Prosiding Seminar Nasional ISSN 2443-1109 Volume 02, Nomor 1 EFEKTIVITAS BEBERAPA CENDAWAN ENDOFIT TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen) Rahmawasiah1 Universitas Cokroaminoto Palopo1 [email protected] Penggerek buah kakao merupakan salah satu hama utama pada pertanaman kakao yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas kakao di indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh cendawan endofit terhadap penggerek buah kakao. Penelitian dilakukan pada rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan yaitu: Kontrol (tanpa perlakuan), aplikasi cendawan Beauveria sp, Trichoderma sp, dan Aspergillus sp yang diulang sebanyak 3 ulangan sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Isolat diaplikasi setiap 14 hari mulai dari buah ukuran kecil sampai besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan pada buah yang tidak disemprot (kontrol) relatif lebih tinggi dengan rata-rata 61,11% dari buah yang disemprot cendawan dengan rata-rata 35,19%, 24,70% dan 27,61%. Cendawan endofit yang diaplikasi memberikan pengaruh terhadap intensitas kerusakan buah kakao. Kata kunci : Cendawan endofit, Penggerek buah kakao, Beauveria sp, Trichoderma sp, Aspergillus sp. 1. Pendahuluan Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh petani kakao saat ini adalah serangan hama. Hama utama yang sangat merugikan adalah hama penggerek buah kakao atau PBK (Conopomorpha cramerella) Snellen. Hama ini merupakan hama yang berbahaya, karena dapat menurunkan produksi. Kerugian akibat serangan penggerek buah kakao merupakan resultan dari penurunan berat biji, peningkatan persentase biji kualitas rendah, kehilangan hasil dan meningkatnya biaya panen diakibatkan sulitnya memisahkan biji yang terserang dari kulit buahnya. Cendawan endofit merupakan salah satu pengendali hayati yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman, dimana cendawan tersebut menghasilkan senyawa yang dapat melindungi tanaman terhadap serangan pathogen (Haniah, 2008). Cendawan endofit mampu meningkatkan resistensi tanaman inang dari serangan hama. Kolonisasi cendawan endofit pada rumput menyebabkan terinduksinya metabolit sekunder yang bersifat antagonis terhadap herbivora insekta (Faeth dalam istikorini 2008). Cendawan endofit dapat menghalangi serangga herbivora untuk makan pada tanaman inang dimana cendawan menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika. Halaman 875 dari 896 Rahmawasiah Menurut Mark Vicari et al., (2002) cendawan endofit dapat mempengaruhi pertumbuhan dan ketahanan hidup larva. Pemanfaatan cendawan endofit dalam mengendalikan serangga hama telah banyak diteliti diantaranya penggunaan Beauveria bassiana untuk mengendalikan hama Leptocorisa oratorius (Emmy Senewe dan Guntur S.J. M, 2011), hama bubuk buah kopi (Junianto dan Sulistyowati, 1994), dan penghisap buah atau pucuk kakao (Sudarmadji dan Gunawan, 1993). Penggunaan cendawan Trichoderma sp dan Aspergillus sp efektif dalam mematikan larva Aedes aegipty (oktaviani Z, 2007). Cendawan endofit efektif dalam mengendalikan penggerek buah kakao. Ayyub (2013), melaporkan hasil penelitian di kabupaten Soppeng bahwa penggunaan Fusarium sp. Trichoderma sp., Aspergillus sp dan Beauveria sp dapat mengurangi intensitas kerusakan penggerek buah kakao. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai efektivitas cendawan endofit terhadap penggerek buah kakao di kabupaten Luwu, dimana wilayah ini memiliki kondisi lingkungan khususnya curah hujan yang berbeda dengan daerah penelitian sebelumnya. 2. Metode Penelitian Tempat Dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar dan di Desa Olang, Kecamatan Ponrang Selatan Kabupaten Luwu, yang berlangsung mulai Juni sampai Desember 2013. 1. Pembuatan Suspensi Cair Cendawan Endofit Isolat-isolat cendawan endofit yang telah diperoleh dari hasil isolasi pada tanaman kakao dan tersimpan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan diantaranya : Trichoderma sp, Beauveria sp, Asperillus, sp pertama kali diperbanyak pada media PDA steril (Potato Dextrose Agar) dengan komposisi kentang 200 gr, gula 20 gr, untuk 1 liter media. Cendawan yang telah tumbuh pada media PDA dan disimpan selama 15 hari. Selanjutnya Pembuatan isolat pada media cair dengan menggunakan ekstrak air rebusan kentang, dalam 1 liter air aqudes ditambahkan 30 gr kentang yang sudah dipotong kecil kemudian dicampur dengan cholorophenicol dan ditambahkan kitin dari ekstrak cangkang kepiting. Setelah mendapatkan ekstrak dari air rebusan kentang kemudian media disimpan dalam erlenmayer sebanyak 5 erlenmayer dengan volume 30 ml. Isolat cendawan yang sudah ditumbuhkan sebelumnya pada media PDA Halaman 876 dari 896 Rahmawasiah kemudian di khocborer dengan diameter 5 mm dan dimasukkan kedalam media erlenmayer yang sudah berisi media cair kemudian di shecker selama 15 hari agar pertumbuhan isolate cendawan endofit merata dan kepadatan spora diharapkan bisa tercapai. 2. Pengaruh Cendawan Endofit Terhadap Intensitas Serangan Hama Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella Percobaan dilaksanakan pada petakan lahan 1 Ha di desa Olang, Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Percobaan terdiri dari 4 perlakuan yaitu: control (tanpa perlakuan), aplikasi cendawan Beauveria sp, Trichoderma sp, dan Aspergillus sp yang diulang sebanyak 3 ulangan sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Percobaan dilakukan pada rancangan acak kelompok. Penentuan tanaman sampel dilakukan dengan mengambil 12 tanaman secara acak. Setiap tanaman diambil sampel dengan kategori buah ukuran kecil antara 5 – 7 cm, berukuran sedang antara 8 – 12 cm dan buah ukuran besar (> 12 cm). Sampel buah tersebut kemudian disemprot dengan larutan cendawan endofit dengan konsentrasi 106 cfu per ml dengan menggunakan handsprayer. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari dengan interval 14 hari dan sebelumnya diambil sampel buah dan dibawa kelaboratorium untuk diamati intensitas kerusakan dan daya tumbuh cendawan. Intensitas kerusakan buah dihitung berdasarkan rumus Lee et al (1995) yaitu : (Ri x 0,093) + (Se x 0,297) + Be I = --------------------------------------- x 100 TB Keterangan: I : Intensitas Serangan Be : Berat (> 40 % kerusakan biji) Ri : Ringan (1 – 15 % kerusakan biji) TB : Total Buah Se : Sedang (> 15 % - 40 % kerusakan biji) Be : Berat (> 40% kerusakan biji) TB : Total Buah 3. Hasil Dan Pembahasan Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan pada buah yang tidak disemprot (kontrol) relatif lebih tinggi dengan rata-rata 61,11% dari buah yang disemprot cendawan dengan rata-rata 35,19%, 24,70% dan 27,61% (gambar 1). Halaman 877 dari 896 Efektivitas Beberapa Cendawan Endofit Rata-rata intensitas serangan pada buah yang disemprot dengan cendawan berbeda nyata dengan Kontrol. 70 Intensitas Serangan 60 50 40 30 20 10 0 Kontrol Beauveria TrichodermaAspergillus Cendawan Endofit Gambar 1. Intensitas Serangan Hama PBK Setelah Perlakuan Isolat Cendawan Endofit. Pembahasan Pemberian Trichoderma sp memperlihatkan intensitas serangan PBK terendah dibanding cendawan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Trichoderma sp. dapat mengendalikan serangan PBK. Trichoderma sp merupakan salah satu agen pengendali hayati yang efektif, menghasilkan antibiotik antaranya antibiotic peptaibol yang bekerja secara sinergis dengan enzim ß-1,3 glukanase serta memiliki kerja enzim seperti β-1,3 glukanase, kitinase dan protease yang memiliki kemampuan untuk mendegradase dinding sel (Wells, 1986). Cendawan Trichoderma sp juga menghasilkan enzim ekstraseluler sehingga memungkinkan bersaing dengan mikroorganisme lain dalam memanfaatkan residu tanaman sebagai bahan nutrisi. Selain itu cendawan ini juga menghasilkan berbagai macam metabolit sekunder dan tahan terhadap zat penghambat yang dihasilkan oleh mikroorganisme lain. Menurut Mejia et al., (2008) cendawan Trichoderma sp dapat menginduksi beberapa gen yang terlibat dalam respon tanaman terhadap tekanan abiotik dan biotik. Halaman 878 dari 896 Rahmawasiah Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa penggunaan cendawan Trichoderma sp, Beauveria sp dan Aspergillus sp dapat menurunkan intensitas serangan hama PBK, hal ini kemungkinan disebabkan karena cendawan endofit ini menghasilkan senyawa yang dapat menghalangi serangga makan pada tanaman. Menurut Caradus (2012), Endofit mengurangi kerusakan tanaman dari serangan herbivora melalui penghindaran (penolakan): pengurangan nafsu makan, penurunan kecepatan pertumbuhan/perkembangan, serta penurunan oviposisi, dan ketahanan hidup, sehingga populasi serangga turun. Hal tersebut seringkali disebabkan adanya senyawa bioaktif yang beracun yang dihasilkan oleh endofit. Ada empat kelompok senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai racun bagi serangga, yaitu peramin, ergovalin, indole diterpenoids, dan lolin Menurut Ballroom et al., (2012) bahwa pada rumput yang terinfeksi cendawan endofit ditemukan alkaloid biologis yang memiliki efek insektisida dimana senyawa ini mencegah infestasi serangga, sehingga mengakibatkan penurunan populasi. Cendawan endofit menghasilkan berbagai alkaloid yang membuat tanaman inang beracun bagi serangga herbivora (Clay, 2009). Tanaman yang terinfeksi cendawan endofit juga cenderung relatif kuat, membuat tanaman lebih tahan terhadap kondisi stress serta lebih kompetitif. 4. Kesimpulan dan Saran Perlakuan Beauveria sp, Trichoderma, sp dan Aspergillus sp memberikan pengaruh terbaik terhadap intensitas kerusakan PBK. Disarankan dilakukan penelitian aplikasi isolat cendawan endofit pada buah kakao dengan menggunakan metode yang lebih efektif dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan cendawan endofit dalam jaringan buah kakao. Daftar Pustaka [1] Ballroom G., Conor Fair., Maria Julissa Ek-Ramos., Kevin Heinz., Greg Sword. (2012). Can fungal endophytes be used to control ornamental insect pests. Ecological Entomology Volume 13, Issue 4, pages 429-435 [2] Caradus, J.( 2012). Grass Endophytes For Insect Management And Improved Pasture Productivity, Gras slanz Technology Ltd, PB 11008, Palmerston North New Zealand. [3] Clay K. (1996). Interactions Among Fungal Endophytes, Grasses and Herbivores. Researches on Population Ecology Volume 38, Issue 2, pp 191201 [4] Emmy Senewe dan Guntur, S.J.M. (2011). Identification And Pathogenicity Test Of Local Entomopathogen Fungi Against Leptocorisa Oratorius Eugenia Volume 17 No. 3: 1-9 Halaman 879 dari 896 Efektivitas Beberapa Cendawan Endofit [5] Haniah. (2008). Isolasi Jamur Endofit Dari Daun Sirih (Piper betle L.) Sebagai Antimikroba Terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus DAN Candida albicans, http://lib.uinmalang.ac.id. [6] Istikorini. (2008). Potensi Cendawan Endofit untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa Pada Cabai (Capsicum annuum L.), http://repository.ipb.ac.id [7] Junianto, Y. D. & E. Sulistyowati. (1994). Virulence Of Several B. Bassiana Isolates On Coffee Berry Borer (Hypotenemus hampei Ferr.) under various relative humidities.Pel. Perkebunan. 10: 81-86 [8] Oktaviani Z. (2007). Isolasi, Identifikasi, Patogenisitas, Dan Proses Kolonisasi Cendawan Entomopatogen Pada Larva Nyamuk Aedes aegypti Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor [9] Sudarmadji, D. & A. Gunawan. (1993). Patogenitas Fungi Entomopatogen B. bassiana terhadap Helopeltis antonii. Menara Perkebunan 62: 1-5 [10] Mark Vicari, P., Hatchet, P.G Ayres. (2002). Combined Effect Of Foliar End Mycorrhizal Endophytes On An Insect Herbivore. Ecological Society' Of America Volume 83, Issue 9. [11] Mejia, L.C., E.I. Rojas, Z. Maynard, S. van Bael, A.E. Arnold, P. Hebbar, G.J. Samuels, N. Robbins, E.A. Herre. (2008). Endophytic fungi as biocontrol agents of Theobroma cacao pathogens. Biol. Control 46:4-14.\ [12] Wells, H. D. (1986). Trichoderma a biocontrol agent. In: K. F. Mukeraji dan K. L. Grag (Eds) Biocontrol of plant disease. Vol. CRC Press Inc Boca. Raton Florida. Pp. 72 – 83. Halaman 880 dari 896