada kriteria aspek teknik kriteria yang dilihat adalah ukuran alat tangkap (Nomor alat tangkap), konguitas produksi, kelangkapan produksi yang diberikan range dari 1-4 dimana nilai 1 tidak ada (sangat rendah) dan nilai 4 sangat lengkap (tinggi), ukuran palka (kg/trip), kapasitas es (balok/trip) jumlah ABK (orang/unit), kekuatan mesin (PK), serta ukuran kapal (GT). Kriteria dan skor dalam analisis aspek lingkungan penangkapan ikan karang Pada kriteria aspek lingkungan kriteria yang dilhat adalah selektivitas yang tinggi, keramahan terhadap lingkungan, kualitas hasil tangkapan, keamanan bagi nelayan, keamanan produk bagi konsumen, dampak pada biodiversity, keamanan bagi ikan-ikan yang dilindungi pada kriteria ini range yang diberikan 1-4 dimana nilai 1 tidak baik untuk setiap kriteria dan nilai 4 sangat baik untuk setiap kriteria dan kriteria selanjutnya adalah by catch rendah (kg/trip). Kriteria dan skor dalam analisis aspek sosial ekonomi penangkapan ikan karang Pada kriteria aspek sosial ekonomi kriteria yang dilhat adalah jumlah hasil tangkapan (kg/trip) pada kriteria ini tidak menggunakan rating hasil yang digunakan jumlah tangkapan yang dihasilkan oleh nelayan (kg/trip), tingkat keuntungan, tingkat investasi, kemandirian dalam pembuatan dan perawatan, daya beli rumah tangga nelayan, pemulihan kesehatan nelayan, dan mememnuhi peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku dimanan range yang diberikan pada setiap kriteria adalah 1-4 dimana nilai 1 merupakan tidak baik (rendah) sedangka nilai 4 sangat baik. Analisis Finansial Pada tahap awal analisis kelayakan finansial ini, dilakukan analisis terhadap nilai investasi, biaya operasional, dan nilai penerimaan setiap usaha perikanan karang. Hasil analisis ini akan menjadi masukan penting untuk analisis kelayakan menggunakan beberapa kriteria/parameter yang relevan. Kriteria/paramter yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial ini mengacu kepada konsep analisis 8 biaya-manfaat. Analisis ini melihat kelayakan usaha perikanan karang layak atau tidak untuk dilanjutkan. Adapun kriteria/parameter tersebut adalah Net Preset Value (NPV), Net Benefit–Cost Ratio (B/C ratio), Internal Rate of Return (IRR). a. Analisis net present value (NPV) Net Preset Value (NPV) digunakan untuk menilai manfaat investasi usaha perikanan karang yang merupakan jumlah nilai kini dari manfaat bersih dan dinyatakan dalam rupiah (Kasmir & Jakfar 2009). Perhitungan Net Preset Value (NPV) menggunakan rumus : ∑( ) Keterangan : B = benefit C = cost i = discount rate t = periode Bila : NPV>0 = investasi usaha perikanan karang tersebut layak sehingga menjadi pertimbangan positif untuk pengembangannya. NPV<0 = investasi usaha perikanan karang tersebut tidak layak dilaksanakan, sehingga menjadi pertimbangan negatif dalam pengembangannya. NPV=0 = investasi usaha perikanan karang tersebut hanya mengembalikan manfaat yang persis sama dengan tingkat socialopportunity cost of capital. b. Analisis benefit-cost ratio (B/C ratio) Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) merupakan perbandingan dimana present value sebagai pembilang terdiri atas total dari manfaat bersih investasi usahakarang yang bersifat positif, sedangkan sebagai penyebut terdiriatas persent value total yang bernilai negatif atau pada keadaan biaya kotor lebihbesar daripada manfaat kotor usaha perikanan karang tersebut.(Kasmir & Jakfar, 2009) Perhitungan Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) menggunakan rumus B/C ratio =∑ ( ∑( ) ) Keterangan : B = benefit C = cost i = discount rate t = periode Bt = benefit pada periode tertentu Ct = cost pada periode tertentu Bila: 9 B/C rasio>1= investasi usaha perikanan karang menguntungkan (NPV>0). B/Cratio< = investasi usaha perikanan karang tersebut layak sehingga menjadi pertimbangan positif untuk pengembangannya. B/Cratio≤1= investasi usaha perikanan karang tersebut tidak layak dilaksanakan, sehingga menjadi pertimbangan negatif bagi dukungan lembaga keuangan. c. Analisis internal rate of return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan suku bunga maksimal untuk sampai kepada NPV=0, jadi dalam keadaan batas untung rugi. Bila setiap manfaat yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha perikanan karang tersebut (Kasmir & Jakfar, 2009). Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) menggunakan rumus : IRR= [ ] Keterangan : i1 = interest rate yang menghasilkan NPV positif i2 = interest rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV pada discount rate i1 NPV2 = NPV pada discount rate i2 Bila: IRR > dari interest rate (suku bunga) yang berlaku. IRR sama dengan interest rate yang berlakumaka NPV usaha perikanan karang tersebut sama dengan 0 (nol). IRR < dari interest rate yang berlaku maka nilai NPV lebih kecil dari 0, berarti usaha perikanan karang tersebut tidak layak dilaksanakan dan ini menjadipertimbangan negative. Beberapa asumsi yang digunakan dalam perkiraan cashflow usaha perikanan karang di Kota Sabang adalah sebagai berikut: 1. Umur proyek selama 10 tahun 2. Menggunakan discount factor 12% mengacu pada Bank Indonesia (2015) sesuai dengan tingkat bunga deposito 1 Tahun yaitu Bank Indonesia 3. Penerimaan hanya berasal dari penjualan hasil tangkapan; 4. Umur ekonomis untuk biaya penyusutan diasumsikan untuk kapal 10 tahun,mesin 5 tahun dan usaha penangkapan 2 tahun; dan 5. Pada tahun pertama dalam cash flow di asumsikan bahwa pendapatan dan biaya total untuk setiap kapalnya hanya berdasarkan dalam 1 bulan ada 20 trip, dalam setahun hanya bisa 8 bulan yang aktif penangkapan karena kapal yang digunakan para nelayan adalah kapal baru atau kapal bekas yang pada awal pembelian dilakukan perawatan terlebih dahulu atau dalam masa pembuatan kapal. 10 Analisis Pengembangan Perikanan Karang (SWOT) Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha penangkapan ikan karang yang mendukung dengan mengidentifikasi fakator-faktor yang berpengaruh ada dua jenis faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Dan di analasis menggunakan matriks IFAS dan matriks EFAS untuk melihat strategi-strategi yang dapat dikembangkan agar pengembangan perikanan karang berjalan secara efektif Tabel 3 Matriks faktor strategi internal Faktor-faktor Strategis Internal Kekuatan (StreghtsS) Peluang 1 Peluang 2 Jumlah S Kelemahan (Weaknesess/W) Ancaman 1 Ancaman 2 Jumlah W Total Bobot Rating Bobot kekuatan 1 Bobot kekuatan 2 Rating kekuatan 1 Ratingkekuatan 2 A Skor Pembobota n (Bobot x Rating) B Bobot kelemahan1 bobot kelemahan 2 Ratingkelemahan 1 Ratingkelemahan 2 C (A+C) = 1 D (B+D) Tabel 4Matrik faktor strategi eksternal Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Peluang (Opportunities/O) Bobot peluang 1 Peluang 1 Bobot peluang 2 Peluang 2 Jumlah O A Ancaman (Threats/T) : Bobot ancaman 1 Ancaman 1 Bobot ancaman 2 Ancaman 2 Jumlah T C Total (A+C) = 1 Sumber : Rangkuti, 2008 Rating Skor Pembobotan (Bobot x Rating) Rating peluang 1 Rating peluang 2 B Rating ancaman 1 Rating ancaman 2 D (B+D) 11 Konsep Operasional Ikan karangadalah salah satu jenis ikan bernilai ekonomis baik di pasaran lokal maupun internasional yang hidup di laut dan biasa dibudidayakan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) misalnya kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dan kerapu lumpur/tikus (Cromileptesaltivelis) 2. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya 3. Pengembangan usaha adalah gambaran masa depan tentang usaha agribisnis ikan kerapu 4. Analisis SWOT adalah Analisis lingkungan ekstrenal dan internal yang berpengaruh pada pengembangan usaha budidaya ikan kerapu. 5. Faktor Internal adalah Faktor dari dalam kelompok usaha yang mencakup kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok usaha tersebut. 6. Faktor Ekstrenal adalah Faktor dari lingkungan di luar kelompok usaha baik lingkungan makro (kebudayaan, pendidikan, sosiologi, demografi, ekonomi, politik, hukum, SDA, pemerintah, dan tekhnologi) Maupun lingkungan mikro yaitu konsumen, pesaing, pemasok, lembaga keuangan, dan saluran distribusi. 7. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan dan kemampuan dalam pengembangan produk oleh unit usaha di pasaran. 8. Kelemahan adalah keterbatasan (kekurangan) dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan menjadi penghalang kinerja yang dapat menjadi penyebab terjadinya kerugian. 9. Peluang adalah perubahan yang dapat dilihat sebelumnya untuk waktu dekat, dimasa mendatang yang akan memberikan keuntungan bagi kegiatan usaha. 10. Ancaman adalah gejal-gejala yang merupakan dampak negatif atas keberhasilan usaha, namun umumnya berada di luar kendali usaha. 1. Tabel 5Analisis SWOT Eksternal Peluang (O) Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W) Strategi SO (kekuatan-peluang) Strategi WO (kelemahan-peluang) Ancaman (T) Strategi ST (kekuatan-ancaman) Strategi WT (kelemahan-ancaman) 12 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Skoring Analisis skoring dilakukan terhadap aspek teknik, aspek lingkungan dan aspek sosial ekonomi. Analisis skoring diperlukan untuk mendapatkan urutan perioritas alat penangkapan yang terbaik. Penilaian Aspek Teknik Penilaian aspek teknik ini mendukung pemilihan usaha penangkapan yang tepat menggunakan pertimbangan-pertimbangan teknis yang berpengaruh, seperti ukuran alat tangkap, kontinyuitas produksi, kelengkapan peralatan, kapasitas palka, kapasitas muat es, penyerapan jumlah ABK, kapasitas mesin penggerak, ukuran armada. Analisis teknik ini sangat berkaitan dengan kelayakan pengoperasian usaha penangkapan ikan karang apakah termasuk efektif atau tidak bila dioperasikan. Tabel 6 menyajikan hasil penilaian aspek teknis usaha penangkapan ikan karang di Kota Sabang. Tabel 6 Penilaian aspek teknik Usaha Penangkapan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Pancing 29 2,1 2,6 32,5 2,1 2,0 27,5 2,7 Tondak 1,4 1,7 2,3 25 1,3 1,5 23,5 2,5 Bubu 1,8 1,9 2,4 31,5 1,7 1,7 26,5 2,6 Keterangan: X1 = Ukuran alat tangkap X2 = Kontinyuitas produksi X3 = Kelengkapan peralatan produksi X4 = Ukuran palka X5 = Kapasitas es X6 = Jumlah ABK X7 = Kekuatan mesin (PK) X8 = Ukuran kapal (GT) Hasil standarisasi dari penilaian aspek teknik tersebut disajikan pada Tabel7. Tabel 7Standarisasi penilaian aspek teknik Usaha Penangkapan Pancing Tondak Bubu V1 1,000 0,000 0,014 V2 0,571 0,000 0,286 V3 1,000 0,727 0,818 V4 0,224 0,000 0,765 V5 0,533 0,000 0,267 V6 0,313 0,000 0,125 V7 1,000 0,836 0,959 V8 0,556 0,000 0,333 Keterangan : V1,V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8 = Fungsi nilai dari X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 VA UP 5,197 1 1,563 3 3,567 2 13 Pancing merupakan usaha penangkapanyang paling unggul dari aspek teknik dalam mendukung pengembangan perikanan karang di Kota Sabang. Pada kriteria ukuran alat tangkap, kelengkapan peralatan produksi serta kekuatan mesin (PK) menghasilkannilai yang tinggi sebesar 1,000 sehingga nilai VA dari pancing ( VA= 5,197). Operasi penangkapan ikan mudah dilaksanakan, organisasi usaha kecil dimana dengan modal sedikit usaha sudah dapat berjalan, syarat daerah penangkapan ikan relatif sedikit dan dapat dipilih dengan mudah, ikan yang tertangkap seekor demi seekor sehingga kesegarannya terjamin (Katimpali 2012). Pancing merupakan usaha penangkapan yang memiliki nilai tertinggi dari aspek teknis karena usaha penangkapan ini memiliki range kedalaman operasi penangkapan yang cukup dalam dan dapat dioperasikan lebih lama dibandingkan dengan usaha penangkapan lain (Hergiyatno2013). Bubu merupakan usaha penangkapan unggulan kedua dari aspek teknik dikarenakan pada setiap kriteria yaitu ukuran alat tangkap,kontinguitas produksi, kelengkapan alat produksiukuran palka, kapasitas es, jumlah ABK, dan ukuran kapal(GT) menghasilkan nilai yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha penangkapan tondak sehingga nila VA dari bubu adalah (VA=3,567), dan pada alat tangkap unggulan ketigaadalah usaha penangkapan tondak (VA=1,563). Penilaian Aspek Lingkungan Penilaian aspek lingkungan usaha penangkapan perikanan karang di Kota Sabang menggunakan beberapa kriteria yaitu mempunyai selektivitas yang tinggi, tidak merusak habitat, by-catch rendah, dampak ke biodiversity rendah, dan tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi. Nilai yang dimasukkan pada tiap kriteria merupakan nilai rata-rata dari hasil penilaian responden. Penilaian aspek lingkungan ini penting untuk menyeleksi sifat ramah lingkungan dari alat tangkap perikanan karang. Tabel 8 Penilaian aspek lingkungan Usaha Penangkapan Pancing Tondak Bubu X1 3,4 2,8 2,7 X2 3,2 2,6 3,2 X3 3,7 3 2,7 X4 3,5 2,7 3,3 X5 3,8 3,5 3,3 X6 1,3 1,2 1,2 X7 3,8 2,4 2,6 X8 3,7 3,8 3 Keterangan : X1 = Selektivitas yang tinggi X2 = Keramahan terhadap lingkungan X3 = Kualitas hasil tangkapan X4 = Keamanan bagi nelayan X5 = Keamanan produk bagi konsumen X6 = By catch rendah X7 = Dampak pada biodiversty X8 = Keamanan bagi ikan-ikan yang dilindungi Hasil standarisasi dari penilaian aspek lingkungan tersebut disajikan pada Tabel 9. 14 Tabel 9 Standarisasi aspek lingkungan Usaha Penangkapan V1 Pancing 1,000 Tondak 0,400 Bubu 0,300 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 VA UP 1,000 1,000 0,170 1,000 0,043 1,000 0,929 6,142 1 0,455 0,300 0,000 0,400 0,000 0,364 1,000 2,918 2 1,000 0,000 0,128 0,000 0,000 0,455 0,429 2,311 3 Keterangan : V1, V2, V3,V4, V5, V6, V7, V8 = fungsi nilai dari X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 Pancing merupakan usaha penagkapan yanng paling unggul untukaspek lingkungan dalam mendukung pengembangan perikanan karang di Kota Sabang. Pancing mempunyai selektivitas tinggi, keramahan terhadap habitat ikan , kualitas hasil tangkapan, keamananproduk bagikonsumen,dampak biodiversity menghailkan nilai tinggi sebesar 1,000 dan nilai VA dari pancing (6,142). Usaha penangkapan unggul yang kedua pada aspek lingkungan yaitu tondak di karenakan pada kriteria keamanan ikan-ikan yang dilindungi menghasilkan nilai yang tinggi sebesar 1,000 sehingga nilai VA dari Tondak (2,918). Usaha penangkapan unggul ketiga bubu menghasilkan nilai VA sebesar (2,311).Arimoto (1999), teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan adalah suatu alat tangkap yang tidak memberikan dampak lingkungan, tidak merusak dasar perairan (benthic disturbance). Kemungkinan hilangnya alat tangkap kecil, serta kontribusinya terhadap polusi rendah. karena tingkat selektivitas dan ramah lingkungan yang tinggi pada alat tangkap tersebut dan nilai investasinya juga realtif rendah atau terjangkau oleh kebanyakan masyarkat nelayan setempat, sehingga lebih diminati untuk dijadikan usaha (Akmaluddin2014). Namun kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia jauh lebih besar dampaknya dibandingkan kerusakan yang terjadi secara alamiah (Pet-Soede et al 2001) Penilaian Aspek Sosial Ekonomi Penilaian aspek sosial ekonomi usaha penangkapan perikanan karang di Kota Sabang ini dilakukan dengan menganalisis berbagai kriteria terkait, seperti kriteria jumlah hasil tangkapan,tingkat keuntungan, tingkat investasi, kemandirian dalam pembuatan dan perawatan, daya beli rumah tangga nelayan, pemulihan kesehatan nelayan, memenuhi peraturan hukumdan perundang-undangan yang berlaku. Peningkatan upaya penangkapan akan diikuti oleh peningkatan produksi hasil penangkapan ikan karang dan sekaligus akan meningkatkan penerimaan usaha sampai mencapai titik keseimbangan secara ekonomi. Di sisi lain upaya penangkapan akan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi hasil penangkapan,serta semakin jauhnya daerah penangkapan ikan (Syamsuddin2008).Analisis terhadap kriteria tersebut diperlukan untuk menyeleksi keunggulan alat tangkap yang digunakan menangkap perikanan karang dalam operasinya, sehingga dapat menjamin kehidupan dan keberlangsungan sosial ekonomi nelayan di Kota Sabang. 15 Tabel 10 Penilaian aspek sosial ekonomi Usaha Penangkapan Pancing Tondak Bubu X1 13 7 17,5 X2 2,6 2,6 3,3 X3 2,9 3,7 3,5 X4 2,8 2,6 3,3 X5 2,9 3,2 2,6 X6 3 3,4 2,7 X7 34 2,8 3,3 Keterangan : X1 = Jumlah hasil tangkapan X2 = Tingkat keuntungan X3 = Tingkat Investasi X4 = Kemandirian dalam pembuatan dan perawatan X5 = daya beli rumah tangga nelayan X6 = Pemulihan kesehatan nelayan X7 = Memenuhi peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku Hasil standarisasi dari penilaian aspek sosial ekonomi tersebut disajikan pada Tabel 11. Tabel 11Standarisasi penilaian aspek sosial ekonomi Usaha Penangkapan V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 VA Pancing 0,273 0,000 0,000 0,182 0,300 0,300 1,000 2,055 Tondak 0,000 0,000 1,000 0,000 0,600 0,700 0,034 2,334 Bubu 0,477 0,875 0,750 0,636 0,000 0,000 0,050 2,788 Keterangan : V1, V2, V3, V4, V5, V6, V7 = Fungsi nilai dari X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 Pancing merupakan usaha penangkapan yang paling unggul dari aspek sosial ekonomi dalam mendukung pengembangan perikanan karang di Kota Sabang. Pancing mempunyai nilai yang baik pada kriteria memenuhi peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku berjumlah nilai 1,00 tetapi pada kriteria yang lainnya menghasilkan nilai diatas 0.000 pada kriteria jumlah hasil tangkapan, tingkat keuntungan, tingkat investasi, kemandirian dalam pembuatan dan perawatan, daya beli rumah tangga nelayan, pemulihan kesehatan nelayan sehingga nilai VA pada pancing (VA=2,055). Usaha penangkapan urutan unggul kedua dan ketiga, yang unggul dari aspek ekonomi berturut-turut adalah bubu dan (VA=2,788) tondak (VA=2,334). Berdasarkan pertimbangan semua aspek pengembangan, maka nilai yang didapatkan setiap usaha penangkapan untuk setiap aspek perlu digabungankan. Bagian berikut akan menyajikan hasil analisis terkait penilaian gabungan semua aspek tersebut. Gabungan Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial Ekonomi Hasil penilaian gabungan ini menjadi dasar dalam pemilihan usaha penangkapan yang dikembangkan untuk mendukung pengembangan perikanan karang di Kota Sabang.Alat tangkap pilihan diharapkan dapat menjamin kelangsungan pemanfaatan potensi perikanan karang serta kelestarian sumberdaya perikanan karang tersebut hingga masa yang akan datang sebagai 16 bagian dari ekosistem perairan Indonesia. Selama ini potensi perikanan tersebut dan alat tangkap yang ada telah menjadi bagian dari kehidupan nelayan dan masyarakat Kota Sabang. Pemilihan alat tangkap yang terandalkan dari aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi yang akan diterapkan pada nelayan perikanan karang. Tabel 12 Gabungan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi Usaha Penangkapan Pancing Tondak Bubu X1 5,197 1,563 3,567 X2 6,142 2,918 2,311 X3 2,055 2,334 2,788 Keterangan : X1 = Aspek teknik X2 = Aspek lingkungan X3 = Aspek sosial ekonomi Gabungan penilaian tersebut memberi ilustrasi kelebihan dan kekurangan suatu alat tangkap dibandingkan dengan alat tangkap lainnya dalam mendukung perikanan karang di Kota Sabang. Tabel 13 Standarisasi hasil penilaian gabungan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi Usaha Penangkapan VA1 VA2 VA3 VA gab Prioritas Pancing 1,000 1,000 0,000 2,000 1 Tondak 0,000 0,158 0,078 0,237 3 Bubu 0,551 0,000 0,205 0,757 2 Keterangan : V1, V2, V3 = Fungsi nilai dari X1 = Aspek teknik, X2= Aspek lingkungan dan X3= Aspek sosial ekonomi Berdasarkan Tabel 13 pancing merupakan usaha penangkapan yang paling unggul (prioritas 1) dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di Kota Sabang. Hal ini ditunjukan oleh fungsi nilai gabungan (VA gab=2,000) dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungan, dan sosial ekonomi. Pancing merupakan alat tangkap digunakan oleh nelayan di Kota Sabang untuk menangkap ikan karang. Bubu merupakan usaha penangkapan unggulan kedua dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungan, dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di Kota Sabang (VA gab= 0,757), alat tangkap ini dapat menjadi alternatif pilihan bila nelayan tidak tertarik menggunakan alat tangkap pancing. Tondak merupakan usaha penangkapan unggulan ketiga dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungani, dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di Kota (VA gab=0,237). Jika dilihat dari efektivitas usaha penangkapan dominan tersebut, masih perlu adanya pengembangan teknologi di bidang selektivitas, dimana beberapa jenis ikan tertangkap oleh usaha penangkapan yang sama, ukuran dari jenis ikan tidak terseleksi berdasarkan usaha penangkapan. Sehingga, jika tidak adanya 17 pengembangan teknologi penangkapan, maka dikhawatirkan akan terjadinya degradasi sumberdaya ikan yang signifikan ( Septifitri 2010). Analisis Finansial Analisis finansial perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengusahaan usaha perikanan karang yang dinyatakan unggul dari aspek teknik,lingkungan dan sosial ekonomi terutama dalam memberi manfaat finansial yang layak bagi nelayan dan pelaku perikanan lainnya di lokasi. Hasil analisis kelayakan secara finansial ini juga memberi informasi tentang prospek investasi yang dilakukan pada usaha perikanan karang tersebut, sehingga keputusan bisnis yang diambil lebih baik dalam mendukung pengembangan usaha perikanan karang dalam jangka panjang di Kota Sabang. Sedangkan usaha perikanan karang yang terpilih sebagai unggulan berdasarkan hasil analisis sebelumnya adalah pancing. Hasil analisis kelayakan usaha pancing ini akan diuraikan secara detail mulai dari kebutuhan biaya investasi, kebutuhan biaya operasional, penerimaan usaha, kelayakan dari nilai NPV, kelayakan dari nilai IRR, dan kelayakan dari nilai B/C ratio. Biaya Investasi Usaha Pancing Untuk mendukung pemanfaatan potensi perikanan karang yang berkelanjutan di Kota Sabang, usaha perikanan tangkap yang dikembangkan harus didukung dengan biaya investasi yang memadai. Pancing umumnya dikembangkan dalam skala menengah ke bawah di lokasi. Hal ini disamping karena nelayan hanya melakukan aktivitasnya sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan biaya investasi yang cukup. Usaha penangkapan dengan alat tangkap dari jenis pancing, kapal dan alat tangkap masing-masing dibutuhkan satu unit tangkap tersebut. Alat pendukung penangkapan hanya cooler box Peralatan pendukung tersebut juga disiapkan bersamaan dengan pengadaan kapal dan alat tangkap. Tabel 14 Biaya investasi usaha pancing Alat Kapal (3-5 GT) Mesin (23-32 PK) Alat Tangkap (No. 8-10) cooler box (50x30 cm) Total Nilai (Rp) 110.000.000 40.000.000 3.000.000 2.500.000 155.500.000 Tabel 14 menunjukkan bahwa biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha penangkapan ikan menggunakan pancing adalah Rp 3.000.000. Biaya digunakan untuk pengadaan cooler box Rp. 2.500.000. Ukuran kapal yang digunakan tidak terlalu besar, karena hanya membawa satu ABK membawa alat tangkap pancing berukuran kecil, menjamin keselamatan untuk perjalanan jauh dalam proses penangkapan ikan untuk operasi alat tangkapnya. 18 Biaya Operasional Usaha Pancing Secara umum, usaha perikanan karang di Kota Sabang biasanya membutuhkan biaya operasional yang tidak terlalu besar karena dilakukan dalam skala kecil dan operasinya tidak melibatkan banyak orang. Biaya operasional harus tersedia setiap trip saat nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan. Di Kota Sabang, operasi penangkapan ikan menggunakan pancing ini dapat dilakukan sepanjang tahun baik pada musim puncak, biasa, maupun musim pacekelik. Setiap jenis usaha penangkapan mempunyai jumlah trip tersendiri untuk beroperasi secara normal setiap tahunnya, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh jumlah hari dibutuhkan untuk setiap tripnya. Jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan untuk setiap trip operasi penangkapan ikan menggunakan pancing. ada musim puncak, kegiatan penangkapan dapat dilakukan lebih sering, sehingga trip penangkapan pada musim ini bisa lebih banyak, sedangkan pada musim paceklik hasil tangkapan sedikit sehingga nelayan jarang berangkat melaut (trip penangkapan sedikit).Setiap trip operasi tersebut membutuhkan biaya untuk pengadaan bahan kebutuhan operasi penangkapan yang terdiri dari solar atau bensin sebagai bahan bakar, umpan, oli, es, air bersih, dan perbekalan. Tabel 15 Biaya operasional pancing Biaya Operasional (Rp/Tahun) 7.058.000 25.025.000 Bahan Oli Solar Volume 47,05 liter 2950 liter Harga 150.000 9500 Es 224 Balok 5.000 1.120.000 Air bersih Umpan (ikan) 160 Jerigen 10.000 1.600.000 160 Kg 42.000 6.720.000 38.000 6.080.000 50.603.200 Perbekalan Total Tabel 15 menunjukkan solar termasuk biaya operasi paling besar dari pancing yaitu mencapai Rp 25.025.000 per tahun. Kebutuhan solar tersebut termasuk banyak karena daerah penangkapan yang jauh.Olidigunakan untuk mendukung operasi kapal ke/dari lokasi daerah penangkapan (fishing ground) yang kebutuhannya bervariasi setiap usaha perikanan karang. Kebutuhan biaya operasional untuk oli bagi usaha pancing adalah Rp 7.058.000 per tahun.Oli ini menjadi pelumas mesin yang intensif digunakan dalam operasi penangkapan ikan.Penggunaan air bersih, es dan perbekalan dalam operasi penangkapan menggunakan pancing termasuk besar mengingat waktu operasi yang membutuhkan waktu berjam-jam. Penerimaan Usaha Pancing Penerimaan yang diperoleh nelayan dari operasi penangkapan ikan karangmenggunakan pancing dapat dihitung dari hasil tangkapan yang diperoleh 19 setiap trip operasi penangkapan. Jenis karang penangkapan tersebut di Kota Sabang sama. yang ditangkap oleh usaha Tabel 16 Penerimaan usaha perikanan karang di Kota Sabang Nama Ikan Kerapu (Epinephelus Volume (kg) Harga Penerimaan (Rp/Tahun) spp) 832 75.000 62.400.000 Mata Merah (L. campechanus) Layur Kakap Total 288 352 224 1696 60.000 16.000 50.000 201.000 17.280.000 5.632.000 11.200.000 96.512.000 Tabel 16 menunjukkan total penerimaan yang termasuk tinggi didapatkan oleh usaha perikanan pancing pada ikan kerapu sebesar Rp 62.400.000 per tahun ikan merah mata , Rp 17.280.000 per tahun, pada ikan layur Rp 5.632.000 per tahun. Dan pada ikan kakap sebesar Rp 11.200.000 per tahun. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan usaha berdasarkan parameter finansial merupakan analisis penting mengetahui layak tidaknya suatu usaha perikanan karang untuk dikembangkan terus sebagai penopang kehidupan masyarakat pesisir dan ekonomi daerah di Kota Sabang. Analisis kelayakan usaha juga penting untuk mengetahui posisi usaha perikanan pancing bila akan diusahakan sebagai usaha unggulan di lokasi. Untuk memastikan hal ini dan kemungkinan pengembangan yang lebih baik ke depan, analisis kelayakan usaha perikanan tersebut berdasarkan kriteria/parameter finansial standar dianggap perlu dilakukan. Parameter finansial yang dianalisis terkait kelayakan pancing adalah Net Present Value (NPV), Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C), dan Internal Rate Return (IRR). Tabel 17 Finansial usaha penangkapan pancing Paramater NPV IRR B/C ratio Nilai Rp64.374.546 28% 3,86 Berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa nilai NPV pancing sebesar Rp. 64.374. 546 hal ini menunjukkan bahwa pancing dapat memberikan keuntungan untuk usaha pada perikanan karang Kota Sabang Pancing juga mempunyai nilai IRR 28 %, yang menunjukkan bahwa menginvestasikan uang pada usaha perikanan pancing di Kota Sabang dapat mendatangkan keuntungan. Usaha perikanan pancing mempunyai nilai B/C Ratio 3,86. Hal ini berarti bahwa penerimaan usaha perikanan karang ini dapat dengan mudah menutupi semua pembiayaan yang dikeluarkan untuk operasi penangkapan ikan karang di Kota Sabang. Namun yang paling penting adalah bahwa sektor perikanan tangkap mampu mensejahterakan 20 nelayan yang menggantungkan kehidupannya dari kegiatan penangkapan ikan. (Rosalina 2011). Strategi Pengembangan Perikanan Karang (SWOT) Pemilihan alternatif strategi pengembangan perikanan karang yang berkelanjutan di Kota Sabang sangat ditentukan oleh kepentingan stakeholders yang ada, kondisi pengelolaan saat ini, dan alternatif strategi pengembangan yang ditawarkan pada penelitian ini menggunakan annalisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT yang dilakukan dengan tepat juga menunjukkan berbagai peluang yang sebaiknya dimanfaatkan, terutama dengan mengembangkan faktorfaktor pendukung dan mengubah potensi yang dimiliki menjadi kekuatan yang efektif sehingga usaha tersebut memiliki keunggulan yang dapat diandalkan. Namun kemampuan memanfaatkan peluang pada suatu usaha akan menimbulkan ancaman bagi usaha karena pesaing akan mengambil dan memanfaatkan kelemahan lawannya. Menurut (Rangkuti 2001) Analisis ini membandingkan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Identifikasi Faktor Internal A. Kekuatan Kekuatan (Strengths) merupakan kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasiyang berakibat pada pemilikan keunggulan dan kemampuan dalam pengembangan produk oleh unit usaha di pasaran. 1.Biomasa ikan karang di Kota Sabang besar Biomassa ikan karang besar dapat menjamin kegiatan pemanfaatan secara jangka panjang dan kelestarian stock ikan karang di perairan Kota Sabang. 2. Alternatif usaha penangkapan ikan karang banyak Nelayan mempunyai banyak alternatif alat tangkap (pancing, bubu dan tondak) sehingga dapat dipilih sesuai musim dan kondisi perairan. 3. Produk unggulan memiliki nilai ekonomi tinggi Produk ikan karang termasuk juga yang di Sabang mempunyai nilai jual yang tinggi baik di pasar ekspor maupun pasar lokal. Di samping untuk konsumsi, beberapa jenis ikan karang ada juga yang dijadikan sebagai ikan hias, sehingga secara ekonomis pengusahaannya lebih menguntungkan. 4. Biaya pemasaran rendah Biaya pemasaran rendah karena masyarakat lokal langsung membeli ke nelayan dikarenakan jangkauan ke pelabuhan yang dekat sehingga memudahkan 21 masyarakat untuk langsung datang ke lokasi. Sedangkan untuk ekspor dapat memanfaatkan pelabuhan bebas yang ada di Kota Sabang. 5. Kualitas harga ikan karang yang bagus Ikan karang adalah salah satu jenis ikan bernilai ekonomis baik di pasaran lokal maupun internasional sehingga harga ikan karang komoditas unggulan di Kota Sabang A. Kelemahan Kelemahan merupakan keterbatasan (kekurangan) dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan menjadi penghalang kinerja yang dapat menjadi penyebab terjadinya kerugian. Adapun kelemahan-kelemahan pada usaha perikanan karang : 1. Ikan karang yang tertangkap sudah mulai kecil Sumberdaya laut yang dapat di akses tersebut umumnya berada dalam tahap kritis yaitu ikan-ikan hasil tangkap masih tergolong kecil. 2. Alat tangkap yang digunakan tidak selektif Banyak teknologi yang digunakan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan termasuk di dalamnya lingkungan perairan. Lingkungan perairan ini menjadi korban dari ulah kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak, racun dan alat-alat tangkap yang membahayakan kelestarian sumberdaya ikan juga merupakan salah satu faktor yang merusak lingkungan perairan. 3. Kualitas SDM masih rendah Nelayan ikan karang Kota Sabang umumnya berpendididkan SD atau tidak bersekolah (60%). Kondisi ini cukup menyulitkan dalam pembinaan dan introduksi program pengembangan perikanan karang. 4. Peralatan pendukung penangkapan tidak lengkap Terhambatnya usaha perikanan serta hasil tangkapan ikan karang di karenakan kurangnya fasilitas alat tangkap yang ramah lingkungan yang digunakan nelayansalah satunya alat tangkap bubu. 5. Usaha pengolahan ikan karang belum berkembang Usaha pengolahan ikan karang untuk peningkatan nilai tambah hasil perikanan dan pengembangan produk di Kota Sabang masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari minimnya tempat pengolahan ikan secara modern. Dengan potensi hasil kegiatan perikanan yang besar. Setelah faktor – faktor strategis internal usaha perikanan karang di Kota Sabang, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis internal. 22 Tabel 18IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Usaha Perikanan Karang di Kota Sabang. Faktor Internal Kekuatan Bobot Rating Skore 4 0,408 0,108 4 0,432 0,099 3 0,297 0,084 0,108 3 4 0,252 0,432 yang tertangkap 0,090 2 0,180 0,108 2 0,216 0,108 0,099 1 2 0,108 0,198 0,093 2 0,186 1 Biomasa ikan karang diperairan 0,102 Kota Sabang besar 2 Alternatif alat tangkap ikan karang banyak 3 Ikan karang merupakan produk perikanan terfavorit 4 Biaya pemasaran rendah 5 Kualitas harga ikan karang yang bagus Kelemahan 1 Ikan karang 2 3 4 5 ukurannya kecil Alat tangkap yang digunakan tidak selektif Kualitas SDM masih rendah Peralatan pendukung penagkapan tidak lengkap Usaha pengelolahan ikan karang belum berkembang Total 1,000 2,712 Sumber: Data primer tahun 2015 Identifikasi Faktor Eksternal A. Peluang Peluang adalah perubahan yang dapat dilihat sebelumnya dalam waktu dekat, dimasa mendatang yang akan memberikan keuntungan bagi kegiatan usaha. Peluang-peluang yang dimiliki oleh usaha perikanan karang antara lain: 1. Ketertarikan investor tinggi Modal merupakan salah satu masalah mereka dalam menanamkan suatu investasi baru. Ketertarikan investor untuk usaha perikanan karang selain jenis ikan karang yang banyak dan juga aspek sosial dan ekonomi memiliki keuntungan yang besar bagi investor tersebut. Harga ikan karang relatif tinggi 2. Harga rata-rata ikan karang berkisar Rp.50.000 hingga Rp.100.000 per Kg.Umumunya ikan karang jenis sunu merah memiliki harga yang paling tinggi. 23 3. Pasar ekspor ikan karang terbuka Pangsa pasar hasil ikan karang cukup baik, termasuk untuk tujuan ekspor. Saat ini ikan karang dari Sabang di ekspor ke Singapura dan Hongkong. 4. Dukungan PEMDA terhadap pengelolaan Otonomi daerah memberikan peluang yang luas kepada daerah untuk menggali dan mengolah potensi daerah, termasuk potensi produksi ikan karang. 5. Minat konsumen lokal terhadap ikan karang permintaan tertinggi dari sekumpulan konsumen yang memiliki minat terhadap ikan karang. Ikan karang dari Kota Sabang banyak diminati oleh konsumen lokal tidak hanya di Aceh, tetapi juga Sumatera Utara dan Jawa. Ikan karang tersebut umumnya dijadikan sebagai menu istimewa restoran atau hotel. B. Ancaman Ancaman adalah gejala-gejala yang merupakan dampak negatif atas keberhasilan usaha, namun umumnya berada diluar kendali usaha. Apabila ancaman tersebut tidak diatasi maka akan menjadi ganjalan bagi usaha yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Adapun ancaman yang dihadapi oleh usaha perikanan karang antara lain: 1. Penangkapan secara destruktif oleh nelayan luar Banyaknya minat nelayan luar untuk menangkap di Kota Sabang karena ikan karang lebih banyak hidup di perairan Kota Sabang selain hasil tangkapan yang baik dan banyak nelayan luar ini menggunakan alat tangkap yang lebih baik dibandingkan nelayan Kota Sabang sehingga mengurangi hasil tangkapan ikan karang pada nelayan Kota Sabang. 2. Penambangan batu karang Penggunaan batu karang jenis karang untuk bahan pembuat kapur, di beberapa tempat masih marak dilakukan. Hal ini cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Sementara batu karang tersebut merupakan habitat utama ikan karang pemanfaatan kawasan sekitar karang rendah. 3. Patroli pemanfaatan kawasan sekitar karang rendah Kurangnya keamanan dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang merupakan salah satu faktor yang harus diwaspadai. Demikian juga dengan jawaban responden bahwa pencurian ikan sering terjadi pada malam hari. 4. Kondisi cuaca yang sering tidak menentu Perubahan cuaca di Kota Sabang tidak yang sering tidak menentu sehingga para nelayan tidak dapat pergi melaut. Ikan karang tidak tergantung dengan musim karena habitatnya di dasar laut, hanya saja nelayan tidak dapat melaut pada saat gelombang yang tinggi. 5. Belum ada regulasi yang jelas tentangpemanfaatan ikan karang Pemanfatan dan pengelolaan ikan karang yang dilakukan oleh masyarakat maupun daerah sebagian belum memenuhi ketentuan pemanfaatan sumber 24 daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi dan kelestarian ikan karang. Kebijakan reklamasi yang tidak berdasarkan kepada analisa dampak lingkungan pada beberapa daerah juga berpengaruh terhadap ekosistem ikan karang. Perizinan pengembangan usaha bagi kelangan dunia usaha selama ini sebagian besar menjadi kewenangan pusat. Kadangkala dalam hal ini pemberian izin tersebut tanpa memperhatikan kepentingan daerah dan masyarakat setempat. Setelah faktor – faktor eksternal suatu usaha perikanan karang diidentifikasi, suatu tabel 21 EFAS (Exernal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis eksternal dalam kerangka peluang dan ancaman usaha perikanan karang. Tabel 19 EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) Usaha Perikanan Karang di Kota Sabang Faktor Eksternal Peluang Bobot Rating Skore 1 Ketertarikan investor tinggi 0,098 3 0,295 2 Harga ikan karang relatif tinggi 0,107 3 0,321 3 Pasar ekspor ikan karang terbuka 0,101 4 0,405 4 Dukungan PEMDA terhadap pengelolahan 0,098 4 0,393 5 Minat konsumen lokal tinggi terhadap ikan 0,101 3 0,303 1 Penangkapan secara destruktif oleh nelayan 0,095 2 0,191 luar 2 Penambangan batu karang 3 Patroli pemanfaatan kawasan sekitar karang rendah 0,092 0,095 2 1 0,185 0,095 4 Kondisi cuaca yang sering tidak menentu 0,107 2 0,214 5 Belum ada regulasi yang jelas pemanfaatan 0,104 1 0,104 karang Ancaman ikan karang Total Sumber: Data primer tahun 2015 1,000 2,51 Berdasarkan hasil analisis faktor strategi Ekternal (EFAS) berupa peluang dan ancaman diperoleh nilai sebesar 0,24 (skala 0 – 4 ). Ini menunjukkan bahwa secara eksternal usaha perikanan karang cukup layakBerdasarkan uraian-uraian yang dijelaskan di atas maka dapat kita lihat matriks SWOT untuk memperjelas hal-hal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mempengaruhi usaha perikanan karang. Dengan analisis SWOT yang dilakukan dapat diperoleh berbagai alternatif strategi yang dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini. 25 Tabel 20 Matriks SWOT pada Usaha Pengembangan Perikanan Karang di Kota Sabang Internal Peluang (Opportunities) Acaman (Threats) relatif tinggi 3. Pasar ekspor ikan karang terbuka 4. Dukungan PEMDA terhadap pengelolahan 5. Minat konsumen ikan lokal tinggi terhadap ikan karang 1. Penangkapan secara destruktif oleh nelayan luar 2. Penambangan batu karang 3. Patroli pemanfaatan kawasan sekitar karang rendah 4. Kondisi cuaca yang sering tidak menentu 5. Belum ada regulasi yang jelas tentang pemanfaatan ikan karang STRATEGI (S - O) STRATEGI (S – T) 1. Meningkatkan Kapasitas Produksi Ikan Karang (S1, O2) 2. Memperbaiki mutu produk ikan karang terhadap ekspor (S3, O3) 1. Mengembangkan alat tangkap unggulan untuk menggantikan alat tangkap destruktif (S2, T1) 2. Melakukan konservasi terumbu karang yang menjadi habitat ikan karang (S5, T2 Kelemahan ( Weakness) STRATEGI (W – O) STRATEGI (W - T) 1. Ikan karang yang 1. Memanfaatkan tenaga penyuluh perikanan untuk melatih keterampilan penagkapan ikan karang (W3, O4) 2. Mengundang investor untuk investasi usaha pengolahan ikan karang ( W5, O1) 1. Meningkatkan investasi pengawasan terhadap alat tangkap dan hasil tangkapan (T3, W1,2) 1. Ketertarikan investor tinggi 2. Harga ikan karang Eksternal Kekuatan (Streanghts) 1. Biomasa ikan karang di Kota Sabang besar 2. Alternatifalat tangkap ikan karang banyak Ikan karang merupakan 3. perikanan nilai ekonomi tinggi 4. Biaya pemasaran rendah 5. Kualitas harga ikan karang yang bagus 2. 3. 4. 5. tertangkap ukurannya mulai kecil Alat tangkap yang digunakan tidak selektif Kualitas SDM masih rendah Peralatan pendukung tidak lengkap Usaha pengelohan ikan karang belum berkembang Berdasarkan matriks SWOT tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha perikanan karang dalam menghadapi persaingan dimasa yang akan datang. 26 1. Strategi S – O (Strenghts – Opportunities) Strategi ini disusun dengan menggunakan seluruh kekuatan dan peluang yang dimiliki. Beberapa strategi yang dapat diambil antara lain: Meningkatkan kapasitas produksi ikan karang. Strategi ini diambil dengan pertimbangan bahwa kekuatan yangbiaya pemasaran rendah, ketersediaan laut serta peluang yang berupa harga tinggi, dasar perairan yang baik dan selera konsumen tinggi maka kekuatan dan peluang tersebut sangat mendukung peningkatan volume produksi karang. Meningkatkan dan Mempertahankan Mutu Produk. Strategi ini diambil dengan pertimbangan bahwa peluang dalam keanggotaan WTO dan selera konsumen yang cukup tinggi dan didukung oleh kekuatan yang berupa umur produktif dan biaya pemasaran yang rendah maka upaya meningkatkan dan mempertahankan mutu produk harus dilakukan sehingga keberadaan di pasaran internasional dapat dipertahankan dan nantinya dapat meningkatkan penerimaan devisa. 2. Strategi W – O (Weakness – Opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan yang dimiliki. Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu: Melakukan sosialisasi Peraturan Daerah tentang penertiban izin usaha yang memanfaatkan sumberdaya perairan. Strategi ini diambil karena dilihat dari kelemahan kurangnya alat penangkapan. Peluang untuk menjajaki kerja sama dengan investor asing, khususnya untuk sektor kelautan dan perikanan ini semakin terbuka lebar seiring dengan rencana dibukanya kembali pembahasan mengenai Perpres No. 39 Tahun 2014. Aturan ini tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka di Bidang Penanaman Modal. Bidang usaha cold storage diusulkan agar lebih terbuka terhadap investor asing. Di dalam Perpres tersebut, bidang usaha jasa perdagangan cold storage terbuka dengan kepemilikan asing maksimal 33% dan hanya terbatas di lokasi Sumatra, Jawa, dan Bali. Sementara di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, kepemilikan asing bisa mencapai 67%. 3. Strategi S – T (Strenghts – Threats) Strategi ini dilakukan dalam rangka memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. Adapun strategi yang dilakukan adalah : Kriteria alat tangkap ramah lingkungan didasarkan pada Monintja, (2000), yaitu selektivitas tinggi, artinya teknologi yang digunakan mampu meminimalkan hasil tangkapan yang bukan merupakan target.Tidak destruktif terhadap habitat yang akan membahayakan kelestarian produksi ikan. Tidak membahayakan nelayan yang mnegoperasikan teknologi tersebut. Menghasilkan ikan yang bermutu tinggi dan tidak membahayakan kesehatan konsumen. Salah satu upaya menyelamatkan potensi kekayaan laut Indonesia adalah dengan melindungi,melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya terumbu karang secara berkelanjutan serta menjamin kelestarian dan keanekaragaman hayatinya. 27 Tak hanya itu, menetapkannya sebagai ekosistem penting habitat esensial sumberdaya ikan dan kawasan konservasi perlu dilakukan untuk generasi saat ini maupun yang akan datang. Selain itu, upaya penyelamatan yang dilakukan secara global juga diharapkan dapat memperkuat kerjasama internasional yang telah dilakukan Indonesia bersama negara-negara Coral triangle. Upaya ini juga diperkuat dengan Komitmen Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan terumbu karang dan Konservasi Kawasan Perairan di tingkat internasional (KKP dan TNI AL). 4. Strategi W – T (Weakness – Threats) Strategi ini untuk mengatasi kelemahan yang berpadu dengan ancaman harus segera diatasi. Untuk mengatasi dapat diambil strategi sebagai berikut : Pengawasan terhadap penangkapan ilegal lebih ditekankan pada pengurangan penggunaan bahan dan alat tangkap terlarang dapat menyebabkan rusaknya lingkungan perairan sering dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untyk menggunakan alat dan bahan yang ilegal untuk menguras potensi yang tersedia. Tindak lanjut dari pengawasan sendiri harus didorong oleh pemerinrah dengan menyusun aturan tentang waktu yang tepat untuk melakukan penagkapan ikan dan kapan waktu yangtidak dapat dilakukan penangkapan. Dendan adanya pengaturan tersebut diharapkan kontinuitas sumberdaya pada tahun-tahun berikutnya tetap terjaga. Perlu adanya koordinasi yang baik dan kebijakan pengelolaan antara pemerintah daerah (Taeran, 2013). Pembahasan dilakukan terhadap kekayaan jenis spesies ikan karang bukan merupakan indikator yang bagus untuk tekanan perikanan, tapi kelimpahan, struktur ukuran dan biomassa dari populasi ikan dinilai responsif terhadap variasivariasi tekanan perikanan. Tekanan perikanan biasanya pertama kali menyingkirkan individu-individu berukuran besar (seperti Serranidae, Lutjanidae) dari populasi. Struktur ukuran dari populasi ikan adalah variabel yang sangat responsif terhadap perubahan dari tekanan perikanan atau interfensi pengelolaan (Hastuty 2014). Perikanan karang ekonimis penting di Kota Sabang adalah ikan kerapu macan, ikan kerapu tikus, ikan kerapu sunuk merah dan ikan mata merah. Potensi sumberdaya ikan karang perlu dimanfaatkan dengan baik sehingga membawa kesejahteraan bagi masyarakat pesisir di Kota Sabang. Menurut Hanna (1995), peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal harus menjadi tujuan dari setiap kegiatan pengelolaan sumberdaya alam, partisipasi mereka perlu diakomodir secara optimal dan disertai dengan pembinaan yang terus meneurus. Hal ini karena masyarakat lokal dan pihak terkait yang dekat dengan potensi perikanan yang sehari-hari aktivitasnya di kawasan tersebut. Produksi perikanan pada tahun 2010 perikanan karang jumlah produksinya naik turun dari potensi sumberdaya ikan yang ada tentu memberi ruang untuk pengembangan produksi perikanan karanng di Kota Sabang. Menurut Fauzi (2005) pemanfaatan sumberdaya perikanan harus dilakukan secara selektif dengan memilih beberapa produk perikanan yang dijadikan unggulan, dan selanjutnya pemerintah menetapkan regulasi untuk implementasi pengelolaannya. Bila melihat pola produksi/hasil tangkapan rata-rata yang didapat nelayan pada data Dinas Perikanan Kota Sabang , maka ikan kerapu macan, ikan kerapu 28 tikus, ikan kerapu sunuk merah dan ikan mata merah dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan untuk jenis ikan karang di kota Sabang. Produksi keempat jenis ikan karang ini cukup dominan. Mamuaya et al (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa produksi ikan yang stabil dengan nilai yang cukup tinggi dapat menjamin keberlanjutan ekonomi perikanan bagi daerah sekitarnya. Ekonomi perikanan akan berkembang dengan baik sangat tergantung pada kontribusi masyarakat kawasan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar secara berkelanjutan. Produksi perikanan yang terjaga dengan dapat menarik minat investor untuk mengembangan potensi perikanan yang ada sehingga menjadi lebih besar dan berdaya saing. Melihat perkembangannya dari tahun ke tahun, maka jumlah hasil penangkapan ikan tersebut cukup fluktuatif atau cenderung tidak stabil keberadaannya di Kota Sabang. Kondisi yang fluktuatif dapat mempersulit pengaturan kegiatan penangkapan dan membuat rencana produksi perikanan terutama untuk komditas ikan karang. Konteks yang lebih luas, fluktuasi hasil tangkapan ikan yang didapat nelayan di Kota Sabang dalam memberi indikasi belum stabilnya pengelolaan sumberdaya perikanan di lokasi dan masih lemahnya penguasaan terhadap hal-hal teknik untuk pengembangan kegiatan penangkapan. Idealnya nelayan dapat melakukan modifikasi tertentu dari alat tangkap yang dimiliki untuk menghasilkan produk perikanan yang dinginkan. Pemilihan alat tangkap ikan karang mempertimbangkan banyak aspek untuk memastikan bahwa suatu alat tangkap yang dipilih benar-benar handal untuk mendukung pengelolaan potensi perikanan yang diinginkan. Pertimbangan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi dalam pemilihan alat tangkap yang tepat bagi pemanfaatan potensi ikan karang di Kota Sabang. Berdasarkan Usaha penangkapan ikan karang unggulan dari ketiga aspek yaitu teknik, lingkungan dan sosial ekonomi yang dapat dikembangkan di Kota Sabang adalah pancing (VA gab = 2,000) bubu (VA gab = 0,757) dan tondak (VA gab = 0,237). Menurut Dahuri (2001) pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan menggunakan alat tangkap yang sesuai dan ramah lingkungan dapat mendukung pembangunan ekonomi perikanan jangka panjang. Bila ditinjau dari aspek teknologi, lingkungan dan sosial ekonomi, pancing merupakan alat tangkap yang paling unggul dibandingkan dua alat tangkap lainnya. Keunggulan alat tangkap lebih karena skala pengusahaan yang termasuk mudah untuk digunakan yang sesuai dengan kriteria yang ada seperti ukuran alat tangkap, kelengkapan peralatan produksi serta kekuatan mesin. Hasil penelitian Mamuaya et al (2007) memperlihatkan kapasitas penyediaan es, perbekalan dan kapasitas muat palka dengan keberlanjutan usaha perikanan di Manado. Usaha perikanan dengan kondisi teknisk yang lebih baik dapat membawa keuntungan yang lebih besar, sehingga mendukung keberlanjutan kegiatan ekonomi berbasis perikanan di perairan pantai Manado. Kelemahan aspek teknik harus diperhatian terutama oleh pemerintah daerah karena kondisi teknik usaha cenderung mengindikasi kemampuan investasi dan pemodalan yang dilakukan oleh pelaku usaha perikanan. Pemerintah daerah sebaiknya lebih memperhatikan kemampuan nelayan dalam penyediaan alat tangkap dan bahan pendukung penangkapan secara mandiri terlebih dahulu daripada memikirkan kontribusi alat tangkap tersebut bagi PAD. 29 Terkait dari ketiga aspek alat tangkap bubu memiliki prospek cerah untuk dikembangkan untuk masa mendatang. Hal ini terjadi karena hasil tangkapan dan tingkatan keuntungan yang didapat dalam operasi alat tangkap ini lebih tinggi dibandingkan alat tangkap tondak . Besarnya keuntungan dan hasil tangkapan dari alat tangkap ini lebih karena skala pengusahaan yang besar, sehingga lebih daat menyiasati berbagai perusahaan terutama terkait musim dan dan cuaca yang terjadi dalam operasi penangkapan ikan. Rossiter (1997) menyatakan bahwa hasil tangkapan dan keuntungan yang tidak stabil menjadi penyebab utama terjadinya kegiatan penangkapan ilegal seperti penggunaan bahan kimia dan bahan peledak di perairan Indonesia. Kondisi ini menyebabkan banyak nelayan yang tidak peduli kelestarian sumberdaya ikan, apalagi berusaha melakukan konservasi habitat. Bubu juga cukup baik dari ketiga aspek tersebut karena juga menerapkan teknologi ramah lingkungan melalui pengaturan ukuran mata jaring dan ketahanan alat tangkapnya juga lama. Pengoperasianalat tangkap ini yang dipasang tetap sehingga tidak begitu aktif dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Menurut Makino etal (2009) keaktifan alat tangkap dalam suatu kegiatan operasi penangkapan ikan sangat mempengaruhi ketahanan alat tangkap tersebut dan dampaknya terhadap ekosistem perairan. Alat tangkap yang bergerak terus dalam operasinya akan cepat rusak karena berinteraksi dengan komponen perairan (terutama bagian dasar) dapat menyebabkan destruksi yang lebih besar. Terkait dengan ini, pemilihan alat tangkap dalam kaitan dengan peluang pengembangan usaha perikanan karang di Kota Sabang, pancing dan bubu dapat diandalkan dan lebih dapat membawa manfaat baik bagi nelayan sekitar maupun bagi kelestarian sumberdaya ikan. Tondak banyak tidak sesuai dengan aspek pengelolaan dan diindikasikan cenderung mengancam kelestarian sumberdaya ikan bila terus dikembangkan. Dalam analisis kelayakan finansial, hal ini mempengaruhi pertimbangan biaya dengan penerimaan dari operasi penangkapan ikan yang selanjutnya mempengaruhi pencapaian standar kelayakan usaha.Namun demikian, pengaruh tersebut belum tentu berdampak nyata bila usaha perikanan karang mempunyai keunggulan dari aspek lain, seperti hemat dalam operasional dan mempunyai produktifitas (jumlah trip) yang baik pada musim banyak ikan. Menurut Hamdan et al (2006) optimalisasi produksi perikanan pada musim puncak dan musim sedang dapat menutupi kerugian usaha perikanan di musim puncak. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan operasional yang mendukung optimalisasi ini sehingga usaha perikanan yang dilakukan nelayan dalam terus bertahan. Permasalahan utama yang banyak dialami oleh nelayan yang ada ketergantungan pada alam dam musin (Haryono 2015). Misalnya pada musim ikan nelayan akan sangat sibuk sedangkan pada musim paceklik nelayan akan menganggur mencari kegiatan ekonomi yang lain. Namun nelayan di Kota Sabang umumnya telah memiliki kesadaran diri untuk mengantisipasi hal tersebut. Nelayan telah memiliki kesadaran untuk menghadapi perubahan alam atau musim yang terjadi, diantaranya pengaturan jenis alat tangkap yang digunakan. Secara umum, skala pengusahaan dari usaha perikanan karang yang dilakukan nelayan di Kota Sabang termasuk menengah ke atas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai investasi yang besar. Bila dilihat pancing memiliki nilai investasi sebesar 155.500.000. Selama ini, pancing merupakan usaha perikanan yang sangat diandalkan di Kota Sabang untuk perikanan karang, karena dianggap 30 lebih efektif. Tabel 16 tentang penerimaan usaha menunjukkan bahwa penerimaan pancing sebesar 96.512.000. Kondisi ini menjadi penyebab banyaknya nelayan dan pelaku perikanan di lokasi umumnya memilih pancing dalam melakukan penangkapan ikan, dan mereka tidak begitu mempermasalahkan biaya investasi besar harus dikeluarkan. Setiawan (2007) menyatakan bahwa strategi pengembangan ekonomi harus menjadikan estimasi penerimaan sebagai dasar menjalankan usaha ekonomi. Biaya operasional, bahan bakar terutama solar merupakan kebutuhan operasional utama dari nelayan di Kota Sabang. Kebutuhan solar mencapai 6075 % dari total biaya operasional yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh jangkauan operasi nelayan cukup jauh terutama bila hasil tangkapan sulit diperoleh. Tinungki (2005) menyatakan bahwa biaya bahan bakar merupakan biaya operasional terbesar dari usaha perikanan, meskipun area penangkapan hanya berada di kawasan teluk atau selat. Hal ini karena alat tangkap selalui dioperasikan secara aktif atau area penangkapan selalu dipindah-pindah untuk mendapat hasil tangkapan yang maksimal. Kondisi ini juga terjadi untuk pukat pantai di perairan utara Aceh meskipun dioperasikan di perairan pantai tetapi nelayan selalu berpindah terus mencari lokasi yang potensial sebelum alat tangkap diturunkan. Bila melihat hasil analisis kelayakan usaha perikanan karang dari parameter Net Present Value (NPV) pancing termasuk layak dikembangkan. Menurut Hanley dan Spash (1993) nilai NPV merupakan cerminan keuntungan bersih yang didapat pelaku usaha pada kondisi terakhir saat keuntungan dihitung. Sedangkan kelima alat tangkap lainnya tidak layak dikembangkan setelah dinilai baik dari sisi finansial maupun teknis. Usaha perikanan karang yang layak dan dapat memenuhi dengan baik semua parameter finansial yang diperyaratkan dapat mendukung hal ini secara maksimal. Dukungan semua pihak sangat diharapkan untuk kelancarannya terutama untuk pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis kecil komoditas unggulan. Menurut Dahuri (2003) pengembangan tingkat peran semua stakeholders terkait merupakan kunci keberhasilan ekonomi perikanan di suatu wilayah. Pengembangan ekonomiperikanan harus didapatkan pada perhatian dan pelibatan semua komponen terkait, baik pelaku utama perikanan maupun pelaku pendukung, baik berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan perikanan. Bila mengacu kepada hal ini, usaha pendukung penyediaan air bersih, es,umpan dan perbekalan merupakan pelaku penting untuk menopang kegiatan perikanan di Kota Sabang. Oleh karena itu, kelayakan usaha perikanan tidak lepas dari kemudahan penyediaan bahan pendukung operasional tersebut. Strategi pengembangan usaha perikanan karang dapat menjadi panduan bagi pemerintah daerah dan stakeholders terkait lainnya untuk mengelola dan memanfaatkan potensi ikan karang di Kota Sabang terutama dari jenis komoditas unggulan. Hasil kajian menyatakan bahwa stakeholders utama yang terkait dengan pengembangan usaha perikanan karang di Kota Sabang dapat mencakup pemerintah, nelayan, pengusaha, dan masyarakat. Terkait pemerintah (dalam hal ini PEMDA Aceh), dapat dipahami kepentingan dan keterkaitannya karena perannya stakeholders yang mengatur regulasi terkait pengelolaan sumberdaya di daerah Aceh termasuk sumberdaya perikanan karang. Semua kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah bertujuan untuk mengatur kegiatan 31 pengelolaan sumberdaya dan interaksi antar anggota masyarakat, dan antara anggota masyarakat dengan sekitarnya. Kebijakan perikanan menjadi landasan untuk menjalankan usaha ekonomi perikanan di daerah sehingga pemanfaatan potensi perikanan dapat memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan daerah. Nelayan merupakan pelaku kegiatan penangkapan ikan di laut, sedangkan pengusaha merupakan investor yang berperan dalam perkembangan ekonomi nelayan. Nelayan dan pengusaha mempunyai kepentingan terkait kelancaran aktivitas usaha perikanan yang dilakukanyan sehingga menguntungkan dan memerlukan jaminan terhadap usaha perikanan yang dilakukannya. Menurut Liana et al (2001) kekuatan masyarakat nelayan menjadi penentu utama kegiatan perikanan dan ekonomi pesisir karena mereka yang sehari-hari melakukan secara langsung kegiatan perikanan. Sementara pengusaha dapat menopang pemodalan usaha, membangun jaringan pemasaran hasil, dan perintis berbagai usaha pendukung yang menopang. Pengusaha juga menjadi penentu berkembangnya kegiatan perikanan signifikan dengan dioperasikannya berbagai usaha jasa dan industri. Strategi pengembangan usaha perikanan karang yang disusun juga perlu memperhatikan keterbatasan dan faktor yang ada dalam pengelolaan perikanan.Sutisna (2007)menyatakan bahwa keberhasilan pengembangan usaha perikanan sangat ditentukan oleh peran sumberdaya manusia perikanan yang handal di lokasi. Kualitas sumberdaya manusia perikanan mempunyai pengaruh besar dalam pemilihan jenis alat tangkap, menetapkan waktu operasi penangkapan ikan, pemeliharaan unit penangkapan, dan sarana-prasarana perikanan, serta menjamin harmonisasi interaksi pengelolaan perikanan di suatu kawasan. 4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Jenis usaha penangkapan ikan karang yang paling unggul dari gabungan teknik, lingkungan dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di perairan Kota Sabang adalah pancing (VA gab=2,000). Sedangkan usaha penangkapan yang menjadi back-up (unggulan kedua) adalah bubu (VA gab= 0,757) . 2. Dari analisis finansial, pancing mempunyai nilai NPV Rp 64.374.546-, positif, IRR sebesar 28% di atas suku bunga , B/C ratio sebesar 3,86 di atas 1, sehingga dikembangkan secara luas di Kota Sabang. 3. Untuk mengoptimalkan pola pengembangan perikanan karang di Kota Sabang maka prioritas strategi pengembangan usaha perikanan karang terpilih adalah : a. Meningkatkan kapasitas produksi ikan karang b. Memperbaiki mutu produk ikan karang terhadap ekspor 32 c. Mengembangkan alat tangkap unggulan untuk menggantikan alat tangkap destruktif d. Melakukan konservasi terumbu karang yang menjadi habitat ikan karang e. Memanfaatkan tenaga penyuluh perikanan untuk melatih keterampilan penagkapan ikan karang f. Mengundang investor untuk investasi usaha pengolahan ikan karang g. Meningkatkan investasi pengawasan terhadap alat tangkap dan hasil tangkapan Saran Untuk lokasi-lokasi yang banyak terumbu karangnya sehingga menyulitkan penggunaan pancing, maka dapat dikembangkan bubu sebagai alternatif alat tangkap ikan karang. Implementasi strategi pengembangan usaha perikanan karang sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan pengembangan yang terjadi di lokasi. DAFTAR PUSTAKA Akmaluddin. 2014. Kinerja Alat Tangkap Ikan Cakalang di Teluk Bone Kabupaten Luwu. J Fak Il Kel dan Perikan Univs Has1-12. ArimotoT., 1999. Research and Education System of Fishing Technology in Japan. The 3 rd JSPS International Seminar.Sustainable Fishing Technology in Asia toword the 21 st century. P32-37. Bank Indonesia. 2010. Kurs Suku Bunga (Interest rate) Deposito Yang Berlaku pada periode Tahun 2010. Jakarta (ID): Bank Indonesia. Budiman R. 2014. Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jayanti Kabupaten Cianjur. J of Fisheries Resources Utilization Management and Technology 3(3): 4452. Dahuri R. 2001. Menggali Potensi Kelautan dan Perikanan Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Menuju Bangsa Indonesia yang Maju, Makmur dan Berkeadilan. Makalah Pada Acara Temu Akrab CIVA-FPIK, tanggal 25 Agustus 2001. Bogor. DahuriR. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia BerbasisKelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir 33 dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor (ID): IPB. 233. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). 2004. Rencana StrategisPembangunan Kelautan dan Perikanan 2001-2004. Jakarta (ID): DKP 96. DKP. 2015. Visi Misi Grand Strategy dan Sasaran Strategis (KKP). Pusat Data Statistik dan Informasi (PUSDATIN) – DKP. www.KKp.co.id. Diakses 07 November 2014. Dutton IM. 1998. Personal Communication About Co-Management in Fisheries Sector. J Depdagri 12. Jakarta. Fauzi A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka. Hamdan, MonintjaDR., Purwanto J., Budiharsono S., & Purbayanto A. 2006. Analisis Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Buletin PSP 15(3): 86-101. Hanley ND&Spash C 1993. Cost-Benefic Analysis and the Environment.Edward Elgar, Cheltenham, UK. Hanna S. 1995. Efficiencie of User Participation in Nautral Resource Management. In Hanna S. and M. Munasinghe (eds.) In Property Rights and the Environment - Social and Ecological Issues. Biejer International Institute of Ecological Economics and The World Bank. Washington, D.C. Haryono TJS. 2005. Strategi Kelangsungan Hidup Nelayan: Studi tentang diversifikasi pekerjaan keluarga nelayan sebagai salah saru strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup. J Berkala Ilmiah Kependudukan 7: 119-128. Hastuty R. 2014. Tutupan Karang dan Komposisi Ikan Karang Di dalam dan Luar Kawasan Konservasi Pesisir Timur Pulau Weh, Sabang. J Depik 3(2): 99107. Hergiyatno, I. T. 2013. Perikanan Pancing Ulur Di Pelabuhanratu Kinerja Teknis Alat Tangkap.J Pus Peneliti Pengelola Perikan dan Konservasi Sumberdaya Ikan Balitbang KP II19(3): 121-130. Kasmir&Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Kencana97. Katimpali R. P. 2012. Pengaruh Penambahan Pembentangan Horizontal Pancing Dasar Terhadap Hasil Tangkapan Ikan-Ikan Karang. J Il dan Tek Perikan Tangkap 1(2): 50-56. 34 KKP & TNI AL. Bersinergi Selamatkan 050/SJ.6/HM.310/VIII/2015. Siaran Pers. Terumbu Karang. No. KordiG. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Yogyakarta (ID): Kanisius. Kuntoro M & Listiarini T. 1983. Analisa Keputusan, Pendekatan Sistem. Manajemen Usaha dan Proyek. Bandung (ID): Baskara 271. Kushima J-A & Miyasaka A. 2003. Report on the discussions to manage the use of lay nets. State of Hawaii. Department of Land and Natural Resources. Division of Aquatic Resources. 22 p. (hawaii.gov/ dlnt/dar/pubs/net_report02.pdf; 11 Maret 2008). Liana TM, Elmer, MF, Lenore PC. and Alan GC. 2001. The Bolinao CommunityBased Coastal Resource Management Project.Jurnal of Community Organizer Haribon Foundation. Makino M, Matsuda H, dan Sakurai Y. 2009. Expanding Fisheries Comanagement to Ecosystem-Based management : A case in the Shiretoko World Natural Heritage Area, Japan. Journal of Matine Policy. 207. Mamuaya GE., Haluan J, Wisudo SH, dan Astika IW. 2007. Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap di Daerah Kota Pantai : Penelaahan Kasus di Kota Manado. Buletin PSP 16(1): 146-160. Mayunar. 1996. Jenis-jenis Ikan Karang Ekonomis Penting Sebagai Komoditi Ekspor Dan Prospek Budidayanya. Oseonografi Lipi: 23-31 Monintja D.R. 2000. Prosiding Pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor,156 hal. Pet-Soede C, van Densen WLT, Pet JS, &Machiels MAM. 2001. Impactof Indoensian coral reef fisheries on fish community structure and the resultant catch composition. Fish. Res. 51: 35-51. Raihanah. 2011. Strategi Usaha Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Provinsi Aceh [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F, 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia. Rosalina, D. 2011. Startergi Pengembangan Perikanan Pelagis Di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatra Selatan. J Kebija Sos Eko Kel dan Perikan 1(2): 1-15 hal. 35 Rossiter WW. 1997. Fisheries Conservation Crisis in Indonesia: MassiveDestruction of Marine Mammals, Sea Turtles and Fish Reported from Trap Nets In Pelagic Migratory Channels. This information is taken from internet: William Rossiter, President Cetacean Society International and Steve Morris. SaaninH. 1995. Taksonomi dan kunci Identifikasi Ikan I dan II.Bogor (ID): Bina Cipta. Septifitri. 2010. Peluang Pengembangan Perikanan Tangkap di Provinsi Sumatra Selatan. J Sain Perikan 6(1) : 8-21 hal. Setiawan, I. 2007. Kinerja Pengembangan Perikanan Tangkap : Suatu AnalisisProgram Pemberdayaan Nelayan Kecil. Disertasi (tidak dipublikasikan). Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, IPB. Sudirman & Yursi, 2008. Ikan Kerapu. biologi,eksploitasi,manajemen,dan budidaya.Jakarta (ID): Yarsif watampone. SutisnaD. H. 2007. Pola Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Provinsi Jawa Barat. Disertasi Sekolah Pascasarjana (tidak dipublikasikan). Bogor (ID): IPB. Taeran I. 2013. Prioritas Strategi Pengelolaan Perikanan Giobyang Berkelanjutan Di Kayoa, Halmahera Selatan. Jurnal Kebijak. Perikan. Ind 5(1): 39-45. Tinungki GM. 2005. Evaluasi Model Produksi Surplus Dalam MendugaHasil Tangkapan Maksimum Lestari Untuk Menunjang Kebijakan Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Valdemarsen JW & Suuronen P. 2003. Modifying Fishing Gear to AchieveEcosystem Objective. P. 321 – 341. In: Sinclair M and Valdimarsson G [eds]. Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem. Food and Agriculture Organization of the United Nations and CABI Publishing, Cambridge, MA. 36 LAMPIRAN 36 Lampiran 1Nilai rata-rata aspek teknik pada alat tangkap pancing Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah rata-rata Kriteria 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2,9 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 21 2,1 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 26 2,6 4 40 30 30 40 40 25 20 30 40 30 325 32,5 5 6 1 1 1 2 3 2 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 3 3 1 2 21 20 2,1 2 7 8 30 25 25 25 30 30 25 30 30 25 275 27,5 3 3 2,5 3 3 2,5 2,5 2 3 2,5 27 2,7 Nilai rata-rata aspek teknik pada alat tangkap tondak Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah rata-rata Kriteria 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 14 1,4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 17 1,7 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 23 2,3 4 20 30 20 25 25 25 25 30 20 30 250 25 5 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 13 1,3 6 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 15 1,5 7 30 20 20 25 20 25 30 20 20 25 235 23,5 8 3 2 2 2,5 2 2,5 3 2 3 3 25 2,5 37 Nilai rata-rata aspek teknik pad alat tangkap bubu Responden Kriteria 1 1 1 1 2 3 2 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 2 10 jumlah rata-rata 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 18 19 1,8 1,9 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 4 40 30 30 30 40 25 20 30 40 30 24 315 2,4 31,5 5 6 2 1 1 3 2 2 1 1 3 1 1 2 2 1 2 1 2 2 3 1 7 25 30 25 25 25 25 25 30 30 25 17 1,7 17 1,7 265 26,5 8 3 3 2,5 3 3 2,5 2,5 2 2 2,5 26 2,6 Lampiran 2 Nilai rata-rata aspek lingkungan pada alat tangkap pancing Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata-rata Kriteria 1 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 34 32 3,4 3,2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 37 3,7 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 35 3,5 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 38 3,8 6 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 13 1,3 7 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 38 3,8 8 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 37 3,7 38 Nilai rata-rata aspek lingkungan pada alat tangkap tondak Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah rata-rata Kriteria 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28 2,8 2 3 4 5 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 26 2,6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 27 2,7 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 35 3,5 6 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 12 1,2 7 8 2 4 2 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 2 4 2 4 2 4 24 38 2,4 3,8 Nilai rata-rata aspek lingkungan pada alat tangkap bubu Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah rata-rata Kriteria 1 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 27 32 27 33 2,7 3,2 2,7 3,3 5 6 7 8 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 33 3,3 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 12 1,2 3 2 2 4 3 2 3 2 2 3 26 2,6 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 37 3,7 39 Lampiran 3 Nilai rata-rata aspek sosial ekonomi pada alat tangkap pancing Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata-rata Kriteria 1 2 20 3 10 3 15 3 20 3 10 2 10 2 10 3 15 3 10 2 10 2 130 26 13 2,6 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2,9 4 5 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 28 2,8 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29 2,9 6 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 30 3 7 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 34 3,4 Nilai rata-rata aspek sosial ekonomi pada alat tangkap tondak Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata-rata Kriteria 1 5 5 5 5 10 5 10 10 10 5 70 7 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 26 2,6 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 37 3,7 4 5 6 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 26 2,6 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 32 3,2 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 34 3,4 7 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 28 2,8 40 Nilai rata-rata aspek sosial ekonomi pada alat tangkap bubu Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah rata-rata Kriteria 1 20 15 20 20 15 10 15 20 20 20 175 17,5 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 33 3,3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 35 3,5 5 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 33 3,3 6 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 26 2,6 7 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 27 2,7 Lampiran 4 Biaya investasi usaha perikanan karang No 1 2 3 4 5 Nama Pemilik Harga Iskak Lukman Hasbi Madianto Ilya Jumlah rata-rata Alat Kapal Mesin Tangkap 130.000.000 60.000.000 3.500.000 115.000.000 55.000.000 2.500.000 110.000.000 55.000.000 3.500.000 110.000.000 50.000.000 3.000.000 85.000.000 30.000.000 2.500.000 550.000.000 250.000.000 15.000.000 110.000.000 50.000.000 3.000.000 Lampiran 5 Biaya perawatan usaha perikanan karang No 1 2 3 4 5 Nama Pemilik Harga Iskak Lukman Hasbi Madianto Ilya Jumlah rata-rata Kapal Mesin 2.000.000 1.000.000 1.000.000 500.000 1.500.000 500.000 2.000.000 1.000.000 750.000 300.000 7.250.000 3.300.000 1.450.000 660.000 Jumlah Alat perawatan/th Tangkap 2.400.000 5.400.000 1.600.000 3.100.000 2.400.000 4.400.000 2.400.000 5.400.000 1.600.000 2.650.000 10.400.000 20.950.000 2.080.000 4.190.000 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 33 3,3 41 Lampiran 6 Biaya penerimaan usaha perikanan karang Responden Mata merah Kerapu Volume (kg) Harga (Rp) Penerimaan Volume (kg) Harga (Rp) Layur Penerimaan Volume (kg) Harga (Rp) Kakap Penerimaan Volume (kg) Harga (Rp) Penerimaan Volume Total (kg) PenerimaanTotal 1 5 75.000 375000 2 60.000 120000 2 16.000 32000 1 50.000 50000 10 577000 2 7 75.000 525000 2 60.000 120000 3 16.000 48000 3 50.000 150000 15 843000 3 5 75.000 375000 3 60.000 180000 3 16.000 48000 0 50.000 0 11 603000 4 6 75.000 450000 0 60.000 0 2 16.000 32000 2 50.000 100000 10 582000 5 Ratarata(Rp/trip) Ratarata(Rp/thn) 3 75.000 225000 2 60.000 120000 1 16.000 16000 1 50.000 50000 7 411000 5,2 390000 1,8 108000 2,2 35200 1,4 70000 10,6 603200 832 62400000 288 17280000 352 5632000 224 11200000 41 42 42 Lampiran 7 Biaya operasiona usaha perikanan karang Responden 1 2 3 4 5 Rata-rata (Rp/trip) Ratarata(Rp/thn) Oli Volume (liter) 2 2 2 2 2 Jumlah 250000 150000 150000 250000 100000 Solar Volume (liter) 8 5 7 8 5 3,9 180000 47,05 28800000 Harga (Rp) 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 Jumlah 10000 5000 5000 10000 5000 Air bersih Volume (jerigen) 1 1 1 1 1 1,4 7000 1 10000 224 1120000 160 1600000 Jumlah 47600 29750 41650 47600 29750 ES Volume (balok) 2 1 1 2 1 6,6 39270 1056 6283200 Harga (Rp) 5.950 5.950 5.950 5.950 5.950 Harga (Rp) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 Harga (Rp) 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 Jumlah 10000 10000 10000 10000 10000 Umpan Harga (Rp) 50.000 30.000 50.000 50.000 30.000 42.000 Jumlah 50000 30000 50000 50000 30000 Perbekalan Harga (Rp) 50.000 20.000 50.000 50.000 20.000 Jumlah 50000 20000 50000 50000 20000 42000 38.000 38000 6720000 6080000 43 Lampira 8 Analisis Finansial Pancing Cashflow/th Cashinflow Penerimaan Cash outflow Kapal Mesin Alat tangkap Cooler Box Sedekah Laut Biaya Perawatan Biaya Operasional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 101.000.000 40.000.000 3.000.000 2.500.000 130.000 130.000 3.000.000 3.000.000 130.000 130.000 3.000.000 3.000.000 130.000 130.000 3.000.000 3.000.000 130.000 130.000 3.000.000 3.000.000 130.000 130.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 50.603.200 50.603.6200 50.603.200 50.603.200 50.603.200 50.603.200 50.603.200 50.603.200 210.423.200 54.923.200 60.423.200 54.923.200 60.423.200 94.923.200 60.423.200 54.923.200 60.423.200 54.923.200 -113.911.200 41.588.800 36.088.800 41.588.800 36.088.800 1.588.800 36.088.800 41.588.800 36.088.800 41.588.800 0,89 113.911.200,89 0,80 0,71 0,64 0,57 0,51 0,45 0,40 0,36 0,32 36.088.799,29 41.588.799,36 36.088.799,43 1.588.799,49 36.088.799,55 41.588.799,60 36.088.799,64 41.588.799,68 40.000.000 50.603.200 50.603.200 Total outflow Net cashflow Df 12% 41.588.799,20 Laba rugi PV Rp 64.374.546 NPV IRR C 28% 198.388.800 3,86 B/C 766.732.200 B 293.160.000 C 43 44 Lampiran 9 IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) bobot 1 2 3 4 5 Faktor Internal Kekuatan Biomasa ikan karang diperairan Kota Sabang besar Alternatif alat tangkap ikan karang banyak Ikan karang merupakan produk perikanan terfavorit Biaya pemasaran rendah Kualitas harga ikan karang yang bagus rata1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 34 3,4 0,102 36 3,6 0,108 33 3,3 0,099 28 2,8 0,084 36 3,6 0,108 4 reting 1 2 3 4 5 Faktor Internal Kekuatan Biomasa ikan karang diperairan Kota Sabang besar Alternatif alat tangkap ikan banyak Ikan karang merupakan produk perikanan terfavorit Biaya pemasaran rendah Kualitas ikan karang yang bagus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 ratarata relatif 37 4 0,138 37 4 0,138 30 3 0,112 31 3 0,116 36 4 0,134 45 bobot 1 2 3 4 5 Faktor Internal Kelemahan Ikan karang yang tertangkap ukurannya kecil Alat tangkap yang digunakan tidak selektif Kualitas SDM masih rendah Peralatan pendukung penagkapan tidak lengkap Usaha pengelolahan ikan karang belum berkembang rata1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif 3 3 3 4 4 2 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 30 3 0,090 36 3,6 0,108 36 3,6 0,108 33 3,3 0,099 31 3,1 0,093 10 jumlah ratarata relatif 26 2,6 0,097 24 2,4 0,090 15 1,5 0,056 16 1,6 0,060 16 1,6 0,060 reting 1 2 3 4 5 Faktor Internal Kelemahan Ikan karang yang tertangkap sudah mulai kecil Alat tangkap yang digunakan tidak selektif Kualitas SDM masih rendah Peralatan pendukung tidak lengkap Usaha peneglolahan ikan karang belum berkembang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 46 Lampiran 10 EFAS ( External Strategic Factors Analysis Summary) bobot (tingkat urgensi) 1 2 3 4 5 Faktor Eksternal Peluang Ketertarikan investor tinggi Harga ikan karang relatif tinggi Pasar ekspor ikan karang terbuka Dukungan PEMDA terhadap pengelolahan Minat konsumen lokal tinggi terhadap ikan karang ratarata relatif 34 3,4 0,098 37 3,7 0,107 35 3,5 0,101 34 3,4 0,098 35 3,5 0,101 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 reting 1 2 3 4 5 Faktor Eksternal Peluang Ketertarikan investor tinggi Harga ikan karang relatif tinggi Pasar ekspor ikan karang terbuka Dukungan PEMDA terhadap pengelolahan ikan karang Minat konsumen lokal tinggi terhadap ikan karang rata1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 1 2 1 3 3 2 3 1 3 2 2 1 2 2 2 3 33 3,3 0,168 26 2,6 0,132 16 1,6 0,081 21 2,1 0,107 21 2,1 0,107 47 bobot 1 2 3 4 5 Faktor Eksternal Ancaman Penagkapan secara destruktif oleh nelayan luar Penambangan batu karang Patroli pemanfaatan kawasan sekitar karang rendah Kondisi cuaca yang sering tidak menentu Transaksi hasil tangkapan di laut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 ratarata relatif 33 3,3 0,095 32 3,2 0,092 33 3,3 0,095 37 3,7 0,107 36 3,6 0,104 Reting 1 2 3 4 5 Faktor Eksternal Ancaman Penangkapan secara destruktif oleh nelayan luar Penambangan batu karang Patroli pemanfaatan kawasan sekitar karang rendah Kondisi cuaca yang sering tidak menentu Transaksi hasil tangkapan di laut rata1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 16 1,6 0,081 17 1,7 0,086 15 1,5 0,076 17 1,7 0,086 15 1,5 0,076 48 Lampiran 11 Jenis-Jenis Ikan Karang Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) Ikan mata merah (L. campechanus) Ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) Ikan sunu merah (Plectropomus leopardus) 49 Lampiran 12 Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Karang Alat tangkap pancing Alat tangkap tondak Alat tangkap bubu 50 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Sabang pada tanggal 12 Agustus 1991 dari Ayahanda Imran Ibrahim dan Ibunda Asdewi Alida S.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2004 penulis diterima di SMPN 1 Sabang dan pada tahun 2006 penulis diterima di SMAN 1 Sabang. Tahun 2009 penulis diterima di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada program studi Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis diterima di Program Studi Teknologi Perikanan Laut program Pascasarjana IPB.