13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
negara. Istilah pertumbuhan ekonomi bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang
dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lain, negara satu dengan
negara lainnya.
Menurut Kuznets dalam Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan
semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan
ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan
idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen:
1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terusmenerus persediaan barang
2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang
menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka
macam barang kepada penduduk
3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara
tepat.
13
14
Dengan bahasa lain, Boediono dalam Hutabarat (2010) menyebutkan
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang.
Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output per kapita, dan
jangka panjang. Jadi pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan
gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu. Boediono menyebutkan secara lebih
lanjut bahwa pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output per
kapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai
pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya
apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output per kapita
bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam
perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang
tersebut output per kapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
Menurut Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
peningkatan hasil atau outpt masyarakat yang disebabkan oleh makin banyaknya
jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat. Ada
tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa,
antara lain:
1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal manusia atau sumber daya
manusia.
2. Pertumbuhan
penduduk,
yang
beberapa
memperbanyak jumlah angkatan kerja.
3. Kemajuan teknologi.
tahun
selanjutnya
akan
15
Secara umum pertumbuhan ekonomi memiliki arti peningkatan pada
Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan peningkatan output dan
pendapatan riil perkapita memang bukanlah satu-satunya sasaran kebijakan
terutama di negara-negara berkembang. Namun kebijakan ekonomi menaikkan
tingkat pertumbuhan output memang perlu dilakukan. Hal ini berdasarkan alasan,
karena pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai suatu syarat yang sangat
diperlukan untuk perbaikkan kesejahteraan masyarakat dan mencapai tujuantujuan pembangunan lainnya seperti peningkatan pendapatan dan kekayaan
masyarakat, ataupun penyediaan fasilitas dan sarana-sarana sosial lainnya.
2.2.
Pengertian Degradasi Lingkungan
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Sumber daya lingkungan, seperti udara,
air, lahan, dan biota, dapat menyediakan barang dan jasa yang secara langsung
maupun tidak langsung mendapatkan manfaat ekonomis. Mengingat bahwa daya
dukung alam sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, maka
kemampuan daya dukung alam tersebut harus dijaga agar tidak terdegradasi.
Menurut
Wardhana
(1995),
Secara
umum
degradasi
lingkungan
disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dimana degradasi lingkungan
berasal dari dalam bumi atau alam itu sendiri, dan faktor eksternal dimana
16
degradasi lingkungan berasal dari ulah manusia dalam rangka meningkatkan
kualitas dan kenyamanan hidupnya.
Pemanasan global memiliki dampak turunan terhadap kualitas lingkungan.
Peningkatan suhu bumi dan perubahan iklim berdampak signifikan pada
berkurangnya kualitas dan kenyamanan hidup. Luasnya definisi degradasi
lingkungan menyebabkan perlu adanya pembatasan ruang lingkup akan apa yang
dimaksud dengan degradasi lingkungan itu sendiri. Konteks degradasi lingkungan
dalam penelitian ini dilihat melalui pencemaran udara yang menyebabkan efek
Gas Rumah Kaca dan beberapa masalah turunan lainnya.
Penelitian akan emisi gas rumah kaca yang dapat ditolelir bumi telah
banyak dilakukan. Belum ada kesepakatan bersama yang menetapkan batas
ambang dari emisi gas rumah kaca. Hansen (2010), seorang peneliti dari NASA,
mengatakan bahwa jika manusia berharap melestarikan bumi maka manusia harus
mengurangi emisi CO2 menjadi 350 ppm (www.iklimkarbon.com, 2010).
2.3
Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Degradasi Lingkungan:
Teori Kuznets
Orientasi pertumbuhan ekonomi telah memacu permintaan terhadap
sumberdaya
alam
yang
semakin
besar.
Metode
produksi
yang
tidak
memungkinkan adanya substitusi input tersebut berdampak terhadap eksploitasi
sumberdaya tersebut sehingga ketersediaannya semakin menipis. Simon Kuznets,
peraih penghargaan Nobel pada tahun 1955 membuat suatu hipotesis mengenai
hubungan pertumbuhan ekonomi dengan lingkungan yang dikenal dengan
17
hipotesis Environmental Kuznets Curve. Berdasarkan hipotesis Environmental
Kuznets Curve, kerusakan lingkungan yang parah rawan terjadi di negara-negara
berkembang yang mayoritas merupakan negara-negara yang berpenghasilan per
kapita rendah. Hal ini terjadi karena pada fase awal pertumbuhan industrialisasi
sangat besar fokusnya pada bagaimana ekonomi berkembang pesat dan banyak
menyerap tenaga kerja. Isu lingkungan belum menjadi agenda utama dan
pemerintah belum banyak terlibat dalam upaya perbaikan sistem pasar. Pada fase
ini terjadi korelasi positif antara degradasi lingkungan karena banyak bahan
polutan di udara dengan pertumbuhan ekonomi.
Emisi Bahan Polutan
EKC Konvensional
Pendapatan per kapita
Sumber: Kahutu, 2006
Gambar 2.1. Hipotesis Environmental Kuznets Curve
Namun, pada tingkat pendapatan tertentu terdapat titik balik. Pada fase ini
kesadaran pentingnya kualitas lingkungan sudah mulai berkembang. Public goods
seperti kualitas lingkungan serta kesehatan telah menjadi bagian permintaan
masyarakat. Tekanan atas kebutuhan tersebut baik terpaksa maupun tidak, industri
melakukan kebijakan perubahan metode produksi. Pada fase ini terdapat income
yang cukup untuk melakukan usaha-usaha perbaikan lingkungan.
18
Penjelasan lebih jelasnya mengenai terjadinya inverted U pada kurva
Kuznets adalah sebagai berikut :
1. Terjadinya pergeseran transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri
karena adanya dorongan investasi asing. Pada tingkat pendapatan rendah di
negara berkembang, pendapatan industri masih rendah dan akan meningkat
seiring peningkatan pendapatan. Peningkatan sektor indutri ini menyebabkan
polusi di negara sedang berkembang juga akan mengalami peningkatan dan
ketika terjadi transformasi dari sektor industri ke sektor jasa, polusi akan
menurun seiring peningkatan pendapatan.
2. Permintaan akan kualitas lingkungan akan mengalami peningkatan seiring
dengan peningkatan pendapatan. Hal ini bermula ketika pendapatan masih
rendah, sulit bagi pemerintah negara berkembang untuk melakukan proteksi
terhadap lingkungan. Ketika pendapatan mulai meningkat, masyarakat mulai
mampu untuk membayar kerugian lingkungan akibat dari kegiatan ekonomi.
Pada tahap ini masyarakat mau mengorbankan konsumsi barang demi
terlindunginya lingkungan.
Pertumbuhan pendapatan akan diiringi dengan kenaikan tingkat polusi,
dan kemudian menurun lagi dengan kondisi pertumbuhan pendapatan tetap
berjalan. Teori ini didasarkan pada permintaan terhadap kualitas lingkungan yang
meningkatkan pengawasan sosial dan regulasi pemerintah sehingga masyarakat
akan lebih sejahtera.
19
2.4
Hubungan Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy) dan
Degradasi Lingkungan
Ada beberapa indikator yang menunjukan tingkat keterbukaan suatu
perekonomian atau Openness of the Economy yaitu perdagangan, tingkat suku
bunga dalam Negeri, International risk sharing, dan rasio investasi terhadap
tabungan domestik. Keterbukaan ekonomi dapat dijelaskan dengan penjumlahan
nilai ekspor dan impor. Perdagangan internasional memiliki sejumlah argumen
yang mendukung serta menolaknya, dengan beragam alasan yang mendasarinya.
Namun argumen yang mendukung dan menolaknya tidak ada yang memiliki
kebenaran absolut. Manfaat yang diperoleh suatu Negara dengan adanya
perdagangan Internasional bergantung pada struktur perekonomian Negara itu
sendiri.
Keterbukaan ekonomi dapat memiliki hubungan positif maupun negatif
dengan degradasi lingkugan. Kahuthu (2006) menemukan adanya pengaruh positif
keterbukaaan ekonomi dalam menjelaskan hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan degradasi lingkungan. Namun, keterbukaan ekonomi bisa saja
berpengaruh negatif terhadap degradasi lingkungan apabila terdapat transfer
informasi teknologi dari dunia global ke dalam suatu perekonomian sehingga
dapat melakukan kegiatan produksi dengan lebih efisien.
2.5
Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini akan menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dan degradasi lingkungan melalui variabel gas CO2 dan beberapa komponen gas
rumah kaca (GRK) yang merepresentasikan indikator lingkungan. Berbagai
20
penelitian tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan degradasi
lingkungan telah banyak dilakukan dan didapatkan hasil yang beragam.
Grossman dan Krueger (1995) melakukan penelitian tentang hubungan
pertumbuhan ekonomi dengan kualitas lingkungan. Mereka menggunakan GDP
per kapita sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan menggunakan polusi udara
perkotaan, oksigen pada aliran sungai, dan kontaminasi aliran air sungai oleh
logam berat sebagai indikator lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
reduce-form untuk melihat hubungan pertumbuhan ekonomi dengan indikator
lingkungan yang telah ditetapkan. Data diperoleh dari 287 titik sungai pada 58
negara tahun 1979 sampai dengan tahun 1990. Penelitian telah memberikan
dukungan untuk model EKC. Untuk kebanyakan indikator, pertumbuhan ekonomi
membawa tahap awal kerusakan diikuti oleh fase berikutnya perbaikan. Titik balik
untuk polutan yang berbeda bervariasi, tetapi dalam banyak kasus didapatkan
Negara mencapai titik balik pada tingkat pendapatan perkapita sebesar 8.000
dollar.
Kahuthu (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui dampak
pertumbuhan ekonomi terhadap kerusakan lingkungan yang dilihat melalui gas
CO2 dan luas hutan. Data yang digunakan adalah data panel yang terdiri dari 84
Negara dari berbagai level pertumbuhan selama tahun 1960-2000. Model yang
digunakan adalah model kuadratik yang diestimasi menggunakan fixed effect
model. Penelitian ini menghasilkan dukungan terhadap EKC model dimana
terdapat hubungan berbentuk kurva-U terbalik antara pertumbuhan ekonomi
dengan kerusakan lingkungan. Hasil dari pengulangan estimasi setelah melakukan
modifikasi pada model dengan menambahkan variabel keterbukaan ekonomi
21
menyebutkan bahwa jika suatu Negara semakin terintegrasi (memiliki tingkat
keterbukaan ekonomi yang lebih tinggi) maka akan semakin tinggi tingkat emisi
yang dihasilkan dan semakin tinggi titik puncak yang harus dicapai agar kemudian
pertumbuhan ekonomi mengarah pada pengurangan emisi dan kerusakan
lingkungan.
Choi et al. (2010) melakukan penelitian akan hubungan emisi CO2 dengan
pertumbuhan ekonomi dan keterbukaan ekonomi pada negara Korea, Cina, dan
Jepang untuk tahun 1971-2006. Melalui proses estimasi yang dilakukan
menggunakan metode OLS. Hasil yang didapat untuk studi kasus Negara Korea
tidak sejalan dengan konsep EKC yang menyebutkan bahwa hubungan
pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan akan membentuk kurva-U
terbalik. Untuk Negara Cina, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan
emisi CO2 membentuk kurva-N. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat memberikan
peningkatan kualitas lingkungan secara berkesinambungan karena pada titik balik
kedua, pertumbuhan ekonomi akan kembali memberikan dampak negatif bagi
kualitas lingkungan di Cina. Sedangkan untuk kasus negara Jepang, penelitian
mengarah pada kurva-N terbalik dalam menggambarkan pola hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dengan emisi CO2. Meskipun untuk kasus negara Jepang
pada akhirnya peningkatan ekonomi dapat memberikan perbaikan kualitas
lingkungan yang ditinjau melaui emisi CO2 dalam penelitian ini, namun model
hubungan yang ditemukan berbeda dengan EKC model yang berbentuk kurva-U
terbalik.
Hutabarat (2000) melakukan penelitian menggunakan analisis regresi
berganda dengan model Fixed Effect Model (FEM) dengan metode Fixed Effect
22
Model Fixed Cross Section yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel PDB sektor industri terhadap kualitas lingkungan yang ditinjau melalui
emisi Sulfur dan emisi CO2 di lima negara ASEAN selama 21 tahun. Dari
penelitian tersebut, ditemukan hubungan yang membentuk fungsi kubik untuk
kasus emisi surfur dan emisi CO2.
Akpan dan Chuku (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan
pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan untuk studi kasus negara
Nigeria. Mereka menggunakan data tahun 1960 sampai dengan tahun 2008
dengan GDP per kapita sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan CO2 sebagai
indikator degradasi lingkungan. Model ARDL digunakan untu melihat hubungan
antara keduanya. Akpan dan Chuku (2011) juga turut memasukan tingkat
keterbukaan ekonomi (openness ratio) sebagai variabel lain yang turut
mempengaruhi degradasi lingungan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa untuk
studi kasus negara Nigeria, pertumbuhan ekonomi berasosiasi dengan peningkatan
degradasi lingkungan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Hubungan kurva-N terbalik sebagai hasil penelitian tidak memberikan dukungan
terhadap EKC model.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penambahan
indikator lingkungan CH4 dan N2O sebagai emisi komponen gas rumah kaca
diharapkan dapat memberikan pengaruh yang lebih spesifik akan pertumbuhan
ekonomi terhadap degradasi lingkungan. Penambahan indikator keterbukaan
ekonomi dilakukan kembali untuk menangkap pengaruh tingkat keterbukaan
ekonomi. Berbeda dengan Choi et,al (2010), penelitian ini menggunakan cross
23
section dan time series yang lebih banyak. Meskipun tidak sebanyak Kahutu
(2006), namun indikator lingkungan yang digunakan lebih banyak dengan time
series yang lebih up to date.
2.6.
Kerangka Pemikiran
Perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara
untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. “Pengejaran
pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara
di dunia dewasa ini. Dalam melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi dilakukan untuk mewujudkan perbaikan kualitas hidup dan
mengatasi permasalahan yang berkaitan atau berakar dari masalah kesejahteraan.
Perbaikan infrastruktur, pelayanan masyarakat, dan kualitas kehidupan merupakan
beberapa fokus dari pertumbuhan ekonomi. Suatu sistem perekonomian dapat
berintegrasi dengan perekonomian lain untuk menciptakan hubungan yang saling
menguntungkan melalui perdagangan bebas demi terciptanya percepatan
ekonomi.
Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan
aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan berlebihan terhadap kualitas
lingkungan hidup yang pada akhirnya mengancam swasembada pangan,
pemerataan distribusi pendapatan, serta potensi pertumbuhan ekonomi di masa
mendatang. Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan memanfaatkan sumberdaya
untuk menghasilkan barang atau jasa yang memiliki nilai ekonomi.
24
Inefisiensi kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam , kurangnya kesadaran
ekonomi, dan konsepsi pertumbuhan ekonomi yang mengesampingkan aspek
lingkungan yang dikenal dengan “grow first clean up later” memperbesar
dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kerusakan lingkungan. Kemajuan
teknologi dapat mengurangi emisi yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi dengan
meningkatkan efisiensi. Konsep pengejaran pertumbuhan ekonomi untuk
mengejar tingkat pendapatan yang lebih tinggi dalam mengurangi dampak
pertumbuhan ekonomi harus selalu dipertanyakan kebenarannya. Hal ini
disebabkan karena dalam pelaksanaanya, apabila pertumbuhan ekonomi pada
tingkat pendapatan yang lebih tinggi tidak mengurangi kerusakan lingkungan
maka dunia akan terarahkan pada kerusakan lingkungan yang tak terhindarkan.
Memacu
Peningkatan
Pertumbuhan dan
Keterbukaan
Ekonomi
Permintaan SDA
(ekspolitasi SDA)
•
•
•
Grow first clean up later
Kurangnya kesadaran
lingkungan
inefisiensi
Degradasi Lingkungan
(Emisi gas Rumah Kaca)
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Peningkatan
taraf hidup
25
2.7.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu serta variabel-variabel
yang dijelaskan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini dirumuskan
hipotesis, yaitu:
1. Dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kualitas lingkungan hidup yang
diukur dengan emisi gas rumah kaca, yaitu melalui emisi Karbondioksida
(CO2), Metana (CH4), dan Nitrogen Oksida (N2O) di negara berkembang dan
negara maju signifikan dengan konsep Environmental Kuznets Curve model.
Pertumbuhan ekonomi pada tingkat pendapatan rendah (sebelum titik balik)
akan meningkatkan degradasi lingkungan, namun pada tingkat pendapatan
yang lebih (setelah titik balik) tinggi pertumbuhan ekonomi akan memberikan
perbaikan kualitas lingkungan.
2. Tingkat keterbukaan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap emisi gas
rumah kaca dalam penelitian ini. Semakin suatu Negara terbuka
perekonomiannya (terintegrasi), maka semakin besar dampak kerusakan
lingkungan yang diberikan.
Download