INTERNALISASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI KELAS VIII MTS NEGERI NGABLAK KAB. MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) OLEH ROCHMAT SIYAMTO NIM: 11109017 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016 I II III IV V MOTTO Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab, 21) VI PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Orang tuaku tercinta bapak tugiman dan ibu jumini, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do’a yang tak pernah putus untuk putra-putranya. 2. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi semangat dan membantuku. 3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si yang telah sabar membimbing dan mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Teman-temanku anggota Student Sport Club (SSC) yang menjadi keluarga kedua saya 5. Puji lestari yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini . 6. Dan seluruh keluarga besar MTS Negeri Ngablak yang bersedia menjadi tempat penelitian 7. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. VII KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 5. Bapak Dr. H.M. Zulfa, M.Ag, selaku pembimbing akademik. 6. Dan seluruh keluarga besar MTS Negeri Ngablak yang bersedia menjadi tempat penelitian VIII 7. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 9. Keluarga besar student sport club ( SSC) IAIN Salatiga, sebagai keluarga kedua saya. 10. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 8 Maret 2016 Peneliti, Rochmat Siyamto NIM.1109017 IX ABSTRAK Siyamto Rochmad. 2009. Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI di Kelas VIII MTs N Ngablak kab. Magelang Dosen Pembimbing : Drs. Abdul Syukur, M.Si. Kata Kunci : Internalisasi, Nilai-Nilai Demokrasi, Proses Pembelajaran PAI. Pendidikan harus sesuai dengan perubahan sosial budaya masyarakat yang terus berkembang , yang mendambakan adanya transparansi , perlakuan yang sama, adil, jujur bagi setiap manusia ( demokrasi) dan menjunjung tinggi hakhak manusia. Untuk itu penting kiranya untuk memasukkan nilai-nilai positif demokrasi dalam sistem pendidikan, terutama pada aspek pembelajaran. Pembelajaran PAI yang memuat nilai-nilai demokrasi adalah pembelajaran secara sadar dan terencana untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, dan kritis terhadap lingkungan sekitar yakni di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 1). Untuk mengetahui pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang. 2). Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak. 3). Untuk mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak. 4). Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi kendala pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs N Ngablak . Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secermat mungkin mengenai internalisasi nilainilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI di MTs Negeri Ngablak , kendala dalam proses pembelajaran serta upaya untuk mengatasi kendala pada proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan melalui metode Observasi , wawancara, dan dokumentasi. Data berupa deskriptif mengenai internalisasi nilai-nilai demokrasi dan profil sekolah diperoleh dari studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Analisa data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dan analisis data penelitian menunjukkan pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI dapat diwujudkan melalui tahap perencanaan yaitu guru menyisipkan nilai-nilai demokrasi pada nilai karakter, pelaksanaan pembelajaran yaitu guru menerapkan metode yang variatif diantaranya diskusi dan metode tanya jawab dengan memanfaatkan media yang telah adalah ada, dan evaluasi pembelajaran yaitu guru melaksanakan evaluasi pembelajaran secara komprehensif yang diantaranya mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru tidak hanya bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, namun siswa juga X mengevaluasi gurunya. Kendala yang ditemui guru adalah guru mengalami kesulitan dan kurang teliti dalam menentukan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan materi. Upaya yang dilakukan guru adalah dengan cara guru harus teliti dan kreatif dalam menentukan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan materi PAI. XI DAFTAR ISI JUDUL ......................................................................................................... I LEMBAR BERLOGO ................................................................................. II PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ III PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. IV PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... V MOTTO ....................................................................................................... VI PERSEMBAHAN ........................................................................................ VII KATA PENGANTAR ................................................................................. VIII ABSTRAK ................................................................................................... X DAFTAR ISI ................................................................................................ XI DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ XIII BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ............................................................................ 1 B. RumusanMasalah .................................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9 E. Definisi operasional ................................................................................ 10 F. Metodologi penelitian ............................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14 XII BAB II KAJIAN TEORI A. Nilai nilai demokrasi islam ............................................................................. 16 B. Makna demokrasi pendidikan ......................................................................... 36 C. Intrumental demokrasi pada proses pembelajaran.......................................... 42 D. Pengertian internalisasi nilai nilai demokrasi pendidikan Islam .................... 46 E. Upaya internalisasi nilai nilai demokrasi pendidikan agama Islam................ 49 F. Faktor pendukungdan penghambat internalisasi nilai nilai demokrasi pendidikan agama Islam ................................................ 60 BAB III HASIL PENELITIAN Identitas Sekolah ....................................................................................... 62 Pedoman Wawancara ................................................................................ 71 Hasil Wawancara ...................................................................................... 72 BAB IV PEMBAHASAN Internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam ........................................................................... 75 Internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam diMTs N Ngablak .............................................. 75 Faktor pendukung internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran agama islam ........................................................................ 91 Faktor penghambat internalisasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran agama islam ........................................................................ 92 XIII Upaya yang Dilakukan Guru di MTs N 1 Ngablak dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan Internalisasi Nilai-nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI ............................................... 92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 94 B. Saran ....................................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN XIV BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama paripurna yang ajarannya memberi panduan nilai atau prinsip-prinsip etik berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan para pemeluknya. Misi yang diemban oleh pendidikan Islam tidak lain adalah misi Islam itu sendiri yaitu agar manusia dapat menjalani amanat kehidupan ini dapat membangun kerajuan dunia yang makmur, dinamis, dan harmonis atas dasar nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Atau dengan kata lain dapat mewujudkan rahmatan lil’alamin yaitu hubungan segitiga sama sisi secara harmonis antara Tuhan, manusia dan alam sebagai tiga komponen utama dalam hidup dan kehidupan umat manusia. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki potensi (fitrah) bawaan ini bersifat integral-holistik dan tidak hanya berorientasi kepada permasalahan ukhrowi saja tetapi harus terintegrasi dengan persoalanpersoalan dunia, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, sosial kemasyarakatan, dan sebagainya. Dalam Malik Fajar (1988: 42), pandangan ini didasarkan pada konsep ajaran Islam tidak menghendaki pada penghayatan agama yang mengarah kepada pelarian diri dari kehidupan duniawi, tetapi bahkan sebaliknya, Islam mengajarkan asketisme duniawi, yaitu memakmurkan dan memajukan kehidupan dunia, 1 tanpa tenggelam dalam kenikmatan semu. Pendidikan Islam adalah segala proses pendidikan Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah Nabi, perkataan dan perbuatan sahabat, serta ijtihad para ulama. Dengan tujuan menurut Atyah Al-abbrasyi (1970: 15) untuk membentuk kepribadian Muslim yang tangguh dan mampu mengatasi masalah-masalah di kehidupannya dengan cara Islam sehingga tercapai tujuan akhir, yaitu bahagia dunia dan akhirat dengan ridha Allah. Hasan Langgulung sebagaimana yang dikutip oleh Azyumardi Azra (1998: 5), mendefinisikan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi mudah. Memindahkan pengetahuan dengan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia sebagai khalifah fi al-ardh untuk beramal di dunia dan memerik hasilnya di akhirat. Manusia dijadikan sebagai khalifah karena manusia secara fisik merupakan sebaik-baik ciptaan. Kualitas manusia karena didalam dirinya terkandung beberapa persyaratan kualitatif seperti kemampuan berfikir dan kemerdekaan berkehendak serta bertindak yang tidak dimiliki makhluk lain. Dalam sudut pandang yang lain, kekhalifaan manusia mengisyaratkan kepercayaan Allah kepada manusia. Karena itu Allah memberi kepada manusia dalam bentuk kebebasan berfikir , berkehendak dan bertindak. Namun dalam realitasnya, pendidikan Islam saat ini masih terkungkung dalam kemunduran, keterbelakangan, dan ketidak berdayaan. Diantara indikasinya menurut Abd. Rachman Assegaf (2004: 8-9) adalah sebagai berikut : 2 1. Minimnya pembaharuan praktik pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif, dan kritis terhadap isu-isu actual. 2. Model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan intelektualisme – verbalistik dan mengasingkan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistic antara guru dan murid. Orientasi pendidikan Islam menitik beratkan pada pembentukan abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia Muslim sebagai Khalifah al ardh. Pada sisi lain, pendidikan Islam hingga saat ini masih mengahadapi berbagai permasalahan yang kompleks, dari permasalahan yang bersifat konseptual-teoritis hingga persoalan operasional praktis. Dalam era global ini, masyarakat Indonesia menginginkan terwujudnya suatu masyarakat baru. Yaitu masyarakat yang mengharapkan terwujudnya kemajuan, kesejahteraan, kebahagiaan, keterbukaan, keadilan, saling menghormati, dan menghargai. Pendidikan Islam memiliki potensi untuk memberdayakan pendidikan rakyat secara keseluruhan dengan kedekatannya kepada masyarakat muslim, dan membentuk civil society, masyarakat madani atau masyarakat kewarganegaraan pada tingkat akar rumput kaum muslim. Untuk mewujudkan masyarakat madani menuntut suatu pendidikan yang sesuai, yaitu pendidikan yang mampu membangu kesadaran masyarakat unutu ikut serta dalam membangun masyaraka sendiri. Al-fadly (2011: 54) menegaskan bahwa pendidikan yang mengembangkann seluruh peserta didik, pendidikan yang 3 menghargai kemuliaan manusia (dignity); individualitas dan kebebasan (academis); pendidikan yang mengakui adanya perbedaan dan penghargaan dan keanekaragaman serta pendidikan yang mengakui adanya persamaan hak (equalitarianism), dan pendidikan yang berupaya mengembangkan segenap potensi peserta didik secara optimal. Disinilah pentingnya penghayatan terhadap nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan Islam. Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia adalah dengan melakukan demokratisasi pendidikan, sebab pendidikan merupakan sarana untuk melakukan internalisasi nilai-nilai demokrasi kepada masyarakat. Untuk menjawab persoalan tersebut, perlu dirumuskan suatu perencanaan pendidikan dan pelatihan yang strategis, efektif dan efisien dalam rangka membangun sumberdaya manusia Muslim Indonesia yang cakap, terampil, inovatif serta memiliki semangat kompetitif dalam kehidupan masyarakat Secara empiris, pendidikan dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar. Namun pada tataran implementasinya, hampir tidak disadari jika tren pendidikan dan pembelajaran yang berkembang pada dekade terakhir ini adalah belajar untuk belajar. Bukan lagi belajar untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi yang jauh semakin komplek ke depan. Bahkan, sekolah sebagai sebagai ujung tombak pendidikan secara sengaja ataupun tidak, selama ini telah menanamkan sikap yang berlebihan pada diri siswa bahwa pentingnya belajar adalah untuk mengahadapi ujian. Ujian merupakan target dan derajat tertinggi yang harus dikuasai dan ditempuh dengan segala cara. Baik cara yang positif semisal dengan memberikan tambahan pelajaran secara intensif maupun cara yang negative, seperti dengan 4 memberikan bocoran soal, kunci jawaban, dan lain sebagainya. Fenomena ini terbukti dengan terungkapnya beberapa kasus kecurangan di beberapa lembaga pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung nyaris tidak pernah berupaya serius dalam menumbuhkan nilai-nilai demokrasi kepada peserta didik. Bahkan, yang terjadi adalah sebuah proses pembusukan nilai-nilai demokrasi. Terkikisnya nilai-nilai demokrai dan humanisme dalam karakter pendidikan saat ini, juga dirujukkan dalam proses pembelajaran di kelas yang masih menempatkan guru sebagai penindas yang memposisikan dirinya sebagai subjek pendidikan, dengan menganggap dirinya paling berkuasa dan paling mengetahui tentang pengetahuan. Menurut Al-Fadly (2011: 47) pendidikan haruslah bersifat dinamis dan selalu berkembang. Sebab, perkembangan dalam dunia pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi dengan perubahan budaya kehidupan umat manusia. Perubahan disini dalam arti perbaikan pendidikan yang mencakup pada semua tingkat dan aspek, baik pada sisi konsep kurikulum, kualitas sumber daya insan, metode pembelajaran, lembaga-lembaga, organisasi, sistem evaluasi, serta penerapan reward dan punishment-nya. Untuk itu penting kiranya memasukan nilai-nilai positif demokrasi dalam system pendidikan, terutama pada proses pembelajaran. Dengan harapan, proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung lebih demokratis dan humanis sehingga melahirkan generasi bangsa yang sadar akan eksistensis dirinya sebagai makhluk religius sekaligus makhluk sosial. Dengan demikian dalam proses pembelajaran harus dilandasi oleh nilai- 5 nilai demokrasi yaitu dengan penghargaan terhadap kemampuan peserta didik, menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya tersebut. Pendidikan Islam sendiri tidak hanya mengajarkan nilai sebatas kognitif saja, dan terbatas hanya selebar ruangan kelas. Tetapi juga menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan peluang dan kesempatan besar pada peserta didik untuk bersentuhan secara langsung dengan berbagai fenomena nilai dalam kehidupan empirik. Dengan asas ini dapat dihasilkan lulusan yang pandai, cerdas, dan terampil, namun kepandaian dan kecenderungan intelektual tersebut kurang diimbangi dengan kecerdasan emosional. Keadaan demikian ini terjadi karena kurangnya perhatian terhadap ranah afektif. Padahal ranah afektif sama penting peranannya dalam membentuk perilaku peserta didik sekarang, dalam mendukung pelaksanaan demokratisasi pendidikan, saatnya mengubah asas subject matter oriented ke student oriented. Shofan (2007: 126) menegaskan orientasi pendidikan yang bersifat student oriented lebih menekankan pada pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan peserta didik secara utuh baik lahir maupun batin. Demokratisasi pendidikan merupakan pendidikan hati nurani, artinya pendidikan yang lebih menghargai potensi manusia dikatakan lebih humanis beradab dan sesuai dengan cita-cita masyarakat madani. Tilaar (2009: 174), menyatakan bahwa tuntutan terbentuknya masyarakat madani Indonesia, mengandung berbagai unsur, yaitu: (1) kebebasan intelektual, (2) kesempatan untuk bersaing (3) mengembangkan kepatuhan spiritual dan moral, (4) pendidikan 6 yang mengakui untuk berbeda dan (5) percaya kepaada kemampuan manusia. Demokrasi pendidikan bisa dimaknai sebagai suatu tatanan di mana nilainilai demokrasi, seperti keadilan, musyawarah, persamaan, kebebasan, kemajemukan, dan toleransi, dijadikan sebagai landasan atau asas dalam seluruh program dan praktik pendidikan. Islam memandang nilai-nilai tersebut sebagai nilai universal. Menurut Rasyidin (1999: 56), Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Muhammad SAW yang berisikan bimbingan dan panduan tentang seluruh aspek kehidupan Muslim. Selanjutnya Rasyidin (1999: 75) menyatakan bahwa guru sebagai ujung tombak keberhasilan peletakkan nilai-nilai demokrasi keberadaban harus memberikan contoh terutama pada proses pembelajaran berlangsung. Keberhasilan lembaga pendidikan dalam menanamkan nilai demokrasi pada peserta didiknya akan memberi pengaruh terhadap kehidupan berbangsa di masa depan. Diantara urgensi nilai-nilai demokrasi pendidikan Islam bagi peserta didik yaitu demokrasi merupakan asas yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, menciptakan warga negara yang demokratis merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan nasional, demokrasi merupakan salah satu prinsip dasar dalam general education, demokrasi merupakan salah satu prinsip asasi dalam kehidupa masyarakat Islam, dan demokrasi diperlukan dalam rangka merespon berbagai fenomena sosial yang terjadi dan sedang berkembang di Indonesia dan dunia Internasional. Maka dari itu, MTs Negeri Ngablak kab. Magelang Sebagai Lembaga Pendidikan formal mencoba untuk mengadakan reorientasi dan rekonstruksi 7 lembaga pendidikannya menuju integralisasi antara nilai-nilai religius dan demokratis yaitu dengan mengupayakan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada pembelajaran PAI. Dari sini diharapkan bisa mencetak generasi muslim yang demokrasi, bersih, bermoral dan berakhlak serta berpegang teguh pada nilai keadaban. Dengan pertimbangan latar belakang tersebut diatas maka penulis berniat mengambil penelitian dengan judul “ Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Prose Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI) di Kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ? 2. Apa saja faktor Pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ? 3. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ? 4. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VIII MTs Negeri Ngablak kab. Magelang ? 8 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs Negeri Ngablak kab. Magelang. 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilainilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di Kelas VIII A MTs N Ngablak. 4. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi kendala pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajara pendidikan agama islam (PAI) Di Kelas VIII A MTs N Ngablak . D. Manfaat Penelitian 1. Segi teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran Islam, khususnya sebagai upaya pencarian solusi alternatif dalam 9 melakukan demokratisasi pendidikan Islam di Indonesia di tengah persaingan global yang kompetitif. Sebagai sumbangan pemikiran yang bersifat literal dalam semangat demokrasi dan kebangsaan. Untuk memperkaya khazanah studi tentang nilai-nilai demokrasi dalam Pembelajaran PAI. 2. Segi praktis Bagi para pendidik, merupakan hasil pemikiran yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan usaha pengajaran menuju tercapinya tujuan yang dicita-citakan. Bagi para orang tua, merupakan bahan masukan sebagai langkah yang strategis dan dinamis dalam pengajaran di lingkungan keluarga. Bagi peneliti, merupakan bahan informasi guna meningkatkan dan menambah pengetahuan serta keahlian dalam internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. E. Definisi Operasional Internalisasi menurut Priyanto (1994: 67): pengahayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam. Penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau kesadaran akan kebenaran nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku. Nilai –Nilai Demokrasi menurut Hariyanto (2001: 18) adalah nilai yang 10 diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan maupun warga yang demokratis. Dalam bidang pendidikan berarti nilai yang diperlukan untuk mengembangkan lembaga pendidikan maupun peserta didik yang demokratis. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah nilai kebebasan (berpendapat, berkelompok, berpartisipasi), nilai keadilan, nilai persamaan dan nilai musyawarah. Pembelajaran menurut Heriyanto (2001: 5) adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain mencapai kemajuan seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat perkembangan potensi kognitif, afektif maupun psikomotornya. Pendidikan Agama Islam : Syed ali ashraf dan syed Sajjad Husein (1986: berpendapat bahwa pendidikan agama islam adalah suatu pendidikan yang melatih jiwa murid-murid dalam sikap hidup,tindakan,keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, mereka dipengaruhi oleh nilainilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis islam. Jadi yang dimaksud dengan Internalisasi nilai-nilai demokrasi adalah proses pemasukan dan penghayatan nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) dengan tujuan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih humanistis dan beradab agar bisa mencetak generasi muslim yang demokratis, bermoral dan berakhlak serta berpegang teguh pada nilai keadaban. F. Metode Penelitian Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunaanya sehingga dapat mencapai objek atau tujuan permasalahan masalah. Sedangkan metode penelitian adalah 11 suatu cara yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah. Untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan metode penelitian yang tersusun secara sistematis dengan tujuan agar data yang diperlukan valid. Sehingga penelitian ini layak untuk diuji kebenarannya. a. Jenis Penelitian dan Pendekatannya Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mancari jawaban dengan ungkapan lain meodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Menuru Dede Mulyana (2002: 145) Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris: research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sehingga dapat sistematis digunakan serta untuk sempurna terhadap permasalahan menyelesaikan atau menjawab problemnya. Penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati Lexy J Moleong (2008; 4). Adapun bentuk penelitiannya adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan hanya bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam situasi tertentu. 12 b. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat peneliti melakukan penelitian tentang internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di MTs Negeri Ngablak Kab. Magelang, yang terletak di Jl. Ngablak-Mangli Km. 0, Desa / Kecamatan Ngablak, Kab/Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. c. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun tehnik pengumpulan data diperoleh dengan: 1. Metode Interview Metode interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data melalui tanya jawab,dialog secaralisan baik langsung maupun tidak langsung. Joko Subagyo (1997: 4). 2. Observasi Observasi dapat diguanakan sebagai pengamatan dan pencatat dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki baik lingkungan , fisiknya, dan pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan Sugiyono (2008: 203). Observasi juga didefinisikan sebagai suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. 13 Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang kegiatan-kegiatan yang mengandung nilai-nilai demokrasi di MTs Negeri Ngablak, serta sarana dan prasarana, denah, letak Geografis MTs Negeri Ngablak, yang akan dijadikan bahan analisis. 3. Dokumentasi Dokumentasi artinya catatan, surat atau bukti. Metode ini untuk mengumpulkan data-data berupa catatan-catatan ,surat dan foto, gambar dan lain-lain. Menurut Sanapiah Faisa (1982: l33), metode dokumenter adalah : “ Informasi berupa buku-buku tertulis atau catatan, pada metode mentransfer bahan-bahan tertulis ini petugas data tinggal yang relevan pada lembaran- lembaran isian yang telah disiapkan, untuk itu merekan sebagainya apa adanya. G. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut BAB I PENDAHULUAN : Dalam Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian , Manfaat Penelitian , metodologi penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan. BAB II INTERNALISASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI : Bab ini menjelaskan tentang nilai-nilai demokrasi dalam Islam, makna demokrasi pendidikan , nilai-nilai instrumental demokrasi pada proses pembelajaran PAI, pengertian 14 internalisasi nilai-nilai demokrasi, upaya internalisasi nilai-nilai demokrasi pendidikan Islam pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Urgensi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI. BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN: Bab ini berisi tentang Gambaran Umum Obyek Penelitian yang meliputi Sejarah berdirinya MTs N Ngablak, Letak Geografis MTs N Ngablak , Denah MTs N Ngablak , Kurikulum MTs N Ngablak , Prestasi MTs N Ngablak, Struktur Lembaga Pendidikan MTs N Ngablak, Sarana dan Prasarana MTs N Ngablak, Data Pendidik dan Tenaga Pendidik MTs N Ngablak dan Keadaan Siswa MTs N Ngablak, Hasil wawancara. BAB IV PEMBAHASAN; . Bab ini menjelaskan tentang Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI),Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kelas VIII MTs N Ngablak, Faktor pendukung pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI VIII A MTs N Ngablak, Faktor penghambat pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI VIII A MTs N Ngablak serta Upaya yang dilakukan guru PAI dalam mengatasi kendala pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI. BAB V PENUTUP:Bab ini terdiri dari Simpulan dan saran-saran. Yaitu mengenai uraian singkat dan padat serta saran yang perlu penulis sampaikan kepada semua pihak yang terkait 15 BAB II KAJIAN TEORI A. Nilai-Nilai Demokrasi dalam Islam 1. Nilai-nilai demokrasi pada Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Muhammad SAW yang berisikan bimbingan dan panduan tentang seluruh aspek kehidupan Muslim. Dalam mengeksplor ayat dan penafsiran tentang demokrasi, penulis mengambil salah satu prinsip dalam pokok ajaran Islam yang sesuai dengan demokrasi yaitu musyawarah yang terdapat dalam surah Ali Imran [3]: 159. Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada- Nya.” Musyawarah secara fungsional adalah untuk membicarakan kemaslahatan masyarakat dan masalah-masalah masa depan pemerintah. Dengan musyawarah rakyat menjadi terdidik dalam mengeluarkan pendapat dan mempraktekannya.. Dengan musyawarah setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha mengemukakan pendapat yang baik, sehingga diperoleh pendapat 16 yang dapat menyelesaikan problem yang dihadapi. Di sisi lain, pelaksanaan musyawarah merupakan penghargaan kepada tokoh-tokoh dan para pemimpin masyarakat, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai urusan dan kepentingan bersama. permasalahan yang dapat mengalami perkembangan dan perubahan, maka al-Qur’an memberika petunjuknya dalam bentuk prinsip-prinsip umum agar petunjuk itu dapat menampung perkembangan dan perubahan sosial budaya manusia. Jika rincian satu persoalan yang diterapkan pada satu masa atau masyarakat tertentu dengan ciri kondisi sosial budayanya, harus diterapkan pula dengan rincian yang sama untuk masyarakat lain, baik di tempat yang sama pada masa yang berbeda, apalagi di tempat yang lain. Menuru Al Rasydin Dalam bidang musyawarah, ada enam point implikasi prinsip musyawah dalam pendidikan, yaitu; 1) Kesediaan untuk mendiskusikan berbagai persoalan, 2) Kesediaan mengemukakan pendapat, 3) Kesediaan mendengarkan pendapat orang lain, 4) Kesadaran dan kesediaan yang tulus untuk saling menerima dan menghormati perbedaan pendapat 5) Kesediaan atau kedewasaan untuk menerima kenyataan bahwa pendapat kita ditolak oleh peserta musyawarah 6) Kerelaan untuk menerima kompromi, kesiapan dan kedewasaan untuk menerima hasil musyawarah dan melaksanakannya secara tanggung jawab. Di dalam Al-Qur’an terdapat prinsip-prinsip umum atau nilai- nilai 17 inti demokrasi selain musyawarah, seperti nilai-nilai keadilan, nilai-nilai kebebasan, nilai-nilai persamaan, nilai-nilai kemajemukan, dan nilai-nilai Toleransi. Berikut ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang nilai-nilai demokrasi tersebut: a. Nilai –Nilai Keadilan Keadilan menurut ajaran agama Islam adalah suatu kewajiban yang sangat penting dan berharga yang diberikan oleh Islam kepada umat manusia. Dalam pembicaraan keadilan pada masalah-masalah sosial selain dari kepemilikan harta, adanya perbedaan alamiah dalam hal bakat, kesanggupan dan kemampuan diantara sesama manusia harus diperhitungkan. Berdasarkan atas perbedaan tersebut, tidak bisa diletakkan bahwa manusia tidak bisa sama semuanya dalam derajat, ilmu, kekayaan, pangkat, status sosial dan lain-lain. Yang diperlukan dan diperhatikan dalam masalah demikian adalah adanya peluang dan kesempatan yang sama bagi semua untuk mengembangkan kemampuan dan kesanggupan alamiah masing-masing, perbedaan yang timbul kemudian harusdiimbangi dengan ajaran persaudaraan sesama manusia menurut Harun Nasution (1996: 229). Islam memang mengakui adanya pemihakan kelas yang diakui sah adanya oleh al-Qur’an, sebagai realita empiris yang ditakdirkan terhadap dunia manusia, akan tetapi menurutnya bahwa pemihakan kelas tersebut lebih didasarkan pada semangat untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat.al-Quran 18 memenuhi cita-cita sosial yang terus-menerus menegakkan cita-cita egalitarianisme dan keterlibatan untuk mewujudkan cita-cita ini dituntut kepada setiap Muslim dan itu dipandang sebagai memiliki nilai ibadah yang tinggi. Dan keterlibatannya sebagai perjuangannya. Itulah yang akan menentukan kualitasnya sebagai khalifah fi al- ard. Kuntowijoyo (1993:229). 1) Menegakkan Keadilan QS. An-Nisa’ ayat 129 Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’ ayat 129) 2) Menegakkan kebenaran QS. Al-Maidah ayat 8 Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orangorang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi 19 saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Maidah: 38) Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada orang orang mukmin agar dapat melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur dan ikhlas karena Allah, baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yang bertalian dengan urusan kehidupan duniawi. Dari keterangan tersebut, maka jelaslah bagi orang mukmin diwajibkan untuk menegakkan keadilan dengan sebaik-baiknya. Sebab jika keadilan tidak ditegakkan maka kedhaliman akan merajalela dalam masyarakat. 3) Menegakkan hukum dengan adil QS. An-Nisa’ ayat 58 Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’ ayat 58) 20 Di sini terkandung beberapa norma yang wajib dilaksanakan sebagai cermin dari perilaku masyarakat Muslim. Pertama, melaksanakan amanah dengan adil, kedua, menetapkan hukum secara seimbang menurut undang-undang dan ketetapan Allah. Sedangkan prinsip keadilan dimaksud ialah keadilan yang mencakup seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat muslim maupun lainnya, Esensi keadilan inilah yang belum pernah dikenal sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, dan ini pula yang mendasari segala bentuk hukum dalam ketentuan islam, sebagaimana fungsi tanggung jawab terhadap amanah itu pula yang menjadi kerangka dasar dalam pembinaan masyarakat islam, walaupun nampaknya hanya diungkapkan dalam bentuk saran( idhah), yang sebenarnya berfungsi perintah (amr), karena saran itu lebih berkesan untuk bisa diterima akal. Pada dasarnya Islam memberi wewenang pada akal sebagai sarana untuk memahami petunjuk bagi manusia. Namun, akal menurut perkembangan fitrahnya selalu berubah menurut kondisi yang mengitarinya. Atas dasar ini, maka perlu mengembalikan seluruh hasil ciptaan akal kepada sebuah temperature yang tetap dan abadi, yaitu ketetapan-ketetapan Allah Yang MahaSempurna kuntowijoyo (1993:689). Implikasi terhadap dunia pendidikan adalah bahwa guru harus objektif terhadap seluruh siswanya,jangan kemudian 21 memojokkan dan menganaktirikan mereka yang tidak berpandangan positif terhadap dirinya. Adil terhadap peserta didik merupakan faktor yang paling penting untuk kematangan jiwa. Sebab hal itu akan memberikan kesenangan pada diri mereka dan membuat hati mereka terasa nyaman (Muhammad Hamdi & Muhammad Fadhli Afif 2006:195). b. Nilai-Nilai Kebebasan Manusia sebagai makhluk yang terbaik diantara sekian banyak makhluk yang ada. Dari sini manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Dan dengan akalnya, manusia diberi kebebasana untuk menentukan jalan hidupnya. 1) Kebebasan Berfikir QS. Al-Baqarah ayat 44 Artinya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? maka tidaklah kamu berpikir? (QS. Al-Baqarah ayat 44) Dalam ayat ini Allah SWT menegur ahlul kitab yang selalu memerintahkan kebaikan, tetapi tidak pernah melakukannya. Mereka telah memahami kebenaran yang dianjurkan Allah SWT. Dengan ayat ini, Allah SWT mengecam tindakan mereka lakukan yang selalu menyerukan amar makruf, tetapi mereka sendiri tidak membenahi sikap mereka. Melakukan amar makruf nahi mungkar adalah perbuatan mulia, tetapi menjadi tercela jika 22 orang yang menyerukan tersebut justru melakukan pembangkangan terhadap syariat yang mereka serukan. QS. Al-Baqarah ayat 76 Artinya : “Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:" Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?" (QS. Al-Baqarah ayat 76) Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang munafik ketika bertemu dengan orang –orang mukmin, mereka mengatakan bahwa mereka juga beriman. Namun, ketika kembali kepada kelompok mereka, sikapnya berubah. Mereka berkata, “janganlah kalian ceritakan kepada mereka tentang kenabian Rasulullah saw. “Mereka telah mengetahui kenabian Muhammad saw. Karena telah disebutkan dalam kitab Taurat. Dalam kitab mereka itu, diterangkan bahwa suatu saat akan datang seseorang bernama Muhammad yang kelak akan diangkat sebagai Nabi dan Rasul bagi umat Islam. 2) Kebebasan melakukan sesuatu QS. Fushshilat ayat 40 23 Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orangorang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Menurut Tafsir At-Tabari Ayat ini masih berkenaan dengan orang beriman dari keluarga Fir’aun, yaitu ketika melihat kaumnya tetap membangkang dan durhaka. Ia mengulangi seruannya kepada kaumnya menuju Allah dan ia berterus terang tentang imannya dan tidak lagi menempuh cara yang lalu, yaitu menyembunyikan keimanannya terhadap mereka. Ia memperingatkan hal itu karena dia tidak ingin mereka ditimpa sebagian dari apa yang diancamkan oleh Musa terhadap mereka. 3) Kebebasan beragama QS. Al-Baqarah ayat 256 Artinya; “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut [dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah 24 Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Islam sebagai agama samawi, meletakkan dasar-dasar teologi dan ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan berhasil meletakkan pengalaman sosial yang menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan dengan hak-hak asasinya, di tengah-tengah kehidupan masyarakat majemuk. Keberhasilan itu juga diteruskan oleh para pelanjutnya. Prestasi yang seharusnya dipertahankan itu mengalami pasang surut, bukan karena kelemahan dan kesalahan teologi atau ajaran Islam, tetapi karena faktor-faktor lain .Muhammad Tholchah Hasan (1991: 77-78). Islam memberikan hak untuk kebebasan mengeluarkan ungkapan hati nurani dan keyakinan kepada umatnya. Meskipun tidak ada kebenaran dan kebaikan yang lebih baik daripada Islam, dan meskipun orang-orang Muslim ditugaskan untuk mengajak manusia memeluk Islam dan mengemukakan argument-argumen yang memperkokoh Islam, namun mereka tidak diminta untuk menyebarkan Islam melalui kekerasan.Maulana Abu A’la Almaududi (2005: 33) Tuhan menjelaskan bahwa kebenaran itu ada, karenanya diminta untuk menggunakan akal sehat dalam memberi putusan tanpa tekanan. hak dalam kebebasan beragama bisa dilihat dalam QS. Al-Kahfi (18) Ayat: 29 25 Artinya: “Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” Manusia telah diberikan kebebasan berkehendak untuk menentukan pilihanya tiadanya tindakan untuk beriman atau kafir.. Ada dan seseorang tergantung pada kehendaknya. Allah tidak mengambil manfaat dalam iman dan kufur seseorang. Artinya, bila seseorang beriman atau kufur, sesungguhnya seluruh perbuatannya berpulang kepada pelakunya. Dalam konteks pendidikan berkaitang dengan kebebasan dalam berfikir dan bertindak, Al-Qur’an mengajarkan empat hal, yaitu: 1) Pendidikan haruslah merupakan penciptaan situasi dan kondisi yang benar-benar kondusif bagi pengembangan aqli atau daya nalar dan jism atau kemampuan berbuat peserta didik, 2) Dalam setiap pembelajaran, peserta didik diberi kebebasan untuk berfikir kritis dan anlitis mengenai berbagai hal, 3) Peserta didik diberi kebebasan dalam berkreasi dan berbuat sesuai dengan tujuan pembelajarannya, dan 26 4) Peserta didik diberi kebebasan dalam mengkomukasikan ide, pemikiran atau pandangannya tentang sesuatu. c. Nilai-Nilai Persamaan Setiap Muslim yakin bahwa Islam merupakan pedoman kehidupan bagi seluruh umat di sepanjang masa dan di segala tempat. Di mata Tuhan, semua manusia adalah sama, yang membedakannya adalah tindakan dan amalnya. Al-qur‟an menyatakan sebagai berikut: QS. Al-Hujurat ayat 13 Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Dalam ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa manusia diciptakan-Nya bebagai-bagai Bangsa dan suku-suku bangsa, berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemooh, akan tetapi supaya saling mengenal satu sama lain. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunannya, kepangkatan atau kekayaannya karena yang paling mulia diantara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang yang paling bertakwa kepada-Nya. Dalam ayat lain dijelaskan QS. AlBaqarah ayat 213. 27 Artinya ; “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus .( QS. Al-Baqarah ayat 213). Kaitannya dengan nilai persamaan dalam pendidikan adalah menghapuskan semua hambatan yang memungkinkan seseorang tidak bisa mengaktualisasikan diri dan potensi yan dimilikinya. Iklim kebergaman sekolah (School Religiosity Climate) memegang peran penting dalam menciptakan suasana pendidikan yang kondusif. School Religiosity Climate dapat diwujudkan dalam hubungan sosial baik inter dan atar siswa, guru, karyawan dan kepala sekolah. Islam menyerukan adanya prinsip persamaan dan peluang yang sama dalam belajar, sehingga terbukalah kesadaran untuk belajar bagi semua orang, tanpa adanya peerbedaan antara si kaya 28 dan si miskin dan status sosial ekonomi seorang peserta didik, serta tidak pula gender. d. Nilai-Nilai Kemajemukan QS. Al-Hujurat ayat 13 Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Dalam surah al-Hujurat [49]: 13 disebutkan secara eksplisit bahwa Tuhan menciptakan manusia dalam jenis laki-laki dan perempuan, lalu menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Keragaman tersebut merupakan sebuah kehendak Tuhan yang sudah dicatat di singgasana-Nya, bahwa setiap makhluk-Nya harus mampu membangun toleransi dan saling pengertian diantara mereka. Ayat tersebut hendak menyapa manusia dalam kapasitas primordialnya sebagai manusia. Karena itu, ayat tersebut dimulai dengan yaa ayyuhannas (wahai manusia).dalam ayat tersebut juga mengandung konsep anti ras berdasarkan etnik tertantu dan bias gender.misi utama ayat tersebut adalah memotivasi orang orang muslim untuk terus menerus memperjuangkan penghapusan diskriminasi. (Fuad Fachruddin 29 2006 :110). Adapun sebab turunnya ayat tersebut, dikisahkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kepada Bani Bayadhah agar mengawinkan salah satu perempuan dari suku mereka dengan Abu Hindun. Akan tetapi, mereka menolak, sambil berkata "Apakah kami mengawinkan anak- anak perempuan kami dengan para budak?". Kemudian Allah menurunkan ayat tersebut sebagai bukti bahwa antara kalangan budak dan kalangan merdeka adalah setara. Yang membedakan diantara mereka bukanlah status sosialnya melainkan ketaqwaannya. Al Qurtubi ( Juz 3: 308) Dalam kacamata sosiologi politik, tentu saja sikap Nabi Muhammad SAW dengan merujuk kepada ayat tersebut merupakan sebuah sikap yang amat moderat dan sejalan dengan spirit demokrasi, karena seluruh ummat diperlakukan setara. Budak yang sudah masuk Islam dapat menikahi perempuan yang merdeka dan sebaliknya sehingga pada akhirnya sistem perbudakan dihapus sama sekali dalam tradisi Islam. Sebab sesungguhnya setiap umat dilahirkan dalam keadaan merdeka. Umar bin Khattab berkata,; Kenapa kalian diperbudak oleh manusia, padahal setiap dari kalian dilahirkan sebagai hamba yang merdeka”. Zuhairi Misrowi (2007: 304) Ketaqwaan dapat menghapuskan kecongkakan, terutama kecongkakan yang dilatarbelakangi 30 oleh perbedaan status sosial.Superioritas seseorang terhadap yang lain adalah atas dasar keimanan terhadap Tuhan, ketaqwaaan dan moral yang tinggi bukan warna kulit, ras, bahasa atau kebangsaan. Orang tidak dibenarkan menganggap diri superior dari orang lain. Juga bukan hal yang dibenarkan bahwa yang paling berbudi memiliki semacam hak-hak istimewa khusus yang melebihi yang lain. Ketika berbicara masalah perbedaan dan plural atau kemajemukan maka tidak lepas dari masalah yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan. Dalam Al Qurat’an terdapat 9 kali kata umat yang digandengkan dengan kata wahidah. Pluralisme sejalan dengan kehendak Ilahi seperti dalam surah al- Hujurat (49): 13. Maka dari itu pluralisme adalah sebuah takdir, kesadaran pluralisme tidak melulu dan berhenti pada percaya akan adanya kemajemukan, tapi lebih jauh dari itu adalah keterlibatan aktif didalamnya. Seorang pluralis adalah orang yang dapat berinteraksi atau ta’aruf secara positif dalam lingkungan kemajemukan maka sifat yang perlu dikembangkan adalah husnudzon.Waryono Ghofur (2015:13) Pluralitas yang diciptakan Tuhan memberikan makna positif agar umat manusia yang beragam dapat saling berkomunikasi dan menghargai perbedaan dengan cara arif dan bijaksana, toleran dan saling menghormati satu sama lain. Jika tidak, potensi keragamanan itu akan berimplikasi destruktif, 31 mencipatakan konflik dan ketegangan diantara manusia karena keragamannya baik secara etnis, bangsa atau agama. Sebaliknya manusia tidak harus menghindari keragaman, ia sudah seharusnyamananggapinya secara positif. Sidek Baba(2002:106) Al-Quran mengajukan beberapa prinsip dan pendekatan sebagai pedoman untuk melihat perbedaan-perbedaan relasi etnik dan keagamaan. Keragaman etnik merupakan bagian dari ciptaan Allah. Dalam surah Al- Hujarat [49] ayat 13, keindahan keragaman etnik digambaran sebagai kerangka untuk saling mengenal (li ta’arafu). Kerjasama menjadi landasan saling pengertian tidak hanya dikalangan umat Islam tetapi juga non muslim sebagai bagian dari ciptaan Allah. Keragaman etnik dan berbagai sebagai bagian dari ciptaan Allah. e. Nilai-Nilai Toleransi QS. Al-An’am ayat 108 Artinya : “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” Dalam toleransi mengandung nilai tidak boleh memaksakan kehendak terkhusus dalam keyakinan, tidak boleh mencerca 32 Tuhan, dilarang mengklaim kebenaran, dan melaksanakan ajaran agamanya sendiri dan memberikan hak yang sama pada orang yang beragama lain. Toleransi juga harus diterapkan dalam menyikapi sesuatu kesalahan yang dilakukan murid. Sikap ini sangat diperlukan untuk perbaikan kesalahan sehingga sadar menerima perbaikan tersebut. Sebagai proses transformasi nilai, pendidikan merupakan tempat untuk menjaga dan memelihara nilai-nilai yang diwariskan dari para leluhur. Dalam konteks pendidikan agama Islam, nilai-nilai yang harus dilestarikan diyakini bersumber dari Allah dalam bentuk ajaran atau doktrin-doktrin agama, terutama adalah doktrin yang menyatakan bahwa Islam adalah yang paling benar disisi Allah, dan agama yang lain adalah palsu. Dengan argumentasi tersebut di atas, dalam rangka menghasilkan pemeluk agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme, maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) semestinya senantiasa mengacu kepada kondisi riil kehidupan masyarakatnya yang plural. Hal ini dapat dilakukan dengan mengorientasikan pembelajaran PAI pada upaya memberi bekal pada anak didik agar memiliki kemampuan untuk hidup dalam lingkungan kehidupan yang plural tersebut. 2. Nilai-nilai Demokrasi pada Hadits Rasul Dalam prakteknya ternyata demokrasi telah diterapkan oleh Nabi 33 Muhammad SAW, yang dikenal dengan istilah musyawarah. Salah satu contoh dapat dikemukakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW menghadapi masalah strategi perang dan diplomasi dengan musuh, tergambar jelas bagaimana Nabi Muhammad menyelesaikan masalah sosial politik yang sedang dihadapi dan beliau selalu aspiratif dan dapat mentolierir adanya perbedaan pendapat diantara para sahabat, tidak terkecuali berhadapan dengan musuh. Ramayulis (2010: 348). Sedangkan mekanisme pengambilan keputusan terkadang beliau mengikuti mayoritas, dan ada pula mengambil keputusann dengan pendapat sendiri tanpa mengambil saran sahabat. Dengan kata lain Nabi Muhammad SAW tidak menentukan suatu sistem, cara dan metode musyawarah secara baku, tetapi lebih bersifat variatif, fleksibel dan adaptif. Nilai-nilai demokrasi yang telah dipraktikkan Nabi Muhammad SAW dengan berlaku adil terhadap sesama dan tidak pernah membedakan golongan dalam masyarakat. Sabda Rasululllah: Sesungguhnya hancurnya umat sebelum kalian adalah disebabkan mereka tidak melaksanakan keadilan, yaitu jika orang yang mulia mencuri tidak dihukum, sebaliknya jika yang lemah dihukum; Demi Allah jika seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, tentu akan aku potong tangannya. (HR. Bukhari). Hadits diatas menjelaskan pengajaran Nabi terhadap seorang Bapak agar bertindak seadil-adilnya terhadap anak-anaknya. Seorang bapak di dalam rumah tangganya sebagai pendidik terhadap keluarganya harus bersikap adil ini mempunyai pengaruh yang besar dalam pembinaan keluarga yang bahagia 34 dan sejahtera. Tindakan adil yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik juga berdampak besar pada pembentukan karakter mereka. Nilai-nilai kebebasan, Rasulullah bersabda “Berbuatlah kamu untuk duniamu seolah-oleh engkau hidup selamanya, namun beramallah kamu untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” (HR. Ibnu Qutaibah). Nilai-Nilai persamaan. Rasulullah bersabda: Hai manusia, ingatlah bahwa sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, bapak kalian satu. Ingatlah, orang Arab tidak lebih utama dari orang Ajam, dan demikian sebaliknya, orang Ajam tidak lebih utama dari orang Arab, orang kulit berwarna tidak lebih utama dari orang kulit hitam, dan sebaliknya, orang kulit hitam tidak lebih utama dari orang kulit berwarna, kecuali karena taqwanya. (HR. Imam Ahmad). Nilai-nilai musyawarah. Rasulullah bersabda: Suatu bangsa yang melaksanakan musyawarah tentu Allah akan memberikan petunjuk-Nya karena kelebihan kehadiran mereka. (HR. Imam Ahmad). Hadis diatas memberikan motivasi kepada umat islam agar berzikir kepada Allah SWT secara berkelompok dan belajar secara berkelompok sehingga mendapatkan rahmat, ketenangan, dan ketentraman serta sifat-sifat kebanggaan. Dalam beberapa buku pendidikan kerja kelompok atau belajar berkelompok merupakan salah satu metode pembelajaran, betapa pentingnya makna belajar kelompok dalam pembemtukan kepribadian. Kelompok belajar adalah kumpulan beberapa individu secara paedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik atau kerja sama antar individu serta 35 saling memercayai. Dengan kegiatan belajar bersama ini akan meningkatkan kualitas kepribadian seperti kerjasama, toleransi, kritis, disiplin, bergairah, menyenangkan, dan pendistribusian keilmuan. Nilai-nilai kemajemukan, Rasulullah bersabda: Perumpamaan orangorang yang beriman dalam bersaudara adalah ibarat sesosok tubuh, apabila satu bagian tubuh itu sakit, maka bagian lainnya akan turut merasakannya dengan demam dan panas. (HR. Bukhari). “Dari Ubaid bin Ka’ab berkata Rasulullah telah membacakan kepada ku surat. Kemudia ketika aku duduk di Masjid aku mendengar seorang lakilaki yang membacakannya berbeda dengan bacannya, maka aku katakan kepadanya: siapa yang mengajarka engkau surat ini? Ia menjawab: „ Rasululah saw “aku berkata: kalau begitu jangan berbeda dengan bacaanku, sehigga kami datang kepada Rasulullah. Aku datang dan bertanya: Ya Rasulullah! orang ini berbeda bacaannya dengan bacaanku pada surat yang engkau ajarkan kepada ku. Maka Rasul bersabda: “Hai Ubai baca! “aku pun membacanya. Beliau memujiku:” bagus kamu “. Kemudian Beliau bersabda kepada seorang laki-laki tersebut: “baca!” ia membaca yang berbeda dengan bacaan ku. Beliau juga memujinya: “bagus kamu”. Kemudia Beliau bersabda: “Hai Ubai! sesungguhnya Al-Qur‟an diturunkan atas tujuh huruf semuanya benar dan cukup “. (HR. al-Nasa‟i) Hadits diatas memberitakan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan cara membaca Al-Qur’an secara langsung (musyafahah) kepada para sahabat. Namun pernah terjadi perbedaan cara membaca suatu ayat. Mereka komplain, kepada Nabi mana yang benar diantara bacaan mereka. Semua dinilai benar oleh Rasulullah. Para sahabat sangat memerhatikan apa yang datang dari Nabi. Demikian juga ketika mereka tidak paham sesuatu agama, atau mengalami kesulitan memahami wahyu dan lain-lain. B. Makna Demokrasi Pendidikan Demokrasi merupakan kata yang mempunyai konotasi istilah khas, yang 36 sengaja dipergunakan oleh pencetusnya untuk menyebut sistem pemerintahan tertentu yang dibangun berdasarkan asas rakyat sebagai sumber kekuasaan. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Herodor yang lahir pada abad 5 M. Ketika itu ia menggunakan kata democratia dalam pemerintahan hasil pembaruan yang dikemukakan oleh Kleinstenes dikutip oleh Saiful Munjai (4 agustus 1995). Secara estimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa yunani, dari kata demos dan cratos, demos berarti rakyat dan cratos berarti pemerintah. Jadi makna demokrasi adalah pemerintahan di tangan rakyat kamus besar bahasa indonesia(2001;337) . Menurut Peter Salim, “Demokrasi adalah pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua negara”Dede rosada (2007: 15). Abraham Lincoln pada 1867 memberikan pengertian demokrasi sebagai government of the people, by the people, and for the people (pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat). Ini artinya, dalam demokrasi kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan otomatis kedaulatan juga berada di tangan rakyat. Secara umum demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat atau oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui pemelihan umum yang jujur, adil, bebas, dan periodik. Dari uraian diatas bisa dipahami bahwa susbtansi dari demokrasi adalah tegaknya keberdayaan dan kedaulatan rakyat. Substansi tersebut diwujudkan ke dalam sebuah sistem yang merupakan alat bagi rakyat dalam menciptakan kesejahterannya. Menurut Dewey bahwa sebuah pemerintahan demokrasi 37 sebenarnya menghendaki implementasi konsep yang sama dalam sistem pendidikannya. Hal ini bertujuan untuk kebebasan personal kepada setiap individu dalam melakukan berbagai hubungan, kontrol sosial, dan kebebasan berfikir dimana perubahan-perubahan sosial bisa dijamin keberlangsungannya tanpa adanya tekanan dan kekerasan. Dalam konteks ini tema demokrasi sebenarnya terkait dan bisa diasosiasikan dengan berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Karena sesunggunya tema demokrasi is more than of a form of government, yaitu lebih dari sekedar bentuk sebuah pemerintahan. Secara umum, demokrasi pendidikan bisa dimaknai sebagai suatu tatanan dimana nilai-nilai demokrasi seperti keadilan, musyawarah, persamaan, kebebasan, kemajemukan, dan toleransi, dijadikan sebagai landasan atau asas dalam seluruh program dan prakik pendidikan. Berdasarkan pengertian ini, maka suatu program pendidikan yang tidak dilandasi nilai-nilai demokrasi, maka program dan pendidikan itu tidak dapat diklasifikasikan atau disebut demokrasi. Menurut Mc Carth demokrasi pendidikan bisa bermakna: “A set of educational practices and instrumental in mainting a larger democratic society, a set of educational practice that themselves have a character of being democratic, being inclusive, without having regard to the ultimate results of those democratic practices in the larger society, any educational institution the practice of which are determined, controlled by, a democratic set of processes.” Pengertian pertama memberi tekanan pada demokrasi pendidikan sebagai sebuah proses atau instrument yang digunakan untuk menciptakan masyarakat yang demokratis. Hal ini mengindikasikan bahwa demokrasi bukanlah seperti 38 barang yang sudah jadi atau sesuatu yang akan terwujud bagaikan jatuh dari langit, tetapi ini membutuhkan proses atau instrument yang disebut sebagai pendidikan demokrasi. Pendidikan demokrasi menurut Azyumardi Azza (1999: 154) adalah pendidikan yang secara substantive menyangkut sosialis, diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya dan praktik demokrasi melalui pendidikan. Pengertian kedua, suatu tatanan praktik-praktik pendidikan dimana praktik tersenut memiliki karakter demokrasi dan inklusif tanpa memandang hasil akhir dan praktik-praktik demokatis tersebut dalam masyarakat luas. Pengertian kedua ini menitik beratkan pada cirri-ciri atau karakteristik demokrasi yang harus diimplementasikan melalui praktik pendidikan. Karena itu, nilai-nilai demokrasi, seperti keadilan, musyawarah, persamaan, kemajemukan, kebebasan yang bertanggung jawab, toleransi dan lain-lain, harus diwujudkan menjadi cirri atau karakteristik dari seluruh program dan praktik pendidikan Pada pengertian ketiga, yaitu praktik-praktik pendidikan dari suatu institusi pendidikan yang dibatasi dan dikontrol oleh sebuah tatanan proses-proses yang demokratis. Pengertian ketiga ini mensyaratkan bahwa iklim yang dikembangkan pada suatu institusi pendidikan tersebut dibatasi atau dikontrol oleh tatanan proses-proses yang demokratis. Tatanan atau proses-proses yang demokratis itu adalah suatu tatanan atau proses yang mengedepankan aktualisasi nilai-nilai demokrasi dalam setiap praktik pembelajaran pada suatu institusi pendidikan.. Demokratisasi dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebagai 39 pembebasan pendidikan dan manusia dari struktur dan system perundangan yang menempatkan manusia sebagai komponen Ainun Naqim dan Ahmad Suaqi(2008:61). Menurut Hujair Sanaky (2003: 246), demokratisasi pendidikan merupakan pendidikan hati nurani. Artinya, pendidikan yang lebih menghargai potensi manusia, lebih humanis, beradab, dan sesuai dengan cita-cita masyarakat madani. Demokratisasi pendidikan mengandung arti proses menuju demokrasi dalam bidang pendidikan. Demokratisasi pendidikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu “demokrasi pendidikan” dan “pendidikan demokrasi”. Demokrasi pendidikan, dapat diwujudkan di antaranya melalui penerapan konsep pendidikan berbasis masyarakat dalam sebuah penyelenggaraan pendidikan nasional. Demokrasi pendidikan lebih bersifat politis, menyangkut kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan di tingkat nasional. Apabila demokrasi mulai diterapkan dalam pendidikan, maka pendidikan tidak akan menjadi alat penguasa. Rakyat atau masyarakat diberikan haknya secara penuh untuk ikut menentukan kebijakan pendidikan nasional. Semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan diharapkan dapat berpartisipasi dalam penentuan kebijakan pendidikan. Inilah yang disebut demokrasi pendidikan Kartini Kartono (1997:196-197). Pendidikan demokrasi menuntut adanya perubahan asas subject matter oriented menjadi student oriented. Proses pendidikan selama ini terkesan menganut asas subject matter oriented, yaitu bagaimana membebani peserta didik dengan informasi-informasi kognitif dan motorik yang kadang-kadang kurang relevan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan psikologis mereka. 40 Dengan orientasi seperti ini dapat dihasilkan lulusan yang pandai, cerdas, dan terampil, tetapi kepandaian dan kecerdasan emosional. Keadaan demikian terjadi karena kurangnya perhatian terhadap ranah afektif. Padahal ranah afektif sama penting peranannya dalam membentuk perilaku peserta didik. Suasana pendidikan yang demokrasi senantiasa memerhatikan aspek agalitarian (kesetaraan atau sederajat dalam kebersamaan) antara pendidikan dengan peserta didik. Pengajaran tidak harus top down, namun diimbangi dengan bottom up. Tidak ada lagi pemaksaan kehendak dari pendidik, tetapi akan terjadi tawar-menawar di antara kedua belah pihak dalam menentukan tujuan, materi, media, dan evaluasi hasil belajarnya. Dengan komunikasi structural dan cultural antara pendidikan dan peserta didik, akan terjadi interaksi yang sehat, wajar, dan bertanggungjawab. Peserta didik boleh saja berpendapat, berperasaan, dan bertindak sesuai dengan langkahnya sendiri, asalkan ada argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. peserta didik bukan saja memahami demokrasi, tetapi juga menjalani latihan seperti berdebat, menghargai pandangan dan harga diri orang lain, serta mematuhi aturan hukum yang diaplikasikan dalam setting diskusi. Mewujudkan pendidikan mudah. Sebab, berbagai yang demokratis bukanlah pekerjaan kendala yang yang tidak mendukung terbentuknya demokratisasi pendidikan termasuk pendidikan Islam. Pertama, pendidikan yang penuh kesombongan. Kedua, sistem pendidikan yang elitis. Ketiga, proses domestifikasi. Keempat, prose pembodohan. Kelima, budaya korporasi H.A.R Tilaar (2004: 297-299).. 41 Pendidikan yang demokratis pada esensinya adalah pendidikan yang mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu pola pendidika yang menghargai perbedaan pendapat ( the right to be different), kebebasan untuk mengaktualisasikan diri, kebebasan intelektual, kesempatan untuk bersaing di dalam perwujudan diri sendiri ( self realization), pendidikan yang membangun moral, dan pendidikan yang semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta-Nya Didin Nurdin (23 november 2008 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa demokrasi pendidikan adalah pengajaran pendidikan yang semua anggota masyarakat mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang adil. Dapat dipahami pula bahwa demokrasi pendidikan merupakan suatu pandangan yang mengutamakan persamaan kewajiban dan hak dan perlakuan oleh tenaga kependidikan terhadap peserta didik dalam proses pendidikan. Sebagai suatu tatanan di mana nilai-nilai demokrasi, seperti keadilan, musyawarah, persamaan, kebebasan, kemajemukan, dan toleransi, dijadikan sebagai landasan atau asas dalam seluruh program dan praktik pendidikan. C. Nilai-nilai Instrumental Demokrasi pada Proses Pembelajaran Secara umum nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan adalah seluruh esensi atau prinsip-prinsip dasar demokrasi yang meliputi keadilan, kebebasan, persamaan, musyawarah, kemajemukan, toleransi dan prinsip- prinsi dasar lainnya yang menjadi pedoman bagi kehidupan warga masyarakat dan wargan Negara yang demokratis. Dalam konteks pendidikan Internasional dan Nilai, Asia Pacific Network for International Education and Values Education mengemukakan bahwa 42 nilai-nilai inti demokrasi itu dapat dirangkum meliputi hal-hal sebagai berikut (UNESCO APNIEVE 2000),: 1. Penghormatan atas hukum dan ketertiban 2. Kebebasan dan tanggung jawab 3. Kesamaan 4. Disiplin diri 5. Kewarganegaraan yang aktif dan tanggung jawab 6. Keterbukaan 7. Berfikir kritis 8. Solidaritas. Oleh karena itu, setiap nilai-nilai inti (intrinsic) tersebut memiliki nilai- nilai terkait (instrumental) yang mendukungnya. Secara rinci nilai- nilai inti dan nilai-nilai pendukung Tidak jauh berbeda dengan nilai – nilai yang dideskripsikan APNIEVE, Menurut Zamroni bahwa dalam demokrasi terkandung Nilai- nilai toleransi, kebebasan mengemukakan dan menghormati perbedaan pendapat, memahami keanekaragaman dalam bermasyarakat, terbuka dalam berkomunikasi, menjunjung tinggi nilai dan martabat kemanusiaan, percaya diri atau tidak menggantungkan diri pada orang lain, saling menghargai, mampu mengekang diri, kebersamaan dan keseimbangan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa nilai-nilai inti yang paling penting terkandung dalam demokrasi antara lain adalah keadilan, kebebasan, persamaan, musyawarah, kemajemukan dan Toleransi. Nilai- nilai 43 intrinsik diperlukan guna membentuk atau menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang demokrasi, termasuk dalam bidang pendidikan. Karenanya, seluruh nilainilai tersebut sangat penting untuk dipahami dan dipraktikkan oleh para pendidik atau guru dalam melaksanaan tugas-tugas kependidikan dan pembelajaran. 1. Nilai keadilan: nilai keadilan dalam proses pembelajaran adalah seluruh prinsip atau standar yang digunakan dalam menata aktivitas dan praktik pendidikan dimana setiap orang mengakui dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing secara setara, seimbang dan proporsional. 2. Nilai kebebasan : nilai kebebasan dalam demokrasi pendidikan adalah prinsip atau standar yang dijadikan rujukan dalam menata aktivitas dan praktek pendidikan dan pembelajaran yakni, memberikan perlakuan yang sama terhadap semua siswa sesuai dengan kapasitasnya masing- masing. 3. Nilai persamaan: nilai persamaan adalah prinsip atau standar yang dijadikan rujukan dalam menata proses dan aktivitas pendidikan dimana setiap orang yang diperlukan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing secara tidak berbeda antara satu dengan lainnya. Implementasi nilai-nilai didasarkan pada pandangan bahwa semua manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan yang sama, yakni sama- sama tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatupun dan sama-sama membutuhkan. 4. Nilai kemajemukan adalah standar yang dijadikan rujukan dalam menata proses dan prakti pendidikan dan pembelajaran guna mewujudkan dan mengembangkan kesadaran, pemahaman, dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat, baik dari segi ras, suku, agama, tradisi adat 44 istiadat ataupun budaya. Nilai kemajemukan ini sangat berkaitan erat dengan persaudaraan kemanusiaan dan sikap untuk saling menghormati, kerjasama, dan rela berbagi suka dan duka. 5. Nilai musyawarah: nilai musyawarah adalah standar yang dijadikan acuan atau rujukan dalam menata proses atau atau praktik pendidikan dan pembelajaran di sekolah guna menjamin agar tetap eksis dan berlangsungnya suatu keinginan bersama dalam menyelesaikan berbagai masalah atau persoalan secara dialogis melalui diskusi atau urun rembug. 6. Nilai toleransi adalah standar yang dijadikan rujukan dalam menata proses dan praktik pendidikan agar tetap eksis dar berlangsungnya kesadaran dan kesediaan untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan pandangan dan keyakinan di antara individu-individu dan kelompok-kelompok meski sekecil apapun perbedaan itu dan mendorong setiap orang untuk sedia bekerjasama dalam menciptakan suasana kehidupan yang damai dan harmonis. Dengan demikian, semua nilai-nilai tersebut merupakan pijakan atau landasan pokok dalam penataan dan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran dalam kehidupan demokrasi. Dalam tataran praktikal nilai-nilai demokrasi tersebut bisa dikembangkan dalam proses pembelajaran melalui suatu mata pelajaran. Siswa diberikan pemahaman, pengembangan, penanaman, dan pembinaan secara terpadu, kontinyu, dan berkesinambungan tentang nilai-nilai keadilan, kebebasan, persamaan , musyawarah, kemajemukan dan toleransi sehingga akan tercita budaya demokrasi yang berkeadaban di kalangan peserta 45 didik. D. Pengertian Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi 1. Pengertian Internalisasi Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran –isasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlagsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Jadi proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan internaliasi nilainilai demokrasi adalah pembinaan yang mendalam dan menghayati nilai-nilai demokrasi yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik. Dalam internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau siswa ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi menurut Muhaimin (1996: 153) yaitu: a. Tahap Transformasi Nilai : tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dan menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik. b. Tahap Transasksi Nilai : suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan 46 pendidik yang bersifat interaksi timbale-balik. c. Tahap Transinternalisasi : tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif. 2. Pengertian Nilai Kata value berasal Kuno dari bahasa Latin valare atau bahasa Prancis valoir yang artinya nilai. Kata valare, valoir, value atau nilai dapat dimaknai diartikan sebagai harga. Hal ini selaras dengan definisi nilai yang sebagai harga (dalam arti taksiran harga)Kamus Besar Indonesia Online(15 november 2012). Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan W.J.S Purwodarminto(1999; 677). Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat.Muhaimin dan abdul mujid (1993:110). Namun, kalau kata tersebut sudah dihubungkan dengan suatu obyek atau dipersepsi dari suatu sudut pandang tertentu, harga yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran yang bermacam- macam. Harga suatu nilai hanya akan menjadi persoalan ketika hal itu diabaikan sama sekali. Maka manusia dituntut untuk menempatkannya secara seimbang atau memaknai harga-harga lain, sehingga manusia diharapkan berada dalam tatanan nilai yang melahirkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Memahami makna dan hakikat nilai, pengertian nilai menurut para ahli. 47 berikut ini dikemukakan beberapa Menurut Prof Zakiyah Darajat dkk,(1984; 260) definisi nilai ialah: “Suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan maupun perilaku.” menurut Milton Rokeach dan James Bank dikutip Muhammad Hasan (2008; 16). mendefinisikan bahwa: “Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berbeda dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. Adapun definisi nilai yang benar dan dapat diterima secara universal menurut linda dan Richard Eyre (1997: 24) ialah “ sesuatu yang menghalalkan perilaku, dan prilaku berdampak posif baik yang menjalankan maupun bagi orang lain”. Dari berbagai pengertian nilai diatas, pada intinya mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana usaha seseorang agar menjadi pribadi yang bernilai dari sudut pandang islam. Di dalam suatu budaya atau kultur suatu bangsa, sistem nilai merupakan landasan atau tujuan dari kegiatan sehari-hari yang menentukan dan mengarahkan bentuk, corak, intensitas, kelenturan (Fleksibel), perilaku seseorang atau sekelompok orang, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk yang bersifat non materi yang dinyatakan dalam gerak atau pendapat seseorang yang bersifat non materi,kegiatan-kegiatan kebudayaan dan kesenian, atau pola dan konsep berpikir keseluruhannya disebut budaya atau kultur. Rumusan yang bisa penulis kemukakan tentang makna nilai itu adalah bahwa sesuatu itu harus mengandung manfaat , mempunyai nilai 48 artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap “ menyetujui‟ atau mempunyai sifat nilai tertentu dan memberi nilai yang berarti menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu. 3. Pengertian Nilai Demokrasi Pendidikan Islam Nilai demokrasi pendidikan Islam adalah nilai-nilai yang mutlak diperlukan untuk mengembangkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang lebih demokratis sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Nilainilai demokrasi dalam pendidikan Islam meliputi nilai keadilan, kesempatan yang sama buat belajar tanpa adanya diskrminasi antara sikaya dan simiskinkarena dalam islam menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban.M .Athiyah al-abrasyi (1970:10). Nilai-nilai demokrasi yang akan ditransformasikan ke dalam diri peserta didik tersebut pada gilirannya akan mengarahkan mereka dalam menata perilakunya, baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara dan Makhluk Ciptaan Allah). Untuk itu, dalam praktiknya pada berbagai institusi pendidikan, suasana pembelajaran harus merupakan lingkungan demokratis di mana nilai- nilai demokrasi itu pertama sekali diperekenalkan, didikkan, dicontohkan, dan dipraktikkan oleh peserta didik. E. Upaya Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 49 Dalam konteks pembelajaran pendidikan yang demokratis menuntut adanya interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam bentuk egaliter dan equity (kesetaraan atau sederajat dalam kebersamaan). Dengan adanya kesetaraan ini, kebebasan berinisiatif, berbeda aspirasi dan pendapat, serta keadilan dalam pendidikan akan terakomodasi dengan baik Sudarman damin (2003;15). Pola pengajaran yang demokratis harus terjadi ke segala arah dan bukan hanya bersifat satu arah, yaitu pendidik ke peserta ( top down ), melainkan juga ada keseimbangannya, yaitu dari peserta didik dengan pendidik (bottom up) dan antar peserta didik dengan peserta (network). Dengan demikian , tidak ada lagi pemaksaan kehendak pendidik kepada peserta didik, tetapi yang akan terjadi tawar menawar kedua belah pihak dalam menentukan tujuan, materi, media, proses belajar mengajar, dan evaluasi hasil belajarnya. 1. Kriteria Guru Demokratis Pendidik merupakan faktor yang sangat penting dan strategis dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran yang demokratis. Dalam konteks pendidikan yang demokratis guru selain professional dan meiliki kompetensi tertentu, ia juga harus mampu mebantu anak didiknya untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik, membantu mereka dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada secara optimal.Peran guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya tampil sebagai pengajar (teacher) seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi Ia juga bertindak dan berperan sebagai sorang fasilitator, motivator, mediator, counsellor, dan evaluator yang baik. 50 a. Fasilitator Dalam konteks pendidikan yang demokratis dan humanistik, peran seorang pendidik lebih sebagai fasilitator. Fasilitator baik dalam aspke kognitif, afektif, psikomotor, maupun konatif. Sebagai pendidik bertugas memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didiknya, dan memberi kemudahan belajar to facilitate of learning (Mulyasa 2007;54 ). Sebagai fasilitator, guru harus bersikap akrab dan penuh tanggung jawab, memperlakukan peserta didiknya sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan. b. Mediator Guru selain berperan sebagai fasilitaor, ia juga harus berperan sebagai mediator. Sebagai mediator, seorang pendidik dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, sebab media merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Disamping itu, sebagai mediator guru dituntut hadir di tengah- tengah siswanya untuk mendorong terjadinya interaksi yang positif dan konstruktivistik. A.Syukur Ghozali ( 2002:53 ) c. Motivator Selain berperan sebagai fasilitator dan mediator, seorang pendidik juga berperan sebagai motivator bagi peserta didiknya untuk lebih giat dan bersemangat dalam belajar. Disini, tugas guru yang paling utama adalah 51 membangkitkan motivasi. d. Counsellor Peran guru sebagai pembimbing (counsellor) adalah menjadi tempat bertanya bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, memberi bantuan dengan menunjukkan jalan memecahkan masalah, memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan memberi dorongan dan peserta didik, memotivasi peserta didik untuk lebih giat dalam belajar. Sebagai pembimbing ( teacher counsel) , guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosis, prognosa, dan jika masih dalam kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).Zuhairini (1992:65). e. Evaluator Guru sebagai evaluator artinya dalam setiap pembelajaran, guru haruslah melakukan evaluasi sesuai indikator yang harus dicapai. Dalam mengevaluasi guru harus kreatif dengan berbagai cara dan memberikan penguatan agar keberhasilan belajar siswa dapat dirasakan. Kegiatan evaluasi haruslah dilakukan dengan cara yang adil dan objektif. Evaluasi yang adil menurut Mulyasa adalah tidak dipengaruhi oleh faktor keakraban (hallo effect), menyeluruh, memiliki criteria yang jelas, dilakukan dalam kondisi yang tepat, dan dengan instrumn yang tepat pula sehingga mampu menunjukkan prestasi belajar peserta didik sebagaimana adannya (objektif).(mulyasa 2007:62). 52 Dalam format pendidikan yang demokratis dan humanistik, pendidik juga harus berperan sebagai model idola atau figur teladan bagi anak didikinya. 2. Metode Pembelajaran yang demokratis Proses pembelajaran demokratis merupakan proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi,yaitu: 1). Penghargaan terhadap kemampuan., 2) Menjunjung keadilan, dan 3). Menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik.Samsul Hadi (20 november 2012). Pembelajaran demokratis menekankan pada bagaimana siswa belajar (how we think) bukan apa yang harus dipelajari (what we think) prinsip belajar ini dengan paradigma dipengaruhi oleh pandangan John Dewey “How we think”. Dalam pembelajaran demokratis, siswa adalah subyekbelajar yang aktif dan berpartisipasi.Jhon Dewey (2001:195). Upaya yang dilakukan sekolah dalam menerapkan internalisasi nilainilai demokrasi pada proses pembelajaran dengan cara menerapkan Model/ metode pembelajaran yang sejalan dengan format pendidikan yang demokratis, diantaranya sebagai berikut : a. Active Learning Methode Pembelajaran aktif merupakan salah satu model pembelajaran yang berkarakter demokratis dan humanistik. Hal ini karena model pembelajaran 53 yang membawa siswa untuk melakukan tindakan yang lebih dari sekedar mendengarkan, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan seperti menemukan, memproses, dan memanfaatkan informasi. Model ini dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa, melainkan membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Model pembelajaran aktif sebenarnya didasarkan kepada pernyataan Conficius lebih dari 2400 tahun lalu yang menyatakan , What I hear, I forget (apa yang saya dengar, saya lupa), What I see, I Remember (apa yang saya lihat, saya ingat), What I do, I Understand (apa yang saya lakukan , saya paham)Sardudi Dkk (2001; 2). Dalam perkembangannya,Mel Silberman dikutip Sardudi Dkk (2001; 2). memodifikasi dan memperluas pernyataan Conficius tersebut menjadi apa yang ia sebut dengan paham belajar aktif. Mell Silberman menyatakan, What I hear, I Forget (apa yang saya dengar, saya lupa), What I hear and see, I remember a little (apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit), what I Hear, see, and ask questions about or discuss with some one else, I Begin to Understad (apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham), What I hear, see, discuss, and do, I Acquire knowledge 54 and skill (apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan), What I teach to another, I master (apa yang saya ajarkan pada orang lain , saya menguasainya) Sardudi Dkk (2001; 2). Model pembelajaran aktif ini memiliki berbagai strategi pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Diantara strategi pembelajaran yang aktif yang telah digunakan dan telah teruji keefektifannya dalam proses pembelajaran dikleas adalah strategi belajar kekuatan Berdua (The Power of Two), Strategi belajar studi Kasus Kreasi Siswa (student created case studies), strategi belajar memilah dan milah kartu (card Store), strategi belajar perdebatan aktif strategi belajar saling beradu pendapat ( Point Counter Point ), strategi belajar “ SQ3R” Rolling Cognitive, dan Studi Kritis Sardudi Dkk (2001; 2). Meskipun memiliki strategi yang beragam, pada dasarnya metode ini memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan metode pembelajaran lain: 1) Menekankan proses pembelajaran buka pada penyampaian informasi olehpengajar, melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis teradap topic atau permasalahan yang dibahas. 2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi pelajaran secara pasif, tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi 55 pelajaran. 3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi. 4) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berfikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi. 5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. b. Cooperative Learning Cooperative Learning adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untak mencapai tujuan pembelajaran Abdul Majid (2013:174).pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan belajar kelompak sehingga tidak ada yang aneh dalam cooperatif learning karena mereka sering melakukan cooperatif learning walaupun tak semua belajar kelompok disebut cooperatif learning Abdul Majid (2013:174). Metode ini menyadarkan manusia bahwa makhluk sosial. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan dalam pembelajaran cooperatif learning siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dalam satu kelompoknya maupun belajar anggota lainnya. Pembelajaran kooperatif mempuyai tujan diantaranya; 1) meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik 2) agar siswa dapat menerima remanya yang mempuyai latar 56 belakang berbeda 3) Pengembangan keterampilan sosial Menurut Abdul Majid (2013: 176) untuk mencapai tujaan pembelajan yang ditetapkan ada 5 hal penting dalam strategi pembelajara yang ditetapkaan; 1. Adanya peserta didik dalam kelompok 2. Adanya aturan maen 3. Adanya upaya belajar dalam kelompok 4. Tatap muka 5. Evaluasi proses kelompok Salah satu nilai penting yang harus dimasukkan dan dikembangkan melalui proses pembelajaran kooperatif adalah nilai- nilai demokrasi. Ada empat metode pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam strategi pembelajaran Abdul Majid (2013: 181), yaitu: 1) Student Teams Achievement Division ( STAD) Pembelajaran kooperatif ini terdapat tim-tim heterogen saling membantu satu sama lain, belajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis. 2) JIGSAW Di dalam Jigsaw, setiap anggota Tim bertanggung jawab untuk menentukan materi pembelajaran yang ditugaskan 57 kepadanya, kemudia mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelomponya yang lain. 3) Investigasi Kelompok Dalam model Invistigasi Kelompok (IK), siswa tidak hanya bekerja sama namun terlibat merencanakan baik topic untuk dipelajari maupun prosedur penyelidikan yang digunakan 4) Pendekatan struktural Pendekatan ini dikembangkan oleh spencer kagen dan kawan kawan.walaupun ada kesama dengan pendekatan lain namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk memenuhi pola interaksi siswa. Abdul Majid (2013: 190). c. Contectual Teaching Learning Suatu proses holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pembelajaran yang yang dipelajarinya dengan megaitkan tersebut dengan konteks kehidupan sehari hari Abdul Majid (2003; 228). . Dalam contextual teaching and learning ( CTL) , pembelajaran diatur oleh siswa sendiri dan pembelajaran kerjasama. Tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan guru lebih banyak berususan dengan strategi dari pada memberi informasi.dan guru juga mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu hal yang baru Abdul Majid (2003; 228). . 58 d. Pembelajaran Quantum Salah satu strategi pembelajaran yang berkait dengan format pendidikan islam yang demokratis adalah strategi pembelajaran Quantum. Istilah kuatum merupakan term yang dipinjam dari fisika kuantum , yang diartikan sebagai konsep perubahan energi menjadi cahaya. Sedangkan istilah pembelajaran kuantum bermakna interaksi-intersksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energy Alwiyah abdurrahman (2000;16) . Berdasarkan pada karakteristik dan penerapannya, model pembelajaran kuantum terbagi menjadi dua, quantum learning dan quantum teaching. 1) Quantum Learning Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi , dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. 2) Quantum Teaching Quantum teaching merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar. Dalam penerapannya, model pembelajaran ini bersandar pada asas “ Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka Alwiyah abdurrahman (2000;16). 59 F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Internalisasi Nilai-nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI Internalisasi ( penghayatan ) adalah salah satu proses belajar, dan tunduk di bawah hukum proses belajar. Dengan kata lain penghayatan adalah salah satu jenis proses belajar dimana manusia-manusia atau hal- hal tertentu menjadi perangsang bagi seseorang untuk mengamalkan atau menghayati nilai-nilai tertentu dan perbuatan itu mendapat ganjaran dari dalam perbuatan itu sendiri. Maka dari penjelasan di atas faktor-faktor yang mendukung internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI, antara lain : a. Pendidik Faktor pendidik sangat penting dalam pendidikan agama dan pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi di sekolah. Para pendidik memegang peranan penting dalam proses pendidikan dalam mewujudkan siswa yang demokratis, kritis, aktif dan berakhlakul karimah. b. Lingkungan Faktor lingkungan juga ikut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi. Penciptaan lingkungan pendidikan yang baik sangat besar bagi pertumbuhan anak terutama kepribadiannya. c. Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang ada di sekolah merupakan aspek yang menunjang dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah dapat menunjang kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran secara demokratis. 60 d. Dana Berbicara mengenai masalah dana maka erat kaitannya dengan pengadaan fasilitas pendidikan sebab lengkap tidaknya fasilitas tersebut tergantung pada dana yang tersedia. Selain terdapat faktor pendukung dalam penginternalisasian nilai- nilai demokrasi melalui Cooperative Learning, Pembiasaan, keteladanan terdapat pula faktor-faktor yang menghambat. Diantaranya adalah dari siswa itu sendiri, alokasi waktu jam pembelajaran, keluarga dan pendanaan. Umumnya kendala yang datang dari siswa berasal dari pribadinya. Secara psikologis anak memang banyak mengahadapi masalah, mengantuk di kelas, malas mengerjakan tugas, pemurung, tidak mau pergi ke sekolah, ingin kembali kepada keluarganya dan sebagainya. Motivas siswa juga termasuk faktor penghambat dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi di kelas. Alokasi waktu yang sedikit menghambat terlaksanannya internalisasi nilai-nilai demokrasi di kelas secara maksimal. Kendala lain yang juga ikut mempengaruhi internalisasi nilai-nilai demokrasi adalah keluarganya sendiri. Ada kemungkinan keluarga menggantungkan diri sepenuhnya pada pendidikan sekolah, tidak ada pengawasan dari keluarga. Masalah dana seringkali juga menjadi hambatan dalam melaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI. 61 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang peneliti lakukan di lokasi obyek penelitian, yaitu kelas VIII MTs N Ngablak tentang pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Identitas Sekolah 1 Nama Madrasah 2 No Statistik Madrasah 3 Akreditasi Madrasah Alamat Lengkap 4 Madrasah 5 NPWP Madrasah 6 Nama Kepala Madrasah 7 No. Tlp/HP 8 Nama Yayasan 9 Alamat Yayasan 10 No. Tlp Yayasan No Akte Pendirian 11 Yayasan 12 Kepemilikan Tanah : MTs Negeri Ngablak Kab. Magelang : 121133080005 :A : Jl. Ngablak-Mangli Km. 0 Desa / Kecamatan Ngablak Kab/Kota Magelang Provinsi Jawa Tengah No Telp 0298-318070 : 00.054.549.1.524-000 : Drs. Gunartomo, M.Pd : 081227433540 :::::Pemerintah/Yayasan/Pribadi/Menyewa/ Menumpang *) a. b. 13 Status Bangunan 14 Luas Bangunan Status Tanah : (sertakan copy-nya) Luas Tanah : 12673 m2 :Pemerintah/Yayasan/Pribadi/Menyewa/ Menumpang *) : 2587 m2 62 2. Sejarah berdirinya MTs N Ngablak MTs Ngablak berdiri pada tahun 1968 – 1969. Dipelopori oleh para Guru Agama, Tokoh Masyarakat di Desa Pagergunung Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang yang memiliki kepedulian terhadap Pendidikan Islam. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 209 Tahun 1970 tanggal 14 September 1970 status Madrasah Tsanawiyah Ngablak berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri Ngablak. Pada Tahun 1980 MTs Negeri Ngablak menempati lokasi baru di Desa Ngablak, merupakan Tanah Wakaf dari Bupati Magelang. Pada Tahun 1987 dibuka Kelas Jauh di Desa Pagergunung untuk menampung animo masyarakat serta meneruskan sejarah perjuangan pendirian Madrasah. 3. Kurikulum MTs N Ngablak a. Landasan 1) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. 2) UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemeritah Daerah. 3) PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 4) Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. 4. Visi Misi dan Tujuan 1) Visi Sekolah “Mewujudkan pendidikan yang islami cerdas cakap terampil 63 dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat serta dipercaya oleh masyarakat” 2) Misi Sekolah a) Menciptakan iklim kegiatan belajar yang kondusif dan menyenangkan b) Melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar yang berorientasi dan dapat menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT c) Meningkatkan pelaksanaan yang berorientasi pada kemampuan mewujudkan kebutuhan siswa dalam kehidupan bermasyarakat d) Pengadaan sarana prasarana penunjang pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman e) Bekerja sama dengan lembaga pendidikan/non pendidikan dan dengan instansi lingkungan madrasah 3) Tujuan Sekolah Secara khusus, sesuai dengan visi dan misi sekolah, serta tujuan MTs Negeri Ngablak adalah: a) Meningkatan Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Peningkatan pelaksanaan Managemen Berbasis Sekolah c) Pengembangan Inovasi dalam Input dan Proses Pembelajaran d) Pengembangan Lingkungan Sekolah menuju Komunitas belajar / lingkungan sebagai sumber belajar e) Pengembangan Kinerja Profesional Guru 64 f) Penggalangan Partisipasi masyarakat 5. Struktur dan Muatan Kurikulum Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: 1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4) Kelompok mata pelajaran estetika, dan 5) Kelompok mata pelajaran jasman, olahraga, dan kesehatan Adapun cakupan setiap kelompok mata pelajaran adalah sebagai berikut. Table 4.1 No Kelompok Mata Pelajaran 1. Agama dan Akhlak Mulia Kewarganegaraan 2 Kewarganegaraan Kepribadian Cakupan Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. dan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta 65 3 4 5 peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme Ilmu Pengetahuan dan Kelompok mata pelajaran ilmu Teknologi pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Jasmani, Olahraga dan Kelompok mata pelajaran jasmani, Kesehatan olahraga dan kesehatan pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah. 66 Struktur Kurikulum Struktur kurikulum MTs Negeri Ngablak meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII sampai degan kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan : a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai dengan Pasal 38; b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 5 sampai dengan Pasal 18, dan Pasal 25 sampai dengan Pasal 27; c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan ketentuan sebagai berikut. a. Kurikulum MTs Negeri Ngablak memuat 15 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri seperti tertera pada tabel 1 b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”. c. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum (tabel 1). d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit. e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 38 minggu. Table 4.2 67 Komponen Kelas dan Alokasi Keterangan Waktu VII VIII IX 2*) Ekuivalen A. Mata Pelajaran 2 1. Pendidikan Agama jampembelaja a. Qur’an Hadits 2 2 2 ran b. Aqidah Akhlak 2 2 2 c. Fiqih 2 2 2 Pengembangan Diri No 1,2, 3, d. Sejarah Kebudayaan 2 2 2 Pilihan No 4: Islam Wajib kelas 2 2 2. pendidikan 2 VII, VIII No 5: Kewarganegaraan Wajib setiap kelas No 6: 4 4 4 3. Bahasa Indonesia Team Sekolah 3 3 3 4. Bahasa Arab 5. Bahasa Inggris 5 5 5 6. Matematika 5 5 5 7. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5 8. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 9. Seni Budaya 2 2 2 10. Penjas, Olahraga Kesehatan dan 2 2 2 11. Tek Informasi Komunikasi dan 2 2 2 1 1 1 2 1 45 2 1 45 2 1 45 2*) 2*) 2*) 12. Ketrampilan B. Muatan Lokal 1. Bahasa Jawa 2. Mulok Sekolah Menjahit Jumlah C. Pengembangan Diri 1. PMR 2. OLAHRAGA 3. Seni Baca Al Qur’an 4. Pramuka 68 5. Majalah Dinding 6. TUB dan PBB 6. Struktur Lembaga Pendidikan MTs N Ngablak Gambar 4.3 Struktur Lembaga Pendidikan MTs N Ngablak 7. Sarana dan Prasarana MTs N Ngablak Jenis Prasarana Jumlah Ruang Jumlah Ruang Kondisi baik 1 Ruang Kelas 21 16 2 Perpustakaan 1 3 R. Lab. IPA No 4 5 6 7 R. Lab. Biologi R. Lab. Fisika R. Lab. Kimia R. Lab. Komputer Jumlah Ruang Kondisi rusak Kategori Kerusakan Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat - - - 6 1 - 1 - - 1 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - 69 8 R. Lab. Bahasa 1 1 - - - - 9 R. Pimpinan 1 1 - - - - 10 R. Guru 1 1 - - - - 11 R. Tata Usaha 1 1 - - - - 12 R. Konseling 1 1 - - - - 13 Tempat Beribadah - - - - - - 14 R. UKS 1 - - - - - 15 Jamban 11 1 3 4 - 3 16 Gudang 2 2 - - - - 17 R. Sirkulasi - - - - - - 1 - - 1 - - 1 - - 1 - - 2 - - - 1 - 18 19 20 Tempat Olahraga R. Organisasi Kesiswaan R. Lainnya Table 4.4 8. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan NO Keterangan Pendidik 1 Guru PNS diperbantukan tetap 2 Guru Tetap Yayasan 3 Guru Honorer 4 Guru Tidak Tetap Tenaga Kependidikan 1 Penjaga Kebersihan 2 Penjaga Malam 3 Satpam Jumlah 1 4 2 1 2 70 Table 4.5 9. Keadaan siswa Kelas 7 Kelas 8 Jml Jml Jml Jml Siswa Rombel Siswa Rombel 2008/2009 165 6 184 6 2009/2010 157 6 182 6 2010/2011 180 6 155 6 2011/2012 181 6 156 6 2012/2013 230 7 244 7 2013/2014 231 7 224 7 2014/2015 231 7 242 7 2015/2016 242 7 245 7 Daftar Rekapitulasi Jumlah Siswa (table 4.6) Tahun Ajaran Kelas 9 Jml Jml Siswa Rombel 158 6 158 6 159 6 159 6 222 7 223 7 219 7 233 7 B. Pedoman Wawancara 1. Apa sebenarnya/ menurut pendadpat bapak/ Ibu, tentang bilai demokrasi dalam proses mengajar? 2. Bagaimanakah proses nilai-nilai demokrasi tersebut diterapkan pada saat proses belajar-mengajar? 3. Mengapa diperlukan/ tujuaannya apa demokrasai itu diterapkan pada proses belajar mengajar di Mts Negeri Ngablak? 4. Apa saja langkah-langkah untuk mewujudkan nilai- nilai demokrasi pada saat proses pembelajaran PAI? 5. Model pengajaran seperi apa yang sesuai dengan nilai demokrasai saat pembelajaran PAI? 6. Factor pendukung yang mempengaruhi prosess pembelajaran PAI, sehingga sesuai dengan nilai demokrasai? 7. Factor penghambat yang mempengaruhi prosess pembelajaran PAI, sehingga sesuai dengan nilai demokrasai? 8. Apa saja upaya guru untuk mengatasi kendala pelaksanaan Internalisasasi nilai-nilai demokrassi pada pembelajran PAI? 71 C. Hasil wawancara 1. Apa sebenarnya/ menurut pendapat bapak/ Ibu, tentang nilai demokrasi dalam proses mengajar? Bagaimanakah proses nilai-nilai demokrasi tersebut diterapkan pada saat proses belajar-mengajar? “sekolah ini dan para siswanya sangaat menghormati satu sama lain dikarenakan kultur budaya sehari-hari sudah mencerminkan nilai demokrasi. Kultur di desa ini seperti gotong royong dan menghormati budaya adalah salah saatu tonggak utama demokrasi. Sedangkan di sekolah ini juga diterapkan ketentuan yang bersifat demokrasi dan berlandaskan agama.” Responden: Dra. Ahsani Hikmawati Jabatan : Guru PAI kelas VII MTs N Ngablak Waktu : Senin, 22 febuari 2016, pukul 09.30 WIB Tempat : Mts Negeri Ngablak 2. Mengapa diperlukan/ tujuaannya apa demokrasai itu diterapkan pada proses belajar mengajar di Mts Negeri Ngablak? “Internalisasi nilai-nilai demokrasi diperlukan pada proses pembelajaran PAI agar mampu menciptakan pembelajaran yang lebih demokratis. Yaitu pendidikan yang lebih menghargai potensi siswa. Siswa di kelas VIII ini mempunyai karakter dan potensi yang berbeda. Dalam proses pembelajaran saya memberikan peluang dan kesempatan yang luas pada peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki mereka dan menjadikan proses pembelajaran sebagai wahana penanaman nilai- nilai demokrasi sejak dini.” Responden: Dra. Ahsani Hikmawati Jabatan : Guru PAI kelas VII MTs N Ngablak Waktu : Senin, 22 febuari 2016 pukul 09.00 WIB Tempat : Mts Negeri Ngablak 3. Apa saja langkah-langkah untuk mewujudkan nilai—nilai demokrasi pada saat proses pembelajaran PAI? “disesuaiakan dengan kompetensi dan standar kurikulum serta penguatan karakter. Mulai dari betemu dengan siswa, bertanya, menjelaskan dan membuat siswa aktif dalam belajar. Kemudian pembuatan silabus dan RPP yang berguna untuk menguatkan nilai demokrasi serta evaluasi pembelajaran.” 72 Responden Jabatan Waktu Tempat : Ibu wasilah S.Ag ; Guru PAI MTs N Ngablak : Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 08.30 WIB : Mts Negeri Ngablak “internalisasi nilai-nilai demokrasi tidak hanya ditanamkan dalam proses pembelajaran namun juga ditanamkan melalaui kegiatan ekstra kurikuler, siswa bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya, selaian itu juga ada pengembangan kecakapan hidup dan kegiatan kesiswaan seperti pemilihan ketua OSIS. Semua kegiatan itu diharapkan akan menumbuhkan sikap demokratis pada diri siswa.” Responden Jabatan Waktu Tempat : Drs. Gunartomo, M. Pd : Kepala MTs N Ngablak : Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 10.00WIB : Ruang Kepala Sekolah 4. Model pengajaran seperi apa yang sesuai dengan nilai demokrasai saat pembelajaran PAI? “Dalam setiap pembelajaran PAI saya menggunakan model pembelajaran yang demokratis yang disesuaikan dengan materi pokok. Diantaranya adalah cooperative learning, contextual teaching learning dan active learning. Dengan menerapkan model-model pembelajaran tersebut diharapkan dapat menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik. Walaupun dalam prakteknya sebenarnya metode teladanlah yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran PAI.” Responden Jabatan Waktu Tempat : Muchlas, Ba : Guru MTs N Ngablak : Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 09.45 WIB : Ruang Guru 5. Faktor pendukung yang mempengaruhi prosess pembelajaran PAI, sehingga sesuai dengan nilai demokrasi? “ada 4 aspek yang terus kami tingkatkan yaitu; Kemampuan guru yang cukup professional dalam mengelola proses pembelajaran. Sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai. Adanya dukungan dari wali murid 73 dalam memantau dan perkembangan proses pembelajaran. Keterlibatan waka kesiswaan dalam memberikan reward kepada peserta didik yang berprestasi di kelas, dan memberikan punishment kepada peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik.” Responden Jabatan Waktu Tempat : Drs. Gunartomo, M. Pd : Kepala MTs N Ngablak : Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 10.00WIB : Ruang Kepala Sekolah 6. Faktor penghambat yang mempengaruhi prosess pembelajaran PAI, sehingga sesuai dengan nilai demokrasi? “Guru mengalami kesulitan dan kurang teliti dalam menentukan nilainilai demokrasi yang sesuai dengan materi, Guru mengalami kendala pada keterbatasan waktu, pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang begitu banyak, Kurangnya antusiasme siswa terhadap pembelajaran.” Responden Jabatan Waktu Tempat : Drs. Gunartomo, M. Pd : Kepala MTs N Ngablak : Selasa, 23 febuari 2016 , pukul 10.00WIB : Ruang Kepala Sekolah 7. Apa saja upaya guru untuk mengatasi kendala pelaksanaan Internalisasasi nilai-nilai demokrassi pada pembelajran PAI? “Guru lebih teliti dan kreatif lagi dalam menentukan nilai demokrasi yang sesuai dengan materi. Guru selalu datang tepat waktu sesuai dengan jam pelajaran. Untuk meminimalisir termakannya waktu pelajaran oleh jam pelajaran sebelumnya. Selain itu dengan keterbatasan waktu pembelajaran guru memberikan tugas pada siswa untuk dikerjakan di rumah. Guru membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar dengan memberikan perhatian secara maksimal ke peserta didik. Guru memberikan hadiah terhadap peserta didik yang aktif guna memotivasi semangat peserta didik untuk lebih giat lagi. Disisi lain, peserta didik yang belum aktif akan termotivasi untuk bisa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Guru berupaya untuk menciptakan persaingan (kompetisi) positif di antara peserta didiknya untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi 74 belajarnya. Guru melakukan inovasi dengan cara memberikan pengalaman- pengalaman baru dan pintar menarik perhatian siswa. Guru melakukan pengembangan media pembelajaran.” 75 BAB IV PEMBAHASAN A. Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI di Kelas Internalisasi merupakan suatu proses penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui pembinaan, bimbingan dan sebagainya. Dalam hal ini penginternalisasian ini dikhususkan pada nilai-nilai demokrasi pendidikan islam. Jadi internalisasi nilai-nilai demokrasi pendidikan islam adalah suatu proses secara mendalam tentang nilai-nilai demokrasi pendidikan islam yang beralngsung melalui pembinaan sehingga nilai-nilai demokrasi pendidikan islam dapat menjadikan siswa yang demokratis, kritis, aktif serta berakhlakul karimah sesuai dengan nilai keadaban. Dalam sub bab ini akan peneliti sajikan beberapa data hasil penelitian baik yang dilakukan melalui observasi maupun interview secara langsung tentang internalisasi nilai-nilai demokrasi pendidikan islam pada proses pembelajaran PAI di MTs Negeri Ngablak baik pelaksanaannya maupun faktor yang mendukung sekaligus faktor yang menghambat pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pendidikan islam serta upaya guru dalam mengatasi kendala yang ada. B. Pelaksanaan Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi Pembelajaran PAI di MTs N Ngablak. 76 pada Proses Berdasarkan hasil observasi dan interview peneliti dengan kepala sekolah dan guru serta sebagian dari siswa mengatakan bahwa di MTs N Ngablak terdapat pembinaan dan penghayatan nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI. Hal ini dibuktikan dengan adanya proses pembelajaran yang demokratis, adanya dialog terbuka antara guru dan siswa, adanya pembelajaran PAI dengan sistem berkelompok, mengunakan metode diskusi, tanya jawab, siswa diberi kesempatan untuk memberikan pendapat atau kritikan, guru tidak memaksakan kehendak, pikiran, atau pendapat siswa, siswa saling menghargai dengan kemajemukan mereka di kelas, siswa menghargai pendapat orang lain, siswa menghargai teman yang berbeda agama. Ibu Dra.Ahsani Hikmawati menerangkan tentang makna nilai demokrasi dan prosesnya di MTs Negeri Ngablak. Wawancara pada hari Senin, 22 febuari 2016 pukul 09.00 WIB. “sekolah ini dan para siswanya sangaat menghormati satu sama lain dikarenakan kultur budaya sehari-hari sudah mencerminkan nilai demokrasi. Kultur di desa ini seperti gotong royong dan menghormati budaya adalah salah saatu tonggak utama demokrasi. Sedangkan di sekolah ini juga diterapkan ketentuan yang bersifat demokrasi ddan berlandaskan agama.” Ibu Dra.Ahsani Hikmawati mengatakan pada hari Senin, 22 febuari 2016 pukul 09.30 WIB: “Internalisasi nilai-nilai demokrasi diperlukan pada proses pembelajaran PAI agar mampu menciptakan pembelajaran yang lebih demokratis. Yaitu pendidikan yang lebih menghargai potensi siswa. Siswa di kelas VIII ini mempunyai karakter dan potensi yang berbeda. Dalam proses pembelajaran saya memberikan peluang dan kesempatan yang luas pada peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki mereka dan menjadikan proses pembelajaran sebagai wahana penanaman nilainilai demokrasi sejak dini.” Dalam menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi guru menggunakan metode variatif dan demokratis yang disesuaikan dengan 77 materi pokok. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Muchlas, Ba pada hari Selasa 23 febuari 2016 pukul pukul 09.40 WIB: “Dalam setiap pembelajaran PAI saya menggunakan model pembelajaran yang demokratis yang disesuaikan dengan materi pokok. Diantaranya adalah cooperative learning, contextual teaching learning dan active learning. Dengan menerapkan model-model pembelajaran tersebut diharapkan dapat menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik. Walaupun dalam prakteknya sebenarnya metode teladanlah yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran PAI.” Selain metode yang demokratis menurut ibu Musyarofah Laila Chusnani,S.Pd.I, Metode teladan sangat diperlukan dalam menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran. Sosok guru yang menjadi uswatun hasanah sangat diperlukan bagi perkembangan akhlak siswa. Internalisasi nilai-nilai demokrasi tidak hanya dilakukan di dalam kelas, namun juga dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari. Peneliti juga bertanya tentang langkah-langkah perwujudan nilainilai demokrasi pada saat proses pembelajaran PAI, Ibu wasilah S.Ag lebih lanjut menjelaskan “disesuaiakan dengan kompetensi dan standar kurikulum serta penguatan karakter. Mulai dari betemu dengan siswa, bertanya, menjelaskan dan membuat siswa aktif dalam belajar. Kemudian pembuatan silabus dan RPP yang berguna untuk menguatkan nilai demokrasi serta evaluasi pembelajaran.” (wawancara pada pada hari Selasa, 23 febuari 2016 pukul) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa internalisasi adalah nilainilai demokrasi pada proses pembelajaran ini dapat diwujudkan melalui: a. Perencanann pembelajaran Pada tahap awal guru membuat perencanaan pembelajaran yang terdiri dari PROTA,PROMES,Silabus dan RPP. Pada tahap pembuatan silabus guru mengintegrasi nilai-nilai 78 demokrasi dengan cara mengidentifikasi SK dan KD. Pada tahap penyusunan RPP, Guru melihat silabus yang telah ada terlebih dahulu, materi mana yang cocok diintegrasikan dengan nilai-nilai demokrasi, menyisipkan nilai-nilai demokrasi pada nilai karakter, dan menambah sumber belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran. b. Proses pembelajaran Pada tahap pelaksanaan Pembelajaran PAI yang memuat nilai-nilai demokrasi dilakukan dengan menerapkan metode diskusi dan tanya jawab dengan memanfaatkan media yang telah ada, dengan tujuan untuk mengaktualisasikan tindakan belajar siswa sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, dan pembelajaran yang memberi ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan kreativitas peseta didik. Pada saat membuka pelajaran guru menyuruh siswa untuk memimpin doa secara bergantian, guru memberikan sapaan hangat, bercerita terlebih dahulu tentang kondisi dan perkembangan isu-isu sosial, terjadi interaksi dan dialog serta guru membuka pelajaran dalam kondisi yang akrab. Hal ini dilakukan guru dalam rangka menanamkan nilai-nilai demokrasi yaitu nilai keadilan kepada peserta didik. Untuk mengetahui pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi dpada proses pembelajaran dapat dilihat melalui RPP dibawah ini. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 79 Satuan pendidkan : MTs N ngablak Mata pelajaran : Aqidah akhlak Kelas/ semester :VIII/II Materi pokok : beriman kepada rasul rasul allah Alokasi waktu : 6x 40 menit a. Kompetensi inti K 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya K 2. Menghargai dan menghayati prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,gotong royong), santun, percaya diri dalam breinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkuan pergaulan dan keberadaanya. K 3. Mengalami pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,teknolog,seni, budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata menggambar,dan mengarang) sesuai yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. K 4. Mencoba,mengolah,dan menyaji dalam ranah kongkrit (menggunakan, mengurmerangkai, memodifikasidan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, mengambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori b. Kompetensi dasar 80 3. 1. Memahami pengertian, dalil dan pentingnya beriman kepada Rasul Allah SWT 3. 2. Menguraikan sifat sifat Rosul Allah SWT 4.1. menyajikan peta konsep pengertian, dalil dan pentingnya beriman kepada Rasul Allah SWT 4.2. menyajikan peta konsep sifat sifat rasul Allah SWT c. Indikator pencapaian kompetensi 3. 1. 1. Menjelaskan pengertian beriman pada rosul Allah SWT 3. 1. 2. Menunjukan dalil beriman pada rasul Allah 3. 1. 3. Menjelaskan pentingnya beriman pada rosul Allah 3. 2. 1. Menyebutkan nama nama rasul Allah 3. 2. 2. Menyebutkan sifat sifat rosul Allah 3. 2. 3. Menjelaskan sifat sifat rosul Allah 4. 1. 1. Menyimpukan sifat sifat Rasul Allah 4. 2. 2. Menyebutkan hikmah beriman pada Rasul Rasul Allah d. Tujuan pembelajaran Setelah siswa mengamati, menanya, meneksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan diharapakan peserta didik mampu 1. Menjelaskan pengertian beriman pada rosul Allah SWT 2. Menunjukan dalil beriman pada rasul Allah 3. Menjelaskan pentingnya beriman pada rosul Allah 4. Menyebutkan nama nama rasul Allah 5. Menyebutkan sifat sifat rosul Allah 81 e. 6. Menjelaskan sifat sifat rosul Allah 7. Menyebutkan hikmah beriman pada Rasul Rasul Allah Materi pembelajaran Iman artinya percaya atau meyakini Rosul menurut bahasa adalah utusan atau orang yang dikirim untuk melaksanakan suatu tugas. Menurut istilah agama rosul adalahseorang lelaki yang terpilih menerima wahyu dari Allah dan ditugaskan menyampaikan risalah kepada manusia. Iman kepada nabi dan rasul merupakan salah satu rukun iman. Keimanan seseorang tidak sah sampai dia mengimani seluruh nabi dan rosul dan membenarkan bahwa Allah telah mengutus mereka untuk menunjukan, membimbing dan mengeluarkan manusia dari cahaya kegelapan menuju cahaya kebenaran. Allah mengangkat orang orang yang terpilih untuk menjadi rosul dimuka bumi ini. Tugas yang diemban oleh para rosul amatlah berat . untuk menyukseskan tugas yang dipercayakan Allah, para rosul oleh sifat sifat yang sangat istimewa yang tidak sama dengan sifat sifat manusia pada umumnya.sifat sifat tersebut terdiri dari tiga macam; sifat wajib, sifat jais dan sifat mustahil. f. Metode pembelajaran 1. Pendekatan scientific 2. Ceramah 82 3. Tanya jawab 4. Penugasan 5. Diskusi kelas g. Media alat dan sumber belajar 1. Media : gambar dan film 2. Alat : laptop lcd dan papan tulis 3. Sumber belajar: a. Kitab al qur’an terjemahan Depag RI b. Buku teks siswa Aqidah Akhlak MTs kelas VIII c. Buku lain yang memadai h. Kegiatan pembelajaran 1. Pertemuan pertama a Kegiataan pendahuluan 1) Peserta didik membuka pelajaran dengan salam dan do’a 2) Pesrta didik mengawali pembelajaran dengan membaca Al Qur’an 3) Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran 4) Guru memberikan motivasi dan memberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi. 5) Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai 83 6) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok b Kegiatan inti (60 menit) Mengamati Peserta didik mengamati dan memberikan komentar gambar atau tayangan yang terkait dengan pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah Peserta didik menyimak dan membaca penjelasan mengenai pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah Menanya Peserta didik melalui motivasi dari guru, peserta didk mengajukan pertanyaan tentang pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah Peserta didik mengajukan pertanyaan mengenai materi pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah Eksperimen/explore Peserta didik menjelaskan pengertian iman kepada rosul Allah Peserta didik mencari dalil naqli yang menjelaskan iman kepada rosul Allah Peserta didik menjelaskan tentang pentingnya beriman pada Rasul Allah 84 Asosiasi Peserta didik menganalisis dan memilih salah satu anggota kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusi menjelaskan pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah Komunikas Peserta didik mendemonstrasikan bacaan dalil naqli beserta artinya yang menunjukan pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah. Peserta didik menyajikan paparan tentang pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah. Peserta didik menanggapi pertanyaan dan memperbaiki paparan tentang pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah c Peserta didik menyusun kesimpulan Penutup (10 menit) Pesrta didik dibawah bimbingan guru, menyimpulkan materi pembelajaran secara demokratis Peserta didik bersama sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan Guru memberikan reward kepada kelompok terbaik yaitu kelompok yang benardalam menjelaskan 85 pengertian dalil dan pentingnya iman kepada rosul rosul Allah. Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari dipertemuan berikut nya dan menyampaikan tugas mandiri terstruktur Bersama sama menutup pelajaran dengan berdo’a 2. Pertemuan kedua a Kegiataan pendahuluan 1) Peserta didik membuka pelajaran dengan salam dan do’a 2) Pesrta didik mengawali pembelajaran dengan membaca Al Qur’an 3) Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran 4) Guru memberikan motivasi dan memberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi. 5) Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai 6) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok b Kegiatan inti (60 menit) Mengamati Siswa membaca teks atau melihat tayangan gambar/vidio tenteng nama dan sifat sifat rasul Allah 86 Dengan sifat respontif dan santun siswa bertanya jawab tentang materi atau tayangan visual yang sudah dibaca/dilihat menalar Dengan mengunakan bahasa indonesia yang baik dan benar siswa menjelaskan tentang nama dan sifat sifat rasul Allah. Mencoba Peserta didik secara berkelompok mencari dan mengumpulkan nama dan sifat sifat rasul Allah Menyajikan Dengan sifat tanggung jawab dan santun siswa menyampaikan hasil diskusi/pengamatan dalam laporan tertulis c Penutup (10 menit) Pesrta didik dibawah bimbingan guru, menyimpulkan materi pembelajaran secara demokratis Peserta didik bersama sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan Guru memberikan reward kepada kelompok terbaik yaitu kelompok yang benardalam menjelaskan nama dan sifat sifat rasul Allah 87 Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari dipertemuan berikut nya dan menyampaikan tugas mandiri terstruktur Bersama sama menutup pelajaran dengan berdo’a 3. Pertemuan ketiga a. Kegiataan pendahuluan 1) Peserta didik membuka pelajaran dengan salam dan do’a 2) Pesrta didik mengawali pembelajaran dengan membaca Al Qur’an 3) Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran 4) Guru memberikan motivasi dan memberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi. 5) Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai 6) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok b. Kegiatan inti (60 menit) Mengamati Siswa membaca teks atau melihat tayangan gambar/vidio tenteng prilaku yang mencerminkan beriman kepada rosul rosul Allah. 88 Dengan sifat respontif dan santun siswa bertanya jawab tentang materi atau tayangan visual yang sudah dibaca/dilihat menalar Dengan mengunakan bahasa indonesia yang baik dan benar siswa menjelaskan tentang prilaku yang mencerminkan beriman kepada rosul rosul Allah Mencoba Peserta didik secara berkelompok mencari dan mengumpulkan bukti nyata mengenai prilaku yang mencerminkan beriman kepada rosul rosul Allah Peserta didik mendiskusikan fugsi dan prilaku yang mencerminkan beriman kepada rosul rosul Allah Menyajikan Dengan sifat tanggung jawab dan santun siswa menyampaikan hasil diskusi/pengamatan dalam laporan tertulis. c. Penutup (10 menit) Pesrta didik dibawah bimbingan guru, menyimpulkan materi pembelajaran secara demokratis Peserta didik bersama sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan 89 Guru memberikan reward kepada kelompok terbaik yaitu kelompok yang benardalam menjelaskan prilaku yang mencerminkan beriman kepada rosul rosul Allah Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari dipertemuan berikut nya dan menyampaikan tugas mandiri terstruktur Bersama sama menutup pelajaran dengan berdo’a i. Penilaian Instrument penilaian (Aspek sikap spiritual) No Nama Sisma : ................................... Kelas /Semester :VIII / II Teknik Penilaian : Penilaian Diri Penilai : Lembar Penilaian Pertanyaan Pilihan jawaban Sangat Setuju 1 2 3 4 setuju saya meyakini akan keberdaan para rasul Nabi muhamad adalah nabi dan rosul Rosul Allah merasakan sakit seperti manusia Rosul diutus untuk mengajarkan syariat kepada manusia 90 Ragu ragu Skor Tidak Setuju 5 Rosul adalah teladan bagi manusia Jumlah Skor Keterangan Nilai Nilai Akhir Sangat setuju = 4 Skor yang diperoleh Setuju =3 ............................ x 100 = Ragu ragu =2 ........ Tidak setuju = 1 Skor maksimal Catatan :................................................................................................................. c. Evaluasi pembelajaran Pada tahap evaluasi, guru melaksanakan evaluasi pembelajaran secara komprehensif yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ada dua macam penilaian yang digunakan oleh guru yaitu penilaian penguasaan konsep atau pemahaman dan penilaian penerapan atau sikap. Penilaian penguasaan konsep atau pemahaman dilakukan dengan ulangan harian, dengan KKM 75, apabila ada siswa di bawah KKM maka diadakan remidi, dan penilaian penerapan dilakukan dengan skala sikap. Guru selalu melibatkan orang tua dalam memantau hasil belajar siswa di rumah dengan cara setiap kali hasil ujian harus dibawah pulang dan dimintai paraf orang tua kemudian dikembalikan lagi ke Guru.Evaluasi pembelajaran yang bertujuan untuk dilakukan guru tidak hanya mengevaluasi hasil belajar siswa, namun siswa juga 91 mengevaluasi gurunya. Sehingga menciptakan evaluasi pembelajaran yang demokratis dan humanis. Menurut kepala MTs N Ngablak, Drs. Gunartomo, M. Pd, internalisasi nilai-nilai demokrasi tidak hanya ditanamkan dalam proses pembelajaran namun juga ditanamkan melalaui kegiatan ekstra kurikuler, siswa bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya, selaian itu juga ada pengembangan kecakapan hidup dan kegiatan kesiswaan seperti pemilihan ketua OSIS. Semua kegiatan itu diharapkan akan menumbuhkan sikap demokratis pada diri siswa. C. Faktor Pendukung Pelaksanaan Internalisasi Nilai- Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI di MTs Negeri Ngablak Faktor pendukung dalam pelaksanaan internalisasi nilai- nilai demokrasi pada proses pembelajaran adalah: a. Kemampuan guru yang cukup professional dalam mengelola proses pembelajaran. b. Sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai. c. Adanya dukungan dari wali murid dalam memantau dan perkembangan proses pembelajaran. d. Keterlibatan waka kesiswaan dalam memberikan reward kepada peserta didik yang berprestasi di kelas, dan memberikan punishment kepada peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik. 92 D. Faktor Penghambat Pelaksanaan Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI di MTs Negeri Ngablak Dalam pelaksanaan internalisasi nilai nilai demokrasi pada proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) guru mengalami hambatan.hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan program tersebut adalah; a. Guru mengalami kesulitan dan kurang teliti dalam menentukan nilainilai demokrasi yang sesuai dengan materi. b. Guru mengalami kendala pada keterbatasan waktu pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang begitu banyak. c. Kurangnya antusiasme siswa terhadap pembelajaran E. Upaya yang Dilakukan Guru di MTs N Ngablak dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan Internalisasi Nilai-nilai Demokrasi pada Proses Pembelajaran PAI. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendalam dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran diantaranya adalah: a. Guru lebih teliti dan kreatif lagi dalam menentukan nilai demokrasi yang sesuai dengan materi. b. Guru selalu datang tepat waktu sesuai dengan jam pelajaran. Untuk meminimalisir termakannya waktu pelajaran oleh jam pelajaran sebelumnya. Selain itu dengan keterbatasan waktu pembelajaran guru memberikan tugas pada siswa untuk dikerjakan di rumah. 93 c. Guru membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar dengan memberikan perhatian secara maksimal ke peserta didik. d. Guru memberikan hadiah terhadap peserta didik yang aktif guna memotivasi semangat peserta didik untuk lebih giat lagi. Disisi lain, peserta didik yang belum aktif akan termotivasi untuk bisa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. e. Guru berupaya untuk menciptakan persaingan (kompetisi) positif di antara peserta didiknya untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajarnya. f. Guru melakukan inovasi dengan cara memberikan pengalamanpengalaman baru dan pintar menarik perhatian siswa. g. Guru melakukan pengembangan media pembelajaran. 94 BAB V PENUTUP A. kesimpulan 1. Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi pada proses pembelajaran PAI dapat diwujudkan melalui: a. Tahap perencnaan pembelajaran, pada tahap ini guru mengintegrasi nilai-nilai demokrasi dengan cara mengidentifikasi SK dan KD. Pada tahap penyusunan RPP, guru melihat silabus yang telah ada terlebih dahulu, materi mana yang cocok diintegrasikan dengan nilai-nilai demokrasi, menyisipkan nilai-nilai demokrasi pada nilai karakter, dan menambah sumber belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran. b. Pelaksanaan pembelajaran, pada tahap pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) yang memuat nilai-nili demokrasi dilakukan dengan menerapkan metode diskusi dan tanya jawab dengan memanfaatkan media yang telah ada, dengan tujuan untuk mengaktualisasikan tindakan belajar siswa sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, dan pembelajaran yang memberi ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Pada saat membuka dan menutup pelajaran guru juga mencerminkan nilai-nilai demokrasi. c. Evaluasi pembelajaran; Pada tahap evaluasi, guru melaksanakan evaluasi pembelajaran secara komprehensif yang mencakup ranah kognitif, afektif 95 dan psikomotor. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru tidak hanya bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, namun siswa juga mengevaluasi gurunya. Sehingga menciptakan evaluasi pembelajaran yang demokratis dan humanis. d. Kegiatan-kegiatan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi, diantaranya adalah pemilihan ketua OSIS. 2. Faktor pendukung pelaksanaan internalisasi nilai-nilai demokrasi adalah kemampuan guru yang cukup professional dalam mengelola proses pembelajaran serta sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai. Sedangkan faktor penghambatnya adalah guru mengalami kesulitan dan kurang teliti dalam menentukan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan materi, guru mengalami kendala pada keterbatasan waktu pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang begitu banyak dan kurangnya antusiasme siswa terhadap pembelajaran. 3. Upaya yang dilakukan guru adalah dengan cara guru lebih teliti dan kreatif dalam menentukan nilai-niali demokrasi yang sesuai dengan materi, guru selalu datang tepat waktu sesuai dengan jam pelajaran, untuk meminimalisir termakannya waktu pelajaran oleh jam pelajaran sebelumnya, membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar dengan memberikan perhatian secara maksimal ke peserta didik, dan guru memberikan hadiah terhadap peserta didik yang aktif guna memotivasi semangat peserta didik untuk lebih giat lagi. Disisi lain, peserta didik yang 96 belum aktif akan termotivasi untuk bisa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. B. Saran 1. Pada penyusunan RPP guru harus teliti dan kreatif dalam menentukan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan materi. 2. Hendaknya guru tidak menghadapi muridnya dengan sikap kasar karena dapat menghilangkan rasa simpati peserta didik yang akan menjadikan mereka menolak pelajaran yang disampaikan. 3. Hendaknya guru lebih memahami kondisi psikologi anak di kelas. 4. Hendaknya seluruh komponen yang ada baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, untuk saling mendukung agar siswa sejak dini mampu memahami tentang nilai-nilai demokrasi. Sehingga siswa tidak hanya menerima perlakuan demokratis di kelasnya saja. Nilai-nilai demokrasi ini tidak hanya untuk dipahami saja, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus, sehingga sikap demokratis siswa akan mudah terbentuk. 97 DAFTAR PUSTAKA Abrasy,Muhammad Atyah.1970. Dasar-Dasar Pendidikan Islam. J a k a r t a : Bulan Bintang. Azra, Azyumardi.1998. Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. J a k a r t a : Logos wacana Ilmu Baba, Sidek.2002. Konsep Toleransi Menghadapi Perbedaan dan Agama dalam Prespektif Sejarah dan Al-Qur’an, Dalam Islam dan Perdamaian Global, Yogyakarta: Media Press. Danim, Sudarman.2003. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Y o g y a k a r t a : Pustaka Pelajar. Ghafur, Waryono Abdul. 2005. Tafsir Sosial: Mendialogkan Teks dan Konteks, Yogyakarta : LSAQ. Hasan Muhammad Tholcha, 1997 HAM dan Pluralisme Agama; Tinjauan Kultural dan Teologi Islam dalam HAM dan Pluralisme Agama. Surabaya: PKSK. H.A.R Tilaar. 2004 Multikultural Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional Jakarta: Grasindo. Hasan, Mukhammad. 2008. Pembinaan Nilai-nilai Agama Islam melalui Bimbingan dan Konseling S a l a t i g a . Skripsi Sarjana Perpustakaan STAIN Salatiga. di SD A l -Falah Pendidikan. Salatiga: Hadi, Syamsul.2012 Profesionalisme Guru dalam Menghadapi Tuntutan Pembelajaran Demokratis. http: www.dalilskripsi.com diunduh tanggal 20 November 2012. Kartono, Kartini.1997. Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasioanl Beberapa Kritik dan Sugesti Jakarta: Pradaya Paramita. Kuntowijoyo. 1993. Paradigma Pendidikan Islam; Interprestasi Untuk Aksi. Bandung: Mizan, Madjid, Nurcholis.1999. Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat. Jakarta: Paramadina. MaududI,Abu Ala.Tanpa Tahun.HAM dalam Islam, terj. Bambang Iryana Djajaatmadja. 2005 Jakarta: Bumi Aksara. Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media. Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. B a n d u n g : Trigenda Karya. Mulyasa.2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya. 2007. Mujai, Saiful.1995 Demokrasi dan Retorika Kelompok Dominan ( catatan untu Denny J.A). Harian Republika Misrawi, Zuhairi.2007. Al-Quran Kitab Toleransi: Inklusifisme, Pluralisme dan Multikulturalisme. Jakarta: Fitrah, M. Silberman.Actieve Learning. Terj. Sarduli dkk.2001. Strategi Pembelajaran Aktif , Yogyakarta : Appendis. Al-Qurthubi. 1993. al-Jami’Lil Ahkam al-Qur’an, Juz 3, Beirut: Bzar alFikr. Ramayulis.2010. Imu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia Al-Rasyidin, 2011 Demokrasi Pendidikan Islam; Nilai Intrinsik dan Instrumental, Bandung: Cipustaka Media Perintis. Rosyada, Dede. 2007. Paradigma Pendidikan Demokratis.Jakarta: Kencana. Tim Penyusun. 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Lampiran-lampiran Lampiran I Nama NIM NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 DAFTAR SURAT KETERANGAN KEGIATAN : Rochmad Siyamto Progdi : PAI : 111 09 17` Dosen pembimbing : Drs. Abdul Syukur, M.Si. KEGIATAN PELAKSANAAN “Orientasi Pengenalan Akademik 18- 20 Agustus dan Kehamasiswaan(OPAK)” 2009 oleh STAIN Salatiga “Pelatihan emotional Spiritual 21 Agustus 2009 Intelligence Quotien (ESIQ)” “User Education UPT 25 – 29 Agustus perpustakaan STAIN Salatiga 2009 Serasehan pendidikan keagamaan 9 september 2009 dengan tema “peran pendidikan dalam meningkatkan spiritualitas’intelektualitas,dan moralias bangsa”oleh oleh SEMA,HMJ Tarbiyah,dan FKM PGMI masa penerimaan anggota baru 22 november 2009 pergerakan mahasiswa islam indonesia ( PMII )oleh PMII cabang salatiga Turnament wushu nasional 14-19 terbuka piala walikota salatiga Desember 2009 Pekan olahraga stain (PORS) ssc Stain Salatiga Ssc cup 1 tingkat SMA Sesalatiga oleh stain sport salatiga Pekan olahraga stain (PORS) ssc Stain Salatiga Penyuluhan peraturan kawasan kampus bebas rokok oleh STAIN Salatiga Pendidikan dan latian dasar (DIKSAR) calon anggota SSC Stain Salatiga Pekan olahraga stain (PORS) ssc Stain Salatiga Bebek cup IV oleh Stain Sport Club Opak STAIN Salatiga 2012 Ssc cup 1 tingkat SMA Sesalatiga oleh stain sport salatiga SEBAGAI Peserta NILAI 3 Peserta 2 Peserta 2 Peserta 2 Peserta 2 Panitia 8 12- 14 maret 2010 Panitia 3 20 dan 27 febuari 2011 13-14 april 2011 Panitia 3 Panitia 3 11- 12 mei 2011 Peserta 2 22-29 januari 2012 Panitia 3 7-8 April 2012 Panitia 3 1 juli 2012 Panitia 3 05 - 07 september 2012 13 – 14 oktober 2012 Peserta 3 Panitia 3 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Ujian kenaikan Tingkat wushu putra nusantara Ekspresi dan kreasi musik in campus tribute “iwan fals” bersama diplomat mild Pendidikan dan latian dasar (DIKSAR) calon anggota SSC Stain Salatiga Pekan olah raga STAIN (PORS) V oleh SSC Stain Salatiga Pekan olah raga STAIN (PORS) V oleh SSC Stain Salatiga Pekan olah raga STAIN (PORS) V oleh SSC Stain Salatiga Musik in campus oleh Stain Music Club ( SMC) Grand louncing band perfoment SMC 2013 Temu pramuka pengalang penegak (TPPP) 2 oleh racana kusuma dilaga- woro srikandi SSC CUP III futsal competesion kategori SMA/ SMK/ MA se – Salatiga dan sekitarnya Laporan pertanggung jawaaban dan munsyawarah besar SSC 2013 Pendidikan dan latian dasar (DIKSAR) calon anggota SSC Stain Salatiga Pekan olah raga STAIN (PORS) V oleh SSC Stain Salatiga Laporan pertanggung jawaaban dan munsyawarah besar SSC 2013 Cec festifal 2015 Pendidikan dan latian dasar (DIKLATSAR) SSC 2011 Konser perdana angkatan cambioso Laporan pertangung jawaban dan munsyawarah besar SSC 2012 Pors IV Diksar stain sport club Ngabuburit dan dialog lintas agama salatiga bhinika ika 21 desember 2012 Panitia 3 27 desember 2012 Panitia 3 7-13 januari 2013 Panitia 3 4-5 mei 2013 Peserta 2 4-5 mei 2013 Juara 1 tenis meja Juara 1 bola volley Panitia 3 Panitia dan peserta Juri 3 9- 10 November 2013 Panitia 3 30 November dan 1 Desember 2013 Panitia 2 17 -16 januari 2014 Panitia 3 4-5 mei 2013 Panitia 2 6-7 desember 2014 Panitia 2 21 -22 november 2015 16- 17 januari 2011 Peserta 2 Panitia 3 20 maret 2012 Peserta 2 16- 17 november 2012 24 -25 maret 2014 12 -14 november 2010 30 juni 2015 Panitia 2 Panitia Peserta 3 2 Panitia 3 4-5 mei 2013 6 juli 2013 13 Febuari 2013 05-06 0ktober 2013 3 3 3 37 Temu lembaga legislatif PTAI,PTN,DAN PTS se – JAWA TENGAH Jumlah skor 23 febuari 2016 Peserta Salatiga,10 maret 2016 Mengetahui, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Achmad Maimun, M.Ag NIP. 19700510 199803 1 003 3 Lampiran II Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngablak Kab.Magelang visi dan misi Mts Negeri Ngablak dan beberapa prestasi yang didapat Interview bersama Ibu Dra.Ahsani Hikmawati 22 febuari 2016 dan Bapak Muchlas, Ba pada hari Senin, 23 febuari 2016 Foto bersama kepala MTs N 1 Ngablak, Bapak Drs. Gunartomo, M. Pd, dan waka kurikulum Bapak Supriyatno Widodo, S.P