BAB II DESKRIPSI ORGANISASI PEMUDA KATOLIK A. Sejarah Singkat Pemuda Katolik di Indonesia Sejarah Pemuda Katolik tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Gereja Katolik, realitas sosial kemasyarakatan, situasi konkrit kaum muda dan perjalanan sejarah bangsa. Karena itu catatan sejarah Pemuda Katolik senantiasa bersentuhan bahkan berkaitan dengan sejarah pergerakan, perjuangan, perkembangan pemuda Indonesia, Pemuda Katolik merupakan organisasi kemasyarakatan pemuda yang dibentuk pada tanggal 15 November 1945 di Yogyakarta dengan Santo Pelindungnya Santo Yohanes Bercmans. Organisasi kaum muda Katolik di Indonesia pada era pra-kemerdekaan masih berskala lokal Keuskupan/Daerah, namun sejak sekitar tahun 1920-an, kaum muda Katolik Indonesia telah berperan aktif dalam pergerakan pemuda Indonesia yang pada masa itu telah memiliki kesadaran nasional memperjuangkan adanya suatu negara bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Pada tahun 1908 terjadi dinamika dalam situasi sosial politik di Indonesia dimana pada tahun ini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Masa ini ditandai dengan bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran memperjuangkan nasionalisme Republik Indonesia yang sebelumnya tidak ada selama penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai 27 Universitas Sumatera Utara dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Otomo 1908 dan Ikrar Sumpah Pemuda tahun 1928. Sebelum kemerdekaan, organisasi kaum muda katolik yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah Katholieke Jongelingen Bond (KJB) pada pertengahan November 1914 di Batavia. Organisasi ini diprakarsai oleh organisasi yang juga dari umat katolik yaitu Katholieke Sociale Bond (KSB) yang bergerak dibidang sosial dibawah naungan Pastor J. Van Rijckevorsel. KJB adalah organisasi bagi para remaja yang telah menyelesaikan sekolah lanjutan pertamanya hingga usia 20 (karena saat usia 21 tahun adalah usia minimum untuk masuk KSB). Dalam organisasi yang kebanyakan adalah remaja laki-laki (yang juga sebagian besar anggotanya berkebangsaan belanda) ini dimaksudkan pada saat itu untuk membina meraka dalam pelajaran katekismus yang tidak mereka dapatkan di sekolah. Disamping itu, KJB juga menyediakan sepeda bagi kaum muda yang bertempat tinggal jauh guna membantu kaum muda berkumpul, membentuk klub debat dan klub musik, sampai mempunyai majalah sendiri. Dan akhirnya diperkirakan pada tahun 1942 organisasi ini dilarang oleh pemerintah jepang yang saat itu mulai menduduki indonesia. Selain organisasi KJB yang ada di batavia, ada juga perkumpulan pelajar laki-laki dan perempuan yang ada di Muntilan pada tahun 1925 yaitu Pakempalan Paloepi Darma. Perkumpulan ini bertujuan untuk membantu penyebaran Kerajaan Allah di tanah Jawa dan membantu pemuda pribumi dalam menjalani pendidikan imamat demi munculnya imam pribumi, melalui doa dan pengumpulan dana. 28 Universitas Sumatera Utara Sehingga mereka terus mengajak orang-orang muda yang lain baik laki-laki dan perempuan untuk terlibat dalam usaha kecintaan terhadap Tanah Air melalui penyebaran iman katolik dan pendidikan imam pribumi. Setelah KJB yang sebagian besar anggotanya adalah remaja yang berkebangsaan Belanda, maka anak-anak muda pribumi merasa kurang betah di KJB dan memutuskan untuk membentuk organisasi sendiri bagi anak-anak muda katolik pribumi. Sehingga organisasi ini dinamakan Moeda Katholiek pada tanggal 1 Agustus 1929 di Yogyakarta. Keanggotaannya mulai anak-anak Standaardschool (SD berbahasa jawa) sampai pemuda-pemudi yang sudah bekerja. Sedangkan yang wanita didirikan Moeda Wanita Katholiek. Hal ketidaknyamanan anak-anak pribumi di KJB dikarenakan perbedaan budaya anakanak Belanda dan juga perbedaan mentalitas dari “anak-anak yang menjajah” dan “anak-anak yang dijajah”. Sehingga digambarkan bahwa anak-anak Belanda mendapatkan segala hak dan status yang mapan sedangkan anak-anak pribumi secara samar-samar disadarkan dari gerakan kebangkitan nasional yang mulai menghendaki persamaan hak, kemandirian, dan akhirnya kemerdekaan. Organisasi ini tidak mematikan organisasi yang sudah ada seperti Paloepi Darma, karena keduanya mempunyai tujuan yang berbeda. Dalam Moeda Katholiek merupakan organisasi pemuda yang bersifat umum (non kegerejaan/keagamaan) dengan kegiatan seperti olah raga, seni, debat masalah sosial-politik atau kelompok studi dan sebagainya. Sedangkan Paloepi Darma memfokuskan pada gerakan anak-anak/pemuda-pemudi untuk membantu melalui 29 Universitas Sumatera Utara doa dan bantuan dana bagi terbentuknya imam pribumi. Dan diperbolehkan untuk satu orang yang sama menjadi anggota dari keduanya. Sama seperti halnya KJB, organisasi Moeda Katholiek dan Moeda Wanita Katholiek berhenti melakukan kegiatan karena dilarang oleh pemerintahan jajahan jepang. Pergerakan Politik umat Katolik di Indonesia diawali pada tahun 1922 dengan berdirinya Gerakan Kepanduan di sekolah Katolik (pembinaan anggota pandu selain keterampilan kepanduan juga disertai penguatan iman kristiani, kemandirian, ketaraan, dan cinta tanah air). Pada tahun ini, Pastor Van Lith, dialun-alun Mangkunegara pada suatu pagi menyaksikan “Padvider pribumi” (Pramuka) sedang latihan. Pada saat itu, Pastor Van Lith merenungkan (dari catatan harian beliau) sebagai berikut: “Pada saat ini anak-anak pribumi tampak jina bagi pemerintah Hindia Belanda, akan tetapi besok bila mereka telah dewasa pasti akan datang saatnya mereka akan menjadi musuh Pemerintah Belanda. Dan jika hal ini terjadi, saya akan memihak bangsa Indonesia. Nasib bangsa Indonesia yang akan datang terletak pada pemuda-pemudanya. Demikian juga nasib Gereja di Indonesia ini, terletak pada pemuda-pemuda Katolik-nya.” 24 Bulan Agustus tahun 1923, sejumlah 30 guru bekas murid-murid Keweekschool (SGB) jaman penjajahan Belanda yang usianya 22-23 tahun mendidikan perkumpulan Katolik untuk aksi politik bagi orang-orang Jawa. Saat itu jumlah orang Katolik di Jawa sekitar 1.000 orang. Bulan Febuari tahun 1925 berdiri perkumpulan Politik Katolik Jawa. 24 Pada tahun 1928 untuk pertama Pemuda Katolik. 2009. Buku Kenangan Kongres Nasional XIV Pemuda Katolik. Manado. hal.11-12 30 Universitas Sumatera Utara kalinya dilaksanakan Kongres Kaum Katolik di komplek Gereja Katedral Jakarta. Untuk memperingati Kongres pertama dibagunun sebuah tugu pemuda di kompleks Gereja Katedral Jakarta. 25 Tahun 1930 organisasi-organisasi politik umat Katolik bersatu menjadi “Persatuan Politik Katolik Indonesia” di seluruh Indonesia (Hindia Belanda) sebelum pecah, terdapat 41 cabang. Organisasi kaum muda katolik setelah Kemerdakaan Indonesia Tak lama kemudian sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan, pada tahun itu juga didirikan sebuah organisasi kaum muda katolik bernama Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI) yang dibentuk oleh Partai Politik Katolik Indonesia (PPKI) dalam kongresnya di Surakarta tanggal 8 Desember 1945. Pembentukan dari AMKRI ini memang antara lain untuk mewadahi golongan kaum muda katolik yang saat itu mau berjuang dan berkorban bersama golongan lain selama revolusi. Disamping itu, juga yang menjadi tujuan utama didirikannya AMKRI adalah untuk menjawab seruan Pemerintah Republik Indonesia yang kala itu mengajak agar masyarakat mendirikan organisasi sebagai sarana perjuangan dalam membangun Republik Indonesia. AMKRI juga memperhatikan masalah dibidang pendidikan. Saat dicabutnya peraturan pemerintah balatentara Jepang yang melarang pihak swasta menyelenggarakan pendidikan di bulan Mei 1945, AMKRI mulai memprakarsai 25 Wawancara dengan Oloan Simbolon di Hotel Danau Internasional, Jalan Imam Bonjol No.17 pada 13 Desember 2014 pukul 09:30 31 Universitas Sumatera Utara pendirian Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik untuk sore hari di Yogyakarta yang sekarang ini menjadi SMA St. Thomas, Yogyakarta. Hal ini dimaksudkan untuk menampung lulusan Sekolah Menengah Katolik (SMK) dari Bintaran dan Dagen Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Para suster Santo Carolus serta para suster Fransiskanes. Tanggal 15 November 1945 lahir Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI) ditengah ramainya perjuangan dan munculnya organisasi kepemudaan. Tanggal 7- 12 Desember 1949 dalam Kongres Umat katolik Seluruh Indonesia (KUKSI) lahir Muda Katolik Indonesia (MKI). 26 Seterusnya pada Juni 1960 Muda Katolik Indonesia dalam kongres di Solo diubah menjadi Pemuda Katolik yang diusulkan oleh Munajat (yang pernah menjadi Delagasi RI ke Konferensi Meja Munda (KMB). Ketika tahun 1965, saat Partai Komunis Indonesia (PKI) merajalela, Pemuda Katolik mengubah politiknya bersama organisasi yang lain. Semua organisasi pemuda berbaju hitam, hanya gambar dibelakang yang membedakannya, salib, kepala banteng, dan lain-lain. Dalam masa itu Pemuda Katolik kesulitan membendung masa PKI. Pemuda Katolik tidak mempunyai banyak masa. Saat itu orang Katolik jumlahnya belum banyak. Timbul inisiatif untuk mendidik 50 orang anggota Pemuda Katolik secara basis Marhaen. Hasilnya memang mengejutkan, pemuda PNI berkembang pesat dengan terjunnya Marhaen Katolik. Namun sayang bahwa generasi muda Marhaen yang Katolik tidak sehebat dan sepaham dengan generasi muda pertama dan kedua. 26 Michael Dua, Dkk.. 2008. Politik Katolik, Politik Kebaikan Bersama. Jakarta: Obor. hal. 79. 32 Universitas Sumatera Utara Sejak proklamasi Kemerdekaan hingga tahun 1966 Partai Katolik selalu duduk dalam kabinet. Tahun 1948-1950 berlaku Kasimo Plan, yaitu rencana produksi pertanian selam tiga tahun yang dicetuskan oleh Bapak I. J. Kasimo yang saat itu menjadi Menteri Muda Kemakmuran. Tanggal 1-17 Desember 1949 diadakan KUKSI. Dalam KUKSI diputuskan untuk Partai Katolik, yaitu satusatunya partai politik di Indonesia bagi umat Katolik. Tanggal 21 Februari 1957, diumumkan adanya Konsepsi Presiden, yaitu ide mengenai Demokrasi Indonesia yang berdasarkan Gotong-royong. Berdasarkan ide tersebut, dibentuk Dewan Nasional dan Kabinet Kaki Empat (terdiri dari Masyumi, NU, PNI, dan PKI). Mengenai Konsepsi Presiden yang ditawarkan kepada partai-partai tersebut, NU, PSII, Parkindo, IPKI, PSI menyatakan pikir-pikir dulu, sedangkan Partai Katolik dan Masyumi dengan tegas menolak. Sejak saat itu, Partai Katolik dan Masyumi tidak pernah diikutsertakan dalam Pemerintahan (tidak ikut duduk dalam Kabinet/tidak ada umat Katolik yang menjadi Menteri). Tahun 1948 Ketua Umum Partai Katolik mengalami pergantian. Bapak I. J. Kasimo digantikan Bapak Frans Seda. Mulai saat itu Partai Katolik diikutsertakan dalam Pemerintahan lagi. Tanggal 30 September 1965 timbul pemberontakan PKI yang kedua, yang menyebabkan Orde Lama diganti dengan Orde Baru (ORBA). Bersamaan dengan itu timbul organisasi-organisasi yang bersifat pejuang politik temporer, yaitu : Front Pancasila, KAMI, KAPPI, dll.. Sejak saat itu pula umat Katolik membentuk Front Katolik Tanpa Lubang, yaitu semua umat Katolik termasuk umat Katolik yang berorientasi Nasionalisme 33 Universitas Sumatera Utara dan masuk dalam organisasi-organisasi Marhaen (PNI, GMNI, PERWANAR, GSNI, dll) supaya bersatu melawan gerakan Komunis yang mengadakan pemberontakan. Tanggal 5 sampai 8 Desember 1948 diadakan Kongres X di Yogyakarta, merupakan Kongres terakhir Partai Katolik, sebab setelah itu timbul pengelompokan sosial politik menjadi tiga, yaitu : Golongan Karya Pembangunan, Golongan Pembangunan Spiritual, dan Golongan Pembangunan Materiil. Kemudian, dengan adanya Undang-undang No.5 Tahun 1973, ketiga golongan tersebut menjadi GOLKAR, PPP, dan PDI. Secara resmi, Partai Katolik berfusi dalam Partai Demokrasi Indonesia bersama dengan PNI, Parkindo, IPKI, dan MURBA. Sejak saat itu kegiatan berpolitik bagi umat Katolik secara formal terdapat di dalam dua wadah, yaitu dalam PDI dan GOLKAR. Secara tidak langsung melalui kedinasan ABRI dan diangkat ke DPR (F-ABRI). Di kediaman Bapak I.J. Kasimo, Jl. Sutan Syahril No.33 A Jakarta, tgl 28 Agustus 1928, dilaksanakan misa dengan iringan nyanyian Gregorian untuk mengenang ibadat perjuangan mendatang (bertepatan dengan pesta Santo Agustinus) yang dipimpin oleh Mgr. Darius Nggawa (Uskup Larantuka, Flores). Acara tersebut dihadiri oleh para pengurus Yayasan Kasimo DKI Jakarta dan sebagian anggota pendiri yayasan, diantaranya Bapak Frans Seda dan Bapak Wignyasumarsono. Uskup dalam khotbahnya mengatakan : “Santo Agustinus hidup pada jaman peralihan setelah runtuhnya Kekaisaran Roma yang telah memberikan angin baik dalam perwartaan iman pada masa itu. Kiranya ada dua 34 Universitas Sumatera Utara hal yang patut kita petik dari tulisan Agustinus, ialah optimisme dan yakin pasti ada jalan. Inilah dorongan yang memberikan kehidupan politik gereja pada masa itu, dan hasilnya seperti apa yang kita rasakan sekarang.” 27 Semangat yang melandasi pergerakan dan perjuangan Pemuda Katolik adalah Pro Ecclesia Et Patria, yakni membela Gereja dan tanah air. Nilai-nilai yang mendasari Pemuda Katolik dalam pergerakaannya senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai kekristenan dan disemangati oleh nilai-nilai kebangsaan, sehingga Pemuda Katolik harus independen dan berorientasi pada pelbagai persoalan sosial kemasyarakatan serta terikat dalam satu persekutuan dengan Gereja sebagai umat Allah dalam aktualisasi iman, cinta kasih dan persaudaraan antar seluruh umat manusia. Pemuda Katolik sebagai wadah berhimpun orang muda yang beragama Katolik, merupakan wadah pemersatu yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pembangunan generasi muda sebagai penerus cita-cita dan masa depan gereja dan bangsa, sehingga Pemuda Katolik merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan lingkungan Gereja dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai bagian dari Pemuda Bangsa Indonesia. Berikut ini sejarah nama Pemuda Katolik: 1. 1928 Pemuda Katolik Mjakarta aktif dalam kongres Pemuda Indonesia. 27 Pemuda Katolik. 2009. Buku Kenangan Kongres Nasional XIV Pemuda Katolik. Manado. hal.12. 35 Universitas Sumatera Utara 2. 1931 April pembentukan Pemuda Katolik di Tomohon, Sulawesi Utara. 3. 1938 Persatuan Pemuda Katolik, Ikut dalam kongres Pemuda Indonesia III. 4. 1945 Tanggal 9-10 November Kongres Pemuda Katolik Indonesia I setelah proklamasi. Pemuda Katolik terpilih se-bagai salah satu anggota DPP Badan Kongres dan anggota Badan Pekerja. Dalam Kongres Pemuda Katolik tegas menolak bergabung dengan Pesindo. 15 November Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI) dideklarasikan. 5. 1948 Wakil Pemuda Katolik (AMKRI) duduk sebagai anggota Presidium Kongres Pemuda Indonesia. 6. 1949 17 Agustus AMKRI aktf dalam Kongres Pemuda Indonesia. Organisasi-organisasi Kepemudaan (SOS MAS) Katolik bergabung dalam Muda Katolik Indonesia (MKI). 7. 1951-1965 Terintegrasi dengan perjangan politik Partai Katolik. 36 Universitas Sumatera Utara 8. 1960 MKI berubah nama menjadi Pemuda Katolik. 28 Dengan melihat sejarah pergerakan diatas, Pemuda Katolik yang sekarang menjadi sarana pembelajaran/organisasi kader. Berawal dari Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI), yang dideklarasikan di Yogyakarta, 15 November 1945 sebagai Organisasi Kemasyarakan (Ormas), Oikos dan Habitus kader bangsa. Sesuai dengan konteks dan tuntutan zaman, Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia di Solo berubah nama menjadi Pemuda Katolik. Sebagai Oikos dan Habitus kader bangsa, Pemuda Katolik berziarah terus bersama kompenen-komponen bangsa ini dalam pangkuan Ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka mengawal Ideologi Negara, Pancasila dan Dasar Negara, Pemuda Katolik senantiasa bersama-sama dengan semua pihak yang berkehendak baik mendukung dan melestarikan hari-hari depan Gereja dan Bangsa yang menciptakan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang melupakan ungkapan realisasi Konsisli Vatikan II (Ag Gentes, 21). 29 B. Asas, Visi/Misi, Lambang, Tujuan dan Sasaran Pemuda Katolik 1. Asas Pemuda Katolik berazaskan Pancasila dan Ajaran Sosial Gereja dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 28 Pemuda Katolik. 2009. Buku Kenangan Kongres Nasional XIV Pemuda Katolik. Manado. hal.12-13. Hasil Konsili Vatikan II (Dekret Misi: Ad Gentes) Dokumen-Dokumen Misi yang dasarnya merupakan jawaban-jawaban atas situasi konkrit yang dihadapi Gereja dalam pelaksanaan praktis perutusannya. 29 37 Universitas Sumatera Utara 2. Visi dan Misi Menghadirkan Generasi Muda Katolik Indonesia sebagai wadah kerasulan awam untuk merealisasikan transformasi sosial dalam masyarakat sesuai dengan gambaran Tata Kerajaan Allah. Membentuk setiap anggota untuk lebih berani dan mampu mengaktualisasikan Panggilan Kristiani dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan kehendak Allah secara kontekstual. 3. Lambang Adapun Makna lambang Pemuda Katolik adalah sebagai berikut: a. Bentuk Lambang : • Perisai Segi Lima melambangkan tekad untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia berasarkan Pancasila. • Pita Merah Putih melambangkan ikatan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. • Salib melambangkan kesadaran aktivitas organisasi sebagai bagian Penebusan Dunia dan kerelaan berkorban atas dasar Iman Kristiani. 38 Universitas Sumatera Utara b. Warna-warna yang digunakan: • Merah melambangkan semangat dan keberanian berjuang. • Putih melambangkan kesucian hati yang melandasi perjuangan. • Kuning melambangkan kekatolikan (identitas ” Gereja Katolik”) • Hijau melambangkan jiwa dan semangat muda. 4. Tujuan Tujuan Pemuda Katolik adalah: a. Menegakan, memelihara, mengamalkan, dan membela nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Ajaran Gereja Katolik. b. Mengembangkan watak Kristiani dalam diri Kaum Muda Katolik Indonesia, menumbuhkan kesadaran kaum muda Katolik akan tanggung jawabnya kepada Gereja, Bangsa, Negara Indonesia serta meningkatkan kepekaannya kepada Gereja, Bangsa, dan Negara Indonesia serta meningkatkan kepekaannya dalam keterlibatan aktif dengan persoalan sosial kemasyarakatan Gereja, Bangsa dan negara Indonesia. c. Mempersiapkan Kaum Muda Katolik untuk menjadi ‘penggerak kegiatan membangun’ yang tangguh bagi Gereja dan Bangsa Indonesia. d. Mempersiapkan Kaum Muda Katolik untuk menjadi pelopor kehidupan yang rukun, damai penuh kasih, toleransi positif dan kerjasama antar umat beragama yang lain. e. Memperjuangkan keadilan dengan berpartisipasi aktif dalam penegakan hukum melalui upaya pembelaan bagi setiap warga negara yang 39 Universitas Sumatera Utara membutuhkan sesuai dengan hukum yang berlaku dan nilai-nilai hukum cinta kasih gereja. Pemuda Katolik dalam rangka mengimplementasikan hakikat dan tujuan organisasi sebagai organisasi kader Gereja dan Bangsa memiliki kurikulum pendidikan berjenjang sebagai berikut: Masa Penerimaan Anggota (MAPENTA), Kursus Kepemimpinan Dasar (KKD), Kursus Kepemimpinan Menengah (KKM) dan Kursus Kepemimpinan Lanjut(KKL). 30 5. Sasaran Sasaran Pemuda Katolik adalah membangun persaudaraan kebangsaan atas dasar penghargaan terhadap martabat manusia, pluralitas sebagai penampakan Allah dan Hak Asasi Manusia, serta mendorong terwujudnya solidaritas sosial sebagai basis kesejahteraan umum. C. Sejarah Singkat Pemuda Katolik di Sumatera Utara Setelah mundurnya kekuatan Belanda dari Indonesia pada 1949, umat Katolik yang berpartisipasi sejak awal dalam mengawal kemerdekaan Indonesia menyelenggarakan Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia (KUKSI) pada bulan Desember di Jogjakarta. Pertemuan ini bagaikan prototip Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) sekarang. Diputuskan untuk melebur partai-partai umat Katolik yang bersifat kedaerahan menjadi satu Partai Katolik yang bersifat nasional. Niat itu terlaksana di Semarang pada tahun 1950. Partai Katolik mengikuti Pemilihan Umum 1955 untuk DPR dan Konstituante dengan perolehan 30 Kurikulum pendidikan Pemuda Katolik mengatur pelaksanaan dan materi kegiatan kaderisasi organisasi. 40 Universitas Sumatera Utara kursi yang melebihi kuota umat Katolik. itu berarti partai ini mendapat kepercayaan besar rakyat Indonesia, bukan hanya umat Katolik. Pada tahun 1953 Pater Djajasepoetra SJ diangkat menjadi Vikaris Apostolik Jakarta, menggantikan Mgr Willekens SJ. Ia adalah uskup bumi putera yang kedua di Indonesia. Hubungan dengan Pemerintah Indonesia pada mulanya berjalan baik. Tetapi ketika pengaruh komunisme semakin besar (dengan semangat materialisme dan ateismenya yang ditentang oleh Paus Leo XIII sejak Ensiklik Rerum Novarum, 1891) umat Katolik agak renggang dengan Pemerintah. Dengan tegas Mgr Soegijopranoto menyatakan kepada Presiden Soekarno bahwa "umat Katolik akan bekerja sama dengan Pemerintah asalkan kebebasan beragama dijamin dan rakyat Indonesia dipimpin terlepas dari materialisme dan sikap ateis." Para Waligereja melakukan sidang pada tahun 1955 di Surabaya dan secara resmi menggunakan nama MAWI (Majelis Agung Waligereja Indonesia). Dalam sidang ditekankan agar semua pemimpin umat Katolik menyesuaikan diri dengan cita rasa kebangsaan Indonesia di segala bidang, mulai dari bidang pendidikan. Sidang selanjutnya pada tahun 1960 di Girisonta membahas kemungkinan pendirian hirarki mandiri Gereja Katolik di Indonesia. Menanggapi harapan sidang ini, pada 3 Januari 1961 Paus Yohanes XXIII dengan konstitusi apostolik Quod Christus mendirikan hirarki Gereja katolik di Indonesia. Ini berarti Indonesia bukan tanah misi lagi, tetapi Gereja muda. Semua Prefektur Apostolik dan Vikariat Apostolik ditingkatkan menjadi Keuskupan, dipimpin Uskup 41 Universitas Sumatera Utara masing-masing. Keuskupan-keuskupan yang berdekatan dihimpun menjadi suatu Provinsi Gerejani, dan salah satu Keuskupan ditunjuk menjadi metropolit pusat himpunan sebagai Keuskupan Agung. Ada 6 Keuskupan Agung dan 20 Keuskupan yang disebut Keuskupan Sufragan. Selanjutnya para Uskup Indonesia mengikuti Konsili Vatikan II di Vatikan yang berlangsung 1962-1965, dengan hati was-was karena situasi dalam negeri Indonesia yang semakin panas bergolak, penuh dengan pemberontakan. Pemerintahan menjurus kepada pemerintahan diktator. Presiden Soekarno tumbang pada tahun 1965 setelah kegagalan pemberontakan komunis. Mulailah periode Orde Baru di Indonesia. Gereja pun mengalami banyak pembaruan karena keputusan-keputusan Konsili Vatikan II. Bahasa Indonesia digunakan dalam liturgi menggantikan bahasa Latin. Umat awam diberi kesempatan berperan serta di berbagai hal dalam kegiatan pastoral Gereja. Banyak korban jiwa pada masa pasca pemberontakan yang gagal dari Partai Komunis Indonesia pada 1965. Gereja Katolik dengan kerja keras berusaha mengerem kekejaman yang terjadi di mana-mana. Dengan semangat kasih ditegaskan bahwa yang harus dimusuhi adalah ideologi yang jahat, bukan orangnya. Sambil mengobati luka-luka batin umat Katolik didorong untuk ikut aktif dalam proses pembangunan masyarakat dan negara dari situasi yang porak poranda. Kegagalan panen di mana-mana menyebabkan wabah kelaparan dan penyakit berjangkit. Gereja mengulurkan tangan dengan membagikan sumbangan pangan dan obat-obatan dari sesama umat Katolik luar negeri. Inflasi yang melejit 42 Universitas Sumatera Utara tinggi nyaris melumpuhkan perekonomian. Gereja ikut serta mengembangkan koperasi dan menggalakkan semangat menabung. Ungkapan kasih dan perhatian umat Katolik itu mendapat tanggapan positif dari rakyat kebanyakan. Banyak orang belajar agama Katolik dan memberikan diri dibaptis. Jumlah umat menjadi berlipat ganda. Gereja Katolik serta agama-agama lain mengalami pertumbuhan yang sangat besar terutama di daerah yang dihuni oleh sejumlah besar suku Tionghoa dan etnis Jawa. Dinamika politik yang tidak stabil membuat Gereja turut ambil perhatian terhadap perkembangan komunis di Indonesia. Gereja melihat perkembangan Komunis akan menghambat kebebasan beragama di Indonesia. Geraja beranggapan bahwa komunis akan membuat umat katolik terpecah sehingga perlu dikembangkan wadah-wadah Katolik di Indonesia. Organisasi-organisasi yang berlandaskan Kekatolikan dikembangkan pada tingkat lokal untuk mengantisipasi perkembangan komunis di Indonesia. Pemuda Katolik bersama dengan organisasi yang berlandaskan Katolik seperti Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia (PMKRI) mulai tumbuh di Sumatera Utara mulai tahun 1960-an. 31 Pada tahun 1960-an Pemuda Katolik berdiri di Sumatera Utara di Jalan Lingga No. 02 Kelurahan Toba, Kecamatan Siantar Selatan Pematang Siantar. Pematang Siantar diambil karena jumlah umat yang lebih banyak. Dalam perkembangannya Kantor Komisariat Daerah Sumatera Utara pindah dari 31 Wawancara dengan Oloan Simbolon di Hotel Danau Internasional, Jalan Imam Bonjol No.17 pada 13 Desember 2014 pukul 09:30 43 Universitas Sumatera Utara Pematang Siantar ke Medan mengikuti Keuskupan 32 dan dilandasi pada keputusan Musyawarah Komisariat Daerah (MUSKOMDA) Pertama. 33 Pemuda Katolik saat ini terdapat 33 cabang yang terletak di Kabupaten/Kota yang ada di Sumatara Utara. Sejatinya basis massa Pemuda Katolik adalah orang-orang muda yang aktif dalam lingkungan Gereja. Kerena situasi internal pendampingan kaum muda yang makin lemah serta munculnya Undang-Undang Keormasan (dalam kerangka depolitisasi Orde Baru) yang melarang ormas ada dalam lingkungan tempat ibadah, maka diputuskan Pemuda Katolik terlepas dari struktur teritorial Gereja dan mengikuti struktur administratif negara, serta berfungsi mengisi peran eksternal Gereja khususnya dalam bidang sosial dan politik. Sebagai gantinya dibentuklah MUDIKA untuk kaum muda teritorial, dan KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) untuk mahasiswa/kategorial. Akibatnya Pemuda Katolik kehilangan basis masa kader, sementara KMK dan MUDIKA kehilangan kesadaran kritis dan tanggung jawab sosialnya, terbenam dalam dirinya sendiri. D. Garis Besar Haluan Organiasi Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara 1. Pola Umum Pengembangan Organisasi a. Pemuda Katolik adalah Organisasi pembinaan, Kepemudaan dan Kemasyrakatan yang tidak berafiliasi pada organisasi apapun. Dengan demikian disamping menjamin hak hidup dan hak keleluasaan dalam 32 33 Keuskupan adalah sebuah wilayah administratif yang diatur oleh seorang Uskup Wawancara dengan Huba Simarmata di Kantor DPRD SUMUT pada 02 desember 2014 pukul 10:15 44 Universitas Sumatera Utara menentukan kebijakan dan pengembangan organisasi, pemuda kaolik juga wajib Mensuksekan Pembangunan Nasional. Dalam hal ini Pemuda Katolik bertanggung jawab memberikan kontribusi pada kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraaan. Kontribusi ini baik tatanan ide maupun aksi, untuk mengagregasikan dan mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan masyarakat demi suksesnya pembangunan nasional. b. Partisipasi Organisasi dalam mensuksekan Pembanguna Nasional disesuaikan dengan kapasitas, konteks dan semangat pembangunan. Sebagai organisasi kemasyarakatan kepemudaan, Pemuda Katolik menempatkan pengkaderan menjadi salah satu prioritas utama, sebab Pemuda Katolik adalah Organisasi Kader yang handal bagi Kaum Muda Katolik dalam berkiprah bagi Gereja dan Bangsa. Pemuda Katolik berupaya mencetak kader-kader muda katolik yang berjiwa kristiani dan bersemangat kebangsaan. Menjadi tempat berpijak yang kokoh bagi Kaum Muda Katolik melangkah maju dalam berkiprah di bidang sosial kemasyarakatan. Menjadi rumah yang nyaman untuk dihuni oleh Keluarga Besar Pemuda Katolik, yaitu para anggota dan alumni Pemuda Katolik. Dalam segala aktifitasnya selalu berupaya menciptakan kader bangsa yang profesional, inovatif, demokratis, dan berwawasan kebangsaan. Upaya ini merupakan jawaban terhadap tuntutan kehidupan kemasyarakatan, 45 Universitas Sumatera Utara kebangsaan dan kenegaraan serta menggereja dalam menyiapkan calon pemimpin di masa datang. c. Identitas Pemuda Katolik juga merupakan organisasi kepemudaan, maka dalam keseluruhan gerak langkah perhimpunan harus senantiasa diwarnai oleh nilai-nilai, cita-cita dan realitas hidup, dan berkembang dalam seluruh aspek kepemudaan, yang melalui proses belajar senantiasa untuk memperbaharui diri serta mengimplementasikan ke berbagai dimensi sosial lainnya. Prioritas tersebut harus dilihat sebagai fungi komplementer terhadap dunia generasi muda, yang pada akhirnya diharapkan dapat menyelamatkan Generasi Muda Katolik dari kelemahan yang dihadapi termasuk bentuk-bentuk pengkhianatan intelektualitas kader. d. Untuk dapat mewujudkan semua fungsi tersebut, tidak dapat tidak dituntut sistem pengoperasian yang mantap dimulai dari peletakan kebijakan dasar strategi pengembangan organisasi, struktur dan manajemen, kader-kader pengelola, pola pembinaan dan program kerja. e. Atas dasar itulah, Pemuda Katolik Komda Sumatera Utara menempatkan enam bidang pokok yang secara khusus mendekatkan organisasi pada kongkritisasi organisasi, Kaderisasi, Kesekretariatan dan Keuangan, Sosial Kemasyarakatan, Hubungan antar Lembaga dan Informasi Komunikasi. 34 34 Pemuda Katolik Komda Sumut: 2013.Rakerda Pemuda Katolik Komda Sumut Periode 2010-2013. Medan 46 Universitas Sumatera Utara 2. Pola Khusus Pengembangan Organisasi a. Bidang Pengembangan Organisasi 1) Pemuda Katolik harus berupaya untuk mentransformasikan diri menjadi organisasi modern. Organisasi yang mampu menyiasati diri untuk survive dan berkembang menghadapi tantangan globalisasi yang dilingkupi modernisasi haight technology. 2) Cabang-cabang mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerah nya masing-masing. Anggota-anggota Pemuda Katolik setempat dituntut utntuk peka terhadap kultur, potensi, naupun problema daerah nya Langsung tidak langsung, penguasaan atas hal tersebut di atas akan mendorong peningkatan kualitas pribadi anggota pribadi yang populis, humalis, dan berwawasan ke depan. b. Bidang Kaderisasi Tujuan Pengembangan yang ingin di capai dalam bidang ini untuk menjawab tuntutan Pemuda Katolik di masa depan yaitu: 1) Pemuda katolik yang tanggap perubahan, yang menuntut sikap Pemuda Katolik untuk selalu terbuka terhadap lingkungan yang harus di dukung dengab perangkat dan jaringan yang memadai. 2) Pemuda Katolik sebagai organisasi Kader sebagai prasyaratan mutlak untuk tangggap terhadap perubahan, kultur kesadaran untuk berani mencoba (membebani yang ada) merupakan sarana yang sesuai bagi pengembangan organisasi serta latihan intelektual anggota. 47 Universitas Sumatera Utara 3) Menjadikan Pemuda Katolik sebagai wahana pencipta kader profesional sesuai dengan tuntutan yang akan dihadapi sehingga perubahan yang semakin cepat dapat diantisipasi dan ditangggapi oleh Pemuda Katolik. c. Bidang Kesekretariatan dan Keuangan 1) Pembaharuan Paradigma serta merevitalisasi fungsi kesekretarian jendral yang berkemampuan mengkordinasi sekaligus mengintegrasikan kinerja kerja bidang-bidang secara sinergis. 2) Peningkatan kualitas kesekretarian jendral yang berbasis pada pengembangan perangkat pendukung teknologi dan sistem data base terpusat. d. Bidang Hubungan Antar Lembaga 1) Revetalisasi semangat kepemudaan Untuk memperkuatkan respondan sensifitas perhimpunan terhadap dinamika kepemudaan, menjadikan Pemuda Katolik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika kehidupan pemuda indonesia khusus nya pemuda di sumatera utara. Semangat intelektual pembaharu yang relevan dalam dunia kepemudaan harus mewarnai seluruh aktivitas organisasi. 2) Menjawab Kebutuhan Generasi Muda Pengembangan ini sebagai langkah untuk mendekatkan diri dan menjadikan Pemuda Katolik sebagai kebutuhan pemuda melalui 48 Universitas Sumatera Utara pendekatan aktivitas kepemudaan terutama melalui bidang dialok dan kerja sama dengan organisasi kepemudaan lainnya. Pengembangan Pemuda Katolik lebih ditekankan menjadi wadah bagi generasi muda untuk beraktivitas dan bergaul secara bebas dalam pluralitas, sekaligus menjadi wadah bagi anggota untuk belajar dan mengembangkan diri dalam pluralitas tersebut. 3) Menjadikan Pemuda Katolik Sebagai himpunan yang tidak terpisahkan dari dinamika kehidupan pemuda indonesia. e. Bidang Gerakan Kemasyarakatan Tujuan pengambangan yang ingin dicapai dalam bidangb ini sebagai impelementasi peran Pemuda Katolik dimasa depan yaitu: 1) Proaktivitas terhadap dinamika kemsyarakatan Pemuda Katolik respon kemsyarakatan Pemuda Katolik yang semakin cepat dan tepat, komprehensip dan integratif serta mengakar terhadap setiap aspek permasalahan. keterlibatan Konsekuensi Pemuda dari Katolik tujuan harus ini konsisten maka serta inttensitas semakin memperluas basi perjuangan melalui jaringan kebersamaan baik dalam tingkat ide maupun praksis 2) Koordinasi gerak kemasyarakatan Koordinasi dan komunikasi gerak kemasyarakatan antara Pengurus Pusat, komisariat daerah (KOMDA), komisariat cabang (KOMCAT) dan Komisariat anak cabang (KOMAC), harus di optimalkan terutama 49 Universitas Sumatera Utara dalam menciptakan kebersamaan fisik sehingga tercipta perjuangan yang menyatu dan menyeluruh untuk semakin memperkuat perjuangan pemuda katolik, di satu sisi secara internal dapat memperkuat kinerja organisai. Koordinasi dan Komunikasi yang semakin baik antar Pemuda Katolik dengan hirarki serta dalam lingkungan internal katolik juga menjadi prioritas Pemuda Katolik dalam aktivitasnya. 3) Pendidikan dan pembinaan bidang gerak kemasyarakatan Pentingnya tujuan pengembangan ini adalah sebagai basis Pemuda Katolik dalam mengaktualisasikan visi nya. Oleh karena itu prioritas ini juga harus menjadi satu kesatuan dalam kerangka pembinaan Pemuda Katolik. Tuntutan yang harus di penuhi juga tidak terbatas memberi wawasan namun lebih peningkatan analisis permasalahan sehingga menumbuhkan kepekaan sosial dan ketajaman analisis kader Pemuda Katolik. f. Bidang Informasi Komunikasi 1) Pemuda Katolik harus mampu memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi yang sedang berkembang. 2) Setiap Komisariat cabang mampu mengoptimalkan sumber daya anggota yang ada di daerah masing-masing dalam membangun jaringan informasi dan komunikasi. 50 Universitas Sumatera Utara 3) Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas di butuhkan pelatihan dan pengembangan anggota tentang tehknologi informasi dan komunikasi. E. Stuktur Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara Pemuda Katolik Komisriat daerah Sumatera utara berada di Jl. Setia Budi Kompleks Setia Budi Point Blok B No. 02 Medan Sumatera Utara. Adapun struktur organisasi adalah sebagai berikut: Struktur Pengurus Pemuda Katolik PENGURUS PUSAT PENGURUS KOMISARIAT DAERAH PENGURUS CABANG RANTING KOMISARIAT mb Sumber: http://pemudakatolik.org/ Adapun susunan pengurus Pengurus Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara Periode 2010-2013 adalah sebagai berikut: PENASEHAT a. Ketua : Raymond Simanjuntak, SH b. Seketaris : Drs. Maniur Rumapea, M.Si c. Anggota : 1) Drs. Johannes Sembiring. MAP 51 Universitas Sumatera Utara 2) Drs. Berman Sinaga 3) Ir. John Hugo Silalahi. MM 4) Drs. Suang Karo-Karo 5) Ir. Bisman Sirait 6) Benjamin Winata 7) Ramli Lumban Gaol, SE KETUA OLOAN SIMBOLON, ST Wakil Ketua Bidang Organisasi Johannes Naibaho, SP.d Wakil Ketua Bidang Kaderisasi Nadiasi Sihotang, S.Sos Wakil Ketua Bidang Pemerintahan, Politik Dan Delphius Ginting, ST Bela Negara Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Putrina Sidabutar, SP.d Wakil Ketua Bidang Kewirausahaan Dan Ekonomi Akner Simbolon, ST Wakil Ketua Bidang Informasi Dan Komunikasi Nicodemus Sitanggang, ST Wakil Ketua Bidang Kebudayaan Dan Pariwisata Nani Silvia Tan Wakil Ketua Bidang Litbang Hukum Dan Ham Darta Sembiring, ST SEKRETARIS HOTDIMAN MANIK, SP. M.Si 52 Universitas Sumatera Utara 1. Fredy Hasudungan Lumban Wakil Sekretaris Siantar, SI.p 2. Valentinus Pakpahan, ST 3. Eva Simatupang 4. Frans Simorangkir, SP.d BENDAHARA DESMAWATY GINTING, S.SOS 53 Universitas Sumatera Utara