114 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A

advertisement
114
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Penelitian Relevan
1.
Penelitian dengan judul Ánalisis Bentuk-Bentuk Unsur Serapan Bahasa
Asing dalam “Berita Apa Kabar Indonesia di TV One” Bulan Desember 2013
oleh Ria Fitriyani.
Penelitian tersebut di atas memiliki perbedaan dan persamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan ini. Perbedaannya yaitu pada objek, data, dan sumber
data. Objek yang dilakukan penelitian terdahulu adalah unsur-unsur serapan bahasa
asing yaitu bahasa Inggris, bahasa Sansekerta, bahasa Arab, dan bahasa Belanda.
Sedangkan objek yang dilakukan peneliti adalah kata serapan bahasa asing yaitu
bahasa Inggris dan Belanda. Data penelitian terdahulu adalah kata serapan bahasa
asing yaitu bahasa Inggris, bahasa Sansekerta, bahasa Arab, sedangkan data penelitian
yang akan dilakukan ini adalah kata serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan
Belanda. Sumber data pada penelitian terdahulu diambil dari data tulis yang berupa
berita dalam Apa Kabar Indonesia Pagi di TV One Bulan Desember 2013, yaitu enam
episode berita Apa Kabar Indonesia Pagi yang ditayangkan pada tanggal 12 Desember
2013, 21 Desember 2013, 24 Desember 2013, 25 Desember, 27 Desember 2013, dan
30 Desember 2013, sedangkan sumber data yang dilakukan peneliti adalah wacana
tajuk rencana surat kabar Kompas bulan Januari 2016. Persamaan penelitian Ria
Fitriyani dengan penelitian ini terletak pada jenis pendekatan penelitian yang
digunakan, yaitu deskriptif kualitatif dan sama-sama meneliti unsur serapan dari
bahasa asing.
6
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
115
2.
Penelitian dengan judul Analisis Bentuk Serapan Bahasa Asing Dalam
Rubrik “Opini” Pada Harian Kompas oleh Siti Sumiati.
Penelitian tersebut
di atas memiliki perbedaan dan persamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan ini. Perbedaannya yaitu pada tujuan penelitian, objek,
dan sumber data. Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendeskripsikan proses
interferensi dan integrasi serta mendeskripsikan proses morfologis bentuk kata
serapan bahasa asing antara lain bahasa Arab, bahasa Sansekerta, bahasa Inggris, dan
bahasa Belanda. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk kata
serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan bahasa Belanda serta proses
penyerapannya ke dalam bahasa Indonesia. Objek yang dilakukan penelitian terdahulu
adalah unsur-unsur serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris, bahasa Sansekerta,
bahasa Arab, dan bahasa Belanda. Sedangkan objek yang dilakukan peneliti adalah
kata serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan Belanda. Sumber data penelitian
terdahulu adalah rubrik Opini dalam harian Kompas edisi Januari 2010, sedangakan
sumber data yang dilakukan peneliti adalah wacana tajuk rencana surat kabar Kompas
bulan Januri 2016. Persamaan penelitian Siti Sumiati dengan penelitian ini yaitu samasama menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan sama-sama meneliti unsur
serapan bahasa asing.
B. Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing
1.
Bahasa Indonesia
Menurut Chaer ( 2010: 13) bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Hal
tersebut terbukti dengan ditemukannya sejumlah prasasti atau inskripsi yang ditulis
dengan huruf Pallawa dan dalam bahasa Melayu Kuno. Namun, sekarang ini bahasa
Indonesia yang kita gunakan sebagai bahasa nasional tidak lagi sama dengan bahasa
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
116
asalnya, yaitu bahasa Melayu. Bahasa Melayu seperti bahasa Melayu Riau kini sama
kedudukannya dengan bahasa-bahasa daerah lain di Indonesia. Dari bahasa Melayu
yang sederhana, bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Selain
sebagai bahasa resmi di Negara Republik Indonesia, bahasa Indonesia telah tumbuh
menjadi bahasa ilmiah. Dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmiah, bahasa Indonesia
biasanya digunakan dalam penulisan buku, makalah, laporan penelitian, skripsi, dan
disertasi. Selain itu bahasa Indonesia juga memperkaya dirinya dengan menyerap
unsur-unsur baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing yang disesuaikan
dengan sistem fonologi, morfologi, dan sintaksisnya. Penyerapan kata-kata asing itu
kemudian diatur dalam buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
Masuknya struktur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia
memberikan pengaruh yang perlahan-lahan melembaga walaupun tidak sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dengan tidak sengaja pemakai bahasa yang menguasai
bahasa lain akan memasukkan pengaruh bahasa lain itu ke dalam bahasa Indonesia
yang digunakannya. Karena itu, dapat terjadi struktur asli terdesak pemakaiannya oleh
struktur yang dipengaruhi oleh bahasa asing. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh
orang yang menguasai dua bahasa atau lebih. Jika pemakai bahasa kurang menguasai
struktur kata atau kalimat bahasa Indonesia yang baku, maka pengaruh bahasa daerah
dan bahasa asing yang sudah mendarah daging dalam dirinya akan muncul dalam
tuturannya.
2.
Bahasa Asing
Bahasa asing adalah bahasa yang dikuasai oleh bahasawan, biasanya melalui
pendidikan formal, dan secara sosiokurtural tidak dianggap bahasa sendiri
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
117
(Kridalaksana, 2011 : 24) . Artinnya, bahasa asing adalah bahasa milik bangsa lain.
Bahasa-bahasa lain yang bukan milik penduduk asli, antara lain bahasa Cina, bahasa
Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis. Di dalam
kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa tersebut bertugas sebagai sarana
perhubungan antarbangsa, sarana pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan alat
untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan
pembangunan nasional. Dalam hal ini peneliti mengkhususkan bahasa asing yang
digunakan dalam penelitian yaitu bahasa Inggris dan Belanda karena dari hasil
pengamatan awal, bahasa yang banyak digunakan dalam wacana tajuk rencana pada
surat kabar Kompas bulan Januari 2016 didominasi oleh bahasa Inggris dan Belanda.
C. Kata Serapan
1.
Pengertian Kata Serapan
Departemen Pendidikan Nasional (2008: 514) menyebutkan bahwa kata
serapan (juga kata pungutan atau kata pinjam) adalah kata yang diserap dari bahasa
lain. Haugen dalam Rukhsan (2000: 14) mengatakan bahwa pemungutan adalah
reproduksi yang diupayakan dalam satu bahasa mengenai pola-pola yang sebelumnya
ditemukan dalam
bahasa lain. Kridalaksana (2011:
112)
yang kemudian
menamakannya kata pinjam, menyatakan kata pinjaman adalah kata yang dipinjam
dari bahasa lain dan kemudian sedikit banyaknya disesuaikan dengan kaidah bahasa
sendiri. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata serapan adalah
kata yang berasal dari bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia akibat dari
terjadinya kontak antar bahasa. Kontak tersebut menimbulkan serapan kata yang
bermakna. Dalam bahasa Indonesia jika tidak ditemukan istilah yang tepat, maka
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
118
bahasa asing dapat dijadikan sebagai sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru
tersebut dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan atau menyerap, sekaligus
menerjemahkan istilah asing.
2.
Bentuk-Bentuk Kata Serapan dalam Bahasa Asing
Kridalaksana (2011: 32) menyebutkan bahwa bentuk adalah penampakan atau
rupa satuan bahasa; penampakan atau rupa satuan gramatikal atau leksikal dipandang
secara fonis atau grafemis. Kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri,
terjadi dari morfem tunggal (Kridalaksana, 2011: 110). Dari pendapat tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa bentuk kata adalah penampakan satuan bahasa yang dapat
berdiri sendiri. Pada dasarnya unsur-unsur serapan yang masuk ke dalam bahasa
Indonesia adalah kata. Kaitannya dengan penelitian ini, maka pembahasan tentang
bentuk-bentuk kata serapan tidak lepas dari teori bentuk-bentuk kata dalam bahasa
Indonesia. Unsur serapan tersebut ada yang berupa bentuk kata tunggal dan bentuk
kata kompleks. Ramlan (1997: 28) menyebutkan bentuk kata terbagi menjadi dua
yaitu bentuk kata tunggal dan bentuk kata kompleks.
a.
Bentuk Kata Tunggal
Menurut Ramlan (1997: 28) bentuk kata tunggal merupakan satuan gramatik
yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi. Lyons dalam Rukhsan (2000: 13)
menyatakan bahwa kata tunggal merupakan kata yang pangkalnya tidak dapat lagi
diuraikan lagi. Dari pendapat di atas dapat simpulkan bahwa kata tunggal adalah kata
yang tidak memiliki satuan yang bermakna lagi. Bentuk tunggal terdiri dari satu
morfem, dalam bahasa Indonesia misalnya sepeda, rumah, mobil, ber-, beli, dan baju.
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
119
Sedangkan bentuk kata tunggal pada bahasa asing yaitu kata media, cabinet,
december, dan target.
b. Bentuk Kata Kompleks
Menurut Ramlan (1997: 28) bentuk kompleks adalah satuan yang terdiri dari
satuan-satuan yang lebih kecil lagi. Lyons dalam Rukhsan (2000: 13) menyatakan
bahwa kata kompleks adalah kata yang dapat diuraikan, yang terdiri atas pangkal
bebas dan afiks. Dalam bahasa Indonesia contohnya bersepeda, mendarat, dan
tertinggi. Kata-kata tersebut terdiri dari dua morfem yaitu ber- dan sepeda, meN- dan
darat, serta ter- dan tinggi. Sedangkan contoh kata dari bahasa asing yang yaitu kata
printer dan actor. Kata printer terdiri dari dua morfem yaitu print dan sufiks -er.
Kemudian kata actor juga terdiri dari dua morfem yaitu act dan sufiks –or. Kaitannya
dengan penelitian ini yaitu kata-kata serapan dari bahasa asing yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia dapat melalui berbagai proses. Salah satunya yaitu adaptasi atau
penyesuaian secara morfologis.
3.
Proses Penyerapan
Bahasa Indonesia sekarang ini berkembang sangat pesat. Di dalam
perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa.
Penyerapan tersebut biasanya dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Misalnya:
bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Sansekerta, bahasa Arab, bahasa Portugis, bahasa
Belanda, bahasa Cina, dan bahasa Inggris. Menurut Chaer (2008: 239) penyerapan
adalah proses pengambilan kosakata dari bahasa asing Eropa (seperti bahasa Belanda,
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
120
bahasa Inggris, bahasa Portugis, dan sebagainya), maupun bahasa asing Asia (seperti
bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Sansekerta, bahasa Cina dan sebagainya), termasuk
dari bahasa-bahasa Nusantara (seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang,
bahasa Bali, dan sebagainya). Artinya, penyerapan yaitu proses pengambilan unsur
dari suatu bahasa (asal bahasa) ke dalam bahasa lain (bahasa penerima) yang
kemudian oleh penuturnya dipakai sebagaimana layaknya bahasa sendiri. Dalam
penelitian ini bahasa yang diserap berasal dari bahasa asing, yaitu Inggris dan
Belanda.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 51-52) menyebutkan
bahwa berdasarkan taraf integrasinya, proses penyerapan unsur asing dalam bahasa
Indonesia dikelompokkan menjadi dua yakni adopsi dan adaptasi. Adopsi yaitu masih
mengikuti cara asing. Adaptasi yaitu menyesuaikan dengan bahasa yang dimasukinya.
Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut.
a.
Adopsi
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 51) menyebutkan bahwa
adopsi merupakan proses penyerapan unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia. Menurut Santoso dan Suwignyo (2008: 30) adopsi akan
dilakukan jika (i) konsep keilmuan tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, (ii)
dipertahankan makna otentiknya, (iii) memang tidak dapat diindonesiakan baik secara
ucapan
atau
penulisannya,
(iv)
jika
diindonesiakan
menghasilkan
banyak
sinonim/padan kata, dan (v) bersifat internasional. Adapun contoh kata yang
mengalami adopsi yaitu reshuffle, shuttle cock, bag hand, smash, dan lain sebagainya.
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
121
Unsur-unsur tersebut dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan
dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kata-kata serapan bahasa asing tersebut
diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam rangka memperkaya kosakata bahasa
Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa adopsi adalah pemungutan unsur asing yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa yang dimasukinya dalam hal ini yaitu
bahasa Indonesia.
b. Adaptasi
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 52) menyebutkan bahwa
adaptasi adalah proses penyerapan unsur asing yang penulisan dan pengucapannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Adaptasi ialah perubahan bunyi dan
struktur bahasa asing menjadi bunyi dan struktur yang sesuai dengan penerimaan
pendengaran atau ucapan lidah bangsa pemakai bahasa yang dimasukinya (Muslich,
2008:102). Jadi dapat disimpulkan adaptasi merupakan pemungutan unsur asing yang
penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan pendengaran atau ucapan lidah
pemakai bahasa yang dimasukinya. Misalnya kata situasi, kondisi, orientasi, stasiun.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 70) menyebutkan bahwa
penyesuaian atau adaptasi bentuk unsur serapan bahasa asing dibedakan menjadi
empat, yaitu adaptasi fonologis, otografis, fonologis dan ortografis serta adaptasi
morfologis. Adapatasi fonologis yaitu menyesuaikan lafal dalam bahasa Indonesia.
Adaptasi ortografis yaitu menyesuaikan ejaan dalam bahasa Indonesia. Adaptasi
ortografis dan fonologis yaitu menyesuaikan lafal dan ejaan dalam bahasa Indonesia.
Kemudian adaptasi morfologis yaitu menyesuaikan dari struktur bentuk kata dalam
bahasa Indonesia. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
122
1) Adaptasi Fonologis atau Lafal
Menurut Muslich (2008: 102) adaptasi fonologis merupakan perubahan bunyi
bahasa asing menjadi bunyi yang sesuai dengan ucapan lidah bangsa pemakai bahasa
yang dimasukinya. Dalam hal ini penulisan kata serapan bahasa asing tidak
mengalami perubahan ke dalam bahasa Indonesia. Artinya, bahasa Indonesia itu tidak
menyerap secara utuh kata-kata dari bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia hanya menyerap dengan menyesuaikan lafal. Kata-kata
serapan bahasa asing tersebut berasal dari bahasa Inggris dan Belanda. Misalnya kata
video dalam bahasa Inggris dibaca [vidieow] sedangkan dalam bahasa Indonesia
dibaca [video].
2) Adaptasi Ortografis atau Ejaan
Adaptasi ortografis yaitu penyerapan kata-kata bahasa asing dengan
menyesuaikan ejaan atau penulisannya dalam bahasa Indonesia. Artinya, kata-kata
serapan bahasa asing yang diserap dalam bahasa Indonesia tersebut tidak mengalami
penyesuaian lafal. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata sains. Kata tersebut
merupakan hasil penyerapan dari kata bahasa Inggris yaitu science. Pengucapan kata
serapan tersebut dalam bahasa Inggris, yaitu [sains] (Echols, 2005: 504), sedangkan
dalam bahasa Indonesia juga [sains], tetapi tulisannya sains bukan science.
3) Adaptasi Fonologis dan Ortografis
Adaptasi fonologis dan ortografis dalam hal ini, yaitu penyesuaian, baik secara
pelafalan maupun penulisannya. Artinya, bahasa Indonesia itu tidak menyerap katakata asing secara utuh melainkan dengan menyesuaikan kaidah dalam bahasa
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
123
Indonesia. Dalam bahasa Inggris terdapat kata system yang kemudian diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi sistem. Pengucapan kata serapan tersebut dalam
bahasa Inggris yaitu [sistəm] sedangkan dalam bahasa Indonesia [ sistem].
4) Adaptasi Morfologis
Menurut Muslich (2008: 103) adaptasi morfologis adalah penyesuaian struktur
bentuk kata. Dengan adanya perubahan struktur bentuk kata ini maka akan
berpengaruh pada perubahan bunyi dan penulisan dalam bahasa Indonesia. Misalnya
kata foundation berasal dari bahasa Inggris yang kemudian diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi fondasi. Kata fondation mempunyai bentuk dasar found. Pada kata
tersebut terdapat sufiks dari bahasa Inggris yaitu –(a) tion yang kemudian berubah
menjadi –(a)si dalam bahasa Indonesia.
D. Proses Morfologis
Menurut Chaer (2008: 25) proses morfologis pada dasarnya adalah proses
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks, pengulangan,
penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status. Proses morfologis adalah proses
yang mengubah leksem menjadi kata (Kridalaksana, 2011: 202). Leksem adalah
satuan leksikal dasar abstrak yang mendasari pelbagai betuk inflektif suatu kata;
satuan bermakna yang membentuk kata; satuan terkecil dari leksikon (Kridalaksana,
2011: 141). Sedangkan menurut Seogijo (1989: 18) proses morfologis adalah proses
perubahan bentuk dasar dalam rangka pembentukan kata-kata baru. Dari beberapa
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa proses morfologis adalah proses
pembentukan kata-kata baru dengan cara menggabungkan morfem yang satu dengan
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
124
morfem yang lain. Soegijo (1989: 18) menyebutkan di dalam bahasa Indonesia
terdapat tiga proses morfolgis yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Uraian lebih
lengkapnya sebagai berikut.
1.
Afiksasi
Menurut Ramlan (1997: 55) afiks merupakan satuan gramatik terikat yang di
dalam satuan kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang
memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau
pokok kata baru. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang
diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proes pembentukan kata (Chaer,2007:177).
Soegijo (1989: 17) berpendapat afiks merupakan bentuk-bentuk terikat yang
diimbuhkan pada bentuk dasar itu, baik bentuk dasar primer maupun sekunder. Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa afiks adalah unsur yang bukan kata dan
bukan pokok kata yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan
kata baru.
Muslich (2008: 38) menyatakan bahwa afiksasi adalah peristiwa pembentukan
kata dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Afiksasi adalah proses
pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar (Chaer, 2007: 177). Menurut
Soegijo (1989: 19), afiksasi adalah proses morfologis dalam rangka pembentukan
kata-kata kompleks. Jadi dapat disimpulkan afiksasi adalah proses pembentukan kata
dengan cara membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia afiksasi
atau pengimbuhan sangat produktif. Hal tersebut terjadi karena kata pada proses
pembentukannya dengan cara menempelkan unsur-unsur atau bentuk lainnya. Seogijo
(1989: 26-39) menyebutkan afiks dapat digolongkan menjadi empat macam yaitu
sebagai berikut.
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
125
a.
Prefiks
Menurut Kridalaksana (2011: 199) prefiks adalah afiks yang ditambahkan
pada bagian depan pangkal, misalnya ber- pada kata bersepeda. Prefiks adalah afiks
yang diimbuhkan di muka bentuk dasar (Chaer, 2007: 178). Jadi dapat disimpulkan
bahwa prefiks adalah afiks imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata
dasar. Menurut Resmini, dkk (2006: 189-190) afiks-afiks dalam bahasa Indonesia,
yang termasuk jenis prefiks, dapat dibagi menjadi 13, yaitu meN-, ber-, di-, ter-, peN-,
pe-, se-, per-, pra-, ke-, a-, maha-, para-. Departemen Pendidikan Nasional (2012: 71)
menjelaskan bahwa prefiks asing yang bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat
dipertimbangkan pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan
ejaannya. Prefiks yang berasal dari bahasa asing antara lain, sebagai berikut.
a-, an-, „tidak, bukan, tanpa‟ tetap a-, an
anemia
anemia
aphasia
afasia
aneurysm
aneurisme
co-, com-, con- „dengan‟, „bersama-sama‟, „berhubungan dengan‟ menjadi ko-,
kom-, kon
coordination
koordinasi
commission
komisi
concetrate
konsentrat
ex- „sebelah luar‟ menjadi eks
exclave
ekslave
exclusive
eksklusif
im-, in-, il- „tidak‟, „di dalam‟, „ke dalam‟ tetap im-, in-, il
immigration
imigrasi
induction
induksi
illegal
ilegal
meta- „sesudah‟, „berubah‟, „perubahan‟ tetap meta
metamorphosis
metamorfosis
metanephros
metanefros
dan seterusnya.
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
126
b. Infiks
Menurut Kridalaksana (2011: 93) infiks adalah afiks yang diselipkan di dalam
bentuk dasar. Infiks adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar (Chaer,
2007: 178). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa infiks adalah afiks yang
disisipkan di tengah kata. Dalam bahasa Indonesia contoh infiks adalah: -el pada kata
telunjuk, –er pada kata seruling, dan -em pada kata temurun. Dalam bahasa Sunda -arpada kata barudak dan tarahu. Infiks dalam bahasa Indonesia tidak produktif. Sejak
dari buku-buku tata bahasa tradisional sampai sekarang, infiks bahasa Indonesia tidak
menghasilkan bentukan-bentukan baru. Karena itu, bentuk-bentuk yang mendapatkan
infiksasi itu dipandang sebagai bentuk dasar sekunder (Seogijo, 1989: 31). Sehingga
pembicaraan mengenai infiks kiranya tidak perlu lagi dikemukakan.
c.
Sufiks
Menurut Kridalaksana (2011: 230) sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada
bagian belakang pangkal; misalnya -an pada ajaran.
Sufiks adalah afiks yang
diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar (Chaer, 2007: 178). Jadi dapat disimpulkan
bahwa sufiks adalah afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Dalam bahasa
Indonesia sufiks tergolong afiks yang produktif. Imbuhan tersebut dilekatkan di
bagian akhir bentuk dasar yang merupakan hasil penyerapan dari bahasa asing.
Selain menyerap kosakata dari bahasa asing, untuk memperkaya bentuk
gramatikanyalnya, bahasa Indonesia juga menyerap sejumlah sufiks asing. Dalam
perkembangannya sufiks serapan tersebut mulai melembaga dalam khazanah kosakata
bahasa Indonesia. Badudu (1989: 84) menyebutkan bahwa dalam bahasa Indonesia,
ada unsur bahasa berupa akhiran (sufiks) yang dipungut dari bahasa asing yaitu bahasa
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
127
Sansekerta, Arab, Belanda dan Inggris. Kaitannya dengan penelitian ini yaitu akhiran
(sufiks) dari bahasa Inggris dan bahasa Belanda yang akan dijelaskan di bawah ini.
1) Akhiran –is
Dalam bahasa Indonesia dikenal kata-kata ekonomis, praktis, logis. Kata-kata
tersebut dipungut dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Belanda; economisch, praktisch,
logisch. Jadi dapat disimpulkan bahwa akhiran Belanda yaitu –isch dalam bahasa
Indonesia berubah menjadi –is. Kata-kata tersebut baik dalam bahasa Indonesia
maupun bahasa Belanda merupakan kata sifat.
Berbeda dengan bahasa Belanda, dalam bahasa Inggris yaitu berupa
economical, practical, logical. Melihat bentuk-bentuk yang digunakan dalam bahasa
Indonesia, dapat diartikan bahwa bentuk yang dipakai dalam bahasa Indonesia ialah
bentuk bahasa Belanda. Jika bahasa Indonesia mengambil dari bahasa Inggris maka
bentuk dalam bahasa Indonesianya adalah ekonomikal, praktikal, logikal, sedangkan
bentuk-bentuk tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia.
2) Akhiran –isme
Selain akhiran yang disebutkan di atas terdapat juga akhiran –isme. Dalam
bahasa Indonesia misalnya kolonialisme, modernisme, komunisme. Dalam bahasa
Belandanya yaitu kolonialisme, modernisme, communisme, sedangkan dalam bahasa
Inggris yaitu colonialism, modernism, communism. Dari kedua bentuk tersebut maka
diambil kesimpulan bahwa bentuk-bentuk dalam bahasa Indonesia dipungut dari
bahasa Belanda, bukan bahasa Inggris, karena bentuk bahasa Belanda lebih dekat
kepada bentuk bahasa Indonesianya. Akhiran –isme mengandung makna ajaran,
paham, aliran.
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
128
3) Akhiran –isasi
Akhiran –isasi merupakan akhiran dari bahasa Belanda. Dalam bahasa
Indonesia akhiran –isasi dapat dijumpai pada bentukan-bentukan seperti spesialisasi,
modernisasi, netralisasi. Dibandingkan dengan bahasa Belanda dan bahasa Inggris
dalam bentuk-bentuk dengan akhiran itu: specialisatie/specialization, modernisatie/
modernization, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk bahasa Belanda lah
yang masuk ke dalam bahasa Indonesia karena bentuk dan lafalnya yang sangat dekat
dibandingkan dengan bahasa Inggris.
Akhiran –isasi tidak sama dengan akhiran –asi atau –si. Seperti pada kata
publikasi, produksi, aksi. Dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggrisnya yaitu
publicatie/publication, productie/production, actie/action. Dari contoh tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa bentuk –atie atau –tie dari bahasa Belanda atau –ation/-tion
dari bahasa Inggris menjadi –asi/-si dalam bahasa Indonesia. Selain itu, huruf c dalam
ejaan asing yang dilafalkan /k/ dalam bahasa Indonesia ditulis dengan k.
4) Akhiran –ir
Dalam bahasa Indonesia terdapat akhiran –ir yang dipungut dari bahasa
Belanda. Misalnya pada kata dipublisir dan diprodusir. Bentuk dipublisir diambil dari
bentuk bahasa Belanda gepubliceerd; diprodusir dari bentuk geproduceerd.
Publiceren dan produceren dalam bahasa Belanda merupakan bentuk kata kerja,
sedangkan publicatie dan productie adalah bentuk kata benda. Jika mengambil bentuk
dipublisir, maka yang diambil bentuk kerja yaitu publisir sebagai bentuk dasarnya.
Kemudian dibentuk sekali lagi menjadi kata kerja dalam bahasa Indonesia dengan
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
129
awalan di-, sedangkan apabila yang diambil bentuk bendanya publikasi dan produksi,
maka membentuknya menjadi kata kerja dengan memberikan awalan di- atau medengan atau tanpa akhiran –kan sebagai imbuhan-imbuhan pembentuk kata kerja
dalam bahasa Indonesia.
publikasi (kata benda)
produksi (kata benda)
-dipublikasi
atau dipublikasikan (kata kerja)
-diproduksi
atau diproduksikan (kata kerja)
5) Akhiran –ur
Akhiran -ur merupakan akhiran yang dipungut dari bahasa Belanda. Misalnya
kata direktur, inspektur, kondektur. Kata-kata tersebut kemudian ejaannya
diindonesiakan. Artinya, dengan adanya penyesuaian ejaan maka cara menulis dan
pelafalannya pun mengikuti bahasa Indonesia. Dalam bahasa Belanda: directeur,
inspecteur, conductreur. Dalam bahasa Inggrisnya: director, inspector, conductor.
Dari kedua bentuk tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk bahasa Indonesia
dipengaruhi oleh bentuk bahasa Belanda. Bunyi –eur dijadikan –ur. Apabila kata-kata
tersebut dipungut dari bahasa Inggris yang terjadi bukan –ur melainkan –or.
Selain itu, dalam bahasa Indonesia juga dapat dijumpai pemakaian kata-kata
berakhir –ur yang berasal dari bahasa asing, tetapi bukan berasal dari bentuk –eur.
Kata-kata tersebut misalnya struktur, faktur, miniatur. Kata-kata tersebut diambil dari
bahasa Belanda: structuur, factuur, miniatuur. Bahasa Inggrisnya: structure,
miniature. Dari kedua bentuk di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk –ur
(yang kedua) dalam bahasa Indonesia berasal dari bentuk –uur dalam bahasa
Belanda.
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
130
6) Akhiran –if
Dalam bahasa Indonesia dijumpai bentuk-bentuk bersaing. Bentuk-bentuk
tersebut seperti: produktif menjadi produktip, aktif menjadi aktip, positif menjadi
positip. Dalam bahasa Belanda productief, actief, positief. Sedangkan dalam bahasa
Inggris productive, active, positive. Akhiran –ive dalam bahasa Inggris dan akhiran –
ief dalam bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia menjadi kata bentuk –if. Jadi dapat
disimpulkan bahwa huruf v dan f yang dilafalkan /f/ dalam bahasa Indonesia ditulis f.
Huruf f tersebut sudah ditetapkan dalam abjad sebagai salah satu huruf bahasa
Indonesia. Sehingga, tidak perlu huruf f diganti dengan p, demikian juga huruf v tidak
perlu diganti menjadi p, terkecuali pada beberapa kata yang sudah melembaga seperti
kata pikir dan paham.
7) Akhiran –al
Pedoman ejaan yang disempurnakan dalam Badudu (1989: 100) menyatakan
bahwa untuk bentuk –al mengacu pada bahasa Inggris. Kata-kata dalam bahasa
Inggris yaitu structural dan formal, sedangkan dalam bahasa Belanda structureel dan
formeel. Melihat bentuk-bentuk yang digunakan dalam bahasa Indonesia, dapat
diartikan bahwa bentuk yang dipakai dalam bahasa Indonesia ialah bentuk bahasa
Inggris. Jika bahasa Indonesia mengambil dari bahasa Belanda maka bentuk dalam
bahasa Indonesianya adalah strukturil dan formil, sedangkan bentuk-bentuk tersebut
tidak ada dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini ada pengecualian, bentuk yang
berbeda (-il dan –al) yang masing-masing mempunyai makna sendiri-sendiri sehingga
tidak perlu kedua-duanya dijadikan –al. Misalnya, kata moril berbeda maknanya
dengan kata moral, misalnya pendidikan moral artinya „pendidikan akhlak‟ tidak
dapat dikatakan pendidikan moril.
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
131
8) Akhiran –logi
Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai kata-kata yang berakhiran –logi.
Akhiran tersebut dipungut dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Belanda yaitu –logie dan
dalam bahasa Inggris –logy. Misalnya dalam bahasa Belanda technologie sedangkan
dalam bahasa Inggris yaitu technology. Kedua bentuk tersebut kemudian diserap
dalam bahasa Indonesia menjadi teknologi. Dalam bahasa Indonesia, huruf g pada –
logi dilafalkan sebagai bunyi /g/ sama halnya dengan bahasa Inggris sedangkan dalam
bahasa Belanda cenderung kepada bunyi /kh/.
9) Akhiran –oir/oire → -oar
Dari yang disebutkan di atas, terdapat satu lagi akhiran yang dipungut dari
bahasa Asing, yaitu akhiran –oar. Seperti kata dresoar, trotoar, repoterter. Badudu
(1989: 102) menyebutkan kata-kata tersebut dipungut dari bahasa Perancis yang
dipungut melalui bahasa Belanda, kemudian dipungut lagi oleh bahasa Indonesia.
Dalam ejaan aslinya yaitu dressoir, trottoir, reportire. Akan tetapi karena dalam
bahasa Indonesia tidak terdapat huruf i yang dibaca a maka bahasa Indonesia
menyerap dengan bentuk –oar baik dari penulisan maupun pelafalannya.
Depatemen Pendidikan Nasional (2012: 77) menyebutkan bahwa sufiks asing
dalam bahasa Indonesia dianggap sebagai bagian dari kata berafiks yang utuh. Kata
seperti standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata
standar, implemen, dan objek. Di bawah ini adalah daftar sufiks dari bahasa asing
sebagai berikut.
-
ancy, -ency (Inggris) menjadi –ansi, -ensi
efficiency
efisiensi
frequency
frekuensi
relevancy
relevansi
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
132
-
atie (Belanda), -(a) tion (Inggris) menjadi –(a) si
actie, action
aksi
publicatie, publication
publikasi
-
eur (Belanda) menjadi –ur
conducteur, conductor
directeur, director
inspecteur, inspector
kondektur
direktur
inspektur
icle (Inggris) menjadi –ikel
article
particle
artikel
partikel
-
-
iteit (Belanda), -ity (Inggris) menjadi –itas
faciliteit, facility
fasilitas
realiteit, reality
realitas
dan lain seterusnya.
d. Konfiks
Menurut Chaer (2007:179), konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi
yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar dan bagian yang ke dua
berposisi pada akhir bentuk dasar. Konfiks juga merupakan afiks tunggal yang terjadi
dari dua bagian yang terpisah; misal ke-an dalam kata keadaan, kelaparan, dan lainlain (Kridalaksana, 2011: 130). Konfiks ialah dua buah unsur afiks yang secara
bersama-sama melekat pada bentuk dasar dan secara bersama-sama pula mendukung
satu makna dan satu fungsi (Soegijo, 1989: 35). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
konfiks adalah afiks yang melekat di depan dan belakang bentuk dasar. Dalam bahasa
Indonesia yang tergolong sufiks ialah: ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an.
2.
Reduplikasi
Menurut Chaer (2007: 182-183) reduplikasi adalah proses morfemis yang
mengandung bentuk dasar, baik secara keseluruhan secara sebagian (parsial), maupun
dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh,
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
133
seperti kursi-kursi (dari dasar kursi), reduplikasi sebagian seperti kata lelaki (dari
dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi seperti bolak-balik (dari dasar
balik). Menurut Ramlan (1997: 63), proses pengulangan atau reduplikasi adalah
pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan
variasi fonem maupun tidak. Reduplikasi merupakan proses dan hasil pengulangan
satuan bahasa sebagai alat fonologi atau gramatikal (Kridalaksana, 2011: 208). Hasil
pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk
dasar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan reduplikasi adalah proses
pengulangan suatu kata baik secara keseluruhan atau sebagian, baik dengan variasi
fonem atau tidak. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi termasuk proses morfologis
yang kurang produktif. Hal tersebut karena reduplikasi dalam bahasa Indonesia ada
yang secara leksikal dapat diganti dengan suatu leksem. Misalnya pada kata tamutamu dapat diganti dengan kata para tamu. Penyebab lain adalah sistem bahasa
Indonesia tidak mengenal jamak (plural).
Ramlan (1997: 69) menyatakan bahwa berdasarkan cara mengulang bentuk
dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan. Pertama,
pengulangan seluruh, yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem
dan penambahan afiks. Dalam bahasa Indonesia misalnya kata sepeda menjadi
sepeda-sepeda. Kedua, pengulangan sebagian, yaitu pengulangan sebagian dari
bentuk dasar. Misalnya dari kata mengambil menjadi mengambil-ambil. Ketiga,
pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan
terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula
mendukung satu fungsi. Dalam bahasa Indonesia, misalnya kata kereta menjadi
kereta-keretaan. Keempat, pengulangan dengan perubahan fonem, yaitu pengulangan
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
134
dengan perubahan bunyi. Dalam bahasa Indonesia, contohnya sangat sedikit, misalnya
bolak-balik, gerak-gerik, sayur-mayur, dan sebagainya.
3.
Komposisi
Menurut Chaer (2007: 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan
morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga
terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang
baru. Perpaduan atau pemajemukan atau komposisi ialah proses penggabungan dua
leksem atau lebih yang membentuk kata (Kridalaksana, 1992: 104). Jadi dapat
disimpulkan komposisi merupakan proses menggabungkan morfem dasar dengan
morfem dasar sehingga membentuk kata baru. Kata yang terjadi dari gabungan dua
kata itu lazim disebut kata majemuk (Ramlan, 1997: 76). Kata majemuk ialah
gabungan dua buah morfem atau lebih yang membentuk kesatuan makna dan
bercirikan sebuah kata (Soegijo, 1989: 63). Misalnya rumah sakit, meja makan,
kepala batu, dan keras hati.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 87-90) menyebutkan
bahwa istilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan dua
bentuk atau lebih, yang mejadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa (1)
gabungan bentuk bebas dengan bentuk bebas, (2) bentuk bebas dengan bentuk terikat,
atau (3) bentuk terikat dengan bentuk terikat.
a. Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Bebas
Gabungan bentuk bebas merupakan penggabungan dua unsur atau lebih, yang
unsur-unsurnya dapat berdiri sendiri sebagai bentuk bebas. Gabungan bentuk bebas
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
135
meliputi: pertama, gabungan bentuk dasar dengan bentuk dasar, merupakan
penggabungan dua bentuk dasar atau lebih, misalnya rawat jalan, dengan bentuk
dasar rawat dan jalan. Kedua, gabungan bentuk dasar dengan bentuk berafiks,
merupakan penggabungan bentuk dasar dan bentuk berafiks, misalnya sistem
pencernaan, kata pencernaan mempunyai bentuk dasar cerna dan mendaptkan
imbuhan peN- dan –an. Ketiga gabungan bentuk berafiks dengan bentuk berafiks,
yaitu penggabungan bentuk berafiks dengan bentuk berafiks, contohnya perawatan
kecelakaan, kata perawatan mempunyai bentuk dasar rawat dan mendapat imbuhan
peN- dan –an sedangkan kata kecelakaan mempunyai bentuk dasar celaka mendapat
imbuhan ke- dan -an.
b. Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat
Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan dua bentuk
atau lebih yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini
gabungan bentuk bebas dengan bentukan terikat berasal dari serapan bahasa asing
yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Semua ini menunjukan kata-kata
serapan yang masuk ke dalam bahasa Indonesia itu melalui berbagai proses salah
satunya bentuk gabungan. Ada sejumlah bentuk terikat yang dapat digunakan dalam
pembentukan istilah yang berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Melayu, misalnya:
bentuk catur- bergabung dengan wulan sehingga menjadi caturwulan dalam bahasa
Inggris menjadi quarter. Ada lagi pada bentuk pasca- yang bergabung dengan sarjana
menjadi pascasarjana kemudian dalam bahasa Inggris postgrduate.
Sementara itu, bentuk terikat yang berasal dari bahasa asing Barat dengan
beberapa pengecualian langsung diserap bersama-sama dengan kata lain yang
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
136
mengikutinya. Misalnya gabungan bentuk asing Barat dengan kata Melayu-Indonesia
yaitu kata modernization berubah menjadi modernisasi. Selain itu, juga terdapat pada
kata globalization berubah menjadi globalisasi. Kemudian gabungan bentuk bebas
dan bentuk terikat seperti –wan dan –wati dapat dilihat pada kata ilmuan yang berasal
dari bentuk scientist.
c. Gabungan Bentuk Terikat dengan Bentuk Terikat
Istilah majemuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk terikat dan
bentuk terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda hubung. Dalam bahasa
Inggris misalnya kata decade.
Kata tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi dasawarsa. Selain itu, terdapat kata swantara yang berasal dari
bentuk selfgoverment. Dari kedua bentukan tersebut menunjukkan bahwa tidak diberi
tanda penghubung.
E. Tajuk Rencana
1.
Pengertian Tajuk Rencana
(Romli, 2009: 91) menyatakan tajuk rencana atau yang biasa disingkat „tajuk‟
dikenal sebagai „induk karangan‟ sebuah media massa. Kuncoro (2009: 33)
menyebutkan tajuk rencana merupakan artikel utama dalam surat kabar yang berisi
pandangan atau pendapat redaksi terhadap peristiwa/isu yang sedang hangat
dibicarakan pada saat surat kabar itu ketika diterbitkan. Tajuk rencana atau yang
sering disebut editorial adalah opini yag berisi berisi pendapat/sikap resmi suatu
media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau
kontroversial yang berkembang di masyarakat (Pujanarko dalam Kuncoro, 2009: 33).
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa tajuk rencana adalah artikel pokok dalam
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
137
surat kabar, mengenai masalah aktual, fenomenal atau kontroversial yang berkembang
di masyarakat. Tajuk rencana juga merupakan pandangan redaksi mengenai peristiwa
yang sedang menjadi pembicaraaan pada saat surat kabar itu ketika diterbitkan. Tajuk
rencana yang berupa artikel pendek dan mirip dengan kolom, biasanya ditulis oleh
pimpinan redaksi atau redaktur. Opini yang ditulis pihak redaksi tersebut diasumsikan
dapat mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan.
2.
Fungsi Tajuk Rencana
Tajuk rencana biasanya ditulis secara panjang, hal ini bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada penulisnya untuk memasukan analisisnya dan
menguraikan permasalahan yang ingin diungkapkannya. Karena hal tersebut,
(Djuroto, 2004: 78) menyebutkan tajuk rencana mempunyai kebebasan dalam
menguraikan masalah, sehingga ada beberapa fungsi dari tajuk rencana yaitu, a)
meramalkan, yaitu isi dari tajuk rencana biasanya berupa analisis yang bersifat ke
depan, dari peristiwa aktual yang kini terjadi. Artinya, penulis memasukan
imajinasinya untuk memprediksi atau meramal kejadian-kejadian yang akan datang
berdasarkan informasi yang melatar belakangi ditulisnya sebuah tajuk rencana, b)
memaparkan, maksudnya penulisan tajuk rencana biasanya digunakan untuk
memaparkan kembali berita atau peristiwa yang kurang jelas dalam pemuatan
penerbitannya, jadi penulis berfungsi sebagai guide dalam memperjelas informasi
pemberitaannya, c) mengungkapkan, selain bersandar pada informasi pemberitaan
penerbitannya, penulis tajuk rencana biasanya mengangkat permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat sebagai sumber informasinya. Jadi penulis harus
mempunyai kepekaan dalam menjaring aspirasi masyarakat.
Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016
Download