INTERNALISASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PROSES

advertisement
INTERNALISASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA
PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM (PAI) DI KELAS VIII MTS NEGERI
NGABLAK KAB. MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
OLEH
ROCHMAT SIYAMTO
NIM: 11109017
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
I
II
III
IV
V
MOTTO
                
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab, 21)
VI
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tuaku tercinta bapak tugiman dan ibu jumini, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do’a
yang tak pernah putus untuk putra-putranya.
2. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi
semangat dan membantuku.
3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si yang telah sabar membimbing dan
mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Teman-temanku anggota Student Sport Club (SSC) yang menjadi keluarga
kedua saya
5. Puji lestari yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini .
6. Dan seluruh keluarga besar MTS Negeri Ngablak yang bersedia menjadi
tempat penelitian
7. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
VII
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut
setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Bapak Dr. H.M. Zulfa, M.Ag, selaku pembimbing akademik.
6. Dan seluruh keluarga besar MTS Negeri Ngablak yang bersedia menjadi
tempat penelitian
VIII
7. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan
penuh kasih sayang dan kesabaran.
9.
Keluarga besar student sport club ( SSC) IAIN Salatiga, sebagai keluarga
kedua saya.
10. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyelesaian skripsi ini
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 8 Maret 2016
Peneliti,
Rochmat Siyamto
NIM.1109017
IX
ABSTRAK
Siyamto Rochmad. 2009. Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses
Pembelajaran PAI di Kelas VIII MTs N Ngablak kab. Magelang
Dosen Pembimbing : Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Kata Kunci : Internalisasi, Nilai-Nilai Demokrasi, Proses Pembelajaran PAI.
Pendidikan harus sesuai dengan perubahan sosial budaya masyarakat yang
terus berkembang , yang mendambakan adanya transparansi , perlakuan yang
sama, adil, jujur bagi setiap manusia ( demokrasi) dan menjunjung tinggi hakhak manusia. Untuk itu penting kiranya untuk memasukkan nilai-nilai positif
demokrasi dalam sistem pendidikan, terutama pada aspek pembelajaran.
Pembelajaran PAI yang memuat nilai-nilai demokrasi adalah pembelajaran
secara sadar dan terencana untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, dan kritis
terhadap lingkungan sekitar yakni di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. 1). Untuk mengetahui pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi
pada proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs
Negeri Ngablak kab. Magelang. 2). Untuk mengetahui faktor penghambat dalam
pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran
pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak. 3). Untuk
mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai
demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII
A MTs N Ngablak. 4). Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi kendala
pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara
pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs N Ngablak .
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan
untuk memberikan gambaran secermat mungkin mengenai internalisasi nilainilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI di MTs Negeri Ngablak ,
kendala dalam proses pembelajaran serta upaya untuk mengatasi kendala pada
proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan melalui metode Observasi ,
wawancara, dan dokumentasi. Data berupa deskriptif mengenai internalisasi
nilai-nilai demokrasi dan profil sekolah diperoleh dari studi dokumentasi.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Analisa data yang
digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
dan analisis data penelitian
menunjukkan pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses
pembelajaran PAI dapat diwujudkan melalui tahap perencanaan yaitu guru
menyisipkan nilai-nilai demokrasi pada nilai karakter, pelaksanaan
pembelajaran yaitu guru menerapkan metode yang variatif diantaranya
diskusi dan metode tanya jawab dengan memanfaatkan media yang telah
adalah ada, dan evaluasi pembelajaran yaitu guru melaksanakan evaluasi
pembelajaran secara komprehensif yang diantaranya mencakup ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru tidak
hanya bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, namun siswa juga
X
mengevaluasi gurunya. Kendala yang ditemui guru adalah guru mengalami
kesulitan dan kurang teliti dalam menentukan nilai-nilai demokrasi yang
sesuai dengan materi. Upaya yang dilakukan guru adalah dengan cara guru
harus teliti dan kreatif dalam menentukan nilai-nilai demokrasi yang sesuai
dengan materi PAI.
XI
DAFTAR ISI
JUDUL .........................................................................................................
I
LEMBAR BERLOGO .................................................................................
II
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
III
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
IV
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................
V
MOTTO .......................................................................................................
VI
PERSEMBAHAN ........................................................................................
VII
KATA PENGANTAR .................................................................................
VIII
ABSTRAK ...................................................................................................
X
DAFTAR ISI ................................................................................................
XI
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
XIII
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ............................................................................ 1
B. RumusanMasalah .................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
E. Definisi operasional ................................................................................ 10
F. Metodologi penelitian ............................................................................. 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14
XII
BAB II KAJIAN TEORI
A. Nilai nilai demokrasi islam ............................................................................. 16
B. Makna demokrasi pendidikan ......................................................................... 36
C. Intrumental demokrasi pada proses pembelajaran.......................................... 42
D. Pengertian internalisasi nilai nilai demokrasi pendidikan Islam .................... 46
E. Upaya internalisasi nilai nilai demokrasi pendidikan agama Islam................ 49
F.
Faktor pendukungdan penghambat internalisasi nilai
nilai demokrasi pendidikan agama Islam ................................................ 60
BAB III HASIL PENELITIAN
Identitas Sekolah ....................................................................................... 62
Pedoman Wawancara ................................................................................ 71
Hasil Wawancara ...................................................................................... 72
BAB IV PEMBAHASAN
Internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran
pendidikan agama islam ........................................................................... 75
Internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran
pendidikan agama islam diMTs N Ngablak .............................................. 75
Faktor pendukung internalisasi nilai nilai demokrasi dalam
pembelajaran agama islam ........................................................................ 91
Faktor penghambat internalisasi nilai nilai demokrasi dalam
pembelajaran agama islam ........................................................................ 92
XIII
Upaya yang Dilakukan Guru di MTs N 1 Ngablak dalam
Mengatasi Kendala Pelaksanaan Internalisasi Nilai-nilai
Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI ............................................... 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 94
B. Saran ....................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
XIV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama paripurna yang ajarannya memberi
panduan nilai atau prinsip-prinsip etik berkaitan dengan seluruh aspek
kehidupan para pemeluknya. Misi yang diemban oleh pendidikan Islam
tidak lain adalah misi Islam itu sendiri yaitu agar manusia dapat menjalani
amanat kehidupan ini dapat membangun kerajuan dunia yang makmur,
dinamis, dan harmonis atas dasar nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Atau dengan kata lain dapat mewujudkan rahmatan lil’alamin yaitu
hubungan segitiga sama sisi secara harmonis antara Tuhan, manusia dan
alam sebagai tiga komponen utama dalam hidup dan kehidupan umat
manusia.
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki potensi (fitrah)
bawaan ini bersifat integral-holistik dan tidak hanya berorientasi kepada
permasalahan ukhrowi saja tetapi harus terintegrasi dengan persoalanpersoalan dunia, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, sosial
kemasyarakatan, dan sebagainya. Dalam Malik Fajar (1988: 42),
pandangan ini didasarkan pada konsep ajaran Islam tidak menghendaki
pada penghayatan agama yang mengarah kepada pelarian diri dari
kehidupan duniawi, tetapi bahkan sebaliknya, Islam mengajarkan
asketisme duniawi, yaitu memakmurkan dan memajukan kehidupan dunia,
1
tanpa tenggelam dalam kenikmatan semu.
Pendidikan Islam adalah segala proses pendidikan Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah Nabi, perkataan dan perbuatan sahabat,
serta ijtihad para ulama. Dengan tujuan menurut Atyah Al-abbrasyi (1970:
15) untuk membentuk kepribadian Muslim yang tangguh dan mampu
mengatasi masalah-masalah di kehidupannya dengan cara Islam sehingga
tercapai tujuan akhir, yaitu bahagia dunia dan akhirat dengan ridha Allah.
Hasan Langgulung sebagaimana yang dikutip oleh Azyumardi Azra (1998:
5), mendefinisikan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan
generasi mudah. Memindahkan pengetahuan dengan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia sebagai khalifah fi al-ardh untuk
beramal di dunia dan memerik hasilnya di akhirat.
Manusia dijadikan sebagai khalifah karena manusia secara fisik
merupakan sebaik-baik ciptaan. Kualitas manusia karena didalam dirinya
terkandung beberapa persyaratan kualitatif seperti kemampuan berfikir dan
kemerdekaan berkehendak serta bertindak yang tidak dimiliki makhluk
lain. Dalam sudut pandang yang lain, kekhalifaan manusia mengisyaratkan
kepercayaan Allah kepada manusia. Karena itu Allah memberi kepada
manusia dalam bentuk kebebasan berfikir , berkehendak dan bertindak.
Namun dalam realitasnya, pendidikan Islam saat ini masih
terkungkung dalam kemunduran, keterbelakangan, dan ketidak berdayaan.
Diantara indikasinya menurut Abd. Rachman Assegaf (2004: 8-9) adalah
sebagai berikut :
2
1.
Minimnya pembaharuan praktik pendidikan Islam sejauh ini masih
memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan
pemikiran kreatif, inovatif, dan kritis terhadap isu-isu actual.
2.
Model
pembelajaran
pendidikan
Islam
terlalu
menekankan
intelektualisme – verbalistik dan mengasingkan pentingnya interaksi
edukatif dan komunikasi humanistic antara guru dan murid.
Orientasi pendidikan Islam menitik beratkan pada pembentukan abd atau
hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia Muslim
sebagai Khalifah al ardh.
Pada sisi lain, pendidikan Islam hingga saat ini masih mengahadapi
berbagai permasalahan yang kompleks, dari permasalahan yang bersifat
konseptual-teoritis hingga persoalan operasional praktis.
Dalam era global ini, masyarakat Indonesia menginginkan terwujudnya
suatu masyarakat baru. Yaitu masyarakat yang mengharapkan terwujudnya
kemajuan,
kesejahteraan,
kebahagiaan,
keterbukaan,
keadilan,
saling
menghormati, dan menghargai. Pendidikan Islam memiliki potensi untuk
memberdayakan pendidikan rakyat secara keseluruhan dengan kedekatannya
kepada masyarakat muslim, dan membentuk civil society, masyarakat madani atau
masyarakat kewarganegaraan pada tingkat akar rumput kaum muslim.
Untuk mewujudkan masyarakat madani menuntut suatu pendidikan yang
sesuai, yaitu pendidikan yang mampu membangu kesadaran masyarakat unutu
ikut serta dalam membangun masyaraka sendiri. Al-fadly (2011: 54) menegaskan
bahwa pendidikan yang mengembangkann seluruh peserta didik, pendidikan yang
3
menghargai
kemuliaan
manusia
(dignity);
individualitas
dan kebebasan
(academis); pendidikan yang mengakui adanya perbedaan dan penghargaan dan
keanekaragaman serta pendidikan yang mengakui adanya persamaan hak
(equalitarianism), dan pendidikan yang berupaya mengembangkan segenap
potensi peserta didik secara optimal. Disinilah pentingnya penghayatan terhadap
nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan Islam.
Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia adalah
dengan melakukan demokratisasi pendidikan, sebab pendidikan merupakan sarana
untuk melakukan internalisasi nilai-nilai demokrasi kepada masyarakat. Untuk
menjawab persoalan tersebut, perlu dirumuskan suatu perencanaan pendidikan
dan pelatihan yang strategis, efektif dan efisien dalam rangka membangun
sumberdaya manusia Muslim Indonesia yang cakap, terampil, inovatif serta
memiliki semangat kompetitif dalam kehidupan masyarakat
Secara empiris, pendidikan dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar.
Namun pada tataran implementasinya, hampir tidak disadari jika tren pendidikan
dan pembelajaran yang berkembang pada dekade terakhir ini adalah belajar untuk
belajar. Bukan lagi belajar untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi yang jauh
semakin komplek ke depan. Bahkan, sekolah sebagai sebagai ujung tombak
pendidikan secara sengaja ataupun tidak, selama ini telah menanamkan sikap yang
berlebihan pada diri siswa bahwa pentingnya belajar adalah untuk mengahadapi
ujian. Ujian merupakan target dan derajat tertinggi yang harus dikuasai dan
ditempuh dengan segala cara. Baik cara yang positif semisal dengan memberikan
tambahan pelajaran secara intensif maupun cara yang negative, seperti dengan
4
memberikan bocoran soal, kunci jawaban, dan lain sebagainya. Fenomena ini
terbukti dengan terungkapnya beberapa kasus kecurangan di beberapa lembaga
pendidikan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang
berlangsung nyaris tidak pernah berupaya serius dalam menumbuhkan nilai-nilai
demokrasi kepada peserta didik. Bahkan, yang terjadi adalah sebuah proses
pembusukan nilai-nilai demokrasi. Terkikisnya nilai-nilai demokrai dan
humanisme dalam karakter pendidikan saat ini, juga dirujukkan dalam proses
pembelajaran di kelas yang masih menempatkan guru sebagai penindas yang
memposisikan dirinya sebagai subjek pendidikan, dengan menganggap dirinya
paling berkuasa dan paling mengetahui tentang pengetahuan.
Menurut Al-Fadly (2011: 47) pendidikan haruslah bersifat dinamis dan
selalu berkembang. Sebab, perkembangan dalam dunia pendidikan adalah hal
yang seharusnya terjadi dengan perubahan budaya kehidupan umat manusia.
Perubahan disini dalam arti perbaikan pendidikan yang mencakup pada semua
tingkat dan aspek, baik pada sisi konsep kurikulum, kualitas sumber daya insan,
metode pembelajaran, lembaga-lembaga, organisasi, sistem evaluasi, serta
penerapan reward dan punishment-nya. Untuk itu penting kiranya memasukan
nilai-nilai positif demokrasi dalam system pendidikan, terutama pada proses
pembelajaran. Dengan harapan, proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung
lebih demokratis dan humanis sehingga melahirkan generasi bangsa yang sadar
akan eksistensis dirinya sebagai makhluk religius sekaligus makhluk sosial.
Dengan demikian dalam proses pembelajaran harus dilandasi oleh nilai-
5
nilai demokrasi yaitu dengan penghargaan terhadap kemampuan peserta didik,
menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta didik
sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya tersebut.
Pendidikan Islam sendiri tidak hanya mengajarkan nilai sebatas kognitif
saja, dan terbatas hanya selebar ruangan kelas. Tetapi juga menciptakan situasi
dan kondisi yang memberikan peluang dan kesempatan besar pada peserta didik
untuk bersentuhan secara langsung dengan berbagai fenomena nilai dalam
kehidupan empirik. Dengan asas ini dapat dihasilkan lulusan yang pandai, cerdas,
dan terampil, namun kepandaian dan kecenderungan intelektual tersebut kurang
diimbangi dengan kecerdasan emosional. Keadaan demikian ini terjadi karena
kurangnya perhatian terhadap ranah afektif. Padahal ranah afektif sama penting
peranannya dalam membentuk perilaku peserta didik sekarang, dalam mendukung
pelaksanaan demokratisasi pendidikan, saatnya mengubah asas subject matter
oriented ke student oriented. Shofan (2007: 126) menegaskan orientasi
pendidikan yang bersifat student oriented lebih menekankan pada pertumbuhan,
perkembangan, dan kebutuhan peserta didik secara utuh baik lahir maupun batin.
Demokratisasi pendidikan merupakan pendidikan hati nurani, artinya
pendidikan yang lebih menghargai potensi manusia dikatakan lebih humanis
beradab dan sesuai dengan cita-cita masyarakat madani. Tilaar (2009: 174),
menyatakan bahwa tuntutan terbentuknya masyarakat madani Indonesia,
mengandung berbagai unsur, yaitu: (1) kebebasan intelektual, (2) kesempatan
untuk bersaing (3) mengembangkan kepatuhan spiritual dan moral, (4) pendidikan
6
yang mengakui untuk berbeda dan (5) percaya kepaada kemampuan manusia.
Demokrasi pendidikan bisa dimaknai sebagai suatu tatanan di mana nilainilai
demokrasi,
seperti
keadilan,
musyawarah,
persamaan,
kebebasan,
kemajemukan, dan toleransi, dijadikan sebagai landasan atau asas dalam seluruh
program dan praktik pendidikan. Islam memandang nilai-nilai tersebut sebagai
nilai universal. Menurut Rasyidin (1999: 56), Al-Qur’an merupakan kalam Allah
yang diwahyukan kepada Muhammad SAW yang berisikan bimbingan dan
panduan tentang seluruh aspek kehidupan Muslim.
Selanjutnya Rasyidin (1999: 75) menyatakan bahwa guru sebagai ujung
tombak keberhasilan peletakkan nilai-nilai demokrasi keberadaban harus
memberikan
contoh
terutama
pada
proses
pembelajaran
berlangsung.
Keberhasilan lembaga pendidikan dalam menanamkan nilai demokrasi pada
peserta didiknya akan memberi pengaruh terhadap kehidupan berbangsa di masa
depan. Diantara urgensi nilai-nilai demokrasi pendidikan Islam bagi peserta didik
yaitu
demokrasi
merupakan
asas
yang
digunakan
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, menciptakan warga negara yang
demokratis merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan
nasional, demokrasi merupakan salah satu prinsip dasar dalam general education,
demokrasi merupakan salah satu prinsip asasi dalam kehidupa masyarakat Islam,
dan demokrasi diperlukan dalam rangka merespon berbagai fenomena sosial yang
terjadi dan sedang berkembang di Indonesia dan dunia Internasional.
Maka dari itu, MTs Negeri Ngablak kab. Magelang Sebagai Lembaga
Pendidikan formal mencoba untuk mengadakan reorientasi dan rekonstruksi
7
lembaga pendidikannya menuju integralisasi antara nilai-nilai religius dan
demokratis yaitu dengan mengupayakan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada
pembelajaran PAI. Dari sini diharapkan bisa mencetak generasi muslim yang
demokrasi, bersih, bermoral dan berakhlak serta berpegang teguh pada nilai
keadaban.
Dengan pertimbangan latar belakang tersebut diatas maka penulis berniat
mengambil penelitian dengan judul “ Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada
Prose Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI) di Kelas VIII A MTs Negeri
Ngablak kab. Magelang”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses
pembelajara Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VIII A MTs Negeri
Ngablak kab. Magelang ?
2. Apa saja faktor Pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai
demokrasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ?
3. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai
demokrasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ?
4. Bagaimana
upaya
untuk
mengatasi
kendala
dalam
pelaksanaan
internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara Pendidikan
Agama Islam (PAI) di kelas VIII MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ?
8
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada
proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs
Negeri Ngablak kab. Magelang.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan internalisasi
nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam
(PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilainilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI)
di Kelas VIII A MTs N Ngablak.
4. Untuk mengetahui upaya
dalam mengatasi
kendala
pelaksanaan
internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara pendidikan
agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs N Ngablak .
D. Manfaat Penelitian
1. Segi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Pendidikan
Agama Islam.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran
Islam, khususnya sebagai upaya pencarian solusi alternatif dalam
9
melakukan demokratisasi pendidikan Islam di Indonesia di tengah
persaingan global yang kompetitif.
Sebagai sumbangan pemikiran yang bersifat literal dalam semangat
demokrasi dan kebangsaan.
Untuk memperkaya khazanah studi tentang nilai-nilai demokrasi dalam
Pembelajaran PAI.
2. Segi praktis
Bagi para pendidik, merupakan hasil pemikiran yang dapat dipakai sebagai
pedoman untuk melaksanakan usaha pengajaran menuju tercapinya tujuan
yang dicita-citakan.
Bagi para orang tua, merupakan bahan masukan sebagai langkah yang
strategis dan dinamis dalam pengajaran di lingkungan keluarga.
Bagi peneliti, merupakan bahan informasi guna meningkatkan dan
menambah pengetahuan serta keahlian dalam internalisasi nilai-nilai
demokrasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
E. Definisi Operasional
Internalisasi menurut Priyanto (1994: 67): pengahayatan, pendalaman,
penguasaan secara mendalam. Penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau
kesadaran akan kebenaran nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku.
Nilai –Nilai Demokrasi menurut Hariyanto (2001: 18) adalah nilai yang
10
diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan maupun warga yang demokratis.
Dalam bidang pendidikan berarti nilai yang diperlukan untuk mengembangkan
lembaga pendidikan maupun peserta didik yang demokratis. Nilai-nilai tersebut
diantaranya adalah nilai kebebasan (berpendapat, berkelompok, berpartisipasi),
nilai keadilan, nilai persamaan dan nilai musyawarah.
Pembelajaran menurut Heriyanto (2001: 5) adalah suatu proses kegiatan
untuk membantu orang lain mencapai kemajuan seoptimal mungkin sesuai dengan
tingkat perkembangan potensi kognitif, afektif maupun psikomotornya.
Pendidikan Agama Islam : Syed ali ashraf dan syed Sajjad Husein (1986:
berpendapat bahwa pendidikan agama islam adalah suatu pendidikan yang
melatih jiwa murid-murid dalam sikap hidup,tindakan,keputusan dan pendekatan
mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, mereka dipengaruhi oleh nilainilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis islam.
Jadi yang dimaksud dengan Internalisasi nilai-nilai demokrasi adalah
proses pemasukan dan penghayatan nilai-nilai
demokrasi
pada
proses
pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) dengan tujuan untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih humanistis dan beradab agar bisa mencetak generasi
muslim yang demokratis, bermoral dan berakhlak serta berpegang teguh pada
nilai keadaban.
F. Metode Penelitian
Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam
mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunaanya sehingga dapat mencapai
objek atau tujuan permasalahan masalah. Sedangkan metode penelitian adalah
11
suatu cara yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah.
Untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan metode penelitian yang
tersusun secara sistematis dengan tujuan agar data yang diperlukan valid.
Sehingga penelitian ini layak untuk diuji kebenarannya.
a. Jenis Penelitian dan Pendekatannya
Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati problem dan mancari jawaban dengan ungkapan lain
meodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik
penelitian.
Menuru Dede Mulyana (2002: 145) Penelitian adalah terjemahan
dari bahasa inggris: research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk
mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan
cara
hati-hati,
sehingga
dapat
sistematis
digunakan
serta
untuk
sempurna
terhadap permasalahan
menyelesaikan
atau
menjawab
problemnya.
Penelitian ini menggunakan
penelitian yang bersifat kualitatif
yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang
diamati Lexy J Moleong (2008; 4). Adapun bentuk penelitiannya adalah
deskriptif
yaitu
penelitian
yang
dilakukan
hanya bertujuan untuk
menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam situasi tertentu.
12
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat peneliti melakukan penelitian
tentang internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI.
Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di MTs Negeri Ngablak Kab.
Magelang, yang terletak di Jl. Ngablak-Mangli Km. 0, Desa / Kecamatan
Ngablak, Kab/Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
c. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun
tehnik pengumpulan
data diperoleh dengan:
1.
Metode Interview
Metode
interview
dapat
dipandang
sebagai
metode
pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi dengan sumber
data melalui tanya jawab,dialog secaralisan baik langsung maupun
tidak langsung. Joko Subagyo (1997: 4).
2.
Observasi
Observasi dapat diguanakan sebagai pengamatan dan pencatat
dengan
sistematik
fenomena-fenomena
yang
diselidiki
baik
lingkungan , fisiknya, dan pengamatan langsung suatu kegiatan yang
sedang berjalan Sugiyono (2008: 203). Observasi juga didefinisikan
sebagai suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
13
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang
kegiatan-kegiatan yang mengandung nilai-nilai demokrasi di MTs
Negeri Ngablak, serta sarana dan prasarana, denah, letak Geografis
MTs Negeri Ngablak, yang akan dijadikan bahan analisis.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi artinya catatan, surat atau bukti. Metode ini
untuk mengumpulkan data-data berupa catatan-catatan ,surat dan
foto, gambar dan lain-lain. Menurut Sanapiah Faisa (1982: l33),
metode dokumenter adalah : “ Informasi berupa buku-buku tertulis
atau
catatan,
pada
metode
mentransfer bahan-bahan tertulis
ini petugas
data tinggal
yang relevan pada lembaran-
lembaran isian yang telah disiapkan, untuk itu merekan sebagainya
apa adanya.
G. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika
sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN : Dalam Bab ini berisi Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian , Manfaat Penelitian ,
metodologi penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II INTERNALISASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA
PROSES PEMBELAJARAN PAI : Bab ini menjelaskan tentang nilai-nilai
demokrasi dalam Islam, makna demokrasi pendidikan , nilai-nilai
instrumental demokrasi pada proses pembelajaran PAI, pengertian
14
internalisasi nilai-nilai demokrasi, upaya internalisasi nilai-nilai demokrasi
pendidikan Islam pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Urgensi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN:
Bab ini berisi tentang Gambaran Umum Obyek Penelitian yang
meliputi Sejarah berdirinya MTs N Ngablak, Letak Geografis MTs N
Ngablak , Denah MTs N Ngablak , Kurikulum MTs N Ngablak , Prestasi
MTs N Ngablak, Struktur Lembaga Pendidikan MTs N Ngablak, Sarana
dan Prasarana MTs N Ngablak, Data Pendidik dan Tenaga Pendidik MTs
N Ngablak dan Keadaan Siswa MTs N Ngablak, Hasil wawancara.
BAB IV PEMBAHASAN; . Bab ini menjelaskan tentang
Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI),Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kelas VIII
MTs N
Ngablak, Faktor pendukung pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi
pada proses pembelajaran PAI VIII A MTs N
Ngablak, Faktor
penghambat pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses
pembelajaran PAI VIII A MTs N Ngablak serta Upaya yang dilakukan
guru PAI dalam mengatasi kendala pelaksanaan internalisasi nilai-nilai
demokrasi pada proses pembelajaran PAI.
BAB V PENUTUP:Bab ini terdiri dari Simpulan dan saran-saran.
Yaitu mengenai uraian singkat dan padat serta saran yang perlu penulis
sampaikan kepada semua pihak yang terkait
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Nilai-Nilai Demokrasi dalam Islam
1. Nilai-nilai demokrasi pada Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada
Muhammad SAW yang berisikan bimbingan dan panduan tentang seluruh
aspek kehidupan Muslim. Dalam mengeksplor ayat dan penafsiran tentang
demokrasi, penulis mengambil salah satu prinsip dalam pokok ajaran Islam
yang sesuai dengan demokrasi yaitu musyawarah yang terdapat dalam surah
Ali Imran [3]: 159.
                
               
 
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut
terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka
mohonkanlah
ampun
bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada- Nya.”
Musyawarah
secara
fungsional
adalah
untuk
membicarakan
kemaslahatan masyarakat dan masalah-masalah masa depan pemerintah.
Dengan musyawarah rakyat menjadi terdidik dalam mengeluarkan pendapat
dan mempraktekannya..
Dengan musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan
berusaha mengemukakan pendapat yang baik, sehingga diperoleh pendapat
16
yang dapat menyelesaikan problem yang dihadapi. Di sisi lain, pelaksanaan
musyawarah merupakan penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin
masyarakat, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan
kepentingan bersama.
permasalahan yang dapat mengalami perkembangan dan perubahan,
maka al-Qur’an memberika petunjuknya dalam bentuk prinsip-prinsip umum
agar petunjuk itu dapat menampung perkembangan dan perubahan sosial
budaya manusia. Jika rincian satu persoalan yang diterapkan pada satu masa
atau masyarakat tertentu dengan ciri kondisi sosial budayanya, harus
diterapkan pula dengan rincian yang sama untuk masyarakat lain, baik di
tempat yang sama pada masa yang berbeda, apalagi di tempat yang lain.
Menuru Al Rasydin Dalam bidang musyawarah, ada enam point
implikasi prinsip musyawah dalam pendidikan, yaitu;
1) Kesediaan untuk mendiskusikan berbagai persoalan,
2) Kesediaan mengemukakan pendapat,
3) Kesediaan mendengarkan pendapat orang lain,
4) Kesadaran dan kesediaan yang tulus untuk saling menerima dan
menghormati perbedaan pendapat
5) Kesediaan atau kedewasaan untuk menerima kenyataan bahwa pendapat
kita ditolak oleh peserta musyawarah
6) Kerelaan untuk menerima kompromi, kesiapan dan kedewasaan untuk
menerima hasil musyawarah dan melaksanakannya secara tanggung jawab.
Di dalam Al-Qur’an terdapat prinsip-prinsip umum atau nilai- nilai
17
inti demokrasi selain musyawarah, seperti nilai-nilai keadilan, nilai-nilai
kebebasan, nilai-nilai persamaan, nilai-nilai kemajemukan, dan nilai-nilai
Toleransi. Berikut ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang nilai-nilai
demokrasi tersebut:
a. Nilai –Nilai Keadilan
Keadilan menurut ajaran agama Islam adalah suatu kewajiban
yang sangat penting dan berharga yang diberikan oleh Islam kepada
umat manusia. Dalam pembicaraan keadilan pada masalah-masalah
sosial selain dari kepemilikan harta, adanya perbedaan alamiah dalam
hal bakat, kesanggupan dan kemampuan diantara sesama manusia
harus diperhitungkan. Berdasarkan atas perbedaan tersebut, tidak bisa
diletakkan bahwa manusia tidak bisa sama semuanya dalam derajat,
ilmu, kekayaan, pangkat, status sosial dan lain-lain. Yang diperlukan
dan diperhatikan dalam masalah demikian adalah adanya peluang dan
kesempatan yang sama bagi semua
untuk mengembangkan
kemampuan dan kesanggupan alamiah masing-masing, perbedaan
yang timbul kemudian harusdiimbangi dengan ajaran persaudaraan
sesama manusia menurut Harun Nasution (1996: 229).
Islam memang mengakui adanya pemihakan kelas yang
diakui sah
adanya oleh al-Qur’an, sebagai realita empiris yang
ditakdirkan terhadap dunia manusia, akan tetapi menurutnya bahwa
pemihakan kelas tersebut lebih didasarkan pada semangat untuk
menegakkan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat.al-Quran
18
memenuhi cita-cita sosial yang terus-menerus menegakkan cita-cita
egalitarianisme dan keterlibatan untuk
mewujudkan cita-cita ini
dituntut kepada setiap Muslim dan itu dipandang sebagai memiliki
nilai ibadah yang tinggi. Dan keterlibatannya sebagai perjuangannya.
Itulah yang akan menentukan kualitasnya sebagai khalifah fi al- ard.
Kuntowijoyo (1993:229).
1) Menegakkan Keadilan
QS. An-Nisa’ ayat 129
            
           
Artinya:
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara
isteri- isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,
karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang
kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.
Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari
kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. An-Nisa’ ayat 129)
2) Menegakkan kebenaran
QS. Al-Maidah ayat 8
          
               
   
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orangorang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
19
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Maidah: 38)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada orang orang
mukmin agar dapat melaksanakan amal dan pekerjaan mereka
dengan cermat, jujur dan ikhlas karena Allah, baik pekerjaan yang
bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yang bertalian
dengan urusan kehidupan duniawi.
Dari keterangan tersebut, maka jelaslah bagi orang mukmin
diwajibkan untuk menegakkan keadilan dengan sebaik-baiknya.
Sebab jika keadilan tidak ditegakkan maka kedhaliman akan
merajalela dalam masyarakat.
3) Menegakkan hukum dengan adil
QS. An-Nisa’ ayat 58
            
              
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan
dengan
adil.
Sesungguhnya
Allah
memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’ ayat
58)
20
Di
sini
terkandung
beberapa
norma
yang
wajib
dilaksanakan sebagai cermin dari perilaku masyarakat Muslim.
Pertama, melaksanakan amanah dengan adil, kedua, menetapkan
hukum secara seimbang menurut undang-undang dan ketetapan
Allah. Sedangkan prinsip keadilan dimaksud ialah keadilan yang
mencakup seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat muslim
maupun lainnya, Esensi keadilan inilah yang belum pernah dikenal
sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, dan ini pula yang
mendasari segala bentuk hukum
dalam ketentuan islam,
sebagaimana fungsi tanggung jawab terhadap amanah itu pula yang
menjadi kerangka dasar dalam pembinaan masyarakat islam,
walaupun nampaknya hanya diungkapkan dalam bentuk saran(
idhah), yang sebenarnya berfungsi perintah (amr), karena saran itu
lebih berkesan untuk bisa diterima akal.
Pada dasarnya Islam memberi wewenang pada akal sebagai
sarana untuk memahami petunjuk bagi manusia. Namun, akal
menurut perkembangan fitrahnya selalu berubah menurut kondisi
yang mengitarinya. Atas dasar ini, maka perlu mengembalikan
seluruh hasil ciptaan akal kepada sebuah temperature yang tetap
dan abadi, yaitu ketetapan-ketetapan Allah Yang MahaSempurna
kuntowijoyo (1993:689).
Implikasi terhadap dunia pendidikan adalah bahwa guru
harus objektif terhadap seluruh siswanya,jangan kemudian
21
memojokkan
dan
menganaktirikan
mereka
yang
tidak
berpandangan positif terhadap dirinya. Adil terhadap peserta didik
merupakan faktor yang paling penting untuk kematangan jiwa.
Sebab hal itu akan memberikan kesenangan pada diri mereka dan
membuat hati mereka terasa nyaman (Muhammad Hamdi &
Muhammad Fadhli Afif 2006:195).
b.
Nilai-Nilai Kebebasan
Manusia sebagai makhluk yang terbaik diantara sekian
banyak makhluk yang ada. Dari sini manusia mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang salah. Dan dengan akalnya,
manusia diberi kebebasana untuk menentukan jalan hidupnya.
1) Kebebasan Berfikir
QS. Al-Baqarah ayat 44
           
Artinya:
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal
kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? maka tidaklah kamu berpikir?
(QS. Al-Baqarah ayat 44)
Dalam ayat ini Allah SWT menegur ahlul kitab yang selalu
memerintahkan kebaikan, tetapi tidak pernah melakukannya.
Mereka telah memahami kebenaran yang dianjurkan Allah SWT.
Dengan ayat ini, Allah SWT mengecam tindakan mereka
lakukan yang selalu menyerukan amar makruf, tetapi mereka
sendiri tidak membenahi sikap mereka. Melakukan amar makruf
nahi mungkar adalah perbuatan mulia, tetapi menjadi tercela jika
22
orang yang menyerukan tersebut justru melakukan pembangkangan
terhadap syariat yang mereka serukan.
QS. Al-Baqarah ayat 76
           
           

Artinya :
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
beriman, mereka berkata:" Kamipun telah beriman," tetapi apabila
mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah
kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa
yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian
mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu;
tidakkah kamu mengerti?" (QS. Al-Baqarah ayat 76)
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang munafik ketika
bertemu dengan orang –orang mukmin, mereka mengatakan bahwa
mereka juga beriman. Namun, ketika kembali kepada kelompok
mereka, sikapnya berubah. Mereka berkata, “janganlah kalian
ceritakan kepada mereka tentang kenabian Rasulullah saw.
“Mereka telah mengetahui kenabian Muhammad saw. Karena telah
disebutkan dalam kitab Taurat. Dalam kitab mereka itu,
diterangkan bahwa suatu saat akan datang seseorang bernama
Muhammad yang kelak akan diangkat sebagai Nabi dan Rasul bagi
umat Islam.
2) Kebebasan melakukan sesuatu
QS. Fushshilat ayat 40
23
               
             
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat
Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orangorang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah
orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari
Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Menurut Tafsir At-Tabari Ayat ini masih berkenaan dengan
orang beriman dari keluarga Fir’aun, yaitu ketika melihat kaumnya
tetap membangkang dan durhaka. Ia mengulangi seruannya kepada
kaumnya menuju Allah dan ia berterus terang tentang imannya dan
tidak lagi menempuh cara yang lalu, yaitu menyembunyikan
keimanannya terhadap mereka. Ia memperingatkan hal itu karena
dia tidak ingin mereka ditimpa sebagian dari apa yang diancamkan
oleh Musa terhadap mereka.
3) Kebebasan beragama
QS. Al-Baqarah ayat 256
              
            
Artinya;
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut [dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
24
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Islam sebagai agama samawi, meletakkan dasar-dasar teologi
dan ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
dan berhasil meletakkan pengalaman sosial yang menjunjung tinggi
prinsip kemanusiaan dengan hak-hak asasinya, di tengah-tengah
kehidupan masyarakat majemuk. Keberhasilan itu juga diteruskan
oleh para pelanjutnya. Prestasi yang seharusnya dipertahankan itu
mengalami pasang surut, bukan karena kelemahan dan kesalahan
teologi atau ajaran Islam, tetapi karena faktor-faktor lain
.Muhammad Tholchah Hasan (1991: 77-78).
Islam memberikan hak untuk kebebasan mengeluarkan
ungkapan hati nurani dan keyakinan kepada umatnya. Meskipun
tidak ada kebenaran dan kebaikan yang lebih baik daripada Islam,
dan meskipun orang-orang Muslim ditugaskan untuk mengajak
manusia memeluk Islam dan mengemukakan argument-argumen
yang memperkokoh Islam, namun mereka tidak diminta untuk
menyebarkan Islam melalui kekerasan.Maulana Abu A’la Almaududi (2005: 33)
Tuhan menjelaskan bahwa kebenaran itu ada, karenanya
diminta untuk menggunakan akal sehat dalam memberi putusan
tanpa tekanan. hak dalam kebebasan beragama bisa dilihat dalam
QS. Al-Kahfi (18) Ayat: 29
             
25
           
      
Artinya:
“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami
Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.”
Manusia telah diberikan kebebasan berkehendak untuk
menentukan
pilihanya
tiadanya tindakan
untuk beriman atau kafir.. Ada dan
seseorang
tergantung
pada
kehendaknya.
Allah tidak mengambil manfaat dalam iman dan kufur seseorang.
Artinya, bila seseorang beriman atau kufur, sesungguhnya seluruh
perbuatannya berpulang kepada pelakunya.
Dalam konteks pendidikan berkaitang dengan kebebasan
dalam berfikir dan bertindak, Al-Qur’an mengajarkan empat hal,
yaitu:
1) Pendidikan haruslah merupakan penciptaan situasi dan kondisi
yang benar-benar kondusif bagi pengembangan aqli atau daya
nalar dan jism atau kemampuan berbuat peserta didik,
2)
Dalam setiap pembelajaran, peserta didik diberi kebebasan
untuk berfikir kritis dan anlitis mengenai berbagai hal,
3) Peserta didik diberi kebebasan dalam berkreasi dan berbuat
sesuai dengan tujuan pembelajarannya, dan
26
4) Peserta didik diberi kebebasan dalam mengkomukasikan ide,
pemikiran atau pandangannya tentang sesuatu.
c. Nilai-Nilai Persamaan
Setiap Muslim yakin bahwa Islam merupakan pedoman
kehidupan bagi seluruh umat di sepanjang masa dan di segala
tempat. Di mata Tuhan, semua manusia adalah sama, yang
membedakannya adalah tindakan
dan
amalnya. Al-qur‟an
menyatakan sebagai berikut: QS. Al-Hujurat ayat 13
           
          
Artinya:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dalam ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa
manusia diciptakan-Nya bebagai-bagai Bangsa dan suku-suku
bangsa, berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemooh,
akan tetapi supaya saling mengenal satu sama lain. Dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan
keturunannya, kepangkatan atau kekayaannya karena yang paling
mulia diantara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang yang
paling bertakwa kepada-Nya. Dalam ayat lain dijelaskan QS. AlBaqarah ayat 213.
27
          
            
            
             
 
Artinya ;
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang
benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang
Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka
Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan
yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah
memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran
tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya.
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus .( QS. Al-Baqarah ayat 213).
Kaitannya dengan nilai persamaan dalam pendidikan adalah
menghapuskan semua hambatan yang memungkinkan seseorang
tidak bisa mengaktualisasikan diri dan potensi yan dimilikinya.
Iklim kebergaman sekolah (School Religiosity Climate) memegang
peran penting dalam menciptakan suasana pendidikan yang
kondusif. School Religiosity Climate dapat diwujudkan dalam
hubungan sosial baik inter dan atar siswa, guru, karyawan dan
kepala sekolah.
Islam menyerukan adanya prinsip persamaan dan peluang
yang sama dalam belajar, sehingga terbukalah kesadaran untuk
belajar bagi semua orang, tanpa adanya peerbedaan antara si kaya
28
dan si miskin dan status sosial ekonomi seorang peserta didik, serta
tidak pula gender.
d. Nilai-Nilai Kemajemukan
QS. Al-Hujurat ayat 13
           
          
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dalam surah al-Hujurat [49]: 13 disebutkan secara eksplisit
bahwa Tuhan menciptakan manusia dalam jenis laki-laki dan
perempuan, lalu menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku. Keragaman tersebut
merupakan sebuah kehendak
Tuhan yang sudah dicatat di singgasana-Nya, bahwa setiap
makhluk-Nya harus mampu membangun toleransi dan saling
pengertian diantara mereka. Ayat tersebut hendak menyapa
manusia dalam kapasitas primordialnya sebagai manusia. Karena
itu, ayat tersebut dimulai dengan yaa ayyuhannas (wahai
manusia).dalam ayat tersebut juga mengandung konsep anti ras
berdasarkan etnik tertantu dan bias gender.misi utama ayat tersebut
adalah memotivasi orang orang muslim untuk terus menerus
memperjuangkan penghapusan diskriminasi. (Fuad Fachruddin
29
2006 :110).
Adapun sebab turunnya ayat tersebut, dikisahkan bahwa
Rasulullah SAW memerintahkan kepada Bani Bayadhah agar
mengawinkan salah satu
perempuan dari suku mereka dengan
Abu Hindun. Akan tetapi, mereka
menolak, sambil berkata
"Apakah kami mengawinkan anak- anak perempuan kami dengan
para budak?". Kemudian Allah menurunkan ayat tersebut sebagai
bukti bahwa antara kalangan budak dan kalangan merdeka adalah
setara. Yang membedakan diantara mereka bukanlah status
sosialnya melainkan ketaqwaannya. Al Qurtubi ( Juz 3: 308)
Dalam kacamata sosiologi politik, tentu saja sikap Nabi
Muhammad
SAW dengan merujuk kepada ayat tersebut
merupakan sebuah sikap yang amat moderat dan sejalan dengan
spirit demokrasi, karena seluruh ummat
diperlakukan setara.
Budak yang sudah masuk Islam dapat menikahi perempuan yang
merdeka dan sebaliknya sehingga pada akhirnya sistem perbudakan
dihapus sama sekali dalam tradisi Islam.
Sebab sesungguhnya
setiap umat dilahirkan dalam keadaan merdeka. Umar bin Khattab
berkata,; Kenapa kalian diperbudak oleh manusia, padahal setiap
dari kalian dilahirkan sebagai hamba yang merdeka”. Zuhairi
Misrowi (2007: 304)
Ketaqwaan dapat menghapuskan kecongkakan, terutama
kecongkakan
yang
dilatarbelakangi
30
oleh
perbedaan
status
sosial.Superioritas seseorang terhadap yang lain adalah atas dasar
keimanan terhadap Tuhan, ketaqwaaan dan moral yang tinggi
bukan warna kulit, ras, bahasa atau kebangsaan. Orang tidak
dibenarkan menganggap diri superior dari orang lain. Juga bukan
hal yang dibenarkan bahwa yang paling berbudi memiliki semacam
hak-hak istimewa khusus yang melebihi yang lain.
Ketika berbicara masalah perbedaan dan plural atau
kemajemukan maka tidak lepas dari masalah yang berkaitan
dengan persatuan dan kesatuan. Dalam Al Qurat’an terdapat 9 kali
kata umat yang digandengkan dengan kata wahidah.
Pluralisme sejalan dengan kehendak
Ilahi
seperti dalam
surah al- Hujurat (49): 13. Maka dari itu pluralisme adalah sebuah
takdir, kesadaran pluralisme tidak melulu dan berhenti pada
percaya akan adanya kemajemukan, tapi lebih jauh dari itu adalah
keterlibatan aktif didalamnya. Seorang pluralis adalah orang yang
dapat berinteraksi atau ta’aruf secara positif dalam lingkungan
kemajemukan maka sifat yang perlu dikembangkan adalah
husnudzon.Waryono Ghofur (2015:13)
Pluralitas yang diciptakan Tuhan memberikan makna positif
agar umat manusia
yang
beragam
dapat
saling
berkomunikasi dan menghargai perbedaan dengan cara arif dan
bijaksana, toleran dan saling menghormati satu sama lain. Jika
tidak, potensi keragamanan itu akan berimplikasi destruktif,
31
mencipatakan konflik dan ketegangan diantara manusia karena
keragamannya baik secara etnis, bangsa atau agama. Sebaliknya
manusia
tidak
harus
menghindari
keragaman,
ia
sudah
seharusnyamananggapinya secara positif. Sidek Baba(2002:106)
Al-Quran mengajukan beberapa prinsip dan pendekatan
sebagai pedoman untuk melihat perbedaan-perbedaan relasi etnik
dan keagamaan. Keragaman etnik merupakan bagian dari ciptaan
Allah. Dalam surah Al- Hujarat [49] ayat 13, keindahan keragaman
etnik digambaran sebagai kerangka untuk saling mengenal (li
ta’arafu). Kerjasama menjadi landasan saling pengertian tidak
hanya dikalangan umat Islam tetapi juga non muslim sebagai
bagian dari ciptaan Allah. Keragaman etnik dan berbagai sebagai
bagian dari ciptaan Allah.
e. Nilai-Nilai Toleransi
QS. Al-An’am ayat 108
             
            
Artinya :
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki
Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah
Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia
memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Dalam toleransi mengandung nilai tidak boleh memaksakan
kehendak
terkhusus dalam keyakinan, tidak boleh mencerca
32
Tuhan, dilarang mengklaim kebenaran, dan melaksanakan ajaran
agamanya sendiri dan memberikan hak yang sama pada orang yang
beragama lain. Toleransi juga harus diterapkan dalam menyikapi
sesuatu kesalahan yang dilakukan murid.
Sikap ini sangat
diperlukan untuk perbaikan kesalahan sehingga sadar menerima
perbaikan tersebut.
Sebagai
proses
transformasi
nilai, pendidikan
merupakan tempat untuk menjaga dan memelihara nilai-nilai yang
diwariskan dari para leluhur. Dalam konteks pendidikan agama
Islam, nilai-nilai
yang harus dilestarikan diyakini bersumber dari
Allah dalam bentuk ajaran atau doktrin-doktrin agama, terutama
adalah doktrin yang menyatakan bahwa Islam adalah yang paling
benar disisi Allah, dan agama yang lain adalah palsu.
Dengan argumentasi tersebut di atas, dalam rangka
menghasilkan pemeluk agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai
pluralisme, maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
semestinya senantiasa mengacu kepada kondisi riil kehidupan
masyarakatnya yang plural. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengorientasikan pembelajaran PAI pada upaya memberi bekal
pada anak didik agar memiliki kemampuan untuk hidup dalam
lingkungan kehidupan yang plural tersebut.
2. Nilai-nilai Demokrasi pada Hadits Rasul
Dalam prakteknya ternyata demokrasi telah diterapkan oleh Nabi
33
Muhammad SAW, yang dikenal dengan istilah musyawarah. Salah satu
contoh dapat dikemukakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW
menghadapi masalah strategi perang dan diplomasi dengan musuh,
tergambar jelas bagaimana Nabi Muhammad menyelesaikan masalah sosial
politik yang sedang dihadapi dan beliau selalu aspiratif dan dapat
mentolierir adanya perbedaan pendapat diantara para sahabat, tidak
terkecuali berhadapan dengan musuh. Ramayulis (2010: 348).
Sedangkan mekanisme pengambilan keputusan terkadang beliau
mengikuti mayoritas, dan ada pula mengambil keputusann dengan pendapat
sendiri tanpa mengambil saran sahabat. Dengan kata lain Nabi Muhammad
SAW tidak menentukan suatu sistem, cara dan metode musyawarah secara
baku, tetapi lebih bersifat variatif, fleksibel dan adaptif. Nilai-nilai demokrasi
yang telah dipraktikkan Nabi Muhammad SAW dengan berlaku adil terhadap
sesama dan tidak pernah membedakan golongan dalam masyarakat.
Sabda Rasululllah: Sesungguhnya hancurnya umat sebelum kalian
adalah disebabkan mereka tidak melaksanakan keadilan, yaitu jika orang
yang mulia mencuri tidak dihukum, sebaliknya jika yang lemah dihukum;
Demi Allah jika seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, tentu akan
aku potong tangannya. (HR. Bukhari).
Hadits diatas menjelaskan pengajaran Nabi terhadap seorang Bapak
agar bertindak seadil-adilnya terhadap anak-anaknya. Seorang bapak di dalam
rumah tangganya sebagai pendidik terhadap keluarganya harus bersikap adil
ini mempunyai pengaruh yang besar dalam pembinaan keluarga yang bahagia
34
dan sejahtera. Tindakan adil yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik
juga berdampak besar pada pembentukan karakter mereka.
Nilai-nilai kebebasan, Rasulullah bersabda “Berbuatlah kamu untuk
duniamu seolah-oleh engkau hidup selamanya, namun beramallah kamu
untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” (HR. Ibnu Qutaibah).
Nilai-Nilai persamaan. Rasulullah bersabda: Hai manusia, ingatlah
bahwa sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, bapak kalian satu. Ingatlah, orang
Arab tidak lebih utama dari orang Ajam, dan demikian sebaliknya, orang
Ajam tidak lebih utama dari orang Arab, orang kulit berwarna tidak lebih
utama dari orang kulit hitam, dan sebaliknya, orang kulit hitam tidak lebih
utama dari orang kulit berwarna, kecuali karena taqwanya. (HR. Imam
Ahmad).
Nilai-nilai musyawarah. Rasulullah bersabda: Suatu bangsa yang
melaksanakan musyawarah tentu Allah akan memberikan petunjuk-Nya
karena kelebihan kehadiran mereka. (HR. Imam Ahmad).
Hadis diatas memberikan motivasi kepada umat islam agar berzikir
kepada Allah SWT secara berkelompok dan belajar secara berkelompok
sehingga mendapatkan rahmat, ketenangan, dan ketentraman serta sifat-sifat
kebanggaan. Dalam beberapa buku pendidikan kerja kelompok atau belajar
berkelompok merupakan salah satu metode pembelajaran, betapa pentingnya
makna belajar kelompok dalam pembemtukan kepribadian. Kelompok belajar
adalah kumpulan beberapa individu secara paedagogis yang di dalamnya
terdapat adanya hubungan timbal balik atau kerja sama antar individu serta
35
saling memercayai. Dengan kegiatan belajar bersama ini akan meningkatkan
kualitas kepribadian seperti kerjasama, toleransi, kritis, disiplin, bergairah,
menyenangkan, dan pendistribusian keilmuan.
Nilai-nilai kemajemukan, Rasulullah bersabda: Perumpamaan orangorang yang beriman dalam bersaudara adalah ibarat sesosok tubuh, apabila
satu bagian tubuh itu sakit, maka bagian lainnya akan turut merasakannya
dengan demam dan panas. (HR. Bukhari).
“Dari Ubaid bin Ka’ab berkata Rasulullah telah membacakan kepada
ku surat. Kemudia ketika aku duduk di Masjid aku mendengar seorang lakilaki yang membacakannya berbeda dengan bacannya, maka aku katakan
kepadanya: siapa yang mengajarka engkau surat ini? Ia menjawab: „
Rasululah saw “aku berkata: kalau begitu jangan berbeda dengan
bacaanku, sehigga kami datang kepada Rasulullah. Aku datang dan
bertanya: Ya Rasulullah! orang ini berbeda bacaannya dengan bacaanku
pada surat yang engkau ajarkan kepada ku. Maka Rasul bersabda: “Hai
Ubai baca! “aku pun membacanya. Beliau memujiku:” bagus kamu “.
Kemudian Beliau bersabda kepada seorang laki-laki tersebut: “baca!” ia
membaca yang berbeda dengan bacaan ku. Beliau juga memujinya: “bagus
kamu”. Kemudia Beliau bersabda: “Hai Ubai! sesungguhnya Al-Qur‟an
diturunkan atas tujuh huruf semuanya benar dan cukup “. (HR. al-Nasa‟i)
Hadits diatas memberitakan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan
cara membaca Al-Qur’an secara langsung (musyafahah) kepada para sahabat.
Namun pernah terjadi perbedaan cara membaca suatu ayat. Mereka komplain,
kepada Nabi mana yang benar diantara bacaan mereka. Semua dinilai benar
oleh Rasulullah. Para sahabat sangat memerhatikan apa yang datang dari
Nabi. Demikian juga ketika mereka tidak paham sesuatu agama, atau
mengalami kesulitan memahami wahyu dan lain-lain.
B. Makna Demokrasi Pendidikan
Demokrasi merupakan kata yang mempunyai konotasi istilah khas, yang
36
sengaja dipergunakan oleh pencetusnya untuk menyebut sistem pemerintahan
tertentu yang dibangun berdasarkan asas rakyat sebagai sumber kekuasaan. Istilah
ini pertama kali digunakan oleh Herodor yang lahir pada abad 5 M. Ketika itu ia
menggunakan kata democratia dalam pemerintahan hasil pembaruan yang
dikemukakan oleh Kleinstenes dikutip oleh Saiful Munjai (4 agustus 1995).
Secara estimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa yunani, dari kata
demos dan cratos, demos berarti rakyat dan cratos berarti pemerintah. Jadi makna
demokrasi adalah pemerintahan di tangan rakyat kamus besar bahasa
indonesia(2001;337) . Menurut Peter Salim, “Demokrasi adalah pandangan hidup
yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama
bagi semua negara”Dede rosada (2007: 15).
Abraham Lincoln pada 1867 memberikan pengertian demokrasi sebagai
government of the people, by the people, and for the people (pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat). Ini artinya, dalam demokrasi kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat dan otomatis kedaulatan juga berada di tangan
rakyat.
Secara umum demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh
rakyat dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan
langsung oleh rakyat atau oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui pemelihan
umum yang jujur, adil, bebas, dan periodik.
Dari uraian diatas bisa dipahami bahwa susbtansi dari demokrasi adalah
tegaknya keberdayaan dan kedaulatan rakyat. Substansi tersebut diwujudkan ke
dalam sebuah sistem yang merupakan alat bagi rakyat dalam menciptakan
kesejahterannya. Menurut Dewey bahwa sebuah pemerintahan demokrasi
37
sebenarnya menghendaki implementasi konsep yang sama dalam sistem
pendidikannya. Hal ini bertujuan untuk kebebasan personal kepada setiap individu
dalam melakukan berbagai hubungan, kontrol sosial, dan kebebasan berfikir
dimana perubahan-perubahan sosial bisa dijamin keberlangsungannya tanpa
adanya tekanan dan kekerasan. Dalam konteks ini tema demokrasi sebenarnya
terkait dan bisa diasosiasikan dengan berbagai aspek kehidupan manusia,
termasuk pendidikan. Karena sesunggunya tema demokrasi is more than of a form
of government, yaitu lebih dari sekedar bentuk sebuah pemerintahan.
Secara umum, demokrasi pendidikan bisa dimaknai sebagai suatu tatanan
dimana nilai-nilai demokrasi seperti keadilan, musyawarah, persamaan,
kebebasan, kemajemukan, dan toleransi, dijadikan sebagai landasan atau asas
dalam seluruh program dan prakik pendidikan. Berdasarkan pengertian ini, maka
suatu program pendidikan yang tidak dilandasi nilai-nilai demokrasi, maka
program dan pendidikan itu tidak dapat diklasifikasikan atau disebut demokrasi.
Menurut Mc Carth demokrasi pendidikan bisa bermakna: “A set of educational
practices and instrumental in mainting a larger democratic society, a set of
educational practice that themselves have a character of being democratic, being
inclusive, without having regard to the ultimate results of those democratic
practices in the larger society, any educational institution the practice of which
are determined, controlled by, a democratic set of processes.”
Pengertian pertama memberi tekanan pada demokrasi pendidikan sebagai
sebuah proses atau instrument yang digunakan untuk menciptakan masyarakat
yang demokratis. Hal ini mengindikasikan bahwa demokrasi bukanlah seperti
38
barang yang sudah jadi atau sesuatu yang akan terwujud bagaikan jatuh dari
langit, tetapi ini membutuhkan proses atau instrument yang disebut sebagai
pendidikan demokrasi. Pendidikan demokrasi menurut Azyumardi Azza (1999:
154) adalah pendidikan yang secara substantive menyangkut sosialis, diseminasi
dan aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya dan praktik demokrasi melalui
pendidikan.
Pengertian kedua, suatu tatanan praktik-praktik pendidikan dimana praktik
tersenut memiliki karakter demokrasi dan inklusif tanpa memandang hasil
akhir dan praktik-praktik demokatis tersebut dalam masyarakat luas. Pengertian
kedua ini menitik beratkan pada cirri-ciri atau karakteristik demokrasi yang harus
diimplementasikan melalui praktik pendidikan. Karena itu, nilai-nilai demokrasi,
seperti keadilan, musyawarah, persamaan, kemajemukan, kebebasan yang
bertanggung jawab, toleransi dan lain-lain, harus diwujudkan menjadi cirri atau
karakteristik dari seluruh program dan praktik pendidikan
Pada pengertian ketiga, yaitu praktik-praktik pendidikan dari suatu
institusi pendidikan yang dibatasi dan dikontrol oleh sebuah tatanan proses-proses
yang demokratis. Pengertian ketiga ini mensyaratkan bahwa iklim yang
dikembangkan pada suatu institusi pendidikan tersebut dibatasi atau dikontrol
oleh tatanan proses-proses yang demokratis. Tatanan atau proses-proses yang
demokratis itu adalah suatu tatanan atau proses yang mengedepankan aktualisasi
nilai-nilai demokrasi dalam setiap praktik pembelajaran pada suatu institusi
pendidikan..
Demokratisasi dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebagai
39
pembebasan
pendidikan
dan manusia dari struktur dan system perundangan
yang menempatkan manusia sebagai komponen Ainun Naqim dan Ahmad
Suaqi(2008:61). Menurut Hujair Sanaky (2003: 246), demokratisasi pendidikan
merupakan pendidikan hati nurani. Artinya, pendidikan yang lebih menghargai
potensi manusia, lebih humanis, beradab, dan sesuai dengan cita-cita masyarakat
madani.
Demokratisasi pendidikan mengandung arti proses menuju demokrasi
dalam bidang pendidikan. Demokratisasi pendidikan dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu “demokrasi pendidikan” dan “pendidikan demokrasi”. Demokrasi
pendidikan, dapat diwujudkan di antaranya melalui penerapan konsep pendidikan
berbasis masyarakat dalam sebuah penyelenggaraan
pendidikan
nasional.
Demokrasi pendidikan lebih bersifat politis, menyangkut kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan di tingkat nasional. Apabila demokrasi mulai diterapkan
dalam pendidikan, maka pendidikan tidak akan menjadi alat penguasa. Rakyat
atau masyarakat diberikan haknya secara penuh untuk ikut menentukan kebijakan
pendidikan nasional. Semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan
diharapkan dapat berpartisipasi dalam penentuan kebijakan pendidikan. Inilah
yang disebut demokrasi pendidikan Kartini Kartono (1997:196-197).
Pendidikan demokrasi menuntut adanya perubahan asas subject matter
oriented menjadi student oriented. Proses pendidikan selama ini terkesan
menganut asas subject matter oriented, yaitu bagaimana membebani peserta
didik dengan informasi-informasi kognitif dan motorik yang kadang-kadang
kurang relevan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan psikologis mereka.
40
Dengan orientasi seperti ini dapat dihasilkan lulusan yang pandai, cerdas, dan
terampil, tetapi kepandaian dan kecerdasan emosional. Keadaan demikian terjadi
karena kurangnya perhatian terhadap ranah afektif. Padahal ranah afektif sama
penting peranannya dalam membentuk perilaku peserta didik.
Suasana pendidikan yang demokrasi senantiasa memerhatikan aspek
agalitarian (kesetaraan atau sederajat dalam kebersamaan) antara pendidikan
dengan peserta didik. Pengajaran tidak harus top down, namun diimbangi dengan
bottom up. Tidak ada lagi pemaksaan kehendak dari pendidik, tetapi akan terjadi
tawar-menawar di antara kedua belah pihak dalam menentukan tujuan, materi,
media, dan evaluasi hasil belajarnya. Dengan komunikasi structural dan cultural
antara pendidikan dan peserta didik, akan terjadi interaksi yang sehat, wajar,
dan bertanggungjawab. Peserta didik boleh saja berpendapat, berperasaan, dan
bertindak sesuai dengan langkahnya sendiri, asalkan ada argumentasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. peserta didik bukan saja memahami
demokrasi, tetapi juga menjalani latihan seperti berdebat, menghargai pandangan
dan harga diri orang lain, serta mematuhi aturan hukum yang diaplikasikan dalam
setting diskusi.
Mewujudkan pendidikan
mudah. Sebab, berbagai
yang demokratis bukanlah pekerjaan
kendala
yang
yang tidak mendukung terbentuknya
demokratisasi pendidikan termasuk pendidikan Islam. Pertama, pendidikan
yang penuh kesombongan. Kedua, sistem pendidikan yang elitis. Ketiga,
proses domestifikasi. Keempat, prose pembodohan. Kelima, budaya korporasi
H.A.R Tilaar (2004: 297-299)..
41
Pendidikan yang demokratis pada esensinya adalah pendidikan yang
mengembangkan
prinsip-prinsip
demokrasi,
yaitu
pola
pendidika
yang
menghargai perbedaan pendapat ( the right to be different), kebebasan untuk
mengaktualisasikan diri, kebebasan intelektual, kesempatan untuk bersaing di
dalam perwujudan diri sendiri ( self realization), pendidikan yang membangun
moral, dan pendidikan yang semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta-Nya
Didin Nurdin (23 november 2008 ).
Jadi dapat disimpulkan bahwa demokrasi pendidikan adalah pengajaran
pendidikan yang semua anggota masyarakat mendapatkan pendidikan dan
pengajaran
yang adil. Dapat
dipahami pula bahwa demokrasi pendidikan
merupakan suatu pandangan yang mengutamakan persamaan kewajiban dan hak
dan perlakuan oleh tenaga kependidikan terhadap peserta didik dalam proses
pendidikan. Sebagai suatu tatanan di mana nilai-nilai demokrasi, seperti keadilan,
musyawarah, persamaan, kebebasan, kemajemukan, dan toleransi, dijadikan
sebagai landasan atau asas dalam seluruh program dan praktik pendidikan.
C. Nilai-nilai Instrumental Demokrasi pada Proses Pembelajaran
Secara umum nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan adalah seluruh
esensi atau prinsip-prinsip dasar demokrasi yang meliputi keadilan, kebebasan,
persamaan, musyawarah, kemajemukan, toleransi dan prinsip- prinsi dasar lainnya
yang menjadi pedoman bagi kehidupan warga masyarakat dan wargan Negara
yang demokratis.
Dalam konteks pendidikan Internasional dan Nilai, Asia Pacific Network
for International Education and Values Education mengemukakan bahwa
42
nilai-nilai inti demokrasi itu dapat dirangkum meliputi hal-hal sebagai berikut
(UNESCO APNIEVE 2000),:
1.
Penghormatan atas hukum dan ketertiban
2.
Kebebasan dan tanggung jawab
3.
Kesamaan
4.
Disiplin diri
5.
Kewarganegaraan yang aktif dan tanggung jawab
6.
Keterbukaan
7.
Berfikir kritis
8.
Solidaritas.
Oleh karena itu, setiap nilai-nilai inti (intrinsic) tersebut memiliki nilai-
nilai terkait (instrumental) yang mendukungnya. Secara rinci nilai- nilai inti dan
nilai-nilai pendukung
Tidak
jauh
berbeda
dengan
nilai
–
nilai
yang
dideskripsikan
APNIEVE, Menurut Zamroni bahwa dalam demokrasi terkandung Nilai- nilai
toleransi, kebebasan mengemukakan dan menghormati perbedaan pendapat,
memahami keanekaragaman dalam bermasyarakat, terbuka dalam berkomunikasi,
menjunjung tinggi nilai dan martabat kemanusiaan, percaya diri atau tidak
menggantungkan diri pada orang lain, saling menghargai, mampu mengekang
diri, kebersamaan dan keseimbangan.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa nilai-nilai inti yang
paling penting terkandung dalam demokrasi antara lain adalah keadilan,
kebebasan, persamaan, musyawarah, kemajemukan dan Toleransi. Nilai- nilai
43
intrinsik diperlukan guna membentuk atau menciptakan sebuah tatanan kehidupan
yang demokrasi, termasuk dalam bidang pendidikan. Karenanya, seluruh nilainilai tersebut sangat penting untuk dipahami dan dipraktikkan oleh para pendidik
atau guru dalam melaksanaan tugas-tugas kependidikan dan pembelajaran.
1. Nilai keadilan: nilai keadilan dalam proses pembelajaran adalah seluruh
prinsip atau standar yang digunakan dalam menata aktivitas dan praktik
pendidikan dimana setiap orang mengakui dan menghargai hak dan
kewajiban masing-masing secara setara, seimbang dan proporsional.
2. Nilai kebebasan : nilai kebebasan dalam demokrasi pendidikan adalah prinsip
atau standar yang dijadikan rujukan dalam menata aktivitas dan praktek
pendidikan dan pembelajaran yakni, memberikan perlakuan yang sama
terhadap semua siswa sesuai dengan kapasitasnya masing- masing.
3. Nilai persamaan: nilai persamaan adalah prinsip atau standar yang dijadikan
rujukan dalam menata proses dan aktivitas pendidikan dimana setiap
orang yang diperlukan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing secara
tidak berbeda antara satu dengan lainnya. Implementasi nilai-nilai didasarkan
pada pandangan bahwa semua manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan
yang sama, yakni sama- sama tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatupun
dan sama-sama membutuhkan.
4.
Nilai kemajemukan adalah standar yang dijadikan rujukan dalam menata
proses dan prakti pendidikan dan pembelajaran guna mewujudkan dan
mengembangkan
kesadaran,
pemahaman,
dan
penghargaan
terhadap
keanekaragaman masyarakat, baik dari segi ras, suku, agama, tradisi adat
44
istiadat ataupun budaya. Nilai kemajemukan ini sangat berkaitan erat dengan
persaudaraan kemanusiaan dan sikap untuk saling menghormati, kerjasama,
dan rela berbagi suka dan duka.
5.
Nilai musyawarah: nilai musyawarah adalah standar yang dijadikan acuan
atau rujukan dalam menata proses atau atau praktik pendidikan dan
pembelajaran di sekolah guna menjamin agar tetap eksis dan berlangsungnya
suatu keinginan
bersama
dalam
menyelesaikan berbagai masalah atau
persoalan secara dialogis melalui diskusi atau urun rembug.
6. Nilai toleransi adalah standar yang dijadikan rujukan dalam menata proses dan
praktik pendidikan agar tetap eksis dar berlangsungnya kesadaran dan
kesediaan untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan pandangan
dan keyakinan di antara individu-individu dan kelompok-kelompok meski
sekecil
apapun
perbedaan
itu dan mendorong setiap orang untuk sedia
bekerjasama dalam menciptakan suasana kehidupan yang damai dan
harmonis.
Dengan demikian, semua nilai-nilai tersebut merupakan pijakan atau
landasan pokok dalam penataan dan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran
dalam kehidupan demokrasi. Dalam tataran praktikal nilai-nilai demokrasi
tersebut bisa dikembangkan dalam proses pembelajaran melalui suatu mata
pelajaran. Siswa diberikan pemahaman, pengembangan, penanaman, dan
pembinaan secara terpadu, kontinyu, dan berkesinambungan tentang nilai-nilai
keadilan, kebebasan, persamaan , musyawarah, kemajemukan dan toleransi
sehingga akan tercita budaya demokrasi yang berkeadaban di kalangan peserta
45
didik.
D. Pengertian Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi
1.
Pengertian Internalisasi
Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam
kaidah bahasa Indonesia akhiran –isasi mempunyai definisi proses. Sehingga
internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman,
penguasaan secara mendalam yang berlagsung melalui binaan, bimbingan dan
sebagainya.
Jadi proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan internaliasi nilainilai demokrasi adalah pembinaan yang mendalam dan menghayati nilai-nilai
demokrasi yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang
sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu
karakter atau watak peserta didik.
Dalam internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik
atau siswa ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya
internalisasi menurut Muhaimin (1996: 153) yaitu:
a.
Tahap Transformasi Nilai : tahap ini merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh pendidik dan menginformasikan nilai-nilai yang baik dan
kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara
pendidik dan peserta didik.
b.
Tahap Transasksi Nilai : suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan
melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan
46
pendidik yang bersifat interaksi timbale-balik.
c.
Tahap Transinternalisasi : tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap
transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi
verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini
komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.
2. Pengertian Nilai
Kata value berasal
Kuno
dari
bahasa
Latin valare atau
bahasa Prancis
valoir yang artinya nilai. Kata valare, valoir, value atau nilai dapat
dimaknai
diartikan
sebagai harga. Hal ini selaras dengan definisi nilai yang
sebagai
harga
(dalam
arti
taksiran harga)Kamus Besar
Indonesia Online(15 november 2012). Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan W.J.S Purwodarminto(1999; 677).
Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga
secara obyektif di dalam masyarakat.Muhaimin dan abdul mujid (1993:110).
Namun, kalau kata tersebut sudah dihubungkan dengan suatu
obyek atau dipersepsi dari suatu sudut pandang tertentu, harga yang
terkandung di dalamnya memiliki tafsiran yang bermacam- macam. Harga
suatu nilai hanya akan menjadi persoalan ketika hal itu diabaikan sama
sekali. Maka manusia dituntut untuk menempatkannya
secara
seimbang
atau memaknai harga-harga lain, sehingga manusia diharapkan berada
dalam
tatanan
nilai yang melahirkan kesejahteraan dan kebahagiaan.
Memahami makna dan hakikat nilai,
pengertian nilai menurut para ahli.
47
berikut
ini
dikemukakan beberapa
Menurut Prof Zakiyah Darajat dkk,(1984; 260) definisi nilai ialah:
“Suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu
identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran dan
perasaan, keterikatan maupun perilaku.”
menurut Milton Rokeach dan James Bank dikutip Muhammad Hasan
(2008; 16). mendefinisikan bahwa: “Nilai adalah suatu tipe kepercayaan
yang berbeda dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang
bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang pantas
atau tidak pantas dikerjakan. Adapun definisi nilai yang benar dan dapat
diterima secara universal menurut linda dan Richard Eyre (1997: 24) ialah
“ sesuatu yang menghalalkan perilaku, dan prilaku berdampak posif baik
yang menjalankan maupun bagi orang lain”. Dari berbagai pengertian nilai
diatas, pada intinya mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana usaha
seseorang agar menjadi pribadi yang bernilai dari sudut pandang islam. Di
dalam suatu budaya atau kultur suatu bangsa, sistem nilai merupakan landasan
atau tujuan dari kegiatan sehari-hari yang menentukan dan mengarahkan
bentuk, corak, intensitas, kelenturan (Fleksibel), perilaku seseorang atau
sekelompok orang, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk yang bersifat non
materi yang dinyatakan dalam gerak atau pendapat seseorang yang bersifat
non materi,kegiatan-kegiatan kebudayaan dan kesenian, atau pola dan konsep
berpikir keseluruhannya disebut budaya atau kultur.
Rumusan yang bisa penulis kemukakan tentang makna nilai itu
adalah bahwa sesuatu itu harus mengandung manfaat , mempunyai nilai
48
artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat
menyebabkan orang
mengambil
sikap
“ menyetujui‟ atau mempunyai
sifat nilai tertentu dan memberi nilai yang berarti menanggapi sesuatu
sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai
tertentu.
3. Pengertian Nilai Demokrasi Pendidikan Islam
Nilai demokrasi pendidikan Islam adalah nilai-nilai yang mutlak
diperlukan untuk mengembangkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) yang lebih demokratis sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Nilainilai demokrasi dalam pendidikan Islam meliputi nilai keadilan, kesempatan
yang sama buat belajar tanpa adanya diskrminasi antara sikaya dan
simiskinkarena dalam islam menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban.M
.Athiyah al-abrasyi (1970:10).
Nilai-nilai demokrasi yang akan ditransformasikan ke dalam diri peserta
didik tersebut pada gilirannya akan mengarahkan mereka dalam menata
perilakunya,
baik
sebagai
individu,
anggota
keluarga,
anggota
masyarakat, warga Negara dan Makhluk Ciptaan Allah). Untuk itu, dalam
praktiknya pada berbagai institusi pendidikan, suasana pembelajaran harus
merupakan lingkungan demokratis di mana nilai- nilai demokrasi itu pertama
sekali diperekenalkan, didikkan, dicontohkan, dan dipraktikkan oleh peserta
didik.
E.
Upaya Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI)
49
Dalam konteks pembelajaran pendidikan yang demokratis menuntut
adanya interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam bentuk egaliter dan
equity (kesetaraan atau sederajat dalam kebersamaan). Dengan adanya kesetaraan
ini, kebebasan berinisiatif, berbeda aspirasi dan pendapat, serta keadilan dalam
pendidikan akan terakomodasi dengan baik Sudarman damin (2003;15). Pola
pengajaran yang demokratis harus terjadi ke segala arah dan bukan hanya bersifat
satu arah, yaitu pendidik ke peserta
( top down ), melainkan juga ada
keseimbangannya, yaitu dari peserta didik dengan pendidik (bottom up) dan
antar peserta didik dengan peserta (network). Dengan demikian , tidak ada lagi
pemaksaan kehendak pendidik kepada peserta didik, tetapi yang akan terjadi tawar
menawar kedua belah pihak dalam menentukan tujuan, materi, media, proses
belajar mengajar, dan evaluasi hasil belajarnya.
1.
Kriteria Guru Demokratis
Pendidik merupakan faktor yang sangat penting dan strategis dalam
usaha meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran yang demokratis.
Dalam konteks pendidikan yang demokratis guru selain professional dan
meiliki kompetensi tertentu, ia juga harus mampu mebantu anak didiknya
untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik, membantu
mereka dalam mengembangkan
potensi-potensi
yang
ada secara
optimal.Peran guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya tampil sebagai
pengajar (teacher) seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi Ia juga
bertindak dan berperan sebagai sorang fasilitator, motivator, mediator,
counsellor, dan evaluator yang baik.
50
a. Fasilitator
Dalam konteks pendidikan yang demokratis dan humanistik,
peran seorang pendidik lebih sebagai fasilitator. Fasilitator baik dalam
aspke kognitif, afektif, psikomotor, maupun konatif. Sebagai pendidik
bertugas memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didiknya,
dan
memberi
kemudahan
belajar
to
facilitate of learning (Mulyasa 2007;54 ). Sebagai fasilitator, guru harus
bersikap akrab dan penuh tanggung jawab, memperlakukan peserta
didiknya sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju
tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan.
b. Mediator
Guru selain berperan sebagai fasilitaor, ia juga harus berperan
sebagai mediator. Sebagai mediator, seorang pendidik dituntut untuk
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan, sebab media merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Disamping itu, sebagai mediator
guru
dituntut
hadir
di
tengah- tengah siswanya untuk mendorong
terjadinya interaksi yang positif dan konstruktivistik. A.Syukur Ghozali (
2002:53 )
c. Motivator
Selain berperan sebagai fasilitator dan mediator, seorang pendidik
juga berperan sebagai motivator bagi peserta didiknya untuk lebih giat dan
bersemangat dalam belajar. Disini, tugas guru yang paling utama adalah
51
membangkitkan motivasi.
d. Counsellor
Peran guru sebagai pembimbing (counsellor) adalah menjadi
tempat bertanya bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar,
memberi
bantuan dengan
menunjukkan jalan memecahkan
masalah, memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan
memberi
dorongan
dan
peserta
didik,
memotivasi peserta didik untuk lebih giat
dalam belajar. Sebagai pembimbing ( teacher counsel) , guru dituntut
untuk
mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosis, prognosa, dan jika masih
dalam kewenangannya,
harus
membantu
pemecahannya
(remedial
teaching).Zuhairini (1992:65).
e. Evaluator
Guru sebagai evaluator artinya dalam setiap pembelajaran, guru
haruslah melakukan evaluasi sesuai indikator yang harus dicapai. Dalam
mengevaluasi guru harus kreatif dengan berbagai cara dan memberikan
penguatan agar keberhasilan belajar siswa dapat dirasakan. Kegiatan
evaluasi haruslah dilakukan dengan cara yang adil dan objektif. Evaluasi
yang adil menurut Mulyasa adalah tidak dipengaruhi oleh faktor
keakraban (hallo effect), menyeluruh, memiliki criteria yang jelas,
dilakukan dalam kondisi yang tepat, dan dengan instrumn yang tepat
pula sehingga mampu menunjukkan prestasi belajar peserta didik
sebagaimana adannya (objektif).(mulyasa 2007:62).
52
Dalam format pendidikan yang demokratis dan humanistik,
pendidik juga harus berperan sebagai model idola atau figur teladan
bagi anak didikinya.
2.
Metode Pembelajaran yang demokratis
Proses pembelajaran demokratis merupakan proses pembelajaran yang
dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi,yaitu: 1). Penghargaan terhadap
kemampuan., 2) Menjunjung
keadilan, dan 3). Menerapkan persamaan
kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik.Samsul Hadi (20
november 2012).
Pembelajaran demokratis menekankan pada bagaimana siswa
belajar (how we think) bukan apa yang harus dipelajari (what we think)
prinsip belajar ini
dengan paradigma
dipengaruhi
oleh
pandangan
John
Dewey
“How we think”. Dalam pembelajaran demokratis,
siswa adalah subyekbelajar yang aktif dan berpartisipasi.Jhon Dewey
(2001:195).
Upaya yang dilakukan sekolah dalam menerapkan internalisasi nilainilai demokrasi pada proses pembelajaran dengan cara menerapkan
Model/ metode pembelajaran yang sejalan dengan format pendidikan yang
demokratis, diantaranya sebagai berikut :
a.
Active Learning Methode
Pembelajaran
aktif
merupakan
salah
satu
model
pembelajaran yang berkarakter demokratis dan humanistik. Hal ini
karena model pembelajaran
53
yang membawa siswa untuk
melakukan tindakan yang lebih dari sekedar mendengarkan, yaitu
melakukan kegiatan-kegiatan seperti menemukan, memproses, dan
memanfaatkan informasi.
Model
ini
dicetuskan
oleh
Melvin
L.
Silberman.
Asumsi dasar yang dibangun dari model ini adalah bahwa belajar
bukan merupakan konsekuensi
otomatis
dari
penyampaian
informasi kepada siswa, melainkan membutuhkan keterlibatan
mental
dan
tindakan
sekaligus. Model pembelajaran aktif
sebenarnya didasarkan kepada pernyataan Conficius lebih dari
2400 tahun lalu yang menyatakan , What I hear, I forget (apa yang
saya dengar, saya lupa), What I see, I Remember (apa yang saya
lihat, saya ingat), What I do, I Understand (apa yang saya lakukan
, saya paham)Sardudi Dkk (2001; 2).
Dalam perkembangannya,Mel Silberman dikutip Sardudi
Dkk (2001; 2).
memodifikasi dan memperluas pernyataan
Conficius tersebut menjadi apa yang ia sebut dengan paham belajar
aktif. Mell Silberman menyatakan, What I hear, I Forget (apa
yang saya dengar, saya lupa), What I hear and see, I
remember a little (apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat
sedikit), what I Hear, see, and ask questions about or discuss with
some one else, I Begin to Understad (apa yang saya dengar, lihat
dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai
paham), What I hear, see, discuss, and do, I Acquire knowledge
54
and skill (apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan,
saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan), What I teach to
another, I master (apa yang saya ajarkan pada orang lain , saya
menguasainya) Sardudi Dkk (2001; 2).
Model pembelajaran aktif ini memiliki berbagai strategi
pembelajaran
yang
diyakini
dapat
meningkatkan
kualitas
pembelajaran. Diantara strategi pembelajaran yang aktif yang telah
digunakan
dan
telah
teruji
keefektifannya
dalam
proses
pembelajaran dikleas adalah strategi belajar kekuatan Berdua
(The Power of Two), Strategi belajar studi Kasus Kreasi Siswa
(student created case studies), strategi belajar memilah dan milah
kartu (card Store), strategi belajar perdebatan aktif strategi belajar
saling beradu pendapat ( Point Counter Point ), strategi belajar “
SQ3R” Rolling Cognitive, dan Studi Kritis Sardudi Dkk (2001; 2).
Meskipun memiliki strategi yang beragam, pada dasarnya
metode ini memiliki beberapa karakteristik yang membedakan
dengan metode pembelajaran lain:
1)
Menekankan proses pembelajaran buka pada penyampaian
informasi
olehpengajar,
melainkan
pada
pengembangan
keterampilan pemikiran analitis dan kritis teradap topic atau
permasalahan yang dibahas.
2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi pelajaran secara
pasif, tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi
55
pelajaran.
3)
Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap
berkenaan dengan materi.
4)
Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berfikir kritis,
menganalisis dan melakukan evaluasi.
5)
Umpan balik yang lebih cepat
akan terjadi pada proses
pembelajaran.
b.
Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama untak mencapai tujuan pembelajaran
Abdul Majid (2013:174).pada hakekatnya pembelajaran kooperatif
sama dengan belajar kelompak sehingga tidak ada yang aneh
dalam cooperatif learning
karena mereka sering melakukan
cooperatif learning walaupun tak semua belajar kelompok disebut
cooperatif
learning Abdul
Majid
(2013:174).
Metode
ini
menyadarkan manusia bahwa makhluk sosial.
Dari
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
dalam
pembelajaran cooperatif learning siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dalam satu
kelompoknya maupun belajar anggota lainnya.
Pembelajaran kooperatif mempuyai tujan diantaranya;
1) meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik
2)
agar siswa dapat menerima remanya yang mempuyai latar
56
belakang berbeda
3) Pengembangan keterampilan sosial
Menurut Abdul Majid (2013: 176) untuk mencapai tujaan
pembelajan yang ditetapkan ada 5 hal penting dalam strategi
pembelajara yang ditetapkaan;
1. Adanya peserta didik dalam kelompok
2. Adanya aturan maen
3. Adanya upaya belajar dalam kelompok
4. Tatap muka
5. Evaluasi proses kelompok
Salah satu nilai penting yang
harus
dimasukkan
dan
dikembangkan melalui proses pembelajaran kooperatif adalah
nilai- nilai demokrasi.
Ada empat metode pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif yang dapat diterapkan dalam strategi pembelajaran
Abdul Majid (2013: 181), yaitu:
1) Student Teams Achievement Division ( STAD)
Pembelajaran kooperatif ini terdapat tim-tim heterogen
saling membantu satu sama lain, belajar dengan menggunakan
berbagai metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis.
2) JIGSAW
Di dalam Jigsaw, setiap anggota Tim bertanggung jawab
untuk menentukan materi pembelajaran yang ditugaskan
57
kepadanya, kemudia mengajarkan materi tersebut kepada
teman sekelomponya yang lain.
3) Investigasi Kelompok
Dalam model Invistigasi Kelompok (IK), siswa tidak hanya
bekerja sama namun terlibat merencanakan baik topic untuk
dipelajari maupun prosedur penyelidikan yang digunakan
4) Pendekatan struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh spencer kagen dan
kawan kawan.walaupun ada kesama dengan pendekatan lain
namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan
struktur tertentu yang dirancang untuk memenuhi pola
interaksi siswa. Abdul Majid (2013: 190).
c.
Contectual Teaching Learning
Suatu proses holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pembelajaran yang yang dipelajarinya
dengan megaitkan tersebut dengan konteks kehidupan sehari hari
Abdul Majid (2003; 228). .
Dalam contextual teaching and learning ( CTL) , pembelajaran
diatur oleh siswa sendiri dan pembelajaran kerjasama. Tugas guru
adalah membantu siswa mencapai tujuan guru lebih banyak
berususan dengan strategi dari pada memberi informasi.dan guru juga
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk
menemukan suatu hal yang baru Abdul Majid (2003; 228). .
58
d.
Pembelajaran Quantum
Salah satu strategi pembelajaran yang berkait dengan
format
pendidikan
islam
yang
demokratis
adalah
strategi
pembelajaran Quantum. Istilah kuatum merupakan term yang
dipinjam dari fisika kuantum , yang diartikan sebagai konsep
perubahan energi menjadi cahaya. Sedangkan istilah pembelajaran
kuantum
bermakna
interaksi-intersksi
yang mengubah energi
menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energy Alwiyah
abdurrahman (2000;16) .
Berdasarkan pada karakteristik dan penerapannya, model
pembelajaran kuantum terbagi menjadi dua, quantum learning dan
quantum teaching.
1) Quantum Learning
Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi , dan
seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan
daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat.
2) Quantum Teaching
Quantum teaching merupakan orkestrasi bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar. Dalam
penerapannya, model pembelajaran ini bersandar pada asas “ Bawalah
Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia
Mereka Alwiyah abdurrahman (2000;16).
59
F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Internalisasi Nilai-nilai
Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI
Internalisasi ( penghayatan ) adalah salah satu proses belajar, dan tunduk
di bawah hukum proses belajar. Dengan kata lain penghayatan adalah salah satu
jenis proses belajar dimana manusia-manusia atau hal- hal tertentu menjadi
perangsang bagi seseorang untuk mengamalkan atau menghayati nilai-nilai
tertentu dan perbuatan itu mendapat ganjaran dari dalam perbuatan itu sendiri.
Maka dari penjelasan di atas faktor-faktor yang mendukung internalisasi
nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI, antara lain :
a. Pendidik
Faktor pendidik sangat penting dalam pendidikan agama dan pelaksanaan
internalisasi
nilai-nilai
demokrasi
di
sekolah.
Para pendidik memegang
peranan penting dalam proses pendidikan dalam mewujudkan siswa yang
demokratis, kritis, aktif dan berakhlakul karimah.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan juga ikut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan
internalisasi nilai-nilai demokrasi. Penciptaan lingkungan pendidikan yang baik
sangat besar bagi pertumbuhan anak terutama kepribadiannya.
c. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah merupakan aspek yang
menunjang dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses
pembelajaran. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah dapat menunjang kreativitas
guru dalam melaksanakan pembelajaran secara demokratis.
60
d. Dana
Berbicara mengenai masalah dana maka erat kaitannya dengan pengadaan
fasilitas pendidikan sebab lengkap tidaknya fasilitas tersebut tergantung pada
dana yang tersedia.
Selain terdapat faktor pendukung dalam penginternalisasian nilai- nilai
demokrasi
melalui Cooperative Learning, Pembiasaan, keteladanan terdapat
pula faktor-faktor yang menghambat. Diantaranya adalah dari siswa itu sendiri,
alokasi waktu jam pembelajaran, keluarga dan pendanaan. Umumnya kendala
yang datang dari siswa berasal dari pribadinya. Secara psikologis anak memang
banyak mengahadapi masalah, mengantuk di kelas, malas mengerjakan tugas,
pemurung, tidak mau pergi ke sekolah, ingin kembali kepada keluarganya dan
sebagainya. Motivas siswa juga termasuk faktor penghambat dalam pelaksanaan
internalisasi nilai-nilai demokrasi di kelas. Alokasi waktu yang sedikit
menghambat terlaksanannya internalisasi nilai-nilai demokrasi di kelas secara
maksimal. Kendala lain yang juga ikut mempengaruhi internalisasi nilai-nilai
demokrasi
adalah
keluarganya
sendiri.
Ada
kemungkinan
keluarga
menggantungkan diri sepenuhnya pada pendidikan sekolah, tidak ada pengawasan
dari keluarga. Masalah dana
seringkali
juga
menjadi
hambatan
dalam
melaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI.
61
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang peneliti lakukan di lokasi obyek penelitian, yaitu
kelas VIII MTs N Ngablak tentang pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi
pada proses pembelajaran PAI.
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Identitas Sekolah
1 Nama Madrasah
2 No Statistik Madrasah
3 Akreditasi Madrasah
Alamat Lengkap
4
Madrasah
5 NPWP Madrasah
6 Nama Kepala Madrasah
7 No. Tlp/HP
8 Nama Yayasan
9 Alamat Yayasan
10 No. Tlp Yayasan
No Akte Pendirian
11
Yayasan
12 Kepemilikan Tanah
: MTs Negeri Ngablak Kab. Magelang
: 121133080005
:A
: Jl. Ngablak-Mangli Km. 0
Desa / Kecamatan Ngablak
Kab/Kota Magelang
Provinsi Jawa Tengah
No Telp 0298-318070
: 00.054.549.1.524-000
: Drs. Gunartomo, M.Pd
: 081227433540
:::::Pemerintah/Yayasan/Pribadi/Menyewa/
Menumpang *)
a.
b.
13 Status Bangunan
14 Luas Bangunan
Status Tanah : (sertakan copy-nya)
Luas Tanah : 12673 m2
:Pemerintah/Yayasan/Pribadi/Menyewa/
Menumpang *)
: 2587 m2
62
2. Sejarah berdirinya MTs N Ngablak
MTs Ngablak berdiri pada tahun 1968 – 1969. Dipelopori oleh
para Guru Agama, Tokoh Masyarakat di Desa Pagergunung Kecamatan
Ngablak Kabupaten Magelang yang memiliki kepedulian terhadap
Pendidikan Islam. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 209
Tahun 1970 tanggal 14 September 1970 status Madrasah Tsanawiyah
Ngablak berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri
Ngablak.
Pada Tahun 1980 MTs Negeri Ngablak menempati lokasi baru di
Desa Ngablak, merupakan Tanah Wakaf dari Bupati Magelang. Pada
Tahun 1987 dibuka Kelas Jauh di Desa Pagergunung untuk menampung
animo masyarakat serta
meneruskan sejarah
perjuangan pendirian
Madrasah.
3. Kurikulum MTs N Ngablak
a. Landasan
1) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.
2) UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemeritah Daerah.
3) PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4) Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24
tahun 2006.
4. Visi Misi dan Tujuan
1) Visi Sekolah
“Mewujudkan pendidikan yang islami cerdas cakap terampil
63
dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat
serta dipercaya oleh masyarakat”
2) Misi Sekolah
a) Menciptakan iklim kegiatan belajar yang kondusif dan
menyenangkan
b) Melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar yang berorientasi dan
dapat menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Allah SWT
c) Meningkatkan pelaksanaan yang berorientasi pada kemampuan
mewujudkan kebutuhan siswa dalam kehidupan bermasyarakat
d) Pengadaan sarana prasarana penunjang pendidikan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan jaman
e) Bekerja sama dengan lembaga pendidikan/non pendidikan dan
dengan instansi lingkungan madrasah
3) Tujuan Sekolah
Secara khusus, sesuai dengan visi dan misi sekolah, serta
tujuan MTs Negeri Ngablak adalah:
a) Meningkatan Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Peningkatan pelaksanaan Managemen Berbasis Sekolah
c) Pengembangan Inovasi dalam Input dan Proses Pembelajaran
d) Pengembangan Lingkungan Sekolah menuju Komunitas belajar
/ lingkungan sebagai sumber belajar
e) Pengembangan Kinerja Profesional Guru
64
f) Penggalangan Partisipasi masyarakat
5. Struktur dan Muatan Kurikulum
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk
jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah terdiri atas:
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4) Kelompok mata pelajaran estetika, dan
5) Kelompok mata pelajaran jasman, olahraga, dan kesehatan
Adapun cakupan setiap kelompok mata pelajaran adalah sebagai
berikut.
Table 4.1
No Kelompok
Mata
Pelajaran
1. Agama dan Akhlak
Mulia
Kewarganegaraan
2
Kewarganegaraan
Kepribadian
Cakupan
Kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak
mulia.
Akhlak
mulia
mencakup etika, budi pekerti, atau moral
sebagai perwujudan dari pendidikan
agama.
dan Kelompok
mata
pelajaran
kewarganegaraan
dan
kepribadian
dimaksudkan
untuk
peningkatan
kesadaran dan wawasan peserta didik
akan status, hak, dan kewajibannya
dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa,
dan
bernegara,
serta
65
3
4
5
peningkatan kualitas dirinya sebagai
manusia. Kesadaran dan wawasan
termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan
patriotisme bela negara, penghargaan
terhadap
hak-hak
asasi
manusia,
kemajemukan
bangsa,
pelestarian
lingkungan hidup, kesetaraan gender,
demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan
pada
hukum,
ketaatan
membayar pajak, dan sikap serta perilaku
anti korupsi, kolusi, dan nepotisme
Ilmu Pengetahuan dan Kelompok
mata
pelajaran
ilmu
Teknologi
pengetahuan
dan
teknologi
pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk
memperoleh kompetensi dasar ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
serta
membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif dan mandiri.
Estetika
Kelompok mata pelajaran estetika
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
sensitivitas,
kemampuan
mengekspresikan
dan
kemampuan
mengapresiasi keindahan dan harmoni.
Kemampuan
mengapresiasi
dan
mengekspresikan
keindahan
serta
harmoni mencakup apresiasi dan
ekspresi,
baik
dalam
kehidupan
individual sehingga mampu menikmati
dan mensyukuri hidup, maupun dalam
kehidupan kemasyarakatan sehingga
mampu menciptakan kebersamaan yang
harmonis.
Jasmani, Olahraga dan Kelompok mata pelajaran jasmani,
Kesehatan
olahraga
dan
kesehatan
pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk
meningkatkan
potensi
fisik
serta
membudayakan sportivitas dan kesadaran
hidup sehat. Budaya hidup sehat
termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku
hidup sehat yang bersifat individual
ataupun
yang
bersifat
kolektif
kemasyarakatan seperti keterbebasan dari
perilaku seksual bebas, kecanduan
narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah,
muntaber, dan penyakit lain yang
potensial untuk mewabah.
66
Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum MTs Negeri Ngablak meliputi substansi
pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga
tahun mulai kelas VII sampai degan kelas IX. Struktur kurikulum disusun
berdasarkan : a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai dengan Pasal 38; b. Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 5 sampai dengan Pasal 18, dan Pasal 25 sampai dengan Pasal 27; c.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; d. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Kurikulum MTs Negeri Ngablak memuat 15 mata pelajaran, muatan
lokal dan pengembangan diri seperti tertera pada tabel 1
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan “IPA Terpadu” dan
“IPS Terpadu”.
c. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum (tabel 1).
d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 38
minggu.
Table 4.2
67
Komponen
Kelas dan Alokasi Keterangan
Waktu
VII
VIII
IX
2*) Ekuivalen
A. Mata Pelajaran
2
1. Pendidikan Agama
jampembelaja
a. Qur’an Hadits
2
2
2
ran
b. Aqidah Akhlak
2
2
2
c. Fiqih
2
2
2
Pengembangan
Diri No 1,2, 3,
d. Sejarah
Kebudayaan 2
2
2
Pilihan No 4:
Islam
Wajib
kelas
2
2
2.
pendidikan 2
VII,
VIII
No
5:
Kewarganegaraan
Wajib setiap
kelas No 6:
4
4
4
3. Bahasa Indonesia
Team Sekolah
3
3
3
4. Bahasa Arab
5. Bahasa Inggris
5
5
5
6. Matematika
5
5
5
7. Ilmu Pengetahuan Alam
5
5
5
8. Ilmu Pengetahuan Sosial
4
4
4
9. Seni Budaya
2
2
2
10.
Penjas, Olahraga
Kesehatan
dan 2
2
2
11.
Tek Informasi
Komunikasi
dan 2
2
2
1
1
1
2
1
45
2
1
45
2
1
45
2*)
2*)
2*)
12. Ketrampilan
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Jawa
2. Mulok Sekolah Menjahit
Jumlah
C. Pengembangan Diri
1. PMR
2. OLAHRAGA
3. Seni Baca Al Qur’an
4. Pramuka
68
5. Majalah Dinding
6. TUB dan PBB
6. Struktur Lembaga Pendidikan MTs N Ngablak
Gambar 4.3 Struktur Lembaga Pendidikan MTs N Ngablak
7. Sarana dan Prasarana MTs N Ngablak
Jenis
Prasarana
Jumlah
Ruang
Jumlah
Ruang
Kondisi
baik
1
Ruang Kelas
21
16
2
Perpustakaan
1
3
R. Lab. IPA
No
4
5
6
7
R. Lab.
Biologi
R. Lab.
Fisika
R. Lab.
Kimia
R. Lab.
Komputer
Jumlah
Ruang
Kondisi
rusak
Kategori
Kerusakan
Rusak
Ringan
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
-
-
-
6
1
-
1
-
-
1
1
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
69
8
R. Lab.
Bahasa
1
1
-
-
-
-
9
R. Pimpinan
1
1
-
-
-
-
10
R. Guru
1
1
-
-
-
-
11
R. Tata
Usaha
1
1
-
-
-
-
12
R. Konseling
1
1
-
-
-
-
13
Tempat
Beribadah
-
-
-
-
-
-
14
R. UKS
1
-
-
-
-
-
15
Jamban
11
1
3
4
-
3
16
Gudang
2
2
-
-
-
-
17
R. Sirkulasi
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
1
-
-
1
-
-
2
-
-
-
1
-
18
19
20
Tempat
Olahraga
R.
Organisasi
Kesiswaan
R. Lainnya
Table 4.4
8. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
NO
Keterangan
Pendidik
1 Guru PNS diperbantukan tetap
2 Guru Tetap Yayasan
3 Guru Honorer
4 Guru Tidak Tetap
Tenaga Kependidikan
1 Penjaga Kebersihan
2 Penjaga Malam
3 Satpam
Jumlah
1
4
2
1
2
70
Table 4.5
9. Keadaan siswa
Kelas 7
Kelas 8
Jml
Jml
Jml
Jml
Siswa
Rombel Siswa Rombel
2008/2009
165
6
184
6
2009/2010
157
6
182
6
2010/2011
180
6
155
6
2011/2012
181
6
156
6
2012/2013
230
7
244
7
2013/2014
231
7
224
7
2014/2015
231
7
242
7
2015/2016
242
7
245
7
Daftar Rekapitulasi Jumlah Siswa (table 4.6)
Tahun
Ajaran
Kelas 9
Jml
Jml
Siswa Rombel
158
6
158
6
159
6
159
6
222
7
223
7
219
7
233
7
B. Pedoman Wawancara
1. Apa sebenarnya/ menurut pendadpat bapak/ Ibu, tentang bilai demokrasi
dalam proses mengajar?
2. Bagaimanakah proses nilai-nilai demokrasi tersebut diterapkan pada saat
proses belajar-mengajar?
3. Mengapa diperlukan/ tujuaannya apa demokrasai itu diterapkan pada proses
belajar mengajar di Mts Negeri Ngablak?
4. Apa saja langkah-langkah untuk mewujudkan nilai- nilai demokrasi pada
saat proses pembelajaran PAI?
5. Model pengajaran seperi apa yang sesuai dengan nilai demokrasai saat
pembelajaran PAI?
6. Factor pendukung yang mempengaruhi prosess pembelajaran PAI,
sehingga sesuai dengan nilai demokrasai?
7. Factor penghambat yang mempengaruhi prosess pembelajaran PAI,
sehingga sesuai dengan nilai demokrasai?
8. Apa saja upaya guru untuk mengatasi kendala pelaksanaan Internalisasasi
nilai-nilai demokrassi pada pembelajran PAI?
71
C. Hasil wawancara
1. Apa sebenarnya/ menurut pendapat bapak/ Ibu, tentang nilai demokrasi
dalam proses mengajar? Bagaimanakah proses nilai-nilai demokrasi
tersebut diterapkan pada saat proses belajar-mengajar?
“sekolah ini dan para siswanya sangaat menghormati satu sama lain
dikarenakan kultur budaya sehari-hari sudah mencerminkan nilai
demokrasi. Kultur di desa ini seperti gotong royong dan menghormati
budaya adalah salah saatu tonggak utama demokrasi. Sedangkan di
sekolah ini juga diterapkan ketentuan yang bersifat demokrasi dan
berlandaskan agama.”
Responden: Dra. Ahsani Hikmawati
Jabatan
: Guru PAI kelas VII MTs N Ngablak
Waktu
: Senin, 22 febuari 2016, pukul 09.30 WIB
Tempat
: Mts Negeri Ngablak
2. Mengapa diperlukan/ tujuaannya apa demokrasai itu diterapkan pada
proses belajar mengajar di Mts Negeri Ngablak?
“Internalisasi nilai-nilai demokrasi diperlukan pada proses
pembelajaran PAI agar mampu menciptakan pembelajaran yang lebih
demokratis. Yaitu pendidikan yang lebih menghargai potensi siswa.
Siswa di kelas VIII ini mempunyai karakter dan potensi yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran saya memberikan peluang dan kesempatan
yang luas pada peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi
yang dimiliki mereka dan menjadikan proses pembelajaran sebagai
wahana penanaman nilai- nilai demokrasi sejak dini.”
Responden: Dra. Ahsani Hikmawati
Jabatan
: Guru PAI kelas VII MTs N Ngablak
Waktu
: Senin, 22 febuari 2016 pukul 09.00 WIB
Tempat
: Mts Negeri Ngablak
3. Apa saja langkah-langkah untuk mewujudkan nilai—nilai demokrasi pada
saat proses pembelajaran PAI?
“disesuaiakan dengan kompetensi dan standar kurikulum serta penguatan
karakter. Mulai dari betemu dengan siswa, bertanya, menjelaskan dan
membuat siswa aktif dalam belajar. Kemudian pembuatan silabus dan
RPP yang berguna untuk menguatkan nilai demokrasi serta evaluasi
pembelajaran.”
72
Responden
Jabatan
Waktu
Tempat
: Ibu wasilah S.Ag
; Guru PAI MTs N Ngablak
: Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 08.30 WIB
: Mts Negeri Ngablak
“internalisasi nilai-nilai demokrasi tidak hanya ditanamkan dalam proses
pembelajaran namun juga ditanamkan melalaui kegiatan ekstra kurikuler,
siswa bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya, selaian itu juga
ada pengembangan kecakapan hidup dan kegiatan kesiswaan seperti
pemilihan ketua OSIS. Semua kegiatan itu diharapkan akan menumbuhkan
sikap demokratis pada diri siswa.”
Responden
Jabatan
Waktu
Tempat
: Drs. Gunartomo, M. Pd
: Kepala MTs N Ngablak
: Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 10.00WIB
: Ruang Kepala Sekolah
4. Model pengajaran seperi apa yang sesuai dengan nilai demokrasai saat
pembelajaran PAI?
“Dalam setiap pembelajaran PAI saya menggunakan model pembelajaran
yang demokratis yang disesuaikan dengan materi pokok. Diantaranya
adalah cooperative learning, contextual teaching learning dan active
learning. Dengan menerapkan model-model pembelajaran tersebut
diharapkan dapat menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik. Walaupun dalam prakteknya sebenarnya metode teladanlah
yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran PAI.”
Responden
Jabatan
Waktu
Tempat
: Muchlas, Ba
: Guru MTs N Ngablak
: Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 09.45 WIB
: Ruang Guru
5. Faktor pendukung yang mempengaruhi prosess pembelajaran PAI,
sehingga sesuai dengan nilai demokrasi?
“ada 4 aspek yang terus kami tingkatkan yaitu; Kemampuan guru yang
cukup professional dalam mengelola proses pembelajaran. Sarana dan
prasarana sekolah yang cukup memadai. Adanya dukungan dari wali murid
73
dalam memantau dan perkembangan proses pembelajaran. Keterlibatan
waka kesiswaan dalam memberikan reward kepada peserta didik yang
berprestasi di kelas, dan memberikan punishment kepada peserta didik yang
tidak mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik.”
Responden
Jabatan
Waktu
Tempat
: Drs. Gunartomo, M. Pd
: Kepala MTs N Ngablak
: Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 10.00WIB
: Ruang Kepala Sekolah
6. Faktor penghambat yang mempengaruhi prosess pembelajaran PAI,
sehingga sesuai dengan nilai demokrasi?
“Guru mengalami kesulitan dan kurang teliti dalam menentukan nilainilai demokrasi yang sesuai dengan materi, Guru mengalami kendala
pada keterbatasan waktu, pembelajaran yang tidak sesuai dengan
materi yang begitu banyak, Kurangnya antusiasme siswa terhadap
pembelajaran.”
Responden
Jabatan
Waktu
Tempat
: Drs. Gunartomo, M. Pd
: Kepala MTs N Ngablak
: Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 10.00WIB
: Ruang Kepala Sekolah
7. Apa saja upaya guru untuk mengatasi kendala pelaksanaan Internalisasasi
nilai-nilai demokrassi pada pembelajran PAI?
“Guru lebih teliti dan kreatif lagi dalam menentukan nilai demokrasi
yang sesuai dengan materi. Guru selalu datang tepat waktu sesuai
dengan jam pelajaran. Untuk meminimalisir termakannya waktu
pelajaran oleh jam pelajaran sebelumnya. Selain itu dengan
keterbatasan waktu pembelajaran guru memberikan tugas pada siswa
untuk dikerjakan di rumah. Guru membangkitkan dorongan kepada
anak didik untuk belajar dengan memberikan perhatian secara
maksimal ke peserta didik. Guru memberikan hadiah terhadap peserta
didik yang aktif guna memotivasi semangat peserta didik untuk lebih
giat lagi. Disisi lain, peserta didik yang belum aktif akan termotivasi
untuk bisa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Guru
berupaya untuk menciptakan persaingan (kompetisi) positif di antara
peserta didiknya untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
74
belajarnya. Guru melakukan inovasi dengan cara memberikan
pengalaman- pengalaman baru dan pintar menarik perhatian siswa.
Guru melakukan pengembangan media pembelajaran.”
75
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI di
Kelas
Internalisasi merupakan suatu proses penghayatan, pendalaman,
penguasaan
secara
mendalam
yang berlangsung melalui pembinaan,
bimbingan dan sebagainya. Dalam hal ini penginternalisasian ini
dikhususkan pada nilai-nilai demokrasi pendidikan islam. Jadi internalisasi
nilai-nilai demokrasi pendidikan islam adalah suatu proses secara
mendalam
tentang
nilai-nilai
demokrasi
pendidikan
islam
yang
beralngsung melalui pembinaan sehingga nilai-nilai demokrasi pendidikan
islam dapat menjadikan siswa yang demokratis, kritis, aktif serta
berakhlakul karimah sesuai dengan nilai keadaban.
Dalam sub bab ini akan peneliti sajikan beberapa data hasil
penelitian baik yang dilakukan melalui observasi maupun interview secara
langsung tentang internalisasi nilai-nilai demokrasi pendidikan islam pada
proses pembelajaran PAI di MTs Negeri Ngablak baik pelaksanaannya
maupun faktor yang mendukung sekaligus faktor yang menghambat
pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pendidikan islam serta
upaya guru dalam mengatasi kendala yang ada.
B.
Pelaksanaan Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi
Pembelajaran PAI di MTs N Ngablak.
76
pada
Proses
Berdasarkan hasil observasi dan interview peneliti dengan kepala
sekolah dan guru serta sebagian dari siswa mengatakan bahwa di MTs
N Ngablak terdapat pembinaan dan penghayatan nilai-nilai demokrasi
pada proses pembelajaran PAI. Hal ini dibuktikan dengan adanya
proses pembelajaran yang demokratis, adanya dialog terbuka antara
guru dan siswa, adanya pembelajaran PAI dengan sistem berkelompok,
mengunakan metode diskusi, tanya jawab, siswa diberi kesempatan
untuk memberikan pendapat atau kritikan, guru tidak memaksakan
kehendak, pikiran, atau pendapat siswa, siswa saling menghargai
dengan kemajemukan mereka di kelas, siswa menghargai pendapat
orang lain, siswa menghargai teman yang berbeda agama.
Ibu Dra.Ahsani Hikmawati menerangkan tentang makna nilai
demokrasi dan prosesnya di MTs Negeri Ngablak. Wawancara pada
hari Senin, 22 febuari 2016 pukul 09.00 WIB. “sekolah ini dan para
siswanya sangaat menghormati satu sama lain dikarenakan kultur
budaya sehari-hari sudah mencerminkan nilai demokrasi. Kultur di
desa ini seperti gotong royong dan menghormati budaya adalah salah
saatu tonggak utama demokrasi. Sedangkan di sekolah ini juga
diterapkan ketentuan yang bersifat demokrasi ddan berlandaskan
agama.”
Ibu Dra.Ahsani Hikmawati mengatakan pada hari Senin, 22 febuari
2016 pukul 09.30 WIB: “Internalisasi nilai-nilai demokrasi diperlukan
pada proses pembelajaran PAI agar mampu menciptakan
pembelajaran yang lebih demokratis. Yaitu pendidikan yang lebih
menghargai potensi siswa. Siswa di kelas VIII ini mempunyai karakter
dan potensi yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran saya
memberikan peluang dan kesempatan yang luas pada peserta didik
untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki mereka dan
menjadikan proses pembelajaran sebagai wahana penanaman nilainilai demokrasi sejak dini.”
Dalam
menginternalisasikan
nilai-nilai
demokrasi
guru
menggunakan metode variatif dan demokratis yang disesuaikan dengan
77
materi pokok. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Muchlas, Ba pada
hari Selasa 23 febuari 2016 pukul pukul 09.40 WIB: “Dalam setiap
pembelajaran PAI saya menggunakan model pembelajaran yang
demokratis yang disesuaikan dengan materi pokok. Diantaranya
adalah cooperative learning, contextual teaching learning dan active
learning. Dengan menerapkan model-model pembelajaran tersebut
diharapkan dapat menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik. Walaupun dalam prakteknya sebenarnya metode
teladanlah yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran PAI.”
Selain metode yang demokratis menurut ibu Musyarofah Laila
Chusnani,S.Pd.I,
Metode
teladan
sangat
diperlukan
dalam
menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran.
Sosok guru yang menjadi uswatun hasanah sangat diperlukan bagi
perkembangan akhlak siswa. Internalisasi nilai-nilai demokrasi tidak
hanya dilakukan di dalam kelas, namun juga dipraktekkan pada
kehidupan sehari-hari.
Peneliti juga bertanya tentang langkah-langkah perwujudan nilainilai demokrasi pada saat proses pembelajaran PAI, Ibu wasilah S.Ag
lebih lanjut menjelaskan “disesuaiakan dengan kompetensi dan standar
kurikulum serta penguatan karakter. Mulai dari betemu dengan siswa,
bertanya, menjelaskan dan membuat siswa aktif dalam belajar.
Kemudian pembuatan silabus dan RPP yang berguna untuk
menguatkan nilai demokrasi serta evaluasi pembelajaran.” (wawancara
pada pada hari Selasa, 23 febuari 2016 pukul)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa internalisasi adalah nilainilai demokrasi pada proses pembelajaran ini dapat diwujudkan melalui:
a. Perencanann pembelajaran
Pada tahap awal guru membuat perencanaan pembelajaran yang
terdiri dari PROTA,PROMES,Silabus dan RPP. Pada tahap pembuatan
silabus
guru
mengintegrasi
nilai-nilai
78
demokrasi
dengan
cara
mengidentifikasi SK dan KD. Pada tahap penyusunan RPP, Guru melihat
silabus yang telah ada terlebih dahulu, materi mana yang cocok
diintegrasikan dengan nilai-nilai demokrasi, menyisipkan nilai-nilai
demokrasi pada nilai karakter, dan menambah sumber belajar yang sesuai
dengan materi pembelajaran.
b.
Proses pembelajaran
Pada tahap pelaksanaan Pembelajaran PAI yang memuat nilai-nilai
demokrasi dilakukan dengan menerapkan metode diskusi dan tanya jawab
dengan memanfaatkan media yang telah ada, dengan tujuan untuk
mengaktualisasikan tindakan belajar siswa sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing, menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, dan
pembelajaran
yang
memberi
ruang
bagi
peserta
didik
untuk
mengembangkan kreativitas peseta didik. Pada saat membuka pelajaran
guru menyuruh siswa untuk memimpin doa secara bergantian, guru
memberikan sapaan hangat, bercerita terlebih dahulu tentang kondisi dan
perkembangan isu-isu sosial, terjadi interaksi dan dialog serta guru
membuka pelajaran dalam kondisi yang akrab. Hal ini dilakukan guru
dalam rangka menanamkan nilai-nilai demokrasi yaitu nilai keadilan
kepada peserta didik.
Untuk mengetahui pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi
dpada proses pembelajaran dapat dilihat melalui RPP dibawah ini.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
79
Satuan pendidkan
: MTs N ngablak
Mata pelajaran
: Aqidah akhlak
Kelas/ semester
:VIII/II
Materi pokok
: beriman kepada rasul rasul allah
Alokasi waktu
: 6x 40 menit
a.
Kompetensi inti
K 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
K 2. Menghargai dan menghayati prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi,gotong royong), santun, percaya diri dalam breinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkuan
pergaulan dan keberadaanya.
K 3. Mengalami pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,teknolog,seni,
budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata menggambar,dan
mengarang) sesuai yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.
K 4. Mencoba,mengolah,dan menyaji dalam ranah kongkrit
(menggunakan, mengurmerangkai, memodifikasidan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, mengambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
b. Kompetensi dasar
80
3. 1. Memahami pengertian, dalil dan pentingnya beriman kepada Rasul
Allah SWT
3. 2. Menguraikan sifat sifat Rosul Allah SWT
4.1. menyajikan peta konsep pengertian, dalil dan pentingnya beriman
kepada Rasul Allah SWT
4.2. menyajikan peta konsep sifat sifat rasul Allah SWT
c.
Indikator pencapaian kompetensi
3. 1. 1. Menjelaskan pengertian beriman pada rosul Allah SWT
3. 1. 2. Menunjukan dalil beriman pada rasul Allah
3. 1. 3. Menjelaskan pentingnya beriman pada rosul Allah
3. 2. 1. Menyebutkan nama nama rasul Allah
3. 2. 2. Menyebutkan sifat sifat rosul Allah
3. 2. 3. Menjelaskan sifat sifat rosul Allah
4. 1. 1. Menyimpukan sifat sifat Rasul Allah
4. 2. 2. Menyebutkan hikmah beriman pada Rasul Rasul Allah
d. Tujuan pembelajaran
Setelah siswa mengamati, menanya, meneksplorasi, mengasosiasi,
dan mengkomunikasikan diharapakan peserta didik mampu
1. Menjelaskan pengertian beriman pada rosul Allah SWT
2. Menunjukan dalil beriman pada rasul Allah
3. Menjelaskan pentingnya beriman pada rosul Allah
4. Menyebutkan nama nama rasul Allah
5.
Menyebutkan sifat sifat rosul Allah
81
e.
6.
Menjelaskan sifat sifat rosul Allah
7.
Menyebutkan hikmah beriman pada Rasul Rasul Allah
Materi pembelajaran
Iman artinya percaya atau meyakini
Rosul menurut bahasa adalah utusan atau orang yang dikirim untuk
melaksanakan suatu tugas. Menurut istilah agama rosul adalahseorang
lelaki yang terpilih menerima wahyu dari Allah dan ditugaskan
menyampaikan risalah kepada manusia.
Iman kepada nabi dan rasul merupakan salah satu rukun iman.
Keimanan seseorang tidak sah sampai dia mengimani seluruh nabi dan
rosul dan membenarkan bahwa Allah telah mengutus mereka untuk
menunjukan, membimbing dan mengeluarkan manusia dari cahaya
kegelapan menuju cahaya kebenaran.
Allah mengangkat orang orang yang terpilih untuk menjadi rosul
dimuka bumi ini. Tugas yang diemban oleh para rosul amatlah berat .
untuk menyukseskan tugas yang dipercayakan Allah, para rosul oleh sifat
sifat yang sangat istimewa yang tidak sama dengan sifat sifat manusia
pada umumnya.sifat sifat tersebut terdiri dari tiga macam; sifat wajib, sifat
jais dan sifat mustahil.
f.
Metode pembelajaran
1. Pendekatan scientific
2. Ceramah
82
3. Tanya jawab
4. Penugasan
5. Diskusi kelas
g.
Media alat dan sumber belajar
1. Media : gambar dan film
2. Alat
: laptop lcd dan papan tulis
3. Sumber belajar:
a. Kitab al qur’an terjemahan Depag RI
b. Buku teks siswa Aqidah Akhlak MTs kelas VIII
c. Buku lain yang memadai
h. Kegiatan pembelajaran
1. Pertemuan pertama
a
Kegiataan pendahuluan
1) Peserta didik membuka pelajaran dengan salam dan
do’a
2) Pesrta didik mengawali pembelajaran dengan membaca
Al Qur’an
3) Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran
4) Guru memberikan motivasi dan memberikan
pertanyaan yang sesuai dengan materi.
5) Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi
dasar dan tujuan yang akan dicapai
83
6) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok
b Kegiatan inti (60 menit)
Mengamati

Peserta didik mengamati dan memberikan komentar
gambar atau tayangan yang terkait dengan pengertian
dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah

Peserta didik menyimak dan membaca penjelasan
mengenai pengertian dalil dan pentingnya iman kepada
rosul rosul Allah
Menanya

Peserta didik melalui motivasi dari guru, peserta didk
mengajukan pertanyaan tentang pengertian dalil dan
pentingnya iman kepada rosul rosul Allah

Peserta didik mengajukan pertanyaan mengenai materi
pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul
rosul Allah
Eksperimen/explore

Peserta didik menjelaskan pengertian iman kepada
rosul Allah

Peserta didik mencari dalil naqli yang menjelaskan
iman kepada rosul Allah

Peserta didik menjelaskan tentang pentingnya beriman
pada Rasul Allah
84
Asosiasi

Peserta didik menganalisis dan memilih salah satu
anggota kelompok untuk mempersentasikan hasil
diskusi menjelaskan pengertian dalil dan pentingnya
iman kepada rosul rosul Allah
Komunikas

Peserta didik mendemonstrasikan bacaan dalil naqli
beserta artinya yang menunjukan pengertian dalil dan
pentingnya iman kepada rosul rosul Allah.

Peserta didik menyajikan paparan tentang pengertian
dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah.

Peserta didik menanggapi pertanyaan dan memperbaiki
paparan tentang pengertian dalil dan pentingnya iman
kepada rosul rosul Allah

c
Peserta didik menyusun kesimpulan
Penutup (10 menit)

Pesrta didik dibawah bimbingan guru, menyimpulkan
materi pembelajaran secara demokratis
 Peserta didik bersama sama melakukan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan
 Guru memberikan reward kepada kelompok terbaik
yaitu kelompok yang benardalam menjelaskan
85
pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul
rosul Allah.
 Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari
dipertemuan berikut nya dan menyampaikan tugas
mandiri terstruktur
 Bersama sama menutup pelajaran dengan berdo’a
2. Pertemuan kedua
a
Kegiataan pendahuluan
1) Peserta didik membuka pelajaran dengan salam dan
do’a
2) Pesrta didik mengawali pembelajaran dengan membaca
Al Qur’an
3) Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran
4) Guru memberikan motivasi dan memberikan
pertanyaan yang sesuai dengan materi.
5) Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi
dasar dan tujuan yang akan dicapai
6) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok
b Kegiatan inti (60 menit)
Mengamati

Siswa membaca teks atau melihat tayangan
gambar/vidio tenteng nama dan sifat sifat rasul Allah
86

Dengan sifat respontif dan santun siswa bertanya jawab
tentang materi atau tayangan visual yang sudah
dibaca/dilihat
menalar

Dengan mengunakan bahasa indonesia yang baik dan
benar siswa menjelaskan tentang nama dan sifat sifat
rasul Allah.
Mencoba

Peserta didik secara berkelompok mencari dan
mengumpulkan nama dan sifat sifat rasul Allah
Menyajikan

Dengan sifat tanggung jawab dan santun siswa
menyampaikan hasil diskusi/pengamatan dalam laporan
tertulis
c
Penutup (10 menit)

Pesrta didik dibawah bimbingan guru, menyimpulkan
materi pembelajaran secara demokratis
 Peserta didik bersama sama melakukan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan

Guru memberikan reward kepada kelompok terbaik
yaitu kelompok yang benardalam menjelaskan nama
dan sifat sifat rasul Allah
87
 Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari
dipertemuan berikut nya dan menyampaikan tugas
mandiri terstruktur
 Bersama sama menutup pelajaran dengan berdo’a
3. Pertemuan ketiga
a. Kegiataan pendahuluan
1) Peserta didik membuka pelajaran dengan salam dan
do’a
2) Pesrta didik mengawali pembelajaran dengan membaca
Al Qur’an
3) Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran
4) Guru memberikan motivasi dan memberikan
pertanyaan yang sesuai dengan materi.
5) Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi
dasar dan tujuan yang akan dicapai
6) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok
b. Kegiatan inti (60 menit)
Mengamati

Siswa membaca teks atau melihat tayangan
gambar/vidio tenteng prilaku yang mencerminkan
beriman kepada rosul rosul Allah.
88

Dengan sifat respontif dan santun siswa bertanya jawab
tentang materi atau tayangan visual yang sudah
dibaca/dilihat
menalar
 Dengan mengunakan bahasa indonesia yang baik dan
benar siswa menjelaskan tentang prilaku yang
mencerminkan beriman kepada rosul rosul Allah
Mencoba

Peserta didik secara berkelompok mencari dan
mengumpulkan bukti nyata mengenai prilaku yang
mencerminkan beriman kepada rosul rosul Allah

Peserta didik mendiskusikan fugsi dan prilaku yang
mencerminkan beriman kepada rosul rosul Allah
Menyajikan

Dengan sifat tanggung jawab dan santun siswa
menyampaikan hasil diskusi/pengamatan dalam laporan
tertulis.
c. Penutup (10 menit)

Pesrta didik dibawah bimbingan guru, menyimpulkan
materi pembelajaran secara demokratis
 Peserta didik bersama sama melakukan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan
89
 Guru memberikan reward kepada kelompok terbaik
yaitu kelompok yang benardalam menjelaskan prilaku
yang mencerminkan beriman kepada rosul rosul Allah
 Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari
dipertemuan berikut nya dan menyampaikan tugas
mandiri terstruktur
 Bersama sama menutup pelajaran dengan berdo’a
i. Penilaian
Instrument penilaian (Aspek sikap spiritual)
No
Nama Sisma
: ...................................
Kelas /Semester
:VIII / II
Teknik Penilaian
: Penilaian Diri
Penilai
: Lembar Penilaian
Pertanyaan
Pilihan jawaban
Sangat
Setuju
1
2
3
4
setuju
saya meyakini akan
keberdaan para
rasul
Nabi muhamad
adalah nabi dan
rosul
Rosul Allah
merasakan sakit
seperti manusia
Rosul diutus untuk
mengajarkan syariat
kepada manusia
90
Ragu
ragu
Skor
Tidak
Setuju
5
Rosul adalah
teladan bagi
manusia
Jumlah Skor
Keterangan
Nilai
Nilai Akhir
Sangat setuju = 4
Skor yang diperoleh
Setuju
=3
............................ x 100 =
Ragu ragu
=2
........
Tidak setuju = 1
Skor maksimal
Catatan :.................................................................................................................
c. Evaluasi pembelajaran
Pada tahap evaluasi, guru melaksanakan evaluasi pembelajaran
secara komprehensif yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Ada dua macam penilaian yang digunakan oleh guru yaitu
penilaian penguasaan konsep atau pemahaman dan penilaian penerapan
atau sikap. Penilaian penguasaan konsep atau pemahaman dilakukan
dengan ulangan harian, dengan KKM 75, apabila ada siswa di bawah
KKM maka diadakan remidi, dan penilaian penerapan dilakukan dengan
skala sikap.
Guru selalu melibatkan orang tua dalam memantau hasil belajar
siswa di rumah dengan cara setiap kali hasil ujian harus dibawah pulang
dan dimintai
paraf orang tua kemudian dikembalikan lagi ke
Guru.Evaluasi pembelajaran yang
bertujuan untuk
dilakukan
guru
tidak
hanya
mengevaluasi hasil belajar siswa, namun siswa juga
91
mengevaluasi gurunya. Sehingga menciptakan evaluasi pembelajaran yang
demokratis dan humanis.
Menurut kepala MTs N Ngablak, Drs. Gunartomo, M. Pd,
internalisasi nilai-nilai demokrasi tidak hanya ditanamkan dalam proses
pembelajaran namun juga ditanamkan melalaui kegiatan ekstra kurikuler,
siswa
bisa
mengembangkan potensi yang dimilikinya, selaian itu juga
ada pengembangan kecakapan hidup dan kegiatan kesiswaan seperti
pemilihan ketua OSIS. Semua kegiatan itu diharapkan akan menumbuhkan
sikap demokratis pada diri siswa.
C. Faktor Pendukung Pelaksanaan Internalisasi Nilai- Nilai Demokrasi
pada Proses Pembelajaran PAI di MTs Negeri Ngablak
Faktor
pendukung dalam pelaksanaan
internalisasi
nilai-
nilai demokrasi pada proses pembelajaran adalah:
a. Kemampuan guru yang cukup professional dalam mengelola proses
pembelajaran.
b. Sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai.
c. Adanya dukungan dari wali murid dalam memantau dan perkembangan
proses pembelajaran.
d. Keterlibatan waka kesiswaan dalam
memberikan
reward
kepada
peserta didik yang berprestasi di kelas, dan memberikan punishment
kepada peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran di kelas dengan
baik.
92
D. Faktor Penghambat Pelaksanaan Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi
pada Proses Pembelajaran PAI di MTs Negeri Ngablak
Dalam pelaksanaan internalisasi nilai nilai demokrasi pada proses
pembelajaran
pendidikan
agama
islam
(PAI)
guru
mengalami
hambatan.hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan program
tersebut adalah;
a. Guru mengalami kesulitan dan kurang teliti dalam menentukan nilainilai demokrasi yang sesuai dengan materi.
b. Guru mengalami kendala pada keterbatasan waktu pembelajaran yang
tidak sesuai dengan materi yang begitu banyak.
c. Kurangnya antusiasme siswa terhadap pembelajaran
E. Upaya yang Dilakukan Guru di MTs N Ngablak dalam Mengatasi
Kendala Pelaksanaan Internalisasi Nilai-nilai Demokrasi pada Proses
Pembelajaran PAI.
Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendalam dalam
pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran
diantaranya adalah:
a. Guru lebih teliti dan kreatif lagi dalam menentukan nilai demokrasi
yang sesuai dengan materi.
b. Guru selalu datang tepat waktu sesuai dengan jam pelajaran. Untuk
meminimalisir termakannya waktu pelajaran oleh jam pelajaran
sebelumnya. Selain itu dengan keterbatasan waktu pembelajaran guru
memberikan tugas pada siswa untuk dikerjakan di rumah.
93
c. Guru membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
dengan memberikan perhatian secara maksimal ke peserta didik.
d. Guru memberikan hadiah terhadap peserta didik yang aktif
guna
memotivasi semangat peserta didik untuk lebih giat lagi. Disisi lain,
peserta didik yang belum aktif akan termotivasi untuk bisa ikut
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
e. Guru berupaya untuk menciptakan persaingan (kompetisi) positif di
antara peserta didiknya untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajarnya.
f. Guru melakukan inovasi dengan cara memberikan pengalamanpengalaman baru dan pintar menarik perhatian siswa.
g. Guru melakukan pengembangan media pembelajaran.
94
BAB V
PENUTUP
A. kesimpulan
1. Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran
PAI dapat diwujudkan melalui:
a.
Tahap perencnaan pembelajaran, pada tahap ini guru mengintegrasi
nilai-nilai demokrasi dengan cara mengidentifikasi SK dan KD. Pada
tahap penyusunan RPP, guru melihat silabus yang telah ada terlebih
dahulu, materi mana yang cocok diintegrasikan dengan nilai-nilai
demokrasi, menyisipkan nilai-nilai demokrasi pada nilai karakter, dan
menambah sumber belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran.
b.
Pelaksanaan pembelajaran, pada
tahap pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ( PAI ) yang memuat nilai-nili demokrasi
dilakukan dengan menerapkan metode
diskusi dan tanya jawab
dengan memanfaatkan media yang telah ada, dengan tujuan untuk
mengaktualisasikan
tindakan
belajar
siswa
sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing, menempatkan siswa sebagai subjek
pembelajaran, dan pembelajaran yang memberi ruang bagi peserta
didik untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Pada saat
membuka dan menutup pelajaran guru juga mencerminkan nilai-nilai
demokrasi.
c. Evaluasi pembelajaran; Pada tahap evaluasi, guru melaksanakan evaluasi
pembelajaran secara komprehensif yang mencakup ranah kognitif, afektif
95
dan psikomotor. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru tidak
hanya bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, namun siswa
juga
mengevaluasi
gurunya.
Sehingga
menciptakan
evaluasi
pembelajaran yang demokratis dan humanis.
d. Kegiatan-kegiatan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi,
diantaranya adalah pemilihan ketua OSIS.
2. Faktor pendukung pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi adalah
kemampuan guru yang cukup professional dalam mengelola proses
pembelajaran serta sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai.
Sedangkan
faktor penghambatnya adalah guru mengalami kesulitan dan
kurang teliti dalam menentukan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan
materi, guru mengalami kendala pada keterbatasan waktu pembelajaran
yang tidak sesuai dengan materi yang begitu banyak
dan kurangnya
antusiasme siswa terhadap pembelajaran.
3. Upaya yang dilakukan guru adalah dengan cara
guru lebih teliti dan
kreatif dalam menentukan nilai-niali demokrasi yang sesuai dengan
materi, guru selalu datang tepat waktu sesuai dengan jam pelajaran, untuk
meminimalisir
termakannya
waktu
pelajaran
oleh
jam
pelajaran
sebelumnya, membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
dengan memberikan perhatian secara maksimal ke peserta didik, dan guru
memberikan hadiah terhadap peserta didik yang aktif
guna memotivasi
semangat peserta didik untuk lebih giat lagi. Disisi lain, peserta didik yang
96
belum aktif akan termotivasi untuk bisa ikut berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.
B. Saran
1. Pada penyusunan RPP guru harus teliti dan kreatif dalam menentukan
nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan materi.
2.
Hendaknya guru tidak menghadapi muridnya dengan sikap kasar karena
dapat menghilangkan rasa simpati peserta didik yang akan
menjadikan
mereka menolak pelajaran yang disampaikan.
3. Hendaknya guru lebih memahami kondisi psikologi anak di kelas.
4. Hendaknya seluruh komponen yang ada baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, untuk saling mendukung agar siswa sejak dini
mampu memahami tentang nilai-nilai demokrasi. Sehingga siswa
tidak
hanya menerima perlakuan demokratis di kelasnya saja. Nilai-nilai
demokrasi ini tidak hanya untuk dipahami saja, tetapi harus dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus, sehingga sikap
demokratis siswa akan mudah terbentuk.
97
DAFTAR PUSTAKA
Abrasy,Muhammad
Atyah.1970.
Dasar-Dasar
Pendidikan
Islam. J a k a r t a : Bulan Bintang.
Azra, Azyumardi.1998. Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan
Islam. J a k a r t a : Logos wacana Ilmu
Baba, Sidek.2002. Konsep Toleransi Menghadapi Perbedaan dan Agama
dalam Prespektif Sejarah dan Al-Qur’an, Dalam Islam
dan Perdamaian Global, Yogyakarta: Media Press.
Danim, Sudarman.2003.
Agenda
Pembaruan
Sistem
Pendidikan.
Y o g y a k a r t a : Pustaka Pelajar.
Ghafur, Waryono Abdul. 2005. Tafsir
Sosial:
Mendialogkan
Teks
dan Konteks, Yogyakarta : LSAQ.
Hasan Muhammad Tholcha, 1997 HAM dan Pluralisme Agama;
Tinjauan Kultural dan Teologi Islam dalam HAM dan
Pluralisme Agama. Surabaya: PKSK.
H.A.R Tilaar. 2004 Multikultural Tantangan-Tantangan Global Masa
Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional
Jakarta: Grasindo.
Hasan, Mukhammad. 2008. Pembinaan Nilai-nilai Agama Islam melalui
Bimbingan
dan
Konseling
S a l a t i g a . Skripsi Sarjana
Perpustakaan STAIN Salatiga.
di
SD
A l -Falah
Pendidikan. Salatiga:
Hadi, Syamsul.2012 Profesionalisme Guru dalam Menghadapi Tuntutan
Pembelajaran Demokratis. http: www.dalilskripsi.com
diunduh tanggal 20 November 2012.
Kartono, Kartini.1997. Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan
Nasioanl Beberapa Kritik dan Sugesti Jakarta: Pradaya
Paramita.
Kuntowijoyo. 1993. Paradigma Pendidikan Islam; Interprestasi Untuk
Aksi. Bandung: Mizan,
Madjid, Nurcholis.1999. Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat.
Jakarta: Paramadina.
MaududI,Abu Ala.Tanpa Tahun.HAM
dalam
Islam,
terj.
Bambang
Iryana Djajaatmadja. 2005 Jakarta: Bumi Aksara.
Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam.
B a n d u n g : Trigenda Karya.
Mulyasa.2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:
Rosdakarya. 2007.
Mujai, Saiful.1995 Demokrasi dan Retorika Kelompok Dominan (
catatan untu Denny J.A). Harian Republika
Misrawi, Zuhairi.2007. Al-Quran
Kitab
Toleransi: Inklusifisme,
Pluralisme dan Multikulturalisme. Jakarta: Fitrah,
M. Silberman.Actieve Learning. Terj. Sarduli dkk.2001. Strategi
Pembelajaran Aktif ,
Yogyakarta : Appendis.
Al-Qurthubi. 1993. al-Jami’Lil Ahkam al-Qur’an, Juz 3, Beirut: Bzar alFikr.
Ramayulis.2010. Imu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Al-Rasyidin, 2011 Demokrasi Pendidikan Islam; Nilai Intrinsik dan
Instrumental, Bandung: Cipustaka Media Perintis.
Rosyada,
Dede.
2007.
Paradigma
Pendidikan
Demokratis.Jakarta:
Kencana.
Tim Penyusun. 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Lampiran-lampiran
Lampiran I
Nama
NIM
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
DAFTAR SURAT KETERANGAN KEGIATAN
: Rochmad Siyamto
Progdi
: PAI
: 111 09 17`
Dosen pembimbing
: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
KEGIATAN
PELAKSANAAN
“Orientasi Pengenalan Akademik
18- 20 Agustus
dan Kehamasiswaan(OPAK)”
2009
oleh STAIN Salatiga
“Pelatihan emotional Spiritual
21 Agustus 2009
Intelligence Quotien (ESIQ)”
“User Education UPT
25 – 29 Agustus
perpustakaan STAIN Salatiga
2009
Serasehan pendidikan keagamaan 9 september 2009
dengan tema “peran pendidikan
dalam meningkatkan
spiritualitas’intelektualitas,dan
moralias bangsa”oleh oleh
SEMA,HMJ Tarbiyah,dan FKM
PGMI
masa penerimaan anggota baru
22 november 2009
pergerakan mahasiswa islam
indonesia ( PMII )oleh PMII
cabang salatiga
Turnament wushu nasional
14-19
terbuka piala walikota salatiga
Desember 2009
Pekan olahraga stain (PORS) ssc
Stain Salatiga
Ssc cup 1 tingkat SMA Sesalatiga oleh stain sport salatiga
Pekan olahraga stain (PORS) ssc
Stain Salatiga
Penyuluhan peraturan kawasan
kampus bebas rokok oleh STAIN
Salatiga
Pendidikan dan latian dasar
(DIKSAR) calon anggota SSC
Stain Salatiga
Pekan olahraga stain (PORS) ssc
Stain Salatiga
Bebek cup IV oleh Stain Sport
Club
Opak STAIN Salatiga 2012
Ssc cup 1 tingkat SMA Sesalatiga oleh stain sport salatiga
SEBAGAI
Peserta
NILAI
3
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Panitia
8
12- 14 maret 2010
Panitia
3
20 dan 27 febuari
2011
13-14 april 2011
Panitia
3
Panitia
3
11- 12 mei 2011
Peserta
2
22-29 januari 2012
Panitia
3
7-8 April 2012
Panitia
3
1 juli 2012
Panitia
3
05 - 07 september
2012
13 – 14 oktober
2012
Peserta
3
Panitia
3
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Ujian kenaikan Tingkat wushu
putra nusantara
Ekspresi dan kreasi musik in
campus tribute “iwan fals”
bersama diplomat mild
Pendidikan dan latian dasar
(DIKSAR) calon anggota SSC
Stain Salatiga
Pekan olah raga STAIN (PORS)
V oleh SSC Stain Salatiga
Pekan olah raga STAIN (PORS)
V oleh SSC Stain Salatiga
Pekan olah raga STAIN (PORS)
V oleh SSC Stain Salatiga
Musik in campus oleh Stain
Music Club ( SMC)
Grand louncing band perfoment
SMC 2013
Temu pramuka pengalang
penegak (TPPP) 2 oleh racana
kusuma dilaga- woro srikandi
SSC CUP III futsal competesion
kategori SMA/ SMK/ MA se –
Salatiga dan sekitarnya
Laporan pertanggung jawaaban
dan munsyawarah besar SSC
2013
Pendidikan dan latian dasar
(DIKSAR) calon anggota SSC
Stain Salatiga
Pekan olah raga STAIN (PORS)
V oleh SSC Stain Salatiga
Laporan pertanggung jawaaban
dan munsyawarah besar SSC
2013
Cec festifal 2015
Pendidikan dan latian dasar
(DIKLATSAR) SSC 2011
Konser perdana angkatan
cambioso
Laporan pertangung jawaban dan
munsyawarah besar SSC 2012
Pors IV
Diksar stain sport club
Ngabuburit dan dialog lintas
agama salatiga bhinika ika
21 desember 2012
Panitia
3
27 desember 2012
Panitia
3
7-13 januari 2013
Panitia
3
4-5 mei 2013
Peserta
2
4-5 mei 2013
Juara 1
tenis meja
Juara 1
bola volley
Panitia
3
Panitia dan
peserta
Juri
3
9- 10 November
2013
Panitia
3
30 November dan 1
Desember 2013
Panitia
2
17 -16 januari
2014
Panitia
3
4-5 mei 2013
Panitia
2
6-7 desember 2014
Panitia
2
21 -22 november
2015
16- 17 januari 2011
Peserta
2
Panitia
3
20 maret 2012
Peserta
2
16- 17 november
2012
24 -25 maret 2014
12 -14 november
2010
30 juni 2015
Panitia
2
Panitia
Peserta
3
2
Panitia
3
4-5 mei 2013
6 juli 2013
13 Febuari 2013
05-06 0ktober 2013
3
3
3
37
Temu lembaga legislatif
PTAI,PTN,DAN PTS se –
JAWA TENGAH
Jumlah skor
23 febuari 2016
Peserta
Salatiga,10 maret 2016
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag
NIP. 19700510 199803 1 003
3
Lampiran II
Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngablak Kab.Magelang
visi dan misi Mts Negeri Ngablak dan beberapa prestasi yang didapat
Interview bersama Ibu Dra.Ahsani Hikmawati 22 febuari 2016
dan Bapak Muchlas, Ba pada hari Senin, 23 febuari 2016
Foto bersama kepala MTs N 1 Ngablak, Bapak Drs. Gunartomo, M. Pd, dan
waka kurikulum Bapak Supriyatno Widodo, S.P
Download